Penilaian Risiko Karies Menurut AAPD pada Anak Usia dibawah 2 Tahun di Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ECC dan SECC serta Gambaran Klinisnya
Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang dialami balita dan anakanak-anak di seluruh dunia adalah Early Childhood Caries (ECC). American
Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan Early Childhood Caries
(ECC) sebagai terdapatnya satu atau lebih kerusakan gigi (berupa non-kavitas atau
kavitas), kehilangan gigi (karena kerusakan), atau adanya tambalan pada permukaan
gigi sulung pada anak usia dibawah 71 bulan. Menurut American Dental Association
(ADA), ECC ditandai dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas
atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi
sulung pada usia prasekolah antara usia lahir hingga 71 bulan. Menurut Sheiham,
Early Childhood Caries (ECC) adalah bentuk karies gigi yang mengenai bayi dan
anak-anak dan telah diidentifikasi sebagai masalah kesehatan yang dapat
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas hidup anak prasekolah.1,17
Definisi Early Childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC)
oleh peserta rapat di Bethesda (Tabel 1).2

Tabel.1 Definisi Early Childhood Caries dan Severe Early Childhood Caries2
Usia
Early Childhood Caries

Severe Early Childhood Caries
(bulan)
4

9
Universitas Sumatera Utara

10

Lanjutan Tabel 1
Usia
Early Childhood Caries
(bulan)
48-59
1 atau lebih defs

60-71

1 atau lebih defs


Severe Early Childhood Caries
1 atau lebih kavitas, tambalan, dan hilang
(karena karies) pada permukaan halus
gigi sulung anterior maksila atau skor
defs >5
1 atau lebih kavitas, tambalan, dan hilang
(karena karies) pada permukaan halus
gigi sulung anterior maksila atau skor
defs >6

Ada 4 tahapan dalam mendiagnosis ECC dan SECC yaitu tahap 1, terjadi
pada usia 10-20 bulan atau dibawahnya. Gambaran klinisnya terdapat penampilan
berkapur, opak, dan ada lesi akibat demineralisasi pada permukaan halus gigi
insisivus maksila (Gambar 1). Terdapat garis putih yang khas pada daerah permukaan
servikal, vestibular dan palatal insisivus maksila. 3

Gambar 1. Gambaran Klinis ECC dan SECC Tahap Pertama3

Tahap 2 terjadi pada usia 16-24 bulan. Pada tahap 2, gambaran klinisnya lesi
telah mencapai dentin pada gigi insisivus yang berkembang sangat cepat, dan terlihat

gambaran halus dan kuning (Gambar 2). Pada gigi molar pertama maksila mulai
terdapat lesi pada bagian servikal, proksimal dan oklusal.3

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 2. Gambaran Klinis ECC dan SECC Tahap Kedua3

Tahap 3, terjadi pada usia 20-36 bulan. Gambaran klinis yang terdapat pada
tahap ketiga, lesi telah meluas dan dalam pada gigi insisivus maksila, dan pulpa telah
teritasi (Gambar 3).3

Gambar 3. Gambaran Klinis ECC dan SECC Tahap Ketiga3

Tahap yang terakhir yaitu tahap 4, terjadi pada usia 30-48 bulan. Secara
gambaran klinis ditandai dengan fraktur koronal pada gigi anterior maksila akibat dari
amelodentinal yang hancur (Gambar 4). Pada tahap ini, gigi insisivus maksila
biasanya nekrosis dan gigi molar pertama maksila pada tahap ketiga. Gigi molar
kedua dan kaninus maksila serta molar pertama mandibula pada tahap kedua. 3


Universitas Sumatera Utara

12

Gambar 4. Gambaran Klinis ECC dan SECC Tahap Keempat3

2.2 Etiologi
Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa
faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang
memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme,
substrat atau diet ditambah faktor waktu (Gambar 5). Faktor ini digambarkan sebagai
tiga lingkaran yang bertumpang-tindih dan waktu. Terjadinya karies, maka kondisi
setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu host, agen, substrat yang sesuai
dan waktu yang lama.15

