Makalah M Learning - Makalah makalah kelpk 4a

MAKALAH
BLENDED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah ICT Pembelajaran
Dosen Pengampu : Saiful Amien, M.Pd

Disusun Oleh :
Marga Kusuma

(201310010311017)

Muallifi Khoirul Azwar

(201310010311038)

Moch.Khoirul Hasbi

(201310010311007)

Mitha Rizki Amalia


(201310010311016)

Maya Nur Kumalasari

(201310010311094)

JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dzat yang tak
seorangpun dapat menandingi-Nya, yang Maha pengasih kepada seluruh
makhluk-Nya, dan yang Maha penyayang kepada hamba-Nya. Karena kasih
sayang-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ICT pembelajaran dengan
judul “BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN”.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada pribadi yang
sidiq disetiap perkataannya, amanah disetiap tugasnya, tabligh disetiap titipannya,
dan cerdas disetiap keputusannya, dialah Nabi Muhammad SAW. Sang pembawa

kabar gembira bagi seluruh umat manusia, yang menjadikan sunnah-sunnahnya
sebagai pedoman hidup agar selalu mendapat ridlo-Nya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini, dan semoga dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
khususnya kepada kami dan teman-teman sekalian.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, sehingga makalah yang kami tulis bisa menjadi
makalah yang sesuai dan memenuhi kriteria dengan kaidah-kaidah penulisan
makalah yang baik dan benar dan yang telah ada.

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Pendahuluan .................................................................................................. 3
2.2 Konsep Blended Learning ........................................................................... 4
2.3 Karakteristik Blended Blended e-Learning ............................................. 10
2.4 Penerapan Blended Blended e-Learning ................................................ 13
2.5 Prosedur Blended Learning dalam pembelajaran ................................... 15
BAB III PENUTUP ..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20
3.2 Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ditengah-tengah
kehidupan saat ini merupakan suatu kenyataan baru bagi upaya peningkatan mutu
pembelajaran di negeri ini. Telah diketahui bersama bahwa, sekian juta jiwa
masyarakat kita dari segala tingkatan usia dan kedewasaan yang ada telah dapat
menggunakan dan memanfaatkan keberadaan TIK. Hal ini sebagaimana kita dapat
perhatikan dengan hadirnya konsep dan aplikasi yang berupa e-government, ecommerce, e-community, e-learning dan lain sebagainya.
Salah satu permasalahan yang sering dialami seorang guru dan Dosen
yang mengasuh pelajaran tingkat lanjut adalah ketidak seragaman dasar
pengetahuan yang dimiliki siswa dan Mahasiswa. Pada proses pembelajaran,
seringkali guru dan Dosen merasakan ada sebagian siswa dan Mahasiswa yang
masih sangat kurang pada materi-materi tertentu sedangkan sebagian lainnya
sudah sangat menguasai materi tersebut. Sebagai jalan tengah, banyak guru dan
Dosen yang sedikit mereview materi-materi yang dianggap penting tapi kurang
dikuasai oleh sebagian siswa dan Mahasiswa tersebut. Hal ini juga sering terbawa
ke dalam buku-buku teks dan hand out materi pelajaran dan mata kuliah. Bagi
siswa dan Mahasiswa yang sudah menguasai materi tersebut, pengulangan ini
dirasakan membosankan dan membuang waktu saja. Tapi bagi mereka yang masih
belum memahami, pengulangan yang hanya bersifat review ini sering kali
dirasakan masih sangat kurang.
Perkembangan dunia teknologi saat ini telah mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Seiring dengan perkembangannya teknologi ini, dunia
pendidikan pun harus mengalami perkembangan. Banyak cara yang dapat
digunakan di dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan manfaat dari teknologi
informasi. Lembaga pendidikan yang makin berkualitas, bahkan bertaraf
internasional.
Persaingan dalam bidang pendidikan pun banyak ditemui, tetapi
persaingan ini dilakukan secara sehat agar dapat menghasilkan siswa dan
mahasiswa yang memliki potensi besar yang memajukan bangsa. Salah satu
bentuk persaingan yang ada diantaranya adalah penggunaan teknologi itu sendiri.
1

Situasi seperti saat ini mendorong berbagai lembaga pendidikan
memanfaatkan berbagai macam sistem pendekatan dalam strategi pembelajaran.
Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan
teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Sistem
ini dikenal dengan istilah blended learning yang memadukan antara pembelajaran
tatap muka, pembelajaran Blended Learning offline maupun online dan
pembelajaran m-learning. Melalui blended learning sistem pembelajaran menjadi
lebih luwes, dan sesuai dengan perkembangan IPTEK.


