Analisis Perbedaan Nuansa Makna Dari Kata “Soudesu Dan Youdesu" dalam Kalimat Bahasa Jepang yang Terdapat dalam Majalah Nipponia
BAB II
TINJAUAN UMUM JODOUSHI BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN
PEMAKAIAN JODOUSHI “SOUDESU DAN YOUDESU”
2.1
Pengertian
Jodoushi,
Ciri-Ciri
Jodoushi,
Dan
Bentuk-Bentuk
Jodoushi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin membahas mengenai salah satu
cabang ilmu linguistik yang termasuk kedalam kelas kata bahasa Jepang salah
satunya adalah semantik yang mengenai kata bantu verba / Jodoushi dari kata
“soudesu dan youdesu”.
Apabila dilihat dari bentuk kanjinya, kata Jodoushi Menurut Hamzon
Situmorang dan Rospita Uli (2010:52) memiliki beberapa bagian makna yaitu:
: Jo, Tasukeru
: Bantu
: Dou, Ugoku
: Bergerak
: Shi, Kotoba
: Kata
Sehingga kata Jodoushi
memiliki pengertian : Kata bantu sebagai
verba atau kata bantu kata kerja.
Dan yang termasuk ciri–ciri kata bantu verba Jodoushi antara lain:
-
Tidak berdiri sendiri
19
Universitas Sumatera Utara
-
Berkonjugashi ( perubahan bentuk ), sama seperti doushi (kata kerja)
-
Ada yang mempunyai arti sendiri dan ada yang hanya memberi atau
menambah makna pada kata lain.
Dan tidak hanya itu kata bantu verba Jodoushi juga memiliki bentuk dan
perubahannya:
a. Bentuk Jodoushi yang mengikuti kata yang berkonjugasi dan yang
mengikuti kata benda
1. Yang mengikuti kata yang berkonjugasi
-
Mizenkei (
) = Bentuk belum
Contoh =
-
Iku + seru
= ikaseru
= Menyuruh pergi
Oki + saseru
= okosaseru
= Menyuruh membangunkan
Iku + nai
= ikanai
= Tidak pergi
Renyoukei (
) = Mengikuti bentuk perubahan
Contoh =
-
Iku + masu
= ikimasu
= Pergi
Iku + tai
= ikitai
= Ingin pergi
Iku + tagaru
= ikitagaru
= Ingin pergi
Shuushikei (
) = Mengikuti bentuk akhir
20
Universitas Sumatera Utara
Contoh =
Iku + souda
= ikusouda
= Katanya pergi
Furu + mai
= furumai
= Tidak turun
2. Yang mengikuti kata benda
Contoh : rashii-otoko rashii
: seperti laki-laki
Da-hitoda
: adalah orang
Desu-watashidesu
: adalah saya
b. Perubahan Jodoushi
1. Shieki (
) = Perintah
Contoh =
Yomu
2. Ukemi (
+ seru
= yomaseru
= Menyuruh membaca
= yomareta
= Sudah dibaca
= yomeru
= Dapat membaca
) = Bentuk pasif
Contoh =
Yomu
3. Kanou (
+ rareru
) = Dapat
Contoh =
Yomu
4. Jihatsu (
+ rareru
) = Pendapat sendiri ( spontanity)
Contoh =
Kangaeru
+ rareru
= kangaerareru = Terpikirkan
21
Universitas Sumatera Utara
5. Sonkei (
) = Bentuk hormat
Contoh =
Sensei ga omou + reru
= sensei ga omowareru = Menurut
guru
6. Uchikeshi (
) = Sankalan
Contoh =
Iku
7. Teinei (
+ nai
= ikanai
= Tidak pergi
= ikimasu
= Pergi
= koyo
= Akan datang
= tabeta
= Telah makan
) = Sopan
Contoh =
Iku
8. Suiryou (
+ masu
) = Niat
Contoh =
kuru
+ yo
9. Kako (
) = Lampau
Contoh =
Taberu
10. Kibou (
+ ta
) = Keinginan, harapan
Contoh =
Iku
+ tai
= ikitai
= Ingin pergi
22
Universitas Sumatera Utara
11. Handan (
) = Pernyataan
Contoh =
Otoko
+ desu
12. Tatoe (
= otokodesu
= Adalah laki-laki
) = Pemisalan
Contoh =
Uma no
+ youda
13. Denbun (
= uma no youda
= Seperti kuda
) = kedengarannya, katanya
Contoh =
Furu
+ souda
= furu souda
= Katanya
= furi souda
= kelihatannya
turun
14. Youtai (
) = Kelihatan
Contoh =
Furu
+ souda
turun
2.2 Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu dan Youdesu”
2.2.1 Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu” :
Soudesu
mempunyai
sepertinya/kelihantannya.
fungsi
untuk
menyatakan
ungkapan
Yang bermakna menurut Surinetwork dalam buku
Minna No Nihingo II TerjemahanBahasa Indonesia (2010:144),ungkapan
“kelihatan/sepertinya” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu keadaan atau
23
Universitas Sumatera Utara
perkiraan yang berasal dari informasi visual dan digunakan pada waktu pembicara
mempekirakan suatu gejala berdasarkan pada apa yang dilihatnya. Dan dilengkapi
lagi oleh Buneidou
dalam buku Kuwashii Koku Bunpo
(1981 :140):
Souda
____
:
(imi____ youtai,denbun)
= ( kelihatannya/kondisi/keadaan , kabar angin)
(souda ni ha tsugi no
futatsu no imi youhou ga aru)
= (untuk souda ada 2 buah petunjuk arti)
1.
(youtai souiu yousudato
iu imi dearu)
= (youtai adalah arti yang disebut aspek/situasi/pandangan seperti itu
( rei )
=(contoh)
1.
( ame ga furu)
= (hujan turun )
2.
( ame ga furi souda)
= ( kelihatannya hujan turun )
24
Universitas Sumatera Utara
2.
( denbun tanin kara
kiitatoiu imi dearu)
= (denbun adalah arti yang yang disebut mendengarkan keadaan dari
orang lain).
( rei )
(contoh)
1.
( ame ga furu)
= (hujan turun )
2.
