TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL Makal

TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL

Makalah
Bisnis Internasional

Dosen Pengampu:
Friztina Anisa, S.E., MBA.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Dhwan Fasya N.H
Ayuk Puji R.
Novia Nur A.
Denia Larasati
Ulfa Chanifah
Tri Mugiarti
Arif Zulfikar

15.0102.0014
15.0102.0040
15.0102.0043

15.0102.0051
15.0102.0060
15.0102.0065
15.0102.0068

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun
perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap
kepentingan ekonomi, social dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan.
Perdagangan internasional terjadi karena setiap negara memiliki kelebihan dan keterbatasan
untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan, sehingga mendorong setiap negara
untuk melakukan aktivitas bisnis dengan negara lain.

Para manajer bisnis harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai teori ekonomi
agar dapat

memahami strategi pembangunan ekonomi suatu negara untuk melakukan

perdagangan internasional, yang sangat bergantung pada kepercayaan dan pendidikan para
perencana ekonomi pemerintah. Dengan mengikuti secara cermat tindakan dan pidato para
pemimpin pemerintahan, manajer sering kali dapat menemukan teori-teori ekonomi yang
mendasari tindakan dan pidato itu. Jika mereka mengetahui teori-teori yang mendasari, maka
mereka dapat mengantisipasi perubahan-perubahan dalam strategi pemerintah dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk keuntungan mereka.

BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
1. Merkantilisme
Merkantilisme, falsafah ekonomi yang diserang Smith, menganut pendirian
bahwa adalah penting bagi kesejahteraan sebuah negara untuk mengakumulasi
persediaan logam-logam berharga. Hal ini, dalam pandangan penganut merkantilisme

merupakan satu-satunya sumber kesejahteraan. Karena Inggris tidak memiliki
pertambangan, para merkantilis cenderung ke perdagangan intenasional untuk
memasok emas dan perak. Meskipun era kaum merkantilis berakhir pada tahun 1700an, argumen-argumennya masih tetap hidup. Sebuah neraca perdagangan yang
“memuaskan” masih berarti negara mengekspor lebih banyak barang dan jasa
daripada yang diimpornya. Dalam akunting neraca pembayaran, ekspor yang
membawa dolar ke negara ini disebut positif, tetapi impor yang menyebabkan dolar
mengalir ke luar diberi nama negatif. Di Amerika Serikat, banyak oang bisnis percaya
bahwa Jepang, karena proteksionismenya, tetap merupakan pasar yang sebagian besar
hampir tidak dapat ditembus “benteng merkantilisme di zaman ini”.
2. Teori Keunggulan Absolut
Adam

Smith

menyatakan

bahwa

kekuatan-kekuatan


pasar,

bukan

pengendalian pemerintah, yang seharusnya menentukan arah, volume dan komposisi
perdagangan internasional. Dia beralasan bahwa dalam perdagangan yang bebas dan
tidak diregulasi, masing-masing negara akan mengkhususkan diri dalam memproduksi
barang-barang yang dapat diproduksinya dengan lebih efisien (memiliki suatu
keunggulan absolut, baik alamiah maupun yang diperoleh).
3. Teori Keunggulan Komparatif
Pada tahun 1817 Ricardo memperlihatkan bahwa meskipun sebuah bangsa
memegang keunggulan absolut dalam produksi dua barang, kedua negara masih dapat
berdagang dengan keunggulan bagi masing-masing sepanjang bangsa yang kurang
efisien, tingkat kekurang-efisiensinya tidak sama dalam memproduksi kedua barang
tersebut.
Batas Kemungkinan Produksi
Ini adalah versi yang lebih modern dari contoh-contoh Ricardo dan Smith,
yang menggunakan hanya masukan tenaga kerja. Mereka melakukannya karena pada

saat itu hanya tenaga kerja yang dianggap penting dalam memperhitungkan biaya

produksi. Juga, tidak ada pertimbangan yang diberikan bagi kemungkinan
memproduksi barang-barang yang sama dengan kombinasi faktor-faktor yang
berbeda, dan tidak ada penjelasan yang diberikan tentang mengapa biaya produksi
berbeda.
Barulah pada tahun 1933, Ohlin seorang ahli ekonomi Swedia, melanjutkan
pekerjaan yang dimulai oleh ahli ekonomi Hecksher, mengembangkan teori perolehan
faktor (factor endowment). Teori dari Hecksher-Ohlin bahwa negara-negara
mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka
yang berlimpah, dan mengimpor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar
faktor produksi mereka yang langka.
4. Teori Faktor Endowment Heckscher-Ohlin
Teori Heckscher-Ohlin menyataka bahwa perbedaan-perbedaan internasional
dan interegional dalam biaya produksi timbul karena perbedaan dalam pasokan faktorfaktor produksi. Barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor melimpah
jadi lebih murah akan memperendah biaya produksi, sehingga memungkinkan untuk
dijual lebih murah dipasar-pasar internasioanl. Ada asumsi bahwa harga dari faktorfaktor bergantung hanya pada faktor pendukung an ternyata asumsi tersebut tidak
benar. Harga-harga faktor tidak ditetapkan dalam pasar sempurna. Upah miunum dan
manfaat kerja yang diatur memaksa biaya tenaga kerja meningkatkan sampai pada
titik yang lebih tinggi daripada nilai produk yang dapat diproduksi oleh banyak tenaga
kerja. Kredit pajak investasi mengurangi biaya modal dibawah biaya pasar. Akibatnya
harga-harga faktor tidak sepenuhnya mencerminkan pasokan faktor.