2.1. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep Blended learning ?
2. Bagaimanakah karakteristik Blended Blended e-learning ?
3. Bagaimanakah penerapan Blended Blended e-learning ?
4. Bagaimanakah prosedur Blended Learning dalam pembelajaran ?
3.1. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep Blended learning
2. Untuk mengetahui karakteristik Blended Blended e-learning
3. Untuk mengetahui penerapan Blended Blended e-learning
4. Untuk mengetahui prosedur Blended Learning dalam pembelajaran

2

BAB II
PEMBAHASAN
1.2 PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan teknologi begitu pesat, khususnya pada bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Informasi sudah dapat diakses di
mana-mana dengan menggunakan media komunikasi atau tanpa media
komunikasi. Sehubungan dengan itu, dapat diperkirakan akan terjadi perubahan

dalam setiap aspek kehidupan. Kini manusia tidak lagi merasakan keterbatasanketerbatasan dalam mendapatkan informasi seperti yang mereka rasakan pada
zaman dulu karena hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan teknologi.
Contohnya Fani yang menjadi seorang TKW di Saudi Arabia, dia memiliki
keluaraga di Desa Batu Katak Kabupaten Semarang. Suatu hari, desanya terkena
bencana angin puting beliung yang dahsyat. Dengan adanya TIK, Fani akan cepat
memeroleh informasi itu karena TIK memudahkan para pengguna dalam
mengakses informasi di mana saja dan kapan saja.
Dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang
akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner serta terkait
pada produktivitas kerja dan kompetitif. Kecenderungan dunia pendidikan di
indonesia di masa mendatang adalah: pertama; berkembangnya pendidikan
terbuka dengan modus belajar jarak jauh (distance learning). Kedua; sharing
resource bersama antar lembaga pendidikan/latihan dalam sebuah jaringan.
Ketiga; perpustakaan dan instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium)
berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekadar rak buku. Keempat;
penggunaan

perangkat

teknologi


informasi

interaktif,

seperti

CD-ROM

multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.1
Pengaruh TIK dalam dunia pendidikan pun semakin terasa karena dengan
adanya TIK pola pembelajaran sedikit berbeda. Dari pola tatap muka yang
konvensional atau biasa ke arah pendidikan yang terbuka dan bermedia. Dengan
adanya teknologi yang bisa jarak jauh, pembelajaran pada masa kini pun ada
yang melalui distance learning atau e-learning dengan menggunakan jaringan

1

Dr.Rusman, dkk.2011.pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.hal.240.


3

Internet. Distance learning yaitu belajar dengan jarak-jauh, namun tanpa interaksi
langsung antara guru dan para peserta didik.
Proses

pembelajaran

diarahkan

untuk

mewujudkan

kompetensi-

kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran dengan
menggunakan media internet atau dengan distance learning tidak menjadi andalan
dalam pembelajaran karena tidak adanya interaksi antara guru dengan murid.

Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), tatap muka atau konvensional merupakan
proses pembelajaran utama yang dilakukan di sebagian besar sekolah dan
perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Namun PBM tatap muka ini cenderung
membuat siswa jenuh. Untuk itu perlu adanya inovasi pembelajaran, yaitu dengan
menerapkan konsep Blended Learning.2
2.2. Konsep Blended Learning
Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu
Blended dan Learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk
meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula
suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary)
(Heinze and Procter, 2006(dalam buku pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi). Sedangkan learning memiliki makna pola pembelajaran yang

mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan
pola lainnya. Apa yang dicampurkan? Elenena Mosa (2006) menyampaikan
bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas
(classroom lesson) dengan online learning.
Selain blended learning ada istilah lain yang sering digunakan di
antaranya blended learning dan hybrid learning . Istilah yang disebutkan tadi
mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi

pembelajaran. Supaya tidak membingungkan masalah tersebut pernah dijelaskan
oleh Mainnen (2008) yang menyebutkan “blended learning mempunyai beberapa
alternatif nama, yaitu mixed learning, hybrid learning, Blended Blended e- learnin
dan melted learning (bahasa Finlandia)”. Karena model pembelajaran campuran
ini lebih banyak menggunakan blended e-learning pada perkuliahan pada
perkuliahan daripada tatap muka atau residensial dari tutorial kunjung, maka
2

http://www.academia.edu/4950884/Contoh_Jurnal_BLENDED_LEARNING_DALAM_PEMBELAJ
ARAN

