WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA : Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda pada Lingkungan Masyarakat diKodia Semarang.

WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA
Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis
PendidQcan Wawasan Kebangsaan
Generasi Mud a pada Lingkungan Masyarakat
diKodia Semarang

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Umum

Oleh
SUPRAYOGI

MM. 9596152

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG

1997

DISE1-UJUI

DAN

DISAHKAN

OXJKH

PEMBIMBING

I

l^ 1%
Prof

H.

NURSU)


PEMBIMBING

Prof. Drs.

H.A.

SUMAATMADJA

II

KOJJASIH DJAH1RI

ABSTRAK

Generasi muda adalah pemilik masa depan, oleh karenanya
generasi

muda yang berkualitas menjadi harapan


bangsa

dan

negara demi kelangsungan hidup negara-bangsa. Kualitas gene
rasi

muda salah satunya ditentukan oleh wawasan

yang

dimiliki. Di

pragmatis
dan

kebangsaan

era globalisasi yang mengarah


dan materialis,

serta

menguatnya

ke

sikap

primordialisme

tribalisme, mantapnya wawasan kebangsaan generasi

terasa semakin penting.

Namun

ironisnya justru


muda

kerisauanlah

yang ada dibenak sebagian besar bangsa ini.

Penelitian ini bermaksud mengungkap wawasan
generasi muda,

dengan meneliti

kebangsaan

kasus generasi muda di

Kodia

Semarang. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendapat gambaran

wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.


Dari

hasil penelitian yang memberikan gambaran wawasan kebangsaan
generasi

muda

dengan

segala

faktor

yang

melingkupinya,

bermaksud merekomendasikan pentingnya dicari model


pendidi

kan wawasan kebangsaan generasi muda yang cocok dilaksanakan
di

lingkungan pendidikan masyarakat.

dengan

Penelitian

dilakukan

metode diskriptif analitik dengan pedekatan

nologis,

dengan peneliti sebagai

fenorae-


instrumennya.

Hasil penelitian menunjukkan pendidik di lingkungan ma
syarakat (orangtua,

tokoh masyarakat,

penatar BP-7) dan

nerasi muda merasakan adanya penurunan pemahaman dan

ge

aktua-

lisasi wawasan kebangsaan generasi muda.

Penurunan


tersebut

di

perhatian

orangtua

dan
yang

antaranya disebabkan oleh kurangnya
bergesernya

harapan orangtua tentang masa

depan

semakin pragmatis-materialis dengan penekanan


anak

manfaat

jangka pendek, dan tidak jelasnya tantangan yang membangkitkan kesadaran kebangsaan.
Akhir penelitian merekomendasikan bahwa pendidikan atau
pembinaan wawasan kebangsaan generasi muda di lingkungan ma

syarakat mendesak untuk segera dilaksanakan, untuk itu perlu
dicari model yang cocok bagi pelaksanaannya.

vi

Pelaksanaannya

tidak dengan program khusus-formal,

tetapi diintegrasikan ke

berbagai program kegiatan rutin yang telah ada dan

Optimalisasi
harus

dilakukan

sejarah,

peran pendidik di
dengan

proyeksi masa depan,

sifat inovatif,
pendidikan

perilaku

affektif

yang

manfaat,

kesejahteraan

rakyat,

Pembinaan didekati

sebagai

komprehensif,

aktual,

humanistik,

kon-

mahasiswa

oriented.

diharapkan adalah pola pikir,

sikap,

dan

generasi muda tetap berakar pada nilai budaya

dan

kepribadian bangsa,
acuan

masyarakat

pada

nilai yang berpegang pada prinsip

dan

Hasil

berpedoman

usaha

dan ATHG bangsa.

tekstua1-konstitusional,
sentris,

materi

lingkungan

menarik.

dengan nilai wawasan

kebangsaan

tingkah laku dan acuan penilaian perilakunya.

VII

sebagai

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH

iii

ABSTRAK

vi

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR TABEL

BAB

I . PENDAHULUAN

II.

1

A.

Latar Belakang Penelitian

B.

Masalah Penelitian

12

C.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

16

1. Tujuan Penelitian

16

2.

17

D.

BAB

xii

1

Kegunaan Penelitian

Difinisi Operasional

19

WAWASAN KEBANGSAAN DAN GENERASI

A.

MUDA

24

Kajian tentang Wawasan Kebangsaan

24

1. Pengertian Wawasan Kebangsaan

24

2.

Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme

....

29

3. Cita-cita Negara Bangsa dan Tantangannya

34

4. Globalisasi Dunia dan Tantangannya

43

5. Kedudukan Wawasan Kebangsaan dalam Pen didikan

B.

Umum

49

Kajian tentang Generasi Muda

57

1. Generasi Muda dan Karakteristiknya

57

2. Peranan Generasi

3.
C.

Muda

dalam

Kehidupan

Kehidupan Berbangsa

63

Kebijaksanaan Kepemudaan di Indonesia ..

65

Kajian tentang Pembinaan Wawasan Kebangsaan
Generasi

Muda

70

1. Proses Regenerasi

2. Sifat

Dinamis

Wawasan

70

Kebangsaan

dan

Urgensi Memehaminya bagi Generasi Muda .

vm

73

3.

Pendidikan
Pendidikan

4.

Wawasan

Kebangsaan

sebagai

Nilai

78

Pendidikan Wawasan

Kebangsaan

Generasi

Muda di Lingkungan Masyarakat

BAB

BAB

III . PROSEDUR

IV.

86

PENELITIAN

A.

Metode

B.

Subyek Penelitian

97

C.

Teknik Pengumpulan Data Perhatian

98

D.

Instrumen

99

E.

Pengumpulan Data Penelitian

F.

Analisis

G.

Jadwal

HASIL
A.

dan

97
Penelitian

97

Penelitian

Data

99

Penelitian

100

Kegiatan Penelitian

PENELITIAN

Hasil

DAN

100

PEMBAHASAN

101

Penelitian

101

1.

Profil

2.

Identitas Subyek Penelitian

3.

Pemahaman Pendidik di

Lingkungan

rakat

Kebangsaan

4.

Lokasi

Wawasan

Penelitian

rasi

..

Hasil

Masya

112
Mengha120

Penelitian

terhadap Wawasan

125

Lingkungan

Masya

Kebangsaan Gene

Muda

125

Pemahaman dan Penghayatan

Wawasan

Ke

bangsaan Generasi Muda
3.

4.

BAB

101

105

Kebangsaan

Pemahaman Pendidik di
rakat

2.

Situasi

tentang Wawasan

Pembahasan

1.

dan

Alasan dan Tujuan Memahami dan
yati

B.

Pendekatan

Pendidikan Wawasan Kebangsaan

133
Generasi

Muda di Lingkungan Masyarakat

136

Temuan Penelitian

146

V. KESIMPULAN,

IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

151

A. Kesimpulan

151

B.

Implikasi

154

C.

