Penerapan PSAK No. 106 Tentang Akuntansi

Penerapan PSAK No. 106 Tentang Akuntansi Musyarakah Terhadap
Produk Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk
Faisal Rahim 1)
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Luwuk
Siswadi Sululing 2)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Luwuk
Email:siswadi.sululing@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini berjudul: Penerapan PSAK No. 106 Tentang Akuntansi Musyarakah
Terhadap Produk Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk, dengan rumusan masalah: Apakah produk pembiayaan musyarakah pada
Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah sesuai dengan PSAK nomor 106? dan
Bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah
Mandiri Cabang Luwuk ?.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk, maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah penerapan akuntansi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah
Mandiri Cabang Luwuk sesuai dengan PSAK nomor 106 dan untuk mengetahui
perlakuan akuntansi dalam pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh Bank

Syariah Mandiri Cabang Luwuk. Sedangkan kegunaan penelitian in dapat
memberikan masukan bagi bank syariah mandiri cabang luwuk dalam
perlakuan akuntansi musyarakah, serta menggunakan metode analisis deskriptif.
Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk telah menerapkan sistem pembiayaan yang operasionalnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
nomor 106 tentang akuntansi musyarakah. Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk
bertindak sebagai penyedia dana (mitra pasif) pendanaan ini dilakukan pada usaha
yang telah berjalan, nasabah dapat mengembalikan dana tersebut untuk
kepemilikan usaha sepenuhnya sesuai kesepakatan antara BSM dan nasabah.
Porsi jumlah pembagian keuntungan dan kerugian yang ditetapkan oleh Bank
Syariah Mandiri Cabang Luwuk yaitu apabila usaha yang dijalankan mendapat
keuntungan maka pembagiannya berdasarkan kesepakatan dan apabila terjadi
kerugian pada usaha yang dijalankan maka pembagiannya berdasarkan porsi dana
masing-masing mitra.
Kata kunci: Akuntansi Musyarakah, Produk Pembiayaan Musyarakah

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 1


1. Pendahuluan
Menurut UU Perbankan no
10 tahun 1998 dalam ismail (2013,
hal.30) Bank merupakan lembaga
keuangan yang memiliki tujuan
utama yaitu badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman
atau kredit dan/atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf
hidup
rakyat
banyak,
Bank
menghimpun dana dari masyrarakay
dan kemudian
menyalurkannya
kepada masyarakat dengan tujuan

untuk mendororng taraf hidup rakyat
banyak, dari dua fungsi bank yaitu
menghimpun dan menyalurkannya
oleh karena itu disebut financial
intermediary.
Bank Syariah merupakan bank
secara operasional berbeda dengan
bank konvensional, salah satu ciri
khas bank syariah yaitu tidak
memberikan bunga kepada nasabah
akan
tetapi
menerima
atau
membebankan bagi hasil serta
imbalan lain sesuai dengan akadakad yang diperjanjikan, konsep
dasar syariah berlandaskan pada AlQur’an dan Al-Hadis. Semua produk
yang ditawarkan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Al-Hadis Rasulullah SAW.

Perlu digaris bawahi bahwa
dari pengertian di atas bank
konvensional dan bank syariah
memiliki perbedaan yang mendasar
dari
prinsip
bank
syariah
berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Al-hadis
sedangkan
bank
konvensional berlandaskan pada
keuntungan semata, produknya pun
juga
berbeda
antara
bank
konvensional dengan bank syariah.
Bahkan produk yang merupakan


bisnis utama, pencetak pendapatan
terbesar
bagi
sebuah
bank
konvensional
misalnya,
yaitu
fasilitas kredit dengan sistem bunga
(riba) yang melekat pada bank
konvensional, justru merupakan hal
yang amat dilarang oleh bank
syariah. Secara garis besar bank
syariah dan bank konvensioanl sama
saja
dalam
benuk
sistem,
penarikannya, selain itu sebagai

lembaga yang membutuhkan dana
baik untuk keperluan produktif
maupun konsumtif. Namun bank
konvensional dan bank syariah
terdapat perbedaan yang berkaitan
dengan
aspek
legal,
struktur
organisasi
usaha-usaha
yang
dibiayai.
Dalam penyaluran dana bank
syariah sangat selektif dan hanya
menyalurkan dana dalam investasi
yang halal saja. Return yang di
berikan bank syariah kepada pihak
investor menggunakan system bagi
hasil, sehingga adil bagi kedua pihak.

Perjanjian yang dibuat antara bank
dan nasabah investor maupun
pengguna dana sesuai dengan
kesepakatan dan prinsip syariah.
Orientasi bank syariah dalam
memberikan dananya adalah falah
dan dan profit oriental. Hubungan
bank dengan nasabah adalah
hubungan kemitraan bukan antara
kreditur
dan
debitut.
Dewan
pengawas bank syariah adalah
Komisaris,
Bank
Indonesia,
Bapepam, dan Dewan Pengawas
Syariah. Penyelesaian masalah dalam
bank syariah diselesaikan dengan

musyawarah namun bila masalah
tidak dapat diselesaikan dengan
musyawarah maka permasalahan
antara nasabah dan bank akan
diselesaikan di pengadilan dalam

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 2

lingkungan
pengadilan
agama.
(Ismail, 2013, hal.34).
Bank umum syariah perlu
menyalurkan
dananya
kepada
masyarakat agar tidak terjadi idle
fund,

bank
syariah
dapat
menyalurkan dananya dalam bentuk
pembiayaan serta dalam bentuk
penempatan dana lainnya, dengan
aktivitas penyaluran dana ini bank
syariah
akan
memperoleh
pendapatan dalam bentuk margin
bila menggunakan akad jual beli,
bagi hasil, kerja sama usaha, dan
menggunakan akad sewa-menyewa.
(Ismail, 2013, hal.52).
Dalam akad kerja sama usaha
(akad musyarakah),. Bank Syariah
Mandiri (BSM) Cabang Luwuk
memberikan modal sebagian dari
total modal keseluruhan yang

dibutuhkan. BSM dapat menyertakan
modal sesuai dengan kesepakatan
dengan nasabah. Jenis pembiayaan
musyarakah yang dipakai oleh BSM
adalah
musyarakah
menurun
(musyarakah mutanaqisah) yaitu
musyarakah dengan ketentuan bahwa
bagian dana salah satu mitra akan
dialihkan secara bertahap kepada
mitra lainnya dengan
jenis
pembiayaan produktif. Pembiayaan
musyarakah melayani
usahausaha yang nilai transaksinya sampai
dengan
Rp
2.000.000.000,00,. Lebih khususnya
penerapan pembiayaan pada akad

musyarakah telah tercantum dalam
PSAK Nomor 106.
Dalam PSAK Nomor 106 telah
mengatur pengakuan dan pengukuran
serta penyajian dan pengungkapan,
oleh
karena
itu
kami
mempertanyakan
apakah
bank
syariah mandiri cabang luwuk telah
melaksanakan
pembiayaan
musyarakah sesuai dengan psak

