Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan doc

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan
Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan ke dalam Perangkat Pembelajaran IPS Kelas VIII di
SMP PGRI 9 Sidoarjo
Syamsuddin Chalim
(S2 Pendidikan Ips, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya)
Abstrak
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yakni untuk menghasilkan sebuah perangkat pembelajaran
yang mengadaptasi teori Borg and Gall yang dimodifikasi oleh Sukmadinata. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan meliputi silabus, RPP, Buku Ajar Siswa, Lembar Kegiatan Siswa, dan Tes Hasil Belajar. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan mengarah pada tumbuhnya perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan
wawasan kebangsaan. Data dari hasil uji coba I dan II menunjukkan keterlaksanaan perangkat pembelajaran mencapai
94%, dari hasil observasi pelaksanaan dengan pendidikan wawasan kebangsaan dalam pembelajaran. Perilaku siswa
yang sesuai dengan pendidikan wawasan kebangsaan dapat diamati dari aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran
yang mencapai 94%, hasil belajar siswa dengan menggunakan perangkat ini mencapai 100%.
Abstrak
This research is the development of research to produce a learning device which adapts Borg’s and Gall’s theory which
modified by Sukmadinata. The steps of this research begins with designing social teaching device then validated by
experts and practitioners social learning in Junior High School. Developed teaching device includes Syllabus, lesson
plan, students textbook, students activity sheets and achievement test. The developed teaching device leads the students’
behaviour on Educational Nationality Insight.Teaching device was developed after getting validation then it was tested
in the classroom. Data from the test result I and II show the feasibility of teaching device is 94%, from the observation

of the implementation of the educational nationality insight into social learning. Students’ behaviour in accordance with
educational nationality insight can be observed from students’ activitiesduring teaching learning process which reaches
94%, the results of students learning using thesedevices reach 100%.

1

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

PENDAHULUAN
Gerakan
reformasi telah berjalan
lebih dari satu dasawarsa
telah membawa pengaruh
ke
berbagai
dimensi
kehidupan.
Saat
ini
Reformasi telah bangsa

Indonesia
ke
arah
kemajuan. Namun masih
ada agenda reformasi
yang belum terlaksana
diantaranya
perilaku
warga
bangsa
yang
memaknai
reformasi
sebagai kebebasan yang
sebebas-bebasnya tanpa
mengindahkan
aturanaturan yang ada sehingga
muncul perilaku-perilaku
yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang ada di

masyarakat, pertentangan
yang didasari perbedaan
suku, agama, ras, dan
antar golongan (SARA),
dan lain sebagainya.
Momen
reformasi
dimaknai
sebagai kesempatan emas
oleh
berbagai
pihak.
Reformasi
digunakan
sebagai gerbang menuju
“kebebasan” setelah lebih
dari 32 tahun dalam rezim
orde baru yang otoriter.
Selama 32 tahun orde
baru tidak memberikan

ruang sedikitpun kepada
masyarakat
untuk
mengekspresikan
demokrasi.
Terbukanya kran
reformasi dianggap dan
dinyatakan sebagai sarana
yang
tepat
untuk
mengekspresikan
demokrasi. Akan tetapi,
ekspresi demokrasi warga
bangsa ini telah keluar
dari
maknanya.
Demokrasi diterjemahkan
kebebasan tanpa batas
termasuk

tidak
mempermasalahkan jika

kebebasan
itu
menimbulkan
konflik
yang bernuansa SARA,
atau jika kebebasan itu
mengancam
integrasi
bangsa.
Hal
inilah
kemudian menyebabkan
juga krisis moral dan
budaya yang terjadi pada
masyarakat
Indonesia
(Daulay, 2002:16).

Bangsa Indonesia
terdiri
dari
berbagai
komunitas etnik, agama,
budaya, bahasa daerah,
dan
adat
istiadat.
Keragaman komunitas ini
merupakan
anugerah
Tuhan
yang
harus
disyukuri karena dapat
menjadi
faktor
yang
membuat

bangsa
Indonesia
semakin
dinamis sebagai bangsa
yang beradab dan bangsa
yang
bermartabat.
Sehubungan dengan hal
itu maka setiap warga
bangsa dituntut untuk
saling
mengenal,
menerima,
menghargai,
dan saling membantu
dalam rangka memelihara
dan
memperkokoh
persatuan dan kesatuan
bangsa.

Negara Indonesia
terdiri
atas
berbagai
macam perbedaan, maka
tidaklah
pantas
jika
perbedaan-perbedaan
yang ada pada bangsa ini
semakin dipermasalahkan
sehingga
mengancam
kerukunan warga bangsa.
Setengah
abad
lebih
warga bangsa ini telah
mengikat diri menjadi satu
dalam wadah Indonesia.

Kini rasa persatuan dan
kesatuan
bangsa
mengalami
gejala
disintegrasi yang cukup
memprihatinkan.
Munculnya
fenomena separatisme di

berbagai daerah, konflik
yang bernuansa etnis
maupun agama seolah
menjadi tren belakangan
ini.
Segala
sesuatu
permasalahan yang terjadi
seakan harus diselesaikan
dengan kekerasan dan

pertikaian yang jauh dari
identitas bangsa Indonesia
sebagai
bangsa yang
beradab dan bermartabat.
Gejala
disintegrasi
diperparah
dengan pemahaman yang
tidak
tepat
(misunderstanding) pada
sebagian
masyarakat
tentang hakikat reformasi,
kebijakan otonomi daerah,
dan semangat demokrasi.
Reformasi
cenderung
diartikan sebagai gerakan