Rekomendasi

157

IX

DAFTAR PUSTAKA

162

LAMPIRAN SK DOSEN
LAMPIRAN

SURAT

PEMBIMBING

IJIN

PENELITIAN

169
170

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1
Gambar 2

Bagan Pola Pendidikan Wawasan Kebangsaan

pada

Generasi Muda di Lingkungan Masyarakat

23

Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

96

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1

Rencana Kerja Penelitian

Tabel 2

Penduduk Kodia Semarang

Tabel 3

98

Berdasar

Kelorapok

Umur

102

Tebaran Subyek Penelitian

110

:n

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993

menegaskan

bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua bangsa
Indonesia memasuki proses tinggal landas menuju

terwujudnya

masyarakat

berdasarkan

Pancasila.
kan

yang maju,

adil,

makmur dan mandiri

Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua merupa

masa kebangkitan nasional kedua bagi

yang

bangsa

tumbuh dan berkembang dengan makin

kemampuan
semangat

dan

kekuatan sendiri serta

Indonesia

mengandalkan
makin

pada

menggeloranya

kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia

dalam

upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
bangsa

lain

Jangka

Panjang Kedua diarahkan untuk meningkatkan

manusia
dan
yang

yang telah maju.

Oleh karena

itu

dan masyarakat Indonesia agar makin

sejahtera berdasarkan Pancasila.
melandasi kesadaran kebangsaan,

Pembangunan
kualitas

maju,

Rasa cinta

mandiri

tanah

semangat

air

pengabdian,

dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih

baik

harus

ber

terus

dibangkitkan dan

dipelihara

sehingga

kembang menjadi sikap mental dan sikap hidup masyarakat yang
mampu mendorong percepatan proses pembangunan di segala

as-

pek kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa demi terwujudnya tujuan nasional.
jiwa dan semangat persatuan dan
salah satu modal pembangunan.

kesatuan

Untuk

itulah

bangsa

maka

merupakan

Untuk dapat mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia

yang

berkualitas seperti digariskan oleh GBHN, maka
tidak

dikan

nasional

paian

manusia

sanaan

fungsi pendidikan pada umumnya. Dikatakan oleh

Dahlan

(1983: 3):

yang

dapat

diabaikan

pendi

berkualitas

perannya.

Penca-

berkaitan dengan

"Berbioara tentang mutu manusia,

pelakM.D.

berarti

berbicara tentang pendidikan."

Agar
mulia

itu,

pendidikan nasional mampu mengemban
maka GBHN 1993 (BP7,

1993:

amanat

158) menetapkan

yang
ten

tang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian,
mandiri,
maju,
tangguh,
cerdas
kreatif,
terampil,
berdisiplin,
beretos kerja,
profesional
bertanggung jawab, dan produktif serta
sehat jasmani
dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan
jiwa patriotik dan mempertebal cinta tanah air, mening
katkan
semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan
sosial
serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Sejalan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam
GBHN 1993, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
(pasal

4 UU NO.

2 Tahun

1989) menetapkan tujuan

Nasional
pendidikan

nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan
Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti
luhur,
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan, kesehatan jasmani
dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan
angkan

memahami tujuan pendidikan nasional yang

dalam GBHN dan Undang-undang Sistem

Pendidikan

dituNa

sional, jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan mewujudkan

manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas, dan salah satu
indikator

manusia berkulaitas adalah dimilikinya

rasa

dan

semangat kebangsaan, yaitu rasa tanggung jawab akan kehidup
an

kebangsaannya

.dengan menjunjung

tinggi

persatuan

dan

kesatuan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Rasa dan semangat kebangsaan Indonesia adalah merupakan
nilai yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia.
Kosasih Djahiri(1992:

A.

2) tentang nilai menyatakan:

Nilai adalah sesuatu yang berharga menurut standart logika(benai—salah), estetika(bagus-buruk), etika
(adil/
layak-tidak
adil), agama(dosa-haram-halal)
dan
hukum
(sah-absah), serta menjadi acuan dan atau sistem
keyakinan diri maupun kehidupannya. Nilai-nilai ini ada dan
berkembang dalam berbagai gatra hidup, yakni
keilmuan,
dan Ipoleksosbudhankam kehidupan.
Agar rasa dan semangat kebangsaan dapat terbina dengan
baik,

menjadi acuan dan sistem keyakinan diri manusia Indo

nesia dalam

kehidupan kebangsaannya,

melalui pendidikan.
23)

menyatakan:

kontinyu,
dunia

maka harus diupayakan

Dalam hal ini A. Kosasih Djahiri(1992:

"Pendidikan nilai esensial

terarah-terkendali

dan

afektif manusia itu sendiri

berencana
yang

dibina

karena

secara

sifat

labil-kontekstual/

kondisional-situasional. "

Upaya
nya,

yang

merupakan

pendidikan mewujudkan manusia Indonesia
memiliki

rasa dan

semangat

proses pendidikan nilai,

yaitu

kebangsaan yang menjadikan pemahaman,

kebangsaan

pendidikan

seutuh
adalah

nilai

sikap, dan penghayatan

kehidupan manusia warga negara Indonesia terhadap bangsa dan
negaranya berbeda dengan manusia bukan warga negara
sia .

Indone

Judistira K. Garna dalam Forum Pengkajian Seskoad(1994:

82), Rudini dalam Bakom PKB Pusat(1992:2), Kansil(1986: 20),
dan Soeprapto(BP 7 Dati I Jateng: 6) menyatakan bahwa membahas rasa dan semangat kebangsaan(paham kebangsaan) yang raendahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa serta persatu
an

dan kesatuan bangsa berarti

membicarakan

nasionalisme,

yaitu kesadaran berbangsa dan loyalitas atas kebangsaannya.
Jiwa dan semangat menjunjung tinggi persatuan dan
satuan bangsa(nasionalisme) adalah
konstitusi,

sejalan

dengan

ke

amanat

seperti ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 se

bagai berikut:

Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara
persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap
bangsa
seluruhnya. Jadi negara mengatasi segaia paham
golongan, mengatasi segaia paham perseorangan.
Negara,
menurut pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan,
meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Ini suatu
dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
Amanat

konstitusi

bertumbuhkembangnya

tersebut menekankan

tak

pada setiap warga negara

terkecuali para generasi

generasi penerus. Oleh karena itu,
naan

terbina dan

rasa dan semangat kebangsaan, yang

lahirkan wawasan kebangsaan
nesia,

harus

generasi muda harus mampu

kebangsaan. GBHN 1993 (BP7,

1993:

muda

yang

me-

Indo

merupakan

arah kebijaksanaan pembi

menumbuhkembangkan

wawasan

174) menegaskan:

Pembinaan dan pengembangan generasi muda sebagai gene
rasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus citacita perjuangan bangsa dan insan pembangunan diarahkan
agar pemuda menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa
Pancasila,
disiplin,
peka,
mandiri,
beretos kerja,
tangguh,
memiliki
idealisme yang kuat,
berwawasan
kebangsaan
yang luas, mampu mengatasi
tantangan
baik
masa kini maupun yang akan datang dengan tetap memperhatikan nilai
sejarah yang dilandasi
oleh semangat
kebangsaan serta persatuan dan kesatuan bangsa.