( ame ga furu souda)
= (Kedengarannya hujan turun )
2.2.2
Fungsi Dan Makna Jodoushi “Youdesu” :
Youdesu
mempunyai
fungsi
untuk
menyatakan
kata
sepertinya/kelihantannya. Yang bermakna menurut Surinetwork dalam buku
Minna No Nihingo II TerjemahanBahasa Indonesia (2010:145) ungkapan
“kelihatan/sepertinya” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu keadaan apabila
pembicara bermaksud menyatakan suatu perkiraanatau ilustrasi subjektif
berdasarkan fungsi informasi yang ia terima melalui seluruh panca indranya. Dan
dilengkapi lagi oleh Buneidou
dalam buku Kuwashii Koku Bunpo
(1981 :140):
25
Universitas Sumatera Utara
Youda
:
_____
(imi____tatoe, youtai,
reishi)
= (pemisalan, anggapan/perkiraan, ilustrasi)
(youda ni ha tsugi no
mitsu no imi youhou ga aru)
= (untuk youda ada 3 buah petunjuk arti)
1.
(tatoe (marude……noyouda) to nikayoutta monogoto
wo tatoeteiu imi woarawasu)
=( pemisalan [ seolah-olah…..sepertinya] dan menunjukkan arti yang disebut
pemisalan hal-hal yang ditiru)
( rei )
( kono shirosa ha, yuki
no youda)
(contoh)
= (Putihnya ini, seolah-olah seperti salju )
2.
(youtei futashika dehaaruga, nanraka no konkyo ni mototsuite
oshihakaru imi wo arawasu)
26
Universitas Sumatera Utara
=( anggapan/ perkiraan yang tidak tentu tetapi, menunjukan artimenyimpulkan
maksud bersarkan pokok/dasarnya).
( rei )
( nanto ittanoka, karenimo wakaranai youda)
(contoh)
= ( apa yang dikatakanya, dia pun sepertinya tidak mengerti
3.
( reishi wo ageteiu imi dearu)
= (adalah arti yang memberikan ilustrasi)
(rei)
( kare no youni shoujiki hito ha
sukunai)
Contoh
= (orang yang jujur seperti dia sedikit)
2.3 Studi Semantik
2.3.1
Definisi Semantik
Dalam bidang ilmu linguistik ada beberapa macam bagian-bagian yang
terkait menurut Koizumi dalam Novita Amrah Kihon Doushi Yohoo Jiten
(2016:27) antara lain fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan
semantik itu sendiri memiliki definisi yang universal mengenai pemaknaan dan
disini penulis menggunakan teori definisi semantik dari menyatakan bahwa
semantik (imiron) adalah makna dari sebuah kata. Sedangkan menurut Sutedi
dalam Novita Amrah (2016:27) adalah salah satu cabang linguistik (gengogaku)
yang mengkaji tentang makna. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah
27
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan untuk bidang liungistik yang mempelajari hubungan makna atau
arti dalam bahasa.
Objek kajian semantik menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:27)
antara lain makna kata (go no imi/
), relasi makna antara satu kata dengan
kata lainnya ( go no imi kankei/
(ku no imi
), makna frase dalam suatu idiom
) dan makna kalimat (bun no imi
).
1. Makna Kata Satu Persatu ( Go No Imi Kankei/
)
Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena
komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang,
baru akan berjalan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam
komunikasi tersebut, makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh
lawan bicaranya.
Dalam bahasa Jepang banyak sinonim (ruigigo) dan sangat sulit untuk bisa
dipadankan kedalam bahasa Indonesia yang membahasa secara rinci dan jelas
tentang persamaan dan perbedaaan dari setiap sinonim tersebut.
2. Relaksi Makna Antara Satu Kata Dengan Kata Lainnya ( Go No Imi Kankei/
)
Relaksi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satu bahasa
yang satu dengan satuan bahasa lainnya ( Chaer dalam Novita Amrah, 2016:27).
28
Universitas Sumatera Utara
Hubungan kemaknaan atau relasi semantik ini menyangkut hal kesamaan makna
yaitu:
a. Kesamaan makna (sinonim) adalah hubungan semantik yang menyatakan
adanya kesamaan makna antara satuan ujuran dengan satuan ujaran lainnya
misalnya pada verba „hanasu‟, „iu‟, „shaberu‟.
b. kebalikan makna (antonim) adalah hubungan semantik antara dua buah
ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan atau kontras antara satu
dengan yang lainnya. Misalnya kata „takai‟, „hikui‟.
c.
kegandaan makna (polisemi) adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata,
bisa juga frase) yang memilki makna lebih dari satu.
d. Ambiguitas (ketaksanaan) diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Misalnya frase „majalah gaya hidup baru‟ dapat ditafsirkan
sebagai (1) „majalah gaya hidup baru terbit‟ atau (2) „majalah yang memuat
gaya hidup baru‟.
e. ketercakupan makna (hiponim)adalah hubungan
f.
kelainan makna (homonim) adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang
bentuknya kebetulan sama, maknanya berbeda, karna masing-masing
merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan Misalnya pada kata „bisa‟
yang berarti „racun‟ dan kata „bisa‟ yang berarti „sanggup, dapat‟.
g.
kelebihan makna (redudansi)diartikan sebagai „berlebih-lebihan pemakaian
unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran‟ Misalnya pada kalimat yang di
baca guru ; maknanya tidak akan berubah bila di tambah menjadi „buku
29
Universitas Sumatera Utara
yang dibaca oleh guru ; pemakain kata oleh pada kalimat kedua dianggap
redundansi.
3. Makna Frase Dalam Satu Idiom (Ku Nu Imi)
Makna frase merupakan makna yang terkandug dalam sebuah rangkaian
kata-kata yang di sebut dengan ungkapan. Contohnya dalam bahasa jepang
ungkapan (perut berdiri = marah) merupakan suatu frase. Frase dapat di pahami
hcukup dengan mengetahui makna kata di tambah dengan pemahaman tentang
struktur kalimat bahwa jadi, frase tersebut bisa di pahami secara leksikalya
tetapi untuk frase meskipun seseorang mengetahuin semua makna setiap kata
dan strukturnya, belum tentu bisa memahami makna frase tersebut, jika tidak
mengetahui makna frase secara idiomatikalnya (kanyolkuteki imi).