massa untuk mengubah
keadaan secara cepat atau
menjatuhkan kedudukan
seseorang dalam suatu
unit organisasi. Kebijakan
otonomi daerah cenderung
diartikan
sebagai
penguasaan atas jabatan
dan aset-aset di daerah
yang bernilai ekonomi
hanya oleh putra asli
daerah.
Demokrasi
diartikan
sebagai
kebebasan tanpa batas
untuk
memaksakan
kehendak
sekelompok
orang. Sebagai salah satu
akibatnya,
maka
tumbuhlah
gejala
primordialisme
dan
separatisme (Depdiknas,
2009).
Sisi lain yang
menjadi indikasi belum
tercapainya
cita-cita
reformasi adalah terjadi
degradasi
moral
dan
penyimpangan
perilaku
remaja. Hampir setiap hari
tayangan televisi bangsa
ini menyajikan beritaberita yang berkaitan
dengan
penyimpangan
perilaku
remaja.
Perkelahian antar pelajar,

fenomena gank motor,
penggunaan narkoba dan
seks bebas merupakan
indikasi lunturnya nilainilai
wawasan
kebangsaan.
Permasalahan ini harus
segera dicarikan solusi.
Disadari
atau
tidak
pemuda hari ini adalah
pemimpin masa depan.
Kemana lagi bangsa ini
akan
menyandarkan
harapannya
untuk
meneruskan
cita-cita
founding fathers jika tidak
kepada tunas-tunas bangsa
hari ini.
Kondisi seperti
ini tentu saja sangat
memprihatinkan
bagi
semua warga bangsa.
Ditengah kondisi bangsa
yang sedang terpuruk
secara ekonomi, moralitas
generasi muda kita juga
terpuruk.
Keterpurukan
moralitas generasi muda
tentu
saja
sangat
mengkhawatirkan,
ditambah lagi perilaku
elit-elit bangsa ini yang
sampai saat ini belum
banyak
memberikan
teladan bagi generasi
muda. Generasi muda
memerlukan
teladan
pemimpin-pemimpin saat
ini, merekalah yang akan
menjadi pemimpin bangsa
dimasa mendatang. tidak
bisa
dibayangkan
seandainya
di
masa
mendatang negara ini
dipimpin oleh orangorang
yang
tidak
bermoral, mungkin negara
ini akan semakin kacau.
Menyikapi
kondisi
ini,
muncul
tuntutan di masyarakat
untuk kembali kepada
cita-cita awal reformasi.
Masyarakat menilai perlu
diadakan restorasi di
segala bidang termasuk
bagaimana meningkatkan
wawasan
kebangsaan

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan

kepada warga bangsa.
Langkah strategis untuk
menumbuhkan
kembali
wawasan
kebangsaan
kepada warga bangsa
adalah
melalui
jalur
pendidikan.
Pendidikan
merupakan sarana efektif
penanaman
nilai-nilai
kepada generasi penerus
bangsa.
Socrates
menegaskan
bahwa
pendidikan
merupakan
proses
pengembangan
manusia kearah kearifan
(wisdom),
pengetahuan
(knowledge), dan etika
(conduct) (Zaim, 2007).
Sukaryono (2002: 57)
menjelaskan bahwa jika
kita
berharap
krisis
kehidupan bangsa dapat
berakhir maka kita harus
berani melakukan pilihan
yang dilematis antara
pendidikan atau ekonomi.
Selayaknya saat ini adalah
pilihan utama adalah jalur
pendidikan.
Pendidikan
wawasan
kebangsaan
diharapkan mampu untuk
mengembalikan eksistensi
dan
image
bangsa
Indonesia sebagai bangsa
yang beradab, bangsa
yang toleran, dan bangsa
yang menghargai nilainilai
kemanusiaan.
Pendidikan
wawasan
kebangsaan
juga
diharapkan
mampu
menekan degradasi moral
dan perilaku menyimpang
generasi penerus bangsa
karena pada dasarnya
pendidikan
wawasan
kebangsaan mengandung
dua aspek yakni aspek
moral
dan
aspek
intelektual
(Buchori,
1995).
Adanya
pendidikan
wawasan
kebangsaan bukan berarti
mengesampingkan
pendidikan
kewarganegaraan
yang

diharapkan
mampu
mengatasi permasalahan
moral dan karakter bangsa
selama ini. Berbagai pihak
menuding
adanya
penyimpangan
dimasa
orde
baru
karena
kegagalan
pendidikan
pendidikan
kewarganegaraan.
Pembelajaran pendidikan
moral
di
sekolah
umumnya
lebih
menekankan pengetahuan
tentang
sikap
yang
terkesan normatif, kaku
dan kurang menarik.
Pengajar
sering
menempatkan diri sebagai
pendakwah
dengan
memberi
petunjuk,
perintah, dan aturan yang
membuat siswa jenuh dan
bosan.
Hal
ini
menyebabkan apa yang
disampaikan guru kurang
bermakna
(Parji,
2002:103).
Pendidikan
wawasan
kebangsaan
diharapkan
dapat
memperkuat posisi dan
misi
pendidikan
kewarganegaraan ataupun
pendidikan karakter yang
sekarang
banyak
didengungkan
oleh
berbagai pihak.

