KINERJA APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

(1)

KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

(Skripsi)

Oleh

CAKRA GUMELAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

APPARATUS VILLAGE GOVERNMENT PERFORMANCE DEVELOPMENT POTENTIAL IN THE VILLAGE

(Studies in the Village State Park, East Lampung District of Way Lagerstroemia)

By The

CAKRA GUMELAR

Performance (performance) is an overview of the level of achievement of the implementation of the activities or programs or policies in realizing the goals, objectives, vision and mission in running the Village Government Village State Park authors observed when holding the observation is still not running properly several villages potential units, permasal a han in the thesis This is, a) How does the State Apparatuses Performance Village State Park, East Lampung District of Lagerstroemia Way in the development potential of the village.

In this study, the authors use a type of qualitative research. Qualitative research is essentially research methods used to examine the condition of natural objects, in which the researcher is a key instrument, data collection techniques triangulation


(3)

CAKRA GUMELAR

(combined), data analysis is inductive, and qualitative research results further emphasize the significance of the generalization .

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that fw Kine Village Government Apparatus natural d Developing Potential Village On State Park Village East Lampung District of Way Lagerstroemia not optimal it can be seen from the following penulaian(A) The work that has been done by village officials are still not optimal, (b) Skills Village Government Reform in Rural Development is not performing well, (c) the behavior of village officials are still sometimes less disciplined, (d) in the village head this is according to the narrative of the respondents still less to optimize the development potential of the village, in addition to the internal problems with some agencies still considered transparency in the management of financial assets and rural villages.

Suggestions in this study that can be submitted as follows: a) The need to set goals in order to generate employment Achievement In the Village Government Village optimal Development, b) The need for the development of expertise Apparatus Village Administration, c) The need for awareness of every individual especially with regard to Behavior Village Government Apparatus, d) The leader as a driving force for granted can lead A paratur p Governing d esa natural d p p Developing otensi d one in optimizing the development potential of the village in a fair and transparent.


(4)

ABSTRAK

KINERJA APARATUR PEMERINTAHAN DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

(Studi di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur)

Oleh

CAKRA GUMELAR

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi Dalam menjalankan Pemerintah Desa di Desa Taman Negeri penulis mengamati ketika mengadakan observasi adalah masih kurang berjalan dengan baik beberapa unit potensi desa, permasalahan dalam skripsi ini adalah, a) Bagaimanakah Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa. Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi


(5)

Cakra Gumelar

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa dalam Pengembangan Potensi Desa Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur belum optimal hal tersebut dapat terlihat dari penulaian berikut (a) Hasil kerja yang telah dilakukan oleh aparatur desa masih kurang optimal, (b) Keahlian Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa tidak terlaksana dengan baik, (c) perilaku aparatur desa yang masih terkadang kurang disiplin, (d) Kepala Desa yang dalam hal ini menurut penuturan responden masih kurang mengoptimalkan pengembangan potensi desa, selain itu masalah internal dengan beberapa lembaga dianggap masih belum transparasi dalam hal pengelolaan aset desa dan keuangan desa.

Saran dalam penelitian ini yang dapat disampaikan yaitu: a) Perlunya menentukan tujuan untuk dapat menghasilkan Prestasi kerja Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa yang optimal, b) Perlunya pengembangan Keahlian Aparatur Pemerintahan Desa, c) Perlunya kesadaran dari setiap individu khusunya yang berkaitan dengan Perilaku Aparatur Pemerintahan Desa, d) Pemimpin sebagai motor penggerak sudah selayaknya dapat memimpin aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa dalam mengoptimalkan pengembangan potensi desa secara adil dan transparan.


(6)

KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI DESA

Oleh

CAKRA GUMELAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

(8)

(9)

(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan

Rahmat dan Hidayahnya kepada seluruh umatnya

Bapak dan Ibu Tercinta, serta keluarga besar yang telah

mendoakan dan menyayangiku sepenuh hati serta

mendukung dengan penuh keikhlasan

Adikku tersayang, Kresna Budi Kusuma

Sahabat-sahabat yang selalu menghadirkan

kebahagiaan, terimakasih karena kalian telah menjadi

bagian dari kehidupanku

Almamater tercinta tempatku menimba ilmu

UNIVERSITAS LAMPUNG


(11)

MOTO

Bukan berapa umur yang kita capai, tapi apa yang telah kita capai

pada umur tersebut.

