Welcome to ePrints Sriwijaya University - UNSRI Online Institutional Repository
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
POPULASI DAN SERANGAN KEPIK KUBIS, SERTA POTENSI PARASITOID
TELURNYA PADA TANAMAN CAISIN
Rosdah Thalib, Adrizal Leka S., Siti Herlinda, Effendy TA, Triani Adam
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jalan Raya
Palembang-Prabumulih, km 32, Ogan Ilir 30662
Email : [email protected]
ABSTRACT
The objective of the research was to figure out the population, damage persentage, parasitoid
species and parasitization level of E. pulchrum on chinese cabage. The research was conducted
in low land, South Sumatera. Data collection was done by direct observation on each sample
plant every three days started when the plant aged three days until to its’ seed production phase.
The observation consisted of E. pulchrum population, E. pulchrum damage persentage, egg
parasitoid of E. pulchrum and parasitation level of E. pulchrum eggs. The results showed that the
population of E. pulchrum in experiment location were 0.04 nymphs per plant and 0.49 adults
per plant. Damage persentage on leaves of E. pulchrum was 3.94% at the highest. Damage on
seed was 100% at the highest. The species of E. pulchrum egg parasitoid was Telenomus sp.
Family of Scelionidae with parasitation level ranged from 4.76 to 59.51%.
PENDAHULUAN
Kepik kubis (cabbage bug), Eurydema pulchrum (Westw.) (Hemiptera: Pentatomidae)
merupakan salah satu hama penting pada tanaman kubis dan kerabatnya (Brassicaceae). Kepik
kubis ini memang belum terkenal seperti Plutella xylostella (Linn.) (Lepidoptera:
Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana (Zell.) (Lepidoptera: Pyralidae), namun saat ini
hama ini telah menggeser posisi kedua hama utama tadi. Di pertanaman caisin, kepik kubis ini
menyebabkan daun caisin layu, bunga dan buah kempis berwarna putih dan seperti hangus
terbakar. Serangan berat menyebabkan daun-daun caisin membusuk, sedangkan bunga-bunga
tidak dapat menghasilkan biji. Selain caisin, kepik ini dapat menyerang brokoli, kembang kol,
sawi, petsai, dan sawi jabung. Hama ini dapat menyerang tumbuhan liar, seperti, kanola, (rape),
sawi tanah atau sawi lemah, kardamin (Herlinda et al., 2006).
Kepik kubis, E. pulchrum telah menyebabkan kerusakan caisin hingga lebih dari 60%.
Kepik dewasa dan pradewasa menghisap cairan daun sehingga daun memutih, lalu menyebabkan
tanaman layu dan mati, dan bila polong yang dihisap menyebabkan biji kempis. Daun caisin
yang dihisap kepik ini umumnya tidak laku dijual. Di dataran rendah Sumatera Selatan, kepik
ini menghancurkan tanaman caisin untuk pembibitan (Herlinda & Thalib, 2006).
Selain dampak ekonomis, dampak sosial dan ekologis yang ditimbulkan kepik kubis ini
adalah aplikasi insektisida secara berjadwal setiap tiga hari sekali di sentra sayuran dataran
rendah di Sumatera Selatan. Walaupun kepik ini telah disemprot, namun populasinya tetap
tinggi di pertanaman caisin tersebut dan bahkan penyemprotan menyebabkan kematian
komponen ekosistem lainnya, seperti parasitoid atau predator (Herlinda et al., 2006).
Pengendalian hama ini secara kimiawi ini sudah tidak layak lagi karena caisin merupakan produk
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
253
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
langsung sebagai sayuran daun. Oleh karena itu, fokus penelitian ditujukan pada pengembangan
pengendalian hayati dengan pendekatan augmentasi dan konservasi.
Karena hama ini menyerang sayuran yang sering dikonsumsi dalam bentuk sayuran segar
(lalapan), maka dalam pengendaliannya harus aman bagi konsumen. Untuk itu, alternatif yang
lebih baik adalah pengendaliannya secara hayati.
Pada sentra sayuran dataran rendah di Sukarami, Kota Palembang musuh alami kepik
kubis dari kelompok parasitoid, yaitu Telenomus sp. telah ditemukan Herlinda dan Thalib
(2006) menyerang telur dan mampu menyebabkan parasitisasi mencapai 7-64%. Pemanfaatan
parasitoid ini belum pernah dilakukan di sentra sayuran dataran rendah. Untuk itu, parasitoid
tersebut perlu dimanfaatkan guna mengendalikan kepik kubis ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan baseline data populasi dan serangan kepik kubis pada tanaman caisin, dan
mengamati potensi dan mengidentifikasi jenis-jenis parasitoid yang berasosiasi dengan telur
kepik kubis (E. pulchrum) yang berasal dari berbagai jenis tanaman dari keluarga kubis-kubisan
(Brassicaceae) di Sumatera Selatan.
