HUBUNGAN MOTIF BERPRESTASI DAN KREATIVITAS DENGAN HASIL PELATIHAN: Studi Deskriptif Analisis Pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung.

HUBUNGAN MOTIF BERPRESTASI DAN
KREATIVITAS DENGAN HASIL PELATIHAN

(Studi Deskriptif Analisis Pada Pclatihan Guru Pamong
SLTP Terbuka di BPG Bandung)

TESIS
Diajukan Kcpada Panitia (Jjiaii Tcsis Pada Program Pascnsarjaiia
Univcrsitas Pcndidikan Indonesia Untuk Mcmcnuhi Salah

Salu Syarat Mcmpcrolch Gclar Magistcr Pcndidikan
Program Studi Pcndidikan Luar Sckolnh
Konscntrnsi Pclatihan


DEDESUDRADJAT
NIM. 989539

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PLS S2 KONSENTRASI PELATIHAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2000

Lembar Pengesahan

Pembimbing I

^y

Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA.

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, MA.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan sejauh mana hubungan
motif berprestasi dan kreativitas dengan hasil pelatihan Guru Pamong SLTP
Terbuka di BPG Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan gambaran empirik tentang hubungan motif berprestasi kreativitas
dengan hasil pelatihan. Berangkat dari pemikiran di atas maka hipotesis yang
diajukan ialah ; (1) terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan
hasil pelatihan, (2) terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dengan hasil
pelatihan, (3) terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dan
kreativitas secara bersama-sama dengan hasil pelatihan.
Landasan teori yang mendukung penelitian ini adalah (a). Teori motivasi
yang dikemukakan oleh Mc. Clelland, dalam Miftah Thoha tentang ciri-ciri motif
berprestasi tinggi yaitu : berani mengambil resiko yang moderat, mencari dan
menggunakan informasi sebagai umpan balik yang konkrit setiap kesempatan
yang dilakukan, memperhitungkan keberhasilan dan menyatu dengan tugas. (b).
Teori Kreativitas yang dijadikan landasan dalam penelitian ini mengacu kepada
pendapat Dedi Supriadi, yang menyebutkan tentang indikator orang kreatif
diantaranya : terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam berfikir, bebas
dalam menyatakan pendapat, tidak mudah terpengaruh orang lain, percaya pada
diri sendiri, tekun, tanggung jawab dan Iain-lain. (c). Teori hasil belajar. Teori
yang mendukung terhadap hasil pelatihan yaitu menurut pendapat Ishak Abdulhak
dan D. Sudjana, yang menyebutkan bahwa out put atau keluaran adalah
kemampuan hasil belajar yang telah diperoleh peserta secara kualitas maupun
kuantitas setelah terlibat dalam situasi belajar tertentu, dalam bentuk pengetahuan

keterampilan, sikap, dan nilai.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Metode Deskriptif, dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran empirik mengenai keadaan yang sedang
berlangsung pada saat penelitian. Sampel yang diambil secara random sampling
terhadap populasi sebanyak 80 orang, jumlah sampel sebanyak 50 orang. Teknik
penelitian yang digunakan yaitu angket, wawancara, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Teknik analisis menggunakan regresi dan korelasi untuk mengetahui
hubungan antar variabel dan pola hubungan antar variabel tersebut.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara motif berprestasi dengan hasil pelatihan sebesar r = 0,616 dengan faktor
penentu 38 %. Sementara itu variabel kreativitaspun menunjukan adanya
hubungan yang signifikan dengan hasil pelatihan sebesar r = 0,447 dengan faktor
penentu 20 %. Begitu juga halnya variabel motif berprestasi dan kreativitas secara
bersama-sama menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan hasil
pelatihan sebesar r = 0,640 dengan faktor penentu 40 %.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa motif berprestasi dan
kreativitas mempunyai kontribusi yang cukup tinggi terhadap pencapaian hasil
pelatihan, sehingga hipotesis yang diajukan semuanya diterima. Namun demikian
masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil pelatihan yang tidak
diungkap pada penelitian ini, sehingga membuka peluang bagi peneliti yang akan

mengungkapkannya.

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK

v

KATA PENGANTAR

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

ix

DAFTAR ISI

xiii


DAFTAR TABEL

xvi

DAFTAR BAGAN

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1


B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
2. Rumusan Masalah

7
7
16

C. Definisi Operasional
D. Tujuan Penelitian

17
22

E. Manfaat Penelitian

22

F. Hipotesis


23

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah

24
24

2. Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah
3. Tujuan dan SasaranPLS
B. Konsep Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
2. Tujuan Pelatihan
3. Komponen-komponen Pelatihan
4. Rancangan Model Pelatihan
C. Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka
D. Hakikat Motif Berprestasi


25
26
28
28
30
31
33
42
43

1. Teori-teori Motivasi

43

a. Teori Kepuasan
b. Teori Proses (Process Theory)
, 2. Pengertian Motif Berprestasi

45

48
48

3. Karakteristik Motif Berprestasi

53

xm

E. Hakikat Kreativitas

F.

56

1. Pengertian Kreativitas

56

2. Kriteria Kreativitas

Hasil Pelatihan

58
60

1. Pengertian Hasil Pelatihan
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

60
61

3.

61

Penentuan Hasil Pelatihan

G. Hubungan Motif Berprestasi dengan Hasil Pelatihan
H. Hubungan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan
I. Hubungan Motif Berprestasi dan Kreativitas dengan Hasil

J.

Pelatihan
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

63
66
67
67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

70

B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
C. Penyusunan Alat Pengumpul Data
1. Jenis Alat Pengumpul Data
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data Hasil Pelatihan
3. Penyusunan Alat Pengumpul Data Motif Berprestasi
4. Penyusunan Alat Pengumpul Data Kreativitas
5. Uji Coba Alat Pengumpul Data
D. Teknik Pengolahan Data
1. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden

71
71
71
72
72
73
75
76
79
84
85

2.

Pemeriksaan Distribusi Data

3. Analisis Regresi Linier Sederhana
4. Analisis Regresi Multipel
5. Analisis Korelasi Sederhana dan Multipel

86

88
90
91

BAB TV HASEL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BPG Bandung
1. Profil Pegawai BPG
2. MekanismeKerjaBPG...
B. Gambaran Umum Profil Responden
C. Pengolahan Data
1. Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku
2. Pengujian Distribusi Normal
3. Hubungan Fungsional Antar Variabel Penelitian

93
93
95
95
97
97
98
99

D. Pembahasan Hasil Penelitian

105

E. Penerapan Hasil Pelatihan

110

F.

