HUBUNGAN KAPASITAS FUNGSIONAL FISIK DENGAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA NGOMBAKAN POLOKARTO Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa Ngombakan Polokarto Sukoharjo.

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

HUBUNGAN KAPASITAS FUNGSIONAL FISIK DENGAN TINGKAT
INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA NGOMBAKAN POLOKARTO
SUKOHARJO

 
 
 
 

NASKAH PUBLIKASI

 
 
 
 
 
 
Disusun oleh :


 

Dyah Novita Panutya Putri
J 210 080 099
 
 
 
 
 
 
 
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

1

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)


2

PENELITIAN
HUBUNGAN KAPASITAS FUNGSIONAL FISIK DENGAN TINGKAT
INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA NGOMBAKAN POLOKARTO
SUKOHARJO
Dyah Novita Panutya Putri *
H. Abi Muhlisin, SKM. M. Kep **
Agustaria Budinugroho, S.Kep, Ners***

Abstrak
Gangguan dalam pola tidur normal pada lansia mempunyai konsekuensi
kesehatan yang penting, terutama mood dan fungsi kognitif. Masalah tidur dapat
mengganggu pekerjaan, kehidupan berkeluarga dan masyarakat.
Secara
fungsional, perubahan tersebut mempunyai pengaruh pada kehidupan seharihari lansia. Berdasarkan data kependudukan dari wilayah Desa Ngombakan
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo, Desa Ngombakan memiliki 14
dukuh, desa Ngombakan ini memiliki jumlah lansia berusia 60-90 tahun
sebanyak 573 orang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan

kapasitas fungsional fisik dengan tingkat insomnia pada lansia di Desa
Ngombakan, Polokarto, Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah lansia di
desa Ngombakan Polokarto Sukoharjo yang berjumlah 573 lansia dan sample
penelitian ditentukan sebanyak 85 lansia. Instrument penelitian berupa kuesioner
kapasitas fungsional fisik dan kuesioner Insomnia Rating Scale. Teknik analisis
uji adalah Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) kapasitas fungsional
fisik lansia di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
sebagian besar memiliki kapasitas fungsional fisik sedang, (2) tingkat insomnia
pada lansia di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
sebagian besar adalah sedang, dan (3) terdapat hubungan antara kapasitas
fungsional fisik dengan tingkat insomnia pada lansia di Desa Ngombakan
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Kata kunci: kapasitas fungsional fisik, insomnia, lansia.

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

3


THE RELATION OF FUNCTIONAL CAPACITIES PHYSICAL OF WITH LEVEL
OF INSOMNIA AT LANSIA IN NGOMBAKAN COUNTRYSIDE OF
POLOKARTO SUKOHARJO

Dyah Novita Panutya Putri *
H. Abi Muhlisin, SKM. M. Kep **
Agustaria Budinugroho, S.Kep, Ners***

ABSTRACT
Trouble in normal sleep pattern at elderly has important health
consequence, especially mood and cognate function. Sleep problem can bother
work, family life and public. Functionally, the change has influence at everyday
life of elderly. The based on data demography from region Ngombakan
Polokarto Sukoharjo, Countryside Ngombakan has 14 hamlets, this Ngombakan
countryside has number of elderly was having age 60-90 years 573. Purpose of
this research knew the relation of functional capacities physical of with level of
insomnia at elderly in Ngombakan, Polokarto, Sukoharjo. This research was
descriptive research of korelatif with approach of cross sectional. The population
of research was elderly in countryside Ngombakan Polokarto Sukoharjo which
amounts to 573 elderly and research sample was determined by 85 elderlys. The

instrument of research in the form of functional questionaire moved and
questionaire Insomnia Rating Scale. Test analytical technique was Chi Square.
The result of this research shows: (1) functional capacities physical of elderly in
Ngombakan Polokarto Sukoharjo most of having functional capacities of medium
physical, (2) level of insomnia at elderly in Ngombakan Polokarto Sukoharjo most
of is medium, and (3) there was relation between functional capacities physical of
with level of insomnia at elderly in Ngombakan Polokarto Sukoharjo
Keyword: functional capacities physical , insomnia, elderly.