5

Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan generasi
yang

tertuang

dalam GBHN 1993 tersebut harus

dapat

muda
mela-

hirkan generasi muda Indonesia yang nemiliki wawasan kebang
saan

yang luas. Upaya pembinaan dan

melibatkan

sekolah

usaha

maupun

pendidikan,

pendidikan di

baik

pengembangan
pendidikan

lingkungan

tersebut
formal

masyarakat

tidak kalah pentingnya dan besar peranannya dalam

di

yang

menumbuh

kembangkan wawasan kebangsaan generasi muda. Mengenai pembi

naan dan pengembangan generasi muda, Kansil (1986:

122-123)

menyatakan ada tiga jalur, jaitu jalur pendidikan/ keluarga,
jalur pemerintah, dan jalur masyarakat.
Pendidikan wawasan kebangsaan pada generasi muda

dira-

sakan sangat penting,

karena selain diamanatkan oleh konsti

tusi

perundangan yang

dan

dengan
hal

peraturan

ada

kedudukan strategis generasi muda.

itu,

Kansil (1986:

juga

berkaitan

Sekaitan

dengan

99) menyatakan:

Dilihat dari segi kebutuhan, maka generasi muda
adalah
sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Sebagai
sumber
insani dari potensi bangsa, maka generasi
muda
perlu dipersiapkan agar berpartisipasi aktif dan
mem
berikan
sumbangan
yang posit i f kepada
pembangunan
bangsa
dan negara...Disadari bahwa masa
depan
adalah
milik generasi muda. la adalah Ianjutan masa kini
dan
merupakan
hasil masa lampau. Dalam hubungan ini,
maka
pembinaan dan pengembangan generasi muda harus menanam-

kan kepekaan terhadap masa depan untuk dapat
masa datang sebagai kelanjutan masa kini.

Sehubungan

bahwa

generasi

menyadari

proses regenerasi, perlu diperhatikan

muda

yang merupakan

pewaris

dan

pula

penerus

negara-bangsa ini tidak mengalami langsung proses perintisan

dan

pertumbuhan wawasan kebangsaan dalam perjuangan

merebut

dan

mempertahankan

kemerdekaan.

Sehingga

bangsa
sangat

dimungkinkan adanya perbedaan pemahaman dan tanggapan
kerangka

dan

kehidupan kebangsaan yang disebabkan oleh

tantangan

pengalaman

yang ada memang telah

situasi

berbeda

yang dihayati generasi sebelumnya. Hal

sebagaimana dikemukakan oleh B.

bu

jauh

(1990:

8),

(Suara Merdeka:
Lebih

24 Maret

dengan
tersebut

Simandjuntak dan IL.

BP 7 Pusat(1993:

26),

dan

dalam

Gantya

Pasari-

Witarso

1987).

tegas dikemukakan oleh Abdul Munir Mulkan

Nasikun dkk (1996:

dalam

17-19) yang menyatakan:

Nasionalisme di mat a generasi muda pasca perang kemerdekaan
mempunyai makna relatif berbeda dari
generasi
yang bergumul dan terlibat perang kemerdekaan... Penga
laman hidup an tar generasi dalam pergumulan
kenegaraan
dan kebangsaan yang berbeda dapat menumbuhkan
sentimen
kebangsaan dan kenegaraan yang juga berbeda.
Perbedaan pemahaman dan tanggapan generasi muda tentang
wawasan

kebangsaan

selain

disebabkan

tidak

mengalaminya

proses perintisan dan pertumbuhan wawasan kebangsaan,
kalah

penting

Keadaan
tidak

adalah

sekarang
dapat

pandang

faktor

pengaruh

yang disebut

dipungkiri sangat

sebagai

jaman

berpengaruh

generasi muda dalam peri

Mudahnya

keadaan

kekinian.

globalisasi

terhadap

kehidupan

informasi dari berbagai belahan dunia yang

bukunya

muda.

yang

Sebagai misal pendapat Kenichi

berjudul Dunia Tanpa

Batas

cara

kebangsaannya.

sumsi tidak selalu menguntungkan bangsa Indonesia,
generasi

tidak

khususnya

Ohmay

yang

dikon-

dalam

menyatakan

bahwa kini berpikir dan bersikap kebangsaan atau nasionalis
me

dipandangnya

sebagai sesuatu yang kuno.

Generasi

muda

dengan karakternya yang terbuka dan mudah menerima perubahan
tidak

tertutup kemungkinan lebih tertarik dengan

informasi

yang

datangnya dari

atau

buku yang

luar,

yang dikemas dalam bentuk

apik dan menarik,

termasuk

berita

pendapat

Ohmay

tersebut. Pengaruh globalisasi terhadap bangsa Indonesia dan
dampaknya

seperti

digambarkan oleh Bernadette

dalam ISPSKJP&M NO. 1 1993:

N.

Setiadi

33-34):

Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat
dunia
tentu
tidak luput pula dari pengaruh globalisasi i n i . . . Salah
satu
bahaya utama adalah timbulnya
kebingungan
dalam
menghadapi perubahan dan ketidak jelasan yang demikian
cepat
terjadi,
sehingga tidak
jarang para
individu
(terutama mereka yang masih muda) kehilangan pegangan.
Pandangan

dalam

senada

Moerdiono,

Analisis

CSIS NO.

Sabtu:

24 Maret

dalam

Mimbar

dkk(1995:
2 (1996:

1997),
NO.

dikemukakan pula oleh

M.

111),
136),

Budi

Lambang

Trijono

Soedarsono(Suara

Soeparno(1992:

3),

82 Tahun XIV(1996/1997:

Santoso

dalam

Merdeka,

M.

Alwi

Dahlan

21),

dan

Rudini

dalam Bakom PKB Pusat(1992:2).
Globalisasi selain membawa pengaruh positif juga memuat
pengaruh

negatif yang bagi kelangsungan dan

gara-bangsa
rentan

Indonesia,

dan wawasan kebangsaan

. Suprapto (1994:

Nasional II

6) dalam makalahnya

kehidupan

bisa

ne

sangat

pada

Seminar

Dosen Pancasila di Purwokerto menyatakan:

Dengan merebaknya globalisasi dalam bidang ekonomi,
yang
didukung oleh teknologi komunikasi
mengakibatkan
melemahnya
batas-batas an tar negara, sehingga
terjadi
interaksi

secara

universal

antar

manusia.

Hal

ini

secara langsung menimbulkan problem terhadap eksistensi
negara
bangsa.
Timbul
pertanyaan
masih
relevankah
gagasan tentang nasionalisme dan wawasan kebangsaan.
Jawaban pertanyaan tersebut bagi bangsa Indonesia
mendambakan

negara persatuan dan kesatuan tidaklah

gamang,

yaitu nasionalisme dan wawasan kebangsaan tetap relevan
sangat diperlukan,

yang

dan

apalagi dijaman yang semakin mengglobal.

a

Dampak

negatif globalisasi yang

berpandangan

seolah-

olah terjadi perubahan status dan batas negara akan

mengim-

bas pada nasionalisme atau wawasan kebangsaan suatu

bangsa.

Dalam kaitan ini, Abdul Azis Wahab (1996: 2) menyatakan:
...munculnya perubahan status dan batas-batas negara
menyebabkan hubungan yang rumit dengan nasionalisme,
identitas politik, dan partisipasi warga negara. Adanya
pengungsi global yang telah menimbulkan orang-orang
tanpa kewarganegaraan dalam si tern politik kontemporer
mengisyaratkan pentingnya penyiapan warga negara Indo
nesia

menghadapi perubahan-perubahan tersebut

melalui

pendidikan kewarnegaraan.

Dengan

Soerjanto

gaya

bahasa berbeda

Poespowardojo

Abdurrahman

(1994: 4-5)

Wahid

menyatakan

dalam

hal

yang

senada dengan pernyataan Abdul Aziz Wahab.