bangsa atas yang lain
adalah suatu kombinasi
yang khas dari berbagai
faktor
yang
dimiliki
masing-masing
bangsa,
pola interaksi dan saling
ketergantungan diantara
faktor-faktor tersebut, dan
sifat-sifat karakter yang
dihasilkannya.
Lebih
lanjut
Montesqui
menjelaskan
bahwa
karakter bangsa sangat
berkaitan dengan hukum,
bentuk
dan
perilaku
pemerintahan yang ada.
Pendidikan
wawasan
kebangsaan
yang dimaksudkan penulis
adalah
pendidikan
wawasan
kebangsaan
berbasis karakter bangsa
yang diintegrasikan ke
dalam
perangkat
pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Terpadu
di Sekolah
Menengah
Pertama
(SMP).
Sebagaimana
dijelaskan dalam Model
Silabus
KTSP,
Ilmu
pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji
seperangkat
peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu
sosial.
Melalui
mata
pelajaran IPS, peserta
didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga
negara yang demokratis,
dan bertanggung jawab,
serta warga dunia yang
cinta damai. Lebih lanjut
disebutkan bahwa tujuan
mata
pelajaran
IPS
Terpadu
di
SMP
diantaranya, ialah untuk
mengembangkan potensi
peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial
yang
terjadi
di
masyarakat,
memiliki
sikap
mental
positif
terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi,
dan terampil mengatasi
setiap
masalah
yang
terjadi sehari-hari baik

Pendidikan
wawasan
kebangsaan
merupakan bagian dari
karakter
bangsa.
Montesquie
seorang
filosof
berkebangsaan
Prancis yang dikutip oleh
Zamroni
(2010)
mengemukakan
bahwa
karakter bangsa sebagai
“semangat kebangsaan”,
yang
terdiri
dari
karakteristik moral dan
cara
berpikir
serta
perilaku warga bangsa
yang merupakan hasil dari
kombinasi khas yang
dimiliki bangsa tersebut,
seperti: iklim, agama,
hukum,
pemerintahan,
sejarah dan etika. Apa
yang membedakan satu

3

yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang
menimpa
masyarakat
(Depdiknas, 2006).
Sedangkan
menurut Sapriya (2009)
IPS memiliki karakteristik
dibandingkan
dengan
dengan mata pelajaran
lain sebagai disiplin ilmu,
yakni kajian yang bersifat
terpadu
(integrated),
interdisipliner,
multi
dimensional bahkan cross
disipliner.
Kurikulum
pembelajaran IPS dapat
menjadi wahana bagi
siswa
untuk
belajar
mengkaji
dan
menganalisis tentang isuisu kemasyarakatan dan
akibat-akibat
dari
kemajuan dan teknologi.
Dengan
ikut
menganalisis
isu-isu
kemasyarakatan
akan
dapat
meningkatkan
kepekaan sosial siswa
yang pada akhirnya akan
dapat
meningkatkan
keterampilan siswa untuk
ikut
serta
dalam
memecahkan
problemproblem
sosial.
Menurunnya
wawasan
kebangsaan terutama pada
generasi muda adalah
termasuk salah satu isu
sosial saat ini. Siswa dapat
menganalisis
dan
mencarikan solusi atas
problem
menurunnya
wawasan kebangsaan saat
ini. Dengan demikian
akan dapat meningkatkan
civic competence yang
menjadi salah satu agenda
dalam pembelajaran IPS.
Selain
dapat
menganalisis
dan
mencarikan solusi atas
degradasi
wawasan
kebangsaan, pembelajaran
IPS diharapkan mampu
meningkatkan awareness
peserta didik terhadap
wawasan
kebangsaan.

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

Sehingga
pembelajaran
IPS tidak terkesan parsial
tetapi terpadu dengan
menyentuh ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.
Ketiga dimensi ini yang
seringkali dilupakan oleh
guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran IPS
sehingga
pengajaran
cenderung
dan
konvensional
kurang
bermakna. Mata pelajaran
IPS memiliki tujuan agar
siswa memiliki perubahan
pada
aspek
kognitif,
afektif
maupun
psikomotor.
Namun
banyaknya materi bahasan
yang dibebankan oleh
kurikulum
dengan
keterbatasan waktu yang
tersedia
merupakan
kendala bagi guru untuk
dapat
mengoptimalkan
penanaman
nilai-nilai,
termasuk
nilai
yang
berkaitan
dengan
wawasan
kebangsaan
kepada siswa. Untuk
mengejar
target
kurikulum, guru dalam
pembelajaran cenderung
lebih
menekankan
penguasaan materi ajar
dan hanya menyentuh
pada ranah kognitif.
Pembelajaran di
era moderen ini menuntut
kreatifitas guru dalam
kegiatan belajar mengajar
dan
tidak
hanya
menyentuh ranah afektif
tetapi juga ranah kognitif
dan psikomotor. Integrasi
Pendidikan
wawasan
kebangsaan ke dalam
perangkat pembelajaran
IPS diharapkan dapat
membuat
pembelajaran
IPS
lebih berkualitas
dengan menyentuh sisi
afektif
dan
sisi
psikomotor. Selain itu
integrasi
pendidikan
wawasan
kebangsaan
diharapkan
dapat
mengembangkan perilaku
siswa yang berorientasi

pada pendidikan wawasan
kebangsaan dan membuat
pembelajaran
menjadi
bermakna yang akan
bermanfaat
bagi
kehidupan siswa dalam
kesehariannya.
Untuk
mencapai hal tersebut,
guru
harus
berusaha
semaksimal mungkin agar
siswa benar-benar terlibat
aktif secara fisik, mental,
intelektual,
dan
emosional, aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam
kegiatan belajar mengajar
(Zahera, 2000).
Konsep wawasan
kebangsaan
mengacu
kepada tiga aspek, yaitu
paham kebangsaan, rasa
kebangsaan, dan semangat
kebangsaan.
Masingmasing
aspek
mengandung
berbagai
dimensi nilai. Dimensi
nilai yang ada didalam
masing-masing
aspek
akan diintegrasikan ke
dalam
perangkat
pembelajaran
IPS
disesuaikan
dengan
karakteristik yang dimiliki
oleh standar kompetensi
dan kompetensi dasar
yang ada dalam mata
pelajaran IPS.
Keberhasilan
sebuah pendidikan tidak
hanya dilihat dari output
pendidikan yang berupa
nilai yang diperoleh siswa
ketika telah menempuh
proses
pembelajaran.
Akan tetapi, keberhasilan
pendidikan
hendaknya
juga diukur bagaimana
peserta didik mampu
untuk memahami dan
mengimplementasikan
proses pembelajaran yang
telah
dilalui.
Dalam
jangka panjang hasil dari
pendidikan
akan
bermanfaat
bagi
kehidupan peserta didik
maupun masyarakat di
masa mendatang terutama

