Makalah M Learning - Makalah

MAKALAH KURIKULUM

M.K : Pengkajian Kurikulum SMK
Nama : Andika Yerais Rohan
Nim : 12 315 203
Kelas : C

UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS TEKNIK
PRODI PTIK
[2014]

BAB I
PENDAHULUAN

1.A. Latar Belakang
Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri dari
mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar,
administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi tertentu, dan produk
penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak lulusan dan produk
perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional maupun internasional.

Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi (PT)
diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan
berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan tinggi mampu
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan di tingkat nasional
maupun internasional.
Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut
menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma pendidikan berdampak
pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan
penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep
Mendikbud No.56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas
No. 232/U/2000) atau Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang
fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat
sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi
saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat
menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum. Dalam perjalanan
sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan,
yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006 dan tak
ketinggalan juga kurikulum terbaru yang akan diterapkan di tahun ajaran 2013/2014.

Sebelum pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 ini, pemerintah melakukan uji public
untuk menentukan kelayakan kurikulum ini di mata public. Kemudian pada akhirnya di
tahun 2013 akan mulai diberlakukan kurikulum ini secara bertahap.
1.B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Apa Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
3. Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi
4. Apa saja Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi
5. Apa pengertian kurikulum 2013?
6. Apa kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013?
1.C. Tujuan
Tujuan Pembuatan Makalah ini adalah sebagai Pembelajaran dalam mengerti
kurikulum,(KBK) dan Kurikulum yang sekarang sedang di pakai oleh dunia Pendidikan
diIndonesia. Dan bagaimana proses sehingga Kurikulum itu dapat di jadikan sebagai satu
Tumpuan Baik guru maupun peserta didik dalam proses belajar dan mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN
II.A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin curerer yaitu pelari, dan

curere yang artinya tempat berlari. Pada awalnya kurikulum adalah suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Kemudian pengertian kurikulum
tersebut digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan
tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan
di lembaga pendidikan.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:
Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
• Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang
dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran
yang sudah ditentukan.
• Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua
pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
• Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis
yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai
mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
• Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan
kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
• Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.

II.B. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Nasional 1994 untuk PT merupakan kurikulum berbasis pada isi keilmuan.
Kurikulum 1994 ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kemampuan minimal
dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai sasaran kurikulum
program studi. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh PT sendiri. Tuntutan
terhadap PT agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi dan
perkembangan ilmu (scientific vision) untuk generasi masa depan memunculkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2000 yang mengintegrasikan
kebudyaan dan 4 pilar pendidikan UNESCO. KBK ini diharapkan akan menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi tertentu sehingga dapat melakukan tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan yang ditekuninya. KBK ini
mengintegrasikan penilaian oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders)
di samping penilaian oleh PT dan program studi sendiri.

Pendidikan berbasis kompetensi adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan institusi,

yang tidak lagi berfokus pada apa yang harus diajarkan oleh program studi tetapi
berfokus pada apa yang harus dikuasai mahasiswa untuk dapat mengatasi berbagai
keadaan yang kompleks pada dunia kerja. Pendidikan berbasis kompetensi berfokus pada
hasil kompetensi yang berkaitan dengan apa yang diperlukan di dunia kerja, yang
ditentukan oleh para pengguna lulusan maupun ikatan profesi yang terkait. Kompetensi
yang dihasilkan juga makin rumit dan menuntut cara penilaian yang rumit pula, yaitu
melibatkan portfolio, penilaian terhadap pengalaman kerja yang didapat pada saat
magang, demonstrasi penguasaan kompetensi pada berbagai konteks yang relevan,
pembelajaran yang melibatkan pendekatan bermain peran, penerapan berbagai standar
yang biasa digunakan oleh profesi yang terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, Ditjen
Dikti, sebagai penanggungjawab nasional penyelenggaraan pendidikan tinggi di
Indonesia, mengambil kebijakan yang dituangkan dalam Kerangka Pengembangan
Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III (1994 – 2005), dengan empat sasaran
utama berupa (i) otonomi penyelenggaraan, (ii) mutu pendidikan, (iii) akuntabilitas
penyelenggaraan, dan (iv) akreditasi. Pemerintah memperhitungkan bahwa bila keempat
sasaran utama tersebut tercapai maka akan terjadi peningkatan kesempatan atau peluang
menuju pendidikan tinggi yang berkualitas dan
mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain, minimal di Asia Tenggara.
Usaha penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan dunia dan kebijakan
Ditjen Dikti dapat dilihat pada Gambar 1


Untuk mewujudkan sasaran utama tersebut berbagai langkah dilakukan oleh Ditjen Dikti,
antara lain, pemisahan antara struktur kelembagaan dan struktur program pendidikan.
Pemisahan ini diharapkan dapat mendorong: otonomi penyelenggaraan pendidikan
menjadi lebih terbuka, proses resource sharing dan networking secara internal dan
eksternal menjadi lebih efektif dan efisien, dan terselenggaranya program-program yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan

yang unggul dari masing-masing PT melaui proses buka/tutup program studi.
Permisahan ini menjadi dasar bagi perubahan kurikulum yang semula content-based
(penguasaan isi ilmu pengetahuan dan keterampilan/PIPK – SK Mendikbud No.
056/U/1994) menjadi competency-based (berbasis kompetensi – SK Mendiknas No.
232/U/2000 dan 045/U/2002) atau yang sekarang dikenal dengan Kurikulum berbasis
Kompetensi/KBK
Ciri-ciri rancangan kurikulum berbasis kompetensi (Ttany- jawab Seputar KBK, Dikti,
2005)
1. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan
terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).
2. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran (out
comes) proses pembelajaran.