Pernyataan

Cecep

Syarifuddin dalam

Forum

Pengkajian

Seskoad (1994: 103) memperjelas pula pengaruh negatif globa
lisasi terhadap nasionalisme atau wawasan kebangsaan:

Selain itu banyak

kalangan

memprihatinkan

bahwasanya

semangat nasionalisme karena terpaan arus globalisasi
dihampir segaia bidang kehidupan
masyarakat
telah
berkembang sedemikian jauh, makin kompleks dan
rumit.
Hingga dalam banyak hal, jiwa nasionalisme bangsa tidak

lagi menjadi hirauan utama dalam cara pandang dan

pola

pikir.

Namun ironisnya, globalisasi yang merebak seolah

meni-

adakan batas dan perbedaan antar negara dan bangsa,

ternyata

membangkitkan semangat kesukuan atau kelompok yang

bersifat

primordialis.

memprihatinkan
seginya.

ini

sangat

bangsa Indonesia yang pluralis dalam

banyak

Pluralisme

potensial

Sofyan

Merebaknya semangat primordialis

bangsa

Indonesia

terjadinya disintegrasi nasional.

Wanandi (Jawa Pos, Senin: 27 Mei

"Dilihat

sangat

dari

Dalam

1996)

sudut persatuan dan kesatuan

rentan
hal

dan
ini

menyatakan:

bangsa,

dalam

kapasitas

tertentu, kebhinekaan atau kemajemukan itu

dapat

dipandang sebagai potensi perpecahan. " Nasikun (1996: 7)juga
menyatakan
umumnya

hal

yang senada:

"... masyarakat

menghadapi masalah integrasi dalam

majemuk

pada

magnitude

yang

tidak pernah dihadapi oleh corak masyarakat yang lain. "
Oleh
kait

sebab itu bangkitnya semangat

erat

wawasan

dengan semakin rumitnya

kebangsaan.

yang disebabkan

primordialis

permasalahan

Peringatan adanya ancaman

ber-

pembinaan

disintegrasi

oleh bangkitnya semangat primordialis harus

pula dicermati secara seksama oleh segenap bangsa Indonesia.

Sebagaimana

dikemukakan

(Analisis CSIS NO.

oleh

Anak

2Th. XXV-1996:

Agung

Banyu

Perwito

156) dengan menyatakan:

Kecenderungan maraknya konflik antar etnis yang terjadi
di berbagai penjuru dunia ini tentunya dapat memberikan
pengalaman
yang sangat berharga bagi bangsa
Indonesia
untuk
tetap
teguh
memegang persatuan
dan
kesatuan
bangsa
ditengah era globalisasi ini...
Sebagai
suatu
negara-bangsa
yang terdiri dari beragam etnis,
agama,
budaya,
dan
bahasa,
kita
perlu
memikirkan
bersama
terbentuknya
satu
masyarakat terbuka
(open
society)
guna memantapkan paham kebangsaan Indonesia.

Mencermati

berbagai pengaruh globalisasi,

maka

berbagai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam
merosot

timbul
terhadap

atau melunturnya wawasan kebangsaan generasi

yang tidak menghayati secara langsung perintisan dan
buhan

wawasan

kemerdekaan.

kebangsaan dalam

perjuangan

Apalagi akhir-akhir ini juga

kerusuhan yang melibatkan generasi muda.
rasi

muda dalam berbagai kerusuhan massa

muda,

penum-

mempertahankan

timbul

berbagai

Keterlibatan
dipandang

gene
mente-

ngarai diabaikannya semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

10

Berbagai kekhawatiran dan merosotnya wawasan kebangsaan
generasi

muda dapat disimak dari berbagai

mengedepan

akhir-akhir

pernyataan

ini. Siswono Yudohusodo

yang

(1996:

6)

menyatakan:

... semangat kebangsaan yang ada terasa telah mendangkal,
telah terjadi erosi rasa kebangsaan
terutama di
kalangan generasi muda... paham dan semangat kebangsaan
dari bangsa yang majemuk ini akan merosot dan tenggelam
oleh adanya gejala menonjolnya semangat kesukuan dan
keagamaan,
yang semula merupakan unsur-unsur
yang
membentuk negara-bangsa
ini.
Ada pula yang merasa
prihatin karena menganggap ada upaya-upaya yang sistematik untuk memasukkan pandangan-pandangan budaya asing
ke dalam budaya hidup bangsa kita, atau kedalam pandangan hidup kita, yang pada saatnya akan dapat melunturkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang
telah

terbina selama

Kecemasan

(1994:

50)

senada

dalam

ini.

dikemukakan

Sarasehan

Ginandjar

Nasional

Kartasasmita

Peningkatan Kualitas

Pengamalan Wawasan Kebangsaan dengan menyatakan:

Kalau kita coba mendalaminya, menangkap berbagai ungkapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendekiawan dan pemuka masyarakat memang mungkin ada hal
yang
menjadi
keprihatinan.
Pertama,ada
kesan
seakan-akan
semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi
terutama di kalangan generasi muda; seringkali
disebut
bahwa sifat materialistik, telah menggantikan idealisme
yang merupakan sukmanya kebangsaan.

Kedua, ada kekhawa
tiran
ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat
gejala yang terjadi di berbagai negara, terutama yang
amat
mencekam adalah kejadian di Yugoslavia, di
bekas
Sovyet,
dan juga di negara-negara
lainnya
seperti
Afrika,
dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham
kesukuan.

Kecemasan

dan kekhawatiran mendalam merosot

dan

dangkalnya wawasan kebangsaan generasi muda tampaknya

men-

telah

sangat meluas, meskipun sifatnya barulah dugaan dan bersifat

meraba-raba

dengan

menghubungkan

terjadi akhir-akhir ini.

ini

menyatakan:

berbagai

Amir Santoso (1994:

"Belum pernah ada penelitian

fenomena

yang

110) dalam hal

mengenai

hal

11

ini, sehingga yang timbul adalah dugaan dan prasangka

bahwa

kadar nasionalisme,

mulai

menurun dewasa

Pendapat

tidak

kecemasan

ini. "

Amir

dengan

terutama dikalangan generasi muda

Santoso terasa

sangat

menarik,

serta merta diterima berbagai

itu,

sebab

prasangka

dan

positif

dan

tetapi dengan berpikir secara

dengan mempertanyakan dasar argumen ilmiahnya. Tetapi justru
dari

sifat

merangsng
atau

prasangka

dan dugaan

untuk dibuktikan

prasangka

tersebut,

tersebut

mendorong

. Sebab benar atau tidak
ternyata

sangat kuat dari berbagai kalangan,

telah

dugaan

mendapat

respon

baik tokoh pemerintahan,

tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya.

Respon yang

tersebut

melalui

media

nampak dalam berbagai forum dan

penghayatan wawasan kebangsaan,

usaha

sehingga

untuk mengatasinya dengan menekankan

dan

kuat

berbagai

dilansir tentang perlunya kewaspadaan terhadap

sotnya

dan

mero-

dibutuhkan

memperkuat

perlunya pendidikan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.