dalam hal meningkatnya
wawasan
kebangsaan
warga bangsa baik dari
sisi
moral
maupun
intelektual.
METODE
Penelitian
ini
termasuk
dalam
penelitian pengembangan
karena
berusaha
mengembangkan
perangkat pembelajaran
yang berupa Silabus,
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), buku
ajar
siswa,
Lembar
Kegiatan Siswa (LKS),
dan tes hasil belajar
(lembar penilaian) untuk
menumbuhkan perilaku
siswa yang berorientasi
pada pendidikan wawasan
kebangsaan.
Penelitian
dan
pengembangan menurut
Borg & Gall (1983)
adalah suatu proses yang
dipakai
untuk
mengembangkan
dan
memvalidasi
produk
pendidikan. Penelitian ini
mengikuti suatu langkahlangkah secara siklus.
Langkah-langkah
penelitian atau proses
pengembangan ini terdiri
atas kajian tentang temuan
penelitian produk yang
akan
dikembangkan,
mengembangkan produk
berdasarkan
temuantemuan
tersebut,
melakukan
uji
coba
lapangan sesuai dengan
latar belakang dimana
produk itu akan dipakai,
dan melakukan revisi
terhadap
hasil
uji
lapangan. Penelitian ini
juga merupakan jenis
penelitian deskriptif.
Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VIII
SMP PGRI 9 Sidoarjo
yang
mengikuti
pembelajaran IPS dengan

standar
kompetensi
memahami pranata dan
penyimpangan
sosial,
kompetensi
dasar
mendeskripsikan bentukbentuk hubungan sosial.
Perangkat pembelajaran
yang
diuji
cobakan
meliputi Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), buku ajar siswa,
Lembar Kegiatan Siswa
(LKS),
dan
Lembar
Penilaian (LP), untuk
mengetahui perilaku siswa
yang berorientasi pada
pendidikan
wawasan
kebangsaan.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
yang dikembangkan oleh
Borg and Gall (1983)
terdiri dari sepuluh tahap
yakni: penelitian dan
pengumpulan
data
(research and information
collection), Perencanaan
(planning),
pengembangan
produk
awal (Develop prelminary
form of product), Uji coba
produk awal (preliminary
field
testing),
penyempurnaan produk
awal
(main
product
revision),
uji
coba
lapangan lebih luas (main
field
testing),
penyempurnaan produk
hasil uji lapangan lebih
luas (operational product
revision), Uji coba produk
akhir (operational field
testing),
revisi
atau
penyempurnaan produk
akhir
(final
product
revision), disseminasi dan
implementasi
(dissemination
and
implementation).
Dalam penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian yang
dikembangkan oleh Borg
and
Gall
yang
dimodifikasi
oleh
Sukmadinata
(2012).
Rancangan
penelitian

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan

pengembangan
yang
dimodifikasi
oleh
Sukmadinata ada tiga
tahap
yaitu:
(1)
pendahuluan,
(2)
pengembangan,
(3)
pengujian, dan (4) draf
final. Dalam penelitian ini
dilakukan
disseminasi
hanya
pada
kelas
implementasi saja karena
keterbatasan
waktu,
tenaga,
dan
biaya.
Tahapan penelitian ini
dapat digambarkan dalam
bagan berikut.

1. Lembar
penilaian
perangkat
pembelajaran

∑A =
frekuensi

∑N =
jumlah
keseluruhan frekuensi

2. Lembar pengamatan
keterlaksanaan RPP

3. Analisis
keterlaksanaan
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
Data
tentang
kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran
IPS
yang
terintegrasi
pendidikan wawasan
kebangsaan
dengan
model pembelajaran
berdasarkan masalah
diamati oleh dua orang
pengamat, dianalisis
berdasarkan rata-rata
penilaian dari dua
pengamat untuk tiap
aspek yang diamati
akan
ditentukan
kategorinya
sebagai
berikut. (4) terlaksana
baik, (3) terlaksana
cukup
baik,
(2)
terlaksana
kurang
baik, (1) terlaksana
tidak baik
4. Analisis respon siswa
Respon
siswa
digunakan
untuk
menjaring
pendapat
siswa dan juga sebagai
refleksi bagi peneliti
terhadap
perangkat
pembelajaran
dan
kegiatan pembelajaran
IPS
menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
terintegrasi
dengan
pendidikan wawasan
kebangsaan.
respon
yang diberikan siswa
adalah sebagai berikut.
(1)
jika
siswa
menyatakan senang,
baru, berminat, baik,
atau menarik, (0) jika
siswa
menyatakan
tidak senang, tidak
baru, tidak baik, atau
tidak menarik.
5. Analisis tes hasil
belajar

3. Lembar pengamatan
aktivitas siswa
4. Tes hasil belajar
5. Angket respon siswa
Teknik analisis
data yang digunakan
adalah statistik deskriptif.
1. Analisis data hasil
validasi
perangkat
pembelajaran
Data hasil penilaian
para
ahli
untuk
masing-masing
perangkat
dianalisis
secara
deskriptif,
dengan
mempertimbangkan
masukan berupa saran
dan
kritik
dari
validator.
Hasil
analisis ini digunakan
untuk
merevisi
perangkat
pembelajaran sebelum
uji coba lapangan
2. Analisis data aktivitas
siswa

Gambar

1. Rancangan
pengembangan
perangkat
pembelajaran
penelitian
model Borg and
Gall
(1983)
yang
dimodifikasi
oleh
Sukmadinata
(2012)

Untuk
menganalisis
hasil
pengamatan
aktivitas
siswa
digunakan
analisis
persentase,
yakni
banyaknya frekuensi
tiap aktifitas dibagi
dengan
seluruh
aktivitas dikali 100%,
sesuai dengan rumus
berikut.