(Suwardi Sastra)

Yang kau lakukan menentukan yang kau hasilkan, dan yang

kemudian menentukan nilai dan harga mu bagi orang lain.

(Winarni)

Terkadang kita diberikan rasa kesepian yang mendalam, agar kita

lebih menghargai indahnya kebersamaan.

(Cakra Gumelar)

Hidup memang harus diperjuangkan, tetapi terlalu memaksakan

sesuatu hanya akan membuat perjuangan hidup terasa lebih

melelahkan.

(Anarika Sasmitta)

Hasil yang akan kita dapatkan tergantung kepada usaha yang kita

lakukan, berusahalah dengan baik karena kesuksesan akan hadir

untuk orang yang tak kenal dengan lelah.

(Hitam Putih)


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 September 1992. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suwardi., S.Pd,M.M dan Ibu Winarni. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri 01 Sidorejo pada tahun 1998 dan menyelesaikan studinya pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Negeri 01 Sidomulyo yang diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti pengabdian kepada masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pangkal Mas Mulya, Kabupaten Way Mesuji.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi internal kampus antara lain Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan, dan Lingkar Studi Sosial Politik (LSSP) Cendekia Fisip Unila.


(13)

SANWACANA

Bismillahirohmanirohim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian perkuliahan di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang ditutup dengan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Aparatur Pemerintah Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur Dalam Pengembangan Potensi Desa.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, terutama dosen pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas lampung. Juga sebagai dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu dan bersedia membimbing, mengarahkan, serta memberikan motivasi dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(14)

2. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Dr. R. Pitojo Budiono, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan dan banyak membantu selama proses perkuliahan.

4. Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku dosen penguji yang telah memberikan

begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan.

6. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan dan Petugas Ruang Baca.

7. Seluruh apatarur pemerintahan desa Taman Negeri telah memberikan izin penelitian sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi sehingga penulis dapat melaksanan penelitian ini.

9. Teristimewa untuk Bapak, Ibu dan Adikku tersayang, yang telah mendoakan,

mendidik, mendukung serta memberikan kasih sayang dan mendoakanku dengan sepenuh hati.

10. yang telah mendukukung tanpa hentinya menberikan motivasinya agar dapat

segera menyelesaikan program pendidikan hingga selesai.

11. Teman-teman SMA Negeri 10 Bandar Lampung: Nyiayu Ika Pertiwi, Tarina

Virginova, Lia Imelda, Mukhlis, Heru, Nata, intan, Yandri, Putu, Arip, Galuh, dan buat semua yang belum disebutin nama-namanya. Terimakasih telah memberi warna tersendiri di masa putih abu-abuku.


(15)

12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA khususnya angkatan 2010 : Monicha Angraini, Dimas, Azmi, Ahlan, Antarizki, Ali, Angga, Edo, Harizon, Leo, Pangky, Sarip, Rike, Retno, Yuda, Putra, Radit, Okta, Robi, Ryan, Jepe, Ardi, Alam, Ikhwan, Ricky, Budi, Genta, Ade, Nofrico, Tano, Resti, Hero, Ilham, Adit, Kevin, Tiffany, Febri, Tiara, Rini, Ayu, Eta, Yoan, Betty yang selama masa perkuliahan memberikan warna kehidupan yang teramat Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

13. Terima kasih juga untuk kelompok komunitas TRAPAC, TRIACS,TRIBAL

yang selalu dapat berbagi dalam suka duka dalam setiap kegiatan.

14. Serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung, Anarika Sasmitta, Purniawati, Febrina Yohana Dewi, Galuh, Suntan, Fadil, Rendi, Soster, Adi, Ryan, Trihantoro, Rahmat, Galih, Kahfi, Rangga, I komang TDP, Johani, Kamto, Mislani, Catur, Tara terima kasih sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan teman-teman semua. Hanya ucapaan terima kasih dan doa yang bisa penulis berikan. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis


(16)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Kegunaan Penulisan... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Konsep Kinerja... 9

B. Desa dan Pemerintahan Desa... 15

C. Manajemen dan Administrasi Desa... 19

D. Keuangan Desa Penunjang pengembangan Potensi Desa... 21

E. Potensi Desa Upaya Pembangunan Desa……….. 25

F. Kerangka Fikir... 32

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 34

B. Fokus Penelitian ... 35

C. Jenis Data... 36

D. Penentuan Informan... 37

E. Teknik Pengumpulan Data... 38

F. Teknik Pengolahan Data ……….. 40


(17)

ii

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur,

Kabupaten Lampung Timur 42

4.2.Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa (Studi Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur

LampungTimur) ……….. 47

V PENUTUP

5.1Simpulan... 75 5.2Saran... 76


(18)

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

1. Tabel data Susunan BPD ... 44 2. Tabel Struktur Organisasi ... 45


(19)

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar Halaman


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

HAW. Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa desa merupakan

Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Pemahaman bahwa

desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah, Karena dengan Otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

Pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa” (2003:3) diartikan sebagai:

“Penyelenggaraan Pemerintahan desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa

bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepela Desa dan Perangkat Desa.