Ohlin juga mengasumsiakan bahwa suatu teknologi tertentu tersedia secara
universal, tetapi tidaklah demikian. Selalau terdapat ketertinggalan antara pengenalan
metode produksi baru dan aplikasinya diseluruh dunia. Akibatnya teknologi unggul
seringkali memungkinkan sebuah negara untuk memproduksi barang-barang dengan
biaya yang lebih rendah dari pada di negar yang memiliki lebih baik faktor produksi
yang lebih rendah.
a. Paradoks Leontief
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1935 oleh ahli ekonomi Wassily
Leotief mempersoalkan manfaat teori

Heckscher-Ohlinsebgai peramal arah

perdagangan. Studi ini yang dikenal dengan Leontief Paradoks, menemukan
bahwa Amerika Serikat salah satu dari negara-negara yang paling padat modal di

dunia, mengekspor produk-produk yang padat tenaga kerja. Para ahli ekonomi
berspekulasi bahwa hal ini timbul karena Amerika Serikat mengekspor produkproduk padat teknologi yang diproduksi oleh tenga kerja yang sangat trampil yang
memerlukan investasi modal besar untuk mendidik dan melatih serta mengimpor
barang-barang yang dibuat dengan teknologi dewasa yang terdidik. Sebuah studi
yang yang dilakukan oleh ahli ekonomi Harvard Sachs dan Shatz tahun 1994

ternyata memperlihatkan bahwa Amerika Serikat telah meningkatkan ekspor
barang-barang intensif tenaga kerja yang terdidik ke negara-negara berkembang,
sementara mengurangi produksi barang-barangnya yang tidak memerlukan tenaga
kerja terdidik.
b. Perbedaan Selera
Hal ini bisa terjadi karena adanya sisi permintaan yang selalu sulit untuk
berhubungan dengan teori ekonomi dan yang begitu jauh telah diabaikanperbedaan-perbedaan

dalam

rasa/selera.

Orang-orang bisnis

tidak

dapat

mengabaikan perbedaan ini, yang memungkinkan perdagangan mengalir dalam
arah yang sama sekali berlawanan dengan yang diramalkan oleh teori keunggulan

komparatif dari negara-negara biaya tinggi sampai rendah. Prancis menjual kepada
Amerika Serikat anggur, komestik, pakaian, dan bahkan air minum yang
semuanya diproduksi disini dan pada umumnya dijual dengan harga yang lebih
rendah. Jerman dan Italia mengirim Porche dan maserati ke salah satu produsen
mobil terbesar didunia. Amerika Serikat membeli barang-barang ini tidak hanya
atas dasar harga yaitu variabel independen yang diterapkan yang sudah diterapkan.
5. Memperkenalkan Uang
Misalkan jumlah biaya tanah, tenaga kerja dan modal kerja untuk
memproduksi keluaran harian dari beras dan mobil dalam contoh mengenai
keunggulan absolut adalah $10.000 di Amerika Serikat dan 2,5 juta yen di Jepang.
Biaya per unit adalah sebagai berikut:
Harga per Unit
Komoditas
Ton beras
Mobil

Amerika Serikat
$
$


.
.

=$ .
=$ .

/ton
/ton

Jepang
$ , juta yen

= $ , juta yen/ton

$ , juta yen

=$ ,

/mobil


juta yen

Untuk menentukan apakah terdapat lebih banyak keuntungan untuk membeli
secara lokal atau mengimpor, para pedagang perlu mengetahui harga mata uangnya
sendiri.
a. Kurs
Kurs adalah harga sebuah mata uang yang dinyatakan dalam nilai mata
uang lainnya. Apabila kurs yang berlaku adalah $1= 20 yen, maka 1 yen haruslah
bernilai 0,004 dolar.* Menggunakan kurs 1$= 250 yen maka harga-harga dalam
contoh tersebut kepada pedagang Amerika Serikat sebagai berikut:
Harga per Unit
Komoditas

Amerika Serikat
$ .

Ton beras

$


.

Mobil

Jepang

.

.

Para produsen beras Amerika dapat memperoleh $6.670 lebih banyak
dengan mengekspor beras ke Jepang daripada yang dapat mereka jual secara lokal.
Harga per Unit
Komoditas
Ton beras

Amerika Serikat
0,83 juta yen

Mobil

1,25 juta yen

Jepang
$ ,
,

Dalam pembuatan mobil Jepang akan mengekspor mobil ke Amerika
Serikat karena mereka dapat memperoleh keuntungan sebesar o,625 juta yen.
Namun, para pabrikan mobil Amerika akan memerlukan beberapa argumentasi
penjualan yang sangat kuat untuk menjual di Amerika Serikat apabila mereka
harys mengatasi perbedaan harga $2.500.
b. Pengaruh Kurs
Beras ke Jepang dan mobil ke Amerika Serikat akan merupakan arah
perdaganagn sepanjang kurs tetap dalam kisaran sekitar $1= 25 yen. Tetapi jika
dolar menguat menjadi $1= 750 yen, maka beras Amerika akan sama harganya
dalam yen dengan beras Jepang dan impor akan berhenti. Di pihak lain,
seandainya dolar melemah menjadi $1= 125 yen, maka mobil Jepang akan
berharga $5.000 bagi para pedagang Amerika dan mereka akan memiliki alasan
yang lemah untuk mengimpor.

Sebenarnya apabila dolar mencapai 100 yen pada tahun 1993, penjualan
mobil-mobil Jepang menurun karena para pabrikan dipaksa meningkatkan secara
tajam harga dolar dari ekspor mereka ke Ameriak Serikat agar dapat
mempertahankan laba mereka dalam bentuk yen. Karena mobil-mobil mereka
yang diproduksi di Amerika Serikat mengandung begitu banyak suku cadang dari
Jepang,

merekaharus

meningkatkan

juga

harga

tersebut.

