WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA : Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda pada Lingkungan Masyarakat diKodia Semarang.
WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA
Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis
PendidQcan Wawasan Kebangsaan
Generasi Mud a pada Lingkungan Masyarakat
diKodia Semarang
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Umum
Oleh
SUPRAYOGI
MM. 9596152
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
DISE1-UJUI
DAN
DISAHKAN
OXJKH
PEMBIMBING
I
l^ 1%
Prof
H.
NURSU)
PEMBIMBING
Prof. Drs.
H.A.
SUMAATMADJA
II
KOJJASIH DJAH1RI
ABSTRAK
Generasi muda adalah pemilik masa depan, oleh karenanya
generasi
muda yang berkualitas menjadi harapan
bangsa
dan
negara demi kelangsungan hidup negara-bangsa. Kualitas gene
rasi
muda salah satunya ditentukan oleh wawasan
yang
dimiliki. Di
pragmatis
dan
kebangsaan
era globalisasi yang mengarah
dan materialis,
serta
menguatnya
ke
sikap
primordialisme
tribalisme, mantapnya wawasan kebangsaan generasi
terasa semakin penting.
Namun
ironisnya justru
muda
kerisauanlah
yang ada dibenak sebagian besar bangsa ini.
Penelitian ini bermaksud mengungkap wawasan
generasi muda,
dengan meneliti
kebangsaan
kasus generasi muda di
Kodia
Semarang. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendapat gambaran
wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.
Dari
hasil penelitian yang memberikan gambaran wawasan kebangsaan
generasi
muda
dengan
segala
faktor
yang
melingkupinya,
bermaksud merekomendasikan pentingnya dicari model
pendidi
kan wawasan kebangsaan generasi muda yang cocok dilaksanakan
di
lingkungan pendidikan masyarakat.
dengan
Penelitian
dilakukan
metode diskriptif analitik dengan pedekatan
nologis,
dengan peneliti sebagai
fenorae-
instrumennya.
Hasil penelitian menunjukkan pendidik di lingkungan ma
syarakat (orangtua,
tokoh masyarakat,
penatar BP-7) dan
nerasi muda merasakan adanya penurunan pemahaman dan
ge
aktua-
lisasi wawasan kebangsaan generasi muda.
Penurunan
tersebut
di
perhatian
orangtua
dan
yang
antaranya disebabkan oleh kurangnya
bergesernya
harapan orangtua tentang masa
depan
semakin pragmatis-materialis dengan penekanan
anak
manfaat
jangka pendek, dan tidak jelasnya tantangan yang membangkitkan kesadaran kebangsaan.
Akhir penelitian merekomendasikan bahwa pendidikan atau
pembinaan wawasan kebangsaan generasi muda di lingkungan ma
syarakat mendesak untuk segera dilaksanakan, untuk itu perlu
dicari model yang cocok bagi pelaksanaannya.
vi
Pelaksanaannya
tidak dengan program khusus-formal,
tetapi diintegrasikan ke
berbagai program kegiatan rutin yang telah ada dan
Optimalisasi
harus
dilakukan
sejarah,
peran pendidik di
dengan
proyeksi masa depan,
sifat inovatif,
pendidikan
perilaku
affektif
yang
manfaat,
kesejahteraan
rakyat,
Pembinaan didekati
sebagai
komprehensif,
aktual,
humanistik,
kon-
mahasiswa
oriented.
diharapkan adalah pola pikir,
sikap,
dan
generasi muda tetap berakar pada nilai budaya
dan
kepribadian bangsa,
acuan
masyarakat
pada
nilai yang berpegang pada prinsip
dan
Hasil
berpedoman
usaha
dan ATHG bangsa.
tekstua1-konstitusional,
sentris,
materi
lingkungan
menarik.
dengan nilai wawasan
kebangsaan
tingkah laku dan acuan penilaian perilakunya.
VII
sebagai
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH
iii
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
BAB
I . PENDAHULUAN
II.
1
A.
Latar Belakang Penelitian
B.
Masalah Penelitian
12
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
16
1. Tujuan Penelitian
16
2.
17
D.
BAB
xii
1
Kegunaan Penelitian
Difinisi Operasional
19
WAWASAN KEBANGSAAN DAN GENERASI
A.
MUDA
24
Kajian tentang Wawasan Kebangsaan
24
1. Pengertian Wawasan Kebangsaan
24
2.
Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme
....
29
3. Cita-cita Negara Bangsa dan Tantangannya
34
4. Globalisasi Dunia dan Tantangannya
43
5. Kedudukan Wawasan Kebangsaan dalam Pen didikan
B.
Umum
49
Kajian tentang Generasi Muda
57
1. Generasi Muda dan Karakteristiknya
57
2. Peranan Generasi
3.
C.
Muda
dalam
Kehidupan
Kehidupan Berbangsa
63
Kebijaksanaan Kepemudaan di Indonesia ..
65
Kajian tentang Pembinaan Wawasan Kebangsaan
Generasi
Muda
70
1. Proses Regenerasi
2. Sifat
Dinamis
Wawasan
70
Kebangsaan
dan
Urgensi Memehaminya bagi Generasi Muda .
vm
73
3.
Pendidikan
Pendidikan
4.
Wawasan
Kebangsaan
sebagai
Nilai
78
Pendidikan Wawasan
Kebangsaan
Generasi
Muda di Lingkungan Masyarakat
BAB
BAB
III . PROSEDUR
IV.
86
PENELITIAN
A.
Metode
B.
Subyek Penelitian
97
C.
Teknik Pengumpulan Data Perhatian
98
D.
Instrumen
99
E.
Pengumpulan Data Penelitian
F.
Analisis
G.
Jadwal
HASIL
A.
dan
97
Penelitian
97
Penelitian
Data
99
Penelitian
100
Kegiatan Penelitian
PENELITIAN
Hasil
DAN
100
PEMBAHASAN
101
Penelitian
101
1.
Profil
2.
Identitas Subyek Penelitian
3.
Pemahaman Pendidik di
Lingkungan
rakat
Kebangsaan
4.
Lokasi
Wawasan
Penelitian
rasi
..
Hasil
Masya
112
Mengha120
Penelitian
terhadap Wawasan
125
Lingkungan
Masya
Kebangsaan Gene
Muda
125
Pemahaman dan Penghayatan
Wawasan
Ke
bangsaan Generasi Muda
3.
4.
BAB
101
105
Kebangsaan
Pemahaman Pendidik di
rakat
2.
Situasi
tentang Wawasan
Pembahasan
1.
dan
Alasan dan Tujuan Memahami dan
yati
B.
Pendekatan
Pendidikan Wawasan Kebangsaan
133
Generasi
Muda di Lingkungan Masyarakat
136
Temuan Penelitian
146
V. KESIMPULAN,
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
151
A. Kesimpulan
151
B.
Implikasi
154
C.
Rekomendasi
157
IX
DAFTAR PUSTAKA
162
LAMPIRAN SK DOSEN
LAMPIRAN
SURAT
PEMBIMBING
IJIN
PENELITIAN
169
170
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Bagan Pola Pendidikan Wawasan Kebangsaan
pada
Generasi Muda di Lingkungan Masyarakat
23
Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Rencana Kerja Penelitian
Tabel 2
Penduduk Kodia Semarang
Tabel 3
98
Berdasar
Kelorapok
Umur
102
Tebaran Subyek Penelitian
110
:n
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
menegaskan
bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua bangsa
Indonesia memasuki proses tinggal landas menuju
terwujudnya
masyarakat
berdasarkan
Pancasila.
kan
yang maju,
adil,
makmur dan mandiri
Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua merupa
masa kebangkitan nasional kedua bagi
yang
bangsa
tumbuh dan berkembang dengan makin
kemampuan
semangat
dan
kekuatan sendiri serta
Indonesia
mengandalkan
makin
pada
menggeloranya
kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia
dalam
upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
bangsa
lain
Jangka
Panjang Kedua diarahkan untuk meningkatkan
manusia
dan
yang
yang telah maju.
Oleh karena
itu
dan masyarakat Indonesia agar makin
sejahtera berdasarkan Pancasila.
melandasi kesadaran kebangsaan,
Pembangunan
kualitas
maju,
Rasa cinta
mandiri
tanah
semangat
air
pengabdian,
dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih
baik
harus
ber
terus
dibangkitkan dan
dipelihara
sehingga
kembang menjadi sikap mental dan sikap hidup masyarakat yang
mampu mendorong percepatan proses pembangunan di segala
as-
pek kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa demi terwujudnya tujuan nasional.
jiwa dan semangat persatuan dan
salah satu modal pembangunan.
kesatuan
Untuk
itulah
bangsa
maka
merupakan
Untuk dapat mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia
yang
berkualitas seperti digariskan oleh GBHN, maka
tidak
dikan
nasional
paian
manusia
sanaan
fungsi pendidikan pada umumnya. Dikatakan oleh
Dahlan
(1983: 3):
yang
dapat
diabaikan
pendi
berkualitas
perannya.
Penca-
berkaitan dengan
"Berbioara tentang mutu manusia,
pelakM.D.
berarti
berbicara tentang pendidikan."
Agar
mulia
itu,
pendidikan nasional mampu mengemban
maka GBHN 1993 (BP7,
1993:
amanat
158) menetapkan
yang
ten
tang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian,
mandiri,
maju,
tangguh,
cerdas
kreatif,
terampil,
berdisiplin,
beretos kerja,
profesional
bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani
dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan
jiwa patriotik dan mempertebal cinta tanah air, mening
katkan
semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan
sosial
serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Sejalan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam
GBHN 1993, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
(pasal
4 UU NO.
2 Tahun
1989) menetapkan tujuan
Nasional
pendidikan
nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan
Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti
luhur,
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan, kesehatan jasmani
dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan
angkan
memahami tujuan pendidikan nasional yang
dalam GBHN dan Undang-undang Sistem
Pendidikan
dituNa
sional, jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas, dan salah satu
indikator
manusia berkulaitas adalah dimilikinya
rasa
dan
semangat kebangsaan, yaitu rasa tanggung jawab akan kehidup
an
kebangsaannya
.dengan menjunjung
tinggi
persatuan
dan
kesatuan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Rasa dan semangat kebangsaan Indonesia adalah merupakan
nilai yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia.
Kosasih Djahiri(1992:
A.
2) tentang nilai menyatakan:
Nilai adalah sesuatu yang berharga menurut standart logika(benai—salah), estetika(bagus-buruk), etika
(adil/
layak-tidak
adil), agama(dosa-haram-halal)
dan
hukum
(sah-absah), serta menjadi acuan dan atau sistem
keyakinan diri maupun kehidupannya. Nilai-nilai ini ada dan
berkembang dalam berbagai gatra hidup, yakni
keilmuan,
dan Ipoleksosbudhankam kehidupan.
Agar rasa dan semangat kebangsaan dapat terbina dengan
baik,
menjadi acuan dan sistem keyakinan diri manusia Indo
nesia dalam
kehidupan kebangsaannya,
melalui pendidikan.
23)
menyatakan:
kontinyu,
dunia
maka harus diupayakan
Dalam hal ini A. Kosasih Djahiri(1992:
"Pendidikan nilai esensial
terarah-terkendali
dan
afektif manusia itu sendiri
berencana
yang
dibina
karena
secara
sifat
labil-kontekstual/
kondisional-situasional. "
Upaya
nya,
yang
merupakan
pendidikan mewujudkan manusia Indonesia
memiliki
rasa dan
semangat
proses pendidikan nilai,
yaitu
kebangsaan yang menjadikan pemahaman,
kebangsaan
pendidikan
seutuh
adalah
nilai
sikap, dan penghayatan
kehidupan manusia warga negara Indonesia terhadap bangsa dan
negaranya berbeda dengan manusia bukan warga negara
sia .
Indone
Judistira K. Garna dalam Forum Pengkajian Seskoad(1994:
82), Rudini dalam Bakom PKB Pusat(1992:2), Kansil(1986: 20),
dan Soeprapto(BP 7 Dati I Jateng: 6) menyatakan bahwa membahas rasa dan semangat kebangsaan(paham kebangsaan) yang raendahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa serta persatu
an
dan kesatuan bangsa berarti
membicarakan
nasionalisme,
yaitu kesadaran berbangsa dan loyalitas atas kebangsaannya.
Jiwa dan semangat menjunjung tinggi persatuan dan
satuan bangsa(nasionalisme) adalah
konstitusi,
sejalan
dengan
ke
amanat
seperti ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 se
bagai berikut:
Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara
persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap
bangsa
seluruhnya. Jadi negara mengatasi segaia paham
golongan, mengatasi segaia paham perseorangan.
Negara,
menurut pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan,
meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Ini suatu
dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
Amanat
konstitusi
bertumbuhkembangnya
tersebut menekankan
tak
pada setiap warga negara
terkecuali para generasi
generasi penerus. Oleh karena itu,
naan
terbina dan
rasa dan semangat kebangsaan, yang
lahirkan wawasan kebangsaan
nesia,
harus
generasi muda harus mampu
kebangsaan. GBHN 1993 (BP7,
1993:
muda
yang
me-
Indo
merupakan
arah kebijaksanaan pembi
menumbuhkembangkan
wawasan
174) menegaskan:
Pembinaan dan pengembangan generasi muda sebagai gene
rasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus citacita perjuangan bangsa dan insan pembangunan diarahkan
agar pemuda menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa
Pancasila,
disiplin,
peka,
mandiri,
beretos kerja,
tangguh,
memiliki
idealisme yang kuat,
berwawasan
kebangsaan
yang luas, mampu mengatasi
tantangan
baik
masa kini maupun yang akan datang dengan tetap memperhatikan nilai
sejarah yang dilandasi
oleh semangat
kebangsaan serta persatuan dan kesatuan bangsa.
5
Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan generasi
yang
tertuang
dalam GBHN 1993 tersebut harus
dapat
muda
mela-
hirkan generasi muda Indonesia yang nemiliki wawasan kebang
saan
yang luas. Upaya pembinaan dan
melibatkan
sekolah
usaha
maupun
pendidikan,
pendidikan di
baik
pengembangan
pendidikan
lingkungan
tersebut
formal
masyarakat
tidak kalah pentingnya dan besar peranannya dalam
di
yang
menumbuh
kembangkan wawasan kebangsaan generasi muda. Mengenai pembi
naan dan pengembangan generasi muda, Kansil (1986:
122-123)
menyatakan ada tiga jalur, jaitu jalur pendidikan/ keluarga,
jalur pemerintah, dan jalur masyarakat.
