KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA - Repository IPDN

  

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM

PENGEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA

  IPDN-KEMDAGRI

  Biodata Narasumber

  • Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
  • Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
  • NIP : 19770304 1995 11 1 001
  • Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
  • Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
  • Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
  • Alamat : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
  • Email/HP :8122445916

A. PENDAHULUAN

  

Manusia adalah mahkluk sosial (homo

socious) yang kemudian berkembang menjadi mahkluk organisasi (HOMO ORGANISMUS).

   Setiap kelompok akan selalu ada pemimpinnya.

  

Organisasi ada yang berorientasi pada

pemimpin (leader orientation), adapula yang berorientasi pada sistem (system orientation). Organisasi modern cenderung berorientasi pada sistem.

   Gejala kepemimpinan muncul dalam kelompok.

   Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan & pengaruh, yaitu kemampuan

mempengaruhi orang lain utk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu yg dikehendaki oleh

pemimpin secara sukarela.

   Sekurang-kurangnya ada dua jenis kepemimpinan dalam bidang pemerintahan yakni kepemimpinan organisasional dan kepemimpinan sosial.

   Kepemimpinan organisasional

  • - Timbul karena ybs menjadi pimpinan unit organisasi dengan pengikut sebagai bawahan yang patuh dgn berbagai ikatan norma-norma organisasi formal; - Dimensi administratif lebih dominan daripada dimensi sosial maupun politik; - Pimpinan organisasi formal, biasanya dapat menggunakan fasilitas manajerial seperti : kewenangan, dana, personil dan logistik dsb

   Kepemimpinan Sosial

  • - Timbul karena kapasitas & kualitas pribadinya dalam menggerakkan bawahannya; - Dimensi sosial & politik lebih dominan dari pada dimensi administratif;

   Kepala Daerah termasuk pimpinan SKPD seharusnya mempunyai kedua bentuk kepemimpinan tsb.

  Pertimbangan dalam memilih Pimpinan Pemerintahan :

  1. Kapabilitas

  2. Akseptabilitas

  3. Kompatibilitas

  ad. 1. Kapabilitas

Gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual

maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak ( track record) pendidikannya maupun jejak sikap dan perilakunya selama ini.

   Pemimpin yang baik tidak akan muncul secara tiba-tiba, tetapi melalui proses perjalanan yang panjang.

  ad. 2. Akseptabilitas Gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran pemimpin. ad. 3. Kompatibilitas

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dgn kebijakan dari

pemerintah tingkat atasnya & mengakomodasikan kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya maupun tuntutan dari para pengikutnya.

   Derajat urgensi ketiga aspek tsb sangat tergantung pada tingkatan dari wilayah pengaruh dari pimpinan pemerintahan.

   Urutan pentingnya Aspek Kepemimpinan dikaitkan dengan Tingkatan pada Posisi Pemerintahan NO Tingkatan Urutan Derajat Urgensi

  

Posisi Aspek Kepemimpinan

Pemerintahan

  1. Kapabilitas

  1. Presiden

  2. Akseptabilitas

  3. Kompatibilitas

  1. Kompatibilitas

  2. Kepala Daerah

  2. Kapabilitas Propinsi

  3. Akseptabilitas

  1. Akseptabilitas

  3. Kepala Daerah

  2. Kapabilitas K/K

  3. Kompatibilitas

  1. Akseptabilitas

  4. Kepala Desa

  2. Kompatibilitas

  3. Kapabilitas

VARIABEL KEPEMIMPINAN

  Ada empat variabel yang mempengaruhi kepemimpinan visioner dalam pemerintahan yakni :

  1. Pemimpin

  2. Pengikut

  3. Situasi dan kondisi

  4. Visi dan misi yang diembannya

  

Keterkaitan Antar

Variabel Kepemimpinan

PEMIMPIN

  

Visi & misi Situasi &

organisasi Kondisi Pengikut

   Variabel Pemimpinan

  PEMIMPIN = Fungsi (BAKAT, KEMAMPUAN, KESEMPATAN).