3. Materi ajar dan proses pembelajaran didesain dengan orientasi pada pencapaian
kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik.(Student Centered Learning).
4. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah koqnitif,
psikomotorik dan afektif.
5. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi
secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang
benar pula.
Kompetensi
Ada berbagai definisi mengenai kompetensi. Sudarsono, mengutip berbagai sumber,
memberikan definisi kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas –
tugas atau berkarya di bidang keahlian tertentu. Selanjutnya Jones (2000), memberikan
definisi kompetensi sebagai berikut the specification of knowledge and skill and the
application of that knowledge and skill to the standards or learning outcomes (Jones,
M.J. 2000. Curriculum Development. EEDP Project, DGHE). Mulyana (2000)
menyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hamlin,
(1994) menyatakan bahwa competency is a statement which describes integrated
demonstration of a cluster or related skills and attitude that are measurable and
observable necessary to perform a job independently. Menurut Tillman (1996),
competency consists of knowledge, skill, and attitude needed to perform an ability to do a

certain job/profession. Gonzi (1997) dan Heger (1995), memberikan definisi kompetensi
lebih luas lagi, yaitu meliputi berbagai kemampuan antara lain yang melandasike
pribadian, penguasaan ilmu (know why) dan keterampilan (know how), berkarya (what to
do), menyikapi dan berprilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri dalam menilai dan
mengambil keputusan secara bertanggungjawab (how to be a responsible person), dan
hidup bermasyarakat dengan menerapkan kerja sama, saling menghormati dan
menghargai nilai-nilai pluralisme dan perdamaian (how to live together). Menurut
KEPMENDIKNAS No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas – tugas di bidang pekerjaan tertentu. Ada
perubahan persyaratan untuk masuk dunia kerja, yaitu harus memiliki kemampuan soft
skills di samping hard skills. Survei yang dilakukan oleh National Association of

Colleges and Employers, USA (2002) terhadap 457 pimpinan mengenai kualitas lulusan
perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja menghasilkan urutan sebagai berikut
(Tabel 1).

Patrick O’Brien dalam bukunya “Making College Count” yang dikutip oleh Iwan
Mulyana, meyatakan ada sejumlah soft skills yang sebaiknya dikuasai oleh lulusan PT,
karena dapat menentukan keberhasilan di dunia kerja, yaitu keterampilan berkomunikasi,

berorganisasi, kepemimpinan, logika, usaha, berkelompok dan etika. Selanjutnya hasil
survei di Amerika, Kanada dan Inggris memunculkan 23 soft skills yang dibutuhkan oleh
dunia kerja (Tabel 2).

Menurut Mitsubishi Research Institute, persentasi keterampilan seseorang yang memberi
kontribusi bagi keberhasilan di dunia kerja adalah sebagai berikut: soft skill – 40%;
networking skill - 30%, keahlian di bidang pekerjaan yang ditekuni - 20%; dan
kemampuan mengelola keuangan 10 %. Sebagai ilustrasi, proses seleksi pegawai di
ASTRA dilakukan dalam 3 tahap, pertama menguji kemampuan logika dan berpikir

analistis, kedua menguji karakter dan sikap kerja. Dan ketiga baru menguji kemampuan
teknis bidang pekerjaan, kesesuaian dengan kemampuan yang diminta dan kesehatan.
Untuk Indonesia, deskripsi persyaratan kerja yang dinginkan para pengguna lulusan dapat
dibaca pada Tabel 3.

II.C Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perubahan orientasi kurikulum dari
Kurikulum Nasional 1994 yang berbasis keilmuan menjadi Kurikulum berbasis
Kompetensi pada tahun 2000 yang mengintegrasikan konsep budaya dan 4 pilar
pendidikan UNESCO. Perbedaan antara Kurikulum 1994 dan 2000 dapat dibaca pada

Tabel 4.