Temuan Penelitian

121

G. Implikasi Hasil Penelitian

123

H. Keterbatasan Penelitian

127

XIV

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

129

B. Rekomendasi

134

DAFTAR PUSTAKA

139

LAMPIRAN-LAMPIRAN

142

xv

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

JumlahLokasi, TKB, Siswa, Guru Bina dan Guru Pamong

5

3.1

Kisi-kisi Sikap Motif Berprestasi dan Kretivitas

78

3.2

Kisi-kisi Tes Hasil Pelatihan

78

3.3

Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Variabel Xi

80

3.4

Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Variabel X2

82

3.5

Harga Uji Reliabilitas Instrumen

84

3.6

Analisis Varians dalam Regresi Sederhana

89

4.1

Profil Pegawai Berdasarkan Golongan Kepangkatan

94

4.2

Profil Pegawai Berdasarkan Jabatan

94

4.3

Profil Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

95

4.4

Profil Responden Berdasarkan Usia

96

4.5

Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

96

4.6

Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan

97

4.7

Deskripsi Harga-harga Untuk Setiap Variabel

98

4.8

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Distribusi

99

4.9

Analisis Varians Regresi Untuk Uji Depedensi dan Linieritas
YAtasXi

4.10

100

Analisis Varians Regresi Untuk Uji Depedensi dan Linieritas
Y AtasX2

4.11

102

Analisis Varians Regresi Untuk Uji Depedensi dan Linieritas
Y AtasXi danX2

104

xvi

DAFTAR BAGAN

BAGAN
1.

Halaman

Keterkaitan Variabel Penelitian

16

2.1 Hubungan Fungsional Komponen-komponen Pelatihan

32

2.2 Langkah-langkah Training dan Development

39

2.3 Model Pelatihan Berorientasi kepada Tujuan

40

2.4 Model Pelatihan Berorientasi kepada Kebutuhan Peserta

40

2.5 Model Pelatihan Berorientasi kepada Kompetensi

41

2.6 Model Pelatihan kombinasi

41

2.7 Situasi Bermotivasi

51

xvn

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Surat Permohonan Izin Mengadakan
Studi Lapangan / Penelitian

143

2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian

144

3. Sebaran Data Untuk Uji Coba Variabel Xi

145

4. Sebaran Data Untuk Uji Coba Variabel X2

146

5. Perhitungan korelasi untuk uji validitas variabel Xi dan X2

147

6. Koefisien Korelasi Skor Ganjil dan Genap Variabel Xi
dan X2 Untuk Uji Reliabiliatas Instrumen

148

7. Rekapitulasi Data Penelitian

149

8. Pengujian Normalitas Distribusi untuk Variable X i

150

9. Pengujian Normalitas Distribusi untuk Variable X 2

151

10. Pengujian Normalitas Distribusi Untuk Variabel Y

152

11. Deskriptive Statistics

153

-Motif Berprestasi

153

12. Kreativitas

154

13. Hasil Pelatihan

155

14. Variables Entered / Renovedb:

156

-Model Summary

156

- Anovab

156

- Coefficien etsa

156

- Variables Entered / Renovedb

156

15. Model Summary

157

- Anovab

157

- Coefficien etsa

157

- Variables Entered / Renovedb

157

- Model Summary

157

16. Anovab

158

xvm

- Coefficienetsa

158

17. Pengelompokkan Data Variabel X 1 Dan Pasangannya Variabel Y

159

18. Pengelompokkan Data Variabel X 2 Dan Pasangannya Variabel Y

160

19. Diagram Pencar Y Atas Xi

161

20. Diagram Pencar Y Atas X2

162

21. Tabel Kurve Normal Prosesntase Daerah Kurve Normal

163

22. Nilai-nilai Distribusi t

164

23. Nilai-nilai r Product Moment

165

24. Nilai-nilai Chi Kuadrat

166

25. Nilai-nilai Untuk Distribusi F

167

26. Mekanisme Pelaksanaan Program Kerja BPG

171

27. Mekanisme Program Diklat BPG

172

28. Mekanisme Pelaksanaan Diklat Di BPG Bandung

173

29. Evaluasi Program Penataran / Diklat Guru Pamong SLTP Terbuka

174

30. Lembaran Jawaban Evaluasi Program Penataran / Diklat
Guru Pamong SLTP Terbuka

180

31. Angket Motif Berprestasi

181

32. Lembaran Jawaban Motif Berprestasi

185

33. Angket Kreativitas

186

34. Lembaran Jawaban Kreativitas

189

35. Pedoman Wawancara

190

36. Daftar Riwayat Hidup

194

xix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dimana
dewasa ini sedang giat-giatnya membangun, baik pembangunan fisik material
maupun pembangunan mental spiritual dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. Salah satu

pembangunan yang perlu mendapat perhatian yang serius ialah pembangunan

sektor pendidikan, karena sektor ini merupakan salah satu yang sangat penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini mengingatkan bahwa
apabila masyarakat suatu negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan tujuan nasionalnya dapat secepatnya
tercapai, dengan kata lain negara tersebut maju dalam segala aspek kehidupannya.
Untuk mewujudkan manusia yang berkualitas tersebut ditempuh melalui

jalur pendidikan persekolahan dan jalur pendidikan luar sekolah. Kedua jalur
pendidikan tersebut merupakan sub sistem dari pendidikan nasional yang
berupaya mewujudkan dari tujuan pendidikan nasional, dimana tujuan pendidikan
nasional yaitu : Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
sehat jasmani dan rohani, mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan, (UUSPN 1989, 1992 : 4).

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pemerintah
menetapkan empat strategi kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan,
yaitu :

a). Peningkatan Mutu Pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan,
b). Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan,

c). Kesesuaian dan kesepadanan antara lulusan sekolah dengan lapangan
pekerjaan,

d). Efisiensi dalam pendidikan.

Dalam melaksanakan strategi kebijakan pendidikan tersebut diantaranya
pemerintah melaksanakan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Tahun, hal ini dimaksudkan agar setiap warga negara Indonesia sekurangkurangnya memperoleh pendidikan tamatan SLTP atau yang sederajat, artinya 6
tahun di SD atau MI dan 3 tahun SLTP atau yang sederajat.
Pelaksanaan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun ini

dilaksanakan melalui dua jalur pendidikan, yaitu pendidikan persekolahan dan
pendidikan luar sekolah. Melalui jalur pendidikan persekolahan ditempuh melalui

berbagai cara diantaranya : Penambahan ruang belajar (kelas), pembangunan
gedung baru, pembentukan SLTP jarak jauh, pembentukan SLTP kecil,
pembentukan SLTP Terbuka. Selain itu dilaksanakan pula penambahan jumlah
guru serta peningkatan kualitas guru melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan

melalui jalur pendidikan luar sekolah diselenggarakan Program Kejar Paket A
setara SD dan Program Kejar Paket B setara SLTP.