  • * Bakat dapat dilihat melalui psikotest * Kemampuan dapat dikembangkan melalui pendidikan dan atau pelatihan * Kesempatan diberikan dan diperoleh melalui perjuangan baik secara sosiologis maupun secara politis. Pada saat sekarang kesempatan secara politis terbuka lebar. Seseorang dapat melakukan mobilitas vertikal

  Delapan Perbedaan Pemimpin dgn Manajer :

  Manajer mengadiministrasikan, pemimpin melakukan inovasi-inovasi.

   Manajer tiruan, pemimpin adalah asli.Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan.

  Manajer memfokuskan pada sistem dan struktur, pemimpin memfokuskan pada orang.

  

  Manajer menitikberatkan pada pengendalian, pemimpin mendasarkan pada rasa percaya.

  

  Manajer memiliki pandangan jangka pendek, pemimpin memiliki pandangan jangka panjang

  

  Manajer menanyakan “mengapa” dan “bagaimana”, sedangkan pemimpin menanyakan “apa” dan “mengapa”.

  

  Manajer memiliki pandangan pada garis dasar, pemimpin memiliki pandangan pada horison. (Bennis

EMPAT HAL PENTING MENGENAI PEMIMPIN 1.

  Bahwa definisi satu-satunya tentang seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut.

  2. Bahwa seorang pemimpin efektif bukanlah orang

  yang dicintai atau dikagumi, tetapi ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal yang besar.

  3. Bahwa pemimpin itu nyata. Mereka adalah orang- orang yang nyata memberikan teladan.

  4. Bahwa kepemimpinan bukanlah jabatan, hak

  istimewa, gelar atau uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab. ( Sumber : Peter F. Drucker, 1997).

ENAM LANGKAH BERTAHAP DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1.

  Kelompokkan masalahnya.

  2. Tetapkan masalahnya.

  3. Buat spesifikasi jawaban terhadap masalah.

  4. Putuskan apakah yang “benar”, daripada yang

  dapat diterima, berkaitan dengan batas-batas kondisi.

  5. Kaitkan keputusan dengan tindakan yang nyata.

  6. Uji validitas dan keefektifan keputusan dihadapkan pada kejadian aktual. (Sumber : Peter F. Drucker, The Effective Decision, Harvard Business Review on Decision Making, 2001 : 2-3).

  LINGKARAN SETAN PEMERASAN DALAM PILKADA PARPOL BALON KDH KDH & WAKIL KDH & WAKIL RAKYAT APBD

SDM INVESTOR/

SDA PENGUSAHA

C. DAMPAK HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH

  

  Banyak sekali faktor yang menentukan kemajuan suatu daerah, ada faktor internal yakni faktor yang berada di bawah kendali manajemen. Adapula faktor eksternal, yakni faktor yang berada diluar kendali manajemen.

  

  Berkaitan dengan Pilkada, ada tiga faktor penting yang berdampak langsung terhadap kemajuan daerah, yakni :

   a. Kapabilitas Kepala Daerah terpilih;

   b. Dukungan partai politik yang tercermin melalui

  Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tingkat kemajuan daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional Tingkat kemajuan daerah akan tinggi Tergantung Dinamika DPRD, Apabila DPRDnya High Profile, daerah berpeluang untuk maju Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah tinggi apabila DPRD justru bersifat “Low Profile” Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah lambat, sehingga memerlukan konsultansi pihak luar Cenderung banyak konflik politik, membuat kemajuan daerah menjadi lambat PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH (Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas

Kepemimpinan dengan Dukungan Politik dari Parpol Melalui

DPRD)

  D TINGGI U K U N G SEDANG A N G P A R RENDAH P O L

  Kemajuan Daerah tergantung pada ketulusan birokrasi, atau Justru terjadi biropatologi Tingkat kemajuan daerah moderat sampai tinggi apabila dilakukan banyak pendelegasian kew. Tingkat kemajuan daerah akan tinggi Untuk mencapai kemajuan, diperlukan banyak supervisi dari Pem tingkat atasnya dan bantuan pihak luar Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah dari moderat ke arah tinggi apabila ada cetak biru yang jelas Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah lambat, shg memerlukan Konsultansi pihak luar Cenderung menggunakan gaya otoriter untuk membuat daerah maju PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH (Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas Kepemimpinan dengan “Profesionalitas” Birokrasi) P TINGGI R O F B E I S R SEDANG I O O K N R A A L S RENDAH I I T A S

  

  Parpol mempunyai peran penting di dalam seleksi awal bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, Parpol harus ikut bertanggungjawab apabila bakal calon tersebut ternyata tidak membawa kemajuan berarti bagi daerah otonom bersangkutan.