Berbagai ungkapan pakar, politisi, ulama, dan
tentang

perlunya pengkajian dan pemantapan wawasan

saan

generasi

Pos,

Senin: 27 Mei 1996), Dadang

Senin:

praktisi

muda dikemukakan oleh Sofyan

Rochmat

kebang

Wanandi

(Jawa

Hasanusi(Kompas,

19 Agustus 1996), Abdurrahman Wahid(Kompas, Senin:

September 1996), L.B.

Moerdani dalam Mimbar BP7 NO.

2

37 Tahun

VIK1989: 64-65), Alamsyah Ratuprawiranegara(Walkodri, 1985:
20), Soenaryadi dalam Media P4 NO. 31 TH. XI(1995/1996: 12),
dan Hendropriyono dalam Mimbar NO. 82 TH.
35).

XIV(1996/1997: 31-

12

Dalam hal tersebut, Sofyan Wanandi (Jawa Pos, Senin: 27
Mei 1996) menyatakan:

Menyimak kecenderungan-kecenderungan,
baik di
dalam
maupun di luar negeri, terdapat beberapa perkembangan
yang menjadi kendala atau penghalang usaha peningkatan
persatuan
dan
kesatuan bangsa, antara
lain
kecenderungan primordialisme...
Kecenderungan
semacam
ini

perlu diatasi secara konsepsional, arif, dan bijaksana
berdasarkan
wawasan kebangsaan agar
tidak berkembang
kearah disintegrasi bangsa.
Terasa tepat saatnya himbauan Presiden Suharto
BP7

NO.

67/XII-1994/1995:

2) dalam Sarasehan

Nasional

ningkatan Kulaitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan

dalam

Pe
PJP

"Hawasan kebangsaan itu tidak boleh hanyut

Kedua menyatakan:

dalam perubahan dunia,
akan

(Mimbar

karena tanpa wawasan kebangsaan

kehilangan jati diri...

itu sebabnya,

wawasan

kita

kebang

saan kita harus terus kita segarkan. "

Respon

kekhawatiran
isue

merosot

masyarakat yang begitu kuat,

dan kecemasan yang sangat
dan

mendangkalnya

sebagai

ungkapan

mendalam

wawasan

terhadap

kebangsaan

juga

tercermin dari himbauan para Khatib Sholat Idul Fitri (Suara
Merdeka,

Selasa:

11 Februari 1997) yang menyerukan

nya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang

pentingmerupakan

unsur dasar wawasan kebangsaan Indonesia.

Sekaitan

perlu

latar permasalahan diatas,

dilakukan

penelitian masalah yang

dipandang

sangat

berkenaan

dengan

wawasan kebangsaan generasi muda.

B.

Masalah Penelitian

Disadari sepenuhnya bahwa generasi muda adalah

hari

depan

dan generasi

pelanjut

kelangsungan

pemilik

kehidupan

negara-bangsa.

Perannya dalam kehidupan negara
dan strategis, sebab

dan

sangat

potensial

lambat

proses

regenerasi secara alamiah pasti berlangsung.

bangsa

atau

cepat
Menya-

dari hukum alam demikian, pembinaan dan pengembangan genera
si muda sebagai upaya menyiapkan kader bangsa yang
amanat

konstitusi

dan cita-cita

kemerdekaan

memenuhi

tidak

boleh

terabaikan.

Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan,
oleh

ternyata amanat konstitusi

Penjelasan

diupayakan

sebagaimana

UUD 1945 (yang bersifat ideal)

ditegaskan
dan

perwujudannya melalui berbagai kebijakan

telah

pendi-

dikan(tujuan pendidikan nasional) yang tertuang dalam
turan

NO.

perundangan sebagaimana digariskan GBHN

2

Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

pera-

1993 dan

UU

Nasional,

dan

kebijakan pembinaan dan pengembangan generasi muda

(sebagai

digariskan oleh GBHN 1993),

masyara

kat

yang

pendidik,

terdiri

atas

orang tua,

realitasnya para tokoh

kalangan

cendekiawan,

negarawan,

pengamat politik, maupun ulama

mempu-

nyai

kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam mengenai mero

sot

dan

mendangkalnya pemahaman

dan

penghayatan

wawasan

kebangsaan generasi muda Indonesia.

Timbulnya

kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam

di

kalangan tokoh masyarakat terhadap pemahaman dan penghayatan
wawasan kebangsaan oleh generasi muda diyakini karena perbe
daan persepsi antara generasi tua dan generasi muda,
akibat

tempaan situasi dan kondisi yang berbeda,

lingkupinya.

Faktor

lain yang

mempunyai

andil

sebagai

yang

me-

timbulnya

14

kekhawatiran dan kecemasan adalah akibat pengaruh globalisa
si

yang menumbuhkan pandangan universalitas, tetapi

lain

disisi

menimbulkan tumbuh suburnya pola pikir dan sikap

pri

mordialis. Oleh karena itu satu hal yang menarik bagi

pene-

liti adalah mengetahui bagaimanakah sebenarnya pemahaman dan
penghayatan wawasan kebangsaan

Baik

generasi muda.

pandangan universalitas yang mengabaikan

prinsip

negara-bangsa, maupun pola pikir dan sikap primordialis yang
mengutamakan

kelompok

negara-bangsa,

dan

mengabaikan

persatuan-kesatuan

bagi bangsa dan negara Indonesia yang

fat majemuk sama-sama tidak dikehendaki.
bangsa

Indonesia

ingin

menjalaninya

bersi

Di era globalisasi,
dengan

memanfaatkan

peluang yang ada tanpa harus mengorbankan keutuhan jati diri
negara-bangsanya.

Endang
yang

Sutari

Dalam hal

dalam Forum Pengkajian Seskoad

menyatakan:

keseluruhan

(1994:

241)

"Memilih jalur primordialisme berarti

rorientasi ke belakang,

dap

ini patut diperhatikan pandangan

hanya mampu bersikap negatif

budaya global

sekarang,

be-

terha

berarti

memilih

dan penghayatan

wawasan

menu tup diri. "

Proses

penumbuhan,

pemahaman,

kebangsaan sebagai pendidikan nilai kebangsaan harus melalui
proses pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pola

edukatif

antara lingkungan dengan subyek pendidikan,

hal ini generasi muda.
Kansil(1986:
kat

Cara

17) adalah:

Pendidikan yang dimaksudkan
"...

cara bagaimana suatu

mengalihkan kultur politik kepada generasi

ini

hubungan

dapat

berwujud edukasi formal

dan

dalam
menurut

masyara

berikutnya.

non

formal,

15

interaksi sosial, komunikasi sosial, dan penteladanan. "

Lingkungan

masyarakat merupakan salah satu

lingkungan

pendidikan yang dominan membentuk manusia Indonesia

nya.

Oleh

karena

itu lingkungan

masyarakat

menumbuhkembangkan nilai-nilai yang positif,

seutuh

harus

dapat

termasuk

wawa

san kebangsaan warga negara, khususnya generasi muda.
Untuk

menjawab

pokok

permasalahan

kekhawatiran

kecemasan mendalam tentang meluntur dan mendangkalnya

dan

pema

haman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda

yang

dilansir oleh berbagai kalangan melalui berbagai media, maka
sangat menarik untuk dikaji secara lebih cermat dan mendalam
melalui

suatu penelitian.

Agar
sehingga

penelitian

ini

lebih

terkendali

mampu menjawab pokok permasalahan,

dan

terarah,

maka

diajukan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Sudahkah pendidik di lingkungan masyarakat memahami wawa
san

kebangsaan?