Pendidikan wawasan kebangsaan pada generasi muda
dira-
sakan sangat penting,
karena selain diamanatkan oleh konsti
tusi
perundangan yang
dan
dengan
hal
peraturan
ada
kedudukan strategis generasi muda.
itu,
Kansil (1986:
juga
berkaitan
Sekaitan
dengan
99) menyatakan:
Dilihat dari segi kebutuhan, maka generasi muda
adalah
sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Sebagai
sumber
insani dari potensi bangsa, maka generasi
muda
perlu dipersiapkan agar berpartisipasi aktif dan
mem
berikan
sumbangan
yang posit i f kepada
pembangunan
bangsa
dan negara...Disadari bahwa masa
depan
adalah
milik generasi muda. la adalah Ianjutan masa kini
dan
merupakan
hasil masa lampau. Dalam hubungan ini,
maka
pembinaan dan pengembangan generasi muda harus menanam-
kan kepekaan terhadap masa depan untuk dapat
masa datang sebagai kelanjutan masa kini.
Sehubungan
bahwa
generasi
menyadari
proses regenerasi, perlu diperhatikan
muda
yang merupakan
pewaris
dan
pula
penerus
negara-bangsa ini tidak mengalami langsung proses perintisan
dan
pertumbuhan wawasan kebangsaan dalam perjuangan
merebut
dan
mempertahankan
kemerdekaan.
Sehingga
bangsa
sangat
dimungkinkan adanya perbedaan pemahaman dan tanggapan
kerangka
dan
kehidupan kebangsaan yang disebabkan oleh
tantangan
pengalaman
yang ada memang telah
situasi
berbeda
yang dihayati generasi sebelumnya. Hal
sebagaimana dikemukakan oleh B.
bu
jauh
(1990:
8),
(Suara Merdeka:
Lebih
24 Maret
dengan
tersebut
Simandjuntak dan IL.
BP 7 Pusat(1993:
26),
dan
dalam
Gantya
Pasari-
Witarso
1987).
tegas dikemukakan oleh Abdul Munir Mulkan
Nasikun dkk (1996:
dalam
17-19) yang menyatakan:
Nasionalisme di mat a generasi muda pasca perang kemerdekaan
mempunyai makna relatif berbeda dari
generasi
yang bergumul dan terlibat perang kemerdekaan... Penga
laman hidup an tar generasi dalam pergumulan
kenegaraan
dan kebangsaan yang berbeda dapat menumbuhkan
sentimen
kebangsaan dan kenegaraan yang juga berbeda.
Perbedaan pemahaman dan tanggapan generasi muda tentang
wawasan
kebangsaan
selain
disebabkan
tidak
mengalaminya
proses perintisan dan pertumbuhan wawasan kebangsaan,
kalah
penting
Keadaan
tidak
adalah
sekarang
dapat
pandang
faktor
pengaruh
yang disebut
dipungkiri sangat
sebagai
jaman
berpengaruh
generasi muda dalam peri
Mudahnya
keadaan
kekinian.
globalisasi
terhadap
kehidupan
informasi dari berbagai belahan dunia yang
bukunya
muda.
yang
Sebagai misal pendapat Kenichi
berjudul Dunia Tanpa
Batas
cara
kebangsaannya.
sumsi tidak selalu menguntungkan bangsa Indonesia,
generasi
tidak
khususnya
Ohmay
yang
dikon-
dalam
menyatakan
bahwa kini berpikir dan bersikap kebangsaan atau nasionalis
me
dipandangnya
sebagai sesuatu yang kuno.
Generasi
muda
dengan karakternya yang terbuka dan mudah menerima perubahan
tidak
tertutup kemungkinan lebih tertarik dengan
informasi
yang
datangnya dari
atau
buku yang
luar,
yang dikemas dalam bentuk
apik dan menarik,
termasuk
berita
pendapat
Ohmay
tersebut. Pengaruh globalisasi terhadap bangsa Indonesia dan
dampaknya
seperti
digambarkan oleh Bernadette
dalam ISPSKJP&M NO. 1 1993:
N.
Setiadi
33-34):
Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat
dunia
tentu
tidak luput pula dari pengaruh globalisasi i n i . . . Salah
satu
bahaya utama adalah timbulnya
kebingungan
dalam
menghadapi perubahan dan ketidak jelasan yang demikian
cepat
terjadi,
sehingga tidak
jarang para
individu
(terutama mereka yang masih muda) kehilangan pegangan.
Pandangan
dalam
senada
Moerdiono,
Analisis
CSIS NO.
Sabtu:
24 Maret
dalam
Mimbar
dkk(1995:
2 (1996:
1997),
NO.
dikemukakan pula oleh
M.
111),
136),
Budi
Lambang
Trijono
Soedarsono(Suara
Soeparno(1992:
3),
82 Tahun XIV(1996/1997:
Santoso
dalam
Merdeka,
M.
Alwi
Dahlan
21),
dan
Rudini
dalam Bakom PKB Pusat(1992:2).
Globalisasi selain membawa pengaruh positif juga memuat
pengaruh
negatif yang bagi kelangsungan dan
gara-bangsa
rentan
Indonesia,
dan wawasan kebangsaan
. Suprapto (1994:
Nasional II
6) dalam makalahnya
kehidupan
bisa
ne
sangat
pada
Seminar
Dosen Pancasila di Purwokerto menyatakan:
Dengan merebaknya globalisasi dalam bidang ekonomi,
yang
didukung oleh teknologi komunikasi
mengakibatkan
melemahnya
batas-batas an tar negara, sehingga
terjadi
interaksi
secara
universal
antar
manusia.
Hal
ini
secara langsung menimbulkan problem terhadap eksistensi
negara
bangsa.
Timbul
pertanyaan
masih
relevankah
gagasan tentang nasionalisme dan wawasan kebangsaan.
Jawaban pertanyaan tersebut bagi bangsa Indonesia
mendambakan
negara persatuan dan kesatuan tidaklah
gamang,
yaitu nasionalisme dan wawasan kebangsaan tetap relevan
sangat diperlukan,
yang
dan
apalagi dijaman yang semakin mengglobal.
a
Dampak
negatif globalisasi yang
berpandangan
seolah-
olah terjadi perubahan status dan batas negara akan
mengim-
bas pada nasionalisme atau wawasan kebangsaan suatu
bangsa.
Dalam kaitan ini, Abdul Azis Wahab (1996: 2) menyatakan:
...munculnya perubahan status dan batas-batas negara
menyebabkan hubungan yang rumit dengan nasionalisme,
identitas politik, dan partisipasi warga negara. Adanya
pengungsi global yang telah menimbulkan orang-orang
tanpa kewarganegaraan dalam si tern politik kontemporer
mengisyaratkan pentingnya penyiapan warga negara Indo
nesia
menghadapi perubahan-perubahan tersebut
melalui
pendidikan kewarnegaraan.
Dengan
Soerjanto
gaya
bahasa berbeda
Poespowardojo
Abdurrahman
(1994: 4-5)
Wahid
menyatakan
dalam
hal
yang
senada dengan pernyataan Abdul Aziz Wahab.
Pernyataan
Cecep
Syarifuddin dalam
Forum
Pengkajian
Seskoad (1994: 103) memperjelas pula pengaruh negatif globa
lisasi terhadap nasionalisme atau wawasan kebangsaan:
Selain itu banyak
kalangan
memprihatinkan
bahwasanya
semangat nasionalisme karena terpaan arus globalisasi
dihampir segaia bidang kehidupan
masyarakat
telah
berkembang sedemikian jauh, makin kompleks dan
rumit.
Hingga dalam banyak hal, jiwa nasionalisme bangsa tidak
lagi menjadi hirauan utama dalam cara pandang dan
pola
pikir.
Namun ironisnya, globalisasi yang merebak seolah
meni-
adakan batas dan perbedaan antar negara dan bangsa,
ternyata
membangkitkan semangat kesukuan atau kelompok yang
bersifat
primordialis.
memprihatinkan
seginya.
ini
sangat
bangsa Indonesia yang pluralis dalam
banyak
Pluralisme
potensial
Sofyan
Merebaknya semangat primordialis
bangsa
Indonesia
terjadinya disintegrasi nasional.
Wanandi (Jawa Pos, Senin: 27 Mei
"Dilihat
sangat
dari
Dalam
1996)
sudut persatuan dan kesatuan
rentan
hal
dan
ini
menyatakan:
bangsa,
dalam
kapasitas
tertentu, kebhinekaan atau kemajemukan itu
dapat
dipandang sebagai potensi perpecahan. " Nasikun (1996: 7)juga
menyatakan
umumnya
hal
yang senada:
"... masyarakat
menghadapi masalah integrasi dalam
majemuk
pada
magnitude
yang
tidak pernah dihadapi oleh corak masyarakat yang lain. "
Oleh
kait
sebab itu bangkitnya semangat
erat
wawasan
dengan semakin rumitnya
kebangsaan.
yang disebabkan
primordialis
permasalahan
Peringatan adanya ancaman
ber-
pembinaan
disintegrasi
oleh bangkitnya semangat primordialis harus
pula dicermati secara seksama oleh segenap bangsa Indonesia.
Sebagaimana
dikemukakan
(Analisis CSIS NO.
oleh
Anak
2Th. XXV-1996:
Agung
Banyu
Perwito
156) dengan menyatakan:
Kecenderungan maraknya konflik antar etnis yang terjadi
di berbagai penjuru dunia ini tentunya dapat memberikan
pengalaman
yang sangat berharga bagi bangsa
Indonesia
untuk
tetap
teguh
memegang persatuan
dan
kesatuan
bangsa
ditengah era globalisasi ini...
Sebagai
suatu
negara-bangsa
yang terdiri dari beragam etnis,
agama,
budaya,
dan
bahasa,
kita
perlu
memikirkan
bersama
terbentuknya
satu
masyarakat terbuka
(open
society)
guna memantapkan paham kebangsaan Indonesia.
Mencermati
berbagai pengaruh globalisasi,
maka
berbagai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam
merosot
timbul
terhadap
atau melunturnya wawasan kebangsaan generasi
yang tidak menghayati secara langsung perintisan dan
buhan
wawasan
kemerdekaan.
kebangsaan dalam
perjuangan
Apalagi akhir-akhir ini juga
kerusuhan yang melibatkan generasi muda.
rasi
muda dalam berbagai kerusuhan massa
muda,
penum-
mempertahankan
timbul
berbagai
Keterlibatan
dipandang
gene
mente-
ngarai diabaikannya semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
10
Berbagai kekhawatiran dan merosotnya wawasan kebangsaan
generasi
muda dapat disimak dari berbagai
mengedepan
akhir-akhir
pernyataan
ini. Siswono Yudohusodo
yang
(1996:
6)
menyatakan:
... semangat kebangsaan yang ada terasa telah mendangkal,
telah terjadi erosi rasa kebangsaan
terutama di
kalangan generasi muda... paham dan semangat kebangsaan
dari bangsa yang majemuk ini akan merosot dan tenggelam
oleh adanya gejala menonjolnya semangat kesukuan dan
keagamaan,
yang semula merupakan unsur-unsur
yang
membentuk negara-bangsa
ini.
Ada pula yang merasa
prihatin karena menganggap ada upaya-upaya yang sistematik untuk memasukkan pandangan-pandangan budaya asing
ke dalam budaya hidup bangsa kita, atau kedalam pandangan hidup kita, yang pada saatnya akan dapat melunturkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang
telah
terbina selama
Kecemasan
(1994:
50)
senada
dalam
ini.
dikemukakan
Sarasehan
Ginandjar
Nasional
Kartasasmita
Peningkatan Kualitas
Pengamalan Wawasan Kebangsaan dengan menyatakan:
Kalau kita coba mendalaminya, menangkap berbagai ungkapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendekiawan dan pemuka masyarakat memang mungkin ada hal
yang
menjadi
keprihatinan.
Pertama,ada
kesan
seakan-akan
semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi
terutama di kalangan generasi muda; seringkali
disebut
bahwa sifat materialistik, telah menggantikan idealisme
yang merupakan sukmanya kebangsaan.
Kedua, ada kekhawa
tiran
ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat
gejala yang terjadi di berbagai negara, terutama yang
amat
mencekam adalah kejadian di Yugoslavia, di
bekas
Sovyet,
dan juga di negara-negara
lainnya
seperti
Afrika,
dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham
kesukuan.
Kecemasan
dan kekhawatiran mendalam merosot
dan
dangkalnya wawasan kebangsaan generasi muda tampaknya
men-
telah
sangat meluas, meskipun sifatnya barulah dugaan dan bersifat
meraba-raba
dengan
menghubungkan
terjadi akhir-akhir ini.
ini
menyatakan:
berbagai
Amir Santoso (1994:
"Belum pernah ada penelitian
fenomena
yang
110) dalam hal
mengenai
hal
11
ini, sehingga yang timbul adalah dugaan dan prasangka
bahwa
kadar nasionalisme,
mulai
menurun dewasa
Pendapat
tidak
kecemasan
ini. "
Amir
dengan
terutama dikalangan generasi muda
Santoso terasa
sangat
menarik,
serta merta diterima berbagai
itu,
sebab
prasangka
dan
positif
dan
tetapi dengan berpikir secara
dengan mempertanyakan dasar argumen ilmiahnya. Tetapi justru
dari
sifat
merangsng
atau
prasangka
dan dugaan
untuk dibuktikan
prasangka
tersebut,
tersebut
mendorong
. Sebab benar atau tidak
ternyata
sangat kuat dari berbagai kalangan,
telah
dugaan
mendapat
respon
baik tokoh pemerintahan,
tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya.
Respon yang
tersebut
melalui
media
nampak dalam berbagai forum dan
penghayatan wawasan kebangsaan,
usaha
sehingga
untuk mengatasinya dengan menekankan
dan
kuat
berbagai
dilansir tentang perlunya kewaspadaan terhadap
sotnya
dan
mero-
dibutuhkan
memperkuat
perlunya pendidikan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.
Berbagai ungkapan pakar, politisi, ulama, dan
tentang
perlunya pengkajian dan pemantapan wawasan
saan
generasi
Pos,
Senin: 27 Mei 1996), Dadang
Senin:
praktisi
muda dikemukakan oleh Sofyan
Rochmat
kebang
Wanandi
(Jawa
Hasanusi(Kompas,
19 Agustus 1996), Abdurrahman Wahid(Kompas, Senin:
September 1996), L.B.
