MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER MANUSIA MAS

MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER
MANUSIA MASYARAKAT INDONESIA

Disusun oleh:
Arifianka Rahmafebrizsa Buhron (1506685984)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

I.

Pertanyaan dan Jawaban

1. Bagaimana memperkuat Integrasi Nasional dalam kaitan dengan
kehidupan Berbangsa dan Bernegara?
Kodrat integrasi pada bangsa Indonesia tercipta oleh kesadaran
kebangsaan dan cita-cita perjuangan yang dibangun melalui gairah dan
kehendak yang kuat dari kodrat keanekaragaman kehidupan bangsa
Indonesia. Kodrat keanekaragaman kehidupan itulah yang membangun
kehendak berintegrasi ke dalam satu kesatuan bangsa dan bercita-cita

membangun satu kehidupan kebangsaan dalam satu negara kesatuan
Republik Indonesia (Mattaluda, 1985).
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk kepulauan dengan
keragaman suku bangsa dengan ciri khas kebudayaannya masing-masing.
Adanya beberapa suku bangsa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, di
satu pihak merupakan kebangsaan tersendiri karena memiliki kekayaan
kebudayaan yang sangat tinggi harganya. Namun, di sisi lain dengan
banyaknya jumlah suku bangsa yang ada merupakan sumber timbulnya
konflik (Widjada, 1986). Salah satu penyebab munculnya konflik
tersebut adalah adanya sikap etnosentrisme dan primordialisme di antara
bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pedoman yang bersifat netral
dan tidak mengacu pada suatu suku bangsa tertentu tetapi mewakili
Indonesia sebagai suatu negara yang multikultural. Pancasila sebagai
dasar negara dan “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai semboyan negara
adalah pedoman ideal dalam bertingkah dan berperilaku yang
mengusung nilai-nilai nasionalis untuk mewujudkan integrasi nasional.
Sebagai bangsa Indonesia, dibutuhkan penanaman terhadap nilainilai Pancasila dan makna “Bhinneka Tunggal Ika” secara
berkesinambungan melalui pendidikan formal maupun informal sejak
dini. Melalui Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, diharapkan bangsa

Indonesia dapat menjunjung tinggi toleransi dan tidak hanya menerima
perbedaan, tetapi juga merangkul, menghargai, serta menghormati
perbedaan tersebut. Selain itu, kita sebagai warga negara Indonesia
diharuskan untuk mematuhi kebijakan dan peraturan pemerintah karena
regulasi tersebut merupakan penurunan nilai-nilai dari Pancasila sebagai
sumber hukum. Dengan menyamakan harapan dan tujuan yang ingin
dicapai yakni integrasi nasional, maka kita bersama-sama berupaya
menanamkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika agar
Indonesia menjadi negara yang damai dan harmonis sehingga
terwujudlah integrasi tersebut.

2. Globalisasi dan cyber community merupakan bagian dari kehidupan masa
kini yang tidak terhindarkan. Dalam upaya memperkuat persatuan
nasional, bagaimana caranya mempertahankan dampak baik dan
mengatasi dampak buruk dari globalisasi serta perkembangan cyber
community? Berilah salah satu contohnya dalam konteks ekonomi atau
hukum atau pertahanan keamanan!
Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah sebuah proses
terbentuknya suatu sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat
yang berada di seluruh dunia yang bertujuan untuk mengikuti sistem dan