BAHAN DAN METODE
Survei Parasitoid Telur E. pulchrum di Berbagai Ketinggian Tempat
Survei Parasitoid. Eksplorasi parasitoid telur E. pulchrum dilakukan di berbagai
ketinggian tempat (5-1.500 m di atas permukaan laut, dpl) di sentra produksi sayuran di
Sumatera Selatan, yaitu dataran tinggi Pagaralam dan sekitarnya (Tegur Wangi, Muarasiban,
Pagardin, Bedeng Kresek), dataran sedang Lahat dan sekitarnya (Jarai, Kota Lahat), dan dataran
rendah Palembang dan sekitarnya (Sukarami, Talang Buruk, Sako Kenten). Pengambilan contoh
dilakukan pada daerah yang terserang berat maupun ringan karena dinamika populasi hama dapat
mempengaruhi potensi musuh alaminya.
Tingkat populasi hama yang tinggi dapat
mengindikasikan ketidakefektifan musuh alaminya. Oleh karena itu, koleksi musuh alami
selayaknya dilakukan juga di daerah yang tingkat serangan E. pulchrum rendah.
Telur contoh dari setiap lokasi dan setiap jenis Brassicaceae yang berbeda dimasukkan
dalam tempat yang terpisah, dicatat lokasi, waktu pengambilan contoh dan jenis Brassicaceae.
Telur contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter 1 cm dan tinggi 12 cm). Setiap
pengambilan contoh dilakukan pendataan tentang jenis-jenis Brassicacaeae baik yang
dibudidayakan maupun yang liar di setiap lokasi pengamatan. Imago parasitoid yang muncul
dimasukkan dalam botol vial yang berisi alkohol 70%. Jumlah imago parasitoid dan nimfa E.
pulchrum yang muncul dicatat guna menentukan tingkat parasitisasi telur dan penyebaran
parasitoid telur dari berbagai ketinggian tempat. Parasitoid yang didapatkan selanjutnya
diidentifikasi di bawah mikroskop di Laboratorium Entomologi, Jurusan HPT, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Identifikasi spesies parasitoid
didasarkan atas ciri
morfologinya menggunakan buku acuan Fitton & Walker (1992) dan Donald et al. (2000).
Analisis Data. Data jenis (komposisi spesies) dan jumlah individu (kelimpahan) setiap
jenis parasitoid telur digunakan untuk menganalisis keanekaragaman dan dominasi spesies
parasitoid E. pulchrum dari berbagai ketinggian lokasi. Ukuran keanekaragaman menggunakan
indeks Shannon, dominasi spesies Berger-Parker dan kemerataan spesies parasitoid antar
berbagai daerah geografis yang berbeda dianalisis menggunakan metode Magurran (1987).
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
254
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Pengamatan Populasi dan Serangan E. pulchrum di Pertanaman Caisin
Pengamatan Populasi dan Serangan. Penelitian dilakukan di sentra sayuran dataran
rendah, yaitu Sukarami, Palembang atau Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. Luas petak tanaman
contoh 400 m2. Petak tersebut dibagi menjadi empat sub-petak (empat sub-petak = empat
ulangan), masing-masing seluas 100 m2. Kelimpahan populasi imago E. pulchrum diamati
langsung pada rumpun tanaman caisin contoh (10% dari populasi tanaman) karena serangga ini
mobilitas relatif rendah. Serangan diamati secara langsung juga dan dihitung menggunakan
persentase pada daun tanaman caisin contoh, yakni total daun terserang dibagi dengan total
seluruh daun. Pengamatan populasi dan serangan E. pulchrum dilakukan setiap minggu selama
satu musim tanam, sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (mst) hingga terbentuk
polong (± 6 mst).
Analisis Data. Nilai rataan dan galat baku populasi nimfa dan imago dan persentase daun
yang terserang E. pulchrum dihitung. Kecenderungan perubahan tingkat populasi dan serangan
dari waktu ke waktu ditampilkan dalam bentuk kurva atau histogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parasitoid Telur E. pulchrum
Jenis Parasitoid Telur E. pulchrum. Hasil survei di lapangan hanya ditemukan satu
spesies parasitoid yaitu parasitoid telur, Telenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae). Parasitoid
ini muncul dari telur E. pulchrum yang berasal dari tanaman caisin. Telenomus sp. yang
ditemukan ini memiliki ciri tubuh berwarna hitam metalik dengan panjang tubuh sekitar 1 mm.
Antena memiliki ruas sebanyak 12 ruas. Pada mata tabuhan ini terdapat rambut-rambut pendek
dan kulit tubuh halus.
Telenomus sangat agresif dan akan memarasit telur kepik walaupun kelompok telur
tersebut dijaga induknya. Telenomus sp. dapat memarasit satu kelompok telur yang sama
(Gambar 1), tetapi tidak pada telur yang sama. Hal ini disebabkan karena pada waktu
memparasit telur, tabuhan ini meninggalkan bau yang dapat dikenali oleh parasitoid yang lain.