SLTP Terbuka merupakan sub sistem dari SLTP, yang berfungsi untuk
memperluas layanan dan membantu usaha pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan, terutama ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu dan
masyarakat yang terpencil jauh dari pusat kota. Namun demikian program SLTP

Terbuka ini menuntut adanya peran serta dari semua pihak seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, organisasi sosial maupun dari

dinas atau Instansi pemerintah yang terkait dalam upaya memasyarakatkan,
memotivasi masyarakat usia 13-15 tahun tamatan SD atau MI atau sederajat
yang tidak melanjutkan sekolah, agar mereka dapat memanfaatkan SLTP Terbuka
sebagai tempat menimba ilmu.

Dengan hadirnya SLTP Terbuka di tengah-tengah masyarakat ini memiliki
beberapa keuntungan bagi siswanya diantaranya :

a. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bisa diselenggarakan di lingkungan tempat
tinggal siswa dengan menggunakan fasilitas yang ada seperti Madrasah, Balai
Desa, Gedung SD atau MI, rumah-rumah penduduk, dan Iain-lain.
b. Tidak dipungut biaya pendidikan.
c. Siswa terdaftar sebagai siswa SLTP induk.
d. Disediakan buku modul.

e. Bila dapat menyelesaikan sekolah ini maka siswa mendapat STTB SLTP, dan
lain sebagainya.

Keberhasilan kegiatan belajar siswa SLTP Terbuka ditempat belajar (TKB) sangat
ditentukan oleh Guru Pamong yang berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan
belajar.

Guru Pamong SLTP Terbuka adalah anggota masyarakat yang ditunjuk
oleh Depdiknas kecamatan setempat atau oleh Kepala SLTP Induk dan memiliki
persyaratan antara lain

memiliki perhatian terhadap pendidikan, berdedikasi

tinggi, pendidikan serendah-rendahnya SLTA, bersedia melakukan tugas
membimbing kegiatan belajar siswa SLTP Terbuka di TKB. Guru Pamong

bertanggung jawab atas kelancaran proses belajar mengajar mandiri di TKB yang
dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Tugas Guru Pamong
memotivasi, mengawasi dan membimbing siswa belajar, (Depdikbud,
1999/2000:11).

Dalam rangka mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun melalui pendidikan persekolahan diantaranya adalah SLTP

Terbuka, pemerintah terus berupaya agar pelaksanaan program ini dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dengan cara menyiapkan modul, media
belajar seperti radio, kaset, memberikan pendidikan dan latihan terutama untuk

guru pamong dan guru bina, hal ini mengingat peran guru pamong dan guru bina

cukup penting baik pada waktu kegiatan belajar di TKB maupun kegiatan belajar
tatap muka di SLTP Induk.

Program SLTP Terbuka di JawaBarat mulai dirintis pada tahun 1979/1980

dilaksanakan di Plumbon, kemudian tahun 1989/1990 di Kandanghaur dan tahun
1993/1994 di Jampang Kulon, sampai saat ini terdapat 721 lokasi SLTP Terbuka

di Jawa Barat, dengan jumlah siswa 86639 siswa, yang terdiri dari 33641 siswa

kelas I, 34778 siswa kelas II dan 18220 siswa kelas III, sedangkan jumlah TKB
yang tercatat sampai saat ini yaitu sebanyak 4322 lokasi, dengan jumlah guru

pamong 4322 orang, sedangkan jumlah guru bina 8652 orang, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel:

TABEL 1.1

JUMLAH LOKASI, TKB, SISWA, GURU BINA,
DAN GURU PAMONG

No

Kabupaten
atau Kodya

Lokasi

TKB

Kelas
I

1
2

n

Guru

Guru

Pamong

Bina

m

Serang
Pandeglang

36

247

2012

1834

978

247

544

31

448

2088

2058

1169

488

831
1363

3

Lebak

42

782

1949

1945

1582

782

4

Tanggerang

33

158

1155

1558

758

185

394

5

Bogor

38

227

2132

1968

932

227

463

6

Sukabumi

36

214

1562

1477

921

252

48

266

2539

2168

873

214

430

33

165

1120

1272

617

270

567

9

Bandung
Sumedang
Cianjur

442

7

31

242

2365

2466

1240

165

381

10

Garut

44

254

1916

2130

1111

254

526

11

Tasikmalaya

47

252

1830

Ciamis

50

267

13

Kuningan
Majalengka

28

118

1667
543

2012
1844

540

12

34

213
196
14
195

1426

8

14
15

1533
1486

698
1667

Cirebon
Kod.Cirebon

33
32

18

Indramayu
Subang

30

189

1369

19

Purwakarta

28

136

20

Karawang

21
22
23

Bekasi
Kod.Sukabumi

29
30
5

192
183
21

2

12

708
1345
1391
153
137

1333
126
1415
1445
694
1748
1665
175
70

4322

33641

33641

16
17

Kod.Bandung
Jumlah

2

721

149

806

257

935
363
1844

267

564

118

288

220

412

769

296

415

35

14

23

702

195

386

1085

189

367

507

136

321

995
945

192

357
311

_

-

18220

183
21
12
4322

52
23
8652

Sumber : Kanwil Depdiknas Proyek Peningkatan SLTP Induk 1999 / 2000

Sebagian besar dari tenaga yang terlibat dalam pengelolaan SLTP Terbuka

telah mengikuti penataran atau orientasi pengelolaan SLTP Terbuka, baik yang
diselenggarakan oleh BPG maupun yang diselenggarkan oleh bidang Dikdasmen
Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Barat.

Balai Penataran Guru (BPG) merupakan unit pelaksana teknis (UPT)

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, mempunyai tugas dan

fungsi sesuai SK Mendikbud RI No. 024. Oa/O/1991, tanggal 2Mei 1991 tentang
Organisasi Tata Kerja BPG, mengenai tugas dan flingsinya tertuang pada pasal 2
dan 3 sebagai berikut : BPG mempunyai tugas melaksanakan Penataran Guru

dalam berbagai bidang studi (pasal 2). Sedangkan flingsinya tertuang pada pasal 3
sebagai berikut:

a. Menyusun Program Pelaksanaan Penataran.

b. Melaksanakan penataran bidang studi yang telah ditentukan.

c. Melakukan dukungan terhadap upaya perbaikan dan penyempurnaan
pendidikan di propinsi.

d. Melakukan pelayanan dan penilaian terhadap pelaksanaan penataran.
e. Melakukan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga.
Pelaksanaan Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG untuk tahun
anggaran 1999 / 2000 berdasarkan kepada :

a. SK Mendikbud RI No. 024 0a/0/ 1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Organisasi
dan Tata Kerja BPG.

b. Hasil Temuan Tim Koordinasi Penataran Daerah (TKPD) tahun 1999/2000.
c. Program kerja BPG tahun 1999/2000.