Lain halnya dengan frase ada dua makna, yaitu secara leksikal yaitu
mencuri kaki, dan juga secara idiomatikal yaitu berhenti berbuat jahat. Jadi,
dalam bahasa jepang ada frase yang hanya bermakna secara leksikal saja, ada
frase yang bermakna secara idiomatikal saja, dan ada juga frase yang bermakna
keduanya.
4. Makna Kalimat (Bun No Imi)
Makna kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan struktrunya. Misalnya,
pada kalimat (saya memberi kacamata pada yamada) dan kalimat (saya memberi
jam pada yamada). Jika dilihat dari sturkturnya, kalimat tersebut adalah samam,
yaitu tetapi maknanya berbeda. Oleh karena itu, makna kalimat ditentukan oleh
kata yang menjadi unsur kalimat tersebut.
30
Universitas Sumatera Utara
Lain halnya dengan kalimat terdapat dua makna yang terkandung di dalamnya,
yaitu dan yang berarti (saya bersama yamanda menunggu tanak). Dari sini bisa
diketahui bahwa dalam suatu kalimat bisa menimbulkan makna ganda yang
berbeda.
2.3.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik
Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan
bagian terpenting dalam melakukan percakapan.
Menurut KBBI dalam Novita Amrah ( 2016:30) dijelaskan makna adalah
1.Arti, 2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu
bentuk kebahasaan. Sedangkan menurut kridalaksana dalam Novita Amrah
(2016:30), Makna adalah maksud pembicara pengaruh penerapan bahasa dalam
pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau sekelompok manusia hubungan
dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan
semua hal yang ditunjukkannya cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna adalah arti
atau maksud dari suatu tindak tutur.Menurut Chaer dalam Novita amrah (2016:30)
sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang antara lain sebagai berikut;
A. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan
makna gramatikal.
31
Universitas Sumatera Utara
B. Berdasarkan ada tidaknya referred pada sebuah kata leksem dapat dibedakan
menjadi makna referensial dan makna nonreferensial.
C. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan menjadi
makna denotatif dan makna konotatif.
D. Berdasarkan Ketetapan maknanya dapat dibedakan menjadi makna umum dan
makna khusus.
E. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain dapat dibedakan menjadi makna
konseptual asosiatif idiomatik dan sebagainya berikut Pengertian makna-makna
tersebut satu persatu.
1.
Makna leksikal dan makna gramatikal
Menurut Chaerdalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah makna
yang sesuai dengan referensi makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra
atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita sedangkan
menurut Sutedi dalam dalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah
makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil
pengamatan Indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya atau bisa juga dikatakan
sebagai makna asli suatu kata.
Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut
(jishoteki imi) atau
(goiteki imi). Dalam bahasa Jepang misalnya kata
berarti kucing dan (
(neko) yang
) gakkou yang artinya sekolah makna leksikal dari kata
Kucing adalah hewan berkaki empat berkumis dan suka mencuri ikan sedangkan
32
Universitas Sumatera Utara
makna leksikal dari kata sekolah adalah bangunan tempat para siswa belajar makna
gramatikal menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:31) adalah makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.Sedangkan
menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:31) makna gramatikal yaitu makna
yang muncul akibat proses gramatikal dan dalam bahasa Jepang disebut
bunpouteki imi. Dalam bahasa Jepang
joshi artikel dan
jodoushi
kopula atau kata bantu verba tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna
gramatikal sebab baru akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat verba
dan adjektiva memiliki kedua jenis makna tersebut,misalnya pada kata
isogashii dan
taberu. Bagian gokan isogashi dan tabe memiliki makna
leksikal yaitu sibuk the makan sedangkan Gobi yaitu “i dan ru” sebagai makna
gramatikal karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya Begitu juga
dengan partikel “ni” yang secara leksikal tidak jelas maknanya akan tetapi baru
jelas maknanya ketika digunakan dalam kalimat seperti medan ni sunde iru yang
bermakna tinggal di Medan
2.
Makna referensial dan makna nonreferensial
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:32) perbedaan makna referensial
dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata
itu kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
kata itu, maka kata tersebut merupakan kata bermakna referensial.Namun jika
kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata tersebut merupakan kata
33
Universitas Sumatera Utara
bermakna nonreferensial.Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna
referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga yang disebut „meja‟ dan „kursi‟.Sebaliknya kata karena dan tetapi tidak
mempunyai referen, jadi kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata
yang bermakna nonreferensial.
3.
Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Menurut chaer dalam Novita amrah (2016:32 ) menyebutkan pengertian
makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial,
sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan
atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasiinformasi
faktual
objektif,
dan
sering
disebut
dengan
istilah
„makna
sebenarnya‟.Sedangkan menurut sutedi dalam Novita amrah (2016:33), makna
denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa seperti suatu
objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan dunia luar bahasa seperti suatu
objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna
denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan
‟gaien
„meijiteki imi
atau
sedangkan makna konotatif menurut chaer dalam Novita amrah
(2016:33) adalah makna tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa baik, positif
maupun negatif.
Selanjutnya menurut sutedi dalam Novita amrah (2016:33) makna konotatif
34
Universitas Sumatera Utara
„anjiteki imi
disebut
, yaitu makna yang ditimbulkan karena
perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. Misalnya pada kata
„chichi‟
dan
„oyaji‟
kedua-duanya memiliki makna denotatif yang
sama, yaitu „ayah‟ akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda kata ‘chichi‟
terkesan lebih formal dan lebih halus Sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat
dan akrab. Contoh lainnya adalah kata
„benjo‟
„keshoushitsu‟
dan
kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil,
tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. „Keshoushitsu‟terkesan bersih sedangkan,
„benjo‟terkesan kotor dan bau.
4.
Makna Umum dan Makna Khusus
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:33) mengemukakan bahwa kata
dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas,
Sedangkan kata dengan makna khusus mempunyai pengertian dan pemakaian yang
lebih terbatas. Misalnya dalam deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan
kolosal. Katabesar adalah kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih
luas dibandingkan dengan kata yang lainnya.Kita dapat mengganti kata
agung,akbar, raya, dan kolosal dengan kata besar secara bebas.Frase „Tuhan Yang
Maha Agung‟ dapat diganti dengan „Tuhan Yang Maha Besar‟;frase rapat „Akbar‟
dapat diganti dengan „rapat besar‟; frase„hari raya‟ dapat diganti dengan ‘hari
besar’ ; dan frase‘film kolosal’ dapat diganti dengan „film besar‟.Sebaliknya, frase
35
Universitas Sumatera Utara
„rumah besar‟ tidak dapat diganti dengan ‘rumah Agung’ ‘rumahraya’ ataupun
‘rumah kolosal’.