.

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

PENDAHULUAN
Indonesia adalah termasuk
negara
yang
memasuki
era

penduduk yang berstruktur lanjut
usia, dengan jumlah lanjut usia di
Indonesia pada tahun 2004 sebesar
16.522.311 jiwa, tahun 2006 sebesar
17.478.282 jiwa dan pada tahun
2008 sebesar 19.502.355 jiwa
(8,55% dari total penduduk sebesar
228.018.900 jiwa), sedangkan pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah
lanjut usia sekitar 28 juta jiwa.
(Menkokesra, 2008)
Negara
Indonesia
adalah
Negara yang memiliki jumlah
penduduk terpadat ke 4 dunia.
Dengan jumlah penduduk yang lebih
dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,
7,5% atau 15 juta jiwa adalah
penduduk lansia. Provinsi Jawa

Tengah sebagai salah satu propinsi
besar dengan jumlah penduduk
lanjut usia pada tahun 2009
mencapai 9,77 angka tersebut jauh
di atas jumlah lansia Nasional yang
hanya 7,88. (Depkes, 2009)
Peningkatan jumlah lansia di
Indonesia akan berpengaruh pada
berbagai aspek kehidupan, baik
secara fisik, mental dan ekonomi.
Lansia
lebih
rentan
terhadap
berbagai macam penyakit karena
semakin bertambahnya umur maka
akan mengalami penurunan fungsi
organ. Penurunan kondisi fisik yang
berpengaruh pada kondisi mental
dan

psikososial
pada
lansia.
Sehingga perlu adanya peran serta
keluarga dalam membantu lansia
tersebut melakukan aktivitasnya. Hal
inilah yang memicu bagi sebagian
besar lansia mengalami gangguan
pola tidur (Rafknowledge, 2004).
Menurut
data
Depkes
Indonesia, lansia yang mengalami
gangguan tidur per tahun sekitar 750
orang.
Insomnia
merupakan
gangguan tidur yang paling sering
ditemukan.
Setiap

tahun

3

diperkirakan sekitar 35%-45% orang
dewasa
melaporkan
adanya
gangguan tidur dan sekitar 25%
mengalami gangguan tidur yang
serius. Prevalensi gangguan tidur
pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar
50 % pada tahun 2009. (Depkes RI,
2010)
Gangguan dalam pola tidur
normal pada lansia mempunyai
konsekuensi
kesehatan
yang
penting, terutama mood dan fungsi

kognitif. Masalah tidur dapat dapat
mengganggu pekerjaan, kehidupan
berkeluarga
dan
masyarakat.
Secara
fungsional,
perubahan
tersebut mempunyai pengaruh pada
kehidupan sehari-hari lansia.
Berdasarkan
data
kependudukan dari wilayah Desa
Ngombakan Kecamatan Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo,
Desa
Ngombakan memiliki 14 dukuh, desa
Ngombakan ini memiliki jumlah
lansia berusia 60-90 tahun sebanyak

573 orang. Dari hasil observasi awal
salah
satu
dukuh
di
Desa
Ngombakan peneliti memperoleh
data 13 dari 15 lansia masih mampu
menjalankan aktivitas secara mandiri
dan hanya 2 lansia yang mengalami
gangguan fungsional fisik. Namun
dari hasil wawancara tentang tingkat
insomnia yang dialami lansia, 12
dari 15 lansia mengeluh mengalami
gangguan tidur, berupa kesulitan
memulai
untuk
tidur,
sering
terbangun dari dan kesulitan untuk
tidur kembali.
Berdasarkan dari uraian latar
belakang di atas maka perlu di
adakan penelitian untuk mengetahui
Hubungan Kapasitas Fungsional
Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada
Lansia
di
Desa
Ngombakan
Polokarto Sukoharjo.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
hubungan
kapasitas fungsional fisik dengan