Moerdani dalam Mimbar BP7 NO.
2
37 Tahun
VIK1989: 64-65), Alamsyah Ratuprawiranegara(Walkodri, 1985:
20), Soenaryadi dalam Media P4 NO. 31 TH. XI(1995/1996: 12),
dan Hendropriyono dalam Mimbar NO. 82 TH.
35).
XIV(1996/1997: 31-
12
Dalam hal tersebut, Sofyan Wanandi (Jawa Pos, Senin: 27
Mei 1996) menyatakan:
Menyimak kecenderungan-kecenderungan,
baik di
dalam
maupun di luar negeri, terdapat beberapa perkembangan
yang menjadi kendala atau penghalang usaha peningkatan
persatuan
dan
kesatuan bangsa, antara
lain
kecenderungan primordialisme...
Kecenderungan
semacam
ini
perlu diatasi secara konsepsional, arif, dan bijaksana
berdasarkan
wawasan kebangsaan agar
tidak berkembang
kearah disintegrasi bangsa.
Terasa tepat saatnya himbauan Presiden Suharto
BP7
NO.
67/XII-1994/1995:
2) dalam Sarasehan
Nasional
ningkatan Kulaitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan
dalam
Pe
PJP
"Hawasan kebangsaan itu tidak boleh hanyut
Kedua menyatakan:
dalam perubahan dunia,
akan
(Mimbar
karena tanpa wawasan kebangsaan
kehilangan jati diri...
itu sebabnya,
wawasan
kita
kebang
saan kita harus terus kita segarkan. "
Respon
kekhawatiran
isue
merosot
masyarakat yang begitu kuat,
dan kecemasan yang sangat
dan
mendangkalnya
sebagai
ungkapan
mendalam
wawasan
terhadap
kebangsaan
juga
tercermin dari himbauan para Khatib Sholat Idul Fitri (Suara
Merdeka,
Selasa:
11 Februari 1997) yang menyerukan
nya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang
pentingmerupakan
unsur dasar wawasan kebangsaan Indonesia.
Sekaitan
perlu
latar permasalahan diatas,
dilakukan
penelitian masalah yang
dipandang
sangat
berkenaan
dengan
wawasan kebangsaan generasi muda.
B.
Masalah Penelitian
Disadari sepenuhnya bahwa generasi muda adalah
hari
depan
dan generasi
pelanjut
kelangsungan
pemilik
kehidupan
negara-bangsa.
Perannya dalam kehidupan negara
dan strategis, sebab
dan
sangat
potensial
lambat
proses
regenerasi secara alamiah pasti berlangsung.
bangsa
atau
cepat
Menya-
dari hukum alam demikian, pembinaan dan pengembangan genera
si muda sebagai upaya menyiapkan kader bangsa yang
amanat
konstitusi
dan cita-cita
kemerdekaan
memenuhi
tidak
boleh
terabaikan.
Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan,
oleh
ternyata amanat konstitusi
Penjelasan
diupayakan
sebagaimana
UUD 1945 (yang bersifat ideal)
ditegaskan
dan
perwujudannya melalui berbagai kebijakan
telah
pendi-
dikan(tujuan pendidikan nasional) yang tertuang dalam
turan
NO.
perundangan sebagaimana digariskan GBHN
2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
pera-
1993 dan
UU
Nasional,
dan
kebijakan pembinaan dan pengembangan generasi muda
(sebagai
digariskan oleh GBHN 1993),
masyara
kat
yang
pendidik,
terdiri
atas
orang tua,
realitasnya para tokoh
kalangan
cendekiawan,
negarawan,
pengamat politik, maupun ulama
mempu-
nyai
kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam mengenai mero
sot
dan
mendangkalnya pemahaman
dan
penghayatan
wawasan
kebangsaan generasi muda Indonesia.
Timbulnya
kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam
di
kalangan tokoh masyarakat terhadap pemahaman dan penghayatan
wawasan kebangsaan oleh generasi muda diyakini karena perbe
daan persepsi antara generasi tua dan generasi muda,
akibat
tempaan situasi dan kondisi yang berbeda,
lingkupinya.
Faktor
lain yang
mempunyai
andil
sebagai
yang
me-
timbulnya
14
kekhawatiran dan kecemasan adalah akibat pengaruh globalisa
si
yang menumbuhkan pandangan universalitas, tetapi
lain
disisi
menimbulkan tumbuh suburnya pola pikir dan sikap
pri
mordialis. Oleh karena itu satu hal yang menarik bagi
pene-
liti adalah mengetahui bagaimanakah sebenarnya pemahaman dan
penghayatan wawasan kebangsaan
Baik
generasi muda.
pandangan universalitas yang mengabaikan
prinsip
negara-bangsa, maupun pola pikir dan sikap primordialis yang
mengutamakan
kelompok
negara-bangsa,
dan
mengabaikan
persatuan-kesatuan
bagi bangsa dan negara Indonesia yang
fat majemuk sama-sama tidak dikehendaki.
bangsa
Indonesia
ingin
menjalaninya
bersi
Di era globalisasi,
dengan
memanfaatkan
peluang yang ada tanpa harus mengorbankan keutuhan jati diri
negara-bangsanya.
Endang
yang
Sutari
Dalam hal
dalam Forum Pengkajian Seskoad
menyatakan:
keseluruhan
(1994:
241)
"Memilih jalur primordialisme berarti
rorientasi ke belakang,
dap
ini patut diperhatikan pandangan
hanya mampu bersikap negatif
budaya global
sekarang,
be-
terha
berarti
memilih
dan penghayatan
wawasan
menu tup diri. "
Proses
penumbuhan,
pemahaman,
kebangsaan sebagai pendidikan nilai kebangsaan harus melalui
proses pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pola
edukatif
antara lingkungan dengan subyek pendidikan,
hal ini generasi muda.
Kansil(1986:
kat
Cara
17) adalah:
Pendidikan yang dimaksudkan
"...
cara bagaimana suatu
mengalihkan kultur politik kepada generasi
ini
hubungan
dapat
berwujud edukasi formal
dan
dalam
menurut
masyara
berikutnya.
non
formal,
15
interaksi sosial, komunikasi sosial, dan penteladanan. "
Lingkungan
masyarakat merupakan salah satu
lingkungan
pendidikan yang dominan membentuk manusia Indonesia
nya.
Oleh
karena
itu lingkungan
masyarakat
menumbuhkembangkan nilai-nilai yang positif,
seutuh
harus
dapat
termasuk
wawa
san kebangsaan warga negara, khususnya generasi muda.
Untuk
menjawab
pokok
permasalahan
kekhawatiran
kecemasan mendalam tentang meluntur dan mendangkalnya
dan
pema
haman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda
yang
dilansir oleh berbagai kalangan melalui berbagai media, maka
sangat menarik untuk dikaji secara lebih cermat dan mendalam
melalui
suatu penelitian.
Agar
sehingga
penelitian
ini
lebih
terkendali
mampu menjawab pokok permasalahan,
dan
terarah,
maka
diajukan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Sudahkah pendidik di lingkungan masyarakat memahami wawa
san
kebangsaan?
2. Bagaimanakah pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan
generasi muda di Kodia Semarang?
3. Apakah alasan dan tujuan memahami dan menghayati
wawasan
kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang?
4.
Bagaimanakah
lingkungan
proses
pendidikan
wawasan
kebangsaan
masyarakat pada generasi muda di Kodia
di
Sema
rang .
Secara lebih terinci untuk menjawab pertanyaan
tian
yang telah diajukan, dilakukan penelusuran yang
kuskan pada:
peneli
difo-
16
1. Identifikasi
pendidik di lingkungan
masyarakat
tentang
pengertian wawasan kebangsaan.
2. Pemahaman
selaku
generasi muda
warga
mengenai hak
negara dalam
dan
hubungannya
kewajibannya
dengan
bangsa,
negara dan masyarakatnya.
3. Identifikasi
pemahaman
muda
pendidik di lingkungan masyarakat
dan
sebagai
penghayatan wawasan
cerminan tanggung
terhadap
kebangsaan
jawabnya
generasi
selaku
warga
negara.
4.
Pemahaman generasi muda tentang
latar belakang alasan dan
tujuannya memahami dan menghayati wawasan kebangsaan.
5.
Identifikasi
latar
dan
6.
pendidik di
terhadap
tujuan generasi muda
memahami
belakang alasan dan
menghayati wawasan
Pemahaman dan
Identifikasi
pendidikan
bersifat
kebangsaan.
sikap generasi
dikan nilai wawasan
7.
lingkungan masyarakat
muda terhadap proses
kebangsaan di
pendidik di
lingkungan masyarakat.
lingkungan masyarakat
wawasan kebangsaan generasi muda,
ideal maupun
pendi
terhadap
baik
faktual.
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda
Kodia
wawasan
Semarang
ini bertujuan
kebangsaan
yang
untuk
mendapatkan
generasi muda di Kodia
di
gambaran
Semarang.
Dari
garabaran yang diperoleh tersebut direkomendasikan pentingnya
tindak
lanjut disusun model pendidikan
wawasan
kebangsaan
17
generasi muda di lingkungan
masyarakat yang efektif. Tujuan
lain dari penelitian ini adalah didapat sumbangan
pengem-bangan
perguruan
sikap,
perkuliahan
tinggi yang mampu
dan
dan materi
pemikiran
Pendidikan
menumbuhkembangkan
penghayatan wawasan kebangsaan
Umum
di
pemahaman,
sesuai
dengan
tanggung jawab peserta didik selaku warga negara-bangsa yang
baik dan bertanggung jawab.
Sedangkan
secara lebih khusus dan terinci,
penelitian
ini bertujuan:
Pertama:
Mengidentifikasi pemahaman pendidik di
ling
kungan masyarakat tentang pengertian wawasan kebangsaan.
Kedua: Mendapatkan deskripsi pemahaman dan
penghayatan
wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.
Ketiga: Mendapatkan deskripsi alasan dan tujuan genera
si
muda
wawasan
di Kodia Semarang dalam
memahami
dan
menghayati
kebangsaan.
Keempat:
Mendapatkan deskripsi pendidikan wawasan
bangsaan generasi muda oleh pendidik di lingkungan
ke
masyara
kat di Kodia Semarang.
Kelima: Merekomendasikan pentingnya
disusun model pen
didikan wawasan kebangsaan pada generasi muda di
lingkungan
masyarakat.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda
Kodia Semarang ini diharapkan mencapai kegunaan atau
faatan, baik yang
bersifat praktis.
bersifat
teoritis
maupun
di
keman-
kegunaan yang
18
Kegunaan
memberikan
lanjut
Teoritis,
sumbangan
disusun
generasi
bagian
muda
dari hasil
penelitian
pemikiran tentang
lingkungan
ingin
pentingnya
model pendidikan wawasan
di
ini
tindak
kebangsaan
masyarakat,
yang
integral tujuan yang hendak dicapai
pada
merupakan
penyelenggaraan
Pendidikan Umum di Indonesia. Sebagaimana diketahui,
Pendi
dikan Umum di Indonesia bertujuan membentuk manusia
Indone
sia seutuhnya, dan salah satu kriterianya dimilikinya wawas
an kebangsaan yang luas. Komitmen kebangsaan yang luas
mendorong
yang
manusia
dapat
Indonesia sebagai pribadi
menempatkan peri kehidupannya
warga
secara
akan
negara
seimbang
dalam hubungannya sebagai makhluk individu, sebagai
makhluk
sosial dari suatu masyarakatnya, sebagai warga negara
Indo
nesia, dan juga sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Kegunaan Praktis, selama ini pendidikan wawasan kebang
saan seolah-olah menjadi beban tanggung jawab lembaga pendi
dikan formal atau sekolah saja. Sehingga timbulnya
kekhawa
tiran
kalangan
dan
masyarakat
kecemasan yang mendalam oleh
berbagai
mengenai mendangkal dan merosotnya
wawasan
bangsaan generasi muda tersebut, guru dan sekolah saja
dituding
sebagai
yang paling bertanggung jawab
berhasil
melaksanakan misinya sebagaimana yang
dan
ke
yang
tidak
diamanatkan
oleh tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, penelitian
ini juga bermaksud mencapai kegunaan yang bersifat praktis,
yaitu:
(1). Membantu pihak-pihak pengarabil kebijakan(lembaga
peme-
rintah) dibidang pendidikan dan pembinaan generasi muda
19
dan
pihak-pihak lain yang berkaitan,
secara
mendalam
kebangsaan
masalah
dan
generasi muda,
pembinaannya.
mengenali
karakteristik
wawasan
dan proses pendidikan
Sehingga kebijakan yang diambil
lebih efektif dan efisien,
(2).
dalam
serta
menjadi
sesuai dengan tujuannya.
Memberikan gambaran yang mendalam dan jelas bagi
maha
siswa Pendidikan Umum atau pemerhati Pendidikan Umum di
Indonesia mengenai wawasan kebangsaan generasi muda
lingkungan
masyarakat,
serta
upaya
pendidikan
di
dan
pembinaannya.
(3).
Bagi
program Pendidikan Umum,
mengenali
permasalahan
dan
penelitian
memperdalam
aspek kajian Pendidikan Umum di Indonesia,
san
kebangsaan.
pemahaman
pendidikan
sumbangan
Bangsa
Dengan mengenali
mencetak
yang baik,
berupaya
salah
yaitu
Pendidikan
tercinta.
dan
strategi
dan pembinaannya secara lebih efektif
program
satu
wawa
permasalahannya
yang mendalam akan dapat ditemukan
Indonesia
Pendidikan
ini
bagi
Umum
terhadap
Negara-
Dengan
demikian
program
fungsi dan
misinya
Umum dapat melaksanakan
warga masyarakat dan warga
negara
Indonesia
yaitu warga negara yang paham dan sadar akan
hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab.
D.
Definisi Operasional
Untuk memperjelas persoalan yang menjadi fokus
tian,
berikut ini diturunkan beberapa difinisi
peneli
operasional
>o
yang
diambil
dari topik penelitian.