2. Bagaimanakah pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan
generasi muda di Kodia Semarang?

3. Apakah alasan dan tujuan memahami dan menghayati

wawasan

kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang?
4.

Bagaimanakah
lingkungan

proses

pendidikan

wawasan

kebangsaan

masyarakat pada generasi muda di Kodia

di

Sema

rang .

Secara lebih terinci untuk menjawab pertanyaan
tian

yang telah diajukan, dilakukan penelusuran yang

kuskan pada:

peneli
difo-

16

1. Identifikasi

pendidik di lingkungan

masyarakat

tentang

pengertian wawasan kebangsaan.

2. Pemahaman
selaku

generasi muda

warga

mengenai hak

negara dalam

dan

hubungannya

kewajibannya

dengan

bangsa,

negara dan masyarakatnya.

3. Identifikasi
pemahaman

muda

pendidik di lingkungan masyarakat

dan

sebagai

penghayatan wawasan

cerminan tanggung

terhadap

kebangsaan

jawabnya

generasi

selaku

warga

negara.

4.

Pemahaman generasi muda tentang

latar belakang alasan dan

tujuannya memahami dan menghayati wawasan kebangsaan.
5.

Identifikasi
latar
dan

6.

pendidik di

terhadap

tujuan generasi muda

memahami

belakang alasan dan

menghayati wawasan

Pemahaman dan

Identifikasi
pendidikan
bersifat

kebangsaan.

sikap generasi

dikan nilai wawasan
7.

lingkungan masyarakat

muda terhadap proses

kebangsaan di

pendidik di

lingkungan masyarakat.

lingkungan masyarakat

wawasan kebangsaan generasi muda,

ideal maupun

pendi

terhadap
baik

faktual.

C.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda
Kodia
wawasan

Semarang

ini bertujuan

kebangsaan

yang

untuk

mendapatkan

generasi muda di Kodia

di

gambaran

Semarang.

Dari

garabaran yang diperoleh tersebut direkomendasikan pentingnya
tindak

lanjut disusun model pendidikan

wawasan

kebangsaan

17

generasi muda di lingkungan

masyarakat yang efektif. Tujuan

lain dari penelitian ini adalah didapat sumbangan
pengem-bangan

perguruan

sikap,

perkuliahan

tinggi yang mampu

dan

dan materi

pemikiran

Pendidikan

menumbuhkembangkan

penghayatan wawasan kebangsaan

Umum

di

pemahaman,

sesuai

dengan

tanggung jawab peserta didik selaku warga negara-bangsa yang
baik dan bertanggung jawab.

Sedangkan

secara lebih khusus dan terinci,

penelitian

ini bertujuan:

Pertama:

Mengidentifikasi pemahaman pendidik di

ling

kungan masyarakat tentang pengertian wawasan kebangsaan.
Kedua: Mendapatkan deskripsi pemahaman dan

penghayatan

wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.

Ketiga: Mendapatkan deskripsi alasan dan tujuan genera

si

muda

wawasan

di Kodia Semarang dalam

memahami

dan

menghayati

kebangsaan.

Keempat:

Mendapatkan deskripsi pendidikan wawasan

bangsaan generasi muda oleh pendidik di lingkungan

ke

masyara

kat di Kodia Semarang.

Kelima: Merekomendasikan pentingnya

disusun model pen

didikan wawasan kebangsaan pada generasi muda di

lingkungan

masyarakat.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda
Kodia Semarang ini diharapkan mencapai kegunaan atau

faatan, baik yang
bersifat praktis.

bersifat

teoritis

maupun

di

keman-

kegunaan yang

18

Kegunaan
memberikan

lanjut

Teoritis,

sumbangan

disusun

generasi

bagian

muda

dari hasil

penelitian

pemikiran tentang

lingkungan

ingin

pentingnya

model pendidikan wawasan
di

ini

tindak

kebangsaan

masyarakat,

yang

integral tujuan yang hendak dicapai

pada

merupakan

penyelenggaraan

Pendidikan Umum di Indonesia. Sebagaimana diketahui,

Pendi

dikan Umum di Indonesia bertujuan membentuk manusia

Indone

sia seutuhnya, dan salah satu kriterianya dimilikinya wawas
an kebangsaan yang luas. Komitmen kebangsaan yang luas

mendorong
yang

manusia

dapat

Indonesia sebagai pribadi

menempatkan peri kehidupannya

warga

secara

akan

negara
seimbang

dalam hubungannya sebagai makhluk individu, sebagai

makhluk

sosial dari suatu masyarakatnya, sebagai warga negara

Indo

nesia, dan juga sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Kegunaan Praktis, selama ini pendidikan wawasan kebang
saan seolah-olah menjadi beban tanggung jawab lembaga pendi
dikan formal atau sekolah saja. Sehingga timbulnya

kekhawa

tiran

kalangan

dan

masyarakat

kecemasan yang mendalam oleh

berbagai

mengenai mendangkal dan merosotnya

wawasan

bangsaan generasi muda tersebut, guru dan sekolah saja
dituding

sebagai

yang paling bertanggung jawab

berhasil

melaksanakan misinya sebagaimana yang

dan

ke

yang
tidak

diamanatkan

oleh tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, penelitian

ini juga bermaksud mencapai kegunaan yang bersifat praktis,
yaitu:

(1). Membantu pihak-pihak pengarabil kebijakan(lembaga

peme-

rintah) dibidang pendidikan dan pembinaan generasi muda

19

dan

pihak-pihak lain yang berkaitan,

secara

mendalam

kebangsaan

masalah

dan

generasi muda,

pembinaannya.

mengenali

karakteristik

wawasan

dan proses pendidikan

Sehingga kebijakan yang diambil

lebih efektif dan efisien,
(2).

dalam

serta
menjadi

sesuai dengan tujuannya.

Memberikan gambaran yang mendalam dan jelas bagi

maha

siswa Pendidikan Umum atau pemerhati Pendidikan Umum di
Indonesia mengenai wawasan kebangsaan generasi muda
lingkungan

masyarakat,

serta

upaya

pendidikan

di
dan

pembinaannya.

(3).

Bagi

program Pendidikan Umum,

mengenali

permasalahan

dan

penelitian
memperdalam

aspek kajian Pendidikan Umum di Indonesia,
san

kebangsaan.

pemahaman
pendidikan
sumbangan

Bangsa

Dengan mengenali

mencetak
yang baik,

berupaya

salah

yaitu

Pendidikan

tercinta.

dan

strategi

dan pembinaannya secara lebih efektif
program

satu

wawa

permasalahannya

yang mendalam akan dapat ditemukan

Indonesia

Pendidikan

ini

bagi

Umum

terhadap

Negara-

Dengan

demikian

program

fungsi dan

misinya

Umum dapat melaksanakan

warga masyarakat dan warga

negara

Indonesia

yaitu warga negara yang paham dan sadar akan

hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab.

D.

Definisi Operasional
Untuk memperjelas persoalan yang menjadi fokus

tian,

berikut ini diturunkan beberapa difinisi

peneli

operasional

>o

yang

diambil

dari topik penelitian.