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

tingkat insomnia pada lansia di Desa
Ngombakan, Polokarto, Sukoharjo
.
LANDASAN TEORI
WHO dan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab
1 Pasal Ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan
proses
yang
berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang
kumulatif,
merupakan
proses
menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian. Menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaan
yang
terjadi
pada
kehidupan
manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses
alamiah,
yang
berarti
seseorang sudah melalui 3 tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis.
Memasuki
usia
tua
berarti
mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang mengalami
kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran
kurang
jelas,
penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figur yang tidak
proporsional (Nugroho, 2008).
Menurut
organisasi
kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap
batasan usia lansia, yakni : 1). Usia
pertengahan atau middle age, yakni
usia 45-59 tahun, 2). Lanjut usia
atau elderly, yakni usia 60-74 tahun,
3). Lanjut usia tua atau old, yakni
usia 75-90 tahun, 4). Usia sangat tua
atau very old, yakni usia diatas 90
tahun.

4

Menurut Nugroho
(2008),
perubahan yang terjadi pada lansia
adalah:
1. Perubahan fisik
a. Sel
b. Sistem Persyarafan
c. Sistem Pendengaran
d. Sistem Penglihatan
e. Sistem Kardiovaskuler
f. Sistem
pengaturan
temperatur tubuh
g. Sistem Respirasi
h. Sistem Gastrointestinal
i. Sistem Genitourinaria
j. Sistem Endokrin
k. Sistem Integumen
l. Sistem Muskulosletal
2. Perubahan mental
Perubahan
mental
yang
terjadi pada lansia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik,
mudah curiga, bertanbah pelit atau
tamak jika memiliki sesuatu. Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
perubahan mental meliputi: 1).
Perubahan fisik, 2). Kesehatan
umum, 3). Tingkat pendidikan, 4).
Keturunan, 5). Lingkungan.
3. Perubahan psikososial
Bila seseorang pensiun, ia
akan mengalami kehilangan, antara
lain kehilangan finansial, kehilangan
status, kehilangan teman atau relasi,
kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
Pengaruh proses menua
adalah penurunan fungsi yang
terjadi
pada
lansia
akan
mempengaruhi
kemampuan
fungsional. Status fungsional lansia
merujuk
kepada
kemampuan
aktivitas lansia (Potter & Perry,
2009). Hal ini mengakibatkan
timbulnya gangguan di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga
dapat
mengakibatkan
ketergantungan yang memerlukan
bantuan orang lain (Tamher, 2009).
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa Indonesia (2005), Kapasitas
adalah kemampuan pada potensial

5

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

tertentu, sedangkan Fungsional
adalah dilihat dari segi fungsi. Jadi
Kapasitas
fungsional
fisik
merupakan kemampuan fungsi fisik
suatu individu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya
secara
mandiri.
Kemampuan
aktivitas
seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persyarafan dan
muskuloskeletal, lansia mengalami
penurunan
koordinasi
dan
kemampuan
dalam
melakukan
aktivitas sehari-hari.
Kemunduran
gerak
fungsional dapat di kelompokan
menjadi tiga bagian diantaranya : (1)
mandiri,
yaitu
lansia
mampu
melaksanakan tugas tanpa bantuan
orang lain. (bisa saja lansia
membutuhkan bantuan alat adaptasi
seperti alat bantu jalan, alat kerja,
dan lain-lain), (2) di bantu sebagian,
yaitu lansia mampu melaksanakan
aktivitas dengan beberapa bagian
memerlukan bantuan orang lain, (3)
dibantu total, yaitu aktivitas di
lakukan
sepenuhnya
dengan
pengawasan dan bantuan orang lain
karena lansia tidak dapat melakukan
aktivitasnya karena kemunduran fisik
mengakibatkan kemunduran gerak
fungsional
baik
kemampuan
mobilitas dan perawatan diri.
Jika kemampuan fungsional
fisik lansia mengalami penurunan
mengakibatkan
tingkat
aktivitas
menjadi sangat minimal, sehingga
mengakibatkan kurangnya aktivitas
sehari-hari lansia. Hal ini sangat
berpengaruh
pada
kebutuhan
istirahat tidur pada lansia. Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan
dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat
dan tidur yang cukup, tubuh baru
dapat berfungsi secara optimal.
Istirahat dan tidur sendiri memiliki
makna yang berbeda pada setiap
individu (Potter & Perry, 2007).