nomor 106 tentang
akuntansi
musyarakah.
Berdasarkan
latar
belakang masalah yang telah penulis
dikemukakan di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul
“Penerapan
Psak No 106 tentang Akad
Musyarakah Terhadap Produk
Pembiayaan Musyarakah Pada
Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk”.
1.1. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: Apakah produk
pembiayaan musyarakah pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Luwuk
telah sesuai dengan PSAK nomor
106? dan Bagaimana perlakuan
akuntansi pembiayaan musyarakah
pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk ?
1.2. Tujuan
dan
Kegunaan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan: untuk
mengetahui
apakah
penerapan
akuntansi pembiayaan musyarakah
pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk sesuai dengan PSAK nomor
106 dan untuk mengetahui produk
pembiayaan
musyarakah
yang
dilakukan oleh Bank Syariah
Mandiri Cabang Luwuk. Sedangkan
Kegunaan
Penelitan:
dapat
memberikan masukan bagi bank
syariah mandiri cabang luwuk
dalam
perlakuan
akuntansi
musyarakah dan dapat memberikan
manfaat kepada peneliti lain yaitu
dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
2. Tinjauan Pustakan dan
Kerangka Pikir
2.1. Pengertian Bank dan Bank
Syariah

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 3

Bank syariah menurut PP No.
72 tahun 1992 (dalam Ismail, 2013,
hal.1) adalah bank yang sistem
operasinya
berdasarkan
prisipprinsip syariah.
Bank syariah adalah bank yang
kegiatannya mengacu pada hukum
islam, dan dalam kegiatannya tidak
memberikan
bunga
maupun
membayar bunga kepada nasabah,
imbalan yang diterima maupun yang
dibayarkan
kepada
nasabah
tergantung pada akad dan perjanjian
antara nasabah dan bank (Ismail,
2013, hal.32).
Menurut
Syafi’I (dalam
Rahmadi, 2012, hal.33) bank syariah
adalah bank beroprasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam, yakni
bank yang beroprasi sesuai dengan
keyentuan-ketentuan syariah Islam
khususnya yang nenyangkut tata cara
bermuamalah secara Islam. Dalam
tata cara itu djauhi praktik-praktik
yang dikhatirkan mengandung unsurunsur riba untuk diisi dengan
kegiatan-kegiatan investasi atas dasar
bagi
hasil
dan
pembiayaan
perdagangan.
Menurut M.Amin (dalam
usman, 2012, hal.34) bank syariah
adalah lembaga perbankan yang
menggunakan system dan operasinya
berdasarkan Syariah islam. Ini berarti
operasi perbankan mengikuti tata
cara berusaha maupun perjanjian
berusaha berdasarkan. Al-Qur’an dan
Al-Hadits dan hukan tata cara dan
perjanjian berusaha yang bukan
dituntun oleh Al-qur’an dan AlHadits. Dalam operasinya bank
syariah menggunakan system bagi
hasi dan imbalan lainnya yang sesuai
dengan
syariah
islam
tidak
menggunakan bunga.
Dari pengertian bank dan
bank
syariah
tersebut,
dapat

disimpulkan bahwa bank syariah
adalah lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat
kemudian menyalurkannya kepada
masyarakat berdasarkan prinsipprinsip
syariah
Islam
yaitu
berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist.
Menurut Rachmadi (2012,
hal.35)
dalam
menjalankan
aktivitasnya bank syariah menganut
prinsip-prinsip
sebagai
berikut:
prinsip
keadilan,
prinsp
kesederajatan
dan
prinsip
ketentraman.
2.1.1 Ciri-Ciri, Fungsi dan Tujuan
Bank Syariah
Menurut Rachmadi (2012,
hal.35) ciri-ciri bank syariah adalah
sebagai berikut :
1. Keuntungan dan beban biaya yang
disepakati tidak kaku dan
ditentukan berdasarkan kelayakan
tanggungan risiko dan korbanan
masing-masing.
2. Beban biaya tersebut hanya
hanya dikenakan sampai batas
waktu kontrak, sisa utang selepas
kontrak dilakukan kontrak baru/
3. Penggunaan presentase untuk
perhitungan keuntungan dan
biaya
administrasi
selalu
dihindarkan, karena presentase
mengandung potensi melipat
gandakan.
4. Pada
bank
syariah
tidak
mengenal keuntungan pasti
(fixed
return)
ditentukan
kepastian sesudah mendapat
untung, bukan sebelumnya.
5. Uang dari jenis yang sama tidak
dapat diperjual belikan atau
disewakan atau dianggap barang
dagangan.
Menurut Rachmadi (2012, hal.33)
bank syariah memiliki fungsi antara
lain sebagai berikut :

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 4

1.
Memobilitasi
tabungan
masyarakat, baik domestk maupun
asing.
2. Menyalurkan dana tersebut secara
efektif ke kegiatan-kegiatan usaha
yang
produktif
dan
menguntungkan secara financial
dengan memeperhatikan kegiatan
usaha tersebut yang tidak dilarang
oleh syariah.
3. Melakukan fungsi regulator turut
mengatur mekanisme penyaluran
dana ke masyarakat sesuai
kebijakan Bank Indonesia.
4.
Menjembatani
keperluan
pemanfaatan dana dari pemilik
modal
dan
pihak
yang
memerlukan sehingga uang dapat
melancarkan
perekonomian
khususnya, dan pembangunan
umumnya.
5.
Menjaga
amanah
yang
dipercayakannya
kepadanya
sebagai lembaga keuangan yang
berdasarkan prinsip syariah.

Menurut Rachmadi (2012, hal.37)
adapun tujuan didirikannya bank
syarah yaitu :
1. Menyediakan lembaga keuangan
perbankan
sebagai
sarana
meningkatkan kualitas kehidupan
sosial
ekonomi
masyarakat
terbanyak.
2.
Meningkatnya
partisispasi
masyrakat banyak dalam proses
pembangunan,
terutama
dalam
bidang ekonomi.
3. Berkembangnya lembaga bank
dan sistem perbankan yang sehat
berdasar efisiensi dan keadilan yang
akan
mampu
meningkatkan
partisipasi masyarakat sehingga
meggalakan usaha-usaha ekonomi

masyarakat banyak dengan antara
lain memperluas jaringan lembagalembaga
keuangan
perbankan
kedaerah-daerah terpencil.
4. Ikhtiar ini akan sekaligus
mendidik
dan
membimbing
masyarakat untuk berpikir secara
ekonomis berperilaku bisnis dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka.
5. Berusaha membuktikan bahwa
konsep perbankan menururt syariah
dapat beroprasi, tumbuh dan
berkembang malebihi bank-bank
dengan sistem lain.
2.2 Pengertian Pembiayaan dan
Tujuan Pembiayaan
Menurut IAI (2009: 31
paragraf 11), pengertian pembiayaan
dapat didefenisikan sebagai berikut:
“Pembiayaan adalah peminjaman
uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan
dengan
itu
berdasarkan
persetujuan
atau
kesepakatan
pinjam-meminjam
antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil
keuntungan”.
Menurut UU Perbankan no
10 tahun 1998, (dalam Ismail, 2013,
hal.106)
pembiayaan
adalah
penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan kesepakatan antara bank
dan pihak lain yang dibiayaai untuk
mengembalikan uang atau tagihan
tersebut serta jangka waktu tersebut
dengan imbalan atau bagi hasil,
sedangkan
tujuan
pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah
untuk meningkatkan kesempatan
kerja dan kesejahteraan ekonomi
sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Menurut Muhammad (dalam
Rachmadi 2012, hal.18) secara