Difinisi
operasional
yang dimaksud adalah:
1. Hawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang
oleh
rasa
kebangsaan dan semangat kebangsaan
dilingkupi
dalam
upaya
bangsa untuk mencapai cita-cita nasionalnya, dan mengembangkan
eksistensi kehidupannya atas nilai-nilai luhur
nya.
Wawasan kebangsaan merupakan implementasi dan
aktuali-
sasi dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan
yang
menyangkut
ideologi,
politik,
lain-lainnya,
lebih
maju
kehidupan kebangsaan,
ekonomi,
baik
sosialbudaya,
dan
lebih
modern
sesuai
pemikiran
dalam
hukum,
untuk membawa bangsa ke arah
bangsa-
bidang
hamkam
kehidupan
dengan
dan
yang
komitmen
bangsa/bersama.
Rasa
kebangsaan
kesadaran
secara
masa
untuk
senasib
berbangsa,
bersatu sebagai suatu
karena
bangsa
yang
aspirasi
lahir
perjuangan
rasa
sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan
masa
merumuskan
karena kebersamaan kepentingan,
yaitu
karena
serta
Dengan
kesadaran
alamiah karena sejarah,
lampau,
kini
adalah
kesamaan pandangan,
harapan,
dan
cita-cita bangsa untuk waktu yang
kata
lain rasa kebangsaan itu adalah
tujuan
akan
dalam
datang.
perekat
mempersatukan dan memberi dasar kepada jati diri kita
yang
seba
gai bangsa.
Paham
saan
yang
rasional,
kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa
berupa
pikiran-pikiran,
kebang
gagasan-gagasan
dimana suatu bangsa secara bersama-sama
yang
memiliki
21
cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas
dan
rasional.
dipengaruhi
pleks
Paqham kebangsaan itu
dinamis,
berkembang,
oleh lingkungan strategisnya yang
sifatnya.
Tumbuh
berkembangnya
rasa
sangat
dan
kom-
semangat
kebangsaan membentuk semangat kebangsaan.
Sedang
demi
semangat kebangsaan adalah
kepentingan bangsa, negara dan
Yudohusodo,
1996:
2.
Muda
Generasi
kerelaan
tanah
berkorban
airnya.(Siswono
12-13)
Kansil (1986:
Generasi muda
dalam
pengertian umum adalah golongan manusia berusia muda.
Sedang
yang
disebut
138-139) menyatakan:
pemuda dari segi biologis adalah
berusia 15 - 30 tahun.
orang
yang
Dilihat dari sudut ideologis-politis,
maka generasi muda adalah calon pengganti generasi
terdahu-
lu,
dan
dalam hal
ini umur antara 18 sampai 30 tahun,
dang-kadang
sampai umur 40 tahun.
berdasarkan
umur
pemuda
berada
dan lembaga serta
adalah
sekolah maupun perguruan
Dengan
demikian,
dengan
pemuda
tahun.
Sedang pengertian
dalam
mereka yang
tinggi
ruang
ada
pemuda
lingkup
diluar
ka-
tempat
lingkungan
, usia antara 15 - 30 tahun.
pengertian
disini
yang
dimaksud
adalah manusia yang berumur antara 15
Tetapi dalam masa transisi
-
30
mereka yang berumur 30
40 tahun masih ada dalam jalur organisasi pemuda.
Pengertian
berbeda
Pemuda
pemuda
sebagai
diuraikan
diatas
dengan pandangan BP 7 (1993: 227) yang
pada umumnya merupakan golongan manusia
sampai 30 tahun,
sedikit
menyatakan:
berusia
namun dalam masa transisi dan dalam
15
rangka
pembinaan
dilingkungan
organisasi
kepemudaan,
seringkali
masih digunakan batasan usia hingga 40 tahun.
3.
Kodia Semarang
Kodia Semarang yang dimaksudkan
yaitu merupakan
satu daerah tingkat II di Propinsi Jawa Tengah yang
kan
4.
salah
merupa
Ibu Kota propinsi Jawa Tengah.
Pendidikan
Menurut
Kansil(1986:
17) pengertian
pendidikan
dalam
arti pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu masyara
kat
mengalihkan
Cari
ini dapat berujud edukasi formal dan non formal,
aksi sosial,
kultur politik kepada generasi
komunikasi sosial,
berikutnya.
inter-
pentaladanan dan sebagainya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan adalah
suatu
bangsa mengalihkan kulturnya kepada generasi
agar menjadi
nilai
mudanya
lebih dewasa.
Pendidikan
pembinaan,
cara
wawasan
kebangsaan
mencakup
yaitu pengalihan nilai wawasan
kehidupan
pula
makna
kebangsaan sebagai
berbangsa kepada generasi
muda,
sehingga
lebih dewasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang dimaksudkan adalah lingkung
an
di mana seseorang selaku anggota negara
dan
masyarakat
itu hidup dan berinteraksi.
Pendidikan
di lingkungan masyarakat
yang
dimaksudkan
adalah pendidikan yang terlaksanakan melalui berbagai proses
interaksi
sosial
di dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbeda dengan sifat pendidikan formal di sekolah.
yang
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
keterkaitan
atau pola interaksi dalam pengertian pendidikan di lingkung
an masyarakat dengan generasi muda,
dapat digambarkan secara
skeraatis dalam bagan sebagai berikut:
INFORMAL
Orangtua
FORMAL
PEMUDA
Penatar
BP7
NONFORMAL
Tokoh
Masyarakat
Gambar:
1
Bagan Pola Pendidikan Hawasan Kebangsaan pada Generasi Muda
di Lingkungan Masyarakat
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode dan Pendekatan
Penelitian
dengan
ini menggunakan metode
pendekatan
tersebut
Penelitian
dipilih
fenomenologis.
Metode
dengan pertimbangan
dikaji berkaitan dengan sesuatu
diskriptif
dan
bahwa
analitik
pendekatan
masalah
hal yang sedang
berlangsung
dalam kehidupan (berproses).
Digunakannya metode dan
katan
diskripsi
tersebut
ditemukan di
fenomena
yang
isi
lebih mendalam.
Subyek Penelitian
Dalam
atau
penelitian
ini yang menjadi
menjadi sasaran penelitian
Semarang,
a.
atas
pende
lapangan dapat diinterpretasikan makna dan
esensinya secara
B.
diharapkan
yang
yang
dalam hal
seseorang
generasi muda.
gi,
penelitian
adalah generasi muda
Kodia
yang mempunyai peran atau status sebagai:
Generasi Muda,
atau
subyek
ini diambil subyek yaitu,
yang masuk dalam kelompok
usia
pemuda
sebagai
Baik yang masih belajar di perguruan
lulusan perguruan tinggi atau sekolah menengah
sudah bekerja,
atau
lulusan pendidikan tinggi
ting
atas
atau
menengah yang belum bekerja.
b. Tokoh masyarakat(mewakili
mal),
lingkungan pendidikan non
yang terdiri dari tokoh muda dan tua,
pertibangkan
profesi,
kedudukannya dalam
dan atau kemasyarakatan.
sud sebagai pendidik di
dengan
organisasi
mem-
kepemudaan,
Tokoh masyarakat dimak
lingkungan masyarakat.
97
for
98
c. Orang tua(mewakili lingkungan pendidikan informal), dalam
hal ini yang diambil sebagai subyek penelitian
yang
telah
pendidikan
seorang
memiliki anak sebagai
pemuda
subyek sekolah menengah atau
lagi
yang telah mempunyai anak
seseorang
dengan
latar
sederajat,
sebagai
dan
pemuda
dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi.
d. Penatar
BP7
Kodia
Dati
II
Semarang(mewakili
formal yang berpengaruh terhadap pendidikan
yang
terdiri
dari
seorang penatar P4,
penatar tiga
bidang
lembaga
masyarakat),
tatar,
yaitu
seorang penatar UUD 1945, dan seorang
penatar GBHN.
C.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan
teknik pengumpulan data dengan:
a.
Teknik Observasi,
pun
data
teknik ini dilaksanakan dalam
dari semua subyek penelitian.
pengamatan
yang
dilakukan adalah
sebagai
pengamat.
pemeran
serta sebagai pengamat yang
Menurut Lexy J.
menghim-
Observasi
jenis
pemeran
Moleong
(1996:
dimaksudkan
peranan peneliti sebagai pengamat tidak sepenuhnya
gai
pemeran serta,
matan.
tetapi masih melakukan fungsi
la menjadi-sebagai anggota pura-pura,
atau
serta
127)
adalah
seba
penga
jadi
tidak
Sedangkan jenis obeservasi yang digunakan adalah
jenis
melebur dalam arti yang sesungguhnya.
observasi yang Non-Sistematis,
menggunakan
pedoman
baku,
yakni observasi yang tidak
berisi
sebuah
daftar
dimungkinkan dilakukan oleh subyek penelitian.
yang
b.
Teknik
Hawancara,
melalui wawancara,
berupa ucapan, pikiran, gagasan,
dakan
data
utama
yang
perasaan, dan/atau
tin-
subyek penelitian diharapkan dapat
terungkap
dan
terekam oleh peneliti secara lebih teliti dan cermat.
c.
Teknik
untuk
nya,
Dokumentasi,
seperti arsip penting,
piagam,
dan
Dalam
tulisan
sifat
aktivitas
atau
artikel,
lain sebagainya.
Penelitian
penelitian ini yang merupakan
tian adalah peneliti sendiri.
instrumen
Untuk itu pengenalan
pada dasarnya merupakan hal yang sangat
bagian
dimaksudkan
foto kegiatan atau
dari subyek penelitian,
Instrumen
diri
ini
menghimpun dan merekam data yang dokumenter
langsung
D.
teknik dokumentasi
persiapan peneliti agar lebih siap dan
peneli
terhadap
penting
dari
terampil
di
lapangan dalam pengumpulan data penelitian.
Manusia
memiliki
sebagai
kelebihan.
instrumen
Menurut Lexy
Ciri-ciri umum manusia sebagai
penelitian
J.
Moleong
mendasarkan diri atas pengetahuan,
patnya,
(1996:121):
instrumen penelitian mencakup
segi responsif, dapat menyesuaikan diri,
an,
dimungkinkan
menekankan
memproses data
keutuh
sece-
dan mampu memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifi-
kasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan
untuk
mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.
E.
Pengumpulan Data Penelitian
Dalam
pengumpulan
data
penelitian
petunjuk dalam penelitian kualitatif,
didasarkan
atas
khususnya format studi
lOO
kasus.
Secara terinci,
Orientasi,
tahapan teknik tersebut adalah:
(2) Eksplorasi,
(3) Member Ckeck, dan (4)
(1)
Tria-
ngulasi guna menemukan data-data pembanding.
F.
Analisis Data Penelitian
Dalam penelitian
induktif,
ini
analisis
data
dilakukan
yaitu penarikan kesimpulan yang umum
pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus.
sis
induktif
diharapkan mampu menangkap
secara
atas
dasar
Melalui anali
makna
data
yang
bersifat ganda sebagaimana layaknya fenomena sosial.
G.
Jadwal Kegiatan Penelitian
Sebagai
pedoman
target kerja,
disusun jadwal kegiatan penelitian.
selama 5 bulan,
ber
yaitu dimulai Mei
dalam
penelitian
Penelitian
dilaksanakan
1997 sampai dengan Septem
1997.
Secara
terinci
kegiatan
penelitian
tersebut
adalah
sebagai berikut:
NO.
ini
Kegiatan
Bulan
1
1.
Tahap Persiapan
V
2.
Penyusunan Disain
V
3.
Penelitian Lapangan
4.
Analisis Data
5.
Penyusunan Laporan
Ke
2
3
4
V
V
V
V
5
V
V
BAB
KESIMPULAN,
V
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Berdasar data penelitian,
interpretasi, dan pembahasan,
yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka
leh kesimpulan,
A.
dipero
implikasi, dan rekomendasi sebagai berikut:
Kesimpulan
Penelitian ini bersifat kasus,
maka penarikan kesimpul
an tidak bermaksud sebagai upaya penggeneralisasian, melain-
kan
lebih merupakan upaya
merekapitulisasikan
makna-makna
esensial dari temuan-temuan penelitian dan pembahasannya.
Pengungkapan
kesimpulan terutama mengacu pada
jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan dan tujuan penelitian yang
dikemukakan
dalam bab sebelumnya.
Setelah dilakukan
telah
wawan-
cara dan diskusi terhadap subyek serta didukung hasil penga
matan di lapangan, maka dapat disimpulkan:
1. Meskipun
pendidik di lingkungan
masyarakat
berpendapat
bahwa wawasan kebangsaan penting, tetapi pemahaman mereka
tentang hal itu sangat kurang.
2. Menurut pendidik di lingkungan masyarakat, sebagai
negara
suatu
memahami-menghayati wawasan kebangsaan
kewajiban, mengingat kelangsungan
merupakan
kehidupan
bangsa dan bernegara tidak luput dari perubahan
warga
ber
keadaan,
baik yang positif maupun yang negatif.
3. Menurut
pendidik
di lingkungan
pemahaman-penghayatan
nilai
1 Pii
masyarakat,
wawasan
menurunnya
kebangsaan
oleh
152
generasi
muda
tampak
dalam
fenomena
yang
mengganggu
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.
Menurut
pendidik di
lingkungan masyarakat,
bangsaan wajib dimiliki oleh generasi muda,
dik
wawasan
ke
tetapi pendi
sendiri dalam pembinaan belum dapat berperan
secara
optimal.
5.
Menurut pendidik dan generasi muda di
kat,
pembinaan wawasan kebangsaan seyogyanya diintegrasi
kan dengan kegitan rutin
B.
lingkungan masyara
lain yang menarik.
Implikasi
Dari kesimpulan tersebut di atas,
dapat ditarik
impli-
kasinya sebagai berikut:
1. Memahami wawasan kebangsaan bagi bangsa dan generasi muda
Indonesia
sebab
merupakan sesuatu yang tidak dapat
bersifat
komitmen
imperatif.
bangsa,
sebab
wawasan
adalah
memahami
Warga negara yang baik tentu
berusaha
tinggi
penghayatan
kehidupan
kebangsaan
maka wajib warga negara untuk
dan menghayatinya.
menjunjung
Wawasan
diabaikan,
bangsa.
kebangsaan
dan mempertahankan
berpengaruhi
terhadap
Menjunjung tinggi
merupakan
komitmen
dan
kemauan
bangsa,
kelanggengan
mempertahankan
seluruh
bangsa.