Para

analis

menggambarkan pada tahun 1993 mobil-mobil jepang berharga $2.500 lebih besar
dari mobil Amerika. Cara lain bagi sebuah negara untuk dapat menghindari
kehilangan pasar dan memperoleh kembali daya saingnya dipasar-pasar dunia
adalah melalui devaluasi mata uang asing (menurunkan harganya terhadap mata
uang lain).
6. Daur Hidup Produk Internasional
Konsep yang berhubungan dengan daur hidup produk ini berkaitan dengan
peranan inovasi dalam pola perdagangan. Daur hidup produk internasional merupakan
sebuah teori yang menjelaskan mengapa suatu produk yang mula-mula sebagai ekspor
sebuah negara akhirnya menjadi impor. Empat tahap yang dilalui sebuah produk baru
sebagai berikut :
a) Ekspor AS. Karena Amerika Serikat memiliki penduduk yang konsumennya
berpenghasilan tinggi terbesar didunia, pesaingnya untuk memperoleh dukungan
mereka sangat intensif. Karenanya pabrikan didorong untuk untuk secara terus
menerusmencari yang lebih baik guna memuaskan kebutuhan konsumennya. Untuk
menyediaakan produk-produk baru, perusahaan mempertahankan keberadaan
laboratorium ppenelitian dan pengembangan yang besar, yang harus secara tetap
melakukan kontak pengembanga produk. Bahwa para pemasokbahan-bahan yang
mereka perlukan untuk memberikan fasilitas untuk kontak tersebut.
b) Produksi luar negeri dimulai. Para konsumen luar negeri, utamanya di negaranegara maju memiliki kebutuhan kemampuan untuk memebeli produk yang sama.
Volume ekspor tumbuh dan menjadi cukup besar untuk mendukung produksi lokal.
Apabila inovatornya adalah perusahaan multinasional, maka ia akan mengirim ke
anak-anak perusahaannya informasi mengenai produk baru dengan penjelasan yang
engkap tentang bagaimana memproduksinya. Jika tidak ada afiliasi, para pelaku
bisnis di luar negeri ketika mngetahui produk itu, akan memperoleh lisensi untuk
memproduksinya. Maka dimulailah produksi luar negeri. Perusahaan Amerika

masih harus mengekspor ke pasr-pasar dimana tidak terdapat produksi, tetapi
pertumbuhan ekspornya akan berkurang.
c) Persaingan luar negeri dalam pasar ekspor . Kemudian, begitu pabrikan luar
negeri mulai memperoleh pengalaman dalam pemasaran dan produksi, biaya-biaya
mereka akan turun. Mereka bahkan mungkin mampu menjual lebih murah daripasa
produsen Amerika apabila mereka menikmati keunggulan biaya tenaga kerja dan
bahan baku. Pada tahap ini, perusahaan-perusahaan asing bersaing dipasar-pasar
ekspor dan akibatnya penjualan ekspor Amerika akan terus merosot.
d) Persaingan

impor

di

Amerika

Serikat.

Apabila

penjualan

dan

ekspor

memungkinkan para produsen luar negeri memperoleh skala ekonomi yang
dinikmati oleh perusahaan Amerika, mereka dapat mencapai suatu titik dimana
mereka dapat bersaing dalam kualitas dan menjual lebih murah daripada
perusahaan Amerika di pasar Amerika. Sejak itu pasar Amerika akan dilayani
hanya oleh impor.
Para penulis konsep IPLC juga menyatakan bahwa siklus ini dapat berulang
ketika negara-negara berkembang dengan biaya yang masih rendah memperoleh
teknologi dan memperlukan keunggulan biaya atas negara-negara yang lebih maju
industrinya.
7. Beberapa Penjelasan yang lebih Baru untuk Arah Perdagangan
a. Skala Ekonomi dan Kurva Pengalaman
Pada tahun 1920an para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta
bahwa kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari skala ekonomi yaitu
dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya produksi per
unit menurun. Skala ekonomi dan kurva pengalaman mempengaruhi perdagangan
internasional karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi
produsen biaya rendah tanpa memiliki faktor-faktor produksi yang berlimpah.
b. Teori Penggerak Pertama (First Movers Theory)
Sebagian ahli teori manajemen menyatakan bahwa perusahaan yang
pertama menerobos pasar (penggerak pertama) akan segera mendominasinya.
Sebagian hasil dari bagian pasar yang besar akan memungkinkan mereka
memperoleh manfaat skala ekonomi yang disebutkan pada bagian sebelumnya.
c. Teori Linear mengenai Permintaan yang Tumpang Tindih
Teori orientasi permintaan menyatakan bahwa selera konsumen sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan karenannya tingkat pendapatan pe kapita

suatu bangsa menentukan jenis barang-barang yang akan diminta. Teori Linder
mengambil kesimpulan bahwa perdagangan internasional dalam barang-barang
manufaktur akan menjadi lebih besar antara negara-negara yang tidak sama
tingkat pendapatan per kapitanya.
Keunggulan Kompetitif Bangsa-bangsa dari Poter
Teori Porter menyatakanbahwa empat jenis variabel akan mempunyai
dampak atas kemampuan perusahaan-perusahaan lokal di suatu negara untuk
menggunaka sumber-sumber negara itu guna memperoleh keunggulan komparatif.
a) Kondisi-kondisi permintaan-sifat dasar dari permintaan domestik. Apabila
para pelanggan sebuah perusahaan mempunyai permintaan, perusahaan akan
berusaha memproduksi produk-produk yang berkualitas tinggi dan inovatif
dan dalam melakukan hal itu akan memperoleh keunggulan kompetitif atas
perusahaan yang berada ditempat dimana tekanan domestik lebih kecil.
b) Kondisi-kondisi

faktor-level

dan

komposisi

faktor

produksi.