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 5

umum tujuan pembiayaan dibedakan
adalah akad kerjasama antara dua
menjadi dua kelompok yaitu:
pihak atau lebih untuk suatu usaha
1. Tujuan pembiayaan untuk tingkat
tertentu, dimana masing-masing
makro
pihak memberikan kontribusi dana
Secara makro tujuan pembiayaan
dengan ketentuan bahwa keuntungan
adalah:
untuk
meningkatkan
dibagi berdasarkan kesepakatan
ekonomi masyarakat, tersedianya
sedangkan kerugian berdasarkan
dana bagi peningkatan usaha,
porsi kontribusi dana. Dana tersebut
peningkatan
produktivitas,
meliputi kas atau asset non kas (yang
membuka lapangan kerja baru,
diperkenankan oleh syariah).
terjadinya distribusi pendapatan.
Menurut Ismail (2013,
2. Tujuan pembiayaan untuk tingkat
hal.176) Musyarakah adalah akad
mikro
kerja sama antara dua pihak atau
Secara mikro tujuan pembiayaan
lebih dalam menjalankan usaha,
adalah: untuk memaksimalkan
dimana
masing-masing
pihak
laba,
meminimkan
resiko,
menyertakan
modalnya
sesuai
pendayagunaan sumber ekonomi,
dengan kesepakatan, dan bagi hasil
dan penyaluran kelebihan dana.
atas usaha dibagi sesuai kontribusi
dana atau sesuai dengan kesepakatan
2.3 Pengertian Musyarakah
Menurut IAI dalam PSAK
bersama.
nomor 106 pargraf 4 Musyarakah
Menurut IAI dalam PSAK no 106 paragraf 4 ada 2 jenis pembiayaan
musyarakah yaitu :
1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya
tetap hingga akhir masa akad.
2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah
musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra
akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga
bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra
lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
Menurut IAI dalam PSAK no 106 paragraf 4 ada 2 penggolongan mitra
yaitu:
1. Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah,
baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama
mitra tersebut.
2. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha
musyarakah.
2.3.1 Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah
Menurut Ismail (2013, hal.178) ada tiga rukun dan syarat dalam
pembiayaan musyarakah yaitu :
a. Ijab dan qabul
Ijab dan qabul harus dinyatakan dengan jelas dalam akad
dengan memerhatikan hal-hal sebagagi berikut:
1. Penawaran dan permintaan harus jelas dituangkan dalam
tujuan akad.
2. Penerimaan dan penawaran dilakuakan pada saat kontrak.
Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 6

3. Akad dituangkan secara tertulis
b. Pihak yang berserikat
1. Kompeten.
2. Menyediakan dana sesuai dengan kontrak dan
pekerjaan/proyek usaha.
3. Memiliki hak untuk mengelola bisnis yang sedang dibiayai
atau memberi kuasa kepaa mitra untuk mengelolanya.
4. Tidak diizinkan untuk menggunakan dana untuk kepentinga
sendir.
c, Objek Akad
1. Modal
Dapat berupa uang atau aset yang dapat dinilai. Modal
tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan kepada phak
lain. Bank diizinkan meminta aguna sebagai prinsip
kehati-hatian.
2. Kerja
Partisipasi kerja dapat dilakukan besama-sama dengan
porsi kerja yang tidak harus sama atau salah satu mitra
memberi kuasa kepada mitra lain untuk mengelola
usahanya.
Kedudukan masing-masing mitra harus
tertuang dalam kontrak
3. Keuntungan/Kerugian
Jumlah keuntungan harus dikuantifikasikan. Pembagian
keuntunga harus jelas dan tercantum dalam kontrak.
yang disengaja. Beberapa hal yang
2.4 Karakteristik PSAK No 106
menunjukkan adanya kesalahan yang
Akuntansi Musyarakah
disengaja adalah:
Menurut PSAK nomor 106
a. Pelanggaran terhadap akad, antara
paragraf 5, para mitra (syarik)
lain,
penyalahgunaan
dana
bersama-sama menyediakan dana
investasi, manipulasi biaya dan
untuk mendanai suatu usaha tertentu
pendapatan operasional; atau
dalam musyarakah, baik usaha yang
b. Pelaksanaan yang tidak sesuai
sudah berjalan maupun yang baru.
dengan prinsip syariah.
Selanjutnya salah satu mitra dapat
Menurut PSAK nomor 106
mengembalikan dana tersebut dan
paragraf 7, jika tidak terdapat
bagi hasil yang telah disepakati
kesepakatan antara pihak yang
nisbahnya secara bertahap atau
bersengketa maka kesalahan yang
sekaligus kepada mitra lain.
disengaja
harus
dibuktikan
Menurut PSAK nomor 106
berdasarkan keputusan institusi yang
paragraf 6, investasi musyarakah
berwenang.
dapat diberikan dalam bentuk kas,
Menurut PSAK nomor 106
setara kas, atau asset non kas
paragraf 8, keuntungan usaha
Menurut PSAK nomor 106
musyarakah dibagi diantara para
paragraf 7, karena setiap mitra tidak
mitra secara proporsional sesuai
dapat menjamin dana mitra lainnya,
dengan dana yang disetorkan (baik
maka setiap mitra dapat meminta
berupa kas maupun asset non kas)
mitra lainnya untuk menyediakan
atau sesuai nisbah yang disepakati
jaminan atas kelalaian atau kesalahan
Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 7

oleh para mitra. Sedangkan kerugian
dibebankan secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan
(baik berupa kas maupun aset non
kas).
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 9, jika salah satu mitra
memberikan kontribusi atau nilai
lebih dari mitra lainnya dalam akad
musyarakah maka mitra tersebut
dapat memperoleh keuntungan lebih
besar
untuk
dirinya.
Bentuk
keuntungan lebih tersebut dapat
berupa pemberian porsi keuntungan
yang lebih besar dari porsi dananya
atau bentuk tambahan keuntungan
lainnnya.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 11, porsi jumlah bagi hasil
untuk
para
mitra
ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati
1. Akuntansi Untuk Mitra Aktif
a. Pada Saat Akad
Menurut PSAK nomor 106
paragraf
14,
investasi
musyarakah diakui pada saat
penyerahan kas atau asset
non
kas
untuk
usaha
musyarakah.
Menurut psak 106 paragraf
15,
pengukuran
investasi
musyarakah:
a. Dalam bentuk kas dinilai
sebesar
jumlah
yang
diserahkan; dan
b. Dalam bentuk aset non kas
dinilai sebesar nilai wajar
dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai
buku asset non kas, maka
selisih tersebut diakui
sebagai selisih penilaian
aset musyarakah dalam
ekuitas. Selisih penilaian
aset musyarakah tersebut
diamortisasi selama masa
akad musyarakah.

