Analisis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon di Kawasan Hutan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan
Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing
pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas
hidup yang terdiri dari asosiasi pohon dan vegetasi secara umum serta hewan lain.
Dalam komunitas itu, tiap individu berkembang, tumbuh menjadi dewasa, tua dan
mati. Lebih lanjut, hutan adalah suatu komunitas biologik dari tumbuhan dan
hewan yang hidup dalam suatu kondisi tertentu, berinteraksi secara kompleks
dengan komponen lingkungan tak hidup (abiotik) yang meliputi faktor-faktor
seperti : tanah, iklim dan fisiografi. Lebih khusus, maka hutan adalah komunitas
tumbuhan yang lebih didominasi oleh pohon dan tumbuhan berkayu dengan tajuk
yang rapat (Wanggai, 2009).
Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari
definisi hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi :
a. Suatu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari.

Universitas Sumatera Utara

Keempat ciri pokok dimiliki suatu wilayah yang dinamakan hutan, merupakan
rangkaian kesatuan komponen yang utuh dan saling ketergantungan terhadap
fungsi ekosistem di bumi. Eksistensi hutan sebagai subekosistem global
menempatkan posisi penting sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996).
Jenis-jenis hutan berdasarkan fungsi utamanya, maka hutan di Indonesia
dikelompokkan ke dalam tiga jenis (Indriyanto, 2008).
1. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
2. Hutan Produksi ialah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hasil utama dari hutan produksi berupa kayu,
sedangkan hasil hutan lainnya termasuk hasil hutan non-kayu mencakup
rotan, bambu, tumbuhan obat, rumput, bunga, buah, biji, kulit kayu, daun,
lateks (getah), resin (damar, kopal, gom, gondorukem dan jernang) dan zat

ekstraktif lainnya berupa minyak.
3. Hutan konservasi ialah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
Klasifikasi kawasan konservasi menurut SK Dirjen PHPA No 129, Tahun
1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam,
Taman Buru dan Hutan Lindung adalah :
1. Kawasan suaka alam (KSA)
a. Cagar alam

Universitas Sumatera Utara

b. Suaka margasatwa
2. Kawasan pelestarian alam (KPA)
a. Taman nasional
b. Taman hutan raya
c. Taman wisata alam
3. Taman buru
4. Hutan lindung
Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekositem tertentu yang layak untuk
dilindungi yang dalam perkembangannya diusahakan secara alami. Adapun usaha
untuk melindungi flora dan fauna yang memiliki ciri khusus tersebut dilaksanakan
suatu pengembangbiakan secara in-situ (pada habitat asli) dan eks-situ (di luar
habitat asli). Namun, konservasi eks-situ sangat sulit dilakukan bila tidak
didukung oleh keberadaan daerah sekitarnya. Sebab, kehidupan jenis flora dan
fauna secara alami mengalami interaksi dengan ekosistem alaminya dalam
kehidupannya (Arief, 2001).
Pohon
Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tumbuh dengan tinggi minimal 5
meter (16 kaki). Pohon mempunyai batang pokok tunggal yang menunjang tajuk
berdaun dari cabang-cabang di atas tanah. Pohon tersusun oleh banyak bagian. Di
bawah tanah, akar mengambil air dan mineral dari dalam tanah. Air dan mineral
tersebut dibawa ke atas, yaitu daun melalui batang yang dilindungi oleh kulit kayu
(pegagan). Cabang merupakan bagian yang menyokong daun, bunga dan buah

Universitas Sumatera Utara

dari pohon tersebut. Sedangkan tajuk pohon disusun oleh ranting, cabang, dan
dedaunan (Greenaway, 1997).

Kriteria tingkat pertumbuhan pohon diacu dalam Wahyudi dkk (2014)
adalah sebagai berikut :
a. Semai adalah anakan pohon mulai dari kecambah sampai anakan setingi kurang
dari 1,5 m.
b. Pancang adalah anakan pohon yang tinginya ≥ 1,5 meter berdiameter < 10 cm.
c. Tiang adalah anakan pohon yang berdiameter 10 cm sampai < 20 cm.
d. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm.
Vegetasi
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan
hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata
lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan
membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu
sama lain (Soerianegara dan Indrawan, 1988).
Vegetasi hutan alam di daerah tropika basah memiliki laju fotosintesis
tinggi dan akarnya menembus dalam lapisan tanah, permukaan daun yang rapat
dan lebat, juga menghasilkan bahan organik dalam jumlah yang besar, serta
membentuk biomassa yang besar jumlahnya. Semakin beraneka ragam komposisi
jenis tumbuhan dan strukturnya, semakin tercampur pertumbuhannya, semakin

baik pengaruhnya terhadap lingkungan, tanah, dan air. Tajuk pohon yang
beranekaragam, dengan batang yang mempunyai berbagai ukuran dimensi hingga