Porter

membedakan antara faktor-faktor dasar (teori Hecksher Ohlin) dan faktorfaktor lanjutan (infra struktur sebuah negara).
c) Industri-industri terkait dan pendukung–para pemasok dan jasa dukungan
industri. Selama berpuluh puluh tahun perusahaan dalam sebuah industri
dengan para penyediaannya, penyedia bagi penyedia dan seterusnya cenderung
membentuk sebuah kelompok dilokasi tertentu sering kali tanpa alasan yang
jelas.
d) Strategi,

struktur

dan

persaingan

perusahaan

perluasan

persaingan

domestik,adanya hambatan-hambatan untuk masuk, serta organisasi dan gaya
manajemen perusahaan.
8. Ringkasan Teori Perdagangan Internasional
Perbedaan-perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang
diakibatkan oleh :
a) Perbedaan-perbedaan dalam perolehan atas faktor produksi
b) Perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor yang
digunakan
c) Perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor ini
d) Kurs valuta asing

Pada umumnya, hambatan-hambatan perdagangan yang memberhentikan
mengalirnya barang-barang dengan bebas akan membahayakan kesejahteraan suatu
bangsa.
B. RESTRIKSI PERDAGANGAN
1. Pertahanan Nasional
Industri tertentu memerlukan proteksi dan impor karena vital bagipertahanan
nasional dan harus diberlakukan meskipun terdapat kerugian secara komparatif
berkenan dengan para pesaing luar negeri. Apabila persaingan dari perusahaan asing
mendorong perusahaan menghentikan usahnya dan membiarkan negara ini bergantung
padaimpor, impor itu mungkin tidak tersedia dimasa perang.
2. Melindungi Industri yang Baru Tumbuh (Infant Industry)
Para pendukung proteksi atas industri yang baru tumbuh bisa menyatakan
bahwa dalam jangka panjang industri itu akan memiliki keunggulan komparatif, tetapi
perusahaan itu memerlukan proteksi terhadap impor sampai angkatan kerja telah
terlatih teknik-teknik produksi dikuasai dan mereka mencapai skala ekonomi.
3. Melindungi Tenaga Kerja Domestik dari Tenaga Asing yang Murah
Para proteksionis yang menggunakanalasan ini akan membandingkan tingkat
upah per jam tenaga asing yang lebih murah dengan yang meeka bayar di AS dan
menyimpulkan bahwa para eksportir dari negara-negara ini dapat memasok Amerika
Serikat dengan barang-barang murah dan menyebabkan orang amerika kehilangan
pekerjaan.
4. Tarif Ilmiah atau Persaingan yang Adil
Para pendukung argumen ini hanya menginginkan bea masuk yang
meningkatkan biaya barang impor sama dengan biaya barang yang diproduksi di
dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi setiap keunggulan yang dimiliki
oleh pesaing asing sehingga mengalahkan barang produksi dalam negeri. Peningkatan
biaya tersebut kemudian akan mendorong perdagangan menuju persaingan yang adil.
5. Tindakan Balasan
Perwakilan industri yang kegiatan ekspornya mendapat hambatan impor di
sebuah negara meminta kepada pemerintah mereka untuk melakukan hambatan impor
yang sama. Permasalahan sengketa semacam ini ditindak lanjut oleh Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Tindaan balasan yang biasa dilakukan oleh beberapa
negara adalah dumping dan subsidi.

a. Dumping
Dumping merupakan penjualan produk ke luar negeri dengan harga kurang
dari biaya produksi, harga di pasar dalam negeri, atau harga untuk negara ketiga.
Motif industri asing melakukan hal ini dengan harapan dapat menjual kelebihan
produksi tanpa mengganggu harga di pasar domestiknya atau untuk menurunkan
harga ekspor tersebut untuk memaksa semua produksen domestik di negara
pengimpor menghentikan bisnisnya. Eksportir berharap terjadi kenaikan harga
setelah tujuan itu tercapai (predatory dumping). Jika praktek dumping terjadi di
Amerika Serikat, maka perusahaan lokal dapat meminta Office of Investigation
(Kantor Investigasi di Departemen Perdagangan) untuk melakukan penyelidikan.
Jika Depdag menemukan bukti suatu produk telah didumping, maka kasus ini
diteruskan ke Komisi Perdagangan Internasional untuk menentukan apakah impor
tersebut merugikan produksen Amerika Serikat. Jika hal itu terbukti, maka bea
cukai AS berhak membebankan bea masuk anti dumping. Tindakan anti dumping
ini hanya berlaku dibeberapa negara tertentu saja. Beberapa negara yang pernah
menerapkan anti dumping adalah antara Uni Soviet dan China. Di Indonesia,
pengenaan bea masuk anti dumping paling tinggi adalah sama dengan marjin
dumping. Marjin dumping adalah selisih antara nilai normal sengan harga ekspor
dari barang dumping. Kegiatan dumping dapat digolongkan menjadi:
1) Dumping sosial, persaingan tidak adil oleh berbagai perusahaan negara
berembang yang telah menurunkan biaya tenaga kerja dan memperburuk
kondisi kerja.
2) Dumping lingkungan, persaingan tidak adil yang disebabkan karena belum
adanya standar lingungan suatu negara.
3) Dumping jasa keuangan, persaingan tidak adil karena rendahnya rasio modal
bank/aset yang disyaratkan oleh suatu negara.
4) Dumping budaya, persaingan tidak adil yang disebabkan oleh hambatan
budaya yang membantu perusahaan lokal.
b. Subsidi
Subsidi merupakan sumbangan keuangan yang diberikan secara langsung
atau tidak langsung oleh pemerintah tanpa imbalan keuntukngan. Subsidi
pemerintah kepada perusahaan domestik bertujuan untuk mendorong ekspor
maupun membantu melindunginya dari impor. Contoh dari subsidi adalah
pembayaran tunai, partisipasi pemerintah dalam kepemilikan, pinjaman dengan

bunga rendah untuk para pembeli dan eksportir luar negeri, dan perlakuan pajaak
preferensial. Pesaing dari negara pengimpor sering meminta pemerintah untuk
menetapkan

countervailing

duties

untuk

mengatasi

pengaruh

subsidi.