Kebutuhan
tidur
pada
manusia tergantung pada tingkat
perkembangan. Berikut ini tabel
merangkum
kebutuhan
tidur
manusia berdasarkan usia (Hidayat,
2006).
Gangguan tidur yang biasa
dialami oleh lansia adalah insomnia.
Insomnia adalah ketidakmampuan
untuk tidur walaupun ada keinginan
untuk
melakukannya,
keluhan
insomnia
mencakup
ketidakmampuan untuk tertidur,
sering terbangun, ketidakmampuan
untuk kembali tidur dan terbangun
pada dini hari. Lansia rentan
terhadap insomnia karena adanya
perubahan pola tidur. (Stanley dan
Beare, 2007).
Tanda-tanda umum pada
penderita insomnia meliputi : adanya
gangguan tidur yang bervariasi dari
ringan sampai parah, sulit jatuh ke
dalam fase tidur, sering terbangun di
malam hari, saat terbangun sulit
untuk tidur kembali, terbangun
terlalu pagi, terbangun terlalu cepat,
tidur yang tidak memulihkan, pikiran
seolah dipenuhi berbagai hal, selalu
terlihat
lelah
di
siang
hari,
mengantuk, sulit berkonsentrasi,
lekas marah, merasa tidak pernah
mendapat tidur yang cukup, sering
nyeri kepala (Widya, 2010).

Kerangka Konsep
V. Bebas

Kapasitas
fungsional Fisik

V. Terikat

Tingkat
Insomnia

1. Perubahan mental
2. perubahan
psikososial

Gambar 1 Kerangka Konsep

6

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

Hipotesis
Ho :

Ha :

Tidak ada hubungan antara
kapasitas fungsional fisik
dengan tingkat insomnia
pada lansia
Ada
hubungan
antara
kapasitas fungsional fisik
dengan tingkat insomnia
pada lansia

dua
variabel.
Untuk
menguji
hipotesis
dilakukan
dengan
menetapkan taraf signifikansi yang
akan digunakan (p=0,05), dimana
apabila p0,05 maka Ho
diterima.

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

METODELOGI PENELITIAN

Analisis Univariat

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, dengan desain
penelitian yang digunakan adalah
rancangan deskriptif korelatif yaitu
rancangan
penelitian
yang
bermaksud untuk mencari hubungan
antara 2 variabel (Arikunto 2010),
dengan menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu pendekatan
dimana pengumpulan data terhadap
variabel dependent dan variabel
independent dilakukan pada waktu
yang bersamaan (Chandra, 2008).

Deskripsi Kapasitas Fungsional
Fisik

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah lansia yang berusia 60
sampai
90
tahun
di
Desa
Ngombakan Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo sebanyak 573
lansia.
Sampel adalah 85 lansia berusia
60 sampai 90 tahun di Desa
Ngombakan Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat
ukur berupa kuesioner.
Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan teknik Chi Square yang
digunakan untuk mencari hubungan

Tabel 1. Distribusi Kapasitas
Fungsional Fisik
No Kapasitas Jumlah
1. Buruk
19
2. Sedang
46
3. Baik
20
Jumlah
85