(21)

2

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.

Pemerintah Desa dijalankan oleh Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa, Desa juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan berupa aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Tugas kepala Desa adalah menjalankan pemerintahan, membina ketertiban dan ketentraman, serta menjaga supaya hukum yang dilanggar tidak di ulang kembali, sedangkan tugas dan fungsi aparatur desa meliputi

Kinerja (performance) yang berkaitan dengan aparatur desa adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic

planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi

atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan


(22)

3

yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan, atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target-target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. (Maya Rosalina, eJournal pemerintahan integratif 2013)

Efisiensi dan efektivitas pemerintahan desa berkaitan dengan bagaimana kelembagaan didaerah mampu melakukan fungsi-fungsi penyelenggaraan dengan responsif sesuai dinamika di masyarakat secara transparan. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, upaya menarik investor ke daerah serta kejelasan pembagian antara kewenangan pusat dan daerah merupakan hal-hal nyata yang coba dicapai dari pelaksanaan otonomi daerah (Mochammad Jasin Dkk, 2007:3)

Keberhasilan suatu wilayah itu dilihat dari bagaimana pembangunan di desa, apakah sudah mensejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pengembangan potensi di desa tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan kota, desa dan kota memiliki potensi yang berbeda sehingga dengan memadukan keduanya diperoleh keuntungan satu sama lainnya, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan infrastruktur, tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dalam arti bahwa pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan.

Pembangunan yang mendorong tingkat pertumbuhan suatu desa, secara umum dapat digambarkan dengan tingkat kemajuan suatu desa yang diperoleh dari potensi desa, antara lain mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa seperti Badan Perwakilan Desa (BPD). Pendidikan seperti perpustakaan desa,


(23)

4

kelompencapir, penyuluhan, simulasi,dan lain-lain. Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA. Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung desa.(http://wikipedia.com)

Desa Taman Negeri di Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur merupakan desa berkembang dengan mayoritas penduduk adalah petani dan pedagang, selain itu desa tersebut merupakan desa yang sudah cukup maju dibanding dengan desa-desa lain hal tersebut berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dan beberapa kelembagaan potensi desa seperti UPK, BPD, BUMDES,KUD dan

sebagainya yang tidak dijalankan semestinya sebagai penunjang untuk

mensejahterakan masyarakatnya. Selain itu apabila dilihat dari segi jumlah penduduk yang cukup banyak serta dilihat khususnya jumlah pemuda yang ada masih kurang diberdayakannya pemuda tersebut dalam sebuah wadah pengembangan kepemudaan baik karang taruna maupun bidang keolahragaan.

Potensi desa yang dapat digali dari Desa Taman Negeri Way Bungur Lampung Timur antara lain meliputi potensi sumber daya manusianya, dengan jumlah penduduk kurang lebih 3167 jiwa dengan suku mayoritas adalah Jawa yang berada di daerah yang meliputi Desa Taman Negeri memberi kemungkinan besar untuk dapat mengembangkan potensi desa khususnya dibidang pertanian maupun peternakan, selain itu dekatnya wilayah desa dengan Taman Rekreasi Way Kambas memungkinkan sekali penduduk dapat mengembangkan upaya potensi desa rekreasi untuk menambah daya tarik bagi pengunjung, lahan pertanian yang berada di desa tersebut sebenarnya adalah merupakan lahan hutan yang telah lama dibuka saat


(24)

5

transmigrasi besar-besaran ketika tahun 1980 an, sehingga dari lahan tersebut yang sebagian luasnya adalah dataran sehingga memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian.