Agar setiap anggota bangsa dapat menghayati dan mempunyai
kema
Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis
PendidQcan Wawasan Kebangsaan
Generasi Mud a pada Lingkungan Masyarakat
diKodia Semarang
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Umum
Oleh
SUPRAYOGI
MM. 9596152
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
DISE1-UJUI
DAN
DISAHKAN
OXJKH
PEMBIMBING
I
l^ 1%
Prof
H.
NURSU)
PEMBIMBING
Prof. Drs.
H.A.
SUMAATMADJA
II
KOJJASIH DJAH1RI
ABSTRAK
Generasi muda adalah pemilik masa depan, oleh karenanya
generasi
muda yang berkualitas menjadi harapan
bangsa
dan
negara demi kelangsungan hidup negara-bangsa. Kualitas gene
rasi
muda salah satunya ditentukan oleh wawasan
yang
dimiliki. Di
pragmatis
dan
kebangsaan
era globalisasi yang mengarah
dan materialis,
serta
menguatnya
ke
sikap
primordialisme
tribalisme, mantapnya wawasan kebangsaan generasi
terasa semakin penting.
Namun
ironisnya justru
muda
kerisauanlah
yang ada dibenak sebagian besar bangsa ini.
Penelitian ini bermaksud mengungkap wawasan
generasi muda,
dengan meneliti
kebangsaan
kasus generasi muda di
Kodia
Semarang. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendapat gambaran
wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.
Dari
hasil penelitian yang memberikan gambaran wawasan kebangsaan
generasi
muda
dengan
segala
faktor
yang
melingkupinya,
bermaksud merekomendasikan pentingnya dicari model
pendidi
kan wawasan kebangsaan generasi muda yang cocok dilaksanakan
di
lingkungan pendidikan masyarakat.
dengan
Penelitian
dilakukan
metode diskriptif analitik dengan pedekatan
nologis,
dengan peneliti sebagai
fenorae-
instrumennya.
Hasil penelitian menunjukkan pendidik di lingkungan ma
syarakat (orangtua,
tokoh masyarakat,
penatar BP-7) dan
nerasi muda merasakan adanya penurunan pemahaman dan
ge
aktua-
lisasi wawasan kebangsaan generasi muda.
Penurunan
tersebut
di
perhatian
orangtua
dan
yang
antaranya disebabkan oleh kurangnya
bergesernya
harapan orangtua tentang masa
depan
semakin pragmatis-materialis dengan penekanan
anak
manfaat
jangka pendek, dan tidak jelasnya tantangan yang membangkitkan kesadaran kebangsaan.
Akhir penelitian merekomendasikan bahwa pendidikan atau
pembinaan wawasan kebangsaan generasi muda di lingkungan ma
syarakat mendesak untuk segera dilaksanakan, untuk itu perlu
dicari model yang cocok bagi pelaksanaannya.
vi
Pelaksanaannya
tidak dengan program khusus-formal,
tetapi diintegrasikan ke
berbagai program kegiatan rutin yang telah ada dan
Optimalisasi
harus
dilakukan
sejarah,
peran pendidik di
dengan
proyeksi masa depan,
sifat inovatif,
pendidikan
perilaku
affektif
yang
manfaat,
kesejahteraan
rakyat,
Pembinaan didekati
sebagai
komprehensif,
aktual,
humanistik,
kon-
mahasiswa
oriented.
diharapkan adalah pola pikir,
sikap,
dan
generasi muda tetap berakar pada nilai budaya
dan
kepribadian bangsa,
acuan
masyarakat
pada
nilai yang berpegang pada prinsip
dan
Hasil
berpedoman
usaha
dan ATHG bangsa.
tekstua1-konstitusional,
sentris,
materi
lingkungan
menarik.
dengan nilai wawasan
kebangsaan
tingkah laku dan acuan penilaian perilakunya.
VII
sebagai
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH
iii
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
BAB
I . PENDAHULUAN
II.
1
A.
Latar Belakang Penelitian
B.
Masalah Penelitian
12
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
16
1. Tujuan Penelitian
16
2.
17
D.
BAB
xii
1
Kegunaan Penelitian
Difinisi Operasional
19
WAWASAN KEBANGSAAN DAN GENERASI
A.
MUDA
24
Kajian tentang Wawasan Kebangsaan
24
1. Pengertian Wawasan Kebangsaan
24
2.
Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme
....
29
3. Cita-cita Negara Bangsa dan Tantangannya
34
4. Globalisasi Dunia dan Tantangannya
43
5. Kedudukan Wawasan Kebangsaan dalam Pen didikan
B.
Umum
49
Kajian tentang Generasi Muda
57
1. Generasi Muda dan Karakteristiknya
57
2. Peranan Generasi
3.
C.
Muda
dalam
Kehidupan
Kehidupan Berbangsa
63
Kebijaksanaan Kepemudaan di Indonesia ..
65
Kajian tentang Pembinaan Wawasan Kebangsaan
Generasi
Muda
70
1. Proses Regenerasi
2. Sifat
Dinamis
Wawasan
70
Kebangsaan
dan
Urgensi Memehaminya bagi Generasi Muda .
vm
73
3.
Pendidikan
Pendidikan
4.
Wawasan
Kebangsaan
sebagai
Nilai
78
Pendidikan Wawasan
Kebangsaan
Generasi
Muda di Lingkungan Masyarakat
BAB
BAB
III . PROSEDUR
IV.
86
PENELITIAN
A.
Metode
B.
Subyek Penelitian
97
C.
Teknik Pengumpulan Data Perhatian
98
D.
Instrumen
99
E.
Pengumpulan Data Penelitian
F.
Analisis
G.
Jadwal
HASIL
A.
dan
97
Penelitian
97
Penelitian
Data
99
Penelitian
100
Kegiatan Penelitian
PENELITIAN
Hasil
DAN
100
PEMBAHASAN
101
Penelitian
101
1.
Profil
2.
Identitas Subyek Penelitian
3.
Pemahaman Pendidik di
Lingkungan
rakat
Kebangsaan
4.
Lokasi
Wawasan
Penelitian
rasi
..
Hasil
Masya
112
Mengha120
Penelitian
terhadap Wawasan
125
Lingkungan
Masya
Kebangsaan Gene
Muda
125
Pemahaman dan Penghayatan
Wawasan
Ke
bangsaan Generasi Muda
3.
4.
BAB
101
105
Kebangsaan
Pemahaman Pendidik di
rakat
2.
Situasi
tentang Wawasan
Pembahasan
1.
dan
Alasan dan Tujuan Memahami dan
yati
B.
Pendekatan
Pendidikan Wawasan Kebangsaan
133
Generasi
Muda di Lingkungan Masyarakat
136
Temuan Penelitian
146
V. KESIMPULAN,
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
151
A. Kesimpulan
151
B.
Implikasi
154
C.
Rekomendasi
157
IX
DAFTAR PUSTAKA
162
LAMPIRAN SK DOSEN
LAMPIRAN
SURAT
PEMBIMBING
IJIN
PENELITIAN
169
170
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Bagan Pola Pendidikan Wawasan Kebangsaan
pada
Generasi Muda di Lingkungan Masyarakat
23
Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Rencana Kerja Penelitian
Tabel 2
Penduduk Kodia Semarang
Tabel 3
98
Berdasar
Kelorapok
Umur
102
Tebaran Subyek Penelitian
110
:n
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
menegaskan
bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua bangsa
Indonesia memasuki proses tinggal landas menuju
terwujudnya
masyarakat
berdasarkan
Pancasila.
kan
yang maju,
adil,
makmur dan mandiri
Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua merupa
masa kebangkitan nasional kedua bagi
yang
bangsa
tumbuh dan berkembang dengan makin
kemampuan
semangat
dan
kekuatan sendiri serta
Indonesia
mengandalkan
makin
pada
menggeloranya
kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia
dalam
upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
bangsa
lain
Jangka
Panjang Kedua diarahkan untuk meningkatkan
manusia
dan
yang
yang telah maju.
Oleh karena
itu
dan masyarakat Indonesia agar makin
sejahtera berdasarkan Pancasila.
melandasi kesadaran kebangsaan,
Pembangunan
kualitas
maju,
Rasa cinta
mandiri
tanah
semangat
air
pengabdian,
dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih
baik
harus
ber
terus
dibangkitkan dan
dipelihara
sehingga
kembang menjadi sikap mental dan sikap hidup masyarakat yang
mampu mendorong percepatan proses pembangunan di segala
as-
pek kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa demi terwujudnya tujuan nasional.
jiwa dan semangat persatuan dan
salah satu modal pembangunan.
kesatuan
Untuk
itulah
bangsa
maka
merupakan
Untuk dapat mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia
yang
berkualitas seperti digariskan oleh GBHN, maka
tidak
dikan
nasional
paian
manusia
sanaan
fungsi pendidikan pada umumnya. Dikatakan oleh
Dahlan
(1983: 3):
yang
dapat
diabaikan
pendi
berkualitas
perannya.
Penca-
berkaitan dengan
"Berbioara tentang mutu manusia,
pelakM.D.
berarti
berbicara tentang pendidikan."
Agar
mulia
itu,
pendidikan nasional mampu mengemban
maka GBHN 1993 (BP7,
1993:
amanat
158) menetapkan
yang
ten
tang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian,
mandiri,
maju,
tangguh,
cerdas
kreatif,
terampil,
berdisiplin,
beretos kerja,
profesional
bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani
dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan
jiwa patriotik dan mempertebal cinta tanah air, mening
katkan
semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan
sosial
serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Sejalan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam
GBHN 1993, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
(pasal
4 UU NO.
2 Tahun
1989) menetapkan tujuan
Nasional
pendidikan
nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan
Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti
luhur,
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan, kesehatan jasmani
dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan
angkan
memahami tujuan pendidikan nasional yang
dalam GBHN dan Undang-undang Sistem
Pendidikan
dituNa
sional, jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas, dan salah satu
indikator
manusia berkulaitas adalah dimilikinya
rasa
dan
semangat kebangsaan, yaitu rasa tanggung jawab akan kehidup
an
kebangsaannya
.dengan menjunjung
tinggi
persatuan
dan
kesatuan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Rasa dan semangat kebangsaan Indonesia adalah merupakan
nilai yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia.
Kosasih Djahiri(1992:
A.
2) tentang nilai menyatakan:
Nilai adalah sesuatu yang berharga menurut standart logika(benai—salah), estetika(bagus-buruk), etika
(adil/
layak-tidak
adil), agama(dosa-haram-halal)
dan
hukum
(sah-absah), serta menjadi acuan dan atau sistem
keyakinan diri maupun kehidupannya. Nilai-nilai ini ada dan
berkembang dalam berbagai gatra hidup, yakni
keilmuan,
dan Ipoleksosbudhankam kehidupan.
Agar rasa dan semangat kebangsaan dapat terbina dengan
baik,
menjadi acuan dan sistem keyakinan diri manusia Indo
nesia dalam
kehidupan kebangsaannya,
melalui pendidikan.
23)
menyatakan:
kontinyu,
dunia
maka harus diupayakan
Dalam hal ini A. Kosasih Djahiri(1992:
"Pendidikan nilai esensial
terarah-terkendali
dan
afektif manusia itu sendiri
berencana
yang
dibina
karena
secara
sifat
labil-kontekstual/
kondisional-situasional. "
Upaya
nya,
yang
merupakan
pendidikan mewujudkan manusia Indonesia
memiliki
rasa dan
semangat
proses pendidikan nilai,
yaitu
kebangsaan yang menjadikan pemahaman,
kebangsaan
pendidikan
seutuh
adalah
nilai
sikap, dan penghayatan
kehidupan manusia warga negara Indonesia terhadap bangsa dan
negaranya berbeda dengan manusia bukan warga negara
sia .
Indone
Judistira K. Garna dalam Forum Pengkajian Seskoad(1994:
82), Rudini dalam Bakom PKB Pusat(1992:2), Kansil(1986: 20),
dan Soeprapto(BP 7 Dati I Jateng: 6) menyatakan bahwa membahas rasa dan semangat kebangsaan(paham kebangsaan) yang raendahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa serta persatu
an
dan kesatuan bangsa berarti
membicarakan
nasionalisme,
yaitu kesadaran berbangsa dan loyalitas atas kebangsaannya.
Jiwa dan semangat menjunjung tinggi persatuan dan
satuan bangsa(nasionalisme) adalah
konstitusi,
sejalan
dengan
ke
amanat
seperti ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 se
bagai berikut:
Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara
persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap
bangsa
seluruhnya. Jadi negara mengatasi segaia paham
golongan, mengatasi segaia paham perseorangan.
Negara,
menurut pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan,
meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Ini suatu
dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
Amanat
konstitusi
bertumbuhkembangnya
tersebut menekankan
tak
pada setiap warga negara
terkecuali para generasi
generasi penerus. Oleh karena itu,
naan
terbina dan
rasa dan semangat kebangsaan, yang
lahirkan wawasan kebangsaan
nesia,
harus
generasi muda harus mampu
kebangsaan. GBHN 1993 (BP7,
1993:
muda
yang
me-
Indo
merupakan
arah kebijaksanaan pembi
menumbuhkembangkan
wawasan
174) menegaskan:
Pembinaan dan pengembangan generasi muda sebagai gene
rasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus citacita perjuangan bangsa dan insan pembangunan diarahkan
agar pemuda menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa
Pancasila,
disiplin,
peka,
mandiri,
beretos kerja,
tangguh,
memiliki
idealisme yang kuat,
berwawasan
kebangsaan
yang luas, mampu mengatasi
tantangan
baik
masa kini maupun yang akan datang dengan tetap memperhatikan nilai
sejarah yang dilandasi
oleh semangat
kebangsaan serta persatuan dan kesatuan bangsa.
5
Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan generasi
yang
tertuang
dalam GBHN 1993 tersebut harus
dapat
muda
mela-
hirkan generasi muda Indonesia yang nemiliki wawasan kebang
saan
yang luas. Upaya pembinaan dan
melibatkan
sekolah
usaha
maupun
pendidikan,
pendidikan di
baik
pengembangan
pendidikan
lingkungan
tersebut
formal
masyarakat
tidak kalah pentingnya dan besar peranannya dalam
di
yang
menumbuh
kembangkan wawasan kebangsaan generasi muda. Mengenai pembi
naan dan pengembangan generasi muda, Kansil (1986:
122-123)
menyatakan ada tiga jalur, jaitu jalur pendidikan/ keluarga,
jalur pemerintah, dan jalur masyarakat.