Kurikulum berbasis kompetensi ini terdiri dari: a) kurikulum inti yang mencirikan
kompetensi utama; dan b) kurikulum institusional yang melengkapi kurikulum inti
dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan dan ciri khas PT. Dengan demikian
program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a) menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu
sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya;
b) mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai
dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada
masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan
bersama;
c) mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang
keahliannya dan mampu dalam berkehidupan bersama di masyarakat;
d) mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian
yang merupakan keahliannya.
SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan
tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang berdampak pada pengelompokan mata
kuliah pada program studi. Kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan PT harus

diterjemahkan ke dalam kurikulum program studi yang menghasilkan pengelompokan
mata kuliah ke dalam lima kategori yaitu:
a) yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian (MPK), terdiri dari kelompok
bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
b) keilmuan dan keterampilan (MKK), tersusun dari kelompok bahan kajian dan
pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu
dan keterampilan tertentu.
c) keahlian berkarya (MKB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang
bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan
keterampilan yang dikuasai
d) pengembangan prilaku berkarya (MPB), tersusun dari kelompok bahan kajian
dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar
ilmu keterampilan yang dikuasai; dan
e) pengembangan kemampuan berkehidupan bermasyarakat (MBB), merupakan
kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat
memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya.

Penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi menghasilkan pengelompokan matakuliah
seperti pada Tabel 5.

Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang
memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh
kalangan PT, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah
kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri
khas PT yang bersangkutan. Kompetensi Lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi
penyelenggara program studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta
kebutuhan lingkungan PT.
Proses Penyusunan KBK dimulai dengan analisis SWOT terhadap PT dan program studi
dan analisis hasil tracer study untuk mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal
terhadap lulusan program studi tersebut. Contoh penysusunan KBK seperti ini dapat
dilihat pada makalah Himma Dewiyana. (2007), Kompetensi dan Kurikulum
Perpustakaan. Dari kedua hasil analisis ini akan didapat profil lulusan yang harus
diterjemahkan menjadi kompetensi lulusan. Dari kompetensi lulusan dikembangkanlah
bahan kajian yang akan menentukan kedalaman dan keluasan dari bahan kajian yang
harus diliput, yang harus didistribusikan ke dalam sejumlah mata kuliah. Bahan kajian ini
juga menentukan rancangan dan metode pembelajaran setiap mata kuliah atau silabus dan
satuan acara pembelajaran/perkuliahan/SAP. Sebelum ada KBK , biasanya institusi dan
program studi langsung membuat tujuan pendidikan, mata kuliah (SKS), silabus, RPP,
dan bahan ajar.

II.D. Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk menerapkan KBK ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh program
studi, yaitu:
tersedianya pendidik yang profesional
Proses pembelajaran oleh dosen bukan sekedar penyajian materi
Peserta didik dianggap memiliki kemampuan awal dan karakteristik masingmasing yang harus diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran
Proses pembelajaran membimbing mahasiswa untuk dapat mencapai kompetensi,
seperti proses petani mendapatkan panennya
Dengan demikian sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK ini adalah
adanya:
SDM
Sarana dan Prasarana
Sertifikasi
Evaluasi program; dan
Penjaminan mutu
Indikator keberhasilan dan penjaminan mutu dalam pelaksanaan KBK adalah:
Laju peningkatan penyerapan alumni didunia kerja (graduate employment rate) Tingkat kepuasan alumni (graduate satisfaction)
Tingkat kepuasan industri (employer satisfaction)
Tingkat kepuasan mahasiswa (student satisfaction)
Laju peningkatan nisbah alumni yang lulus tepat waktu
Nilai IPK= 3
II.E. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematikintegratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau
siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif,
dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

II.F. Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.

• Kelebihan Kurikulum 2013
Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan
karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi
pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi. Asumsi dari
kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota. Seringkali anak
di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia
dini. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui
pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus.
• Kelemahan Kurikulum 2013
Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kurikulum 2013. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses
pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena
kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. Pengintegrasian mata pelajaran IPA
dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak
tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

BAB III
PENUTUP
III.A. KESIMPULAN
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, setiap kurikulum pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. oleh karena kita harus tetap mendukung
upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia demi menciptakan peserta
didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan sesuai dengan pancasila demi memenuhi
perkembagan zaman.





Kurikulum berbasis kompetensi kurikulum yang disusun berdasarkan tuntutan
kompetensi lulusan yg dibutuhkan profesi dalam situasi dan kondisi tertentu
Asumsi penyusunan KBK adalah kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai jika
kualitas intelektual dibangun dengan dukungan materi tertentu
Dalam pelaksanaan KBK mengutamakan “eksperimen”, atau pengalaman belajar
dalam setting (situasi dan kondisi) tertentu untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Himma Dewiyana. (2007). Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Medan: USU
Repository 2008
Materi Training of Trainer untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi . Jakarta:Ditjen Dikti
Sudarsono (Prof. Dr. Msc. Guru Besar Fakultas Pertanian - Institut Pertanian Bogor
Materi Presentasi KBK )
Tanya jawab seputar KBK. Jakarta: Dikti, 2005
Widyawati. (2006). Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi tanpa Merombak
Kurikulum Berbasis Isi. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Tahunan IGI Universitas
Indonesia
Zalatan. K. A. (1998). “Managing to Learn: An Overview of a Competency-Based,
Interactive Management Major Curriculum.” Decision Line, July 1998
http://jabercaemdanunyuweb.blogspot.com/2013/10/makalah-kurikulum-2013.html