5.
Makna Konseptual,Asosiatif, dan Idiomatik
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:34) makna konseptual adalah
makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referensinya dan
makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna leksikal
referensial dan makna denotatif selanjutnya makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan
di luar bahasa misalnya kata melati berasosiasi dengan makna Suci atau kesucian
kata merah berasosiasi dengan makna berani kata cenderawasih berasosiasi dengan
makna indah sedangkan makna idiomatik menurut Chaer dalam Novita amrah
(2016:34) adalah makna sebuah satuan bahasa kata frase atau kalimat yang
menyimpang
dari
makna
leksikal
atau
makna
gramatikal
unsur-unsur
pembentuknya contohnya adalah pada frase membanting tulang dan meja hijau
membanting tulang adalah sebuah leksem dengan makna bekerja keras dan meja
hijau adalah sebuah leksem dengan makna pengadilan
2.3.3Perubahan Makna Dalam Semantik
Perubahan makna suatu kata dapat terjadi karena sebagai faktor, antara lain
perkembangan peradaban manusia pemakaian bangsa tersebut, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, atau pengaruh bahasa asing.Berikut akan dijelaskan
36
Universitas Sumatera Utara
beberapa jenis perubahan makna dalam bahasa Jepang, menurut Sutedidalam
Novita Amra (2016:34);
a.
Dari yang konkret kata abstrak
kata
„atama‟
kepala,
„ude‟
lengan, serta
„michi‟
jalan
yang merupakan benda konkrit, berubah menjadi abstrak ketika digunakan seperti
berikut ini
atama ga ii
kepandaian
ude ga agaru
kemampuan
nihongo kyoushi e no michi cara petunjuk
b.
Dari ruang ke waktu
kata (
mae) depan dan
(
nagai) panjang yang menyatakan arti ruang,
berubah menjadi waktu seperti pada contoh berikut.
sannen mae
nagai jikan
c.
3 tahun yang lalu
lama
Perubahan penggunaan Indera
kata
ookii
(besar) semua diamati dengan indra penglihatan
(mata) berubah ke indra pendengaran (telinga) seperti pada
ookii
37
Universitas Sumatera Utara
koe
(suara keras). Kemudian pada kata
amai
perasa menjadi karakter seperti dalam
d.
amai ko
(manis) dari indra
(anak manja)
Dari yang khusus ke umum /generalisasi
kata
kimono
yang semula berarti Pakaian tradisional Jepang,
digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum
fuku
dan
sebagainya.
e.
Dari yang umum ke khusus/ spesialisasi
Kata
hana
(bunga secara umum) dan
tamago
(telur secara
umum) digunakan untuk menunjukkan hal yang lebih khusus seperti dalam
penggunaan berikut.
hana-mi
bunga sakura
tamago o taberu telur ayam
f.
Perubahan nilai positif
contoh dari kata yang mengalami perubahan nilai positif salah satunya adalah
kata
boku
(saya) yang dulu digunakan untuk Budak atau pelayan, tetapi
sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan
adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi baik.
g.
Perubahan nilai negatif
contoh dari kata yang mengalami perubahan nilai negatif salah satunya
38
Universitas Sumatera Utara
adalah kata
menunjukkan kata
kisama
(kamu) yang dulu sering digunakan untuk
anata
(anda), tetapi sekarang digunakan hanya
kepada orang yang dianggap pernah saja hal ini menunjukkan adanya perubahan
nilai dari yang baik menjadi kurang baik.
2.3.4 Manfaat Mempelajari Semantik
Manfaat yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari
bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer, dalam Novita
Amrah, 2016:36) bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka mungkin
akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai Semantik.
Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan
kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat
umum.
Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, pengetahuan
semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk dapat menganalisis kata atau
bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan bagi seseorang guru atau
calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis, karena
sebagai seorang guru bahasa haruslah mengerti dengan sungguh-sungguh tentang
bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh dari
mempelajari teori semantik adalah pemahaman yang lebih mendalam mengenai
39
Universitas Sumatera Utara
makna dari suatu kata yang makna katanya berdekatan atau memiliki kemiripan
arti.
2.3.5 Kesinoniman
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang,
seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi antara sebuah kata
dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna
menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2016:37)adalah hubungan semantik yang
terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya Satuan
bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat
menyatakan kesamaan makna (sinonim), pertentangan makna (antonim),
ketercukupan makna (hiponim), kegandaan makna (Polisemi dan ambiguitas), dan
kelebihan makna (redudansi).
Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan
satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut
memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk kedalam sinonim. Sinonim
menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2006:37)adalah hubungan semantik yang
menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan
ujaran lainnya. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis
sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang maknanya akan sama persis
100%. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaan meskipun
kecil, ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor, waktu,
faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang
40
Universitas Sumatera Utara
kegiatan, dan faktor nuansa makna.
Dalam bahasa Jepang sinonim dikenal dengan istilah
ruigigo
menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:38) perbedaan dari dua kata atau lebih
yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman
dapat ditemukan
dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut
misalnya dalam skripsi ini membandingkan persamaan kata “soudesu dan
youdesu” yang keduanya mempunyai arti tetapi penggunaan kedua kata itu
mempunyai makna yang berbeda apabila kita melihat dari segi kontekstualnya.
Contoh kalimat dari buku Minna no Nihongo II pel: 43) :
1.
(Mira san wa isogashisoudesu)
= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.
2.
(Mira san wa isogashiiyoudesu)
= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.
Kata “soudesu dan youdesu” pada kalimat diatas keduanya bisa digunakan dalam
kalimat yang sama dan juga sama-sama memiliki arti “sepertinya”.Tetapi kalau
dilihat lebih jelas apa penggunaan kata soudesu dan apa penggunaan kata youdesu
maka kita bisa milihat bagaimana situasi yang terjadi. Maka dari itu penulis perlu
menggunakan konsep sinonim dalam menyelesaikan skripsi ini.