dari hasil usaha yang diperoleh
selama periode akad, bukan dari
jumlah investasi yang disalurkan.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 12, pengelola musyarakah
mengadministrasikan transaksi usaha
yang terkait dengan investasi
musyarakah yang dikelola dalam
catatan akuntansi tersendiri.
2. 5 Pengakuan dan Pengukuran
PSAK 106
Menurut PSAK nomor 106
akuntansi musyarakah paragraf 13,
untuk
pertanggung
jawaban
pengelolaan usaha musyarakah dan
sebagai dasar penentuan bagi hasil,
maka mitra aktif atau pihak yang
mengelola usaha musyarakah harus
membuat catatan akuntansi yang
terpisah untuk usaha musyarakah
tersebut.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 16, asset non kas
musyarakah yang telah dinilai
sebesar nilai wajar disusutkan
dengan jumlah penyusutan
yang mencerminkan:
a. Penyusutan yang dihitung
dengan model biaya historis;
b. Penyusutan atas kenaikan
nilai aset karena penilaian
kembali saat penyerahan
asset non kas untuk usaha
musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 17, jika proses
penilaian pada nilai wajar
menghasilkan
penurunan
nilai asset, maka penurunan
nilai ini langsung diakui
sebagai kerugian. Aset non
kas
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 18, yang telah dinilai
sebesar nilai wajar disusutkan
berdasarkan nilai wajar yang
baru. Biaya yang terjadi

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 8

akibat akad musyarakah
(misalnya,
biaya
studi
kelayakan) tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi
musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 19, penerimaan dana
musyarakah dari mitra pasif
(misalnya, bank syariah)
diakui
sebagai
investasi
musyarakah dan di sisi lain
sebagai
dana
syirkah
temporer sebesar:
1. Dana dalam bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang diterima; dan
2. Dana dalam bentuk aset non kas
dinilai sebesar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau
selama umur ekonomis jika asset
tersebut tidak akan dikembalikan
kepada mitra pasif.
b. Selama Akad
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 20, Bagian mitra aktif atas
investasi
musyarakah
dengan
pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar:
1. Jumlah kas yang diserahkan untuk
usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi dengan kerugian (jika
ada); atau
2. Nilai wajar asset musyarakah non
kas pada saat penyerahan untuk
usaha
musyarakah
setelah
dikurangi
penyusutan
dan
kerugian (jika ada).
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 21, Bagian mitra aktif atas
investasi
musyarakah
menurun
(dengan pengembalian dana mitra
pasif secara bertahap) dinilai sebesar
jumlah kas atau nilai wajar asset non
kas yang diserahkan untuk usaha
musyarakah
pada
awal
akad
ditambah dengan jumlah dana

syirkah
temporer
yang
telah
dikembalikan kepada mitra pasif, dan
dikurangi kerugian (jika ada).
c. Akhir Akad
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 22, Pada saat akad diakhiri,
investasi musyarakah yang belum
dikembalikan kepada mitra pasif
diakui sebagai kewajiban.
d. Pengakuan Hasil Usaha
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 23, Pendapatan usaha
musyarakah yang menjadi hak mitra
aktif diakui sebesar haknya sesuai
dengan kesepakatan atas pendapatan
usaha
musyarakah.
Sedangkan
pendapatan usaha untuk mitra pasif
diakui sebagai hak pihak mitra pasif
atas bagi hasil dan kewajiban.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 24, kerugian investasi
musyarakah diakui sesuai dengan
porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai aset musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 25, jika kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan mitra aktif
atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif
atau pengelola usaha musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 26, pengakuan pendapatan
usaha musyarakah dalam praktik
dapat diketahui berdasarkan laporan
bagi hasil atas realisasi pendapatan
usaha dari catatan akuntansi mitra
aktif atau pengelola usaha yang
dilakukan secara terpisah.
1. Akuntansi Untuk Mitra Pasif
a. Pada Saat Akad
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 27, investasi musyarakah
diakui pada saat pembayaran kas
atau penyerahan asset non kas
kepada mitra aktif.

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 9

Menurut PSAK nomor 106
paragraf 28, pengukuran investasi
musyarakah:
1. Dalam bentuk kas dinilai
sebesar
jumlah
yang
dibayarkan; dan
2. Dalam bentuk asset non
kas dinilai sebesar nilai
wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar
dan nilai tercatat asset
non kas, maka selisih
tersebut diakui sebagai:
I. Keuntungan tangguhan
dan diamortisasi selama masa
akad; atau
II. Kerugian pada saat
terjadinya.
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 29, investasi musyarakah
non kas yang diukur dengan nilai
wajar asset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban
penyusutan
atas
asset
yang
diserahkan,
dikurangi
dengan
amortisasi keuntungan tangguhan
(jika ada)
Menurut PSAK nomor 106 paragraf
30, biaya yang terjadi akibat akad
musyarakah (misalnya, biaya studi

kelayakan) tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarak
ah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra.
b. Selama Akad
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 31, bagian mitra pasif atas
investasi
musyarakah
dengan
pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar:
I.
Jumlah
kas
yang
dibayarkan
untuk
usaha
musyarakah pada awal akad
dikurangi dengan kerugian
(jika ada); atau
II.
Nilai
wajar
asset
musyarakah non kas pada
saat penyerahan untuk usaha
musyarakah setelah dikurangi
penyusutan dan kerugian
(jika ada).
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 32, bagian mitra pasif atas
investasi
musyarakah
menurun
(dengan pengembalian dana mitra
pasif secara bertahap) dinilai sebesar
jumlah kas yang dibayarkan untuk
usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi jumlah pengembalian dari
mitra aktif dan kerugian (jika ada).

c. Akhir Akad
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 33, pada saat akad diakhiri,
investasi musyarakah yang belum
dikembalikan oleh mitra aktif diakui
sebagai piutang.
d. Pengakuan Hasil Usaha
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 34, pendapatan usaha
investasi musyarakah diakui sebesar
bagian
mitra
pasif
sesuai
kesepakatan. Sedangkan kerugian
investasi musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana.