Gambar 5. Etiologi Karies15

Universitas Sumatera Utara


13

2.2.1 Faktor Host atau Tuan Rumah
Faktor risiko host terhadap perkembangan karies, antara lain enamel pascaerupsi yang imatur, adanya kerusakan enamel terutama hipoplasia, ciri morfologi dan
genetik (ukuran, permukaan, kedalaman fossa dan fisur) serta gigi berjejal. Saliva
merupakan sistem pertahanan host yang utama terhadap karies, menghilangkan
makanan dan bakteri serta sebagai buffer yang melawan produksi asam. Saliva
berfungsi sebagai tempat penyimpanan mineral kalsium dan fosfat yang penting
untuk remineralisasi enamel serta mengandung substansi anti bakteri. Keadaan
individu yang menyebabkan berkurangnya aliran saliva mengakibatkan kerentanan
gigi terhadap karies meningkat terutama pada bayi sedang tidur. 17
2.2.2 Faktor Agen yaitu Mikroorganisme Kariogenik
Salah satu mikroba patogen penyebab karies yang banyak ditemukan dalam
biofilm kariogenik atau plak adalah S.mutans.18 S.mutans diakui sebagai penyebab
utama karies oleh karena S.mutans mempunyai sifat asidogenik (memproduksi asam)
dan asidurik (resisten terhadap asam).15 Telah banyak membuktikan adanya
hubungan yang erat antara jumlah koloni bakteri S.mutans pada saliva dengan
prevalensi karies gigi. Anak-anak dengan tingkat karies tinggi juga mengalami
peningkatan jumlah koloni S.mutans.18
Bukti ilmiah menunjukkan S.mutans adalah agen utama dalam perkembangan

SECC. Tingkat keparahan ECC secara langsung berkaitan dengan pembentukan awal
S.mutans pada bayi. Pada saat periode erupsi gigi insisivus bawah (6 bulan) dan
molar atas (24 bulan), Streptococcus meningkat. Ditemukan mikroorganisme lainnya
termasuk Lactobacillus, dikaitkan juga dengan perkembangan lesi dan perkembangan
karies pada anak-anak.3
2.2.3 Faktor Substrat atau Diet
Sukrosa merupakan makanan kariogenik utama dan paling umum digunakan.
Sukrosa mengubah makanan non-kariogenik dan antikariogenik menjadi kariogenik.
Beberapa jenis gula lain yang terlibat dalam kariogenesis adalah glukosa dan fruktosa
yang diperoleh dari madu dan buah-buahan. Pengolahan sederhana makanan

Universitas Sumatera Utara

14

kariogenik tidak menjadi faktor risiko karies gigi tetapi frekuensi dan lamanya kontak
antara substansi tersebut dengan gigi merupakan faktor risiko karies. 17
Karies dini sering dipicu oleh pemaparan cairan yang mengandung gula yang
sering dan dalam waktu lama. Jenis asupan yang paling buruk, antara lain jus,
minuman campuran, soft drink, gelatin, air gula atau cairan pemanis lainnya. Susu

formula juga dapat memperbesar kerusakan, khususnya jika anak-anak juga
memperoleh makanan yang manis dari sumber lain.17
2.2.4 Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.15

2.3 Faktor Risiko
Karies gigi

adalah penyakit

infeksi

dan merupakan suatu proses

demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi
yang dapat dicegah. Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada
individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya
karies pada suatu periode tertentu.19

Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies
pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinis,
karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum. Dari beberapa literatur,
penulis merangkum beberapa faktor risiko menjadi 3 bagian besar yaitu faktor
perilaku diet, faktor kebersihan rongga mulut, faktor penggunaan fluor, faktor sosial
ekonomi dan faktor pengalaman karies.19
2.3.1 Faktor Perilaku Diet
Faktor perilaku diet yang menjadi faktor risiko ECC dan SECC adalah pola
pemberian diet. Pola pemberian salah, misalnya anak dengan ECC mempunyai
kebiasaan minum Air Susu Ibu (ASI) ataupun susu botol setiap hari dalam waktu

Universitas Sumatera Utara

15

yang lama dan kadang dibiarkan sampai anak tertidur sepanjang malam. 20 Susu
dilaporkan dapat mencegah demineralisasi pada enamel. Penelitian yang dilakukan
Bowen melaporkan bahwa penambahan gula pada susu dapat meningkatkan
kariogenik pada susu.21 Menurut penelitian Almushayt et al, pada anak di Jeddah,
(Saudi Arabia), yang tidak meminum susu botol sebelum tidur dapat mengurangi