%
22
54
24
100

Distribusi
kapasitas
fungsional
fisik
menunjukkan
distribusi tertinggi adalah memiliki
kapasitas fungsional fisik dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 46
responden (54%) dan distribusi
terendah
adalah
kapasitas
fungsional fisik dalam kategori buruk
yaitu sebanyak 19 responden (22%).
Deskripsi Insomnia
Tabel 2. Distribusi Insomnia
No
Insomnia
Jumlah
1.
Ringan
24
2.
Sedang
38
3.
Berat
23
Jumlah
95

%
28
45
27
100

Distribusi tingkat insomnia
lansia
menunjukkan
distribusi
tertinggi adalah memiliki insomnia
dalam
kategori
sedang
yaitu
sebanyak 38 responden (45%) dan
distribusi terendah adalah insomnia

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

dalam
kategori
ringan
yaitu
sebanyak 24 responden (28%).
Analisis Bivariat
Hubungan Kapasitas Fungsional
Fisik dengan Tingkat Insomnia
Kapasitas
fungsional
fisik
Buruk
Sedang
Baik
Total
2
χ hitung
p-value
Keputusan

Tingkat insomnia
Ringan
Sedang
Berat
F
%
F
%
f
%
5
26
2
11
12
63
12
26
26
57
8
17
7
35
10
50
3
15
24
28
38
45
23
27
= 18,765
= 0,001
= H0 ditolak

Distribusi
hubungan
kapasitas fungsional fisik dengan
tingkat insomnia lansia menunjukkan
bahwa semakin baik kapasitas
fungsional fisik lansia, maka tingkat
insomnianya semakin berkurang.
Hal tersebut terlihat dari persentase
distribusi tingkat insomnia lansia
ditinjau dari kapasitas fungsional
fisik. Pada lansia dengan kapasitas
fungsional
buruk
menunjukkan
distribusi
tertinggi
mengalami
insomnia kategori berat, selanjutnya
pada kapasitas fungsional sedang
distribusi
tertinggi
mengalami
insomnia kategori sedang, pada
kapasitas fungsional baik distribusi
tertinggi juga mengalami insomnia
kategori sedang.
Hasil pengujian Chi-Square
hubungan kapasitas fungsional fisik
dengan tingkat insomnia pada lansia
diperoleh nilai χ2 sebesar 18,765
dengan p-value = 0,001. Karena nilai
p-value lebih kecil dari 0,05 atau
0,001 < 0,05, maka disimpulkan H0
ditolak. Berdasarkan kriteria uji
tersebut maka disimpulkan terdapat
hubungan
antara
kapasitas
fungsional fisik dengan tingkat
insomnia pada lansia di Desa
Ngombakan Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo.

7

PEMBAHASAN
Kapasitas Fungsional Fisik
Distribusi
kapasitas
fungsional
fisik
menunjukkan
distribusi tertinggi adalah memiliki
kapasitas fungsional fisik dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 46
responden (54%). Pengaruh proses
menua adalah penurunan fungsi
yang terjadi pada lansia akan
mempengaruhi
kemampuan
fungsional. Status fungsional lansia
merujuk
kepada
kemampuan
aktivitas
lansia.
Hal
ini
mengakibatkan timbulnya gangguan
di dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya
sehingga
dapat
mengakibatkan
ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang
lain (Tamher, 2009).
Penelitian
menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
mengalami kapasitas fungsional fisik
dalam kategori sedang.
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi kapasitas fungsional
fisik tersebut adalah tingkat aktivitas
lansia. Karakteristik masyarakat di
desa
Ngombakan
Kecamatan
Polokarto Sukoharjo merupakan
masyarakat pekerja rumah tangga
dan petani. Kegiatan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh masyarakat
golongan muda atau dewasa,
namun juga dilakukan oleh lansia,
walaupun dalam porsi yang tidak
sama. Para lansia melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut hanya
ingin mengisi kekosongan waktu dan
mencari kesibukan. Kegiatan yang
dilakukan lansia secara tidak
langsung
turut
mempengaruhi
kemampuan fungsi gerak lansia,
sehingga kapasitas fungsional fisik
lansia terjaga.
Tingkat Insomnia Responden
Distribusi tingkat insomnia
lansia
menunjukkan
distribusi