Countervailing duties merupakan pajak impor tambahan yang dikenakan atas

impor yang telah memperoleh keuntukngan dari subsidi ekspor. Negara yang
terbukti mendapat subsidi ekspor dari pemerintahnya diwajibkan membayar
countervailing duties sebesar subsidi yang telah diterima.

Tabel 10 negara yang terlibat Countervailing Duties dan Anti Dumping

Negara Indonesia memiliki kasus anti dumping sebanyak 135 kasus sejak
1995 hingga 2016. Diantaranya adalah kasus yang terjadi pada tahun 2015 yaitu
penggugatan terhadap Uni Eropa di WTO terkait terhambatnya ekspor fatty alcohol
ke beberapa negara di Uni Eropa. Kasus lain terjadi pada 2016 yaitu produk kertas
Indonesia yang diekspor ke Australia dan Amerika Serikat dikenakan tarif bea
masuk anti dumping hingga 70%. Hal ini dinilai sangat merugikan pihak Indonesia.
Tindakan balasan yang dilakukan Indonesia adalah dengan menetapkan tarif anti
dumping yang tinggi terhadap produk susu dan daging yang diekspor Australia ke
Indonesia.

Argumen lain yang termasuk penggunaan proteksi terhadap barang impor
untuk mengizinkan diversifikasi perekonomian domestik atau untuk meningkatkan
neraca perdagangan. Proteksi terhadapa impor hanya menguntukngkan beberapa
pihak dan merugikan banyak pihak. Bahaya yang mungkin terjadi ketika
pemberlakuan proteksi terhadap barang impor adalah pembalasan dari mitra
dagang untuk melakukan hambatan perdagangan, sehingga merugikan industri
yang tidak menerima proteksi.
6. Jenis-jenis Restriksi
a. Hambatan-hambatan Tarif
1) Tarif, merupakan pajak atas barang impor yang bertujuan menaikkan harga
sehingga mengurangi persaingan bagi produksen lokal atau merangsang produksi
lokal. Ekspor komoditas seperti kopi dan tembaga biasanya dikenakan pajak di
negara berkembang.
2) Bea Ad Valorem, Spesifik, dan Kombinasi, merupakan bea-bea impor (pabean).
Bea ad valorem adalah pajak impor yang dikenakan sebagai presentase dari nilai
faktur barang yang diimpor. Bea spesifik diartikan sebagai jumlah tetap yang
dikenakan atas unit fisik barang yang diimpor. Sedangkan bea kombinasi
merupakan kombinasi pajak spesifik dan ad valorem. Pajak spesifik sering berubah
pada saat inflasi dan pajak ad valorem meningkat karena kenaikan harga faktur.
3) Harga Resmi, termasuk dalam tarif bea cuka dari beberapa negara dan merupakan
dasar perhitungan pajak ad valorem jika harga faktur yang sebenarnya lebih
rendah. Harga resmi menjamin bahwa pajak impor minimum tertentu akan dibayar
tanpa memperhatikan harga faktur sebenarnya. Negara importir dengan pajak
tinggi meminta pemasok asing untuk mengeluarkan faktur palsu yang bernilai
rendah untuk mengurangi pembayaran pajak. Importir mengirimkan harga faktur
yang benar dan tidak benar tersebut secara terpisah.
4) Pajak Variabel, pajak yang menjamin harga pasar barang impor sama dengan
harga barang yang diproduksi secara domestik. Tingkat pajak ini ditetapkan dengan
perbedaan antara harga di pasar dunia dengan harga pendukung untuk produksen
domestik.
5) Bea yang Lebih Rendah untuk Masukan Lokal yang Lebih Banyak. Bea
impor/bea pabean ditetapkan oleh banyak negara untuk mendorong masukan lokal.
Barang setengah jadi dikenakan pajak lebih rendah dibandingkan dengan barang

jadi. Keadaan ini memberikan peluang bagi pabrikan luar negeri yang berproduksi
dengan teknologi rendah.
b. Hambatan – hambatan Nontarif
Hambatan – hambatan nontarif adalah semua bentuk diskriminasi terhadap
impor selain pajak – pajak impor/bea masuk. Negara anggota GATT, yaitu
organisasai perdagangan internasional dunia pada tahun 1994 menciptakan
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengajukan pengurangan hambatan–
hambatan nontarif, baik kuantitatif maupun nonkuantitatif selama 10 tahun.
1) Kuantitatif Kuota. Sebuah bentuk hambatan kuantitatif adalah pembatasan–
pembatasan jumlah jenis barang tertentu yang diizinkan diimpor oleh sebuah
negara tanpa hambatan dalam jangka waktu tertentu. Apabila kuota itu absolut,
sekali jumlah tertentu telah diimpor, makaimpor berikutnya selama sisa waktu
satu tahun dilarang. Kuota pada umumnya bersifat global, yaitu suatu jumlah
yang ditetapkan tanpa melihat sumbernya. Kuota juga bisa dialokasikan , dalah
hal ini pemerintah negara pengimpor manyetujui kuantitas untuk negara–
negara tertentu. Oleh karena itu karena terdapat penentangan terhadap
pemberlakuan kuota secara sepihak atas baranag–barang, maka pemerintah
merundingkan pembatasan ekspor secara sukarela, yaitu ekspor yang
dikenakan oleh negara pengekspor.
2) Persetujuan Tertib Pemasaran. Persetujuan tertib pemasaran adalah
persetujuan resmi antara negara – negara pengekspor dan pengimpor yang
mencantumkan kuota impor atau ekspor yang akan diperoleh tiap negara untuk
suatu barang.
3) Hambatan – hambatan nontarif nonkuantitatif. Banyak pakar perdagangan
internasional menyatakan bahwa hambatan – hambatan nontarif yang paling
penting adalah jenis nonkuantitatif. Banyak pemerintah cenderung menetapkan
hambatan nontarif untuk memperoleh perlindungan yang diupayakan melalui
pajak impor. Tiga judul pokok dalam hambatan – hambatan nonkuantitatif
yang bentuknya berbeda :
1) Partisipasi pemerintah langsung dalam perdagangan. Bentuk yang paling
lazim partisipasi pemerintah langsung adalah subsidi. Kebijakan
pengandaan barang pemerintah juga merupakan hambatan perdagangan
karena biasanya menguntungkan produsen domesik dan menghambat
pembelian barang – barang impor oleh instansi pemerintah.