0,09% perkembangan karies dibandingkan anak yang meminum susu botol sebelum
tidur. Penelitian tersebut juga membuktikan 5,68-6,54% anak yang mengonsumsi
makanan ringan dapat meningkatkan perkembangan karies dibandingkan anak yang
tidak mengonsumsi makanan ringan.9
Karies dini sering dipicu oleh pemaparan cairan yang mengandung gula yang
sering dan dalam waktu yang lama. Jenis asupan paling buruk, antara lain jus,
minuman campuran, soft drink, gelatin, air gula atau cairan pemanis lainnya.17
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa
bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga
terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara
waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering
dikonsumsi, mengakibatkan enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk
melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies. 15
2.3.2 Faktor Kebersihan Rongga Mulut
Upaya meningkatkan kesehatan gigi pada usia dini sangat penting karena
merupakan salah satu unsur penting sebagai penunjang untuk kesehatan umum. Salah
satu tujuan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut adalah untuk mencegah

terbentuknya plak. Sumber penyebab terjadinya karies adalah akibat terabaikannya
kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadi akumulasi plak. Pengendalian plak adalah
upaya untuk mencegah penumpukan plak. Upaya tersebut dapat dilakukan secara

Universitas Sumatera Utara

16

mekanis maupun kimiawi. Pembuangan dan pencegahan secara mekanis dapat
dengan cara menggosok gigi dan pengunaan benang gigi.22
Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) ditunjukkan hanya 9,3%
penduduk menyikat gigi sangat sesuai anjuran program (menyikat gigi setelah makan
pagi dan sebelum tidur malam) dan 12,6% penduduk menyikat gigi sesuai anjuran
program (menyikat gigi setelah makan pagi atau sebelum tidur malam). Lebih
setengah penduduk (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai anjuran program (menyikat
gigi setelah bangun tidur) bahkan 16,6% tidak menyikat gigi.23
Potensi menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup
penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Berhasilnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh penggunaan alat, metode penyikatan
gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. 23 Di Taiwan, penelitian yang

dilakukan oleh Shing Tang et al; 4,17% anak SECC memiliki kebersihan rongga
mulut yang buruk dan 95,83% anak SECC tidak membersihkan gigi mereka setelah
makan.8
Cara menggosok gigi merupakan satu lagi faktor yang memainkan peranan
penting dalam menentukan timbulnya karies. Menggosok gigi dengan cara yang
benar pada gigi bagian depan (insisivus dan kaninus) permukaan luar dengan gerakan
naik turun dan gigi belakang (molar) permukaan atas dengan gerakan maju mundur.
Durasi menggosok gigi juga penting untuk memastikan gigi benar-benar bersih.
Durasi menggosok gigi yang benar adalah 2-3 menit.24
2.3.3 Faktor Penggunaan Fluor
Pengunaan fluor juga berguna untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut
pada anak. Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit. 19
Berdasarkan penelitian Richard et al, di Amerika Serikat hampir 100% anak yang
mendapat paparan fluor tidak memiliki karies, sedangkan 92,6% anak yang tidak
mendapatkan paparan fluor memiliki karies.16

Universitas Sumatera Utara

17

Perilaku pencegahan penyakit akan efektif apabila orang tua melakukan
edukasi yang baik pada anak serta menjadi contoh (role model) bagi anak sehingga
peran orang tua sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan anak.
Peran orang tua sangat dibutuhkan sebab anak masih tergantung pada pemeliharaan
dan bantuan orang dewasa. Pengaruh paling kuat adalah dari ibu sehingga pembinaan
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak juga ditujukan pada ibu. 10
2.3.4 Faktor Sosial Ekonomi
ECC adalah salah satu kerusakan gigi yang paling sering terjadi yang
ditemukan pada anak balita. Jumlah ECC meningkat pada kelompok anak yang
berasal dari sosial ekonomi yang rendah.25 Peningkatan kebiasaan kebersihan rongga
mulut sangat berkaitan dengan lingkungan ekonomi dimana anak-anak tersebut
tinggal. Faktor lingkungan seperti, status sosial ibu, kemiskinan, etnis, pendidikan
yang rendah, dan cakupan asuransi kesehatan gigi yang terbatas. 26 Hal ini tidak sesuai
di Amerika Serikat penelitian yang dilakukan oleh Richard et al, 100% anak yang
memiliki karies berasal dari status sosial ekonomi keluarga rendah dan 97,5% tidak
memiliki karies. Dari hasil persentase tersebut, dapat dilihat tidak ada perbedaan
bermakna antara pengalaman karies dan status sosial ekonomi keluarga rendah. 16
2.3.5 Faktor Pengalaman Karies
Pengalaman karies anak juga dapat dikaitkan dengan ibu atau saudara
kandung yang memiliki tingkat karies yang parah dianggap sebagai risiko
meningkatnya keparahan karies anak.26 Perilaku kesehatan ibu, kepribadian ibu, usia,
budaya, etnis, serta latar pendidikan ibu dapat berdampak pada kesehatan mulut anak
nya.25 Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan Maharani et al, anak-anak di
Serpong yang memiliki karies, 90% memiliki ibu dengan skor DMF-T 7,8. Para ibu
tidak pernah mengecek kesehatan gigi anak, tidak mengetahui bahwa karies
merupakan penyakit menular dan sering menggunakan peralatan makan yang sama.13
Pada penelitian Bruce et al di Amerika, dari 30% ibu yang memiliki pengalaman
karies tinggi yaitu lebih dari 6 permukaan gigi karies, 18% anak mengalami SECC.

