Analisis keterkaitan sektor pertanian te

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian
Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke
dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan sektor perekonomian itu adalah sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan atau konstruksi, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan
jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor yang
membentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub sektor
tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan
hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.
Pembagian sub sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itu
sendiri. Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi
penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana,

yang masih menggunakan peralatan tradisional3.

3

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. BPS, Jakarta. Hal. 26.

13

Dengan demikian, sektor pertanian menjadi variabel dalam penelitian ini
yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kedelapan sektor lainnya dalam
perekonomian Indonesia.

2.2. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional
Pembangunan dapat diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian
nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun
waktu yang cukup lama dapat menciptakan dan mempertahankan kenaikan
pendapatan

nasional.


Diperlukan

suatu

ukuran

dalam

mengidentifikasi

pembangunan suatu negara. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat kemajuan pembangunan adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB
dalam bidang ekonomi adalah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu yang sering dijadikan sebagai metode untuk
menghitung pendapatan nasional4.
Dalam pemahaman ekonomi makro, PDB dapat dipelajari dengan
pendekatan dari sisi penerimaan, pengeluaran, dan produksi. Menghitung nilai
PDB dengan pendekatan pengeluaran dapat dinotasikan dalam bentuk PDB =
konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor). Konsumsi
adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah

pengeluaran yang dilakukan oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah serta ekspor dan impor adalah
pengeluaran bersih atas perdagangan luar negeri. Menghitung nilai PDB dengan
4

Gregory Mankiw. 2005. Teori Makroekonom. Edisi ke-5. Erlangga, Jakarta. Hal. 16.

14

pendekatan pendapatan juga dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = sewa + upah
+ bunga + laba. Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti
tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk
pengusaha5.
Pendekatan produksi dapat digunakan untuk melihat peran suatu sektor
dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja. Nilai PDB juga dapat diperoleh dari
penjumlahan nilai tambah (barang dan jasa akhir) dalam produksi barrang dan jasa
dari berbagai sektor perekonomian6.
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian
dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan
nasional. Meskipun demikian, selama perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi,

para teoritikus ilmu pengetahuan masa kini masih menyempurnakan makna,
hakikat, dan konsep pertumbuhan ekonomi. Ini dipahami karena ketika banyak di
antara negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi sesuai target mereka, namun gagal memperbaiki taraf hidup
sebagian besar penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam
definisi pertumbuhan ekonomi yang dianut selama ini.
Nilai PDB belum dapat mencerminkan kondisi atau peran menyeluruh
sektor-sektor

ekonomi

dalam

perekonomian.

Nilai

PDB

menunjukkan


perkembangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi untuk
konsumsi akhir berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi

5
6

Ibid. Hal. 18-19
Ibid.

15

dan ekspor impor. Nilai PDB juga diperoleh dari penjumlahan nilai tambah dalam
produksi barang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian. Nilai PDB tidak
dapat melihat kontribusi suatu sektor terkait perannya dalam menyediakan barang
dan jasa antara bagi sektor-sektor lain dalam perekonomian. Hal ini dipahami
karena contohnya sektor pertanian dalam proses pembangunan ekonomi memiliki
pengaruh terhadap sektor-sektor lain terkait penyediaan input antara bagi sektor
lain atau pun sebaliknya penggunaan input antara dari sektor lain. Untuk itu, PDB
bukan merupakan indikator tunggal untuk melihat peran menyeluruh suatu sektor.


2.3 Konsep Keterkaitan
Ada berbagai teori yang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar sektor
mempengaruhi perekonomian suatu negara. Keterkaitan ke belakang (backward
linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) merupakan alat analisis
yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor
lain dalam perekonomian. Keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan
keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang
digunakan untuk proses produksi, sedangkan keterkaitan ke depan menunjukkan
hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output
yang dihasilkannya7.
Keterkaitan antar sektor dapat terjadi paling tidak melalui empat media,
yaitu:

7

Sahara dan D.S. Priyarsono. 2006. Modul MK Ekonomi Regional. Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB. Hal. 8. 13

16


1. Keterkaitan Produk
Merupakan keterkaitan yang terjadi melalui penggunaan produk suatu sektor
sebagai bahan baku bagi sektor lain.
2. Keterkaitan Konsumsi
Keterkaitan yang tercipta karena suatu sektor dapat menemukan nilai tambah
suatu produk dari sektor lain sehingga produk tersebut dikonsumsi oleh rumah
tangga.
3. Keterkaitan Investasi
Keterkaitan ini tercipta karena nilai tambah dari suatu sektor dipergunakan
untuk membeli barang-barang modal dalam rangka meningkatan produksi
berbagai sektor.
4. Keterkaitan Fiskal
Merupakan keterkaitan yang tercipta karena pajak yang ditarik dari suatu sektor
dipergunakan untuk membiayai investasi dan pelayanan pemerintah yang
berperan dalam meningkatkan produksi sektor-sektor lainnya
Dalam hal ini, sektor pertanian dapat memiliki keterkaitan dengan sektor
lain melalui ke empat media tersebut. Keterkaitan melalui empat media ini dapat
dijelaskan dengan beberapa contoh yaitu:
1. Keterkaitan Produk

Penggunaan produk dari sektor pertanian dapat digunakan oleh sektor lain
sebagai bahan baku sektor tersebut misalnya sektor industri pengolahan
minuman yang mengolah bahan dasar jeruk dari sektor pertanian untuk
dijadikan produk akhir berupa sirup.