Difinisi

operasional

yang dimaksud adalah:

1. Hawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang
oleh

rasa

kebangsaan dan semangat kebangsaan

dilingkupi
dalam

upaya

bangsa untuk mencapai cita-cita nasionalnya, dan mengembangkan

eksistensi kehidupannya atas nilai-nilai luhur

nya.

Wawasan kebangsaan merupakan implementasi dan

aktuali-

sasi dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan
yang

menyangkut

ideologi,

politik,

lain-lainnya,
lebih

maju

kehidupan kebangsaan,

ekonomi,

baik

sosialbudaya,

dan

lebih

modern

sesuai

pemikiran

dalam

hukum,

untuk membawa bangsa ke arah

bangsa-

bidang

hamkam

kehidupan
dengan

dan

yang

komitmen

bangsa/bersama.

Rasa

kebangsaan

kesadaran
secara
masa

untuk

senasib

berbangsa,

bersatu sebagai suatu
karena

bangsa

yang

aspirasi

lahir

perjuangan
rasa

sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan

masa

merumuskan

karena kebersamaan kepentingan,

yaitu

karena

serta

Dengan

kesadaran

alamiah karena sejarah,
lampau,

kini

adalah

kesamaan pandangan,

harapan,

dan

cita-cita bangsa untuk waktu yang

kata

lain rasa kebangsaan itu adalah

tujuan
akan

dalam
datang.

perekat

mempersatukan dan memberi dasar kepada jati diri kita

yang
seba

gai bangsa.

Paham
saan

yang

rasional,

kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa
berupa

pikiran-pikiran,

kebang

gagasan-gagasan

dimana suatu bangsa secara bersama-sama

yang

memiliki

21

cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas
dan

rasional.

dipengaruhi
pleks

Paqham kebangsaan itu

dinamis,

berkembang,

oleh lingkungan strategisnya yang

sifatnya.

Tumbuh

berkembangnya

rasa

sangat
dan

kom-

semangat

kebangsaan membentuk semangat kebangsaan.
Sedang

demi

semangat kebangsaan adalah

kepentingan bangsa, negara dan

Yudohusodo,

1996:

2.

Muda

Generasi

kerelaan

tanah

berkorban

airnya.(Siswono

12-13)

Kansil (1986:

Generasi muda

dalam

pengertian umum adalah golongan manusia berusia muda.

Sedang

yang

disebut

138-139) menyatakan:

pemuda dari segi biologis adalah

berusia 15 - 30 tahun.

orang

yang

Dilihat dari sudut ideologis-politis,

maka generasi muda adalah calon pengganti generasi

terdahu-

lu,

dan

dalam hal

ini umur antara 18 sampai 30 tahun,

dang-kadang

sampai umur 40 tahun.

berdasarkan

umur

pemuda

berada

dan lembaga serta

adalah

sekolah maupun perguruan

Dengan

demikian,

dengan

pemuda

tahun.

Sedang pengertian

dalam

mereka yang
tinggi

ruang
ada

pemuda

lingkup

diluar

ka-

tempat

lingkungan

, usia antara 15 - 30 tahun.

pengertian

disini

yang

dimaksud

adalah manusia yang berumur antara 15

Tetapi dalam masa transisi

-

30

mereka yang berumur 30

40 tahun masih ada dalam jalur organisasi pemuda.
Pengertian

berbeda
Pemuda

pemuda

sebagai

diuraikan

diatas

dengan pandangan BP 7 (1993: 227) yang
pada umumnya merupakan golongan manusia

sampai 30 tahun,

sedikit

menyatakan:
berusia

namun dalam masa transisi dan dalam

15

rangka

pembinaan

dilingkungan

organisasi

kepemudaan,

seringkali

masih digunakan batasan usia hingga 40 tahun.
3.

Kodia Semarang

Kodia Semarang yang dimaksudkan

yaitu merupakan

satu daerah tingkat II di Propinsi Jawa Tengah yang
kan
4.

salah
merupa

Ibu Kota propinsi Jawa Tengah.
Pendidikan

Menurut

Kansil(1986:

17) pengertian

pendidikan

dalam

arti pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu masyara
kat

mengalihkan

Cari

ini dapat berujud edukasi formal dan non formal,

aksi sosial,

kultur politik kepada generasi

komunikasi sosial,

berikutnya.

inter-

pentaladanan dan sebagainya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan adalah
suatu

bangsa mengalihkan kulturnya kepada generasi

agar menjadi

nilai

mudanya

lebih dewasa.

Pendidikan
pembinaan,

cara

wawasan

kebangsaan

mencakup

yaitu pengalihan nilai wawasan

kehidupan

pula

makna

kebangsaan sebagai

berbangsa kepada generasi

muda,

sehingga

lebih dewasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5.

Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat yang dimaksudkan adalah lingkung
an

di mana seseorang selaku anggota negara

dan

masyarakat

itu hidup dan berinteraksi.

Pendidikan

di lingkungan masyarakat

yang

dimaksudkan

adalah pendidikan yang terlaksanakan melalui berbagai proses
interaksi

sosial

di dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbeda dengan sifat pendidikan formal di sekolah.

yang

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas

keterkaitan

atau pola interaksi dalam pengertian pendidikan di lingkung
an masyarakat dengan generasi muda,

dapat digambarkan secara

skeraatis dalam bagan sebagai berikut:

INFORMAL

Orangtua

FORMAL
PEMUDA

Penatar
BP7

NONFORMAL
Tokoh

Masyarakat

Gambar:

1

Bagan Pola Pendidikan Hawasan Kebangsaan pada Generasi Muda
di Lingkungan Masyarakat

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

A.

Metode dan Pendekatan

Penelitian
dengan

ini menggunakan metode

pendekatan

tersebut

Penelitian

dipilih

fenomenologis.

Metode

dengan pertimbangan

dikaji berkaitan dengan sesuatu

diskriptif
dan

bahwa

analitik
pendekatan

masalah

hal yang sedang

berlangsung

dalam kehidupan (berproses).

Digunakannya metode dan

katan

diskripsi

tersebut

ditemukan di

fenomena

yang

isi

lebih mendalam.

Subyek Penelitian

Dalam
atau

penelitian

ini yang menjadi

menjadi sasaran penelitian

Semarang,

a.

atas

pende

lapangan dapat diinterpretasikan makna dan

esensinya secara

B.

diharapkan

yang

yang

dalam hal

seseorang

generasi muda.

gi,

penelitian

adalah generasi muda

Kodia

yang mempunyai peran atau status sebagai:

Generasi Muda,
atau

subyek

ini diambil subyek yaitu,

yang masuk dalam kelompok

usia

pemuda
sebagai

Baik yang masih belajar di perguruan

lulusan perguruan tinggi atau sekolah menengah
sudah bekerja,

atau

lulusan pendidikan tinggi

ting

atas
atau

menengah yang belum bekerja.

b. Tokoh masyarakat(mewakili
mal),

lingkungan pendidikan non

yang terdiri dari tokoh muda dan tua,

pertibangkan
profesi,

kedudukannya dalam

dan atau kemasyarakatan.

sud sebagai pendidik di

dengan

organisasi

mem-

kepemudaan,

Tokoh masyarakat dimak

lingkungan masyarakat.