Pendidikan wawasan kebangsaan pada generasi muda
dira-
sakan sangat penting,
karena selain diamanatkan oleh konsti
tusi
perundangan yang
dan
dengan
hal
peraturan
ada
kedudukan strategis generasi muda.
itu,
Kansil (1986:
juga
berkaitan
Sekaitan
dengan
99) menyatakan:
Dilihat dari segi kebutuhan, maka generasi muda
adalah
sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Sebagai
sumber
insani dari potensi bangsa, maka generasi
muda
perlu dipersiapkan agar berpartisipasi aktif dan
mem
berikan
sumbangan
yang posit i f kepada
pembangunan
bangsa
dan negara...Disadari bahwa masa
depan
adalah
milik generasi muda. la adalah Ianjutan masa kini
dan
merupakan
hasil masa lampau. Dalam hubungan ini,
maka
pembinaan dan pengembangan generasi muda harus menanam-
kan kepekaan terhadap masa depan untuk dapat
masa datang sebagai kelanjutan masa kini.
Sehubungan
bahwa
generasi
menyadari
proses regenerasi, perlu diperhatikan
muda
yang merupakan
pewaris
dan
pula
penerus
negara-bangsa ini tidak mengalami langsung proses perintisan
dan
pertumbuhan wawasan kebangsaan dalam perjuangan
merebut
dan
mempertahankan
kemerdekaan.
Sehingga
bangsa
sangat
dimungkinkan adanya perbedaan pemahaman dan tanggapan
kerangka
dan
kehidupan kebangsaan yang disebabkan oleh
tantangan
pengalaman
yang ada memang telah
situasi
berbeda
yang dihayati generasi sebelumnya. Hal
sebagaimana dikemukakan oleh B.
bu
jauh
(1990:
8),
(Suara Merdeka:
Lebih
24 Maret
dengan
tersebut
Simandjuntak dan IL.
BP 7 Pusat(1993:
26),
dan
dalam
Gantya
Pasari-
Witarso
1987).
tegas dikemukakan oleh Abdul Munir Mulkan
Nasikun dkk (1996:
dalam
17-19) yang menyatakan:
Nasionalisme di mat a generasi muda pasca perang kemerdekaan
mempunyai makna relatif berbeda dari
generasi
yang bergumul dan terlibat perang kemerdekaan... Penga
laman hidup an tar generasi dalam pergumulan
kenegaraan
dan kebangsaan yang berbeda dapat menumbuhkan
sentimen
kebangsaan dan kenegaraan yang juga berbeda.
Perbedaan pemahaman dan tanggapan generasi muda tentang
wawasan
kebangsaan
selain
disebabkan
tidak
mengalaminya
proses perintisan dan pertumbuhan wawasan kebangsaan,
kalah
penting
Keadaan
tidak
adalah
sekarang
dapat
pandang
faktor
pengaruh
yang disebut
dipungkiri sangat
sebagai
jaman
berpengaruh
generasi muda dalam peri
Mudahnya
keadaan
kekinian.
globalisasi
terhadap
kehidupan
informasi dari berbagai belahan dunia yang
bukunya
muda.
yang
Sebagai misal pendapat Kenichi
berjudul Dunia Tanpa
Batas
cara
kebangsaannya.
sumsi tidak selalu menguntungkan bangsa Indonesia,
generasi
tidak
khususnya
Ohmay
yang
dikon-
dalam
menyatakan
bahwa kini berpikir dan bersikap kebangsaan atau nasionalis
me
dipandangnya
sebagai sesuatu yang kuno.
Generasi
muda
dengan karakternya yang terbuka dan mudah menerima perubahan
tidak
tertutup kemungkinan lebih tertarik dengan
informasi
yang
datangnya dari
atau
buku yang
luar,
yang dikemas dalam bentuk
apik dan menarik,
termasuk
berita
pendapat
Ohmay
tersebut. Pengaruh globalisasi terhadap bangsa Indonesia dan
dampaknya
seperti
digambarkan oleh Bernadette
dalam ISPSKJP&M NO. 1 1993:
N.
Setiadi
33-34):
Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat
dunia
tentu
tidak luput pula dari pengaruh globalisasi i n i . . . Salah
satu
bahaya utama adalah timbulnya
kebingungan
dalam
menghadapi perubahan dan ketidak jelasan yang demikian
cepat
terjadi,
sehingga tidak
jarang para
individu
(terutama mereka yang masih muda) kehilangan pegangan.
Pandangan
dalam
senada
Moerdiono,
Analisis
CSIS NO.
Sabtu:
24 Maret
dalam
Mimbar
dkk(1995:
2 (1996:
1997),
NO.
dikemukakan pula oleh
M.
111),
136),
Budi
Lambang
Trijono
Soedarsono(Suara
Soeparno(1992:
3),
82 Tahun XIV(1996/1997:
Santoso
dalam
Merdeka,
M.
Alwi
Dahlan
21),
dan
Rudini
dalam Bakom PKB Pusat(1992:2).
Globalisasi selain membawa pengaruh positif juga memuat
pengaruh
negatif yang bagi kelangsungan dan
gara-bangsa
rentan
Indonesia,
dan wawasan kebangsaan
. Suprapto (1994:
Nasional II
6) dalam makalahnya
kehidupan
bisa
ne
sangat
pada
Seminar
Dosen Pancasila di Purwokerto menyatakan:
Dengan merebaknya globalisasi dalam bidang ekonomi,
yang
didukung oleh teknologi komunikasi
mengakibatkan
melemahnya
batas-batas an tar negara, sehingga
terjadi
interaksi
secara
universal
antar
manusia.
Hal
ini
secara langsung menimbulkan problem terhadap eksistensi
negara
bangsa.
Timbul
pertanyaan
masih
relevankah
gagasan tentang nasionalisme dan wawasan kebangsaan.
Jawaban pertanyaan tersebut bagi bangsa Indonesia
mendambakan
negara persatuan dan kesatuan tidaklah
gamang,
yaitu nasionalisme dan wawasan kebangsaan tetap relevan
sangat diperlukan,
yang
dan
apalagi dijaman yang semakin mengglobal.
a
Dampak
negatif globalisasi yang
berpandangan
seolah-
olah terjadi perubahan status dan batas negara akan
mengim-
bas pada nasionalisme atau wawasan kebangsaan suatu
bangsa.
Dalam kaitan ini, Abdul Azis Wahab (1996: 2) menyatakan:
...munculnya perubahan status dan batas-batas negara
menyebabkan hubungan yang rumit dengan nasionalisme,
identitas politik, dan partisipasi warga negara. Adanya
pengungsi global yang telah menimbulkan orang-orang
tanpa kewarganegaraan dalam si tern politik kontemporer
mengisyaratkan pentingnya penyiapan warga negara Indo
nesia
menghadapi perubahan-perubahan tersebut
melalui
pendidikan kewarnegaraan.
Dengan
Soerjanto
gaya
bahasa berbeda
Poespowardojo
Abdurrahman
(1994: 4-5)
Wahid
menyatakan
dalam
hal
yang
senada dengan pernyataan Abdul Aziz Wahab.
Pernyataan
Cecep
Syarifuddin dalam
Forum
Pengkajian
Seskoad (1994: 103) memperjelas pula pengaruh negatif globa
lisasi terhadap nasionalisme atau wawasan kebangsaan:
Selain itu banyak
kalangan
memprihatinkan
bahwasanya
semangat nasionalisme karena terpaan arus globalisasi
dihampir segaia bidang kehidupan
masyarakat
telah
berkembang sedemikian jauh, makin kompleks dan
rumit.
Hingga dalam banyak hal, jiwa nasionalisme bangsa tidak
lagi menjadi hirauan utama dalam cara pandang dan
pola
pikir.
Namun ironisnya, globalisasi yang merebak seolah
meni-
adakan batas dan perbedaan antar negara dan bangsa,
ternyata
membangkitkan semangat kesukuan atau kelompok yang
bersifat
primordialis.
memprihatinkan
seginya.
ini
sangat
bangsa Indonesia yang pluralis dalam
banyak
Pluralisme
potensial
Sofyan
Merebaknya semangat primordialis
bangsa
Indonesia
terjadinya disintegrasi nasional.
Wanandi (Jawa Pos, Senin: 27 Mei
"Dilihat
sangat
dari
Dalam
1996)
sudut persatuan dan kesatuan
rentan
hal
dan
ini
menyatakan:
bangsa,
dalam
kapasitas
tertentu, kebhinekaan atau kemajemukan itu
dapat
dipandang sebagai potensi perpecahan. " Nasikun (1996: 7)juga
menyatakan
umumnya
hal
yang senada:
"... masyarakat
menghadapi masalah integrasi dalam
majemuk
pada
magnitude
yang
tidak pernah dihadapi oleh corak masyarakat yang lain. "
Oleh
kait
sebab itu bangkitnya semangat
erat
wawasan
dengan semakin rumitnya
kebangsaan.
yang disebabkan
primordialis
permasalahan
Peringatan adanya ancaman
ber-
pembinaan
disintegrasi
oleh bangkitnya semangat primordialis harus
pula dicermati secara seksama oleh segenap bangsa Indonesia.
Sebagaimana
dikemukakan
(Analisis CSIS NO.
oleh
Anak
2Th. XXV-1996:
Agung
Banyu
Perwito
156) dengan menyatakan:
Kecenderungan maraknya konflik antar etnis yang terjadi
di berbagai penjuru dunia ini tentunya dapat memberikan
pengalaman
yang sangat berharga bagi bangsa
Indonesia
untuk
tetap
teguh
memegang persatuan
dan
kesatuan
bangsa
ditengah era globalisasi ini...
Sebagai
suatu
negara-bangsa
yang terdiri dari beragam etnis,
agama,
budaya,
dan
bahasa,
kita
perlu
memikirkan
bersama
terbentuknya
satu
masyarakat terbuka
(open
society)
guna memantapkan paham kebangsaan Indonesia.
Mencermati
berbagai pengaruh globalisasi,
maka
berbagai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam
merosot
timbul
terhadap
atau melunturnya wawasan kebangsaan generasi
yang tidak menghayati secara langsung perintisan dan
buhan
wawasan
kemerdekaan.
kebangsaan dalam
perjuangan
Apalagi akhir-akhir ini juga
kerusuhan yang melibatkan generasi muda.
rasi
muda dalam berbagai kerusuhan massa
muda,
penum-
mempertahankan
timbul
berbagai
Keterlibatan
dipandang
gene
mente-
ngarai diabaikannya semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
10
Berbagai kekhawatiran dan merosotnya wawasan kebangsaan
generasi
muda dapat disimak dari berbagai
mengedepan
akhir-akhir
pernyataan
ini. Siswono Yudohusodo
yang
(1996:
6)
menyatakan:
... semangat kebangsaan yang ada terasa telah mendangkal,
telah terjadi erosi rasa kebangsaan
terutama di
kalangan generasi muda... paham dan semangat kebangsaan
dari bangsa yang majemuk ini akan merosot dan tenggelam
oleh adanya gejala menonjolnya semangat kesukuan dan
keagamaan,
yang semula merupakan unsur-unsur
yang
membentuk negara-bangsa
ini.
Ada pula yang merasa
prihatin karena menganggap ada upaya-upaya yang sistematik untuk memasukkan pandangan-pandangan budaya asing
ke dalam budaya hidup bangsa kita, atau kedalam pandangan hidup kita, yang pada saatnya akan dapat melunturkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang
telah
terbina selama
Kecemasan
(1994:
50)
senada
dalam
ini.
dikemukakan
Sarasehan
Ginandjar
Nasional
Kartasasmita
Peningkatan Kualitas
Pengamalan Wawasan Kebangsaan dengan menyatakan:
Kalau kita coba mendalaminya, menangkap berbagai ungkapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendekiawan dan pemuka masyarakat memang mungkin ada hal
yang
menjadi
keprihatinan.
Pertama,ada
kesan
seakan-akan
semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi
terutama di kalangan generasi muda; seringkali
disebut
bahwa sifat materialistik, telah menggantikan idealisme
yang merupakan sukmanya kebangsaan.
Kedua, ada kekhawa
tiran
ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat
gejala yang terjadi di berbagai negara, terutama yang
amat
mencekam adalah kejadian di Yugoslavia, di
bekas
Sovyet,
dan juga di negara-negara
lainnya
seperti
Afrika,
dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham
kesukuan.
Kecemasan
dan kekhawatiran mendalam merosot
dan
dangkalnya wawasan kebangsaan generasi muda tampaknya
men-
telah
sangat meluas, meskipun sifatnya barulah dugaan dan bersifat
meraba-raba
dengan
menghubungkan
terjadi akhir-akhir ini.
ini
menyatakan:
berbagai
Amir Santoso (1994:
"Belum pernah ada penelitian
fenomena
yang
110) dalam hal
mengenai
hal
11
ini, sehingga yang timbul adalah dugaan dan prasangka
bahwa
kadar nasionalisme,
mulai
menurun dewasa
Pendapat
tidak
kecemasan
ini. "
Amir
dengan
terutama dikalangan generasi muda
Santoso terasa
sangat
menarik,
serta merta diterima berbagai
itu,
sebab
prasangka
dan
positif
dan
tetapi dengan berpikir secara
dengan mempertanyakan dasar argumen ilmiahnya. Tetapi justru
dari
sifat
merangsng
atau
prasangka
dan dugaan
untuk dibuktikan
prasangka
tersebut,
tersebut
mendorong
. Sebab benar atau tidak
ternyata
sangat kuat dari berbagai kalangan,
telah
dugaan
mendapat
respon
baik tokoh pemerintahan,
tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya.
Respon yang
tersebut
melalui
media
nampak dalam berbagai forum dan
penghayatan wawasan kebangsaan,
usaha
sehingga
untuk mengatasinya dengan menekankan
dan
kuat
berbagai
dilansir tentang perlunya kewaspadaan terhadap
sotnya
dan
mero-
dibutuhkan
memperkuat
perlunya pendidikan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.
Berbagai ungkapan pakar, politisi, ulama, dan
tentang
perlunya pengkajian dan pemantapan wawasan
saan
generasi
Pos,
Senin: 27 Mei 1996), Dadang
Senin:
praktisi
muda dikemukakan oleh Sofyan
Rochmat
kebang
Wanandi
(Jawa
Hasanusi(Kompas,
19 Agustus 1996), Abdurrahman Wahid(Kompas, Senin:
September 1996), L.B.