Keterangan
Instrumen yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
sebagai berikut.

jumlah

P
=
persentase
aktivitas siswa

5

Tes hasil belajar ini
disusun berpedoman
pada
rumusan
indikator pencapaian
hasil belajar, karena
itu tes ini tergolong tes
beracuan
patokan
(PAP). Kualitas butir
soal dan tes hasil
belajar
siswa
ditentukan
oleh
analisis butir soal.
Analisis
tes hasil
belajar yang dilakukan
dalam penelitian ini
adalah
dilakukan
dengan
melihat
validitas, reliabilitas,
dan sensitivitas butir
tes.
a. Validitas tes
Pengujian validitas
dari semua butir
soal
yang
digunakan dalam
penelitian
ini
menggunakan
software
anates
versi 4.0.
b. Reliabilitas tes
Reliabilitas dalam
instrumen
penelitian ini diuji
terlebih
dahulu
dengan
menggunakan
software
anates
versi 4.0.
c. Tingkat kesukaran
dan daya pembeda
Dalam penelitian
ini perlu dilakukan
pengujian terhadap
tingkat kesukaran
dan
daya
pembeda. Hal ini
sangat
penting
untuk
melihat
keterpakaian. Soal
yang baik tentu
dapat membedakan
siswa
kelompok
atas dan siswa
kelompok bawah.

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

6. Tes Hasil Belajar
Untuk
mengetahui
persentase ketuntasan
belajar
siswa,
dilakukan analisis nilai
hasil postes untuk
menentukan
ketuntasan
hasil
belajar siswa. Dalam
hal ini digunakan
analisis
statistik
deskriptif
atau
persentase (%), yakni
banyak skor yang
diperoleh setiap siswa
pada postes, dibagi
dengan
skor
maksimum
dikali
100%,
dapat
digambarkan
dalam
rumus berikut.

Siswa dikatakan tuntas
belajar jika dapat
mencapai
KKM
(Kriteria Ketuntasan
Minimal). Di SMP
PGRI 9 Sidoarjo KKM
yang ditetapkan untuk
mata pelajaran IPS
kelas VIII adalah 75,
sehingga
siswa
dikatakan
tuntas
belajar jika mencapai
skor ≥ 75. Fungsi
pengolahan data hasil
penilaian
adalah
dengan
membandingkan hasil
pretes dan postes. Bila
hasil postes lebih baik
daripada pretes, maka
perangkat
pembelajaran
dinyatakan efektif.
Sedangkan ketuntasan
siswa secara klasikal
digunakan
rumus
sebagai berikut.

HASIL
PEMBAHASAN

DAN

. Hasil validasi
silabus mendapatkan nilai
rata-rata 3,79 dengan
kategori “baik” dan dapat
digunakan
dalam
pembelajaran. hal ini
menunjukkan
bahwa
silabus
dapat
dipergunakan
dengan
sedikit revisi. Saran dan
perbaikan dari validator
pada
silabus
adalah
adanya pembatas pada
tiap komponen di silabus
dan menuliskan contoh
instrumen
penilaian.
Sedangkan hasil validasi
RPP
mendapatkan
kategori “baik” dengan
nilai rata-rata 3,68 dan
dapat digunakan dengan
revisi ringan. Catatan
saran dari validator adalah
indikator
afektif
hendaknya diarahkan pada
proses pembelajaran di
kelas sehingga mudah
untuk diamati. Untuk RPP
validator
juga
menyarankan
agar
dipertegas indikator yang
dinilai pada pertemuan
pertama dan indikator
yang
dinilai
pada
pertemuan kedua.
Hasil
validasi
buku
ajar
siswa
mendapatkan
kategori
“baik” dengan nilai ratarata 3,78 dan dapat
digunakan dengan sedikit
revisi. Validasi LKS yang
dikembangkan
oleh
peneliti mendapatkan nilai
rata-rata 3,83 dengan
kategori baik. Sedangkan
untuk validasi tes hasil
belajar (lembar penilaian)
mendapatkan
kategori
“baik” dengan nilai ratarata 3,76. Saran dari
validator untuk lembar
penilaian
ini
adalah
mengganti beberapa soal
dengan soal dengan soal
yang bersifat analisis.

Validasi
perangkat pembelajaran
yang dilakukan oleh para
validator
telah
memberikan penilaian dan
saran perbaikan yang
sangat berharga untuk
meningkatkan
validitas
dan kualitas perangkat
pembelajaran.
Dengan
melakukan berbagai revisi
dan perbaikan perangkat
pembelajaran sesuai saran
dari
para
validator
perangkat pembelajaran
IPS yang terintegrasi
dengan
pendidikan
wawasan kebangsaan bisa
diimplementasikan
di
kelas untuk mengetahui
efektifitas
perangkat
perangkat pembelajaran.
Berdasarkan
hasil
implementasi
perangkat uji coba 1dan 2
menunjukkan
bahwa
integrasi
perangkat
pembelajaran
yang
dirancang
mampu
membelajarkan siswa dan
menumbuhkan perilaku
yang berorientasi pada
pendidikan
wawasan
kebangsaan
yang
tercermin dalam aktifitas
siswa
pada
saat
pembelajaran di kelas.
Dari analisis data hasil
implementasi
yang
dilakukan, keterlaksanaan
RPP yang berorientasi
menumbuhkan perilaku
wawasan
kebangsaan
mencapai 94% sudah
sesuai
dengan
perencanaan.
Peranan
guru model dan pengamat
(observer)
sangat
membantu
dalam
pelaksanaan
penelitian,
dan menjadi penelitian
lebih obyektif. Saran dan
temuan lapangan yang
dilakukan guru model dan
pengamat
memberikan
kelengkapan data bahwa
kegiatan
pembelajaran
yang sudah dilaksanakan
dapat menjadikan siswa