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

tertinggi adalah memiliki insomnia
dalam
kategori
sedang
yaitu
sebanyak 38 responden (45%).
Penelitian menunjukkan meskipun
sebagian besar responden memiliki
tingkat insomnia sedang, namun
penelitian ini juga menunjukkan
terdapat 28% lansia memiliki tingkat
insomnia ringan, dan menunjukkan
insomnia berat 27%. Kondisi lansia
yang menunjukkan insomnia ringan
ini disebabkan adanya faktor-faktor
yang mendukung tingkat insomnia
tersebut,
antara
lain
faktor
kepribadian dan kegiatan lansia.
Hasil wawancara peneliti dengan
beberapa lansia selama penelitian
ditemukan bahwa sebagian besar
lansia memiliki sikap mengabaikan
terhadap keadaan yang mereka
alami saat ini. Hal tersebut
berdampak
pada
timbulnya
perasaan menerima dan tidak mau
memikirkan permasalahan yang
dihadapi
dengan
berlarut-larut,
keinginan
untuk
tidak
terlalu
memikirkan permasalahan yang
dihadapi
menyebabkan
tingkat
ketegangan lansia menjadi rendah,
dan berdampak pada turunnya
tingkat insomnia lansia. Kondisi yang
menunjukkan tingkat insomnia berat
dipengaruhi oleh faktor mental yang
diderita lansia, Sebagian besar
lansia bekerja sebagai buruh dan
petani. Mereka beranggapan bahwa
pekerjaan tersebut tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Hal ini mempengaruhi tingkat
stres pada lansia meningkat dan
mempengaruhi gangguan pola tidur
lansia semakin buruk.
Kondisi fisik dan psikologis
responden seiring dengan terjadinya
proses penuaan berdampak pada
terjadinya insomnia pada lansia.
Berkurangnya kemampuan adaptasi
lansia
terhadap
perubahanperubahan merupakan hal yang
normal pada lansia. Perubahan pola

8

tidur pada lansia disebsbkan SSP
yang mempengaruhi pengaturan
tiidur. (Potter&Perry,2006)
Hubungan
Antara
Kapasitas
fungsional fisik Dengan Tingkat
Insomnia Pada Lansia
Hasil pengujian Chi-Square
hubungan kapasitas fungsional fisik
dengan tingkat insomnia pada lansia
diperoleh nilai χ2 sebesar 18,765
dengan p-value = 0,001. Karena nilai
p-value lebih kecil dari 0,05 atau
0,001 < 0,05, maka disimpulkan H0
ditolak. Berdasarkan kriteria uji
tersebut maka disimpulkan terdapat
hubungan
antara
kapasitas
fungsional fisik dengan tingkat
insomnia pada lansia di Desa
Ngombakan Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo, yaitu semakin
baik tingkat kapasitas fungsional
lansia, maka semakin ringan tingkat
insomnianya.
Kapasitas fungsional fisik
lansia menggambarkan kemampuan
gerak lansia dalam memenuhi
kebutuhan hidapnya sehari-hari.
Semakin baik kapasitas fungsional
fisik lansia, maka kemampuan untuk
memenuhi kebutuhannya semakin
baik. Lansia yang mengalami
gangguan
atau
keterbatasan
kapasitas fungsional fisik, secara
tidak langsung pengeluaran energi
dari dalam tubuhnya menjadi rendah
sehingga lansia jarang mengalami
perasaan lelah. Ketika lansia
melakukan banyak aktivitas, maka
semakin
besar
kemungkinan
terjadinya kelelahan pada lansia,
dan lelah yang dialami lansia
tersebut membantu lansia untuk
meningkatkan relaksasi yang akan
mendorong seseorang untuk tidur.
Hal
tersebut
sebagaimana
dikemukakan oleh Potter & Perry
(2006) yang menyatakan bahwa jika
kemampuan fungsional fisik lansia