2.6 Penyajian dan Pengungkapan
2.6.1 Penyajian
Menurut PSAK nomor 106
paragraf 35, mitra aktif menyajikan
hal-hal sebagai berikut yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan:
a. Kas atau asset non kas
yang disisihkan oleh mitra
aktif dan yang diterima
dari mitra pasif disajikan
sebagai
investasi
musyarakah;
b. Asset musyarakah yang
diterima dari mitra pasif
disajikan sebagai unsur

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 10

dana syirkah temporer
seperti
porsi
untuk;
dana,
c. Selisih penilaian asset
pembagian
musyarakah, bila ada,
hasil
usaha,
disajikan sebagai unsur
aktivitas usaha
ekuitas.
musyarakah,
Menurut PSAK nomor 106
dan lain-lain;
paragraf 36, mitra pasif menyajikan
II.
Pengelola
hal-hal sebagai berikut yang terkait
usaha,
jika
dengan usaha musyarakah dalam
tidak ada mitra
laporan keuangan: Kas atau asset non
aktif; dan
kas yang diserahkan kepada mitra
III.
Pengungkapan
aktif disajikan sebagai investasi
yang
musyarakah. Keuntungan tangguhan
diperlukan
dari selisih penilaian asset non kas
sesuai PSAK
yang diserahkan pada nilai wajar
101: Penyajian
disajikan sebagai pos lawan (contra
Laporan
account) dari investasi musyarakah.
Keuangan
Syariah.
2.6.2 Pengungkapan
Menurut PSAK nomor 106
2.7 Perlakuan Akuntansi
paragraf 37, mitra mengungkapkan
Musyarakah
hal-hal yang terkait transaksi
Menurut
Sri
Nurhayati
musyarakah, tetapi tidak terbatas,
(20012,
hal.150)
pencatatan
pada:
perlakuan
akuntansi
dalam
I.
Isi kesepakatan
pembiayaan musyarakah adalah
utama
usaha
sebagai berikut :
musyarakah,
A. Pencatatan Yang Dilakukan Oleh Mitra Aktif Atau Pasif
1 Pengakuan Investasi Musyarakah
Pengakuan investasi musyarakah diakui pada saat
penyerahan kas atau asset non kas untuk usaha musyarakah.
Pencatatan ketika mitra aktif mengeluarkan biaya pra akad
Dr. Uang muka akad
xxx
Cr. kas
xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai
bagian investasi musyarakah
Dr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Uang muka akad
xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai
bagian investasi musyarakah
Dr. Beban musyarakah
xxx
Cr. Uang muka akad
xxx
2. Pengukuran Investasi Musyarakah
Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar
jumlah yang diserahkan
Dr. Investasi musyarakah
xxx
.
Cr. Kas
xxx
Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 11

Pencatatan uang dilakukan jika nilai wajar asset non kas
yang diserahkan lebih besar dari nilai buku, maka selisihnya
akan dicatat dalam akun selisish asset musyarakah.
Dr. Investasi musyarakah
xxx
Dr. Akuntansi penyusutan
xxx
Cr Selisih penilaian aset musyarkah xxx
Cr. Asset non kas
xxx
Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset musyarakah
Dr. Selisih penilaian aset musyarakahxxx
Cr. Keuntungan
xxx
Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas
yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya
dicatat sebagai kerugian.
Dr. Investasi musyarakah
xxx
Dr. Akumulasi penyusutan
xxx
Dr. Kerugian penurunan nilai
xxx
Cr. Asset non kas
xxx
Apabila investasi dalam bentuk asset non kas dan diakhir
akad akan di terma kembali maka atas asset musyarakah
disusutkan berdasarkan nilai wajar tersebut.

1.

Dr. Beban depresiasi
xxx
Cr. Akumulasi depresiasi
xxx
Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan.
Dr. Kas/piutang
xxx
Cr. Pendapatan investasi Musyarakah
xxx
Apabila investasi yang dilakukan rugi
Dr. Kerugian
xxx
Cr. Penyisihan kerugian
xxx
Pada Akhir Akad
Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas
Jika ada kerugian
Dr. Kas
xxx
Cr. Investasi Musyarakah
xxx
Jika ada kerugian
Dr. Kas
xxx
Dr. Penyisihan Kerugian
xxx
Cr. Investasi musyarakah
xxx
Apabila modal investasi berupa asset non kas dan
dikembalikan dalam bentuk asset non kas yang sama
pada akhir akad
Jika tidak ada kerugian
Dr. Asset non kas
xxx
Cr. Investasi musyarakah
xxx
Jika ada kerugian
Dr. Asset non kas
xxx
Cr. Investasi musyarakah
xxx

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 12

Apabila modal investasi berupa asset non kas, dan
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar
ketika asset non kas diserahkan,
a. Jika tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan
asset non kas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas
xxx
Cr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Keuntungan
xxx
b. Jika ada penyisihan kerugian dan penjualan asset non
kas menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas
xxx
Dr Penyisihan Kerugian
xxx
Cr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Keuntungan
xxx
B. Pencatatan Yang Dilakukan Oleh Pengelola Dana
1. Pengakuan Investasi Musyarakah
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar:
Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas.
Dr. Kas
xxx
Cr. Dana syirkah Temporer
xxx
dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub
ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.
a. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk asset non kas.
Dr. Asset non kas
xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer
xxx
b. Apabila diakhir akad asset non kas tidak dikembalikan maka
yang mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah
atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau
selama umur ekonomis.
Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban
depresiasi adalah mitra yang menyerahkan asset non kas
sebagai modal investasinya.
Dr. Beban Depresiasi
`xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi
xxx
Pengelola akan mengakui pendapatan dan beban.:
Dr. Kas/Piutang
xxx
Cr. Pendapatan
xxx
Dr. Beban
xxx
Cr. Kas/utang
xxx
2. Pengakuan Investasi Musyarakah
Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif/pasif :
Dr. Beban bagi hasil
xxx
Cr. Utang
xxx

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 13

Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan
Dr. Utang
xxx
Cr. Kas
xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan
dan beban bagi hasil ditutup.
Dr. Pendapatan belum dibagi hasilkan
xxx
Cr. Beban bagi hasil
xxx
Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal penutup:
Dr. Pendapatan
xxx
Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Cr. Beban
xxx
Untuk pengakuan pendisitribusian kerugian.
Dr. Penyisihan kerugian
xxx
Cr Kerugian yang belum dialokasikan
xxx
3. Pada Akhir Akad.
Apabila dana investasi yang diserahkan kas.
Dr. Dana Syirkah Temporer
xxx
Cr. Kas
xxx
Cr. Penyisihan Kerugian
xxx
Apabila dana investasi yang diserahkan berupa asset non kas,
dan diakhir akad dikembalikan,.
Dr. Dana Syirkah Temporer
xxx
Cr. Asset non kas
xxx
Jika asset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka ia
menerima kas sebagai penutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas
xxx
Cr. Penyisihan Kerugian
xxx
Ketika Pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian :
Dr. Dana Syirkah Temporer
xxx
Cr. Kas
xxx
Ketika Pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian :
Dr. Dana Syirkah Temporer
xxx
Cr. Kas/Kewajiban
xxx
Cr. Penyisihan Kerugian
xxx
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan sebagai berikut:
Tabel : 2.1.
Penelitian Terdahulu
No

Nama
peneliti

Judul Penelitian

Variabel
Peneli
tian

Metode
Analisis
Data

Hasil Penelitian

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 14

1.