Bau ini digunakan untuk mencegah parasitoid lain akan memarsit telur yang sama. Parasitoid ini
dapat hidup beberapa hari sampai satu minggu atau lebih lama lagi tergantung ketersedian pakan,
seperti nektar atau serbuk sari.
Telur E. pulchrum yang terparasit oleh Telenomus sp. tidak mengalami perubahan, akan
tetapi antara telur yang menetaskan nimfa E. pulchrum dengan yang terparasit berbeda jelas.
Kalau telur yang sehat hampir tidak terdapat bekas tempat keluarnya nympa tersebut. Akan
tetapi telur yang terparasit, telurnya berlubang sebagai jalan imago parasitoid tersebut keluar.
Dari penelitian diketahui bahwa nimfa dari E. pulchrum ini menetas muncul atau keluar dari
sisi samping telur. Hal ini terjadi karena pada waktu menetas hama ini mempunyai kebiasaan
mengumpul, sehingga jika mereka keluar dari atas maka ada saja nimfa dari E. pulchrum ini
jatuh ke tanah dan mati. Berbeda dengan telur yang terparasit, parasitoidnya keluar dari atas
telur dan terdapat lubang di atas telur tempat dimana parasitoid telur tersebut keluar. Karena
setelah keluar dari telur parasitoid ini langsung aktif memarasit telur yang lain.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
255
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Parasitisasi telur E. pulchrum. Dari hasil survei baik selama satu musim tanam caisin
di dataran rendah, maupun survei pada berbagai lokasi didapatkan parasitisasi telur E. pulchrum
oleh Telenomus sp. lebih dari 50% (Tabel 1 dan 2). Pada penelitian ini Telenomus sp. dapat
ditemukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Akan tetapi, parasitisasi telur E.
pulchrum di dataran rendah cenderung lebih tinggi dibandingkan di dataran tinggi. Fenomena
yang sama dilaporkan juga oleh Herlinda et al. (2004) baik untuk parasitoid telur maupun
parasitoid larva Plutella xylostella.
Populasi dan Serangan E. pulchrum di Pertanaman Caisin
Populasi E. pulchrum. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi E. pulchrum
pada bulan Mei dan Juni tinggi karena saat penelitian curah hujan relatif sangat rendah.
Pengamatan populasi E. pulchrum pada musim kemarau ini menunjukkan populasi tinggi karena
aktifitas penerbangan dan perkembangan hama akan tinggi. Faktor yang sangat berpengaruh
pada populasi E. pulchrum ialah cuaca yang meliputi suhu dan curah hujan karena apabila terjadi
hujan kesempatan imago untuk terbang dan berkopulasi berkurang sehingga telur yang
dihasilkan sedikit dengan demikian populasi telur, nimfa dan imago pun menurun. Pada fase
nimfa E. pulchrum sangat rentan jika terkena air hujan terutama pada fase awal nimfa.
Tabel 1. Parasitisasi telur E. pulchrum oleh Telenomus sp. pada satu musim tanam caisin
Umur tanaman
(hari)
Waktu survei
Jumlah telur
contoh (butir)
Jumlah telur
terparasit (butir)
Tingkat
parasitisasi (%)
7
14
21
28
35
04/05/2008
11/05/2008
18/05/2008
25/05/2008
02/06/2008
52
49
55
51
64
8
24
28
21
14
15,38
48,98
50,91
41,18
21,88
42
09/06/2008
24
12
50,00
Total
295
107
228,33
Rata-rata
49,17
17,83
38,06
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
256
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Tabel 2. Parasitisasi telur E. pulchrum di daerah dataran tinggi dan rendah Sumatera
Selatan
Lokasi survei
Jumlah contoh
Spesies parasitoid
Rata-rata
telur (butir)
parasitisasi (%)
Dataran tinggi:
Tegur Wangi
696
Telenomus sp.
14,51
Muarasiban
410
Telenomus sp.
59,51
Pagardin
84
Telenomus sp.
4,76
Bedeng Kresek
228
Telenomus sp.
18,86
Jarai, Lahat
290
Telenomus sp.
32,07
Rata-rata
25,94
Dataran rendah:
Sako Kenten
Sukarami
Talang Buruk
Telenomus sp.
Telenomus sp.
Telenomus sp.
128
211
110
Rata-rata
17,97
51,18
43,64
37,80
Populasi nimfa dan imago E. pulchrum (ekor/tanama
Selama satu musim tanam caisin, populasi nimfa dan imago E. pulchrum cenderung
meningkat seiring peningkatan umur tanaman (Gambar 1). Populasi imago kepik ini meningkat
tajam saat caisin berumur 35 hst dan terus meningkat dengan puncak mencapai saat 49 hst (0,49
ekor/tanaman), sedangkan populasi nimfa mencapai puncak 49 hst (0,04 ekor/tanaman).