17

2. Keterkaitan Konsumsi
Suatu masyarakat mempunyai nilai selera yang tinggi terhadap suatu produk
pertanian misalnya buah durian dan adanya produk olahan dari suatu industri
yang mengolah durian tersebut menjadi produk baru berupa permen rasa durian
menyebabkan permen durian laku dipasaran. Industri pengolahan mengambil
keuntungan dengan menciptakan produk baru dari produk dasar durian yang
sebelumnya memiliki nilai rasa yang tinggi di suatu masyarakat. Sehingga
keterkaitan konsumsi durian oleh masyarakat menyebabkan meningkatnya
konsumsi permen durian yang dihasilkan suatu industri.
3. Keterkaitan Investasi
Pendapatan yang besar ketika sektor pertanian mengalami peningkatan
produksi dapat digunakan sebagai modal. Modal ini digunakan untuk tujuan
investasi ke sektor non pertanian. Sehingga ada transfer modal dari sektor

pertanian ke sektor non pertanian. Contohnya ketika subsektor tanaman pangan
meningkat dan menghasilkan pendapatan, pendapatan tersebut digunakan
sebagai modal untuk berinvestasi ke sektor perdagangan. Investasi ke sektor
perdagangan ini dipilih karena sektor ini dapat berperan sebagai tempat
penyalur maupun pemasaran produk-produk tanaman pangan tersebut.
Sehingga keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor perdagangan dapat
dikaitkan melalui media investasi.
4. Keterkaitan fiskal.
Pajak yang ditarik dari sektor pertanian dapat digunakan untuk membiayai
investasi atau pelayanan pemerintahan seperti contoh pembangunan jalan raya.

18

Pembangunan jalan raya untuk menghubungkan daerah pedesaan tempat
dimana sektor pertanian melaksanakan aktivitasnya ke daerah perkotaan tempat
dimana produk pertanian tersebut di pasarkan menyebabkan alur distribusi
produk pertanian lancar. Dengan keadaan seperti itu, sektor perhubungan dan
pengangkutan dapat berkembang seiring kebutuhan pelayanan pengangkutan
produk pertanian. Sehingga keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor
pengangkutan melalui media keterkaitan fiskal dari pembangunan jalan raya

tersebut dapat terjadi.
Uraian di atas menggambarkan beberapa contoh keterkaitan sektor
pertanian terhadap sektor lainnya. Dalam perekonomian sebenarnya masih banyak
hubungan keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Akan tetapi
setiap keterkaitan tersebut akan dapat dijelaskan melalui empat media yang
disebutkan diatas.
Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain ternyata dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau pembangunan ekonomi. Alasannya adalah
ketika sektor pertanian dapat menunjang pertumbuhan sektor lain melalui
keterkaitan yang dimiliki maka secara agregat pertumbuhan ekonomi akan
meningkat. Kuznets (1964) menjelaskan pertanian di negara sedang berkembang
merupakan suatu sektor yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu8:

8

Kuznets dalam Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga. Haris Munandar dan Puji [ penerjemah]. Edisi ke-8. Erlangga, Jakarta. Hal. 135.

19


1. Kontribusi Produk
Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada
produk-produk sektor pertanian. Bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan
suplai makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku kegiatan produksi di
sektor non pertanian. Misalnya industri pengolahan seperti industri makanan
dan minuman, tekstil dan pakaian jadi yang bahan inputnya berasal dari produk
pertanian kapas, barang-barang dari kulit dan farmasi dari tanaman
holtikultura.
2. Kontribusi Pasar
Kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan
maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk bagian yang
sangat besar dari pasar (permintaan) domestik. Sehingga permintaan produkproduk dari industri dan sektor-sektor lain sangat besar mengalir di daerah
pedesaan.
3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi
Pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan pertanian dalam PDB dan
penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan semakin
tingginya tingkat pembangunan ekonomi. Sektor ini dilihat sebagai sumber
modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi
melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor non
pertanian.

20

4. Kontribusi Devisa
Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi
surplus neraca perdagangan baik melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau
peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor.
Dengan demikian pentingnya untuk memperlajari seberapa besar
keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain dan pengaruhnya terhadap
pembangunan ekonomi memfokuskan penelitian ini dengan menggunakan
Analisis Input Output. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui seberapa
besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya dalam perekonomian
Indonesia.

2.4 Model Input Output
Model Input Output atau Tabel Input Output pertama kali diperkenalkan
oleh Profesor Wassily W. Leontif pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2008)9
pengertian Tabel Input Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi
tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi serta saling
keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor yang lainnya dalam suatu
wilayah pada suatu periode tertentu dengan bentuk penyajian berupa matriks.
Isian sepanjang baris Tabel Input Output menunjukkan bagaimana output suatu
sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan
pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.