Sementara itu tujuan yang ingin dicapai melalui pelatihan guru pamong
SLTP Terbuka ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui

peningkatan wawasan guru pamong SLTP Terbuka dibidang pengetahuan,

kemampuan, sikap, keterampilan dan kepribadian agar lebih mengenai,

memahami masyarakat dan mantap dalam pelaksanaan tugas, serta dapat
meningkatkan kesadaran dalam sosialisasi hasil pelatihan, (Panduan Diklat Guru
Pamong SLTP Terbuka, 1999/2000 : 5).

B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah

Pelatihan pada hakikatnya merupakan proses komunikasi yang teratur dan
terencana dengan menghasilkan perubahan atas pengetahuan, keterampilan

dan sikap dalam hubungannya dengan sasaran, khususnya yang berkaitan
dengan pola perilaku yang diinginkan. Hasil dari pelatihan diharapkan dapat

diterapkan sesuai dengan tuntutan dari lembaga, baik lembaga penyelenggara
pelatihan maupun lembaga atau organisasi yang mengirimkan peserta
pelatihan.

Dengan mengacu pada pola tersebut maka sebaiknya dalam menyusun
program suatu pelatihan tidak berakhir pada waktu selesainya pemberian

materi pelatihan di tempat pelatihan, namun program itu baru berakhir apabila
peserta pelatihan telah dapat menerapkan hasil pelatihan di lapangan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui relevansinya materi pelatihan dengan kebutuhan
dilapangan dan sekaligus sebagai masukan bagi penyelenggara pelatihan.
Konsep tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pelatihan menurut pendapat
Russett, A and Arwady, JW (1978) dalam Anung Haryono (1998 : 59), sbb :

a. Setiap organisasi bertanggung jawab meningkatkan kemampuan karyawan
b. Pengetahuan dan keterampilan kerja hanya dapat dipelajari dan dihayati
pada situasi nyata
c. Pelatihan mendukung fungsi dan misi organisasi

d. Kinerja karyawan pasca pelatihan merupakan tolak ukur keberhasilan
pelatihan.

e. Pelatihan hendaknya membawa dampak meningkatnya kinerja organisasi,
kesejahteraan dan kepuasan bekerja

f. Perbedaan Trainee (peserta) merupakan dasar dalam perencanaan,
pengelompokan dan pelaksanaan pelatihan

g. Penilaian kelas merupakan pendekatan penting dalam pelaksanaan
pelatihan

h. Penyelenggaraan pelatihan hendaknya ditangani oleh tenaga yang
memiliki kompetensi serta didukung oleh fasilitas

i. Kerjasama dengan instansi lain untuk meningkatkan potensi yang ada
Dengan mencermati konsep tentang prinsip-prinsip pelatihan tersebut

maka apabila peserta pasca pelatihan sudah mampu menerapkan hasil
pelatihan seoptimal mungkin maka tujuan pelatihan dapat dicapai sesuai
dengan harapan semua pihak.

Namun demikian menurut kenyataan yang ada dewasa ini tidak sedikit

karyawan yang telah mengikuti pelatihan tidak dapat menerapkannya di

lapangan, dengan kata lain tidak membawa dampak pada peningkatan kinerja,
apalagi dapat meningkatkan produktivitas, baik itu pelatihan yang
diselenggarakan ditingkat pusat maupun tingkat daerah, sehingga timbul suatu
pertanyaan, apakah yang menyebabkan pelatihan itu kurang bermanfaat ?.

Demikian juga halnya pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka yang telah

dilaksanakan di BPG Bandung, mulai progran SLTP Terbuka Pengembangan

pada tahun 1995/1996 sampai dewasa ini tidak sedikit mereka tidak mampu
melaksanakan tugas sebagai guru pamong, karena tidak bisa menghimpun
siswa SLTP Terbuka atau mereka tidak mampu mempertahankan secara utuh

siswa dalam menamatkan pendidikan sehingga mendapatkan STTB, hal ini

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi SLTP Terbuka di Jawa Barat yaitu
masih tingginya angka putus sekolah.

Sementara itu apabila dianalisis secara mendalam yang menyebabkan
pelatihan itu kurang berhasil dalam arti karyawan pasca pelatihan tidak
menerapkan hasil pelatihan dilapangan diantaranya disebabkan karena :

a) Karyawan tidak diberi kesempatan untuk mempraktekan hasil pelatihan.
b) Fasilitas yang diperiukan untuk mempraktekan hasil pelatihan tidak
tersedia.

c) Isi pelatihan bukan untuk meningkatkan kinerja.

d) Motivasi dan kreativitas peserta yang rendah dalam mengikuti pelatihan
sehingga tidak menguasai materi pelatihan dilapangan.

Sedangkan bila dilihat dari sudut proses pembelajaran dalam pelatihan,

bahwa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut M. Ngalim
Poerwanto (1997 : 107) yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor ini

terdiri dari dua bagian yaitu Fisiologi dan Psikologi. Fisiologi terdiri dari
kondisi pisik dan kondisi pancaidera. Sedangkan Psikologi terdiri dari minat,

bakat, kecerdasan, motivasi, kreativitas, dll. Faktor eksternal yaitu faktor
diluar peserta yang mendukung proses pembelajaran, yang terdiri dari faktor

lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan
alam dan lingkungan sosial. Faktor instrumental terdiri dari : kurikulum,
pelatih, media belajar, fasilitas, sarana belajar, dll.

Lebih jauh Nasution (1982 : 53-54) menyatakan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh berbagai faktor, kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda

10

secara individual walaupun demikian kita dapat membantu anak memberikan

petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien, ini tidak

berarti bahwa mengenai petunjuk-petunjuk itu dengan sendirinya akan
menjamin sukses anak dalam belajar, sukses belajar hanya akan tercapai
berkat usaha keras, tanpa usaha keras tidak akan tercapai sesuatu.

Mencermati pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
paling dominan mempengaruhi proses hasil belajar ialah faktor internal, bukan

berarti mengesampingkan faktor eksternal. Oleh karena itu penulis dalam
penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan hubungan antara motif

berpretasi dan kreativitas (faktor internal), peserta dengan hasil pelatihan, pada
pelatihan Gugu Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung.