Peningkatan populasi kepik ini disebabkan semakin banyaknya ketersediaan polong yang
merupakan pakan utamanya.
Serangan E. pulchrum. Gejala serangan E. pulchrum pada daun menunjukkan daun
menjadi seperti hangus terbakar dan muncul bekas hisapan berwarna putih (Gambar 2). Polong
yang terserang akan kempis karena cairan dihisap dan polong tersebut menjadi berkerut biji tidak
terbentuk dan warnanya lama-kelamaan menjadi coklat.
0,49
0,50
Nimfa
Imago
0,40
0,30
0,26
0,20
0,13
0,10
0,00
0,03
0,02
0,01 0,00
0,01 0,01
0,01
0,00
0,00
7
14
21
28
35
0,03
0,04
42
49
Umur caisin (hari)
Gambar 1. Populasi nimfa dan imago E. pulchrum pada tanaman caisin selama satu musim tanam
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
257
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Gambar 2. Kepik kubis (Eurydema pulchrum): kepik kubis sedang mengisap bunga caisin (a),
gejala serangan pada buah (b) dan daun caisin (c), telur kepik kubis pada buah caisin (d)
Serangan E. pulchrum pada polong terus meningkat seiring dengan peningkatan umur
tanaman (Gambar 3). Apabila dikaitkan dengan perkembangan populasi imago E. pulchrum
terdapat hubungan yang erat. Perkembangan populasi imago semakin tinggi akan menyebabkan
keruskan polong akan semakin tinggi pula.
Serangan pada daun sangat rendah. Hal ini
disebabkan kepik ini lebih memilih polong dibandingkan daun. Daun yang diserang juga
tertentu, tidak semua daun melainkan daun pucuk atau daun muda. Sejak terbentuknya polong
(21 hst), daun yang diserang kepik ini terus menurun dan daun tidak terserang lagi saat polong
tersedia banyak. Selain menyerang polong, kepik ini di lapangan mengisap bunga caisin dan
mengisap putik yang baru terbentuk.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
258
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
100
Serangan pada daun dan polong (%)
100
90
Daun
Polong
80
74,99
70
60
50
40
30,36
30
20
11,11
10
0
0,49 0
7
3,94
0
14
2,41
21
3,48
0,06
28
0,42
35
0
42
0
49
umur caisin (hari)
Gambar 3. Serangan E. pulchrum pada daun dan polong tanaman caisin selama satu
musim tanam.
SIMPULAN
Jenis parasitoid yang berasosiasi dengan E. pulchrum, yaitu Telenomus sp. dan dari
berbagai lokasi di Sumatera Selatan didapatkan parasitisasi telurnya lebih dari 50%, populasi
imago E. pulchrum mencapai 0,49 ekor/tanaman dan serangan mencapai 100% pada polong dan
3,94% pada daun.
SANWACANA
Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing XVI, DP3M, Dikti,
Depdiknas Tahun Anggaran 2008 dengan kontrak nomor: Nomor : 088/H9.2.1/PL/2008, tanggal
7 April 2008 a.n. Rosdah Thalib.
DAFTAR PUSTAKA
Donald, C., N.N. Endersby, P. Ridland, I. Porter & J. Lawrence. 2000. Field Guide to Pests,
Diseases and Disorders of Vegetable Brassicas. AUSVEG: Department of Natural
Resources and Environment.
Fitton, M. & A. Walker. 1992. Hymenopterous parasitoids associated with diamondback
moth: the taxonomic dilemma, pp. 225-231. In N.S. Talekar (ed.). Diamondback moth
and other crucifer pests. Proceedings of The Second International Workshop, AVRDC,
Taiwan.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
259
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Herlinda, S. & R. Thalib. 2006. Bio-ekologi Eurydema pulchrum (Westw.) (Hemiptera:
Pentatomidae) pada Tanaman Caisin. Seminar Nasional dengan tema “Strategi Pemantapan
Ketahanan Pangan Nasional Melalui revitalisasi dan Resenergisme Sistem Agribisnis”,
Palembang 13 September 2006.
Herlinda, S., Hamadiyah, T. Adam & R. Thalib. 2006. Toksisitas isolat-isolat Beauveria
bassiana (Bals.) Vuill. terhadap nimfa Eurydema pulchrum (Westw.) (Hemiptera:
Pentatomidae). Agria 2:34-37.
Herlinda, S., R. Thalib & R.M. Saleh. 2004. Perkembangan dan preferensi Plutella xylostella
(Lepidoptera: Yponomeutidae) pada lima jenis tumbuhan Brassicaceae. Hayati 11:130134.
Magurran, A.E. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press.