Hayatunufus
Muhammad Yunus
(2013)

Analisis Penerapan
PSAK No 105 atas
Pembiayaan Mudharabah pada Bank
Syariah.

Deskrifti
p kualitatif

pembiayaan mudharabah di
Bank Muamalat Indonesia,Tbk diberikan dalam
bentuk modal kerja berupa
kas, asset non kas, dan
dalam menetapkan besarnya
bagi hasil digunakan
metode Revenue Sharing
dan pembiayaan mudhrabah
telah sesuai dengan PSAK
105

2.

Dian
Gunawan
(2013)

Penerapan PSAK
107 atas Transaksi
Ijarah pada PT. BNI
Syariah
Cabang
Makassar.

Deskrifti
p Kualitatif

Hasil penelitian yang
telah dilakukan, PT.BNI
Syariah Cabang Makassar
telah menerapkan
pengakuan, pengukuran,
serta penyajian transaksi
ijarah pada laporan keuangan
secara keseluruhan sesuai
dengan PSAK No 107.

3

Banindita
(2013)

Anlisis Penerapan
PSAK 102 oada
Produk
Kepemilikan
Emas
dan PSAK 107
pada Produk Gadai
Emas Padan Bank
BNI Syariah.

Deskriptif kualitatif

Secara keseluruhan bank
BNI syariah telah menjalankan dan menggunakan
pedomoan akuntansi PSAk
102 dan PSAK 107 pada
produk perlakuan akuntansinya untuk produk gadai
emas dan kepemilikan emas.

2.9 Kerangka Pikir
Kerangka pikir digunakan untuk memberi landasan atau dasar berpijak
pada penelitian yang akan dilakukan serta dimaksudkan pula untuk menjelaskan
makna dan maksud dari teori yang dipakai, maka dapat dibuat suatu kerangka
pikir sebagai berikut:

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 15

Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Bank Syariah
Mandiri Cabang
Luwuk

Produk
Pembiayaan
Musyarakah

PSAK nomor 106
Akuntansi
Musyarakah

Perlakuan

Akuntansi

Pengakuan dan
pengukuran

Penyajian dan
Pengungkapan

Sumber: Pengembangan Penulis, 2014
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk yang berlokasi di Jl. Urip
Sumoharjo No: 18 Luwuk, Telp.
(0461) 22779, Kelurahan Keraton,

Kabupaten
Banggai,
Provinsi
Sulawesi Tengah.
3.1 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan yaitu:
a. data kualitatif: data yang
berhubungan dengan karakteristik
berwujud pertanyaan atau berupa
kata-kata, seperti profil perusahaan

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 16

dan
prosedur
pembiayaan
musyarakah; b. data kuantitatif: data
yang berwujud angka-angka. Seperti
data-data perlakuan akuntansi dalam
pembiayaan musyarakah, sedangkan
sumber data yang digunakan adalah:
a/ data primer adalah data yang
langsung diperoleh dari sumbernya.
Seperti jenis produk musyarakah,
jumlah nasabah dan perlakuan
akuntansi pembiayaan musyarakah;
b. data sekunder adalah data yang
sudah
tersedia
dan
yang
berhubungan
dengan
objek
penelitian
seperti
penelitian
sebelumnya yang ada hubungannya
dengan objek penelitian.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode
pengumpulan data yaitu: 1) Metode
Pengamatan
(Observasi).
Pengamatan
(observasi)
yakni
melakukan
pengamatan
secara
langsung ke objek penelitian untuk
melihat lebih dekat kegiatan yang
dilakukan
dengan
melihat
dokumentasi akuntansi musyarakah;
2) Metode wawancara. Metode
wawancara
yaitu
dengan
mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak yang
terkait
dengan
pelaksanaan
pembiayaan musyarakah; 3) Metode
Kepustakaan. Metode kepustakaan
yaitu
dengan
membaca
dan
mempelajari buku-buku, artkel,
jurnal yang berhubungan erat dengan
akuntansi musyarakah
3.3. Definisi
Variabel
dan
Operasional Variabel
Dalam penelitian ini memiliki
2 (dua) variabel yaitu, variabel
produk pembiayaan musyarakah dan
variabel PSAK nomor 106 akuntansi
musyarakah
1. Pembiayaan Menurut IAI
(2009, 31 paragraf 11),

adalah peminjaman uang
atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank
dan pihak lain yang
mewajibkan
pihak
peminjam
untuk
melunasi
utangnya
setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau
pembagian
hasil
keuntungan.
2. Menurut
IAI dalam
PSAK nomor 106 pargraf
4 Musyarakah adalah
akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih
untuk
suatu
usaha
tertentu, dimana masingmasing
pihak
memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan
sedangkan
kerugian
berdasarkan
porsi
kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau
asset non kas, yang
diperkenankan
oleh
syariah.
3.4. Metode Analisis Data
Penulis menggunakan metode
deskriptif,
yaitu
dengan
menggambarkan keadaan objek
penelitian yang sesungguhnya untuk
mengetahui penerapan pembiayaan
musyarakah
pada Bank Syariah
Mandiri (BSM) Cabang Luwuk.
Data
yang
dikumpulkan
kemudian
dianalisis
apakah
pembiayaan
musyarakah
yang
diterapkan pada Bank Syariah
Mandiri (BSM) Cabang Luwuk telah

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 17

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
yang terdapat dalam PSAK nomor
106 tentang Akuntansi Musyarakah

4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
Penerapan
Pembiayaan
Musyarakah
Sistem
pembiayaan
musyarakah
merupakan
suatu
kerangka dan prosedur-prosedur
yang saling berhubungan yang telah
disusun dengan skema pembiayaan
yang
menyeluruh
untuk
menghasilkan informasi pembiayaan,
khususnya pembiayaan musyarakah
dengan tepat cepat akurat serta dapat
dipertanggung
jawabkan
maka
diperlukan kerja sama yang baik
disetiap unit yang berhubungan
dengan pembiayaan umumnya dan
pembiayaan musyarakah khususnya.
Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk
menyediakan
fasilitas
musyarakah
berupa
pemberian
pembiayaan
produktif
kepada
nasabah. Pembiayaan Produktif
1. Untuk pengusaha perorangan, legalitas usaha, kartu identitas calon
nasabah dan istri, KTP/paspor,
kartu keluarga dan surat nikah, laporan keuangan, salinan rekening
bank 3 bulan terakhir dan dat jaminan.
2. Untuk badan usaha, legalitas
usaha, kartu identitas pengurus
data jaminan, laporan keuangan 2
bulan terakhir, salinan rekening
bank 3 bulan terakhir, proposal
yang disampaikan calon nasabah