Pengambilan variabel-variabel ini tidak menganggap faktor yang lainnya
tidak punya arti dalam proses pelatihan ini. Adapun yang menjadi alasan
pengambilan variabel motif berprestasi dan kreativitas sebagai variabel bebas
dan hasil pelatihan sebagai variabel terikat adalah sebagai berikut:
a. MotifBerprestasi

Setiap orang pada hakikatnya memiliki motif berprestasi, hanya besarnya
motif ini berbeda satu sama lain yang berarti ada yang memiliki motif
berprestasi tinggi dan ada yang memiliki motif berprestasi rendah. Menurut

pendapat Mc. Clelland bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan.

Dimana motif berprestasi merupakan kebutuhan yang kuat, sehingga sangat
menentukan prilaku seseorang, oleh karena itu motif berprestasi sangat penting

11

untuk mencapai keberhasilan peserta dalam proses dan hasil belajar dalam
pelatihan, maupun dalam penerapan hasil pelatihan dilapangan.
Sementara itu menurut Dadang Sulaeman (1984 : 18) menyebutkan bahwa
motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motifnya, karena motif
merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan gerak hati dalam diri individu,

dengan kata lain motif merupakan kekuatan yang mengarahkan seseorang
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu motif berprestasi merupakan tenaga
pendorong (Pusing Power) yang menggerakan peserta (siswa) untuk belajar.
Menurut John Heywood dalam Tia Sugiri, (1988 : 117) menyatakan apabila

motif berprestasi ditingkatkan akan membantu membetuk tenaga ahli yang
profesional, bahkan akan menolong mereka yang terlambat dalam
menyelesaikan studi.

Seperti telah disinggung di atas bahwa faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar yaitu faktor eksternal seperti kurikulum, pelatih, media,
lingkungan, dan Iain-lain. Sedangkan faktor internal selain dari motivasi dan

kreatifitas adalah minat, bakat, kecerdasan, kondisi psikologis dan fisiologis.
Faktor-faktor tersebut tidak diangkat pada penelitian ini bukan berarti tidak

penting, namun menurut pandangan penulis bahwa pada pelatihan Guru
Pamong SLTP Terbuka yang diselenggarakan di BPG Bandung tidak ada
masalah karena sudah dipersiapkan seoptimal mungkin.

Seperti telah diungkapkan diatas bahwa BPG merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, bertugas
untuk melaksanakan penataran guru dalam berbagai bidang studi yang telah

12

ditentukan. Dengan demikian lembaga ini sudah dipersiapkan sedemikian rupa
oleh pemerintah baik yang berkaitan dengan fasilitas belajar, tempat, belajar,
media belajar, biaya pelatihan, tenaga pengajar (Widyaiswara) sebagai tenaga
fungsional yang profesional dan berpengalaman, dan Iain-lain.

Oleh karena itu pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPG

sudah dipersiapkan seoptimal mungkin sesuai dengan hasil temuan dilapangan,
misalnya kurikulum latihan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, fasilitas

belajar cukup memadai dan lengkap, media belajar tersedia, lingkungan belajar
cukup strategis, biaya pelatihan cukup memadai baik yang bersumber dari mata

anggaran rutin maupun dari proyek. Sementara itu bila dilihat dari aspek
peserta ternyata mereka telah memenuhi persyaratan menjadi peserta pelatihan
Guru Pamong SLTP Terbuka yaitu sehat jasmani dan rohani, mencintai dan
bersedia memajukan pendidikan.

Bila dilihat dari latar belakang pendidikan ternyata sebanyak 50 orang
(62,5%) tamatan program Diploma II, 20 orang (25 %) tamatan SLTA, 10
orang (12,5%) tamatan Perguruan Tinggi (S 1). Dilihat dari latar belakang

pekerjaannya sebanyak 65 orang (81,25%) sebagai PNS (guru), 10 orang
(12,5%) bekerja sebagai tenaga honorium (guru sukwan) di sekolah, sisanya 5
orang (6, 25%) sebagai tenaga LSM.

Melihat keadaan latar belakang peserta pelatihan ini maka faktor-faktor

seperti kecerdasan, minat, bakat dalam kaitannya dengan pendidikan tidak

diragukan lagi, begitupun faktor eksternal yang sudah dipersiapkan seoptimal
mungkin menunjukkan sangat kondusip dalam pencapaian tujuan dari pelatihan

13

ini, namun demikian faktor yang cukup berperan dalam pencapaian tujuan
yaitu motivasi khususnya motif berprestasi sulit untuk diketahuinya secara
tepat. Atas dasar itulah maka penulis dalam penelitian ini menjadikan motif
berprestasi sebagai salah satu variabel bebasnya.
b.

Kreativitas

Dalam penelitian ini penulis memilih kreativitas sebagai salah satu
variabel bebas, dengan alasan diantaranya sebagai berikut:
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki kreativitas, karena kreativitas

bagi manusia merupakan atribut yang berperan sebagai fungsi egonya,
sehingga kreativitas bukanlah merupakan faktor keturunan. Dengan demikian

maka setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda, yaitu ada yang memiliki
kreativitas yang unggul dan ada yang memiliki kreativitas yang biasa.
Menurut Silvano dalam Khaerudin Kurniawan (1999 : 13) menyatakan

bahwa bila dipandang dari kacamata sosial kreativitas orang biasa sangat
penting sebab dapat memberi perasaan, kepuasan, kebanggaan dan mengurangi
perasaan putus asa serta dapat mendorong seseorang pada sikap dasar bagi

pekerjaan, perkembangan dirinya dan kehidupannya. Menurut pandangan
psikiatris, kreativitas biasa akan dapat mengangkat moral dan menurunkan

penyakit syaraf. Sedangkan kreativitas unggul bermanfaat bagi kemajuan sosial
dan pencapaian kemanusiaan yang benar.

Kreativitas

mempunyai

korelasi

dengan

keperibadian

seseorang,

pengembangan kemampuan kreatifakan mempengaruhi pada sikap mental atau

kepribadian seseorang, orang kreatif akan memiliki kepribadian yang lebih

14

integratif, percaya diri yang tinggi, sebaliknya orang yang kurang kreatif
kurang dapat mengembangkan kapasitas sehingga akan memiliki keperibadian
yang terbelah, kurang percaya diri, lemah dan menggantungkan diri pada
pertolongan orang lain. Orang yang kreatif dengan kepribadian yang utuh,
mandiri, dan percaya diri memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah.

Sehubungan dengan hal tersebut maka kreativitas merupakan aspek yang
penting dalam proses belajar, karena dari keperibadian yang kreatiflah yang
mendorong setiap orang untuk berhasil mengatasi masalah dan mencapai
kemajuan. Dengan demikian kreativitas merupakan suatu aspek kepribadian
yang memiliki dimensi yang banyak.