Moerdani dalam Mimbar BP7 NO.
2
37 Tahun
VIK1989: 64-65), Alamsyah Ratuprawiranegara(Walkodri, 1985:
20), Soenaryadi dalam Media P4 NO. 31 TH. XI(1995/1996: 12),
dan Hendropriyono dalam Mimbar NO. 82 TH.
35).
XIV(1996/1997: 31-
12
Dalam hal tersebut, Sofyan Wanandi (Jawa Pos, Senin: 27
Mei 1996) menyatakan:
Menyimak kecenderungan-kecenderungan,
baik di
dalam
maupun di luar negeri, terdapat beberapa perkembangan
yang menjadi kendala atau penghalang usaha peningkatan
persatuan
dan
kesatuan bangsa, antara
lain
kecenderungan primordialisme...
Kecenderungan
semacam
ini
perlu diatasi secara konsepsional, arif, dan bijaksana
berdasarkan
wawasan kebangsaan agar
tidak berkembang
kearah disintegrasi bangsa.
Terasa tepat saatnya himbauan Presiden Suharto
BP7
NO.
67/XII-1994/1995:
2) dalam Sarasehan
Nasional
ningkatan Kulaitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan
dalam
Pe
PJP
"Hawasan kebangsaan itu tidak boleh hanyut
Kedua menyatakan:
dalam perubahan dunia,
akan
(Mimbar
karena tanpa wawasan kebangsaan
kehilangan jati diri...
itu sebabnya,
wawasan
kita
kebang
saan kita harus terus kita segarkan. "
Respon
kekhawatiran
isue
merosot
masyarakat yang begitu kuat,
dan kecemasan yang sangat
dan
mendangkalnya
sebagai
ungkapan
mendalam
wawasan
terhadap
kebangsaan
juga
tercermin dari himbauan para Khatib Sholat Idul Fitri (Suara
Merdeka,
Selasa:
11 Februari 1997) yang menyerukan
nya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang
pentingmerupakan
unsur dasar wawasan kebangsaan Indonesia.
Sekaitan
perlu
latar permasalahan diatas,
dilakukan
penelitian masalah yang
dipandang
sangat
berkenaan
dengan
wawasan kebangsaan generasi muda.
B.
Masalah Penelitian
Disadari sepenuhnya bahwa generasi muda adalah
hari
depan
dan generasi
pelanjut
kelangsungan
pemilik
kehidupan
negara-bangsa.
Perannya dalam kehidupan negara
dan strategis, sebab
dan
sangat
potensial
lambat
proses
regenerasi secara alamiah pasti berlangsung.
bangsa
atau
cepat
Menya-
dari hukum alam demikian, pembinaan dan pengembangan genera
si muda sebagai upaya menyiapkan kader bangsa yang
amanat
konstitusi
dan cita-cita
kemerdekaan
memenuhi
tidak
boleh
terabaikan.
Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan,
oleh
ternyata amanat konstitusi
Penjelasan
diupayakan
sebagaimana
UUD 1945 (yang bersifat ideal)
ditegaskan
dan
perwujudannya melalui berbagai kebijakan
telah
pendi-
dikan(tujuan pendidikan nasional) yang tertuang dalam
turan
NO.
perundangan sebagaimana digariskan GBHN
2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
pera-
1993 dan
UU
Nasional,
dan
kebijakan pembinaan dan pengembangan generasi muda
(sebagai
digariskan oleh GBHN 1993),
masyara
kat
yang
pendidik,
terdiri
atas
orang tua,
realitasnya para tokoh
kalangan
cendekiawan,
negarawan,
pengamat politik, maupun ulama
mempu-
nyai
kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam mengenai mero
sot
dan
mendangkalnya pemahaman
dan
penghayatan
wawasan
kebangsaan generasi muda Indonesia.
Timbulnya
kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam
di
kalangan tokoh masyarakat terhadap pemahaman dan penghayatan
wawasan kebangsaan oleh generasi muda diyakini karena perbe
daan persepsi antara generasi tua dan generasi muda,
akibat
tempaan situasi dan kondisi yang berbeda,
lingkupinya.
Faktor
lain yang
mempunyai
andil
sebagai
yang
me-
timbulnya
14
kekhawatiran dan kecemasan adalah akibat pengaruh globalisa
si
yang menumbuhkan pandangan universalitas, tetapi
lain
disisi
menimbulkan tumbuh suburnya pola pikir dan sikap
pri
mordialis. Oleh karena itu satu hal yang menarik bagi
pene-
liti adalah mengetahui bagaimanakah sebenarnya pemahaman dan
penghayatan wawasan kebangsaan
Baik
generasi muda.
pandangan universalitas yang mengabaikan
prinsip
negara-bangsa, maupun pola pikir dan sikap primordialis yang
mengutamakan
kelompok
negara-bangsa,
dan
mengabaikan
persatuan-kesatuan
bagi bangsa dan negara Indonesia yang
fat majemuk sama-sama tidak dikehendaki.
bangsa
Indonesia
ingin
menjalaninya
bersi
Di era globalisasi,
dengan
memanfaatkan
peluang yang ada tanpa harus mengorbankan keutuhan jati diri
negara-bangsanya.
Endang
yang
Sutari
Dalam hal
dalam Forum Pengkajian Seskoad
menyatakan:
keseluruhan
(1994:
241)
"Memilih jalur primordialisme berarti
rorientasi ke belakang,
dap
ini patut diperhatikan pandangan
hanya mampu bersikap negatif
budaya global
sekarang,
be-
terha
berarti
memilih
dan penghayatan
wawasan
menu tup diri. "
Proses
penumbuhan,
pemahaman,
kebangsaan sebagai pendidikan nilai kebangsaan harus melalui
proses pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pola
edukatif
antara lingkungan dengan subyek pendidikan,
hal ini generasi muda.
Kansil(1986:
kat
Cara
17) adalah:
Pendidikan yang dimaksudkan
"...
cara bagaimana suatu
mengalihkan kultur politik kepada generasi
ini
hubungan
dapat
berwujud edukasi formal
dan
dalam
menurut
masyara
berikutnya.
non
formal,
15
interaksi sosial, komunikasi sosial, dan penteladanan. "
Lingkungan
masyarakat merupakan salah satu
lingkungan
pendidikan yang dominan membentuk manusia Indonesia
nya.
Oleh
karena
itu lingkungan
masyarakat
menumbuhkembangkan nilai-nilai yang positif,
seutuh
harus
dapat
termasuk
wawa
san kebangsaan warga negara, khususnya generasi muda.
Untuk
menjawab
pokok
permasalahan
kekhawatiran
kecemasan mendalam tentang meluntur dan mendangkalnya
dan
pema
haman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda
yang
dilansir oleh berbagai kalangan melalui berbagai media, maka
sangat menarik untuk dikaji secara lebih cermat dan mendalam
melalui
suatu penelitian.
Agar
sehingga
penelitian
ini
lebih
terkendali
mampu menjawab pokok permasalahan,
dan
terarah,
maka
diajukan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Sudahkah pendidik di lingkungan masyarakat memahami wawa
san
kebangsaan?
2. Bagaimanakah pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan
generasi muda di Kodia Semarang?
3. Apakah alasan dan tujuan memahami dan menghayati
wawasan
kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang?
4.
Bagaimanakah
lingkungan
proses
pendidikan
wawasan
kebangsaan
masyarakat pada generasi muda di Kodia
di
Sema
rang .
Secara lebih terinci untuk menjawab pertanyaan
tian
yang telah diajukan, dilakukan penelusuran yang
kuskan pada:
peneli
difo-
16
1. Identifikasi
pendidik di lingkungan
masyarakat
tentang
pengertian wawasan kebangsaan.
2. Pemahaman
selaku
generasi muda
warga
mengenai hak
negara dalam
dan
hubungannya
kewajibannya
dengan
bangsa,
negara dan masyarakatnya.
3. Identifikasi
pemahaman
muda
pendidik di lingkungan masyarakat
dan
sebagai
penghayatan wawasan
cerminan tanggung
terhadap
kebangsaan
jawabnya
generasi
selaku
warga
negara.
4.
Pemahaman generasi muda tentang
latar belakang alasan dan
tujuannya memahami dan menghayati wawasan kebangsaan.
5.
Identifikasi
latar
dan
6.
pendidik di
terhadap
tujuan generasi muda
memahami
belakang alasan dan
menghayati wawasan
Pemahaman dan
Identifikasi
pendidikan
bersifat
kebangsaan.
sikap generasi
dikan nilai wawasan
7.
lingkungan masyarakat
muda terhadap proses
kebangsaan di
pendidik di
lingkungan masyarakat.
lingkungan masyarakat
wawasan kebangsaan generasi muda,
ideal maupun
pendi
terhadap
baik
faktual.
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda
Kodia
wawasan
Semarang
ini bertujuan
kebangsaan
yang
untuk
mendapatkan
generasi muda di Kodia
di
gambaran
Semarang.
Dari
garabaran yang diperoleh tersebut direkomendasikan pentingnya
tindak
lanjut disusun model pendidikan
wawasan
kebangsaan
17
generasi muda di lingkungan
masyarakat yang efektif. Tujuan
lain dari penelitian ini adalah didapat sumbangan
pengem-bangan
perguruan
sikap,
perkuliahan
tinggi yang mampu
dan
dan materi
pemikiran
Pendidikan
menumbuhkembangkan
penghayatan wawasan kebangsaan
Umum
di
pemahaman,
sesuai
dengan
tanggung jawab peserta didik selaku warga negara-bangsa yang
baik dan bertanggung jawab.
Sedangkan
secara lebih khusus dan terinci,
penelitian
ini bertujuan:
Pertama:
Mengidentifikasi pemahaman pendidik di
ling
kungan masyarakat tentang pengertian wawasan kebangsaan.
Kedua: Mendapatkan deskripsi pemahaman dan
penghayatan
wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.
Ketiga: Mendapatkan deskripsi alasan dan tujuan genera
si
muda
wawasan
di Kodia Semarang dalam
memahami
dan
menghayati
kebangsaan.
Keempat:
Mendapatkan deskripsi pendidikan wawasan
bangsaan generasi muda oleh pendidik di lingkungan
ke
masyara
kat di Kodia Semarang.
Kelima: Merekomendasikan pentingnya
disusun model pen
didikan wawasan kebangsaan pada generasi muda di
lingkungan
masyarakat.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda
Kodia Semarang ini diharapkan mencapai kegunaan atau
faatan, baik yang
bersifat praktis.
bersifat
teoritis
maupun
di
keman-
kegunaan yang
18
Kegunaan
memberikan
lanjut
Teoritis,
sumbangan
disusun
generasi
bagian
muda
dari hasil
penelitian
pemikiran tentang
lingkungan
ingin
pentingnya
model pendidikan wawasan
di
ini
tindak
kebangsaan
masyarakat,
yang
integral tujuan yang hendak dicapai
pada
merupakan
penyelenggaraan
Pendidikan Umum di Indonesia. Sebagaimana diketahui,
Pendi
dikan Umum di Indonesia bertujuan membentuk manusia
Indone
sia seutuhnya, dan salah satu kriterianya dimilikinya wawas
an kebangsaan yang luas. Komitmen kebangsaan yang luas
mendorong
yang
manusia
dapat
Indonesia sebagai pribadi
menempatkan peri kehidupannya
warga
secara
akan
negara
seimbang
dalam hubungannya sebagai makhluk individu, sebagai
makhluk
sosial dari suatu masyarakatnya, sebagai warga negara
Indo
nesia, dan juga sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Kegunaan Praktis, selama ini pendidikan wawasan kebang
saan seolah-olah menjadi beban tanggung jawab lembaga pendi
dikan formal atau sekolah saja. Sehingga timbulnya
kekhawa
tiran
kalangan
dan
masyarakat
kecemasan yang mendalam oleh
berbagai
mengenai mendangkal dan merosotnya
wawasan
bangsaan generasi muda tersebut, guru dan sekolah saja
dituding
sebagai
yang paling bertanggung jawab
berhasil
melaksanakan misinya sebagaimana yang
dan
ke
yang
tidak
diamanatkan
oleh tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, penelitian
ini juga bermaksud mencapai kegunaan yang bersifat praktis,
yaitu:
(1). Membantu pihak-pihak pengarabil kebijakan(lembaga
peme-
rintah) dibidang pendidikan dan pembinaan generasi muda
19
dan
pihak-pihak lain yang berkaitan,
secara
mendalam
kebangsaan
masalah
dan
generasi muda,
pembinaannya.
mengenali
karakteristik
wawasan
dan proses pendidikan
Sehingga kebijakan yang diambil
lebih efektif dan efisien,
(2).
dalam
serta
menjadi
sesuai dengan tujuannya.
Memberikan gambaran yang mendalam dan jelas bagi
maha
siswa Pendidikan Umum atau pemerhati Pendidikan Umum di
Indonesia mengenai wawasan kebangsaan generasi muda
lingkungan
masyarakat,
serta
upaya
pendidikan
di
dan
pembinaannya.
(3).
Bagi
program Pendidikan Umum,
mengenali
permasalahan
dan
penelitian
memperdalam
aspek kajian Pendidikan Umum di Indonesia,
san
kebangsaan.
pemahaman
pendidikan
sumbangan
Bangsa
Dengan mengenali
mencetak
yang baik,
berupaya
salah
yaitu
Pendidikan
tercinta.
dan
strategi
dan pembinaannya secara lebih efektif
program
satu
wawa
permasalahannya
yang mendalam akan dapat ditemukan
Indonesia
Pendidikan
ini
bagi
Umum
terhadap
Negara-
Dengan
demikian
program
fungsi dan
misinya
Umum dapat melaksanakan
warga masyarakat dan warga
negara
Indonesia
yaitu warga negara yang paham dan sadar akan
hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab.
D.
Definisi Operasional
Untuk memperjelas persoalan yang menjadi fokus
tian,
berikut ini diturunkan beberapa difinisi
peneli
operasional
>o
yang
diambil
dari topik penelitian.
Difinisi
operasional
yang dimaksud adalah:
1. Hawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang
oleh
rasa
kebangsaan dan semangat kebangsaan
dilingkupi
dalam
upaya
bangsa untuk mencapai cita-cita nasionalnya, dan mengembangkan
eksistensi kehidupannya atas nilai-nilai luhur
nya.