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

mengalami
penurunan
mengakibatkan
tingkat
aktivitas
menjadi sangat minimal, sehingga
mengakibatkan kurangnya aktivitas
sehari-hari lansia. Hal ini sangat
berpengaruh
pada
kebutuhan
istirahat tidur pada lansia.
Karena lansia mengalami
proses penuaan, maka menurut
Stanley dan Beare (2007), perlu
mempertahankan agar kapasitas
fungsional fisik lansia tetap terjaga,
sebaiknya lansia melakukan latihan
fisik (senam) secara teratur, karena
dapat
memperlambat
proses
penuaan. Selain itu lansia bisa
melakukan latihan kekuatan otot
atau melakukan berjalan cepat,
kegiatan
tersebut
bisa
mempertahankan kondisi fisik lansia
tetap sehat. Lansia harus diajarkan
tentang tidur yang dapat membuat
tubuh
menjadi
rileks
dan
mengembalikan
kekuatan
fisik,
antara
lain
mempertahankan
keseimbangan yang tepat antara
aktivitas dan tidur, mengendalikan
faktor-faktor lingkungan yang dapat
mengganggu kebutuhan tidur lansia
dan
menjaga
agar
stimulus
lingkungan tetap minimal (lampu
kamar remang-remang).
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan terdapat hubungan
antara kapasitas fungsional fisik
dengan tingkat insomnia pada lansia
di Desa Ngombakan Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian terdahulu yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Herawati (2009)
meneliti tentang ‘’Hubungan Tingkat
Activity of Daily Livining (ADL)
Dengan Kejadian Insomnia pada
Lansia
di
Desa
Pucangan
Kecamatan Kartosuro Kabupaten
Sukoharjo”. Hasilnya dari analisis
penelitian
menunjukan
terdapat
hubugnan tingkat ADL dengan
kejadian insomnia pada lansia,

9

dimana semakin tinggi tinggat ADL,
maka semakin rendah kejadian
insomni pada lansia di Desa
Pucangan Kecamatan Kartosuro
Kabupaten Sukoharjo.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas fungsional fisik lansia
di Desa Ngombakan Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo
sebagian
besar
memiliki
kapasitas fungsional fisik sedang
(54%).
2. Tingkat insomnia pada lansia di
Desa Ngombakan Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo
sebagian besar adalah sedang
(45%).
3. Terdapat
hubungan
antara
kapasitas fungsional fisik dengan
tingkat insomnia pada lansia di
Desa Ngombakan Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Saran
1. Bagi Lansia
- Mempertahankan
keseimbangan
antara
aktivitas dan tidur
- Menciptakan suasana kamar
yang remang-remang untuk
mendukung lansia mudah
tidur.
- Mempertahankan
tingkat
kenyamanan di kamar
- Mengurangi ketegangan atau
stress
2. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi
tambahan pengetahuan perawat
khususnya dalam hal perawatan
gerontik.
3. Bagi instalasi puskesmas
Hasil penelitian ini dapat
menjadi tambahan pengetahuan
dalam peningkatan pelayanan

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

kesehatan
terutama
pada
lansia.
4. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini dapat menjadi
pijakan bagi peneliti yang ingin
meneliti dengan obyek yang
sama. Namun demikian, bagi
peneliti yang ingin meneliti
dengan obyek yang sama
hendaknya meningkatkan jumlah
faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat insomnia pada
lansia
dan
luas
wilayah
penelitian, sehingga diperoleh
suatu hasil kesimpulan yang
lebih bersifat general dan
diketahui faktor-faktor apakah
yang
paling
dominan
berhubungan dengan tingkat
insomnia pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2012. Insomnia pada
Lansia.
http://www.detik.health.com.
Diakses pada tanggal 25 Juni
2012.
Arikunto,
S.
2010.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Badan
Pusat
Statistik.
2007.
Penduduk. Diambil tanggal
25
Juni
2012
dari
http://jateng.bps.go.id
Chandra, B. 2008. Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta: EGC
Depkes RI. 2009. Jumlah Penduduk
Lanjut
Usia
Meningkat.
Diambil tanggal 10 Desember
2011
dari
http:
//www.depkes.go.id
Depkes RI. 2010. Menyongsong
Lanjut Usia Tetap Sehat dan
Berguna. Diambil tanggal 12
Desember
2011
dari
http://www.depkes.co.id
G, Widya. 2010. Mengatasi Insomnia
: Cara Mudah Mendapatkan