Universitas Sumatera Utara

18

Ibu yang memilki pengalaman karies tinggi merupakan indikator kuat bagi anak
mereka untuk memiliki pengalaman karies tinggi juga. 27

2.4 Dampak yang Ditimbulkan dari SECC
SECC dapat berdampak pada kesehatan mulut anak sepanjang hidupnya.
SECC juga tidak hanya memengaruhi gigi, tapi pengaruh penyakit ini bisa meluas
sampai aspek kesehatan umum. Rasa sakit gigi yang dialaminya memengaruhi
kehidupan sehari-harinya. Orang dewasa dapat mengungkapkan rasa nyeri ketika
sakit gigi, tetapi anak-anak tidak bisa melakukannya. Dalam menginterpretasi rasa
sakitnya, anak-anak bergantung pada orang dewasa.6
Keparahan dari ECC akibat rasa sakit gigi memengaruhi kehidupan seharihari orang tua. Penelitian menunjukkan hal kesulitan yang paling umum terjadi akibat
kesehatan mulut yang buruk seperti, kemampuan dalam mengunyah berkurang,
kesulitan makan dan minum panas atau dingin, terganggu saat tidur, kinerja sekolah
dan bersosialisasi berkurang, serta pertumbuhan dan berat badan menurun. 7 Penelitian
Martins Junior et al, anak-anak di Brazil yang mengalami rasa sakit gigi 91,2% sulit
untuk minum, 87,6% sulit untuk makan, 96,2% sulit mengucapkan kata, 96,4% tidak
hadir di sekolah.7
Akibat dari SECC lainnya adalah kehilangan gigi sulung yang dini.
Kehilangan gigi sulung dapat menjadi faktor predisposisi maloklusi gigi permanen.6
Hasil penelitian Mamonto et al, siswa di Madrasah Ibtidaiyah Darul Istiqamah
Bailang berusia 5-13 tahun 43% mengalami kehilangan gigi sulung. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa kehilangan gigi sulung, paling banyak terjadi pada usia
sebelum erupsi gigi permanen penggantinya. Gigi sulung sebagaimana gigi permanen
memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai alat pengunyahan, alat bicara, dan
estetik. Di samping itu gigi sulung memiliki fungsi istimewa yang tidak dimiliki oleh
gigi permanen. Secara umum fungsi istimewa yang dimiliki gigi sulung adalah
sebagai penuntun bagi gigi permanen agar kelak erupsi pada tempatnya sehingga
dapat menjaga pertumbuhan lengkung rahang. Idealnya gigi permanen akan
menggantikan tempat posisi gigi sulung yang tanggal. 28