Desa Taman Negeri memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi desa yang berkembang. Analisi potensi Desa Taman Negeri yang mendukung adalah sebagai berikut:

a. Desa Taman Negeri merupakan kawasan pertanian yang subur dengan

penghasilan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa, dengan hasil pertaniannya meliputi padi, singkong serta tanaman hortikultura yang lain.

b. Memiliki pendukung dalam bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan tetapi

sayangnya dalam hal ini belum memiliki kelompok tani yang terdidik secara spesifik, serta belum dibentuknya koperasi usaha bersama.

c. Memiliki industri rumah tangga sebagai pendukung usaha desa. ini artinya bahwa Desa Taman Negeri memiliki prospek pertumbuhan dan perkembangan yang baik ke depan, hal ini dapat dilihat dari beberapa warga di desa tersebut banyak memiliki industry rumahan yang menghasilkan produk makanan.

d. Tingkat Sumber Daya Manusia muda yang cukup dalam bidang pendidikan untuk

dikembangkan dalam kelembagaan desa, tetapi dalam hal ini dalam observasi para pemuda di Taman Negeri masih kurang diberdayakan dan di ikut sertakan dalam kelembagaan desa seperti karang taruna maupun bidang olahraga.


(25)

6

Dalam menjalankan Pemerintah Desa di Desa Taman Negeri penulis mengamati ketika mengadakan observasi adalah masih kurang berjalan dengan baik beberapa unit potensi desa berupa usaha desa seperti Koperasi Desa,Unit Karang Taruna dan sebagainya yang belum secara optimal dijalankan sebagai program desa hal tersebut diakibatkan karena aparatur desa yang juga kesehariannya merupakan petani padahal dari segi pendidikan dan SDM yang cukup berkualitas karena sibuk oleh kesehariannya untuk bercocok tanam sehingga kurang menyempatkan untuk mengembangkan potensi desa.

Kapasitas Aparatur Desa sebagai pelaksana pengembang potensi desa menjadi faktor penunjang keberhasilan pelaksanaan program-program yang dibiayai ADD. Kemampuan dan keterampilan Aparatur Desa sebagai pelaksana kebijakan merupakan dasar dari pelaksanaan Pemerintahan khususnya dalam mengelola dan mengembangkan potensi desa baik fisik maupun non fisik. Pada kenyataannya di Desa Taman Negeri Potensi sumber daya manusia sebagai pelaksana Perangkat Desa khususnya untuk mengembangkan potensi Desa dirasa kurang memadai jumlahnya karena tidak semua perangkat desa berlatar belakang dari perguruan tinggi, berdasarkan pra-riset tersebut di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur. Kondisi ini berdampak pada kurangnya pemanfaatan potensi Desa sebagai penunjang keberhasilan dalam membangun desa dan mensejahterkan masyarakatnya.

Mengingat potensi desa yang cukup banyak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat demi tercapainya kesejahteraan dalam pembangunan di desa Taman Negeri agar


(26)

7

berjalan efektif dan efisien, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

“Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa (Studi Di

Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur)”, agar dapat menjadi

bahan referensi bagi Pemerintah Daerah Way Bungur maupun Pemerintah Desa Taman Negeri untuk lebih memahami dalam mengembangkan potensi desa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Bagaimanakah Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan adalah

1. Untuk mengetahui Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri,

Kecamatan Way Bungur Lampung Timur Dalam Pengembangan Potensi Desa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Turut mengembangkan teori-teori ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan manajemen pemerintah khususnya pemerintahan desa selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu dan pengembangan


(27)

8

pengetahuan pada jurusan Ilmu Pemerintahan. Selain itu diharapkan juga bisa dijadikan bahan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan dikemudian hari.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan dan informasi bagi aparat pemerintah desa khususnya di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam meningkatkan kinerjanya.


(28)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Konsep Kinerja

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan, atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.

Widodo (dalam Pasolong 2008: 175), mengatakan bahwa Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Menurut Mahsun (2006: 25) mendefinisikan kinerja

(performance) sebagai suatu gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan

atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi.


(29)

10

“Performance” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kinerja, juga berarti

prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja (BPKP, 2009: 9). Nasucha (2004: 107), kinerja organisasi didefinisikan juga sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenan melalui usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

Definisi indikator kinerja menurut Dwiyanto (dalam Nasucha, 2004: 119), menyebutkan empat indikator untuk menilai kinerja organisasi sektor publik sehingga dapat dideskripsikan bahwa suatu organisasi sektor publik dapat disebut atau dinilai memiliki kinerja tinggi atau kinerja rendah, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

(1) Productivity (produktivitas) adalah ukuran seberapa besar pelayanan publik itu

menghasilkan sesuai yang diharapkan. Produktivitas merujuk pada hasil kerja dari pelayanan yang diberikan organisasi publik.