aktif, kreatif dan dapat
menumbuhkan perilaku
yang sesuai dengan nilainilai pendidikan wawasan
kebangsaan
yang
tercermin dari aktifitas
siswa
pada
saat
pembelajaran di kelas.
Pemilihan model
yang ada di dalam RPP
didesain dan diupayakan
dapat
menumbuhkan
kreatifitas
dan
menumbuhkan perilaku
yang
sesuai
dengan
pendidikan
wawasan
kebangsaan dan bertujuan
agar siswa cerdas dan
terampil
dalam
memecahkan
masalah.
Hasil
dari
instrumen
pengamatan
aktifitas
siswa yang berorientasi
pada pendidikan wawasan
kebangsaan
dapat
dideskripsikan
bahwa
94%
kegiatan
pembelajaran
dan
penugasan pada siswa
dapat
menumbuhkan
perilaku yang berorientasi
pada pendidikan wawasan
kebangsaan.
hal
ini
didukung juga dari data
hasil penilaian proses
pembelajaran
(aktifitas
siswa). Dari hasil analisis
data pelaksanaan diskusi
kelompok,
dapat
dideskripsikan
bahwa
masing-masing kelompok
mendapatkan skor yang
relatif
baik.
Pada
pertemuan pertama ratarata nilai yang di dapat
adalah 84 dan pada
pertemuan kedua rata-rata
nilai adalah 88.
Penugasan siswa
melalui LKS mampu
melatih kreatifitas siswa
terutama bagaimana siswa
bekerjasama
dan
memecahkan
masalah.
Lembar kegiatan siswa
yang ada dalam perangkat
didesain untuk melatih
siswa
memecahkan

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan

masalah, dan tanggap
kepada
permasalahanpermasalah sosial yang
ada di sekitarnya dan juga
mampu
menumbuhkan
perilaku
yang
berlandaskan
nilai-nilai
wawasan
kebangsaan
yakni, pengendalian diri,
kerjasama, cinta kasih,
toleransi,
kewarganegaraan
aktif,
dan
kebebasan
yang
bertanggung jawab.
Tes hasil belajar
siswa yang dilakukan
dalam bentuk pretes dan
postes
menunjukkan
bahwa pembelajaran yang
dikembangkan
berhasil
dengan baik dan efektif.
Hasil
dari
pretes
menunjukkan
rata-rata
nilai siswa adalah 81,
dengan
persentase
ketuntasan
belajar
mencapai
87%.
Sedangkan postes ratarata nilai siswa adalah 86
dengan
persentase
ketuntasan
belajar
mencapai 100%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran
yang
dikembangkan
sangat efektif.
Dalam penelitian
ini di dapat juga data
respon siswa terhadap
pembelajaran yang sudah
dilaksanakan.
Respon
siswa diharapkan menjadi
umpan balik dan dijadikan
catatan
bagi
peneliti
sejauh mana perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan
efektif.
Hasil dari respon siswa
dapat
dideskripsikan
bahwa 88% siswa senang
dengan materi, LKS, cara
belajar dan cara guru
mengajar. Sedangkan 86
% siswa memberikan
respon terhadap materi
pelajaran,
LKS,
cara
belajar,
cara
guru
mengajar
merupakan

sesuatu
yang
baru.
Mengenai pembelajaran
IPS yang terintegrasi
dengan
pendidikan
wawasan kebangsaan 93%
siswa merespon bahwa
pembelajaran
yang
dilakukan
merupakan
sesuatu
yang
baru
dibandingkan
dengan
pembelajaran sebelumnya,
dan siswa berminat jika
pembelajaran berikutnya
menggunakan model yang
sama
seperti
yang
dikembangkan
peneliti
dengan
memberikan
respon 83%. Gambaran
tentang respon siswa
dapat digambarkan dalam
grafik berikut.

kebangsaan
yang
tercermin pada aktifitas
siswa di kelas.
Pendidikan
wawasan
kebangsaan
perlu ditanamkan kepada
anak sejak dini. Sarana
penanaman
nilai-nilai
pendidikan
wawasan
kebangsaan yang efektif
adalah
melalui
jalur
pendidikan.
Pendidikan
wawasan
kebangsaan
akan dapat membentuk
perilaku siswa yang sesuai
dengan
nilai-nilai
kebangsaan, bagaimana
menjadi cara menjadi
warga negara yang baik
sesuai
dengan
misi
pendidikan IPS. Nilainilai wawasan kebangsaan
yang ada dalam penelitian
ini merupakan nilai-nilai
sederhana yang dapat
diterapkan siswa dan
dapat diamati guru dalam
kegiatan pembelajaran.
Untuk
menumbuhkan perilaku
siswa yang berorientasi
dengan
pendidikan
wawasan
kebangsaan
diperlukan kreatifitas guru
dalam
mendesain
perangkat pembelajaran
dan
membuat
agar
pembelajaran bermakna
bagi siswa sehingga dapat
membentuk
perilaku
siswa. Dengan melatihkan
perilaku sesuai pendidikan
wawasan kebangsaan di
kelas diharapkan siswa
akan terbiasa berperilaku
sesuai nilai-nilai wawasan
kebangsaan
minimal
sesuai dengan nilai-nilai
yang
diambil
dalam
penelitian
ini
yakni
kerjasama, pengendalian
diri, cinta kasih, toleransi,
kewarganegaraan
aktif,
dan
kebebasan
yang
bertanggung jawab. Selain
itu,
melalui
model
pembelajaran, penugasan
nantinya diharapkan siswa