4

penulis menggunakan istilah Blended Blended e-Learning. Selain itu Heinze
(2008) juga berpendapat “A better term for „blended learning‟ is „Blended
Blended e-Learning‟”.
Pada perkembangannya istilah yang lebih popular adalah Blended Blended
e-Learning dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut
merupakan isu pendidikan terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi
Blended e-Learning. Zhao (2008) menjelaskan “issu Blended Blended e-Learning
sulit untuk didefinisikan karena merupakan sesuatu yang baru”. Walau cukup sulit
mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning tapi ada para ahli dan
professor yang meneliti tentang blended Blended e-Learning dan menyebutkan
konsep dari Blended e-Learning. Selain itu, pada penelitian Sharpen et.al (2006)
ditemukan bahwa “banyak institusi yang telah mengembangkan dengan bahasa
mereka sendiri, definisi atau tipologi praktik blended”. Definisi dari Ahmed, et.al
(2008) menyebutkan :
Blended Blended e-Learning,

on the other hand, merges acpects of

blended e-learning such as: web-based instruction, streaming video,
audio, synchronous and asynchronous communication, etc : with
tradisional, face-to-face” learning.
Definisi lain yang hamper sama yaitu dari Soekartawi (2006) menjelaskan
pengertian dari Blended Blended e-Learning yaitu :
One of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The
model, BEL, is designed basically based on combination of the best
acpects of application of information technology blended e-learning,
structured face-to-face activities, and real world practice.
Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat persamaan antara Blended Blended eLearning yaitu penggabungan aspek blended e-learning yang termasuk web-based
instruction,

streaming

video,

audio,

synchronous

and

asynchronous

communication atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi informasi blended elearning, dengan kegiatan tatap muka. Blended Blended e-Learning juga
merupakan pendekatan terbaru menurut atau model baru menurut Soekartowi.
Blended learning sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional
dan lingkungan pembelajaran elektronik atau blended e-learning, menggabungkan
5

aspek blended e-learning seperti pembelajran berbasis web, streaming video,
komunikasi audio synchronous, dan asynkoronous dengan pembelejaran
tradisional “tatap muka”. Pendapat lainnya dipaparkan Bhonk dan Graham (2006)
juga mendedfinisikan sebagai berikut : blended learning is the combination of
instruction from two historically separate models of teaching and learning:
Traditional learning systems and distributed learning systems. It emphasizes the
central role of computer-based technologies in blended learning”. (Handjerrouit,
2007). Bhonk dan Graham (2006) menjelaskan bahwa blended learning adalah
gabungan dari dua sejarah model perpisahan mengajar dan belajar: sistem
pembelejaran tradisional dan sistem penyebaran pembelejaran, yang menekankan
peran pusat teknologi berbasis komputer dalam blended learning.
Deskripsi sejarah model perpisahan mengajar dan belajar tersebut juga
dijelaskan oleh Heinze dan Procter (2004) sejarah perjalanan blended learning
terjadi jika semakin tinggi teknologi yang digunakan maka semakin panjang
waktu yang digunakan secara online learning. Pada awalnya pembelajaran
tradisional tatap muka, kemudian makin tinggi teknologi maka semakin lama
waktu pembelajaran beralih menggunakan elektronik murni (blended e-learning
pure) dalam bentuk online. Tapi terjadi kombinasi metode pembelajaran
tradisional dengan online (pure blended e-learning). Penjelasan mereka tentang
konsep blended learning dijelaskan pada gambar berikut ini :

Conception of Blended Learning-adapted from heinze and Procter (2004)
Gambar 2.1
Pure Blended e-Learning (Heinze:2008)

Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas maka dapat dikatakan secara
sederhana Blended Blended e-Learning adalah kombinasi atau penggabungan
pendekatan aspek blended e-learning yang berupa web-based instruction, cideo
6

streaming, audio, komunikasi synchronous dan asynchronous dalam jalur blended
e-learning system LSM dengan pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk
juga metode mengajar, teori belajar, dan dimensi pedagogic. Kesimpulan tersebut
sama seperti yang dikemukakan oleh Bhonk dan Graham (2006) yaitu :
a. Combining instructional modalities or delivery media and technologies
(traditional distance education, Internet, Web, CD ROM, video/audio, any
other electronic medium, email, online books, etc)
b. Combining instructional methods, learning theories, and pedagogical
dimensions
c. Combining blended e-learning and face-to-face learning.3

Gambar 2.2
Blended Learning

Istilah blended learning (pembelajaran dengan pendekatan campuran)
menjadi popular sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika
Utara, Inggris dan Australia, dan di kalangan akademik sebagaimana di kalangan
pelatihan. Makna asli seklaigus yang paling umum bagi blended learning saat ini
adalah mengacu pada kombinasi antara pembelajaran online dan pembelajaran
tatap muka (face to face). Namun demikian, kombinasi dan teknologi, lokasi atau
pendekatan pedagogi lain juga semakin sering diidentifikasikan sebagai blended
learning.
Contoh :


Saat teknologi synchronous (sinkron) dan teknologi asyn-chronous (tak
sinkron) digunakan bersama dalam program belajar online;

3

Rusman,dkk.2011. Opt.Cit .hal 242

7



Saat kombinasi pembelajaran formal dan pembelajaran in-formal
digunakan dalam pengembangan tempat kerja professional;



Saat mahasiswa mengaksesmateri program belajar dan ber-sumber
program belajar dari berbagai lokasi—dari rumah, dari learning centre,
dari kampus, dari warnet, dan lain-lain;



Saat teknologi digunakan untuk merancang ulang pendaftaran program
belajar untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya.