41
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN UMUM JODOUSHI BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN
PEMAKAIAN JODOUSHI “SOUDESU DAN YOUDESU”
2.1
Pengertian
Jodoushi,
Ciri-Ciri
Jodoushi,
Dan
Bentuk-Bentuk
Jodoushi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin membahas mengenai salah satu
cabang ilmu linguistik yang termasuk kedalam kelas kata bahasa Jepang salah
satunya adalah semantik yang mengenai kata bantu verba / Jodoushi dari kata
“soudesu dan youdesu”.
Apabila dilihat dari bentuk kanjinya, kata Jodoushi Menurut Hamzon
Situmorang dan Rospita Uli (2010:52) memiliki beberapa bagian makna yaitu:
: Jo, Tasukeru
: Bantu
: Dou, Ugoku
: Bergerak
: Shi, Kotoba
: Kata
Sehingga kata Jodoushi
memiliki pengertian : Kata bantu sebagai
verba atau kata bantu kata kerja.
Dan yang termasuk ciri–ciri kata bantu verba Jodoushi antara lain:
-
Tidak berdiri sendiri
19
Universitas Sumatera Utara
-
Berkonjugashi ( perubahan bentuk ), sama seperti doushi (kata kerja)
-
Ada yang mempunyai arti sendiri dan ada yang hanya memberi atau
menambah makna pada kata lain.
Dan tidak hanya itu kata bantu verba Jodoushi juga memiliki bentuk dan
perubahannya:
a. Bentuk Jodoushi yang mengikuti kata yang berkonjugasi dan yang
mengikuti kata benda
1. Yang mengikuti kata yang berkonjugasi
-
Mizenkei (
) = Bentuk belum
Contoh =
-
Iku + seru
= ikaseru
= Menyuruh pergi
Oki + saseru
= okosaseru
= Menyuruh membangunkan
Iku + nai
= ikanai
= Tidak pergi
Renyoukei (
) = Mengikuti bentuk perubahan
Contoh =
-
Iku + masu
= ikimasu
= Pergi
Iku + tai
= ikitai
= Ingin pergi
Iku + tagaru
= ikitagaru
= Ingin pergi
Shuushikei (
) = Mengikuti bentuk akhir
20
Universitas Sumatera Utara
Contoh =
Iku + souda
= ikusouda
= Katanya pergi
Furu + mai
= furumai
= Tidak turun
2. Yang mengikuti kata benda
Contoh : rashii-otoko rashii
: seperti laki-laki
Da-hitoda
: adalah orang
Desu-watashidesu
: adalah saya
b. Perubahan Jodoushi
1. Shieki (
) = Perintah
Contoh =
Yomu
2. Ukemi (
+ seru
= yomaseru
= Menyuruh membaca
= yomareta
= Sudah dibaca
= yomeru
= Dapat membaca
) = Bentuk pasif
Contoh =
Yomu
3. Kanou (
+ rareru
) = Dapat
Contoh =
Yomu
4. Jihatsu (
+ rareru
) = Pendapat sendiri ( spontanity)
Contoh =
Kangaeru
+ rareru
= kangaerareru = Terpikirkan
21
Universitas Sumatera Utara
5. Sonkei (
) = Bentuk hormat
Contoh =
Sensei ga omou + reru
= sensei ga omowareru = Menurut
guru
6. Uchikeshi (
) = Sankalan
Contoh =
Iku
7. Teinei (
+ nai
= ikanai
= Tidak pergi
= ikimasu
= Pergi
= koyo
= Akan datang
= tabeta
= Telah makan
) = Sopan
Contoh =
Iku
8. Suiryou (
+ masu
) = Niat
Contoh =
kuru
+ yo
9. Kako (
) = Lampau
Contoh =
Taberu
10. Kibou (
+ ta
) = Keinginan, harapan
Contoh =
Iku
+ tai
= ikitai
= Ingin pergi
22
Universitas Sumatera Utara
11. Handan (
) = Pernyataan
Contoh =
Otoko
+ desu
12. Tatoe (
= otokodesu
= Adalah laki-laki
) = Pemisalan
Contoh =
Uma no
+ youda
13. Denbun (
= uma no youda
= Seperti kuda
) = kedengarannya, katanya
Contoh =
Furu
+ souda
= furu souda
= Katanya
= furi souda
= kelihatannya
turun
14. Youtai (
) = Kelihatan
Contoh =
Furu
+ souda
turun
2.2 Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu dan Youdesu”
2.2.1 Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu” :
Soudesu
mempunyai
sepertinya/kelihantannya.
fungsi
untuk
menyatakan
ungkapan
Yang bermakna menurut Surinetwork dalam buku
Minna No Nihingo II TerjemahanBahasa Indonesia (2010:144),ungkapan
“kelihatan/sepertinya” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu keadaan atau
23
Universitas Sumatera Utara
perkiraan yang berasal dari informasi visual dan digunakan pada waktu pembicara
mempekirakan suatu gejala berdasarkan pada apa yang dilihatnya. Dan dilengkapi
lagi oleh Buneidou
dalam buku Kuwashii Koku Bunpo
(1981 :140):
Souda
____
:
(imi____ youtai,denbun)
= ( kelihatannya/kondisi/keadaan , kabar angin)
(souda ni ha tsugi no
futatsu no imi youhou ga aru)
= (untuk souda ada 2 buah petunjuk arti)
1.
(youtai souiu yousudato
iu imi dearu)
= (youtai adalah arti yang disebut aspek/situasi/pandangan seperti itu
( rei )
=(contoh)
1.
( ame ga furu)
= (hujan turun )
2.
( ame ga furi souda)
= ( kelihatannya hujan turun )
24
Universitas Sumatera Utara
2.
( denbun tanin kara
kiitatoiu imi dearu)
= (denbun adalah arti yang yang disebut mendengarkan keadaan dari
orang lain).
( rei )
(contoh)
1.
( ame ga furu)
= (hujan turun )
2.