Wawasan kebangsaan merupakan implementasi dan
aktuali-
sasi dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan
yang
menyangkut
ideologi,
politik,
lain-lainnya,
lebih
maju
kehidupan kebangsaan,
ekonomi,
baik
sosialbudaya,
dan
lebih
modern
sesuai
pemikiran
dalam
hukum,
untuk membawa bangsa ke arah
bangsa-
bidang
hamkam
kehidupan
dengan
dan
yang
komitmen
bangsa/bersama.
Rasa
kebangsaan
kesadaran
secara
masa
untuk
senasib
berbangsa,
bersatu sebagai suatu
karena
bangsa
yang
aspirasi
lahir
perjuangan
rasa
sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan
masa
merumuskan
karena kebersamaan kepentingan,
yaitu
karena
serta
Dengan
kesadaran
alamiah karena sejarah,
lampau,
kini
adalah
kesamaan pandangan,
harapan,
dan
cita-cita bangsa untuk waktu yang
kata
lain rasa kebangsaan itu adalah
tujuan
akan
dalam
datang.
perekat
mempersatukan dan memberi dasar kepada jati diri kita
yang
seba
gai bangsa.
Paham
saan
yang
rasional,
kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa
berupa
pikiran-pikiran,
kebang
gagasan-gagasan
dimana suatu bangsa secara bersama-sama
yang
memiliki
21
cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas
dan
rasional.
dipengaruhi
pleks
Paqham kebangsaan itu
dinamis,
berkembang,
oleh lingkungan strategisnya yang
sifatnya.
Tumbuh
berkembangnya
rasa
sangat
dan
kom-
semangat
kebangsaan membentuk semangat kebangsaan.
Sedang
demi
semangat kebangsaan adalah
kepentingan bangsa, negara dan
Yudohusodo,
1996:
2.
Muda
Generasi
kerelaan
tanah
berkorban
airnya.(Siswono
12-13)
Kansil (1986:
Generasi muda
dalam
pengertian umum adalah golongan manusia berusia muda.
Sedang
yang
disebut
138-139) menyatakan:
pemuda dari segi biologis adalah
berusia 15 - 30 tahun.
orang
yang
Dilihat dari sudut ideologis-politis,
maka generasi muda adalah calon pengganti generasi
terdahu-
lu,
dan
dalam hal
ini umur antara 18 sampai 30 tahun,
dang-kadang
sampai umur 40 tahun.
berdasarkan
umur
pemuda
berada
dan lembaga serta
adalah
sekolah maupun perguruan
Dengan
demikian,
dengan
pemuda
tahun.
Sedang pengertian
dalam
mereka yang
tinggi
ruang
ada
pemuda
lingkup
diluar
ka-
tempat
lingkungan
, usia antara 15 - 30 tahun.
pengertian
disini
yang
dimaksud
adalah manusia yang berumur antara 15
Tetapi dalam masa transisi
-
30
mereka yang berumur 30
40 tahun masih ada dalam jalur organisasi pemuda.
Pengertian
berbeda
Pemuda
pemuda
sebagai
diuraikan
diatas
dengan pandangan BP 7 (1993: 227) yang
pada umumnya merupakan golongan manusia
sampai 30 tahun,
sedikit
menyatakan:
berusia
namun dalam masa transisi dan dalam
15
rangka
pembinaan
dilingkungan
organisasi
kepemudaan,
seringkali
masih digunakan batasan usia hingga 40 tahun.
3.
Kodia Semarang
Kodia Semarang yang dimaksudkan
yaitu merupakan
satu daerah tingkat II di Propinsi Jawa Tengah yang
kan
4.
salah
merupa
Ibu Kota propinsi Jawa Tengah.
Pendidikan
Menurut
Kansil(1986:
17) pengertian
pendidikan
dalam
arti pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu masyara
kat
mengalihkan
Cari
ini dapat berujud edukasi formal dan non formal,
aksi sosial,
kultur politik kepada generasi
komunikasi sosial,
berikutnya.
inter-
pentaladanan dan sebagainya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan adalah
suatu
bangsa mengalihkan kulturnya kepada generasi
agar menjadi
nilai
mudanya
lebih dewasa.
Pendidikan
pembinaan,
cara
wawasan
kebangsaan
mencakup
yaitu pengalihan nilai wawasan
kehidupan
pula
makna
kebangsaan sebagai
berbangsa kepada generasi
muda,
sehingga
lebih dewasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang dimaksudkan adalah lingkung
an
di mana seseorang selaku anggota negara
dan
masyarakat
itu hidup dan berinteraksi.
Pendidikan
di lingkungan masyarakat
yang
dimaksudkan
adalah pendidikan yang terlaksanakan melalui berbagai proses
interaksi
sosial
di dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbeda dengan sifat pendidikan formal di sekolah.
yang
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
keterkaitan
atau pola interaksi dalam pengertian pendidikan di lingkung
an masyarakat dengan generasi muda,
dapat digambarkan secara
skeraatis dalam bagan sebagai berikut:
INFORMAL
Orangtua
FORMAL
PEMUDA
Penatar
BP7
NONFORMAL
Tokoh
Masyarakat
Gambar:
1
Bagan Pola Pendidikan Hawasan Kebangsaan pada Generasi Muda
di Lingkungan Masyarakat
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode dan Pendekatan
Penelitian
dengan
ini menggunakan metode
pendekatan
tersebut
Penelitian
dipilih
fenomenologis.
Metode
dengan pertimbangan
dikaji berkaitan dengan sesuatu
diskriptif
dan
bahwa
analitik
pendekatan
masalah
hal yang sedang
berlangsung
dalam kehidupan (berproses).
Digunakannya metode dan
katan
diskripsi
tersebut
ditemukan di
fenomena
yang
isi
lebih mendalam.
Subyek Penelitian
Dalam
atau
penelitian
ini yang menjadi
menjadi sasaran penelitian
Semarang,
a.
atas
pende
lapangan dapat diinterpretasikan makna dan
esensinya secara
B.
diharapkan
yang
yang
dalam hal
seseorang
generasi muda.
gi,
penelitian
adalah generasi muda
Kodia
yang mempunyai peran atau status sebagai:
Generasi Muda,
atau
subyek
ini diambil subyek yaitu,
yang masuk dalam kelompok
usia
pemuda
sebagai
Baik yang masih belajar di perguruan
lulusan perguruan tinggi atau sekolah menengah
sudah bekerja,
atau
lulusan pendidikan tinggi
ting
atas
atau
menengah yang belum bekerja.
b. Tokoh masyarakat(mewakili
mal),
lingkungan pendidikan non
yang terdiri dari tokoh muda dan tua,
pertibangkan
profesi,
kedudukannya dalam
dan atau kemasyarakatan.
sud sebagai pendidik di
dengan
organisasi
mem-
kepemudaan,
Tokoh masyarakat dimak
lingkungan masyarakat.
97
for
98
c. Orang tua(mewakili lingkungan pendidikan informal), dalam
hal ini yang diambil sebagai subyek penelitian
yang
telah
pendidikan
seorang
memiliki anak sebagai
pemuda
subyek sekolah menengah atau
lagi
yang telah mempunyai anak
seseorang
dengan
latar
sederajat,
sebagai
dan
pemuda
dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi.
d. Penatar
BP7
Kodia
Dati
II
Semarang(mewakili
formal yang berpengaruh terhadap pendidikan
yang
terdiri
dari
seorang penatar P4,
penatar tiga
bidang
lembaga
masyarakat),
tatar,
yaitu
seorang penatar UUD 1945, dan seorang
penatar GBHN.
C.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan
teknik pengumpulan data dengan:
a.
Teknik Observasi,
pun
data
teknik ini dilaksanakan dalam
dari semua subyek penelitian.
pengamatan
yang
dilakukan adalah
sebagai
pengamat.
pemeran
serta sebagai pengamat yang
Menurut Lexy J.
menghim-
Observasi
jenis
pemeran
Moleong
(1996:
dimaksudkan
peranan peneliti sebagai pengamat tidak sepenuhnya
gai
pemeran serta,
matan.
tetapi masih melakukan fungsi
la menjadi-sebagai anggota pura-pura,
atau
serta
127)
adalah
seba
penga
jadi
tidak
Sedangkan jenis obeservasi yang digunakan adalah
jenis
melebur dalam arti yang sesungguhnya.
observasi yang Non-Sistematis,
menggunakan
pedoman
baku,
yakni observasi yang tidak
berisi
sebuah
daftar
dimungkinkan dilakukan oleh subyek penelitian.
yang
b.
Teknik
Hawancara,
melalui wawancara,
berupa ucapan, pikiran, gagasan,
dakan
data
utama
yang
perasaan, dan/atau
tin-
subyek penelitian diharapkan dapat
terungkap
dan
terekam oleh peneliti secara lebih teliti dan cermat.
c.
Teknik
untuk
nya,
Dokumentasi,
seperti arsip penting,
piagam,
dan
Dalam
tulisan
sifat
aktivitas
atau
artikel,
lain sebagainya.
Penelitian
penelitian ini yang merupakan
tian adalah peneliti sendiri.
instrumen
Untuk itu pengenalan
pada dasarnya merupakan hal yang sangat
bagian
dimaksudkan
foto kegiatan atau
dari subyek penelitian,
Instrumen
diri
ini
menghimpun dan merekam data yang dokumenter
langsung
D.
teknik dokumentasi
persiapan peneliti agar lebih siap dan
peneli
terhadap
penting
dari
terampil
di
lapangan dalam pengumpulan data penelitian.
Manusia
memiliki
sebagai
kelebihan.
instrumen
Menurut Lexy
Ciri-ciri umum manusia sebagai
penelitian
J.
Moleong
mendasarkan diri atas pengetahuan,
patnya,
(1996:121):
instrumen penelitian mencakup
segi responsif, dapat menyesuaikan diri,
an,
dimungkinkan
menekankan
memproses data
keutuh
sece-
dan mampu memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifi-
kasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan
untuk
mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.
E.
Pengumpulan Data Penelitian
Dalam
pengumpulan
data
penelitian
petunjuk dalam penelitian kualitatif,
didasarkan
atas
khususnya format studi
lOO
kasus.
Secara terinci,
Orientasi,
tahapan teknik tersebut adalah:
(2) Eksplorasi,
(3) Member Ckeck, dan (4)
(1)
Tria-
ngulasi guna menemukan data-data pembanding.
F.
Analisis Data Penelitian
Dalam penelitian
induktif,
ini
analisis
data
dilakukan
yaitu penarikan kesimpulan yang umum
pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus.
sis
induktif
diharapkan mampu menangkap
secara
atas
dasar
Melalui anali
makna
data
yang
bersifat ganda sebagaimana layaknya fenomena sosial.
G.
Jadwal Kegiatan Penelitian
Sebagai
pedoman
target kerja,
disusun jadwal kegiatan penelitian.
selama 5 bulan,
ber
yaitu dimulai Mei
dalam
penelitian
Penelitian
dilaksanakan
1997 sampai dengan Septem
1997.
Secara
terinci
kegiatan
penelitian
tersebut
adalah
sebagai berikut:
NO.
ini
Kegiatan
Bulan
1
1.
Tahap Persiapan
V
2.
Penyusunan Disain
V
3.
Penelitian Lapangan
4.
Analisis Data
5.
Penyusunan Laporan
Ke
2
3
4
V
V
V
V
5
V
V
BAB
KESIMPULAN,
V
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Berdasar data penelitian,
interpretasi, dan pembahasan,
yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka
leh kesimpulan,
A.
dipero
implikasi, dan rekomendasi sebagai berikut:
Kesimpulan
Penelitian ini bersifat kasus,
maka penarikan kesimpul
an tidak bermaksud sebagai upaya penggeneralisasian, melain-
kan
lebih merupakan upaya
merekapitulisasikan
makna-makna
esensial dari temuan-temuan penelitian dan pembahasannya.
Pengungkapan
kesimpulan terutama mengacu pada
jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan dan tujuan penelitian yang
dikemukakan
dalam bab sebelumnya.
Setelah dilakukan
telah
wawan-
cara dan diskusi terhadap subyek serta didukung hasil penga
matan di lapangan, maka dapat disimpulkan:
1. Meskipun
pendidik di lingkungan
masyarakat
berpendapat
bahwa wawasan kebangsaan penting, tetapi pemahaman mereka
tentang hal itu sangat kurang.
2. Menurut pendidik di lingkungan masyarakat, sebagai
negara
suatu
memahami-menghayati wawasan kebangsaan
kewajiban, mengingat kelangsungan
merupakan
kehidupan
bangsa dan bernegara tidak luput dari perubahan
warga
ber
keadaan,
baik yang positif maupun yang negatif.
3. Menurut
pendidik
di lingkungan
pemahaman-penghayatan
nilai
1 Pii
masyarakat,
wawasan
menurunnya
kebangsaan
oleh
152
generasi
muda
tampak
dalam
fenomena
yang
mengganggu
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.
Menurut
pendidik di
lingkungan masyarakat,
bangsaan wajib dimiliki oleh generasi muda,
dik
wawasan
ke
tetapi pendi
sendiri dalam pembinaan belum dapat berperan
secara
optimal.
5.
Menurut pendidik dan generasi muda di
kat,
pembinaan wawasan kebangsaan seyogyanya diintegrasi
kan dengan kegitan rutin
B.
lingkungan masyara
lain yang menarik.
Implikasi
Dari kesimpulan tersebut di atas,
dapat ditarik
impli-
kasinya sebagai berikut:
1. Memahami wawasan kebangsaan bagi bangsa dan generasi muda
Indonesia
sebab
merupakan sesuatu yang tidak dapat
bersifat
komitmen
imperatif.
bangsa,
sebab
wawasan
adalah
memahami
Warga negara yang baik tentu
berusaha
tinggi
penghayatan
kehidupan
kebangsaan
maka wajib warga negara untuk
dan menghayatinya.
menjunjung
Wawasan
diabaikan,
bangsa.
kebangsaan
dan mempertahankan
berpengaruhi
terhadap
Menjunjung tinggi
merupakan
komitmen
dan
kemauan
bangsa,
kelanggengan
mempertahankan
seluruh
bangsa.
Agar setiap anggota bangsa dapat menghayati dan mempunyai
kema