  

  Mengingat bahwa desentralisasi pada empat dimensi (politik, administrasi, fiskal, dan ekonomi) bersifat komprehensif dan berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah perubahan strategis lainnya untuk membangun daerah, antara lain membangun birokrasi yang profesional dan DPRD yang berwawasan kenegarawanan.

  

  Tidak kalah pentingnya adalah membangun masyarakat pembelajaran yang senantiasai mau

VARIABEL PENGIKUT

  

  Sesuai dengan jenis kepemimpinan dalam bidang pemerintahan, ada dua jenis pengikut yakni : pengikut dalam konteks organisasi administratif, dan pengikut dalam konteks organisasi sosial.

  

  Pengikut dalam konteks organisasi administratif terdiri para PNS, yang bekerja dengan imbalan penghasilan dari negara.

KARAKTERISTIK PENGIKUT

  

  Menurut Hersey & Blanchard (1990 : 183) tingkat kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yakni : M1 : Rendah, Tidak mampu dan tidak mau atau tidak yakin. M2 : Rendah ke sedang, tidak mampu tetapi mau atau yakin. M3 : Sedang ke tinggi, mampu tetapi tidak mau atau tidak yakin. M4 : Tinggi, mampu/kompeten dan mau/yakin.

  

Gaya Kepemimpian yang digunakan sesuai

  kematangan Pengikut : M1 G1 ( Gaya Memberitahukan). M2 G2 ( Gaya Menjajakan). M3 G3 ( Gaya Mengikutsertakan). M4 G4 ( Gaya Mendelegasikan).

EMPAT KARAKTERISTIK ORGANISASI PEMBELAJARAN

  1. Membagikan informasi secara terbuka.

  2. Tekankan pembelajaran dan investasikan masa depannya.

  3. Jangan menghukum kesalahan atau kegagalan.

  4. Harapkan orang untuk terus belajar. (Sumber : Jeffrey A. Krames; “Jack Welch Lexicon of Leadership” 2002).

VARIABEL SITUASI DAN KONDISI

  

  Dalam konteks organisasi, situasi dan kondisi dapat dibedakan menjadi dua macam yakni SIKON internal dan SIKON eksternal.

  

  SIKON INTERNAL adalah situasi dan kondisi di dalam organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi dan berada di bawah kendali manajemen.

  

  SIKON EKSTERNAL adalah situasi dan kondisi di luar organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi tetapi berada di luar kendali manajemen.

   Bagi pemimpinan pemerintahan, variabel situasi dan kondisi yang dominan meliputi : - ideologi - politik - ekonomi - sosial dan budaya - agama. - pertahanan (tertentu saja). - keamanan.

  

VARIABEL VISI DAN MISI

ORGANISASI

  Menghadapi perubahan situasi dan kondisi internal maupun eskternal organisasi yang serba tidak menentu, diperlukan pemimpin organisasi yang mempunyai visi ke masa depan.

  

  Visi pimpinan organisasi tsb kemudian dikemas menjadi visi organisasi yang dipimpinnya, karena utk mencapainya diperlukan dukungan dari seluruh anggota organisasi maupun para pemegang saham.

  Tingkatan Sifat Visi di Daerah Abstrak Visi Daerah Visi Pemerintah Daerah Visi Perangkat Daerah Kongkret &

  Ciri Visi yang Baik :

  Spesifik (specific);

  Sederhana (simple);

  Terikat Waktu (time-bound);

  Mungkin untuk dicapai (achieveable);

  Terukur (measurable ). ada KPI (Key Performance Indicators) untuk organisasi dan atau individu anggota organisasi.

  Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyusun Visi Daerah Kontributor PDRB Terbesar 1) 2) 3) Mata Pencarian

Penduduk Terbanyak

1) 2) 3) Penetapan Bisnis Inti

  (Core Business) Keunggulan yang di- Rencanakan di masa Mendatang : 1) 2)

  Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah Pemerintah Pusat Kewenangan Daerah Rakyat Mandat Visi Daerah Jangka Panjang Visi Pemda Jangka Menengah Potensi SDA, SDM, SDB Organisasi Pemerintah Daerah Transfer Kewenangan

  Misi, Strategi & Program

   Kompetensi Dasar Eselon I :

  • Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi organisasi;
  • Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota organisasi;
  • - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi

    kepada pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi;
  • - Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi

    mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan;
  • Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.

   Kompetensi Dasar Eselon II :

  • Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi organisasi;
  • - Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota organisasi; - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.

  (Dasar : Kep. KA BKN No 46A/2003)

   Kompetensi Dasar Eselon III :

  • - Mampu menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi organisasi

   yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam bahasa yang lebih operasional;

  • - Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh

    anggota organisasi;
  • - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu menggerakkan, memimpin organisasi serta menjalankan aktivitas guna mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan;
  • - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggung-

    gugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang

   Kompetensi Dasar Eselon IV:

  • Mampu memahami dan menerjemahkan Visi, Misi, dan

  Strategi organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam bahasa yang lebih operasional;

  • - Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh

    anggota organisasi;
  • - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada

    pihak

    luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi;

  • - Mampu memimpin organisasi serta menjalankan aktivitas

    guna mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan;
  • - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggung-

    gugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang dilaksanakan

    dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah

E. ETIKA PEMERINTAHAN

   Etika dapat disebut juga sebagai filosofi moral, berisi tentang konsep PERILAKU BENAR ATAU SALAH secara moral, bukan berbicara benar atau salah secara hukum.

   Secara teoretis, etika dibagi menjadi tiga subyek umum yakni :

   a. Metaetika, yang berbicara mengenai asal-usul prinsip-prinsip etika;

   b. Etika normatif, yang berbicara mengenai tugas -tugas praktek;

  

c. Etika aplikasi, yang berbicara mengenai isyu-isyu

kontroversial spesifik.

  

  Etika pemerintahan, berarti berbicara prinsip- prinsip perilaku yang benar dan salah secara moral maupun perilaku yang baik dan buruk di lingkungan pemerintahan.

  

  Pemerintahan sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tatanilai yang berbeda dibandingkan sistem sosial lainnya. Bahkan di setiap jenjang dan lokasi pemerintahan akan dijumpai etika pemerintahan yang berbeda- beda karena adanya pengaruh tata nilai setempat.

  

  Diskusi kita difokuskan pada perilaku benar dan salah secara moral maupun perilaku yang baik dan buruk yang berlaku secara umum di

  

  Banyak sekali dimensi etika pemerintahan yang seharusnya diatur, sehingga ada pedoman perilaku bersama antar pegawai pemerintah (internal organisasi), antara organisasi pemerintah yang satu dengan organisasi lainnya maupun antara pegawai pemerintah dengan masyarakat (eksternal organisasi).

  

  Etika internal organisasi pemerintah mengatur pedoman perilaku :

   a. Antara atasan dengan bawahan;

   b. Antara teman sejawat;

   c. Antara pegawai wanita dengan pegawai pria;

   d. Antara pegawai dengan pihak keluarga pegawai.

  

  Etika eksternal organisasi antara pejabat satu kantor pemerintah dengan kantor pemerintah lainnya, dalam kedudukan yang sejajar atau berhierarkhi.

  

  Etika dalam hubungan antara pejabat pemerintah dengan kepala negara sendiri, maupun kepala negara sahabat.

  

  Etika dalam berhubungan antara pejabat dengan masyarakat dalam konteks pekerjaan.

  

  Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki undang-undang etika pemerintahan. ( baru berbentuk RUU).