( ame ga furu souda)
= (Kedengarannya hujan turun )
2.2.2
Fungsi Dan Makna Jodoushi “Youdesu” :
Youdesu
mempunyai
fungsi
untuk
menyatakan
kata
sepertinya/kelihantannya. Yang bermakna menurut Surinetwork dalam buku
Minna No Nihingo II TerjemahanBahasa Indonesia (2010:145) ungkapan
“kelihatan/sepertinya” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu keadaan apabila
pembicara bermaksud menyatakan suatu perkiraanatau ilustrasi subjektif
berdasarkan fungsi informasi yang ia terima melalui seluruh panca indranya. Dan
dilengkapi lagi oleh Buneidou
dalam buku Kuwashii Koku Bunpo
(1981 :140):
25
Universitas Sumatera Utara
Youda
:
_____
(imi____tatoe, youtai,
reishi)
= (pemisalan, anggapan/perkiraan, ilustrasi)
(youda ni ha tsugi no
mitsu no imi youhou ga aru)
= (untuk youda ada 3 buah petunjuk arti)
1.
(tatoe (marude……noyouda) to nikayoutta monogoto
wo tatoeteiu imi woarawasu)
=( pemisalan [ seolah-olah…..sepertinya] dan menunjukkan arti yang disebut
pemisalan hal-hal yang ditiru)
( rei )
( kono shirosa ha, yuki
no youda)
(contoh)
= (Putihnya ini, seolah-olah seperti salju )
2.
(youtei futashika dehaaruga, nanraka no konkyo ni mototsuite
oshihakaru imi wo arawasu)
26
Universitas Sumatera Utara
=( anggapan/ perkiraan yang tidak tentu tetapi, menunjukan artimenyimpulkan
maksud bersarkan pokok/dasarnya).
( rei )
( nanto ittanoka, karenimo wakaranai youda)
(contoh)
= ( apa yang dikatakanya, dia pun sepertinya tidak mengerti
3.
( reishi wo ageteiu imi dearu)
= (adalah arti yang memberikan ilustrasi)
(rei)
( kare no youni shoujiki hito ha
sukunai)
Contoh
= (orang yang jujur seperti dia sedikit)
2.3 Studi Semantik
2.3.1
Definisi Semantik
Dalam bidang ilmu linguistik ada beberapa macam bagian-bagian yang
terkait menurut Koizumi dalam Novita Amrah Kihon Doushi Yohoo Jiten
(2016:27) antara lain fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan
semantik itu sendiri memiliki definisi yang universal mengenai pemaknaan dan
disini penulis menggunakan teori definisi semantik dari menyatakan bahwa
semantik (imiron) adalah makna dari sebuah kata. Sedangkan menurut Sutedi
dalam Novita Amrah (2016:27) adalah salah satu cabang linguistik (gengogaku)
yang mengkaji tentang makna. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah
27
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan untuk bidang liungistik yang mempelajari hubungan makna atau
arti dalam bahasa.
Objek kajian semantik menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:27)
antara lain makna kata (go no imi/
), relasi makna antara satu kata dengan
kata lainnya ( go no imi kankei/
(ku no imi
), makna frase dalam suatu idiom
) dan makna kalimat (bun no imi
).
1. Makna Kata Satu Persatu ( Go No Imi Kankei/
)
Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena
komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang,
baru akan berjalan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam
komunikasi tersebut, makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh
lawan bicaranya.
Dalam bahasa Jepang banyak sinonim (ruigigo) dan sangat sulit untuk bisa
dipadankan kedalam bahasa Indonesia yang membahasa secara rinci dan jelas
tentang persamaan dan perbedaaan dari setiap sinonim tersebut.
2. Relaksi Makna Antara Satu Kata Dengan Kata Lainnya ( Go No Imi Kankei/
)
Relaksi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satu bahasa
yang satu dengan satuan bahasa lainnya ( Chaer dalam Novita Amrah, 2016:27).
28
Universitas Sumatera Utara
Hubungan kemaknaan atau relasi semantik ini menyangkut hal kesamaan makna
yaitu:
a. Kesamaan makna (sinonim) adalah hubungan semantik yang menyatakan
adanya kesamaan makna antara satuan ujuran dengan satuan ujaran lainnya
misalnya pada verba „hanasu‟, „iu‟, „shaberu‟.
b. kebalikan makna (antonim) adalah hubungan semantik antara dua buah
ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan atau kontras antara satu
dengan yang lainnya. Misalnya kata „takai‟, „hikui‟.
c.
kegandaan makna (polisemi) adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata,
bisa juga frase) yang memilki makna lebih dari satu.
d. Ambiguitas (ketaksanaan) diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Misalnya frase „majalah gaya hidup baru‟ dapat ditafsirkan
sebagai (1) „majalah gaya hidup baru terbit‟ atau (2) „majalah yang memuat
gaya hidup baru‟.
e. ketercakupan makna (hiponim)adalah hubungan
f.
kelainan makna (homonim) adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang
bentuknya kebetulan sama, maknanya berbeda, karna masing-masing
merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan Misalnya pada kata „bisa‟
yang berarti „racun‟ dan kata „bisa‟ yang berarti „sanggup, dapat‟.
g.
kelebihan makna (redudansi)diartikan sebagai „berlebih-lebihan pemakaian
unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran‟ Misalnya pada kalimat yang di
baca guru ; maknanya tidak akan berubah bila di tambah menjadi „buku
29
Universitas Sumatera Utara
yang dibaca oleh guru ; pemakain kata oleh pada kalimat kedua dianggap
redundansi.
3. Makna Frase Dalam Satu Idiom (Ku Nu Imi)
Makna frase merupakan makna yang terkandug dalam sebuah rangkaian
kata-kata yang di sebut dengan ungkapan. Contohnya dalam bahasa jepang
ungkapan (perut berdiri = marah) merupakan suatu frase. Frase dapat di pahami
hcukup dengan mengetahui makna kata di tambah dengan pemahaman tentang
struktur kalimat bahwa jadi, frase tersebut bisa di pahami secara leksikalya
tetapi untuk frase meskipun seseorang mengetahuin semua makna setiap kata
dan strukturnya, belum tentu bisa memahami makna frase tersebut, jika tidak
mengetahui makna frase secara idiomatikalnya (kanyolkuteki imi).
Lain halnya dengan frase ada dua makna, yaitu secara leksikal yaitu
mencuri kaki, dan juga secara idiomatikal yaitu berhenti berbuat jahat. Jadi,
dalam bahasa jepang ada frase yang hanya bermakna secara leksikal saja, ada
frase yang bermakna secara idiomatikal saja, dan ada juga frase yang bermakna
keduanya.