Universitas Sumatera Utara

19

2.5 Pencegahan dan Perawatan dari SECC
AAPD mengemukakan bahwa karies sebagai penyakit kronis dari
ketidakseimbangan faktor risiko dan faktor pencegahan dari waktu ke waktu. Dalam
mengurangi risiko berkembangnya ECC maka, AAPD merekomendasikan langkahlangkah berikut bagi orangtua untuk mencegah timbulnya ECC pada anak. Langkahlangkah yang dilakukan meliputi:29
1. Mengurangi tingkat S.mutans pada orangtua atau saudaranya untuk
menurunkan penularan bakteri kariogenik.
2. Meminimalisir kegiatan bertukar peralatan untuk mengurangi penularan
bakteri kariogenik.
3. Menerapkan langkah-langkah membersihkan rongga mulut paling lama saat
erupsi pertama gigi sulung. Menyikat gigi anak harus dilakukan dua kali sehari oleh
orangtua. Menggunakan sikat gigi yang lembut dan ukuran sesuai dengan usia anak.
Anak yang dikategorikan risiko karies sedang dan tinggi usia dibawah 2 tahun harus
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Anak usia 2-5 tahun, disarankan
jumlah pasta gigi sebesar ukuran kacang (pea sized) dan untuk anak usia dibawah 2
tahun hanya selapis tipis (smear) (Gambar 6).

Gambar 6. Jumlah Takaran Pasta Gigi Anak29

4. Menghindari konsumsi jumlah makanan dan minuman yang mengandung
gula yang tinggi, misalnya, jus, minuman ringan, susu dengan penambahan gula, teh
manis. Tidak memberikan susu botol pada saat tidur. Memberikan ASI dihindari
sejak erupsi pertama gigi sulung dan mulai memperkenalkan diet karbohidrat.

Universitas Sumatera Utara

20

Orangtua harus mulai mengajarkan untuk meminum dengan gelas sejak usia mereka
satu tahun.
5. Mulai melakukan pemeriksaan gigi setelah erupsi gigi sulung pertama.
Bekerjasama dengan dokter gigi untuk konseling dan informasi tentang pencegahan
karies.

2.6 Penilaian Risiko Karies
Risiko karies pada setiap orang memang tidak sama, bahkan tidak tetap
seumur hidup oleh karena hal ini dapat berubah apabila pasien melakukan tindakan
pencegahan karies baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan oleh dokter gigi.
Manfaat dilakukan pemeriksaan faktor risiko adalah bahwa tindakan pencegahan
dapat ditujukan langsung kepada orang yang mempunyai risiko tinggi terhadap
karies.15 Prosedur penilaian risiko digunakan dalam praktek medis memiliki data
yang cukup akurat terhadap suatu kerentanan penyakit seseorang dan memungkinkan
sebagai alat untuk pencegahan dan mengambil penilaian keputusan klinis. Model
penilaian risiko karies melibatkan keterkaitan faktor diet, paparan fluor, host,
mikroorganisme serta faktor sosial budaya yang saling memengaruhi. 14 Ada banyak
metode penilaian risiko karies antara lain, Kariostat, Kariogram, Traffic Light Matrix
Model (TL-M), dan CAT (Caries Assessment Tool). Dibawah ini akan dibahas dari
beberapa contoh metode penilaian risiko karies tersebut.
2.6.1 Kariostat
Metode Kariostat, dirancang oleh Professor Tsustomo Shimono dari Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Okayama. Metode ini menggunakan cairan semi-sintesis
yang mengandung 20% sukrosa dan indikator pH. Sebagai suatu uji kalorimetri,
metode ini dapat membuat bakteri penghasil asam merubah warna media dari biru
kehitaman menjadi biru, hijau dan kuning (Tabel 2).15

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel.2 Perubahan Warna dengan Uji Kariostat15
Warna
pH
Skor Kariostat