Gambar 2. Grafik respon
siswa
Pembahasan
Berdasarkan data
dari
efektifitas
pembelajaran,
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa hasil implementasi
perangkat ini mendukung
asumsi penelitian integrasi
pendidikan
wawasan
kebangsaan ke dalam
pembelajaran IPS dapat
menumbuhkan perilaku
siswa yang berorientasi
pada pendidikan wawasan

7

akan
terlatih
dalam
menyelesaikan masalahmasalah
sosial
yang
seringkali terjadi.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil
penelitian Integrasi
Pendidikan Wawasan
Kebangsaan ke dalam
Pembelajaran IPS Kelas
VIII di SMP PGRI 9
Sidoarjo, dapat
disimpulkan sebagai
berikut.
1. Integrasi pendidikan
wawasan kebangsaan
ke dalam pembelajaran
IPS
yang
menghasilkan produk
perangkat
pembelajaran
IPS.
Pengintegrasian nilainilai
wawasan
kebangsaan dilakukan
dengan memasukkan
nilai-nilai pendidikan
wawasan kebangsaan
ke dalam kompetensi
dasar yang ada pada
IPS sesuai dengan
karakteristik
kompetensi dasar dan
kebutuhan serta target
yang ingin dicapai
dalam pembelajaran.
Pengintegrasian nilainilai
wawasan
kebangsaan
dalam
kompetensi
dasar
kemudian
diaplikasikan
dalam
proses pembelajaran
IPS di kelas. Nilainilai
pendidikan
wawasan kebangsaan
yang dipakai adalah
mengacu
pada
panduan pelaksanaan
pendidikan
berwawasan
kebangsaan
dari
Direktorat
Jenderal
Pembinaan
Sekolah
Menengah
Pertama.
Dengan

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

pengembangan
perangkat
pembelajaran
IPS
yang
terintegrasi
dengan
pendidikan
wawasan kebangsaan
akan
dapat
mempercepat
misi
pembelajaran
IPS
yakni
untuk
membentuk
warga
negara yang baik.
2. Proses pembelajaran
dengan menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
terintegrasi
dengan
pendidikan wawasan
kebangsaan
sangat
efektif dilihat dari
keterlaksaanaan RPP,
tumbuhnya
perilaku
yang berorientasi pada
pendidikan wawasan
kebangsaan, dan juga
respon siswa setelah
pelaksanaan
pembelajaran.
Keterlaksanaan RPP
pada
proses
pembelajaran
mencapai 94%, dan
hasil
pengamatan
aktifitas siswa yang
berorientasi
pada
pendidikan wawasan
kebangsaan mencapai
94%. Sedang respon
siswa setelah proses
pembelajaran
menunjukkan
88%
memberikan
respon
positif
terhadap
pembelajaran
yang
telah dilakukan.
3. Perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan berupa
silabus, RPP, buku ajar
siswa, lembar kegiatan
siswa, dan tes hasil
belajar.
Perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan
didesain
untuk
menumbuhkan
perilaku siswa yang
berorientasi
pada
pendidikan wawasan
kebangsaan. Perilaku

yang berorientasi pada
pendidikan wawasan
kebangsaan
pada
penelitian
ini
tercermin
pada
aktifitas siswa ketika
pembelajaran di kelas.
4. Hasil
implementasi
perangkat
pembelajaran
yang
terintegrasi
dengan
pendidikan wawasan
kebangsaan
dapat
disimpulkan
sangat
efektif
dalam
meningkatkan
hasil
belajar siswa. Hasil
belajar siswa dengan
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan
memperoleh nilai ratarata 86 dan ketuntasan
belajar siswa mencapai
100%.
Saran
1. Seorang guru dalam
pembelajaran
hendaknya tidak hanya
menekankan pada sisi
kognitif saja tetapi
juga dari sisi afektif
dan psikomotor. Untuk
itu
diperlukan
kreatifitas
seorang
guru dalam mendesain
pembelajaran.
Perangkat
pembelajaran
yang
terintegrasi
dengan
pendidikan wawasan
kebangsaan menjadi
salah satu alternatif
untuk
mengembangkan
kemampuan
siswa
tidak hanya dari sisi
kognitif saja, tetapi
juga sisi afektif dan
psikomotor. Dengan
menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
terintegrasi
dengan
pendidikan wawasan
kebangsaan akan dapat
ditumbuhkan perilaku
siswa
yang

berorientasi
pada
pendidikan wawasan
kebangsaan.
2. Perilaku siswa yang
berorientasi
pada
pendidikan wawasan
kebangsaan hendaknya
ditanamkan sejak dini
dan
dimulai
dari
lingkungan
terkecil
misalnya di kelas.
Dengan
pendidikan
wawasan kebangsaan
siswa akan mampu
berperilaku
sesuai
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
pendidikan wawasan
kebangsaan dan juga
siswa akan memiliki
keterampilan
dalam
menyelesaikan
masalah-masalah
sosial.
3. Dalam penelitian ini
penelitian ini masih
menggunakan
kurikulum
KTSP
karena
ketika
penelitian dilakukan
perubahan kurikulum
masih pada masa
transisi dari kurikulum
KTSP ke kurikulum
2013. Untuk penelitian
lebih lanjut peneliti
menyarankan
untuk
menggunakan
kurikulum
2013
dengan menggunakan
pendekatan saintifik
(pendekatan ilmiah)
dengan
langkahlangkah pembelajaran:
mengamati
(observing), menanya
(questioning), menalar
(associating),
mencoba
(experimenting),
membentuk jejaring
(networking). Dengan
menggunakan
pendekatan saintifik
menurut peneliti akan
mencapai
hasil
pembelajaran
yang
lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Khoiru Iif dan
Amri,
Sofan.
2011.
Mengemba
ngkan
Pembelajar
an
IPS
Terpadu.
Jakarta:
Prestasi
Pustakaraya
.
Arikunto. 1999. Dasardasar
Evaluasi
Pendidikan.
Bumi
Aksara:
Bandung.
Badan Standar Nasional
Pendidikan.
2006.
Standar Isi.
Jakarta:
BSNP.
Borg, W.R. dan M.D.
Gall. 1983.
Educational
Research:
An
Introductio
n
(4th
edition)
New York:
Longman.
Budimansyah,
Dasim.
2010.
Tantangan
Globalisasi
Terhadap
Pembinaan
Wawasan
Kebangsaa
n dan Cinta
Tanah Air
di Sekolah.
Jurnal
Penelitian
Pendidikan.
Portal
Jurnal