4. Makna Kalimat (Bun No Imi)
Makna kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan struktrunya. Misalnya,
pada kalimat (saya memberi kacamata pada yamada) dan kalimat (saya memberi
jam pada yamada). Jika dilihat dari sturkturnya, kalimat tersebut adalah samam,
yaitu tetapi maknanya berbeda. Oleh karena itu, makna kalimat ditentukan oleh
kata yang menjadi unsur kalimat tersebut.
30
Universitas Sumatera Utara
Lain halnya dengan kalimat terdapat dua makna yang terkandung di dalamnya,
yaitu dan yang berarti (saya bersama yamanda menunggu tanak). Dari sini bisa
diketahui bahwa dalam suatu kalimat bisa menimbulkan makna ganda yang
berbeda.
2.3.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik
Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan
bagian terpenting dalam melakukan percakapan.
Menurut KBBI dalam Novita Amrah ( 2016:30) dijelaskan makna adalah
1.Arti, 2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu
bentuk kebahasaan. Sedangkan menurut kridalaksana dalam Novita Amrah
(2016:30), Makna adalah maksud pembicara pengaruh penerapan bahasa dalam
pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau sekelompok manusia hubungan
dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan
semua hal yang ditunjukkannya cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna adalah arti
atau maksud dari suatu tindak tutur.Menurut Chaer dalam Novita amrah (2016:30)
sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang antara lain sebagai berikut;
A. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan
makna gramatikal.
31
Universitas Sumatera Utara
B. Berdasarkan ada tidaknya referred pada sebuah kata leksem dapat dibedakan
menjadi makna referensial dan makna nonreferensial.
C. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan menjadi
makna denotatif dan makna konotatif.
D. Berdasarkan Ketetapan maknanya dapat dibedakan menjadi makna umum dan
makna khusus.
E. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain dapat dibedakan menjadi makna
konseptual asosiatif idiomatik dan sebagainya berikut Pengertian makna-makna
tersebut satu persatu.
1.
Makna leksikal dan makna gramatikal
Menurut Chaerdalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah makna
yang sesuai dengan referensi makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra
atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita sedangkan
menurut Sutedi dalam dalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah
makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil
pengamatan Indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya atau bisa juga dikatakan
sebagai makna asli suatu kata.
Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut
(jishoteki imi) atau
(goiteki imi). Dalam bahasa Jepang misalnya kata
berarti kucing dan (
(neko) yang
) gakkou yang artinya sekolah makna leksikal dari kata
Kucing adalah hewan berkaki empat berkumis dan suka mencuri ikan sedangkan
32
Universitas Sumatera Utara
makna leksikal dari kata sekolah adalah bangunan tempat para siswa belajar makna
gramatikal menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:31) adalah makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.Sedangkan
menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:31) makna gramatikal yaitu makna
yang muncul akibat proses gramatikal dan dalam bahasa Jepang disebut
bunpouteki imi. Dalam bahasa Jepang
joshi artikel dan
jodoushi
kopula atau kata bantu verba tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna
gramatikal sebab baru akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat verba
dan adjektiva memiliki kedua jenis makna tersebut,misalnya pada kata
isogashii dan
taberu. Bagian gokan isogashi dan tabe memiliki makna
leksikal yaitu sibuk the makan sedangkan Gobi yaitu “i dan ru” sebagai makna
gramatikal karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya Begitu juga
dengan partikel “ni” yang secara leksikal tidak jelas maknanya akan tetapi baru
jelas maknanya ketika digunakan dalam kalimat seperti medan ni sunde iru yang
bermakna tinggal di Medan
2.
Makna referensial dan makna nonreferensial
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:32) perbedaan makna referensial
dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata
itu kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
kata itu, maka kata tersebut merupakan kata bermakna referensial.Namun jika
kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata tersebut merupakan kata
33
Universitas Sumatera Utara
bermakna nonreferensial.Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna
referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga yang disebut „meja‟ dan „kursi‟.Sebaliknya kata karena dan tetapi tidak
mempunyai referen, jadi kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata
yang bermakna nonreferensial.
3.
Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Menurut chaer dalam Novita amrah (2016:32 ) menyebutkan pengertian
makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial,
sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan
atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasiinformasi
faktual
objektif,
dan
sering
disebut
dengan
istilah
„makna
sebenarnya‟.Sedangkan menurut sutedi dalam Novita amrah (2016:33), makna
denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa seperti suatu
objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan dunia luar bahasa seperti suatu
objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna
denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan
‟gaien
„meijiteki imi
atau
sedangkan makna konotatif menurut chaer dalam Novita amrah
(2016:33) adalah makna tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa baik, positif
maupun negatif.
Selanjutnya menurut sutedi dalam Novita amrah (2016:33) makna konotatif
34
Universitas Sumatera Utara
„anjiteki imi
disebut
, yaitu makna yang ditimbulkan karena
perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. Misalnya pada kata
„chichi‟
dan
„oyaji‟
kedua-duanya memiliki makna denotatif yang
sama, yaitu „ayah‟ akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda kata ‘chichi‟
terkesan lebih formal dan lebih halus Sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat
dan akrab. Contoh lainnya adalah kata
„benjo‟
„keshoushitsu‟
dan
kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil,
tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. „Keshoushitsu‟terkesan bersih sedangkan,
„benjo‟terkesan kotor dan bau.
4.
Makna Umum dan Makna Khusus
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:33) mengemukakan bahwa kata
dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas,
Sedangkan kata dengan makna khusus mempunyai pengertian dan pemakaian yang
lebih terbatas. Misalnya dalam deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan
kolosal. Katabesar adalah kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih
luas dibandingkan dengan kata yang lainnya.Kita dapat mengganti kata
agung,akbar, raya, dan kolosal dengan kata besar secara bebas.Frase „Tuhan Yang
Maha Agung‟ dapat diganti dengan „Tuhan Yang Maha Besar‟;frase rapat „Akbar‟
dapat diganti dengan „rapat besar‟; frase„hari raya‟ dapat diganti dengan ‘hari
besar’ ; dan frase‘film kolosal’ dapat diganti dengan „film besar‟.Sebaliknya, frase
35
Universitas Sumatera Utara
„rumah besar‟ tidak dapat diganti dengan ‘rumah Agung’ ‘rumahraya’ ataupun
‘rumah kolosal’.