New Jersey. 179 p.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
260
POPULASI DAN SERANGAN KEPIK KUBIS, SERTA POTENSI PARASITOID
TELURNYA PADA TANAMAN CAISIN
Rosdah Thalib, Adrizal Leka S., Siti Herlinda, Effendy TA, Triani Adam
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jalan Raya
Palembang-Prabumulih, km 32, Ogan Ilir 30662
Email : [email protected]
ABSTRACT
The objective of the research was to figure out the population, damage persentage, parasitoid
species and parasitization level of E. pulchrum on chinese cabage. The research was conducted
in low land, South Sumatera. Data collection was done by direct observation on each sample
plant every three days started when the plant aged three days until to its’ seed production phase.
The observation consisted of E. pulchrum population, E. pulchrum damage persentage, egg
parasitoid of E. pulchrum and parasitation level of E. pulchrum eggs. The results showed that the
population of E. pulchrum in experiment location were 0.04 nymphs per plant and 0.49 adults
per plant. Damage persentage on leaves of E. pulchrum was 3.94% at the highest. Damage on
seed was 100% at the highest. The species of E. pulchrum egg parasitoid was Telenomus sp.
Family of Scelionidae with parasitation level ranged from 4.76 to 59.51%.
PENDAHULUAN
Kepik kubis (cabbage bug), Eurydema pulchrum (Westw.) (Hemiptera: Pentatomidae)
merupakan salah satu hama penting pada tanaman kubis dan kerabatnya (Brassicaceae). Kepik
kubis ini memang belum terkenal seperti Plutella xylostella (Linn.) (Lepidoptera:
Yponomeutidae) dan Crocidolomia pavonana (Zell.) (Lepidoptera: Pyralidae), namun saat ini
hama ini telah menggeser posisi kedua hama utama tadi. Di pertanaman caisin, kepik kubis ini
menyebabkan daun caisin layu, bunga dan buah kempis berwarna putih dan seperti hangus
terbakar. Serangan berat menyebabkan daun-daun caisin membusuk, sedangkan bunga-bunga
tidak dapat menghasilkan biji. Selain caisin, kepik ini dapat menyerang brokoli, kembang kol,
sawi, petsai, dan sawi jabung. Hama ini dapat menyerang tumbuhan liar, seperti, kanola, (rape),
sawi tanah atau sawi lemah, kardamin (Herlinda et al., 2006).
Kepik kubis, E. pulchrum telah menyebabkan kerusakan caisin hingga lebih dari 60%.
Kepik dewasa dan pradewasa menghisap cairan daun sehingga daun memutih, lalu menyebabkan
tanaman layu dan mati, dan bila polong yang dihisap menyebabkan biji kempis. Daun caisin
yang dihisap kepik ini umumnya tidak laku dijual. Di dataran rendah Sumatera Selatan, kepik
ini menghancurkan tanaman caisin untuk pembibitan (Herlinda & Thalib, 2006).
Selain dampak ekonomis, dampak sosial dan ekologis yang ditimbulkan kepik kubis ini
adalah aplikasi insektisida secara berjadwal setiap tiga hari sekali di sentra sayuran dataran
rendah di Sumatera Selatan. Walaupun kepik ini telah disemprot, namun populasinya tetap
tinggi di pertanaman caisin tersebut dan bahkan penyemprotan menyebabkan kematian
komponen ekosistem lainnya, seperti parasitoid atau predator (Herlinda et al., 2006).
Pengendalian hama ini secara kimiawi ini sudah tidak layak lagi karena caisin merupakan produk
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
253
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
langsung sebagai sayuran daun. Oleh karena itu, fokus penelitian ditujukan pada pengembangan
pengendalian hayati dengan pendekatan augmentasi dan konservasi.
Karena hama ini menyerang sayuran yang sering dikonsumsi dalam bentuk sayuran segar
(lalapan), maka dalam pengendaliannya harus aman bagi konsumen. Untuk itu, alternatif yang
lebih baik adalah pengendaliannya secara hayati.
Pada sentra sayuran dataran rendah di Sukarami, Kota Palembang musuh alami kepik
kubis dari kelompok parasitoid, yaitu Telenomus sp. telah ditemukan Herlinda dan Thalib
(2006) menyerang telur dan mampu menyebabkan parasitisasi mencapai 7-64%. Pemanfaatan
parasitoid ini belum pernah dilakukan di sentra sayuran dataran rendah. Untuk itu, parasitoid
tersebut perlu dimanfaatkan guna mengendalikan kepik kubis ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan baseline data populasi dan serangan kepik kubis pada tanaman caisin, dan
mengamati potensi dan mengidentifikasi jenis-jenis parasitoid yang berasosiasi dengan telur
kepik kubis (E. pulchrum) yang berasal dari berbagai jenis tanaman dari keluarga kubis-kubisan
(Brassicaceae) di Sumatera Selatan.