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan

Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Volume 11,
No. 1. April
2010.
http://jurnal.
upi.edu/pen
elitianpendidikan/
find,
diakses 10
Oktober
2013.
Daulay,

Anwar Saleh.
2002.
Pendidikan
Humaniora
untuk
Mengemba
ngkan
Wawasan
Kemanusia
an
dan
Kebangsaa
n.
Jurnal
Ilmu
Pendidikan.
LPTK
(Lembaga
Pendidikan
dan Tenaga
Kependidik
an) dan ISPI
(Ikatan
Sarjana
Pendidikan
Indonesia).
Universitas
Negeri
Malang.
Jilid
9.
Pebruari
2002.

Departemen

Pendidikan
Nasional.
2003.
Undangundang
Nomor 20
Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.

Jakarta:
Depdiknas.
Departemen

Departemen

Departemen

Rineka
Cipta.

Pendidikan
Nasional.
2006a.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
Nomor 22
Tahun 2006
tentang
Standar Isi
untuk
Satuan
Pendidikan
Dasar dan
Menengah.
Jakarta:
Depdiknas.

Elmubarok, Zaim. 2007.
Membumik
an
Pendidikan
Nilai
Mengumpul
kan
yang
Terserak,
Menyambu
ng
yang
Terputus
dan
Menyatuka
n
yang
Tercerai.
Bandung:
Alfabeta.
Nasution. 2011. Kajian
Pembelajar
an IPS di
Sekolah.
Surabaya:
UNESA
University
Press.

Pendidikan
Nasional.
2006b.
Panduan
Pengemban
gan Silabus
Mata
Pelajaran
Ilmu
Pengetahua
n
Sosial.
Jakarta:
Depdiknas.

National Council for The
social
studies
(NCSS),
1994.
Curriculum
standards
for Social
Studies.
Washingtin,
DC:
National
Council for
The Social
Studies.

Pendidikan
Nasional.
2009.
Panduan
Pendidikan
Wawasan
Kebangsaa
n
di
Sekolah
Menengah
Pertama.
Jakarta:
Depdiknas.

Parji,

Djamarah S.B. dan Zain,
A.
1996.
Strategi
Belajar
Mengajar.
Jakarta:

9

2002.
Strategi
Pembelajar
an
Pendidikan
Moral pada
Era
Teknologi
Informasi.
Jurnal Ilmu
Pendidikan.

LPTK
(Lembaga
Pendidikan
dan Tenaga
Kependidik
an) dan ISPI
(Ikatan
Sarjana
Pendidikan
Indonesia).
Universitas
Negeri
Malang.
Jilid 9. Mei
2002.
Sapriya.

2009.
Pendidikan
IPS.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.

Sudjana. 2001. Metode
Statistika.
Bandung:
Gramedia
Pustaka
Utama.
Sukaryono.

Wahyuni,

2002.
Pendidikan
sebagai
Prioritas
untuk
Mengatasi
Krisis
Bangsa.
Jurnal
Pendidikan
Dasar dan
Menengah.
Surabaya:
Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Provinsi
Jawa Timur.
Indah. 2011.
Pengemban
gan
Perangkat
Pembelajar
an Tematik

INTERAKSI . Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013,

Berwawasa
n
Pendidikan
Karakter
Bangsa di
Kelas
I
Sekolah
Dasar.
Tesis
Magister
Pendidikan.
Universitas
Negeri
Surabaya.
Widodo, Rohmad. 2004.
Mencari
Alternatif
Penanaman
Nilai-nilai
Kewargane
garaan
dalam
Kondisi
Pergeseran
Nilai
Masyarakat
Dewasa Ini.
Alternatif
Jurnal
Pemikiran
Pendidikan.
Pusat
Publikasi
dan
Penerbitan
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Muhammad
iyah
Malang
(P3UMM).
Volume 4.
Maret 2004.
Winarni, Endang Widi.
2009.
Pengemban
gan Model
Pembelajar
an Inkuiri
Terbimbing
dan
Masyarakat
Belajar

untuk
Meningkatk
an
Pemahama
n Konsep
dan
Life
Skills Siswa
Sekolah
Dasar.
Jurnal
Pendidikan
Dasar
Volume 10,
1
Maret
2009.
Surabaya:
UNESA.
Zahera. 2000. Cara guru
memotivasi
dan
Pengaruhny
a Terhadap
aktivitas
siswa
dalam
proses
pembelajar
an. Jurnal
Ilmu
Pendidikan.
LPTK
(Lembaga
Pendidikan
dan Tenaga
Kependidik
an) dan ISPI
(Ikatan
Sarjana
Pendidikan
Indonesia).
Universitas
Negeri
Malang.
Jilid
5.
Pebruari
2000.