Risiko

Biru

6,1±0.3

0

Rendah

Hijau

5,4±0.3

1

Sedang

Hijau muda

4,7±0.3

2

Sedang

Kuning

4,0±0.3

3

Tinggi

Kelemahan dari tes Kariostat ini tidak mengukur bakteri secara langsung,
tetapi tes ini mengukur kemampuan asidogenik dari bakteri. Tes ini dapat
menunjukkan tingkat infeksi dari S.mutans dan Lactobacillus.30
2.6.2 Kariogram
Program ini diperkenalkan oleh Bratthal untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang karies gigi sebagai penyakit multifaktorial. Ada 10 parameter yang
harus diisi dan diberi skor (0-3) pada kotak yang tersedia dengan menggunakan tanda
panah ke atas atau ke bawah. Parameternya berupa, skor 0 berarti nilai paling baik
dan 3 adalah nilai paling buruk. Kesepuluh parameter tersebut meliputi pengalaman
karies (DMFT), penyakit umum, diet karbohidrat, frekuensi diet, skor plak (indeks
Plak Löe & Silness), jumlah S.mutans (Uji S.mutans), penggunaan fluor, sekresi
saliva, buffer saliva (Dentobuff ® Strip) dan penilaian klinis dari operator.15
Inovasi terbaru dalam penilaian risiko karies menggunakan komputer menjadi
suatu nilai lebih dari Kariogram. Kariogram dapat melihat dan mengidentifikasi
faktor risiko karies sehingga dapat menuntukan rencana perawatan yang tepat.
Kelemahan dari program ini adalah tidak dapat menjelaskan tahap pembentukan
karies tersebut.31
2.6.3 Traffic Light Matrix Model (TL-M)
TL-M adalah suatu model tabel pemeriksaan seperti lampu lalu lintas dengan
warna merah, kuning dan hijau pada kolomnya. Hasil pemeriksaan yang diperoleh
ditulis pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan kriteria yang telah

Universitas Sumatera Utara

22

ditentukan sebelumnya. Pemeriksaan diperoleh pH saliva normal (dalam keadaan
tidak distimulasi) 1 area demineralisasi
b. Gingivitis atau plak
c. Hipoplasia enamel

131 (57,2)
217 (94,8)
12 (5,2)

Non-SECC,
Jumlah.(%)
(n=242)
242 (100)
209 (86,4)
6 (2,5)
53 (21,9)
236 (97,5)
240 (99,2)

242 (100)
162(66,9)
235 (97,1)

Universitas Sumatera Utara

24

Lanjutan Tabel 4
Elemen penilaian risiko karies

Pemeriksaan tambahan
S.mutans
(Sedang atau Tinggi)

SECC,
Jumlah.(%)
(n=229)

Non-SECC,
Jumlah.(%)
(n=242)

198 (86,5)

226 (93,4)

Dari kesimpulan penelitian Richard et al, anak usia balita sangat rentan
terhadap karies dan berkembang cepat, maka penilaian risiko karies efektif untuk
mencegah dan membatasi kavitas dan rasa sakit, infeksi serta disfungsi. Pada hasil
yang telah didapat CAT sangat berguna dan akurat dalam penilaian risiko karies pada
anak.16

Universitas Sumatera Utara

25

2.7 Kerangka Teori
ETIOLOGI

Host

Mikroorganisme

Substrat

FAKTOR RISIKO

Perilaku Diet:

SECC/ECC (nonSECC)

- Frekuensi konsumsi
makanan ringan atau
minuman manis
- Penggunaan susu
sebagai pengantar
tidur

Waktu

Penilaian risiko
karies:
- Kariogram
- Kariostat
- TL-M
- CAT

Pencegahan:
Kebersihan Rongga
Mulut:
- Paparan fluor pada air
yang dirumah dan
menerima suplemen
fluor
- Frekuensi menyikat
gigi dengan pasta gigi
fluor
- Menerima topikal
aplikasi fluor
- Kegiatan rutin
memeriksa gigi
-Indeks kebersihan
rongga mulut

Modifikasi perilaku diet
Hindari konsumsi makanan dan minuman manis yang
berlebihan
Sikat gigi yang baik dan benar
Pembersihan rongga mulut setelah makan atau minum
Penilaian risiko karies

Sosial Ekonomi:
- Ekonomi keluarga
- Anak yang baru
berimigrasi
-Anak memiliki penyakit
sistemik

Universitas Sumatera Utara

26

2.8 Kerangka Konsep

Penilaian Risiko
Karies menurut
AAPD

Perilaku Diet

Frekuensi konsumsi
makanan ringan atau
minuman manis
Penggunaan susu
sebagai pengantar tidur
atau penambahan gula
pada susu

Prevalensi ECC (nonSECC)
Prevalensi SECC
Prevalensi bebas karies
Pengalaman karies anak
Pengalaman karies ibu

FAKTOR RISIKO

Kebersihan Rongga
Mulut

Paparan fluor pada air
yang dirumah dan
menerima suplemen
fluor
Frekuensi menyikat gigi
dengan pasta gigi fluor
Menerima topikal
aplikasi fluor

Usia

Sosial ekonomi

Jenis
Kelamin

Ekonomi
keluarga
Anak yang baru
berimigrasi
Anak memiliki
penyakit

Kegiatan rutin
memeriksa gigi
Indeks kebersihan
rongga mulut

Universitas Sumatera Utara