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN ETIKA PEMERINTAHAN

   Karena etika pemerintahan berkaitan dengan norma perilaku baik dan buruk dalam organisasi pemerintah, maka keteladanan dari pemimpin memegang peran utama dalam penerapannya.

  

Pada masyarakat yang masih berorientasi ke atas

seperti Indonesia, perilaku baik akan mudah

dikembangkan apabila dimulai dari atas. Prinsip “

Satu Kata Dengan Perbuatan”, menjadi sangat

cocok untuk membangun etika pemerintahan yang

baik. Pada sisi lain, yang menonjol saat ini justru sikap-sikap munafik atau hipokrit, yang menyebabkan hilangnya rasa saling percaya dan saling menghormati.

D. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

  

  Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membuat masyarakat menjadi lebih berdaya untuk mengurus kebutuhan dan kepentingannya sendiri. Inti dari pemberdayaan masyarakata adalah KEMANDIRIAN.

  

  Pemberdayaan dapat ditujukan kepada perorangan, kelompok ataupun masyarakat.

  

  Ciri seorang pemimpin yang berhasil apabila mampu membuat bawahan atau pengikutnya menjadi semakin mandiri, dengan resiko mereka akan menjadi kompetitor. Pemimpin yang berhasil adalah yang telah lulus dalam setiap kompetisi.

TUJUAN PEMBERDAYAAN

  

  Agar sesorang atau sekelompok orang mampu mengatasi masalahnya sendiri sehingga terlepas dari ketergantungan pada pihak lain.

  

  Agar seseorang atau sekelompok orang mampu mengambil keputusan sendiri.

  

  Agar seseorang atau sekelompok orang memiliki akses informasi dan sumberdaya sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat.

  

  Agar seseorang atau sekelompok orang memiliki pandangan positif sehingga mampu melakukan perubahan.

E. Paradigma Baru Berpemerintahan 1.

  Hubungan antara pemerintah dgn masyarakat bersifat sangat

dinamis, bergerak seperti pendulum antara kutub sangat

berkuasa ke kutub yang sangat lemah.

2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat.

  3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan ‘menelan’ masyarakat (studi kasus sebelum abad 19 : pemerintahan kolonialisme /monarkhi absolut).

  4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat) pada awal abad 20, masyarakat menuntut hak untuk lebih banyak memegang peran dalam pembuatan kebijakan publik, walaupun banyak menemui hambatan.

  5. Hambatan – hambatan pelaksanaan proses demokrasi :

Pimpinan politik & pemerintah yang dipilih rakyat seringkali

menyalahgunakan kepercayaan, sehingga menimbulkan

ketidakpercayaan (distrust). Menurut Fukuyama, untuk membangun bangsa diperlukan kondisi “ high trust”.

  

Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :

  1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

  2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’  Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

  3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan

manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah,

melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya. .4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’

  

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya

fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.

   Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus ( mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.

   Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.

   Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya

membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-

urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan

para pihak-pihak yang terlibat ( stakeholder and shareholder).

   Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi, ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.

B. Konsep Good Government

  

Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai negara

ditengarai adanya “bad government”, yang ditandai

dengan banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, yang membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep baru mengenai cara berpemerintahan yang baik (good government).

  Good governance Bad Good Government Government

  Perbandingan Ciri-ciri Bad Government dengan Good Government

  Ciri-ciri Bad Government Ciri-ciri Good Government 1.

  Lamban dan bersifat reaktif 2. Arogan 3. Korup 4. Birokratisme 5. Boros 6. Bekerja secara naluriah 7. Enggan berubah 8. Kurang berorientasi pada kepentingan publik

  1. Proaktif 2.

  Ramah dan Persuasif 3. Transparan 4. Mengutamakan proses dan produk

  5. Proporsional dan profesional 6.

  Bekerja secara sistemik 7. Pembelajaran sepanjang hayat

  8. Menempatkan stakeholder & shareholder ditempat utama

C. Konsep Good Governance

  • * Menurut World Bank, Governance diartikan sebagai ‘the way

   state power is used in managing economic and social resources for development society’. Dengan demikian,

  governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat.