dinilai oleh marketing officer,
dalam layak tidaknya suatu pembiayaan disalurkan maka dilakukan
penilaian
pembiayaan
penilaian awal proscrening dengan memperhatikan pasar sasaran
yakni jenis usaha atau barang
yang dilarang dibiayai, jenis
usaha yang perlu dihindari, daftar
kredit macet di Bank Indonesia,
daftar hitam Bank Indonesia, dan
daftar hitam Bank Syariah
Mandiri. Setelah analisis tersebut
dinyatakan layak maka marketing
officer melakukan analisis lebih
lanjut.
3. Marketing officer melakukan interview awal dengan calon nasabah untuk memperoleh informasi
mengenai calon nasabah, penyelidikan tentang penggunaan pembiayaan, kunjungan ke lokasi jaminan calon nasabah untuk mengetahui kebenaran dan menilai
jaminan penilaian atas legalitas
usaha dan untuk mengetahui
gambaran umum mengenai kemampuan keuangan calon nasabah.
4.
Menganalisis
pembiayaan
musyarakah oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
mendapatkan keyakinan tentang
nasabahnya,
seperti
melalui
prosedur penilaian yang benarbenar dan sungguh-sungguh. Begitu juga dengan ukuran-ukuran
yang ditetapkan sudah menjadi
standard penilaian setiap bank.
Biasanya kriteria yang umum dan
harus dilakukan oleh bank termasuk PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk untuk mendapatkan nasabah yang benar benar
latak mendapatkan pembiayaan
maka dilakukan dengan analisis
5C, yaitu, Character (watak), Ca-

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 18

pacity (kapasitas), Capital (modal), Condision (kondisi) Collateral (jaminan). Penilaian dengan
analisis 5C adalah sebagai berikut
:
a. Character
Analisi
yang dilakukan
terhadap pribadi nasabah
secara individu ataupun
suatu badan usaha seperti :
sifat-sifat
pribadi,
gaya
hidup, kebiasaan-kebiasaan
dan kemauan serta niat baik
nasabah untuk mematuhi
kewajibannya
kelak
(willingness topay)
b. Capacity
Analisis
ini
bertujuan
mengukur
tingkat
kemampuan calon nasabah
dalam
mengelola
pembiayaan yang diberikan.
Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan :
1) Aspek manajemen
Aspek
manajemen
adalah
kemampuan
pengelolaan perusahaan
antara lain : kemampuan
menetapkan visi dan misi
dalam
berusaha,
menterjemahkan visi dan
misi
dalam
sasaran
spesifik,
merumuskan
strategi yang diperlukan
secara efektif, dan efisien
serta melakukan evaluasi
pengendalian.
2) Aspek produksi
Analisis aspek produksi
bertujuan
untuk
mengetahui kemampuan
permohonan
untuk
berproduksi/berdagang
secara
berkesinambungan.
3) Aspek pemasaran

Tujuan analisis terhadap
aspek pemasaran adalah
untuk
menilai
kemampuan
pemohon
dalam
memasarkan
produknya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan antara
lain : Data penjualan
masa lalu
tingkat
persaingan,
angka
proyeksi
pemasaran,
pada masa yang akan
dating
meliputi
perencanaan dan strategi
pemasaran yang akan
dilakukan.
4) Aspek personalia
Analisis aspek personalia
bertujuan untuk menilai
kemampuan perusahaan
dari
segi
kuantitas
maupun kualitas tenaga
kerja yang mendukung
aktivitas perusahaan dan
kemampuan perusahaan
memelihara
hubungan
baik antara tenaga kerja
dengan perusahaan.
5) Aspek keuangan
Analisis aspek keuangan
bertujuan untuk menilai
kemampuan perusahaan
mengelola dana dan
membayar
di
mas
mendatang
c. Capital
Analisis ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan usaha
calon
nasabah
unuk
mendukung
pembiayaan
modalnya sendiri. Semakin
besar
kemampuan
modal
berarti semakin besar porsi
pembiayaan yang disukung
oleh modal sendiri.
d. Condition

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 19

1.

Analisis ini bertujuan melihat
kondisi perekonomian secara
umum serta kondisi pada sector
usaha callon nasabah. Keadaan
perdagangan serta persaingan
dilingkungan sector usaha
calon
nasabah.
Sehingga
pembiayaan yang diberikan
benar-benar bermanfaat bagi
perkembangan usahanya.
e. Collateral
Setiap
pemberian
pembiayaan harus di sertai
dengan jaminan fisik yang
jumlah dan nilainya harus
dapat menjamin besarnya
pembiayaan yang disetujui.
Jaminan pembiayaan harus
benar-benar dapat dikuasai
serta di yakini kebenaran
status pemiliknya. Sehingga,
bila dikemudian hari nasabah
tidak mampu membayar
kewajibannya, maka jaminan
ini dapat dijadikan sebagai
alat
pengamanan
atas
pembiayaan yang di berikan.
Setelah memperoleh keyakinan
atas keabsahan dokumen dari
hasil penyelidikan dan awancara
maka langkah selanjutnya adalah
memberikan keputusan, menerima atau menolak pembiayaan
tersebut.
Persetujuan
pembiayaan merupaan sarana pengendalian resiko, sarana pengendalian proses manajemen
pembiayaan, cermin kemampuan
pengelola pembiayaan, dan hasil
akhirnya memperlihatkan kualitas pembiayaan secara keseluruhan. Bila telah dianggap layak
menerima pembiayaan, maka
persetujuan pembiayaan diberikan oleh Marketing officer, yang
dituangkan dalam Nota Analisa
Pembiayaan (NAP).

2.

Selanjutnya Nota Analisa Pembiayaan (NAP) akan di ajukan
oleh Marketing Officer kepada
Pimpinan
Cabang
untuk
meminta
persetujuan
pembiayaan. Jika Pimpinan Cabang
menyetujui pembiayaan tersebut
maka akan dinyatakan dalam surat
Keputusan
Pembiayaan
(SKP) yang telah di buat oleh
Administrasi Pembiayaan.
4.1.2 Prosedur Realisasi Pembiayaan Musyarakah
Prosedur realisasi pembiayaan
musyarakah adalah proses pencairan
dana atas permohonan pembiayaan
yang telah disetujui oleh Pimpinan
Cabang. NAP, SKP, dan dokumen
lainnya akan diserahkan kepada
Administrasi Pembiayaan untuk
selanjutnya
dibuat
SP3/akad
pembiayaan dan didudukan dalam
perjanjian
akad
pembiayaan
persetujuan untuk menempatkan
dana dan modal bank pada aktiva
yang berisiko. Dalam persetujuan
pembiayaan ini harus mencerminkan
suatu pernyataan bahwa nasabah
yang disetujui adalah nasabah yang
layak menerima pembiayaan. Tahap
selanjutnya
adalah
pencairan
pembiayaan. Dana yang diberikan
sesuai dengan jumlah yang di setujui
dalam akad perjanjian pembiayaan
musyarakah yang akan langsung di
transfer ke dalam rekening nasabah
yang ada di Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk.
4.1.3 Prosedur Pembinaan dan
Monitoring
Pembiayaan
Musyarakah
Prosedur ini meliputi informasi
yang diperoleh Marketing Officer
khususnya dan unit-unit yang terikat
lainnya,
yang
mencakup
pemeriksaan
jumlah
saldo
pemenuhan kewajiban nasabah.