BAHAN DAN METODE
Survei Parasitoid Telur E. pulchrum di Berbagai Ketinggian Tempat
Survei Parasitoid. Eksplorasi parasitoid telur E. pulchrum dilakukan di berbagai
ketinggian tempat (5-1.500 m di atas permukaan laut, dpl) di sentra produksi sayuran di
Sumatera Selatan, yaitu dataran tinggi Pagaralam dan sekitarnya (Tegur Wangi, Muarasiban,
Pagardin, Bedeng Kresek), dataran sedang Lahat dan sekitarnya (Jarai, Kota Lahat), dan dataran
rendah Palembang dan sekitarnya (Sukarami, Talang Buruk, Sako Kenten). Pengambilan contoh
dilakukan pada daerah yang terserang berat maupun ringan karena dinamika populasi hama dapat
mempengaruhi potensi musuh alaminya.
Tingkat populasi hama yang tinggi dapat
mengindikasikan ketidakefektifan musuh alaminya. Oleh karena itu, koleksi musuh alami
selayaknya dilakukan juga di daerah yang tingkat serangan E. pulchrum rendah.
Telur contoh dari setiap lokasi dan setiap jenis Brassicaceae yang berbeda dimasukkan
dalam tempat yang terpisah, dicatat lokasi, waktu pengambilan contoh dan jenis Brassicaceae.
Telur contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter 1 cm dan tinggi 12 cm). Setiap
pengambilan contoh dilakukan pendataan tentang jenis-jenis Brassicacaeae baik yang
dibudidayakan maupun yang liar di setiap lokasi pengamatan. Imago parasitoid yang muncul
dimasukkan dalam botol vial yang berisi alkohol 70%. Jumlah imago parasitoid dan nimfa E.
pulchrum yang muncul dicatat guna menentukan tingkat parasitisasi telur dan penyebaran
parasitoid telur dari berbagai ketinggian tempat. Parasitoid yang didapatkan selanjutnya
diidentifikasi di bawah mikroskop di Laboratorium Entomologi, Jurusan HPT, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Identifikasi spesies parasitoid
didasarkan atas ciri
morfologinya menggunakan buku acuan Fitton & Walker (1992) dan Donald et al. (2000).
Analisis Data. Data jenis (komposisi spesies) dan jumlah individu (kelimpahan) setiap
jenis parasitoid telur digunakan untuk menganalisis keanekaragaman dan dominasi spesies
parasitoid E. pulchrum dari berbagai ketinggian lokasi. Ukuran keanekaragaman menggunakan
indeks Shannon, dominasi spesies Berger-Parker dan kemerataan spesies parasitoid antar
berbagai daerah geografis yang berbeda dianalisis menggunakan metode Magurran (1987).
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
254
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Pengamatan Populasi dan Serangan E. pulchrum di Pertanaman Caisin
Pengamatan Populasi dan Serangan. Penelitian dilakukan di sentra sayuran dataran
rendah, yaitu Sukarami, Palembang atau Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. Luas petak tanaman
contoh 400 m2. Petak tersebut dibagi menjadi empat sub-petak (empat sub-petak = empat
ulangan), masing-masing seluas 100 m2. Kelimpahan populasi imago E. pulchrum diamati
langsung pada rumpun tanaman caisin contoh (10% dari populasi tanaman) karena serangga ini
mobilitas relatif rendah. Serangan diamati secara langsung juga dan dihitung menggunakan
persentase pada daun tanaman caisin contoh, yakni total daun terserang dibagi dengan total
seluruh daun. Pengamatan populasi dan serangan E. pulchrum dilakukan setiap minggu selama
satu musim tanam, sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (mst) hingga terbentuk
polong (± 6 mst).
Analisis Data. Nilai rataan dan galat baku populasi nimfa dan imago dan persentase daun
yang terserang E. pulchrum dihitung. Kecenderungan perubahan tingkat populasi dan serangan
dari waktu ke waktu ditampilkan dalam bentuk kurva atau histogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parasitoid Telur E. pulchrum
Jenis Parasitoid Telur E. pulchrum. Hasil survei di lapangan hanya ditemukan satu
spesies parasitoid yaitu parasitoid telur, Telenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae). Parasitoid
ini muncul dari telur E. pulchrum yang berasal dari tanaman caisin. Telenomus sp. yang
ditemukan ini memiliki ciri tubuh berwarna hitam metalik dengan panjang tubuh sekitar 1 mm.
Antena memiliki ruas sebanyak 12 ruas. Pada mata tabuhan ini terdapat rambut-rambut pendek
dan kulit tubuh halus.
Telenomus sangat agresif dan akan memarasit telur kepik walaupun kelompok telur
tersebut dijaga induknya. Telenomus sp. dapat memarasit satu kelompok telur yang sama
(Gambar 1), tetapi tidak pada telur yang sama. Hal ini disebabkan karena pada waktu
memparasit telur, tabuhan ini meninggalkan bau yang dapat dikenali oleh parasitoid yang lain.