Ada penelitian baru yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa blended
learning

lebih efektif dan mahasiswa bias belajar lebih banyak dan lebih

menikmatinya daripada pembelajaran face-to-face saja atau pembelajaran online
saja.4 Blended Learning dikatakan menggabungkan kekuatan dan efektivitas dari
pendekatan ruang kelas saja dan memungkinkan pembelajar menjadi lebih
tersesuaikan dan lebih individualistis, pada saat yang sama memungkinkah
jangkauan lebih besar dan pendistribusian pengiriman.
Tanpa perlu ikut-ikutan memasuki perdebatan abadi tentang ”mengajar versus
belajar”, implikasi kuat dari istilah “blended learning” adalah :
1) Beragam kesempatan untuk menyajikan sumber-sumber pembelajaran dan
cara-cara komunikasi tutor-mahasiswa dan mahasiswa-mahasiswa yang
lebihfleksibel dan lebih diinginkan daripada solusi satu-jalur yang sempit;
2) Jika didorong memainkan peran aktif dalam pengembangan pendidikan
mereka sendiri individu pembelajar akan memilih sumber-sumber dan
media-media pembelajaran yang beragam dan lebih nyaman sesuai dengan
situasi pribadi mereka. Pilihan ini mungkin termasuk alternative (atau
pengganti) kuliah dengan webcasts atau CD rekaman atas diskusi nyata
dengan diskusi online yang asynchronous, dari artikel digital dengan
dibidik jika tidak ada perpustakaan universitas terdekat berisi ribuan buku,
atau penyediaan daftar bacaan terstruktur yang memiliki pranala ke jurnal
akademik online.
Pertanyaan-pertanyaan yang berulang kali diajukan tentang blended learning
umumnya terpusat pada blend (campuran) apa yang terbaik ? Adakah salah satu
4

http://www.learning-circuits.org/2003/jul/2003/rossett.htm
8

blend lebih efektif daripada blend yang lain ? Sejauh ini masih ada terlalu sedikit
bukti untuk membuat generalisasi yang tepat. Meski demikian, banyak pendidik
dan pelatih yang menyimpulkan bahwa jawaban atas pertanyaan itu terletak pada
adanya pergeseran budaya. Pergeseran itu menjauhi sekadar pengajaran dan
pelatihan, tetapi lebih mengarah ke pembelajaran dan motivasi pembelajar.
Pemikiran signifikan bagi perancang program belajar dan analis pendidikan
adalah bagaimana merancang blended learning yang optimal, daripada
membiarkan keadaan historis, kesempatan, dan pengajar individu membias kea
rah mendiktekan pencampuran dari blend itu. Pendekatan ini seharusnya lebih
menekankan pada keragaman dalam pengenmbangan bahan pembelajaran,
courseware,assessment dan sumber-sumber pendukung, dan menjadi sinonim
dengan distributed education, meskipun distributed education juga memiliki
implikasi geografis yang kuat.
Alternatif yang agak mirip adalah istilah hybrid learning :

Online learning

Online sepenuhnya
Tanpa komponen
Tatap muka

Blended Learning

input teknologi
tinggi

Online Learning

input teknologi
rendah

pembelajaran
tradisional dalam kelas

peningkatan penggunaan komponen teknologi dan online

keseluruhan program belajar yang
diberikan melalui platform tertentu
elearning, misalnya VLE

sedikit atau
tanpa penggunaan teknologi

elearning
Gambar 2.3
Deskripsi skematik blended learning.5

5

Robin Mason & Frank Rennie,2010,Elearning (Panduan lengkap memahami Dunia Digital dan Internet),
Yogyakarta :PT BACA. Hal 18

9

2.3. Karakteristik Blended Blended e-Learning
Blended Learning adalah pembelajaran yang tercampur antara tatap muka
dan jarak jauh, pembelajaran yang memadukan antara komponen online dan
komponen tatap muka. Istilah “Blended learning” masih memiliki sinonim antara
lain “adjunct mode” dan hybrid teaching atau hybrid courses” yang kedua-duanya
sangat umum di Amerika Serikat. Blended learning merupakan pengembangan
lebih lanjut dari metode e-Learning, yaitu metode pembelajaran yang
menggabungkan antara sistem e-Learning dengan metode konvensional atau tatap
muka (face-to-face).
Pada awalnya istilah blended learning digunakan untuk menggambarkan
mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran online terbaik dengan
pembelajaran tatap muka terbaik. Saat istilah itu menjadi popular, maka semakin
banyak

kombinasi

yang

dirujuk

sebagai

blended

learning.