2) Produsen kepabeanan dan administratif. Ini meliputi beraneka ragam
kebijakan dan prosedur pemerintaha baik yang mengadakan diskriminasi
terhadap impor maupun menguntungkan untuk ekspor.
3) Standar . Standar – standar pemerintah maupun swasta untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan warga negaranya, tetapi selama bertahun –
tahun perusahan – perusahaan ekspor telah diganggu oleh banyaknya
standar yang rumit dan diskriminatif.
7. Menciptakan Pasar Baru
Perusahaan–perusahaan ekspor perlu memperoleh informasi tentang status
hambatan–hambatan tarif dan nontarif yang sedang berubah di negara–negara mereka
melakukan bisnis. Pemerintah–pemerintah telah meninggalkan pasar dengan pajak
impor yang sangat tinggi atau hambatan–hambatan nontarif.
8. Dari Sistem Multinasional ke Sistem Pabrikasi Terpadu secara Global
Penurunan pajak–pajak impor atau pengurangan hambatan–hambatan nontarif
lebih memudahkan dan mengurangi biaya bagi perusahaan untuk menempatkan
aktivitas produksinya di negara–negara biaya rendah. Membayar pajak impor yang
lebih rendah atas komponen–komponen yang dibuat di tempat lain mengurangi total
biayanya, dan tidak perlu mengatasi hambatan–hambatan nontarif memungkinkan
penyebaran kegiatan produksiinternasional dan membuatnya lebih ekonomis. Juga ada
kemungkinan perusahaan multidomestik

dengan banyak pabrik manufaktur yang

masing–masing memiliki sistem pemanufakturan lengkap untuk memasok negara
yang ditempat dapat menemukan bahwa dengan hambatan impor yang lebih rendah,
perusahaan itu memiliki dua kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi:
1. Menutup pabrik yang paling tidak efisien dan memasok pasar – pasar meereka
dengan ekspor dari cabang–cabang lain.
2. Mengubah sistem pemanufakturan multidomestik menjadi sistem terpadu secara
global.
9. Biaya Hambatan Perdagangan
Karena sistem kuota Amerika Serikat untuk gula, para konsumen di Amerik
harus membayar dua kali lipat dari harga dunia, tetapi ini hanya sebagian kecil dari
biaya yang harus dibayar konsumen atas hambatan – hambatan perdagangan. Pada
studi tahun 1994, para ahli ekonomi menelaah 21 kelompok produk yang masing –
masing memiliki pasar domestik $1 miliar dan setelah penghapusan hambatan –
hambatan memiliki impor potensial $100 juta. Mereka memperkirakan rata- rata biaya

konsumen untuk tiap pekerjaan yang dipertahankan adalah $170.000 pertahun. Ini
berarti konsumen membayar enam kali lebih rata – rata kompensasi pekerjaan pabrik
setahunnya, untuk melindungi pekerjaan dari hambatan impor.
C. PEMBANGUNAN EKONOMI
Pelaku bisnis yang bergerak dari bisnis domestik ke internasional akan
menghadapi pasar dengan perbedaan tingkat pembangunan ekonomi yang lebih besar
daripada asalnya. Tingkat pembangunan ekonomi memengaruhi seluruh aspek bisnis
yang meliputi pemasaran, produksi, dan keuangan.
1. Kategori Pasar Berdasarkan Tingkat Pembangunan Ekonomi
a. Maju (developed), merupakan klasfikasi untuk semua negara industri yang secara
teknis paling maju. Beberapa negara tersebut antara lain negara di Eropa Timur,
Jepang, Australia, Selandia Baru, Kanada, Israel, dan Amerika Serikat.
b. Berkembang

(developing),

merupakan

klasifikasi

untuk

negara

yang

berpenghasilan rendah dan kurang maju secara teknis.
c. Negara Industri Baru (Newly Industrializing Countries-NIC), menurut Bank
Dunia dianggap sebagai negara yang perekonomiannya tumbuh secara cepat
dengan penghasilan sedang atau tinggi, memiliki konsentrasi investasi luar negeri
yang berat, dan mengekspor barang manufaktur berteknologi tinggi dengan jumlah
yang besar. Negara tersebut adalah keempat macan Asia dan perekonomian Brazil,
Meksiko, Malaysia, Chili, dan Thailand yang berpenghasilan menengah.
d. Perekonomian

Industri

Baru

(Newly

Industrialized

Economies-NIE),

merupakan negara dengan keadaan perekonomian berpenghasilan menengah atas
dan berpenghasilan tinggi yang tumbuh dengan cepat. Negara tersebut diantaranya
Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura.
Badan-badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, International
Monetary Fund-IMF, dan Bank Dunia menggunakan berbagai sistem klasifikasi yang

berbeda untuk membuat laporan statistik. Namun PBB hanya menggunakan klasfikasi
perekonomian maju dan berkembang. Bank Dunia menggunakan klasifikasi
berdasarkan Gross National Income-GNI/kapita dengan metode konversi Atlas per
2016, yaitu:
1) Pendapatan rendah (≤ $1.005)
2) Pendapatan menengah rendah ($1.006-$3.955)
3) Pendapatan menengah tinggi ($3.956-$12.235)
4) Pendapatan tinggi (≥ $12.236)