9

Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. PT. Tionarayana
Marbuejaya , Jakarta. Hal 9.

21

Sedangkan masing masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara dan
input primer oleh suatu sektor dalam proses produksi. Dengan kata lain,
penggunaan Tabel Input Output dapat menunjukkan bagaimana output dari suatu
sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu
sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.
Analisis Input Output (Analisis I-O) menunjukkan bahwa dalam
perekonomian secara keseluruhan mengandung keterkaitan dan ketergantungan
sektoral, yang mana output suatu sektor merupakan input pada sektor lain dan
sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang membawa
mereka ke arah keseimbangan (equilibrium) antara permintaan dan penawaran
dalam perekonomian secara menyeluruh.
Sebagai metode kuantitatif, Tabel Input Output memberikan gambaran
secara menyeluruh tentang:
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah
masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang impor atau yang berasal dari luar negeri.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai
sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

22

Kegunaan dari Tabel Input Output menurut BPS (2008)10, antara lain:
1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,
impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor
produksi.
2. Menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.
3. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama
dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
perekonomian nasional.
5. Melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada
gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan. Penyempurnaan, dan
pengembangan lebih lanjut.
6. Menganalisis perubahan harga, yaitu melihat pengaruh langsung dan tidak
langsung dari perubahan harga input terhadap output.
2.4.1 Asumsi Tabel Input Output
Data dalam Tabel Input Output merupakan rincian informasi tentang input
output sektoral, sehingga mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam
kegiatan perekonomian. Suatu Model Input Output yang bersifat terbuka dan
statis, maka transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input
Output harus memenuhi asumsi dasar11, yaitu:

10
11

Ibid. Hal 7.
Ibid. Hal. 14.

23

1. Keseragaman (Homogenitas)
Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output (barang dan jasa) dengan
struktur input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis antar output
dari sektor yang berbeda.
2. Kesebandingan (Proportionality)
Kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan
kenaikan output yang dihasilkan.
3. Penjumlahan (Additivitas)
Jumlah pengaruh kegiatan produksi diberbagai sektor merupakan penjumlahan
dari pengaruh pada masing-masing sektor tersebut.
2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Tabel Input-Output
Analisis I-O merupakan varian terbaik keseimbangan umum (general
equilibrium) yang memiliki tiga unsur utama. Unsur-unsur tersebut antara lain (1)
memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan ekuilibrium, (2)
tidak berpusat pada analisis permintaan tetapi pada masalah teknis produksi, (3)
analisis ini didasari pada penelitian empiris. Keunggulan dari Tabel Input Output
Indonesia 2005 adalah12:
1. Kemampuannya untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian secara
rinci sehingga membuat analisis I-O cocok bagi proses perencanaan.
2. Kemampuannya untuk menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor
dalam suatu perekonomian.

12

Ibid. Hal. 15

24

Sedangkan keterbatasan Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah13:
1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama
periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh
sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena
koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga
input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.
2. Besarnya biaya yang harus dilakukan dalam penyusunan Tabel Input Output
dengan menggunakan metode survey.
3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada
akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap
asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang
terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.
2.4.3 Struktur Dasar Tabel Input-Output
Output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dapat didistribusikan
kepada dua jenis pengguna, yaitu sektor produksi dan sektor konsumen akhir.
Jenis pengguna pada sektor produksi, menggunakan output dari suatu sektor
dijadikan input pada sektor lain dalam proses produksinya. Jenis pengguna untuk
konsumen akhir menggunakan output dari suatu sektor dijadikan sebagain
permintaan akhirnya.
Input antara dapat terjadi arus perpindahan barang dan jasa antar sektor.
Artinya, bahwa dari sektor i ke sektor j terjadi perpindahan atau sebaliknya. Sama

13

Ibid. Hal. 15.

25

halnya dalam sektor itu sendiri, perpindahan terjadi dari sektor i ke sektor j jika
i=j. Hal tersebut dapat dinotasikan dalam bentuk umum, sebagai berikut:
Xi =



n
j

x ij + Fi ......................................................................................(2.1)

Keterangan: Xi = total output sektor i
xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j
Fi = total permintaan akhir dari sektor i
i = 1,2,3,...
j = 1,2,3,...
Jenis pengguna pada sektor produksi yang menggunakan output suatu
sektor (sektor i) yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara di sektor
lain (sektor j) adalah xij. Maka total permintaan antara dapat dinotasikan sebagai
berikut:



n
j =1

x ij = x i1 + x i2 + ... + x ij ...............................................................(2.2)

Jadi pengguna untuk konsumen akhir (permintaan akhir) terdiri dari rumah
tangga, perusahaan, pemerintah, dan pihak luar negeri. Permintaan akhir tersebut
terdiri dari konsumsi rumah tangga untuk rumah tangga, investasi untuk
perusahaan, pengeluaran pemerintah untuk pemerintah, dan ekspor dari luar
negeri. Hal tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut:
Fi = Ci + Ii + Gi + ... + Ei .....................................................................(2.3)
Keterangan:

Fi = total permintaan akhir sektor i
Ci = konsumsi rumah tangga dari sektor i
Ii = investasi dari sektor i
Gi = pengeluaran pemerintah dari sektor i
Ei = ekspor dari sektor i
i = 1,2,3,...