Misalnya:

menggabungkan berbagai teknologi, berbagai metode pengajaran, berbagai
pengalaman belajar, atau berbagai lokasi kegiatan pembelajaran.6

Gambar 2.4
Komponen Blended-Blended E-Learning (Hadjerrouit:2007)

Blended Blended e-Learning berisi tatap muka, di mana beririsan dengan
blended e-learning. Pada blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis
komputer yang berisikan dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online
terdapat pembelajaran berbasis internet yang di dalamnya ada pembelajaran
6

Robin Mason & Frank Rennie, 2010,Ibid,hal xxxvii

10

berbasis web. Deskripsi tersebut disimpulkan bahwa dalam Blended Blended eLearning terdapat tatap muka yang beririsan dengan blended e-learning di mana
blended e-learning beserta komponen-komponennya yang berbasis komputer dan
pembelajaran online berbasis web-internet untuk pembelajaran.
Menurut Sharpen et.al. (2006) Karakteristik Blended Blended e-Learning,
adalah:
1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan
selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung
lingkungan belajar virtual.
2. Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan
pembelajaran sampai mendalam.
3. Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas, karakteristik Blended Blended e-Learning
adalah sumber suplemen, dengan pendekatan tradisional juga mendukung
lingkungan belajar virtual melalui suatu lembaga, rancangan pembelajaran
yang mendalam pada saat perubahan tingkatan praktik pembelajaran dan
pandangan

tentang

semua

teknologi

digunakan

untuk

mendukung

pembelajaran. Penerapan suatu model pembelajaran harus berdasarkan teori
belajar yang cocok untuk proses pembelajaran agar kelangsungan proses
tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended e-Learning
maka teori belajar yang mendasari model pembelajaran tersebut adalah teori
belajar

konstuktivisme

(individual

learning).

Karakteristik

teori

belajar

konstruktivisme (individual learning) untuk blended e-learning (Hasibuan, 2006)
adalah sebagai berikut:
a. Active learners
b. Learners construct their knowledge
c. Subjective, dynamic and expanding
d. Processing and understanding of information
e. Learner has his own learning.
Individual learning dalam teori ini pelajar adalah peserta yang aktif, kalau
dapat membangun pengetahuan mereka sendiri, secara subjektif, dinamis dan
berkembang. Kemudian memproses dan memahami suatu informasi, sehingga
11

pelajar memilik pembelajarannya sendiri. Pelajar membangun pengetahuan
mereka berdasarkan atas pengetahuan dari pengalaman yang mereka alami
sendiri. Teori belajar berikutnya yang melandasi model Blended Blended elearning adalah teori belajar kognitif. Pendekatan kognitif menekankan bagan
sebagai satu struktur pengetahuan yang diorganisasi (Brunner, 1990; Gagne et.al.,
1993). Menurut Bloom (1956) mengidentifikasi enam tingkatan belajar kognitif
yaitu “pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis”.
Teori

terakhir adalah

teori

belajar konstruktivisme sosial

yang

dikembangkan oleh Vygotsky. Menurut Vigotsky (1978) adalah sebagai berikut:
the way learners construct knowledge, think, reason, and reflect on is uniquely
shaped by their relationships with others. He argued that the guidance given by
more capable others, allows the learner to engage is levels of activity that could
not be managed alone. Konstruktivisme sosial disebut juga collaborative learning.
Karakteristik teori belajar tersebut adalah sebagai berikut (Hasibuan, 2006).
Teori ini membuat pelajar membangun pengetahuan, berpikir, mencari
alasan, dan dicerminkan dengan bentuk yang unik melalui berhubungan dengan
yang lain. Pelajar belajar dari penyelesaian masalah yang nyata, pelajar juga
bergabung pada suatu pembangkit-pengetahuan. Pengajar juga masuk ke dalam
sebagai pelajar bersama-sama dengan siswanya. Bentuk tugas juga akan diolah
dan pengetahuan dinilai dan diciptakan lalu membangun pengetahuan yang baru.
Blended e-Learning memiliki beberapa keunggulan antara lain pendekatan
belajar yang beragam, lebih mudah dalam mengakses pengetahuan, terjadi
interaksi sosial, bersifat pribadi, menghemat biaya, dan memudahkan dalam
revisi.
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam
berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar
blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersamasama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda. Sebuah
komunitas belajar dapat dilakukan oleh pelajar dan pengajar yang dapat
berinteraksi setiap saat dan di mana saja karena memanfaatkan yang diperoleh
komputer maupun perangkat lain sebagai fasilitasi belajar. Blended learning

12

memberikan fasilitasi belajar yang sangat sensitif dan efektif terhadap segala
perbedaan karakteristik psikologis maupun lingkungan belajar.7
2.4 Penerapan Blended Learning
Secara terminologis, Menurut Rosenberg (2000) bahwa blended e-lerning
merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian
solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Istilah blended e-learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan
mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran online terbaik dngan
pembelajaran tatap muka terbaik. Misalnya : menggabungkan berbagai teknologi ,
berbagai metode pembelajaran, berbagai penglaman belajar, atau berbagai lokasi
pembelajaran.