  • *UNDP, mengartikan governance sebagai ‘the exercise of

  political,economic, and administrative authority to manage a

nation’s affair at all levels’. Kata governance, diartikan sbg

penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan

politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola masalah2 nasional pada semua tingkatan.

  Governance memiliki tiga domain :

  1. Negara/pemerintahan : Sebagai pembuat kebijakan, pengendali & pengawas

  2. Swasta/Dunia usaha : Sebagai penggerak aktivitas bidang ekonomi

  3. Masyarakat : Sebagai subyek dan obyek dari sektor pemerintah dan swasta.

  

Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta, masyarakat)

dalam konsep good governance yang bersifat

heterarkhis

  Sektor Sektor Pem. Swasta Sektor Masy.

  Governance didukung oleh TIGA elemen :

  1. Politik

  Proses pembuatan keputusan utk formulasi kebijakan

publik, yang dilakukan oleh birokrasi & bersama dengan

politisi.

  2. Ekonomi Proses pembuatan keputusan utk memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri & interaksi diantara penyelenggara ekonomi.

  3. Administrasi Implementasi proses kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik. ADMINISTRASI EKONOMI POLITIK

Gambar : Tiga Elemen dalam Good Governance

  Ciri – ciri Tata Pemerintahan yang Baik

   :

  1. Mengikutsertakan semua;

  2. Transparan dan bertanggung jawab;

  3. Efektif dan adil;

  4. Menjamin adanya supremasi hukum;

  5. Menjamin bahwa prioritas2 politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat;

  6. Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin & lemah dlm proses pengambilan keputusan

menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.

  : Karakteristik Good Governance menurut UNDP

  1. Partisipasi (Participation) Syarat utama warga negara dalam berpartisipasi :

  a. ada rasa kesukarelaan dan tanpa paksaaan;

  b. ada keterlibatan secara emosional;

  c. memperoleh manfaat, secara langsung dan tidak langsung dari keterlibatannya.

  2. Penegakan Hukum (Rule of Law);

Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat

lunaknya ( software),perangkat keras (hardware) maupun sumber daya manusianya ( humanware)

  3. Transparansi (Transparancy); Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik, mulai dari proses pengambilan keputusan, penggunaan dana publik sampai pada tahapan evaluasi.

  4. Daya Tanggap (Responsiveness); Sektor publik selama ini dianggap tertutup,arogan dan berorientasi pada kekuasaan.Untuk mengetahui kepuasan masyarakat sebagai konsumen, perlu dilakukan survey secara periodik. Lihat Kep. Menpan No. 25. M.Pan /2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

  5. Berorientasi pada konsensus (Consensus Orientation);

Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan

konsensus. Dalam pengambilan keputusan lebih menitikberatkan konsensus. Musyawarah merupakan proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.

  6. Keadilan/kesetaraan (Equity) Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama

untuk memperoleh kesejahteraan, walaupun kemampuan

individu berlainan namun sektor publik harus berperan agar kesejahteraan dan keadilan seiring sejalan.

  7. Keefektifan dan Efisiensi (Effectiveness & Efficiency);

Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan

efisiensi pada sektor publik.

  8. Akuntabilitas ( Accountability) Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh kepada publik/masyarakat luas, disamping kepada atasan. Akuntabilitas meliputi :

  a. Akuntabilitas organisasional/administratif

  b. Akuntabilitas legal

  c. Akuntabilitas politik

  d. Akuntabilitas profesional

  e. Akuntabilitas moral Menurut Klitgaard (2000), korupsi terjadi karena :

  Corruption = Discretion + Monopoly - Accountability

  9. Visi Strategis (Strategic Vision) Perlunya memiliki visi jangka panjang (long-term

  vision), visi jangka menengah (mid-term vision) dan visi jangka pendek (short-term vision).

   Ciri visi yang baik adalah :

   a. bersifat spesifik

   b. disusun dalam bahasa yang sederhana(+/- 10 kata)

   c. bersifat terukur

   d. mungkin untuk dicapai e. mempunyai dimensi waktu tertentu.