kaidah-kaidah tertentu yang sama. Maraknya aktivitas manusia
menggunakan elektronisasi yang didukung dengan perkembangan
teknologi yang pesat, sebuah sistem komunikasi antar masyarakat
tersebut kemudian berevolusi menjadi cyber space yang dihuni oleh
cyber community.
Cyber space dianggap sebagai realitas baru dalam kehidupan
manusia yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai internet
(Maskun, 2013: 46). Komputer (internet) telah mampu membuka
cakrawala baru dalam kehidupan manusia baik dalam konteks sarana
komunikasi dan informasi yang menjanjikan menembus batas-batas
negara maupun penyebaran dan pertukaran ilmu pengetahuan dan
gagasan di kalangan ilmuwan di seluruh dunia (Widyopramono, 2005:
7). Hal tersebut merupakan keuntungan yang datang dari globalisasi
karena dapat dijadikan sarana edukasi dan hiburan bagi cyber
community.
Akan tetapi, kemajuan teknologi informasi (internet) dan segala
bentuk manfaat di dalamnya membawa konsekuensi negatif tersendiri.
Penyalahgunaan yang dilakukan oleh cyber community inilah yang
kemudian dikenal sebagai cyber crime (Maskun, 2013: 49). Salah satu
penyalahgunaan yang terjadi adalah distribusi pembajakan dan

pornografi secara digital serta penyebaran berita-berita tidak
bertanggungjawab yang disebut hoax. Namun, tidak selamanya dampak
negatif dari globalisasi berupa tindakan kriminal di dunia maya, tetapi
juga dapat berupa menurunnya rasa cinta terhadap Indonesia dan
hilangnya identitas sebagai bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, kita sebagai bangsa dan warga negara Indonesia
harus melakukan filterasi dan berpikir selektif serta kritis atas segala
informasi yang diterima dengan berpegang teguh pada nilai dan identitas
Pancasila. Selain itu, dibutuhkan pula sebuah regulasi dari pemerintah
untuk membatasi keleluasaan cyber community dalam beraktivitas di
dalam cyber space. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
pemerintah mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Beserta Penjelasannya adalah untuk memberikan
batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
dalam penggunaan internet berikut dengan hukuman yang tercantum.

3. Uraikan secara singkat perjalanan demokratisasi di Indonesia yang juga
menunjukan dialaminya masa otoritarianisme di era Orde Baru.
Bagaimanakah perkembangan demokrasi di Era Reformasi (pasca Orde
Baru) khususnya dilihat dari peran elit politik dan ekonomi?

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang dapat berarti
pemerintahan rakyat atau juga bisa disebut pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat sedangkan demokratisasi adalah proses
menuju demokrasi. Demokratisasi di Indonesia ditandai dengan adanya
orde lama, orde baru, dan reformasi yang berlangsung hingga sekarang.
Masa orde lama dibagi menjadi dua periode, periode pertama
(1950-1955) memiliki sistem demokrasi liberal dan periode kedua (19591965) memiliki sistem demokrasi terpimpin. Pada masa orde baru (19661998), muncul sistem demokrasi Pancasila. Karl D.Jackson menyebut
orde baru sebagai masyarakat politik birokrasi, yang menggambarkan
bagaimana arena politik sangat didominasi oleh birokrasi negara
(Winarno, 2007: 26). Dalam hal ini, kebijakan nasional dibuat dalam
lingkaran kecil elit yang berpengaruh dan biasanya kebijakan tersebut
ditujukan untuk merespon nilai-nilai dan kepentingan pihak-pihak
tertentu. Di sisi lain, sistem politik pada masa orde baru memiliki tingkat
partisipasi yang minim. Otoritarianisme politik yang telah membuat
sistem politik tidak lagi responsif terhadap tuntutan dan kebutuhan
rakyat. Pembangunan ekonomi yang semestinya ditujukan untuk
mendorong kemakmuran rakyat, dalam kenyataannya hanya dinikmati
oleh segelintir elit politik dan ekonomi.
Pada reformasi, perkembangan pemerintahan yang lebih
demokratis terlihat dari perubahan-perubahan kerangka kelembagaan

seperti adanya sistem multipartai, pelaksanaan pemilu yang relatif lebih
demokratis, adanya pers yang bebas, dan upaya menjadikan birokrasi dan
militer sebagai kekuatan profesional tetapi netral secara politik (Marijan,
2012: 1). Perubahan tersebut secara otomatis telah membuka ruang yang
lebih besar kepada warga negara untuk terlibat lebih aktif serta
partisipatif di arena politik dan hal tersebut menegakan arti demokrasi
yang sebenarnya. Pembangunan ekonomi ditujukan untuk rakyat dan
kebijakan pembangunan pun didasarkan pada demokrasi serta ditekankan
kepada hak rakyat. Rakyat juga dapat mengawasi jalannya pemerintahan
dan pembangunan ekonomi tersebut. Selain itu, pemerintah juga
berupaya untuk membasmi KKN dengan mengeluarkan UU No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat
serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sehingga
setiap orang memiliki hak yang sama di dalam sistem pemerintahan dan
perekonomian.