5.
Makna Konseptual,Asosiatif, dan Idiomatik
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:34) makna konseptual adalah
makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referensinya dan
makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna leksikal
referensial dan makna denotatif selanjutnya makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan
di luar bahasa misalnya kata melati berasosiasi dengan makna Suci atau kesucian
kata merah berasosiasi dengan makna berani kata cenderawasih berasosiasi dengan
makna indah sedangkan makna idiomatik menurut Chaer dalam Novita amrah
(2016:34) adalah makna sebuah satuan bahasa kata frase atau kalimat yang
menyimpang
dari
makna
leksikal
atau
makna
gramatikal
unsur-unsur
pembentuknya contohnya adalah pada frase membanting tulang dan meja hijau
membanting tulang adalah sebuah leksem dengan makna bekerja keras dan meja
hijau adalah sebuah leksem dengan makna pengadilan
2.3.3Perubahan Makna Dalam Semantik
Perubahan makna suatu kata dapat terjadi karena sebagai faktor, antara lain
perkembangan peradaban manusia pemakaian bangsa tersebut, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, atau pengaruh bahasa asing.Berikut akan dijelaskan
36
Universitas Sumatera Utara
beberapa jenis perubahan makna dalam bahasa Jepang, menurut Sutedidalam
Novita Amra (2016:34);
a.
Dari yang konkret kata abstrak
kata
„atama‟
kepala,
„ude‟
lengan, serta
„michi‟
jalan
yang merupakan benda konkrit, berubah menjadi abstrak ketika digunakan seperti
berikut ini
atama ga ii
kepandaian
ude ga agaru
kemampuan
nihongo kyoushi e no michi cara petunjuk
b.
Dari ruang ke waktu
kata (
mae) depan dan
(
nagai) panjang yang menyatakan arti ruang,
berubah menjadi waktu seperti pada contoh berikut.
sannen mae
nagai jikan
c.
3 tahun yang lalu
lama
Perubahan penggunaan Indera
kata
ookii
(besar) semua diamati dengan indra penglihatan
(mata) berubah ke indra pendengaran (telinga) seperti pada
ookii
37
Universitas Sumatera Utara
koe
(suara keras). Kemudian pada kata
amai
perasa menjadi karakter seperti dalam
d.
amai ko
(manis) dari indra
(anak manja)
Dari yang khusus ke umum /generalisasi
kata
kimono
yang semula berarti Pakaian tradisional Jepang,
digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum
fuku
dan
sebagainya.
e.
Dari yang umum ke khusus/ spesialisasi
Kata
hana
(bunga secara umum) dan
tamago
(telur secara
umum) digunakan untuk menunjukkan hal yang lebih khusus seperti dalam
penggunaan berikut.
hana-mi
bunga sakura
tamago o taberu telur ayam
f.
Perubahan nilai positif
contoh dari kata yang mengalami perubahan nilai positif salah satunya adalah
kata
boku
(saya) yang dulu digunakan untuk Budak atau pelayan, tetapi
sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan
adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi baik.
g.
Perubahan nilai negatif
contoh dari kata yang mengalami perubahan nilai negatif salah satunya
38
Universitas Sumatera Utara
adalah kata
menunjukkan kata
kisama
(kamu) yang dulu sering digunakan untuk
anata
(anda), tetapi sekarang digunakan hanya
kepada orang yang dianggap pernah saja hal ini menunjukkan adanya perubahan
nilai dari yang baik menjadi kurang baik.
2.3.4 Manfaat Mempelajari Semantik
Manfaat yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari
bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer, dalam Novita
Amrah, 2016:36) bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka mungkin
akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai Semantik.
Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan
kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat
umum.
Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, pengetahuan
semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk dapat menganalisis kata atau
bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan bagi seseorang guru atau
calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis, karena
sebagai seorang guru bahasa haruslah mengerti dengan sungguh-sungguh tentang
bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh dari
mempelajari teori semantik adalah pemahaman yang lebih mendalam mengenai
39
Universitas Sumatera Utara
makna dari suatu kata yang makna katanya berdekatan atau memiliki kemiripan
arti.
2.3.5 Kesinoniman
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang,
seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi antara sebuah kata
dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna
menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2016:37)adalah hubungan semantik yang
terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya Satuan
bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat
menyatakan kesamaan makna (sinonim), pertentangan makna (antonim),
ketercukupan makna (hiponim), kegandaan makna (Polisemi dan ambiguitas), dan
kelebihan makna (redudansi).
Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan
satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut
memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk kedalam sinonim. Sinonim
menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2006:37)adalah hubungan semantik yang
menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan
ujaran lainnya. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis
sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang maknanya akan sama persis
100%. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaan meskipun
kecil, ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor, waktu,
faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang
40
Universitas Sumatera Utara
kegiatan, dan faktor nuansa makna.
Dalam bahasa Jepang sinonim dikenal dengan istilah
ruigigo
menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:38) perbedaan dari dua kata atau lebih
yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman
dapat ditemukan
dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut
misalnya dalam skripsi ini membandingkan persamaan kata “soudesu dan
youdesu” yang keduanya mempunyai arti tetapi penggunaan kedua kata itu
mempunyai makna yang berbeda apabila kita melihat dari segi kontekstualnya.
Contoh kalimat dari buku Minna no Nihongo II pel: 43) :
1.
(Mira san wa isogashisoudesu)
= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.
2.
(Mira san wa isogashiiyoudesu)
= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.
Kata “soudesu dan youdesu” pada kalimat diatas keduanya bisa digunakan dalam
kalimat yang sama dan juga sama-sama memiliki arti “sepertinya”.Tetapi kalau
dilihat lebih jelas apa penggunaan kata soudesu dan apa penggunaan kata youdesu
maka kita bisa milihat bagaimana situasi yang terjadi. Maka dari itu penulis perlu
menggunakan konsep sinonim dalam menyelesaikan skripsi ini.
41
Universitas Sumatera Utara