Bau ini digunakan untuk mencegah parasitoid lain akan memarsit telur yang sama. Parasitoid ini
dapat hidup beberapa hari sampai satu minggu atau lebih lama lagi tergantung ketersedian pakan,
seperti nektar atau serbuk sari.
Telur E. pulchrum yang terparasit oleh Telenomus sp. tidak mengalami perubahan, akan
tetapi antara telur yang menetaskan nimfa E. pulchrum dengan yang terparasit berbeda jelas.
Kalau telur yang sehat hampir tidak terdapat bekas tempat keluarnya nympa tersebut. Akan
tetapi telur yang terparasit, telurnya berlubang sebagai jalan imago parasitoid tersebut keluar.
Dari penelitian diketahui bahwa nimfa dari E. pulchrum ini menetas muncul atau keluar dari
sisi samping telur. Hal ini terjadi karena pada waktu menetas hama ini mempunyai kebiasaan
mengumpul, sehingga jika mereka keluar dari atas maka ada saja nimfa dari E. pulchrum ini
jatuh ke tanah dan mati. Berbeda dengan telur yang terparasit, parasitoidnya keluar dari atas
telur dan terdapat lubang di atas telur tempat dimana parasitoid telur tersebut keluar. Karena
setelah keluar dari telur parasitoid ini langsung aktif memarasit telur yang lain.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
255
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Parasitisasi telur E. pulchrum. Dari hasil survei baik selama satu musim tanam caisin
di dataran rendah, maupun survei pada berbagai lokasi didapatkan parasitisasi telur E. pulchrum
oleh Telenomus sp. lebih dari 50% (Tabel 1 dan 2). Pada penelitian ini Telenomus sp. dapat
ditemukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Akan tetapi, parasitisasi telur E.
pulchrum di dataran rendah cenderung lebih tinggi dibandingkan di dataran tinggi. Fenomena
yang sama dilaporkan juga oleh Herlinda et al. (2004) baik untuk parasitoid telur maupun
parasitoid larva Plutella xylostella.
Populasi dan Serangan E. pulchrum di Pertanaman Caisin
Populasi E. pulchrum. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi E. pulchrum
pada bulan Mei dan Juni tinggi karena saat penelitian curah hujan relatif sangat rendah.
Pengamatan populasi E. pulchrum pada musim kemarau ini menunjukkan populasi tinggi karena
aktifitas penerbangan dan perkembangan hama akan tinggi. Faktor yang sangat berpengaruh
pada populasi E. pulchrum ialah cuaca yang meliputi suhu dan curah hujan karena apabila terjadi
hujan kesempatan imago untuk terbang dan berkopulasi berkurang sehingga telur yang
dihasilkan sedikit dengan demikian populasi telur, nimfa dan imago pun menurun. Pada fase
nimfa E. pulchrum sangat rentan jika terkena air hujan terutama pada fase awal nimfa.
Tabel 1. Parasitisasi telur E. pulchrum oleh Telenomus sp. pada satu musim tanam caisin
Umur tanaman
(hari)
Waktu survei
Jumlah telur
contoh (butir)
Jumlah telur
terparasit (butir)
Tingkat
parasitisasi (%)
7
14
21
28
35
04/05/2008
11/05/2008
18/05/2008
25/05/2008
02/06/2008
52
49
55
51
64
8
24
28
21
14
15,38
48,98
50,91
41,18
21,88
42
09/06/2008
24
12
50,00
Total
295
107
228,33
Rata-rata
49,17
17,83
38,06
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
256
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Tabel 2. Parasitisasi telur E. pulchrum di daerah dataran tinggi dan rendah Sumatera
Selatan
Lokasi survei
Jumlah contoh
Spesies parasitoid
Rata-rata
telur (butir)
parasitisasi (%)
Dataran tinggi:
Tegur Wangi
696
Telenomus sp.
14,51
Muarasiban
410
Telenomus sp.
59,51
Pagardin
84
Telenomus sp.
4,76
Bedeng Kresek
228
Telenomus sp.
18,86
Jarai, Lahat
290
Telenomus sp.
32,07
Rata-rata
25,94
Dataran rendah:
Sako Kenten
Sukarami
Talang Buruk
Telenomus sp.
Telenomus sp.
Telenomus sp.
128
211
110
Rata-rata
17,97
51,18
43,64
37,80
Populasi nimfa dan imago E. pulchrum (ekor/tanama
Selama satu musim tanam caisin, populasi nimfa dan imago E. pulchrum cenderung
meningkat seiring peningkatan umur tanaman (Gambar 1). Populasi imago kepik ini meningkat
tajam saat caisin berumur 35 hst dan terus meningkat dengan puncak mencapai saat 49 hst (0,49
ekor/tanaman), sedangkan populasi nimfa mencapai puncak 49 hst (0,04 ekor/tanaman).
Peningkatan populasi kepik ini disebabkan semakin banyaknya ketersediaan polong yang
merupakan pakan utamanya.