4. Gambarkanlah suatu kearifan lokal dari suatu suku bangsa yang sudah
diterapkan di ruang lingkup lokal (daerah lain) dan nasional!
Kearifan lokal berupa prinsip-prinsip dan cara-cara tertentu yang
dianut, dipahami, dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam

berinteraksi
dan
berinterelasi
dengan
lingkungannya
dan
ditransformasikan dalam bentuk sistem nilai dan norma adat (Zulkarnain
dan Febriamansyah, 2008: 72). Masyarakat Baduy, terutama Baduy
Dalam, adalah salah satu suku yang mengasingkan diri dari keramaian
kota dan tidak mau tersentuh oleh kegiatan pembangunan. Hal ini
dikarenakan mereka masih memegang teguh nilai dan norma yang
diajarkan oleh leluhur mereka, yakni keyakinan bahwa alam adalah
pelindung kehidupan mereka.
Masyarakat Baduy hidup dengan kesederhanaan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Baduy hanya mengandalkan
sumber daya yang disediakan oleh alam sambil melakukan proteksi
terhadap lingkungan yakni dengan tidak mengeksploitasi sumber daya
yang tersedia. Sikap tersebut melahirkan rasa gotong royong dalam
kehidupan mereka yang mengedepankan kepentingan kolektif di atas
individu sehingga terlaksananya asas demokrasi di antara masyarakat

Baduy.
Sebagai contoh, dalam mendirikan bangunan, masyarakat Baduy
menjunjung tinggi kearifan lingkungan. Konstruksi bangunan rumah
mereka menggunakan bahan yang berasal dari lingkungan sekitar seperti
kayu dan bambu. Struktur bangunan didirikan dengan rangka yang juga
terbuat dari kayu atau bambu. Kemudian, semua rincian konstruksi
diselesaikan dengan ikatan, tumpuan, pasak, tumpuan berpaut dan
sambungan berkait. Struktur utama atap menggunakan atap kiray dengan
bambu dan rota sebagai pengikat. Konstruksi bangunan ini juga dapat
ditemui di daerah lain di Jawa Barat. Hal ini menunjukan bahwa dengan
menggunakan bahan-bahan yang tersedia dari alam, masyarakat Baduy
juga turut menjaga kelestarian alam bagi seluruh masyarakat yang
tinggal di dalamnya.
Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Baduy merupakan satu dari
sekian kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia mengingat
Indonesia adalah negara multikultural. Perilaku masyarakat Baduy yang
mencerminkan nilai-nilai gotong-royong, kolektivisme, dan cinta
lingkungan merupakan nilai yang dianut tidak hanya oleh masyarakat
Baduy, melainkan sejumlah masyarakat lain termasuk kita sebagai
bangsa Indonesia. Dalam praktiknya, pembangunan yang dilakukan

pemerintah adalah upaya untuk menyejahterakan rakyat. Bersandingan
dengan pembangunan tersebut, diciptakan pula peraturan berkaitan
dengan lingkungan agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya dalam

UU No. 32 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

II.

Daftar Pustaka

Maskun. 2013. Kejahatan Siber: Cyber Crime. Jakarta: Kharisma Putra
Utama.
Permana, C.E. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi
Bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sadilah, Emiliana. 1997. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Widyopramono Hadi Widjojo. 2005. “Cybercrimes dan Pencegahannya”.
Jurnal Hukum Teknologi. Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hm.7.

Winarno, Budi. 2007. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta:
Medpress.