Menurut Barbara Clark, dalam Khaerudin Kurniawan (1999 : 14)
menyebutkan bahwa kreativitas sebagai fungsi integratif dari pemikiran,
perasaan, pengindraan dan firasat atau intuisi yang kesemuanya akan

membangun suatu kemampuan kreatif. Pengembangan kreativitas tidak hanya
terkait dengan pengembangan berpikir saja, tetapi harus mengembangkan
kemampuan perasaan, pengindraan, dan intuisi. Sehingga dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan manusia menggunakan totalitas kemampuan yang
meliputi kemampuan berpikir, perasaan, pengindraan dan intuisi.
Dengan mencermati kajian tentang kreativitas tersebut diatas semakin

meyakinkan penulis dalam memilih kreativitas sebagai salah satu variabel
bebas dalam penelitian ini.

15

c. Hasil Pelatihan

Hasil pelatihan dalam penelitian ini penulis jadikan sebagai variabel

terikat, hal ini bukan berarti mengesampingkan faktor yang lainnya. Adapun
yang menjadi alasannya adalah sebagai berikut:

Hasil pelatihan merupakan indikator tercapainya suatu tujuan pelatihan

yang telah direncanakan. Pencapaian tujuan tersebut biasanya ditandai dengan
adanya perubahan pada aspek kogintif, afektif dan psikomotor, bahkan
ditandai dengan penerapan hasil pelatihan dilapangan. Hal ini beralasan

bahwa suatu pelatihan dikatakan berhasil apabila dapat meningkatkan kinerja.
Atas dasar uraian tersebut diatas maka hubungan antara variabel akan

dibahas dalam penelitian ini. Maka secara operasional masalah dalam

penelitan ini yaitu "Seberapa jauh Hubungan Motif Berprestasi dan
Kreativitas peserta dengan Hasil Pelatihan ? ". Eratnya hubungan kedua

variabel bebas ini dengan variabel terikat baik secara masing-masing maupun
secara bersama-sama melalui analisis regresi, korelasi baik simpel maupun
multipel, dengan teknik-teknik ini pula akan diketahui koefisien korelasi.

Angka-angka yang diperoleh bukanlah merupakan tujuan akhir dari

penelitian ini, angka-angka tersebut hanya sekedar alat pembantu untuk
menafsirkan arti dibalik angka. Jadi seandainya diperoleh koefisien korelasi

positif dan signifikan, maka hal tersebut menjadi masukan pada BPG sebagai
penyelenggara pelatihan.

16

2. Perumusan Masalah

Dengan melihat pembatasan masalah dalam penelitian ini yang diuraikan

di atas yaitu yang terfokuskan pada "Seberapa jauh Hubungan Motif
Berprestasi dan Kreativitas peserta dengan Hasil Pelatihan ?" pada pelatihan
Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung. Maka dari pembatasan tersebut

terdapat tiga variabel penelitian yaitu : a). Motif Berprestasi sebagai variabel
bebas yang dikonotasikan (X 1), b). Kreativitas sebagai variabel bebas

dikonotasikan (X 2), dan c). Hasil Pelatihan sebagai variabel terikat, yang
dikonotasikan (Y).

Keterkaitan variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah
ini :

Bagan 1
Keterkaitan varibel

XI
i f
w

w

Y
i i

X2

Dari batasan tersebut maka penulis merumuskan masalah menjadi
beberapa sub masalah, yaitu sebagai berikut :

(1). Seberapa jauh hubungan antara MotifBerprestasi dengan Hasil Pelatihan ?
(2). Seberapa jauh Hubungan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan ?

(3). Seberapa jauh Hubungan Motif Berprestasi dan kreativitas peserta secara
bersama-sama dengan Hasil Pelatihan ?

17

C. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman persepsi antara penulis dan pembaca
dalam mengartikan atau menafsirkan permalasahan dalam penelitian ini, maka

diberikan beberapa definisi operasional sehubungan dengan kata-kata kunci yang
tertera dalam judul dan masalah penelitan, yaitu sebagai berikut:
1. Hubungan

Yang dimaksud dengan hubungan dalam penelitian ini adalah adanya
pertautan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Eratnya pertautan
tersebut dinyatakan melalui besarnya hubungan kedua variabel tersebut.

Menurut Sudjana (1982 : 352) mengemukakan bahwa studi yang mempelajari
eratnya hubungan antara variabel dikenal dengan nama analisis korelasi.

Analisis korelasi ini bermanfaat guna menemukan atau menjelaskan besar
kecilnya kaitan antara variabel penelitian.

Manfaat pendekatan korelasi seperti dikemukakan oleh Wayan Ardhana
(1987) dalam Tia Sugiri (1988 : 19) metode korelasi memberikan informasi

tentang tingkat (besar kecilnya) hubungan antara variabel-variabel yang sedang

dipelajari. berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan
hubungan dalam penelitian ini adalah mencari besar kecilnya pertautan antara
Motif Berprestasi dan Kreativitas peserta dengan Hasil Pelatihan.
2. Motif Berprestasi

Motif Berprestasi (Achievement Motive) dari teori motivasi yang

dikembangkan oleh McClelland, dkk. Yaitu dorongan untuk mengerjakan
sesuatu tugas atau pekerjaan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan

18

Motif Berprestasi (Achievement Motive) dari teori motivasi yang
dikembangkan oleh McClelland, dkk. Yaitu dorongan untuk mengerjakan
sesuatu tugas atau pekerjaan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan

(Dadang Sulaeman, 1984 : 36). Sedangkan menurut Johnson (1970 : 101)
menyatakan bahwa Motif Berprestasi adalah sebagai dorongan yang dimiliki
seseorang untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya menurut patokan

keunggulan, baik dengan patokan internal maupun persaingan (Tia Sugiri,
1988 : 230).

Sementara itu McClelland dalam Miftah Toha (1983 : 230) merinci unsur-

unsur Motif Berprestasi sebagai berikut : (a) Berani mengambil resiko yang
moderat, (b) Mencari dan menggunakan informasi sebagai umpan balik yang
konkrit di dalam setiap kesempatan yang dilakukan, (c) Memperhitungkan
keberhasilan, (d) menyatu dengan tugas.

Berdasarkan unsur-unsur itulah instrumen penelitian untuk mengungkap
motif berprestasi peserta pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di
kembangkan. Tes Pengukuran motif berprestasi tersebut berbentuk kuesioner
dengan lima kemungkinan jawaban (berskala lima). Kuesioner tersebut

berisikan pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan arah pernyataan
positif dan negatif

Responden menilai pernyataan-pernyataan itu dengan memilih salah satu

kemungkinan jawaban sebagai berikut Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Raguragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap respon akan

19

3.

Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu

yang baru baik berupa gagasan, maupun karya nyata yang relatif berbeda

dengan apa yang telah ada sebelumnya (Dedi Supriadi, 1997 : 7). Sementara
itu menurut Vecchio (1995) dalam Wibowo (1999 : 6) menyebutkan bahwa
Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Kreativitas

sebagai proses adalah kemampuan mengidentifikasi banyak kemungkinan
solusi pada persoalan tertentu. Kreativitas sebagai produk adalah berkaitan
dengan penemuan sesuatu, produksi sesuatu yang baru dari akumulasi
keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.

Selanjutnya Dedi Supriadi (1997 : 61) merinci ciri-ciri orang kreatif
diantanya sebagai berikut : terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam

berfikir, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai pendapat sendiri,

tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, memiliki rasa ingin tahu, percaya
pada diri sendiri, tekun, tanggung jawab, komitmen pada tugas, kritis pada
pendapat orang lain, dan Iain-lain.

Berdasarkan

ciri-ciri

orang

kreatif itulah

instrumen

penelitian

dikembangkan untuk mengungkapkan kreativitas peserta pelatihan guru
pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung, serta dipadukan dengan instrumen

alat pengukur krativitas menurut pendapat Andrew J. Dubrin (1984) dalam
NurlanKusnadi(1992 : 143-148).

Tes pengukuran kreativitas tersebut berbentuk kuesioner dengan lima

kemungkinan jawaban, dengan menggunakan model Skala Likert, kuesioner

20

tersebut berisikan pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan arah
pernyataan positif dan negatif

Responden menilai pernyataan-pernyataan tersebut dengan memilih salah

satu kemungkinan jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu
(R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap respon akan
mendapat bobot nilai sesuai dengan arah pernyataan yaitu 5, 4, 3, 2, 1 untuk
pernyataan positif, kemudian nilai 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif.
4.

Hasil Pelatihan

Hasil pelatihan dalam penelitian ini dimaksudkan keluaran (output) dari
pelatihan. Keluaran yaitu kemampuan hasil belajar yang diperoleh peserta
pelatihan setelah terlibat dalam situasi belajar tertentu, komponen tersebut
dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai (Ishak Abdulhak,
1995 : 22). Sementara itu menurut D. Sudjana, (1996 : 34) Keluaran (output)

yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang

didapat melalui kegiatan belajar mengajar. Perubahan tingkah laku mencakup
ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar
yang mereka perlukan.

Dengan mencermati pengertian tersebut maka hasil pelatihan itu pada
hakikatnya pencapaian tujuan dari pelatihan yang telah direncanakan
sebelumnya.

Sementara itu untuk mengukur pencapaian hasil pelatihan tersebut

menggunakan tes awal (pre tes) dan tes akhir (pos tes). Adapun soal tes
disusun dari materi pelatihan yang diberikan. Pelatihan Guru Pamong SLTP

21

Terbuka di BPG Bandung menyajikan berbagai materi pelatihan yang
disesuaikan dengan kebutuhan lapangan yang dikelompokan kepada tiga
rumpun, yaitu :

Pertama, Rumpun Pendidikan Dasar umum, yang terdiri dari : Kebijakan
pemerintah tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,

Pelaksanaan Program Wajib Belajar Dikdas di Jawa Barat. Kedua, Rumpun
Pendidikan Pokok atau Inti, yang terdiri dari : Pengelolaan Pembelajaran di
SLTP Terbuka, Motivasi, Pemantauan Kemajuan Hasil Belajar, Penyusunan
Program Belajar di TKB, Pemanfaatan Modul, Sikap Guru, Pemahaman

Keterbacaan. ketiga, Rumpun Pendidikan Penunjang, yang terdiri dari :
Pemanfaatan Sumber Belajar, Penggunaan Bahasa Indonesia, Program Tindak
Lanjut.

Dari materi pelatihan tersebut kemudian dibuat solah tes untuk mengukur
kemampuan peserta dalam menyerap materi pelatihan yang diberikan selama

pelatihan berlangsung, bentuk soal pilihan berganda dengan empat pilihan
jawaban.

Sementara itu untuk lebih menguatkan dari hasil pelatihan tersebut, maka

penulis dalam penelitian ini mengadakan penelitian mengenai penerapan hasil
pelatihan di lapangan dengan pendekatan kualitatif, kepada beberapa peserta
pelatihan dengan cara wawancara dan observasi.

22

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik tentang seberapa
jauh hubungan antara (1) Motif Berprestasi dengan Hasil Pelatihan, (2) Kreativitas

dengan Hasil Pelatihan, dan (3) Motif Berprestasi dan Kreativitas peserta secara
bersama-sama dengan Hasil Pelatihan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan mempunyai kegunaan bukan saja bagi
pengembangan ilmu, namun juga diharapkan mempunyai kegunaan praktis
khususnya bagi peningkatan kualitas Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka dan
bagi program pelatihan padaumumnya.
1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai pengembangan wawasan dan penguatan kognitif pada tingkat
akademis, yaitu memberikan informasi empirik dibidang kajian pelatihan.

b. Melihat relevansi teori-teori pendidikan orang dewasa dengan pelaksanaan
Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka.
2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan sarana dan masukan bagi peningkatan kualitas Guru Pamong
SLTP Terbuka.

b. Hasil Pelatihan ini sebagai alat ukur keberhasilan program pelatihan yang
dilaksanakan.

23

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara motif berprestasi dengan hasil pelatihan
2. Terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dengan hasil penelitian
3. Terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dan kreativitas secara
bersama-sama dengan hasil pelatihan.

BAB HI

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan dalam suatu
penelitian. Dalam Bab I telah dikemukakan maksud dan tujuan penelitian, yaitu
berusaha untuk

memperoleh

gambaran mengenai

berprestasi dan kreativitas peserta

hubungan antara

motif

dengan hasil pelatihan. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran empirik
mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1988 : 52) sebagai berikut : "metode
penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa atau kejadian yang ada pada masa sekarang, termasuk dalam
metode ini adalah studi kasus, survey, studi

pengembangan, studi korelasi",

sementara itu menurut Nasution (1987 : 41) sebagai berikut: "penelitian deskriptif
mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasisituasi sosial, kebanyakan penelitian sosial bersifat deskriptif.

Selanjutnya data yang diperoleh dari lapangan dianalisa baik secara
kuantitatif berdasarkan informasi statistik, maupun secara kualitatif berdasarkan

pengamatan langsung di lapangan mengenai penerapan hasil pelatihan maupun
untuk menginterprestasikan terhadap hasil-hasilnya. Dengan menggunakan metode
deskriptif ini diharapkan dapat memperoleh kesimpulan yang mungkin dapat

diangkat ketahap generalisasi berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data.
Kemudian dari kesimpulan dan generalisasi itu akan ditarik implikasi yang

70

71

bermakna untuk kepentingan perkembangan pelatihan guru pamong SLTP Terbuka
pada khususnya dan palatihan pada umumnya.