Serangan E. pulchrum. Gejala serangan E. pulchrum pada daun menunjukkan daun
menjadi seperti hangus terbakar dan muncul bekas hisapan berwarna putih (Gambar 2). Polong
yang terserang akan kempis karena cairan dihisap dan polong tersebut menjadi berkerut biji tidak
terbentuk dan warnanya lama-kelamaan menjadi coklat.
0,49
0,50
Nimfa
Imago
0,40
0,30
0,26
0,20
0,13
0,10
0,00
0,03
0,02
0,01 0,00
0,01 0,01
0,01
0,00
0,00
7
14
21
28
35
0,03
0,04
42
49
Umur caisin (hari)
Gambar 1. Populasi nimfa dan imago E. pulchrum pada tanaman caisin selama satu musim tanam
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
257
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Gambar 2. Kepik kubis (Eurydema pulchrum): kepik kubis sedang mengisap bunga caisin (a),
gejala serangan pada buah (b) dan daun caisin (c), telur kepik kubis pada buah caisin (d)
Serangan E. pulchrum pada polong terus meningkat seiring dengan peningkatan umur
tanaman (Gambar 3). Apabila dikaitkan dengan perkembangan populasi imago E. pulchrum
terdapat hubungan yang erat. Perkembangan populasi imago semakin tinggi akan menyebabkan
keruskan polong akan semakin tinggi pula.
Serangan pada daun sangat rendah. Hal ini
disebabkan kepik ini lebih memilih polong dibandingkan daun. Daun yang diserang juga
tertentu, tidak semua daun melainkan daun pucuk atau daun muda. Sejak terbentuknya polong
(21 hst), daun yang diserang kepik ini terus menurun dan daun tidak terserang lagi saat polong
tersedia banyak. Selain menyerang polong, kepik ini di lapangan mengisap bunga caisin dan
mengisap putik yang baru terbentuk.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
258
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
100
Serangan pada daun dan polong (%)
100
90
Daun
Polong
80
74,99
70
60
50
40
30,36
30
20
11,11
10
0
0,49 0
7
3,94
0
14
2,41
21
3,48
0,06
28
0,42
35
0
42
0
49
umur caisin (hari)
Gambar 3. Serangan E. pulchrum pada daun dan polong tanaman caisin selama satu
musim tanam.
SIMPULAN
Jenis parasitoid yang berasosiasi dengan E. pulchrum, yaitu Telenomus sp. dan dari
berbagai lokasi di Sumatera Selatan didapatkan parasitisasi telurnya lebih dari 50%, populasi
imago E. pulchrum mencapai 0,49 ekor/tanaman dan serangan mencapai 100% pada polong dan
3,94% pada daun.
SANWACANA
Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing XVI, DP3M, Dikti,
Depdiknas Tahun Anggaran 2008 dengan kontrak nomor: Nomor : 088/H9.2.1/PL/2008, tanggal
7 April 2008 a.n. Rosdah Thalib.
DAFTAR PUSTAKA
Donald, C., N.N. Endersby, P. Ridland, I. Porter & J. Lawrence. 2000. Field Guide to Pests,
Diseases and Disorders of Vegetable Brassicas. AUSVEG: Department of Natural
Resources and Environment.
Fitton, M. & A. Walker. 1992. Hymenopterous parasitoids associated with diamondback
moth: the taxonomic dilemma, pp. 225-231. In N.S. Talekar (ed.). Diamondback moth
and other crucifer pests. Proceedings of The Second International Workshop, AVRDC,
Taiwan.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
259
Penurunan kualitas jamur entomopatogen Beauveria…………............A. Salim, R. Septiadi, Effendy, S. Herlinda, R. Thalib
Herlinda, S. & R. Thalib. 2006. Bio-ekologi Eurydema pulchrum (Westw.) (Hemiptera:
Pentatomidae) pada Tanaman Caisin. Seminar Nasional dengan tema “Strategi Pemantapan
Ketahanan Pangan Nasional Melalui revitalisasi dan Resenergisme Sistem Agribisnis”,
Palembang 13 September 2006.
Herlinda, S., Hamadiyah, T. Adam & R. Thalib. 2006. Toksisitas isolat-isolat Beauveria
bassiana (Bals.) Vuill. terhadap nimfa Eurydema pulchrum (Westw.) (Hemiptera:
Pentatomidae). Agria 2:34-37.
Herlinda, S., R. Thalib & R.M. Saleh. 2004. Perkembangan dan preferensi Plutella xylostella
(Lepidoptera: Yponomeutidae) pada lima jenis tumbuhan Brassicaceae. Hayati 11:130134.
Magurran, A.E. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press.
New Jersey. 179 p.
---------------------------------------------------Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang berwawasan
lingkungan dalam menyikapi dampak pemanasan global” Palembang, 18 Oktober 2008
260