Universitas Sumatera Utara

pucuk pohon dominan, disertai lapisan serasah dan humus masak, semuanya itu
merupakan ciri-ciri ekosistem yang unggul dalam memelihara kualitas lingkungan
hidup (Dephut RI, 1992).
Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau komunitas tumbuh-tumbuhan. Salah satu cara
dalam analisis vegetasi adalah dengan menggunakan metode jalur atau transek.
Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut
keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garisgaris topografi (Ruslan, 1986).
Pembuatan petak contoh di lokasi penelitian harus dapat mewakili seluruh
area/daerah penelitian agar contoh tumbuhan yang diambilpun dapat mewakili.
Ukuran petak contoh harus ditentukan dengan jelas sebelum dilakukan analisis.
Berbeda ukuran tumbuhan yang dianalisis berbeda pula ukuran petak contoh yang
diambil (Suin, 2002).
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan

Struktur merupakan lapisan vertikal dari suatu komunitas hutan. Dalam
komunitas selalu terjadi kehidupan bersama saling menguntungkan sehingga
dikenal adanya lapisan-lapisan bentuk kehidupan (Syahbudin, 1987). Selanjutnya
Daniel et. al., (1992) menyatakan struktur tegakan atau hutan menunjukkan
sebaran umur dan atau kelas diameter dan kelas tajuk.
Komposisi dan struktur suatu vegetasi adalah fungsi dari beberapa faktor,
yaitu flora di daerah itu, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu, dan
kesempatan. Flora di daerah itu menentukan spesies mana yang akan mampu

Universitas Sumatera Utara

hidup di sana. Habitat akan mengadakan seleksi terhadap spesies-spesies yang
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan setempat. Waktu dengan
sendirinya diperlukan untuk mantapnya vegetasi itu (Ruslan, 1986).
Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi faktor intrasel
(sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal
meliputi air tanah dan mineral, kelembapan udara, suhu udara, cahaya dan
sebagainya (Junaidi, 2009).

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan Tanaman :
1. Sifat Menurun atau Hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar
seleksi bibit unggul.
2. Hormon Pada Tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang
dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat
pertumbuhan . Hormon-hormon pada tumbuhan yaitu auksin, giberilin, gas
etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman :
1. Cahaya Matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan batang
tumbuhan yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat.
Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih
panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang

Universitas Sumatera Utara

penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi
tumbuhan.
2. Temperatur.


Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi

tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi
kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi. Jika temperatur
terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi lambat atau
terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila lingkungan, air,
temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh.
3. Kelembaban atau Kadar Air. Tanah dan udara yang kurang lembab umumnya
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan penyerapan air
dan menurunkan penguapan atau transpirasi.
4.

Air dan Unsur Hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi
tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan
dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air
dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah.
Tanaman, menyerap unsur hara dari media tempat hidupnya, yaitu dari tanah
ataupun dari air. Unsur hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu
tanaman baik atau tidaknya tumbuhan berkembangbiak.


Biomassa
Biomassa adalah berat bahan organik persatuan unit luas pada waktu
tertentu yang dinyatakan dengan istilah berat kering (dry weight) atau biomassa
dapat berupa berat bahan organik suatu organisme tertentu persatuan unit luas.
Biomassa

pohon

merupakan

ukuran

yang

sering

digunakan

untuk


menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini didasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

kenyataan bahwa pendugaan biomassa relatif lebih rendah dan merupakan
akumulasi dari total proses metabolisme yang dialami oleh tanaman sehingga hal
ini merupakan indikator pertumbuhan yang cukup representatif apabila dikaitkan
dengan tampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman (Rusolono, 2006).
Biomasa pohon ada 2: bagian di atas tanah dan bagian dalam tanah (akar).
Pengukuran biomasa pohon dapat dilakukan dengan menaksir volume pohon
(tanpa melakukan perusakan atau „non destructive’). Volume pohon dapat ditaksir
dari ukuran diameter batangnya, yang diukur setinggi dada ( dbh atau 1,3 m dari
permukaan tanah). Jika diperlukan maka tinggi pohon juga dapat diukur untuk
mempertinggi akurasi estimasi volume pohonnya (Hairiah dkk, 2011).
Pohon (dan organisme foto-ototrof lainnya) melalui proses fotosintesis
menyerap CO2 dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organik
(karbohidrat) dan menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam batang,
daun, akar, umbi buah dan-lain-lain. Keseluruhan hasil dari proses fotosintesis ini
sering disebut juga dengan produktifitas primer. Dalam aktifitas respirasi,