Susunan input terdiri dari input antara dan input primer. Input antara
digunakan dalam proses produksi, sedangkan input primer dibutuhkan dalam

26

pembiayaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, lahan, dan sebagainya.
Berdasarkan penggunaan faktor produksi, ada balas jasa dari input primer yang
akan diterima. Balas jasa tersebut adalah nilai tambah dari proses produksi. Oleh
karena itu, dalam prosesnya (input dan output) dapat dijabarkan dalam bentuk
Tabel I-O yang terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran i x j dimensi
yang terbagi menjadi empat kuadran dan setiap kuadran mendeskripsikan suatu
hubungan tertentu.
Tabel 2.1 Tabel Input Output
Permintaan Antara

Alokasi

Permintaan Akhir

Output
Sektor Produksi
Susunan

1

2

...

C

I

G

...

E

Total
Output

j

Input
Input
antara

Sektor
Produksi

1
2
.
.
.
n

I

II

III

IV

Upah dan Gaji RT
Surplus Usaha
Input Primer lainnya
Total Input

Sumber: BPS, 2005
Keterangan:
xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j
Ci = konsumsi rumah tangga sektor i

Ii
Gi
Ei
Xi
Xj
Uj
Sj
Pj
i
j

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

investasi perusahaan sektor i
pengeluaran pemerintah sektor i
ekspor sektor i
total output akhir dari sektor i
total input sektor j
upah dan gaji sektor j
surplus usaha sektor j
input primer lainnya dari sektor j
1,2,3...
1,2,3...

X1
X2
.
.
.
Xi

27

Berdasarkan asumsi kesebandingan, dapat dikatakan bahwa total output sektor i
sama dengan total input sektor j (Xi=Xj).
Berdasarkan Tabel 2.1, isian sepanjang baris menunjukkan bagaimana
output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan
antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Lain halnya untuk
isian sepanjang kolom menunjukkan pemakaian input antara (xi1 + xi2 + ... + xij)
dan input primer (Uj, Sj, Pj) oleh suatu sektor. Oleh karena itu, bentuk aljabar,
bentuk notasi, dan bentuk matriksnya adalah sebagai berikut:
a) Sektor dalam baris:
(i) Bentuk aljabar
x11 + x12+ ... + x1j + F1 = X1
x21 + x22+ ... + x2j + F2 = X2
.
.
. .
.
.
.
.
. .
.
.
xi1 + xi2+ ... + xij + Fi = X2 ............................................... ........................................................(2.4.i)
Jika: Ci + Ii + Gi + ... + Ei = Fi
(ii) Bentuk notasi



n
j =1

x ij + Fi =Xi .........................................................................................................................(2.4.ii)

(iii)Bentuk matriks

x11 x12
x x
 21 22


xi1 xi2

x1j 
x2 j 


xij 

 F1   X1 
F   X 
 2  2
+   =  
   
 Fi   Xi 

28

b) Sektor dalam kolom
-

Bentuk aljabar
x11 + x21+ ... + xi1 + V1 = X1
x12 + x22+ ... + xi2 + V2 = X2
.
.
. .
.
.
.
.
. .
.
.
X1j + x2j+ ... + xij + Vj = Xj ........................................................................................................(2.5.i)
Jika: Uj + Sj + Pj = Vj

-

Bentuk notasi



n
j =1

x ij + Vi =Xi ..........................................................................................................................(2.5.ii)

Angka-angka

pada

Tabel

I-O

sebenarnya

digunakan

untuk

menyempurnakan data nilai PDB menurut sektor produksi dan penggunaan.
Berdasarkan Tabel I-O, nilai PDB sektoral dapat diperoleh dengan menjumlahkan
nilai tambah bruto (kode I-O = 209) masing-masing sektor ditambah dengan pajak
penjualan impor (kode I-O = 402) dan bea masuk (kode I-O = 403). Untuk
memperbandingkan nilai PDB yang diperoleh dari Tabel I-O dengan nilai PDB,
maka nilai pajak penjualan impor dan bea masuk barang impor harus digabungkan
dalam sektor perdagangan. Nilai PDB menurut penggunaan dibandingkan dengan
mengurangkan permintaan akhir dengan impor barang dan jasa.
Berdasarkan Tabel I-O Indonesia 2005, secara umum matriks tersebut
terbagi menjadi empat kuadran14, yaitu:

14

Ibid. Hal 10.

29

1. Kuadran I (Intermediate Quadrant)
Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa dalam
proses produksi. Pada kuadran ini menunjukkan ketergantungan antar sektor
produksi dalam suatu perekonomian dan dalam analisisnya memiliki peranan
penting dalam melakukan proses produksi karena terdapat keterkaitan antar
sektor ekonomi.
2. Kuadran II (Final Demand Quadrant)
Dalam kuadran II terdapat transaksi barang dan jasa dalam sektor
perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah
output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga,
pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.
3. Kuadran III (Primary Input Quadrant)
Kuadaran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem
produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari
pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), pajak tak langsung, surplus usaha
dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan
produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant)
Kuadran IV merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang
menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan
permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi
di kuadran IV ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan
Tabel Input-Output sering diabaikan.