Kenyataannya, program belajar yang mengandung komponen

online sekecil apapun (misalnya: situs web pendukung, akses email ke instruktur,
daftar bacaan online) kadang-kadang disebut sebagai elearning. Hal itu juga
menggambarkan semua program belajar yang memadukan berbagai media
pembelajaran atau berbagai kesempatan pembelajaran: di tingkat paling dasar,
mereka melibatkan berpikir, membaca dan pencampuran informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah ada.
Materi pelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai grafik, teks,
animasi, simulasi, audio dan video. Secara spesifik dalam pendidikan guru
blended e- learning memiliki makana sebagai berikut:
a. Blended e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi,
pendidikan, pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi
materi pembelajaran maupun ilmu pendidikan secara online
b. Blended e-learning tidak berarti menggantikan model balajar konvensional
di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar melalui pengayaan
content dan pengembangan teknologi pendidikan.
c. Blended e-learning menyediakan berbagai seperangkat alat yang dapat
memperkaya nilai belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CDROM, dan pelatihan berbasis komputer.

7

Rusman,dkk.2011.Opt.Cit.hal 246

13

d. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana guru dan siswa, siswa
dan sesama siwa, atau guru dengan sesama guru dapat berkomunikasi
dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
e. Memanafaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer
network).
Menurut Haughey (1998) pengembangan belended e-learning, terdapat
tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis
internet, yaitu :
1) Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan,
yang mana antara peserta didik dan guru tidak langsung tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan penilaian, ujian, dan
kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui
internet. Dengan model ini dapat meningkatkan “knowledge dan skill”
bagi peserta didik.
2) Web centric course adalah penggunaan internet dengan memadukan
antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian
materi di sampaikanmelalaui internet dan sebagian materi yang lain
disampaikan di kelas dengan tatap muka. Dalam model ini pengajar
dapat memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk mempelajari
materi yang sudah di buat dalam webnya. Model ini lebih relevan
untuk digunakan dalam pengembangan pendidikan guru, dilihat dari
kondisi, kultur yang dimiliki saat ini. Secara substansi materi keguruan
identik dengan nilai yang tidak hanya ditransfer melalui pembelajaran
tanpa tatap muka, melainkan diperlukan direct learning, sehingga
unsur-unsur modeling guru dapat diterima dengan baik.
3) Model web enhanced course

adalah pemanfaatan internet untuk

menunjang peningkatan kualitas pembelajaran. Fungsi internet dalam
pembelajaran adalah untuk memberikan pengayaan antara peserta
didik dengan guru, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau
peserta didik dengan nara sumber yang lain. Oleh karena itu, peran
guru disini dituntut untuk menguasai teknik informasi di internet,
membimbing mahasiswa dengan menyajikan materi melalui web,

14

melayani bimbingan melalui internet, dan materi-materi lain yang
diperlukan.
Menurut Harmon dan Jones, (2000), terdapat lima level penggunaaan
ICT dalam pembelajaran, yaitu :
a) Level-1 information: pada level ini bahan-bahan pembelajaran
tidak terlalu banyak yang disajikan melalui ICT, tetapi terbatas
pada bahan yang sifatnya informasi untuk menunjang proses
pembelajaran bahkan cenderung bersifat administratif dan
aturan perkuliahan.
b) Level-2 supplemental:

pada level ini sudah memasukkan

bahan pembelajaran tetapi sifatnya masih terbatas, belum
menguraikan isi pembelajaran secara lengkap, dan materi yang
disajikan pokok-pokoknua saja. Misal melalui power point,
acrobat reader, file html dan lain sebagainya.
c) Level-3 Essensial: dalam lavel ini hampir semua materi
pembelajaran disajikan dalam bentuk web. Dengan demikian,
sudah

ada

ketergantungan

penggunaan

ICT

dalam

pembelajaran.
d) Level-4 communal: pada level ini mengombinasikan pola
pembelajaran tatap muka atau penggunaan web secara online.
Pada pola ini dituntut kemandirian dari para guru untuk
mencari dan mengembangkan bahan belajarnya secara mandiri
dengan materi-materi yang dikuasainya.
e) Level-5 immersive: pada level ini pembelajaran dilangsungkan
secara vitual. Seluruh isi materi pembelajaran disajikan secara
online. Level ini memandang pembelajaran mulai dari
perekrutan.