10

Kembali Tidur. Jogjakarta:
Katahati
Herawati. 2009. Hubungan Tingkat
Activity of Daily Living (ADL)
dengan Kejadian Insomnia
Pada
Lansia
di
Desa
Pucangan
Kecamatan
Kartosuro
Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi. UMS
Hidayat, A. 2006. Ketrampilan Dasar
Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2005. Edisi 3. Jakarta: Balai
Pustaka
Menkokesra. 2008. Lansia Masa Kini
dan Mendatang. Diambil
tanggal 12 Desember 2011
dari
http://www.Menkokesra.go.id/
Nugroho,
Wahyudi.
2008.
Keperawatan Gerontik &
Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta:
EGC
Perry, A, Potter. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC
Perry, A, Potter. 2009. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan.
Edisi 7. Jakarta: EGC
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan
Gangguan Tidur Lainnya. PT
Elex Media Komputindo.
Jakarta
Riwidikdo, H. 2008. Statistika
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press
Sabri, L & Hastono, S.P. 2010.
Statistik Kesehatan. Jakarta :
Rajawali Pers.
Sadiman.
2002.
Pendidikan
Kesehatan
untuk
Meningkatkan
Kepatuhan
Berobat Penderita TB Paru di
RSU Jenderal A. Yani Metro.
Thesis.
Program
Pasca
Sarjana.
FETP
UGM.
Yogyakarta
Stanley, M. Patricia Gauntlett Beare.
2007.
Buku
Ajar

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa
Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

Keperawatan Gerontik Edisi
2. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk
Penelitian. Penerbit Alfabeta:
Bandung
Tamher, S & Noorkasiani. 2009.
Kesehatan
Usia
Lanjut
dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika
* Dyah Novita Panutya Putri:
Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura
** H. Abi Muhlisin, SKM. M. Kep:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.
*** Agustaria Budinugroho, S.Kep,
Ners: Dosen Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura

11

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Pengelolaan Pendapatan Asli Desa (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014).

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI DESA PUCANGAN Hubungan Antara Tingkat Aktifitas Fisik Dengan Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Di Desa Pucangankecamatan Kartasura.

1 6 14

HUBUNGAN ANTARA STATUS DEMENSIA DENGAN DISABILITAS FUNGSIONAL PADA LANSIA DI DESA GONILAN Hubungan Antara S Tatus Demensia Dengan Disabilitas Fungsional Pada Lansia Di Desa Gonilan Kartasura.

0 0 16

HUBUNGAN TINGKAT ACTIVITIY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

1 2 8

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI.

0 0 9

HUBUNGAN SUPPORT SYSTEM KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI DESA Hubungan Support System Keluarga dan Kondisi Fisik Dengan Tingkat Depresi Lansia di Desa Randulanang Jatinom Klaten.

0 2 16

HUBUNGAN KAPASITAS FUNGSIONAL FISIK DENGAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa Ngombakan Polokarto Sukoharjo.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa Ngombakan Polokarto Sukoharjo.

0 2 5

UEU Undergraduate 7943 JURNAL

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI POSYANDU LANSIA DESA BENERWETAN RW 01 DAN 02 AMBAL KEBUMEN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia pada Usia Lanjut di Posyandu Lansia Desa Benerwetan R

0 0 14