30

2.5 Definisi dan Konsep Variabel dalam Tabel Input Output
Konsep dan definisi ini menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam
Tabel Input Output Indonesia. Konsep dan definisi ini dijelaskan menurut
pengertian Tabel Input Output15.
a. Output
Output adalah nilai barang dan Jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor
produksi di dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku
produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perorangan dari dalam negeri
ataupun perusahaan atau perorangan asing yang dihasilkan di dalam negeri. Unit
usaha yang produksinya berupa barang output merupakan hasil perkalian kuantitas
produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang
tersebut. Unit usaha yang bergerak dibidang jasa, outputnya merupakan nilai
penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.
b. Transaksi Antara
Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan
sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen
merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor yang berperan sebagai
konsumen ditunjukkan pada sektor yang terdapat di masing-masing kolom.
Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa
yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris
pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam
memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan
15

Ibid. Hal. 21.

31

disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang
dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai
input antara.
c. Permintaan Akhir
Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan
konsumsi, bukan untuk proses produksi.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk
semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang
bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak
tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga
mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi
penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlukan sebagai
impor untuk menjaga konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di
domestik diperlakukan sebagai ekspor.
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk
pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik
yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah.
3. Pembentukan Modal Tetap
Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian
barang-barang modal baru baik dalam maupun impor, termasuk barang bekas
dari luar daerah.

32

4. Perubahan Stok
Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun
dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan
menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan setengan jadi yang disimpan oleh
produsen, contohnya pada kasus peternakan yaitu perubahan ternak dan
unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii)
perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh
produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barangbarang dagangan yang belum terjual.
5. Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara
penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain.
Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor barang dagangan, jasa
angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya. Transaksi ekspor barang ke
luar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b). Free on board
adalah suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara
pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang
mengangkutnya. Transaksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar
biaya pendaratan (landed cost). Biaya pendaratan terdiri dari cost insuraance
and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan bea penjualan impor.
d. Input Primer
Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang
terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut

33

juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai
antara. Berikut ini adalah termasuk dalam input primer:
1. Upah dan Gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang
dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja
keluarga yang tidak dibayar.
2. Surplus Usaha
Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas
pemilik modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak
penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak
kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah
bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung
netto.
3. Penyusutan
Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan
produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan
jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut
yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi
4. Pajak Tak Langsung Netto
Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung netto mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea
masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Sedangkan subsidi
adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk

34

menutupi biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan
pendapatan bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung
negatif. Subsidi pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat
harga tertentu dari suatu produk.

2.6 Analisis Input-Output
2.5.1. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)
Analisis keterkaitan ini merupakan suatu konsep yang dijadikan dasar
perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar
sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini terdiri dari keterkaitan ke
depan (forward linkage), menunjukkan keterkaitan antar sektor dalam penjualan
terhadap total penjualan output yang dihasilkan dan keterkaitan ke belakang
(backward linkage), menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam
pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi.
Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan
penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan
keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan
koefisien input (matriks leontief). Matriks kebalikan koefisien input yang
mengandung informasi tingkat pertumbuhan suatu sektor, dapat menstimulir
pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Oleh karena itu, keterkaitan
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu:

35

1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage)
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit
kenaikan permintaan total.
2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan (Direct-Indirect
Forward Linkage)
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung maupun tidak
langsung per unit kenaikan permintaan total.
3. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage)
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor yang menyediakan
input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan
total
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (Direct-Indirect
Backward Linkage)
Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun
tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
2.6.2 Analisis Dampak Penyebaran (Dispersion Effect Analysis)
Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan langsung ke
depan dan ke belakang karena membandingkan nilai keterkaitan langsung dan
tidak langsung dikali jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan

36

langsung dan tidak langsung dari seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Koefisien Penyebaran (Coeffisient on Dispersion)
Koefisien

ini

digunakan

untuk

mengetahui

distribusi

manfaat

dari

pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya
melalui mekanisme transaksi pasar input. Artinya, bahwa kemampuan suatu
sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya.
2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion)
Kepekaan ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya,
bahwa kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi
sektor hilirnya yang memakai input dari sektor ini.
2.6.3Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)
Analisis

pengganda

digunakan

untuk

menghitung

dampak

yang

ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap
sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis pengganda Input-Output, pendorong
perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan
sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan
akhir suatu sektor. Oleh karena itu, analisis pengganda terbagi menjadi tiga
macam, yaitu pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga
kerja. Masing-masing pengganda terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan
tipe II. Analisis tipe I merupakan model terbuka, yang mana faktor rumah tangga