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 20

Secara perodik Marketing Officer
menghubungi
nasabah
untuk
mengingatkan
nasabah
akan
kewajiban dan untuk pembiyaan
produktif
Marketing
Officer
melakukan kunjungan kelokasi usaha
nasabah yang biasanya dilakukan
minimal 3 bulan sekali.
Monitoring yang dlakukan oleh
Marketing
Officer
meliputi
pemantauan langsung ketempat
usaha, pemeriksan laporan keuangan
perkembangan nilai jaminannya.
Setiap
bulan
nasabah
harus
memberikan laporan keuangan atau
catatan
pembukuannya
kepada
Marketing Officer untuk mengetahui
perkembangan usaha nasabah.
Marketing Officer melakukan
evaluasi atas perkembangan usaha
yang dibiayai berdasarkan data-data
yang
diperoleh
dari
riwayat
pembayaran nasabah data-data yang
ada di dalam file pembiayaan.
Apabila dalam evaluasi tersebut
terdapat indikasi adanya masalah
dalam pelaksanaan kegiatan nasabah,
maka Marketing Officer melakukan
koordinasi
dengan
pihak-pihak
terikat lainnya, dan mengusulkan
tindakan-tindakan
yang
dapat
diambil untuk memperbaiki dan
memecahkan masalah.
4.1.4 Prosedur Penutupan Pembiayaan
Dalam melakukan penutupan
pembiayaan
murabah
nasabah
haruslah
melunasi
seluruh
pembiayaan yang telah disepakati,
kemudian
Marketing
Officer
melakukan pemeriksaan melalui data
yang ada pada computer untuk
melihat
kebenarannya,
apakah
nasabah telah benar-benar melunasi
sejumlah pembiayaan. Jika nasabah
telah melunasi seluruh pembiayaan,
maka Administrasi Pembiayaan akan

membuat surat pelunasan yang harus
disetujui oleh Pimpinan Cabang. Bila
Pimpinan Cabang telah menyetujui
surat pelunasan tersebut, maka ia
akan memberikan surat perintah
kepada Unit Kontrol intern untuk
mengeluarkan jaminan nasabah.
Marketing Officer menenyerahkan
dokumen
jaminan
dan
Surat
Pelunasan.
Pembiayan kepada nasabah dan
nasabah
menandatangani
tanda
terima dokumen dengan rangkap
dua, rangkap pertama diserahkan ke
bagian administrasi pembiayaan dan
rangkap kedua diserahkan kepada
nasabah. Kemudian tanda terima
pelepasan jaminan di arsipkan oleh
Asisten Administrasi Pembiayaan.
Tanda terima jaminan ini berfungsi
sebagai bukti bahwa dokumen
jaminan telah diambil oleh nasabah.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik
Penerapan
pembiayaan
Musyarakah Menurut PSAK nomor
106. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa pembiayaan musrakah yang
dilakukan oleh Bank Syariah
Mandiri Cabang Lwuwuk secara
umum telah sesuai dengan PSAK
nomor 106. Kesesuain penerapan
pembiayan musyarakah yang terikat
dengan PSAK nomor 106 antara lain
adalah :
Bank
Syariah
Mandiri
Cabang Luwuk dalam melaksanakan
pembiayan musyarakah bertindak
sebagai mitra pasif ( penyedia dana)
pendanaan ini dilakukan pada usaha
yang telah berjalan, nasabah dapat
,engenmbalkan dana tersebut untuk
kepemilikan
usaha
sepenuhnya
sesuai kesepakatan antara bank dan
nasabah.
Hal ini sesuai dengan
akuntansi
musyarakah
yang

Telah diseminarkan pada Fakultas Ekonomi Unismuh Luwuk, tgl. 24/8/14

Page 21

menyatakan bahwa para mitra
transaksi tersebut maka pencatatan
(syarik), bersama-sama menyediakan
yang dilakukan oleh Bank Mandiri
dana untuk mendanai suatu usaha
Syariah Cabang Luwuk adalah
tertentu dalam musyarakah, baik
sebagai berikut :
usaha yang sudah berjalan maupun
Pembiayaan
yang masih baru, selanjutnya salah
musyarakah Rp 50.000.000,00
satu mitra dapat mengembalikan
Kas
dana tersebut dan bagi hasil yang
Rp 50.000.000,00
telah disepakati nisbahnya secara
Pemberian dana kepada nasabah
bertahap atau sekaligus kepada mitra
yang dilakukan oleh Bank Syariah
lain (PSAK 106 : Akuntansi
Mandiri Cabang Luwuk yaitu berupa
Musyarakah, paragraf 05).
kas, hal ini telah sesuai dengan
Contoh transaksi musyarakah :
akuntansi musyarakah, investasi
Tn sukron menerima bantuan
musyarakah dapat diberikan dalam
pendanaan oleh Bank Syariah
bentuk kas, setara kas atau asset non
Mandiri Cabang Luwuk dengan
kas, (PSAK 106 : Akuntansi
menggunakan akad musyarakah
Musyarakah, paragraf 06).
dengan total Rp 50.000.000,00, dari
Porsi jumlah pembagian keuntungan dan kerugian yang ditetapkan oleh
Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk yaitu apabila usaha yang dijalankan
mendapat keuntungan maka pembagiannya berdasarkan kesepakatan dan apabila
terjadi kerugian pada usaha yang dijalankan maka pembagiannya berdasarkan
dana masing-masing mitra, hal ini sesuai dengan akuntansi musyarakah,
keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun asset non kas).
- Contoh transaksi musyarakah :
Tn sukron melaporkan laba usaha sebesar Rp 25.000.000,00 nisbah
bagi hasil yang telah disepakati antara Bank Syariah Mandiri Cabang
Luwuk dengan nasabahnya adalah 40:60 maka porsi bagi hasil yang
telah disepakati antara Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk sebesar
Rp 10.000.000,00 (40% x Rp 25.000.000,00). Pencatatan yang
dilakukan Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk :
Kas
Rp 10.000.000,00
Pendapatan biaya musyarakah Rp 10.000.000,00
Adapun, hak atas bagi hasil yang belum dibayarkan oleh mitra pasif
pada saat jatuh tempo kepada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk akan
diakui sebagai piutang jatuh tempo sebesar bagi hasil yang menjadi porsi
pemilik dana pada periode yang bersangkutan. Sedangkan, rugi yang
terjadi akan diakui pada periode tersebut dan mengurangi saldo
pembiayaan. Pada akhir periode pembiayaan musyarakah, Tn sukron
melaporkan bahwa masih terdapat bagi hasil yang menjadi porsi Bank
Syariah Mandiri Cabang Luwuk sebesar Rp 3.500.000,00 m