  C. IMPLEMENTASI PARADIGMA GOOD GOVERNANCE DALAM OTONOMI DAERAH

   Meskipun tidak secara resmi diumumkan penggunaan

paradigma baru berpemerintahan, yakni dengan paradigma

good governance, namun secara implisit paradigma tersebut

nampak dalam berbagai peraturan perundang-undangan baru

yang terbit pada era reformasi. Termasuk berbagai peraturan

yang mengatur tentang otonomi Daerah. Hal ini tidak terlepas dari tekanan negara dan lembaga donor yang memberikan hutang maupun hibah ke Indonesia.

  Dalam hal partisipasi, telah dicoba dibuka pintu yang lebih lebar untuk melibatkan masyarakat dalam proses perumusan, implementasi serta evaluasi kebijakan publik melalui berbagai

peraturan perundang-undangan, meskipun seringkali terjadi

penolakan dari tubuh birokrasi.

   Penegakan hukum juga mulai lebih digiatkan antara lain dengan memperkuat posisi Mahkamah Agung

serta meletakkan jajaran pengadilan di bawahnya,

bukan lagi di bawah presiden.

  

  Sudah mulai banyak pejabat publik, baik gubernur, bupati/ walikota maupun anggota DPRD yang diperiksa maupun telah dijatuhi hukuman karena didakwa korupsi. Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga dimuat ketentuan kemungkinan pemberhentian Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah yang lebih tegas dan keras.

  

  Telah dikembangkan transparansi di bidang keuangan daerah, antara lain melalui keharusan diaudit oleh BPK dan menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada publik. Best practice mengenai hal ini misalnya dapat dilihat di Kabupaten Sleman, yang pada tahun 2004 telah membuat neraca yang diaudit oleh

   Telah mulai dikembangkan mekanisme untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap kinerja pemberian pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

  

Contoh mengenai hal ini misalnya di Kota Palangkaraya.

  

Pengembangan konsensus sebenarnya bukan hal yang

baru, karena sudah merupakan budaya nasional Indonesia sebagaimana tercermin pada sila keempat dari Pancasila. Tetapi budaya konsensus tersebut justru mulai ditinggalkan dan digantikan dengan model pemungutan suara untuk setiap pengambilan keputusan yang mengakibatkan munculnya kubu pro dan kontra.

  

Pengembangan kesetaraan dalam bidang politik sudah

mulai dijalankan, tetapi kesetaraan dibidang ekonomi masih tersendat- sendat karena birokrasi nampaknya masih lebih banyak berpihak pada kelompok ekonomi

kuat dibandingkan pada kelompok ekonomi lemah. Hal

tersebut nampak dari pembuatan kebijakan publik

  

  UU Nomor 32 Tahun 2004 telah menempatkan efektivitas dan efisiensi sebagai nilai yang diutamakan, tetapi dalam prakteknya masih sulit untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak siap untuk menjalankan prinsip ini, sehingga diperlukan kepemimpinan visioner untuk melakukan perubahan seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tanah Datar.

  

  Prinsip akuntabilitas secara bertahap sudah mulai diterapkan dalam implementasi otonomi daerah di berbagai tempat di Indonesia, meskipun tingkat kemajuannya relatif terbatas. Killgaard mengingatkan bahwa Corruption = Discretion + Monopoly – Accountability. Tanpa akuntabilitas, terutama dalam penggunaan dana publik, niscaya akan timbul korupsi.

  

  Keharusan membuat visi stratejik bagi setiap instansi pemerintah sudah diatur di dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang AKIP. Begitu pula dengan kewajiban calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memaparkan visi, misi dan programnya dihadapan sidang paripurna DPRD telah diatur di dalam pasal 66 ayat (3) huruf (f) UU Nomor

  32 Tahun 2004. Meskipun demikian masih banyak visi Daerah, visi Pemerintah Daerah serta visi Perangkat Daerah yang disusun secara tidak benar serta tidak dilaksanakan secara konsisten dan bersinambungan.

  

  Keluarnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setidak- tidaknya memberi acuan mengenai perlunya menyusun pembangunan nasional secara hierarkhis

  Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami Amiin.

  TERIMAKASIH Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

Kurang Memuaskan!!!!