B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian

Sesuai dengan objek penelitian dalam tesis ini maka yang dijadikan

sebagai populasi adalah seluruh peserta pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka,
Angkatan ke-IV yang di selenggarakan di BPG Bandung mulai tanggal 14-23

Februari 2000. Jumlah peserta pelatihan Guru Pamong SLTPTerbuka sebanyak
80 orang, utusan dari Kabupaten dan Kotamadya se-Propinsi Jawa Barat,
adapun jumlah peserta pelatihan utusan dari tiap Kabupaten dan Kotamadya

sebanyak 2-4 orang hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.
2. Sampel Penelitian

Dalam penarikan sampel, besarnya sampel belum cukup menjamin
derajat keandalan hasil penelitian, disamping jumlahnya yang memadai suatu
sampel juga harus mewakili karakteristik anggota populasi. Suatu sampel
penelitian dapat dikatakan mewakili populasi apabila karakteristik populasi

dimiliki pula oleh sampel, untuk inilah sampel suatu penelitian antara lain
dapat ditarik secara proporsional.

Besarnya sampel dalam suatu penelitian belum ada ketentuan yang baku
atau rumus yang pasti, sebagaimana menurut pendapat Nasution (1987 : 114)

yang menyatakan ; "bahwa untuk menentukan besar sampel tidak ada aturan
yang pasti, makin besar jumlah sampel makin baik, karena itu harus diusahakan

agar sampel itu sebanyak mungkin, suatu kelaziman ialah agar jumlah sampel

72

sekurang-kurangnya tiga pokok satuan, jika peserta itu guru atau kelas maka

jumlah sampel minimal 30 guru atau 30 kelas". Sementara itu menurut Sudjana
(1987 : 72-73) bahwa " mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang
baku atau rumus yang pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada sikap dan
karateristiknya mendekati populasi atau tidak pada besar atau banyaknya.
Setetes darah manusia cukup untuk menentukan golongan darah, sebab sifatnya

tidak berbeda. Minimal sampel sebanyak 30 subjek". Sedangkan pendapat lain
terhadap populasi kurang dari 1000 dapat diambil 20 sampai 50 proses, patokan
tersebut bukan standar baku

melainkan

hanya prakiraan

berdasarkan

pertimbangan praktis.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel sebanyak 50 orang dengan alasan bahwa jumlah tersebut

lebih dari 50% populasi, peserta pelatihan 90% adalah guru, sehingga
diperkirakan dapat mewakili karateristik dari populasi. Sebagaimana telah
disinggung pada bab I bahwa dalam penelitian ini ingin mengungkapkan
tentang penerapan atau implementasi dari hasil pelatihan dilapangan, dengan
cara observasi, wawancara kepada peserta pasca pelatihan sebanyak 5 orang
dengan pengambilannya secara acak.

C. Penyusunan Alat Pengumpul Data
1. Jenis Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini terutama untuk mengetahui hubungan antara

motif berprestasi dan kreativitas peserta dengan hasil pelatihan Guru Pamong

73

SLTP Terbuka, maka data yang dibutuhkan adalah skor dari variabel-variabel

sebagai berikut : (a) motif berprestasi (Xi), (b) variabel kreativitas (X2), dan
(c) hasil pelatihan (Y). Untuk memperoleh skor dari variabel-variabel

penelitian tersebut maka disusun alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
a. Kuesioner

Kuesioner ini digunakan untuk mengungkapkan data mengenai hubungan
motif berprestasi dan kreativitas dengan hasil pelatihan.
b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan penerapan hasil

pelatihan dilapangan.
c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar peserta yaitu
beberupa prestasi belajar yang diraih peserta dalam pelatihan, yaitu berupa
nilai pree test maupun pos test.
d. Kepustakaan
Kepustakaan digunakan untuk mendalami dan mengungkapkan konsep-

konsep para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta
data-data yang diperiukan lainnya.
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data Hasil Pelatihan

Hasil pelatihan dalam penelitian ini diasumsikan dengan keluaran atau

output ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dari peserta itu sendiri setelah selesainya proses pembelajaran dimana dalam
hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi awal dan evaluasi akhir. Evaluasi awal

74

dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal peserta, sedangkan evaluasi
akhir untuk mengetahui daya serap materi pelatihan yang telah diberikan, yaitu

dengan cara jumlah nilai hasil eveluasi akhir dikurangi hasil evaluasi awal.
Untuk mengumpulkan data hasil belajar peserta pelatihan Guru Pamong

SLTP Terbuka ini penulis menggunakan naskah soal yang dipergunakan oleh

penyelenggara. Adapun bentuk soal yang dipergunakan berupa pilihan ganda,
dengan jumlah soal 40 yang terdiri dari tiga kelompok materi pelatihan yaitu
kelompok Pendidikan Dasar Umum (PDU), kelompok //;//' (Pokok), dan
kelompok Pendidikan Penunjang, dengan rinciannya sebagai berikut:
a. Kelompok Pendidikan Umum, terdiri dari :
1) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
2) Kebijakan Pemerintah
b. Kelompok Inti (Pokok)

1) Pengembangan SLTPT di Jawa Barat
2) Pengelolaan PBM SLTPT

3) Peranan Guru Pamong dalam Pengelolaan Pembelajaran di TKB
4) Pemanfaatan Modul

5) Peningkatan Motivasi, Minat dan Kreativitas Siswa
6) Pemahaman dan Keterbacaan Siswa
7) Sikap dan Perilaku Guru

8) Penyusunan Program Belajar di TKB
9) Pemantauan Kemajuan Hasil Belajar
c. Kelompok Pendidikan Penunjang, terdiri
1) Pemanfaatan berbagai sumber belajar

75

2) Penggunaan Bahasa Indonesia

3) Program Tindak Lanjut

Untuk mengetahui lebih rinci dari soal yang dipergunakan untuk
evaluasi dalam rangka penentuan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran.
Sementara itu sistem penilaiannya ialah jumlah jawaban yang benar

dikali sepuluh kemudian di bagi jumlah soal, dengan rumus :
n x

10

Skor =

Keterangan
N

: Scor = Nilai
n

= Jumlah jawaban benar

N

= Jumlah soal

10

= Angka pembulatan

Sedangkan untuk menentukan nilai akhir atau prestasi peserta pelatihan
yaitu nilai awal di tambah nilai akhir dibagi dua dengan rumus :