Proses

pembelajaran,

sistem

evaluasi,

dan

kelulusan dilangsungkan secara vitual.8
2.5 Prosedur Blanded Learning Dalam Pembelajaran
Peningkatan kualitas guru merupakan salah satu tujuan utama pemerintah
Indonesia, Hal tersebut sebagai bentuk realisasi undang-undang guru dan dosen
8

Rusman,dkk.2011.Opt.Cit.hal 249

15

no. 14/2005 yang mempersyaratkan guru untuk memiliki kualifikasi minimal S-1
dan memiliki sertifikat sebagai pengajar. Kondisi kekurangan masih juga dialami
sebagian besar wilayah pada berbagai jenjang pendidikan. Dengan demikian,
jumlah kebutuhan guru saat ini, maupun pada masa-masa mendatang sangatlah
dibutuhkan.
Kemampuan LPTK yang ada di Indonesia pada saat ini yaitu sejumlah 278
LPTK (termasuk 32 LPTK negeri) belum mampu memenuhi jumlah guru yang
dibutuhkan dalam waktu singkat. Dalam hal ini penerapan sistem pendidikan jarak
jauh menjadi pilihan utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu,
pada tahun 2007 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Direktorat Peningkatan
Mutu Tenaga Kependidikan menetapkan 10 LPTK untuk bersama-sama
menyelenggarakan sistem pendidikan jarak jauh untuk program peningkatan
kualifikasi guru melalui pendidikan S-1 PGSD.
PJJ pada program ini berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi
dengan menggunakan internet sebagai media utama, tatap muka dilakukan hanya
beberapa kali pada program residensial selebihnya menggunakan program elearning.
Keberhasilan PJJ PGSD dan sistem pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan e-learning sebagai alat belajar utama, sangat ditentukan oleh model
learning management system (LMS) yang dikembangkan, dan pemerintah
bersama pihak terkait masih mencari-cari model LMS yang handal dan mampu
mewujudkan profil guru professional, yang memiliki kompetensi kependidikan
dan keguruan yang setara bahkan melebihi guru dengan sistem pembelajaran
regular.
Model Blended

e-learning

merupakan

kombonasi

dari beberapa

pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran konvensional berupa tatap muka dan
e-learning yang berbasis internet. Bentuk proses pembelajaran dalam PPJ berupa
keterpisahan, belajar mandiri dan layanan belajar atau tutorial. Sementara itu,
proses keberlangsungannya S-1 PGSD PPJ menggunakan model blended elearning. Model tersebut harus dapat membuat mahasiswa S-1 PGSD PJJ
termotivasi untuk belajar.9
9

Rusman,dkk.2011.Opt.Cit.hal 255

16

Rekruitmen
Tes Seleksi

ORIENTASI
Perkuliahan di
Kampus

RESIDENSIAL
Pertemuan tatap
muka Dosen-Mhs
dan perkuliahan

TUTORIAL
Perkuliahan
melalui LMS dan
Video

GAMBAR 2.5
Prosedur Pengembangan Blended Learning

Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk
meningkatkan efektivitas, efesiensi dan daya tarik yang lebih besar dalam
berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar
blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersamasama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda. Sebuah
komunitas belajar dapat dilakukan oleh pelajar dan pengajar yang dapat
berinteraksi setiap saat dan dimana saja karena memanfaatkan yang diperoleh
computer maupun perangkat lain (iphone) sebagai fasilitas belajar. Blended
learning memberikan fasilitas belajar yang sangat sensitive terhadap segala
perbedaan karakteristik psikologis maupun lingkungan10.
Seperti yang dikemukakan oleh Gegne (1984) Belajar yang efektif
mempunyai kriteria sebagai berikut: a) melibatkan pembelajaran dalam proses
10

http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning )

17

belajar; b) mendorong munculnya keterampilan untuk belajar mandiri (learn how
to learn); c) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pembelajar; d) memberi
motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Darmodihardjo (1998) mengemukakan bahwa tutor dalam pelaksanaan
tugasnya memiliki peran yang meliputi; (1) sebagai motivator, (2) sebagai
fasilitator, (3) sebagai pembimbingan dan evaluator, (4) pengembangan materi
pelajaran, (5) pengelola proses belajar mengajar, (6) agen pembaruan. Sementara
itu Muhammad Zen (2000) mengemukakan bahwa tugas tutor selaku pengajar
meliputi; (1) sebagai informator, (2) sebagai organisator, (3) sebagai motivator,
(4) sebagai pengarah, (5) sebagai inisiator, (6) sebagai transmiter, (7) sebagai
fasilitator, (8) sebagai mediator, (9) sebagai evaluator.11
Konsep Tutorial
Tutorial adalah suatu proses pemberian bantuan dan bimbingan belajar
dari seseorang kepada orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok.
Dalam konsep ini, tutorial merupakan layanan belajar yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran dengan karakteristik yang berbeda, seperti dosen
yang berfungsi sebagai fasilitator kegiatan belajar bukan sebagai pengajar. Jenisjenis tutorial yang sediakan adalah tutorial tatap mata (TTM) dan tutorial on-line.
1. Tutorial Tatap Muka
Dalam progam PJJ S1 PGSD ini semua mata kuliah diberikan bimbingan
tutorial tatap muka (dilakukan pada masa residensial).Dalam model
tutorial tatap muka, dosen diperkenakan untuk membuat model tutorial
yang dianggap mampu mengaktifkan atau memancing mahasiswa sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik mata kuliah,
karakteristik mahasiswa, serta sarana dan prasarana yang tersedia agar
dapat berinteraksi secara maksimal, berikut ini terdapat tiga model tutorial
yang merupakan contoh yaitu, model kooperatif-Aktif 1, Model
Kooperatif-Aktif 2, dan Model Kooperatif-Aktif 3.

11

Rusman,dkk.2011.Opt.Cit.hal 259

18

Gambar 2.6 Model kooperatif
KEGIATAN DOSEN

LANGKAH

KEGIATAN MHS
 Simak sajian dosen
 Manfaatkan sumber

 Sajian pokok materi
 Siapkan sumber
Adakan diskusi/

 Berbagi ide & pengalaman

Kerja Kelompok

 Rumuskan kesimpulan

Berikan tes atau

 Ikuti tes

adakan silang tanya

 Ikuti acara silang tamya

Berikan pemantapan

Lakukan tindak lanjut

kelompok

2. Tutorial Online
Tutorial ini dilakukan dengan bantuan jaringan komputer. Model tutorial
online adalah model tutorial yang menggunakan jaringan komputer. Materi
diberikan dalam bentuk naskah tutorial yang dapat diakses dimana saja
mahasiswa berupa tanpa harus bertatap muka dengan tutor. Dalam model
ini, tutor harus mempersiapkan naskah tutorial yang memungkinkan
terjadinya interaksi antar tutor dan mahasiswa. Selain itu, partisipasi secara
aktif dari mahasiswa juga sangat diperlukan karena mempengaruhi nilai
akhir tutorial.12

12

http://daeng-icn.blogspot.com/2013/12/blended-learning-dalam-pembelajaran.html)
19

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konsep Blended Learning merupakan salah satu inovasi dalam
pembelajaran. Inovasi ini menyangkut pencampuran model belajar konvensional
dan model belajar online dengan jaringan internet. Pembelajaran Blended
Learning ini adalah model pembelajaran campuran maka teori yang digunakan
pun terdiri atas berbagai teori belajar dari beberapa ahli dengan menyesuaikan
situasi dan kondisi belajar peserta didik. Teori pembelajaran yang cocok dalam
pembelajaran ini salah satunya ialah teori disiplin mental, karena menganggap
bahwa para siswa memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu
dan dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Namun Blended
Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam
kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi
pendidikan.
3.2 SARAN
1. Hendaknya

dalam

menerapkan

blended

learning

pendidik

dapat

memastikan bahwa seluruh pesertanya memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga dalam belajar secara mandiri via online tidak banyak
hambatan yang dikarenakan oleh faktor sarana dan prasarana yang kurang
memadai.
2. Hendaknya pendidik telah menyiapkan solusi terbaik dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul dalam metode ini.
3. Pembagian materi belajar harus dapat dialokasikan dengan baik, dengan
mempertimbangkan isi bahan ajar, serta tujuan pembelajarannya, mana
yang harus dibahas secara tatap muka atau dapat dipelajari secara mandiri.
4. Pendidik juga harus menyiapkan jadwal yang terorganisir untuk tatap
muka dan pembelajaran mandiri diawal, Agar peserta didik mengetahui
secara jelas jadwal tersebut.

20

DAFTAR PUSTAKA


Dr.Rusman, dkk.2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.



http://www.academia.edu/4950884/Contoh_Jurnal_BLENDED_LEARNI
NG_DALAM_PEMBELAJARAN.



http://www.learning-circuits.org/2003/jul/2003/rossett.htm



Robin Mason & Frank Rennie,2010, Elearning (Panduan lengkap
memahami Dunia Digital dan Internet), Yogyakarta : PT BACA.



http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning



http://daeng-icn.blogspot.com/2013/12/blended-learning-dalampembelajaran.html)

21