97

for

98

c. Orang tua(mewakili lingkungan pendidikan informal), dalam
hal ini yang diambil sebagai subyek penelitian
yang

telah

pendidikan
seorang

memiliki anak sebagai

pemuda

subyek sekolah menengah atau

lagi

yang telah mempunyai anak

seseorang

dengan

latar

sederajat,
sebagai

dan

pemuda

dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi.
d. Penatar

BP7

Kodia

Dati

II

Semarang(mewakili

formal yang berpengaruh terhadap pendidikan
yang

terdiri

dari

seorang penatar P4,

penatar tiga

bidang

lembaga

masyarakat),
tatar,

yaitu

seorang penatar UUD 1945, dan seorang

penatar GBHN.
C.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan

teknik pengumpulan data dengan:

a.

Teknik Observasi,
pun

data

teknik ini dilaksanakan dalam

dari semua subyek penelitian.

pengamatan

yang

dilakukan adalah

sebagai

pengamat.

pemeran

serta sebagai pengamat yang

Menurut Lexy J.

menghim-

Observasi

jenis

pemeran

Moleong

(1996:

dimaksudkan

peranan peneliti sebagai pengamat tidak sepenuhnya

gai

pemeran serta,

matan.

tetapi masih melakukan fungsi

la menjadi-sebagai anggota pura-pura,

atau

serta
127)
adalah
seba

penga

jadi

tidak

Sedangkan jenis obeservasi yang digunakan adalah

jenis

melebur dalam arti yang sesungguhnya.

observasi yang Non-Sistematis,
menggunakan

pedoman

baku,

yakni observasi yang tidak

berisi

sebuah

daftar

dimungkinkan dilakukan oleh subyek penelitian.

yang

b.

Teknik

Hawancara,

melalui wawancara,

berupa ucapan, pikiran, gagasan,
dakan

data

utama

yang

perasaan, dan/atau

tin-

subyek penelitian diharapkan dapat

terungkap

dan

terekam oleh peneliti secara lebih teliti dan cermat.
c.

Teknik

untuk

nya,

Dokumentasi,

seperti arsip penting,

piagam,

dan

Dalam

tulisan

sifat

aktivitas

atau

artikel,

lain sebagainya.

Penelitian

penelitian ini yang merupakan

tian adalah peneliti sendiri.

instrumen

Untuk itu pengenalan

pada dasarnya merupakan hal yang sangat

bagian

dimaksudkan

foto kegiatan atau

dari subyek penelitian,

Instrumen

diri

ini

menghimpun dan merekam data yang dokumenter

langsung

D.

teknik dokumentasi

persiapan peneliti agar lebih siap dan

peneli
terhadap

penting

dari

terampil

di

lapangan dalam pengumpulan data penelitian.
Manusia
memiliki

sebagai

kelebihan.

instrumen
Menurut Lexy

Ciri-ciri umum manusia sebagai

penelitian
J.

Moleong

mendasarkan diri atas pengetahuan,

patnya,

(1996:121):

instrumen penelitian mencakup

segi responsif, dapat menyesuaikan diri,
an,

dimungkinkan

menekankan

memproses data

keutuh
sece-

dan mampu memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifi-

kasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan

untuk

mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.
E.

Pengumpulan Data Penelitian

Dalam

pengumpulan

data

penelitian

petunjuk dalam penelitian kualitatif,

didasarkan

atas

khususnya format studi

lOO

kasus.

Secara terinci,

Orientasi,

tahapan teknik tersebut adalah:

(2) Eksplorasi,

(3) Member Ckeck, dan (4)

(1)
Tria-

ngulasi guna menemukan data-data pembanding.
F.

Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian
induktif,

ini

analisis

data

dilakukan

yaitu penarikan kesimpulan yang umum

pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus.

sis

induktif

diharapkan mampu menangkap

secara

atas

dasar

Melalui anali

makna

data

yang

bersifat ganda sebagaimana layaknya fenomena sosial.

G.

Jadwal Kegiatan Penelitian
Sebagai

pedoman

target kerja,

disusun jadwal kegiatan penelitian.
selama 5 bulan,
ber

yaitu dimulai Mei

dalam

penelitian

Penelitian

dilaksanakan

1997 sampai dengan Septem

1997.

Secara

terinci

kegiatan

penelitian

tersebut

adalah

sebagai berikut:
NO.

ini

Kegiatan

Bulan
1

1.

Tahap Persiapan

V

2.

Penyusunan Disain

V

3.

Penelitian Lapangan

4.

Analisis Data

5.

Penyusunan Laporan

Ke

2

3

4

V

V

V
V

5

V
V

BAB

KESIMPULAN,

V

IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Berdasar data penelitian,

interpretasi, dan pembahasan,

yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka
leh kesimpulan,
A.

dipero

implikasi, dan rekomendasi sebagai berikut:

Kesimpulan

Penelitian ini bersifat kasus,

maka penarikan kesimpul

an tidak bermaksud sebagai upaya penggeneralisasian, melain-

kan

lebih merupakan upaya

merekapitulisasikan

makna-makna

esensial dari temuan-temuan penelitian dan pembahasannya.

Pengungkapan

kesimpulan terutama mengacu pada

jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan dan tujuan penelitian yang
dikemukakan

dalam bab sebelumnya.

Setelah dilakukan

telah
wawan-

cara dan diskusi terhadap subyek serta didukung hasil penga

matan di lapangan, maka dapat disimpulkan:

1. Meskipun

pendidik di lingkungan

masyarakat

berpendapat

bahwa wawasan kebangsaan penting, tetapi pemahaman mereka
tentang hal itu sangat kurang.

2. Menurut pendidik di lingkungan masyarakat, sebagai

negara
suatu

memahami-menghayati wawasan kebangsaan
kewajiban, mengingat kelangsungan

merupakan

kehidupan

bangsa dan bernegara tidak luput dari perubahan

warga

ber

keadaan,

baik yang positif maupun yang negatif.
3. Menurut

pendidik

di lingkungan

pemahaman-penghayatan

nilai

1 Pii

masyarakat,

wawasan

menurunnya

kebangsaan

oleh

152

generasi

muda

tampak

dalam

fenomena

yang

mengganggu

kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.

Menurut

pendidik di

lingkungan masyarakat,

bangsaan wajib dimiliki oleh generasi muda,
dik

wawasan

ke

tetapi pendi

sendiri dalam pembinaan belum dapat berperan

secara

optimal.
5.

Menurut pendidik dan generasi muda di

kat,

pembinaan wawasan kebangsaan seyogyanya diintegrasi

kan dengan kegitan rutin
B.

lingkungan masyara

lain yang menarik.

Implikasi

Dari kesimpulan tersebut di atas,

dapat ditarik

impli-

kasinya sebagai berikut:

1. Memahami wawasan kebangsaan bagi bangsa dan generasi muda

Indonesia
sebab

merupakan sesuatu yang tidak dapat

bersifat

komitmen

imperatif.

bangsa,

sebab

wawasan

adalah

memahami

Warga negara yang baik tentu

berusaha

tinggi

penghayatan

kehidupan

kebangsaan

maka wajib warga negara untuk

dan menghayatinya.

menjunjung

Wawasan

diabaikan,

bangsa.
kebangsaan

dan mempertahankan

berpengaruhi

terhadap

Menjunjung tinggi
merupakan

komitmen

dan

kemauan

bangsa,

kelanggengan

mempertahankan
seluruh

bangsa.

Agar setiap anggota bangsa dapat menghayati dan mempunyai
kema