37

dijadikan sebagai faktor eksogen, sedangkan analisis tipe II merupakan model
tertutup, yang mana faktor rumah tangga dijadikan sebagai faktor endogen.
a. Pengganda Output (Output Multiplier)
Pengganda output menentukan besarnya kelipatan perubahan output regional
akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor. Artinya, bahwa nilai total
output yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan suatu unit
mata uang permintaan akhir sektor tersebut. Peningkatan permintaan akhir
suatu sektor akan meningkatkan output itu sendiri dari sektor-sektor lain
dalam perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain tercipta akibat
adanya dampak langsung dan tidak langsung (hubungan teknis antar sektor)
dari peningkatan permintaan akhir. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe,
yaitu:
- Tipe I
Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan
akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perekonomian
suatu wilayah.
- Tipe II
Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan
akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan
efek induksi konsumsi dalam perekonomian suatu wilayah.
b. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)
Pengganda ini mengukur peningkatan pendapatan akibat perubahan output
dalam perekonomian. Berdasarkan Tabel I-O Indonesia, yang termasuk ke

38

dalam pengganda ini adalah pendapatan berupa upah dan gaji yang diterima
rumah tangga, deviden, dan sebagainya. Pengganda ini terbagi menjadi dua
tipe, yaitu:
- Tipe I
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah
tangga sebagai eksogenus model sebesar Pengganda totalnya akibat
perubahan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara
langsung maupun tidak langsung.
- Tipe II
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah
tangga sebagai endogenus model sebesar Pengganda totalnya akibat
perubahan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan efek induksi
konsumsi.
c. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier)
Pengganda ini menunjukkan perubahan tenaga kerja akibat perubahan awal
dari sisi output. Pengganda ini tidak ada dalam Tabel I-O karena tidak
mengandung variabel yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka dalam
Tabel I-O harus menambahkan baris jumlah tenaga kerja untuk masingmasing sektor dalam perekonomian. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe,
yaitu:

39

- Tipe I
Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh penciptaan lapangan kerja
akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan.
- Tipe II
Tipe ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan lapangan kerja
akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan dan memasukan
efek induksi konsumsi.

2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan Analisis Input Output telah banyak
dilakukan. Penelitian dengan menggunakan analisis ini pada umumnya
mempelajari bagaimana pengaruh suatu sektor dalam perekonomian, melihat
keterkaitan antar sektor dalam perekonomian, dampak penyebaran sektor-sektor
tersebut, serta efek

pengganda

yang ditimbulkan suatu sektor dalam

perekonomian.
Penelitian yang menganalisis peran sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi dengan menggunakan alat Analisis Input Output sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Nugroho (2002)16 meneliti tahap industrialisasi sektor pertanian serta
dampak investasi dan peranannya dalam perekonomian Propinsi Jawa Tengah.
Penelitian tersebut menggunakan Tabel Input Output updating Jawa Tengah

16

Bramantyo Tri Adi Nugroho. 2003. Tahap Industrialisasi Sektor Pertanian Serta Dampak Investasi dan Peranannya Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah (Analisi Input Output).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.

40

Tahun 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di
Provinsi Jawa Tengah masih cukup besar walaupun sektor tersebut tidak menjadi
sektor ungulan dalam Provinsi Jawa Tengah. Hal ini di buktikan dari
pembentukan output sektor pertanian menduduki peringkat kedua. Nilai
keterkaitan ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung lebih besar
daripada keterkaitan ke belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa output
pertanian lebih banyak digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain. Analisis
pengganda sektor pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Analisis
koefisien pertanian menunjukkan bahwa industrialisasi yang terjadi di sektor
pertanian masih belum maju.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurlela (2003)17, melihat dampak
investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Penelitian
tersebut menggunakan Tabel Input Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2000. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan ke depan sektor pertanian berada pada
peringkat kedua dan keterkaitan kebelakang berada pada peringkat ke delapan dari
sepuluh sektor perekonomian. Berdasarkan analisis dampak penyebaran,
subsektor pertanian berada pada peringkat ke delapan (koefisien penyebaran) dan
peringkat ketiga (kepekaan penyebaran) dari sepuluh sektor yang ada. Analisis
pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai relatif rendah
untuk pengganda output, pengganda pendapatan, dan tenaga kerja.

17

Fitri Nurlela. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa
Barat (Analisis Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.

41

Penelitian-penelitian terdahulu untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel
2.2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak dari aspek
cakupan wilayah penelitiannya. Penelitian-penelitian terdahulu cakupan wilayah
penelitiannya

pada

tingkat

provinsi

sedangkan

penelitian

ini

cakupan

penelitiannya

pada tingkat nasional. Ada beberapa penelitian terdahulu yang

menganalisis sektor pertanian dengan cakupan wilayah penelitiannya sama
dengan penelitian ini yaitu secara nasional, akan tetapi penelitian terdahulu
menganalisis sektor pertanian dari permasalah yang berbeda.
Berdasarkan studi literatur penelitian terdahulu bahwa analisis keterkaitan
sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan pengaruhnya terhadap
perekonomian Indonesia dengan menggunakan Tabel Input Output 2005
klasifikasi 9 sektor belum pernah dilakukan.