sebagian CO2 yang sudah terikat akan dilepaskan kembali dalam bentuk CO2 ke
atmosfer. Selain melalui respirasi, sebagian dari produktifitas primer akan hilang
melalui berbagai proses misalnya herbivori dan dekomposisi. Sebagian dari
biomassa mungkin akan berpindah atau keluar dari ekosistem karena terbawa
aliran air atau agen pemindah lainnya. Kuantitas biomassa dalam hutan
merupakan selisih anatara produksi melalui fotosintesis dan konsumsi. Perubahan
kuantitas biomassa ini dapat terjadi karena suksesi alami dan oleh aktifitas
manusia seperti silvikultur, pemanenan dan degradasi. Perubahan juga dapat
terjadi karena adanya bencana alam (Sutaryo, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur alam yang memiliki lambang “C”
dengan nilai atom sebesar 12. Karbon juga merupakan salah satu unsur utama
pembentuk bahan organik termasuk makhluk hidup. Hampir setengah dari
organisme hidup merupakan karbon. Karenanya secara alami karbon banyak
tersimpan di bumi (darat dan laut) dari pada di atmosfer (Manuri dkk, 2011).
Dalam inventarisasi karbon hutan, carbon pool yang diperhitungkan
setidaknya ada 4 kantong karbon. Keempat kantong karbon tersebut adalah
biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan
karbon organik tanah ( Sutaryo, 2009).


Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di atas permukaan.
Termasuk bagian dari kantong karbon ini adalah batang, tunggul, cabang,
kulit kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari
strata tumbuhan bawah di lantai hutan.



Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan
yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu
yang ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter
yang lebih kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan
bahan organik tanah dan serasah.



Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan
sebagai semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari
diameter yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang
terletak di permukaan tanah. Kayu mati adalah semua bahan organik mati
yang tidak tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang

Universitas Sumatera Utara

roboh di tanah, akar mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari
diameter yang telah ditetapkan.


Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah
organik termasuk gambut.
Tumbuhan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan menyerap gas

asam arang (CO2) dari udara melalui proses fotosintesis, yang selanjutnya diubah
menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan
akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman. Proses penimbunan karbon (C) dalam
tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi. Dengan demikian mengukur
jumlah yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan
dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman
(Hairiah dkk, 2011).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Karbon
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan karbon antara
lain adalah: iklim, topografi, karakteristik tanah, spesies dan komposisi umur
pohon, serta tahap pertumbuhan pohon. Tingkat serapan karbon yang tinggi
umumnya terjadi pada lokasi lahan dengan kesuburan yang tinggi dan tingkat
curah hujan cukup, dan pada tanaman yang cepat tumbuh, walaupun tingkat
dekomposisi juga cukup tinggi pada lokasi tersebut. Pengelolaan hutan yang baik
seperti pengaturan penjarangan dan rotasi pohon juga mempengaruhi tingkat
serapan karbon. Sebaliknya tingkat penyerapan karbon yang rendah umumnya
terjadi pada lokasi dengan tingkat curah hujan dan kesuburan tanah yang rendah
(Dury, et. al., 2002).

Universitas Sumatera Utara

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Status Hukum
Menurut prasasti yang terdapat di lokasi air terjun Sarasah Bunta, kawasan
Lembah Harau dibuka pertama kali pada tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten
Residen 50 Kota yang bernama BO. Weirkein bersama dengan Tk. Laras Dt.
Kuning Nan Hitam dan Asisten Damang Dt. Kondoh Nan Hitam.
Kawasan ini ditunjuk berdasarkan Besluit Van Der Gouverneur General
Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan
status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 478/Kpts/Um/8/1979 tanggal 2 Agustus 1979
sebahagian kawasan Cagar Alam Lembah Harau yaitu seluas 27,5 ha dialih
fungsikan menjadi Taman Wisata Lembah Harau, sehingga luas Cagar Alam
Lembah Harau menjadi 270,5 ha (BKSDA Sumbar, 2013).
Letak, Luas dan Batas
Berdasarkan letak geografis kawasan Cagar Alam Lembah Harau berada
pada 100º39‟10” BT - 100º41‟58” BT dan 00º04‟39” LS - 00º11‟46 LS. Kawasan
ini merupakan hamparan perbukitan dengan dinding-dinding curam yang
merupakan ciri khas kawasan ini. Secara administrasi kehutanan, terletak di
wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah I yaitu Resort KSDA Lima Puluh Kota.
Secara administrasi pemerintahan, kawasan ini terletak di dua Nagari yaitu
Jorong Lubuk Limpato di Nagari Tarantang dan Jorong Harau di Nagari Harau
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumatera Barat (BKSDA Sumbar, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Luas kawasan Cagar Alam Lembah Harau berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian No. 478/Kpts/Um/8/1979 tanggal 2 Agustus 1979 adalah 270,5
ha, dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Bagian Utara

: Berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) dan
Jorong Harau

b. Bagian Timur

: Berbatasan dengan Hutan Lindung

c. Bagian Selatan

: Berbatasan dengan Jorong Lubuk Limpato

d. Bagian Barat

: Berbatasan dengan Jorong Lubuk Limpato

Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson kawasan Cagar Alam
Lembah Harau mempunyai iklim tipe A. Pada tahun 2010 jumlah rata-rata bulan
kering berkisar 4,92 dan jumlah rata-rata bulan basah berkisar 1,17. Suhu rata-rata
minimum berkisar 0-17º C dan suhu rata-rata maksimum berkisar 25-33º C. Curah
hujan rata-rata dalam lima tahun sebesar 2620,54 mm/tahun dengan hari hujan
sebanyak 163,8 hari/tahun. Hari hujan terendah adalah pada bulan Juli sedangkan
hari hujan tertinggi adalah pada bulan September dan Oktober di tahun 2013
(BKSDA Sumbar, 2013).
Topografi
Kawasan Cagar Alam Lembah Harau terletak pada ketinggian antara 400
mdpl sampai dengan 800 mdpl. Topografi kawasan ini adalah berbukit-bukit,
landai dan terdapat tebing-tebing yang curam yang sering dimanfaatkan orangorang yang suka olah raga Panjat tebing (BKSDA Sumbar, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Aksesibilitas
Kawasan Cagar Alam Lembah Harau yang berbatasan langsung dengan
ruas jalan negara Payakumbuh-Pekanbaru, sangat mudah dijangkau melalui jalan
darat dengan kondisi jalan beraspal. Berdasarkan klasifikasi jalannya, cagar alam
ini dilalui jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kecamatan, jalan nagari dan jalan
jorong (BKSDA Sumbar, 2013).
100°39'0"E

100°39'30"E

100°40'0"E

100°40'30"E

100°41'0"E

PETA KAWASAN KONSERVASI
CAGAR ALAM LEMBAH HARAU
0°5'0"S

®

KPA/KSA
AIR PUTIH

Skala 1 : 25.000
0

0°5'30"S

CAGAR ALAM
DESA/NAGARI
KECAMATAN
KABUPATEN

0.25

0.5

Kilometers 1

: LEMBAH HARAU
: HARAU, TARANTANG
: HARAU
: LIMA PULUH KOTA

Sistem Koordinat ......World Geographyc System
Datum ...........................WGS_1984
Proyeksi .......................Lintang / Bujur
Unit Grid .......................Interval 30 detik
Sumber data :
1. Peta penunjukan kawasan hutan Propinsi Sumatera Barat
Nomor SK. 35/Menhut-II/2013 tanggal 15 Januari 2013;
2. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 0815 - 43 Payakumbuh
Edisi I - 1984 Skala 1 : 50.000

0°6'0"S

KETERANGAN
Sungai

HP

Jalan

HPK

AIR

HPT

APL

KSA/KPA

HL

Jalan Kelas I

Bundaran / Tugu

Jalan Kelas II

Jalan Perkebunan

Jalan Arteri - Medium

Jalan Tanah

Jalan Arteri - Thin

Landasan Airport

0°6'30"S

Jalan Perumahan / Desa

100°0'0"E

100°30'0"E

101°0'0"E

101°30'0"E

0°30'0"S

0°0'0"

Peta Situasi
skala 1 : 3.000.000
Lokasi dipetakan

0°7'0"S

0°30'0"S

Rel Kereta Api

Jalan Kecil / Gang

0°0'0"

CAGAR ALAM
LEMBAH HARAU

100°0'0"E

100°30'0"E

101°0'0"E

101°30'0"E

KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SUMATERA BARAT

100°39'0"E

100°39'30"E

100°40'0"E

100°40'30"E

100°41'0"E

Gambar 1. Peta Kawasan Cagar Alam Lembah Harau
Sumber : Peta penunjukan kawasan hutan Propinsi Sumatera Barat, 2013

Universitas Sumatera Utara