(2) Responsiveness (responsivitas) adalah ukuran kemampuan organisasi mengenali

kebutuhan masyarakat, dengan kata lain responsivitas merupakan daya tanggap organisasi publik terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayaninya.

(3) Responsibility (responsibilitas) adalah ukuran apakah pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar. Responsibilitas organisasi merujuk pada persesuaian pelaksanaan kerja organisasi dengan prosedur dan taat kerja yang berlaku.


(30)

11

(4) Accountability (akuntabilitas) adalah ukuran seberapa kebijakan dan kegiatan

sektor publik dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau konsisten dengan kehendak rakyat dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pada era reformasi istilah kinerja bagaikan barang komoditi yang laris dijual, baik dijual oleh mereka dari kalangan praktisi, pemerhati, maupun akademisi. Kendati sesungguhnya belum diketahui dan di pahami secara benar apa yang dimaksud dengan kinerja, bagaimana ukuran kinerja, dan bagaimana upaya untuk meningkatnya kinerja. Jika dilacak, kinerja berasal dari kata “Performance”, yang artinya daya guna, prestasi atau hasil. Menurut (Widodo ,2005: 78) kinerja adalah merupakan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda mengandung arti “Thing Done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Sedangkan dalam (Sudarto ,1999: 3) mengungkapkan, bahwa Kinerja merupakan sebagai hasil atau unjuk kerja dari suatu organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat ditunjukkan secara konkret dan dapat di ukur.

Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi (organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh kelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Sementara itu, individu atau sekelompok orang sebagai pelaksana dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan baik, sangat tergantung kepada struktur (manajemen dan teknologi) dan sumber daya


(31)

12

lain, seperti keuangan dan peralatan yang dimiliki oleh organisasi. Dengan demikian, kinerja lembaga (organisasi) salah satunya ditentukan oleh kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. (Linda Muchacha Paramitha, Jurnal Adminitrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)

Salah satu kinerja aparat dapat diartikan sebagai suatu bentuk ukuran efisiensi dan efektivitas tidaknya suatu organisasi dijalankan. Sedangkan menurut (Handoko ,1986: 7) mengungkapkan untuk mengukur kinerja (performance) seseorang ada dua konsepsi utama yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Efisiensi ini merupakan konsep matematis atau merupakan perhitungan rasional keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) disbanding masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu). Dengan kata lain dapat memaksimumkan keluaran dengan masukan terbatas. Sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang karyawan yang efektif adalah seorang yang dapat memilih pekerjaan yang dapat dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan berbagai pernyataan tentang kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah Perbuatan, Penampilan, Prestasi, daya guna dan untuk kerja dari suatu organisasi atau individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur.Bertitik tolak dari kata kinerja di atas maka dapat kita bahas tentang pengertian kinerja aparat di mana kinerja aparat tidak lain dari hasil kerja pegawai aparat, pengertian aparat itu sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah


(32)

13

orang yang bekerja pada pemerintahan. (Linda Muchacha Paramitha, Jurnal Adminitrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)

Instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kinerja individu seorang pegawai, (BPKP, 2009: 9) Substansi instrumen pengukuran kinerja ini terdiri atas aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan tugas dan yang dapat diukur meliputi :

a. Prestasi kerja (achievement): yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.

b. Keahlian (skill): yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam bentuk kerja sama, komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.

c. Perilaku (attitude): yaitu sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di sini juga mencangkup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.

d. Kepemimpinan (Leadership): ini menyangkut tentang kemampuan manajerial dan

seni dalam member pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat termasuk pengambilan keputusan dan penentuan prioritas.


(33)

14

Dalam kinerja juga sangat dibutuhkan suatu pengelolaan atau yang biasa disebut dengan manajemen, hal tersebut nantinya akan berkaitan dengan tingkan keberhasilan dari suatu kinerja dalam mencapai suatu tujuan atau goal, kata pengelolaan sebenarnya dapat disamakan dengan manajemen, berarti pula pengaturan atau pengurusan ( Suharsini Arikunto, 1993: 31). Menurut Stoner (dalam Kaho 1997: 228)

manajemen dapat dilihat sebagai proses, yakni: proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Maka, pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Sesuai dengan pernyataan Giffin dalam jurnal yang beralamat di

management is the process of planning and decision making, organizing,

leading and controlling and organization human, financial, physical and information recources to archieveorganizational goals in an efficient and

effective manner”. (manajemen adalah suatu proses perencanaan,

pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Menurut Nanang Fattah (2004: 1) dalam proses manajemen terlihat terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpin (leading) dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan, menurut Sahdan, dkk. (2006: 23) pengelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.