42
Tabel 2.2 Penelitian-Penelitan Terdahulu
Nama
1. Dyah Ayu
Mariana
Handari
(2006)

Judul
Dampak
Investasi di
Sektor
Pertanian
Terhadap
Perekonomian
di Indonesia

Tabel IO
Tabel IO
Indonesia
Updating
Tahun 2003
Klasifikasi
27 sektor

Hasil Penelitian
Deskripsi
a) Nilai langsung dan tidak langsung
a) Analisis Keterkaitan:
ke depan sektor pertanian sebesar
1. Langsung ke Depan: 0,46
2. Langsung dan Tidak Langsung ke
2,02 berada pada urutan ketiga
Depan: 2,02
terbesar dari klasifikasi 10 sektor.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
3. Langsung ke Belakang: 0,25
sektor pertanian dapat mendorong
4. Langsung dan Tidak Langsung ke
pertumbuhan
sektor
hilirnya
Belakang: 1,45
melalui penyediaan input jika
b) Analisis Penyebaran:
dibandingkan dengan sektor1. Penyebaran ke Depan: 1,06
sektor lain. Kemudian, nilai
2. Penyebaran ke Belakang: 0,76
langsung dan tidak langsung ke
c) Analisis Pengganda:
belakang sektor pertanian sebesar
1. Pengganda Output:
1,45
berada
pada
urutan
Tipe I: 1,45
kesembilan.
Hal
tersebut
Tipe II: 1,80
2. Pengganda Pendapatan:
menunjukkan
bahwa
sektor
Tipe I: 1,38
pertanian
kurang
mampu
Tipe II: 1,66
merangsang pertumbuhan sektorsektor
hulunya
melalui
3. Pengganda Tenaga Kerja:
penggunaan
input
jika
Tipe I: 1,19
Tipe II: 1,27
dibandingkan dengan sektord) Analisis Dampak Investasi menunjukkan
sektor lain.
bahwa sub sektor dari sektor pertanian b) Analisis penyebaran menunjukkan
yang memiliki nilai investasi yang baik
bahwa sektor pertanian lebih
adalah sub sektor perkebunan.
mampu
untuk
mendorong
pertumbuhan
seluruh
sektor

43

2. Siera
Aninditha
Casandri
Putri (2008)

Peran Sektor
Pertanian
Terhadap
Perekonomian
Provinsi
Bangka
Belikung

Tabel IO
Bangka
Belitung
Tahun 2005
klasifikasi 9
sektor

a) Analisis Keterkaitan:
1. Langsung ke Depan: 0,18
2. Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan: 1,26
3. Langsung ke Belakang: 0,09
4. Langsung dan Tidak Langsung ke
Belakang: 1,12
b) Analisis Penyebaran:
1. Penyebaran ke Depan: 0,92
2. Penyebaran ke Belakang: 0,81
c) Analisis Pengganda:
1. Pengganda Output:
Tipe I:1,06
Tipe II: 1,13
2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I:1,11
Tipe II:1,26
3. Pengganda Tenaga Kerja:
Tipe I:1,04
Tipe II:1,08

hilirnya
dibandingkan
merangsang pertumbuhan seluruh
sektor hulunya.
c) Analisis Pengganda menunjukkan
bahwa sektor pertanian memiliki
efek pengganda yang rendah baik
pengganda output, pendapatan
maupun tenaga kerja terhadap
sektor-sektor lain.
a) Nilai langsung dan tidak langsung
ke depan sektor pertanian sebesar
1,26 berada pada urutan ketujuh
dari klasifikasi 9 sektor. Hal
tersebut menunjukkan bahwa
sektor pertanian kurang dapat
mendorong pertumbuhan sektor
hilirnya melalui penyediaan input
jika dibandingkan dengan sektorsektor lain. Kemudian, nilai
langsung dan tidak langsung ke
belakang sektor pertanian sebesar
1,12
berada
pada
urutan
kedelapan.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
sektor
pertanian
kurang
mampu
merangsang pertumbuhan sektorsektor
hulunya
melalui
penggunaan
input
jika
dibandingkan dengan sektor-

44

sektor lain.
b) Analisis penyebaran menunjukkan
bahwa sektor pertanian lebih
mampu
untuk
mendorong
pertumbuhan
sektor
hilirnya
dibandingkan
merangsang
pertumbuhan sektor
hulunya
walaupun
jika
dibandingkan dengan sektorsektor lain dampak penyebaran
sektor pertanian masih sangat
rendah.
c) Analisis Pengganda menunjukkan
bahwa sektor pertanian memiliki
efek pengganda yang rendah baik
pengganda output, pendapatan
maupun tenaga kerja terhadap
sektor-sektor lain.
3. Dyah
Hapsari
Amalina S.
(2008)

Pengaruh
Keterkaitan
Antar Sektor
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Daerah

Tabel IO
Provinsi
Tahun 2000

a)

Analisis keterkaitan sektor industri
pengolahan dengan sektor pertanian
dalam
perekonomian
daerah
menunjukkan keterkaitan total ke
belakang dan keterkaitan ke depan yang
tinggi terdapat pada provinsi Lampung,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan,
dan
Sumatera
Utara.
Sedangkan
keterkaitan total ke belakang dan
keterkaitan total ke depan yang rendah

45

4. Annisa
Kurniawati
(2008)

Analisis Peran
Perkebunan
dan Industri
Minyak Kelapa
Sawit
Terhadap
Perekonomian
Indonesia
Tahun 2005