Sebelum tahun 2002, Bank Dunia menggunakan sistem klasifikasi Produk
Domestik Bruto (Gross National Produkct-GNP)/kapita. Namun pada 2002 beralih ke
GNI/kapita yang mengikuti praktik statistik terbaru kebanyakan negara. PNB
mengukur pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk sebuah negara dari kegiatan
internasional dan domestik serta lebih disukai oleh organisasi internasional daripada
produk domestik bruto, yang mengukur pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan
domestik oleh penduduk negara itu dan juga yang bukan penduduk. Bank Dunia
mengklasifikasikan perekonomian sebagai berpendapatan rendah, berpendapatan
menengah rendah, dan berpendapatan menengah tinggi berdasarkan pinjaman
operasionalnya. Negara berkembang biasanya disebut juga sebagai negara
berpendapatan rendah dan menengah.
2. PNB/Kapita sebagai Indikator
Produk Nasional Bruto (PNB)/kapita yang sekarang Pendapatan Nasional
Bruto (GNI)/kapita digunakan secara luas untuk membandingkan negara-negara
dalam hal kesejahteraan warganya dan untuk pasar atau potensi investasi. Meskipun
demikian, pelaku bisnis harus memakai data tesebut dengan berhati-hati. Untuk
memperoleh hasil PNB, ahli ekonomi pemerintah harus menghubungkan nilai-nilai
moneter dengan berbagai barang dan jasa yang tidak dijual di pasar. Banyak barang
dan jasa yang dibarter di negara berpendapatan rendah karena jumlah kepemilikan
uang tunai yang sedikit. Sementara di negara yang berpendapatan tinggi melakukan
barter untuk mengurangi pendapatan yang dilaporkan sehingga mengurangi
pembayaran pajak. Hal demikian disebut sebagai bagian dari perekonomian bawah
tanah (undergground economy).
a. Perekonomian Bawah Tanah (Underground Economy)
Perekonomian bawah tanah merupakan bagian dari pendapatan nasional
yang tidak dilaporkan atau dilaporkan lebih sedikit sehingga tidak terukur oleh
statistik resmi. Beberapa perekonomian bawah tanah diantaranya produksi yang
sah tetapi tidak diumumkan, produksi dan jasa ilegal, dan pendapatan bentuk
natura (barter) yang tersembunyi. Semakin tinggi tingkat perpajakan dan ketatnya
peraturan pemerintah semakin mendorong perekonomian bawah tanah.
b. Konversi Mata Uang
Dalam memperkirakan PDB untuk membandingkannya, PDB mata uang
lokal harus dikonversi ke suatu mata uang yang diterima secara internasional
(seperti Dolar) dengan menggunakan kurs. Jika nilai relatif kedua mata uang

tersebut mencerminkan daya beli konsumen, maka konversi tersebut dapat
diterima. Bank Dunia menganggap bahwa penggunaan kurs resmi untuk
mengkonversi mata uang nasional ke dolar AS tidak mencerminkan daya beli mata
uang domestik. Program Pembandingan Internasional PBB telah mengembangkan
metode untuk membandingkan PDB berdasarkan paritas daya beli. Paritas daya
beli merupakan jumlah unit mata uang yang diperlukan untuk membeli jumlah
barang dan jasa yang sama di pasar domestik sebanyak yang dapat dibeli dengan
$1 di AS. Berdasarkan paritas daya beli, menghasilkan nilai PNB/kapita yang lebih
tinggi daripada yang diperoleh negara berkembang dan lebih rendah untuk negara
yang paling maju.
c. Faktor Konversi Atlas
Faktor konversi atlas adalah metode aritmatika yang menghitung rata-rata
nilai tukar saat ini dengan nilai tukar dua tahun sebelumnya yang sudah
disesuaikan dengan rasio antara inflasi domestik dan inflasi negara G5 (Perancis,
Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat). Pendapatan yang dihitung
menggunakan metode ini lebih stabil. Pemberian peringkat negara menurut
pendapatan lebih dipengaruhi kinerja ekonomi daripada fluktuasi nilai tukar.
3. Karakteristik Negara Berkembang
Beberapa karakteristik negara berkembang yang paling umum adalah sebagai
berikut:
a. PNB/kapita kurang dari $12.236 (kriteria Bank Dunia)
b. Distribusi pendapatan tidak merata dengan presentase kelas menengah yang
sangat kecil
c. Dualisme teknologi, yaitu campuran perusahaan yang menggunakan teknologi
canggih dan perusahaan yang memakai cara yang sangat tradisional
d. Mayoritas penduduk bermata pencaharian dalam sektor pertanian yang kurang
produktif
e. Pengangguran tidak kentara
f. Tingginya pertumbuhan penduduk
g. Tingkat buta huruf yang tinggi dan sarana pendidikan tidak memadai
h. Tingginya kasus kurang gizi dan berbagai permasalahan kesehatan lainnya
i. Instabilitas politik
j. Bergantung pada beberapa produk ekspor seperti produk pertanian atau
pertambangan

k. Topografi yang tidak ramah, seperti gurun pasir, pegunungan, dan hutan tropis
l. Tingkat tabungan yang rendah dan fasilitas perbankan yang kurang memadai
4. Pendekatan Kebutuhan Manusia pada Pembangunan Ekonomi
Pendektan kebutuhan manusia mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
pengurangan kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan

pendapatan. Karena

penekanan yang meningkat atas kesejahteraan manusia dan kurangnya hubungan yang
jelas antara pertumbuhan pendapatan dan kemajuan manusia, Program Pembangunan
PBB (United Nation Development Progrm) telah merencanakan Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Indeks) berdsarkan tiga elemen, anatara lain:
(1)Panjang Umur dan Hidup Sehat, (2)Kemampuam memperoleh Pengetahuan,
(3)Akses sumber yang diperlukan untuk standar hidup yang layak.
5. Tidak Ada Teori Umum yang Diterima
Masuknya variabel nonekonomi membuat mustahil untuk merumuskan teori
pembangunan umum yang diterima secara luas. Para ahli ekonomi pembangunan
sedang memusatkan perhatian pada bidang permasalahan seperti pertumbuhan
penduduk, distribusi pendapatan, alih teknologi, dll.
D. TEORI INVESTASI INTERNASIONAL
1. Teori Keunggulan Monopolistik
Teori Keunggulan Monopolistik dikemukakan oleh Stephen Hymer pada
tahun 1960-an yang menyatakan bahwa investasi langsung luar negeri dilakukan oleh
perusahan dalam industri oligopolistik memiliki keunggulan teknis dan keunggulan
lain atas perusahaan pribumi. Investasi langsung luar negeri terjadi karena
ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi.
2. Ketidaksempurnaan Pasar Produk dan Faktor Produksi
Caves

mengungkapkan

bahwa

dengan

pengetahuan

yang

unggul

memungkinkan perusahaan yang melakukan investasi untuk memproduksi produk
lebih disukai konsumen daripada produk buatan lokal, dengan demikian akan
memberikan perusahaan beberapa kendali untuk harga jual. Hal tersebut dengan
catatan perusahaan yang berinvestasi di luar negeri adalah industri yang secara khusus
terkait dalam penelitian produk dan usaha pemasaran yang kuat.
3. Daur Hidup Produk Internasional (Internasional Product Life Cycle-IPLC)

Untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayaninya melaui ekspor, sebuah
perusahaan dipaksa untuk menanamkan modal dalam sarana produksi diluar negeri
ketika perusahaan lain mulai menawarkan produk yang sama.

4. Teori-teori Lain
Knickerbocker mengemukakan bahwa sebuah perusahaan khususnya yang
memimpin dalam industri oligopolistik memasuki sebuh pasar, maka perusahaan lain
dalam industri akan mengikutinya yang sering disebut dengan Teori Ikut Sang
Pemimpin (follow the leader theory). Teori tersebut dianggap defensif karena para
pesaing melakukan investasi untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayani
dengan ekspor ketika investor pertama memulai produksi lokal.
Graham mengungkapkan kecenderungn untuk melakukan Investasi Silang
(cross investment) yaitu investasi langsung luar negeri oleh perusahaan oligopoli di

negara-negara asal masing-masing sebagai tindakan pertahanan.
Teori Internalisasi

Teori ini merupakan pengembangan dari teori

ketidaksempurnaan pasar. Dalam teori pasar tidak sempurna dijelaskan bahwa untuk
memperoleh laba yang lebih tinggi atas investasinya, sebuah perusahaan akan
mentransfer pengetahuan unggulnya ke cabang di luar negeri daripada menjualnya
dipasar terbuka. Dengan melakukan investasi dianak perusahaan luar negeri
ketimbang memberikan lisensi, perusahaan itu mampu mengirim pengetahuannya
melewati batas negara dan tetap mempertahankannya didalam perusahaan.
5. Teori Eklektik Produksi Internasional
Dunning menyatakan apabila sebuah perusahaan melalukan investasi dalam
sarana produksi diluar negeri, ia harus memiliki tiga keunggulan, yaitu:
a.

Kepemilikan khas (ownership spesific) yaitu sejauh mana perusahaan memiliki
atau memperoleh aset-aset kelihatan(tangible) dan tidak kelihatan(intangible)
yang tidak dapat diperoleh perusahaan lain.

b. Internalisasi (internalization) yaitu dalam kepentingan terbaik perusahaan untuk
menggunakan keunggulan kepemilikan khas(menginternalisasi) ketimbang
melisensikannya kepada pemilik asing(mengeksternalisasi).
c.

Kekhasan Lokasi (location specific) yaitu perusahaan akan memperoleh
keuntungaan dengn menemptkan sebagian fasilitas produksinya diluar negeri.

BAB III
KESIMPULAN
Dalam perjalanannya pemikiran Adam Smith maupun David Ricardo sedikit banyak
mempegaruhi teori perekonomian dunia. Teori Komparatif Ricardo bisa dikatakan menjadi
sebuah titik awal ekspansi perusahaan-perusahaan untuk melakukan transaksi maupun
perdagangan dengan dunia di luar negara asalnya. Jika dilihat dari perspektif hubungan
internasional, semakin maraknya Multinational Corporations (MNCs) maupun Transnational
Corporations (TNCs) berkembang di dunia ini, yang di dalam ilmu hubungan internasional

merupakan sebuah kajian dalam diskurus Transnasionalisme sedikit banyak juga bisa
dikatakan terpengaruh oleh pemikiran Ricardo maupun Smith.
Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan
bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut
mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain.
Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai
negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar
kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini
tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan
teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme
harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional. Teori ini berpendapat bahwa pola
dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini
memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan
intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan
menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o,
dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang
menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh
intensif dibanding memiliki kecukupan modal dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ball, Donald A., dkk. 2004. Binsis Internasional: Tantangan Persaingan Global. Edisi 9.
Jakarta: Salemba Empat.
http://bisnis.liputan6.com/read/2841626/ekspor-kertas-ri-terhambat-imbas-bea-masuk-antidumping-2-negara
https://bisnis.tempo.co/read/723150/kasus-dumping-indonesia-gugat-uni-eropa-di-wto
https://datahelpdesk.worldbank.org/knowledgebase/articles/906519-world-bank-country-andlending-groups
http://kadi.kemendag.go.id/BD82660&1=21e381dcde69c9d8ce530669032e65f5
https://www.wto.org/english/tratop_e/scm_e/CV_InitiationsByRepMem.pdf
https://www.wto.org/english/tratop_e/adp_e/AD_InitiationsByRepMem.pdf