Tabel IO
Indonesia
Tahun 2005
Klasifikasi
66 sektor

terdapat pada Provinsi Maluku Utara,
NTT, Kalimantan Barat, Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Banten.
b) Analisis keterkaitan sektor industri
pengolahan dengan sektor perdagangan,
hotel, restoran dalam perekonomian
daerah menunjukkan bahwa tidak ada
provinsi dalam penelitian yang memiliki
keterkaitan total ke belakang dan
keterkaitan total ke depan yang tinggi.
Semua provinsi yang diteliti memiliki
keterkaitan total ke belakang dan ke
depan yang rendah.
a) Analisis keterkaitan menunjukkan
a) Analisis Keterkaitan Perkebunan Kelapa
bahwa perkebunan kelapa sawit
Sawit:
dan industri kelapa sawit memiliki
1. Langsung ke Depan: 0,2
keterkaitan ke belakang dan
2. Langsung dan Tidak Langsung ke
kedepan
yang tinggi
baik
Depan: 1,3
langsung maupun langsung dan
3. Langsung ke Belakang: 0,32
tidak langsung. Ini artinya,
4. Langsung dan Tidak Langsung ke
perkebunan kelapa sawit maupun
Belakang: 1,52
industri kelapa sawit dapat
Analisis Keterkaitan Industri Kelapa Sawit:
mendorong
dan
merangsang
1. Langsung ke Depan: 0,312
pertumbuhan sektor hulu dan
2. Langsung dan Tidak Langsung ke
hilirnya.
Depan: 1,47
b)Analisis
dampak
penyebaran
3. Langsung ke Belakang: 0,64
menunjukkan bahwa perkebunan
4. Langsung dan Tidak Langsung ke
kelapa sawit dan industri kelapa
Belakang: 2,16
sawit memiliki daya penyebaran

46

b) Analisis Penyebaran Perkebunan Kelapa
Sawit:
1. Penyebaran ke Depan: 0,88
2. Penyebaran ke Belakang: 1,03
Analisis Penyebaran Industri Kelapa Sawit:
1. Penyebaran ke Depan: 1,00
2. Penyebaran ke Belakang: 1,47
c) Analisis Pengganda Perkebunan Kelapa
Sawit:
1. Pengganda Output:
Tipe I:1,52
Tipe II: 1,69
2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I:2,20
Tipe II:2,60
3. Pengganda Tenaga Kerja:
Tipe I:1,10
Tipe II:1,14
Analisis Pengganda Industri Kelapa Sawit:
1. Pengganda Output:
Tipe I:2,16
Tipe II: 2,26
2. Pengganda Pendapatan:
Tipe I:10,06
Tipe II:11,83
3. Pengganda Tenaga Kerja:
Tipe I:7,29
Tipe II:1,08

ke belakang dan ke depan yang
tinggi. Artinya, ketika perkebunan
kelapa sawit dan industri kelapa
sawit
dapat
tumbuh
dan
berkembang maka sektor-sektor
tersebut dapat mendorong dan
merangsang pertumbuhan seluruh
sektor dalam perekonomian.
c) Analisis pengganda menunjukkan
bahwa perkebunan kelapa sawit
dan industri kelapa sawit memiliki
nilai pengganda pendapatan yang
lebih besar dibandingkan dengan
pengganda output dan pengganda
tenaga kerjanya. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan sektorsektor
lainnya
dalam
perekonomian, efek pengganda
perkebunan kelapa sawit dan
industri kelapa sawit masih sangat
rendah.

47
2.8 Kerangka Pemikiran Operasional
Suatu pemahaman yang luas terhadap peran sektor pertanian, tidak hanya
dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (dimana PDB hanya menggambarkan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor tersebut). Akan
tetapi sektor pertanian dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor
lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun
pengguna input antara dari sektor lain. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada
Analisis Input Output.
Analisis Input Output dilakukan dengan cara mengolah Tabel Input Output
dengan menggunakan software Grimp7.2 atau Microsoft Excel 2007. Hasil
Analisis Input Output dapat menunjukkan seberapa besar keterkaitan antara sektor
pertanian terhadap sektor-sektor lain dan dapat mengetahui sektor mana saja yang
memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Selanjutnya Analisis
Input Output dapat melakukan pengembangan dari analisis keterkaitan untuk
melihat dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan juga
dapat melihat dampak pengganda dari sektor pertanian terhadap peningkatan
output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian.
Dengan mengetahui sektor-sektor mana saja yang memiliki pengaruh yang besar
atau keterkaitan yang tinggi terkait penggunaan input dari sektor pertanian atau
penyediaan input bagi sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat
diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektorsektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Sehingga

48

diharapkan dapat menciptakan sinergitas antara sektor-sektor tersebut dan pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian Indonesia

Sektor Pertanian

Tabel Input Output
Indonesia 2005
Grimp 7.2
Microsoft Excel Exel 2007

Analisis Input Output

Analisis Keterkaitan

Analisis Penyebaran

Analisis Multiplier

Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor
Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian
Ekonomi Indonesia

Solusi Pembangunan Sektor Pertanian

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Operasional

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63