(34)

15

Berdasarkan definisi manajemen di atas secara garis besar tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam penelitian ini proses pengelolaan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

B. Desa dan Pemerintahan Desa

Sejarah pengaturan Desa menurut Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang 32 tahun 2004 yang dimaksud desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan


(35)

16

Republik Indonesia, selanjutnya Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan ( Lembar BAB I Ketentuan Umum Undang-Undang 32 tahun 2004, dan diatur lebih khusus pada Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa).

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten (Sri Kartini 2000:22), dalam pengertian lain pengertian desa adalah suatu perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsur sosial, politis, dan kultural yang terdapat disitu dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain.(R.Bintaro, 1969:95)

Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa: (HAW.Widjaja,2003:3)

“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”.


(36)

17

Dalam pengertian Desa menurut HAW. Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Sehingga dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

Pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa”

Pemerintahan Desa diartikan sebaga:

“Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa

bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepela Desa dan Perangkat Desa.

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan


(37)

18

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.

Kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.

Menurut Roucek dan Warren (1962), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut: (Studio Perencanaan Desa 2011. http://desalebakjabung.wordpress.com. Akses (02/03/2014)

1. Besarnya peranan kelompok primer

2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan

Kelompok/asosiasi.

3. Hubungan lebih bersifat intiem dan awet

4. Homogen

5. Mobilitas sosial rendah

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi 7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar


(38)

19

C. Manajemen dan Administrasi Desa

Administrasi berhubungan dengan kegiatan kerja sama yang dilakukan manusia atau kelompok sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Untuk lebih memahami mengenai Administrasi Pemerintahan Desa, maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Administrasi, Administrasi Pemerintahan, Administrasi Pemerintahan Desa.

Administrasi merupakan penyusunan dan pencatatan data serta informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperoleh kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain. Admistrasi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya, apabila administrasi ditelaah lebih dalam, terlihat bermacam-macam cara atau pekerjaan yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan.

Administrasi Pemerintahan berasal dari istilah asing Administration (inggris) atau

Bestuurs Administrasi (Belanda) dapat diartikan sebagai berikut:

1. fungsi-fungsi pengendalian administrasi oleh badan-badan atau instansi

Pemerintah dari segala tingkatan guna melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan Pemerintah sesuai dengan wewenang masing-masing seperti ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Penggunaan prinsip-prinsip serta ilmu administrasi Negara oleh badan-badan atau instasi Pemerintah agar terdapat tertib administrasi ialah kegiatan yang berhubungan dengan penyusunan organisasi, pembagian wewenang, hubungan kerja, koordinasi,


(39)

20

sinkronisasi, delegasi wewenang, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan sebagainya.

Administrasi Pemerintahan Desa adalah semua kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pelaksanaan dari tujuan Pemerintah Desa, di dalam pelaksanaan administrasi Pemerintahan Desa peraturan-peraturan di dalam tersebut merupakan landasan mengenai struktur, pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab Pemerintah Desa, Kepala Desa dan Pamong Desa sejak tahun 1905. Seperti yang kita ketahui Administrasi merupakan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok orang/organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan Administrasi Pemerintah Desa yang merupakan suatu organisasi yang dipimpin oleh Kepala Desa yang dipilih langsung oleh rakyat dan dibantu oleh perangkat-perangkat Desa lainnya.

Menurut supriadi dalam bukunya “Desa Kita” mengartikan tentang Administrasi Pemerintahan Desa adalah : ( Supriadi, M. 1984:48)

“Semua kegiatan yang bersumber pada wewenang Pemerintah Desa yang terdiri atas tugas-tugas, kewajiban, tanggung jawab dan hubungan kerja, yang dilaksanakan dengan berlandaskan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, guna menjalankan Pemerintahan Desa”.

Administrasi Pemerintahan Desa adalah proses kegiatan yang dilakukan Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu oleh Perangkat-perangkat Desa lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.


(40)

21

D. Keuangan Desa Penunjang Pengembangan Potensi Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Kegiatan Tata Usaha Keuangan Pemerintahan Desa diantaranya yaitu :

1. Kepala desa berkewajiban mengelola mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan desa.

2. Mengerjakan pembukuan mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan milik

Pemerintah Desa.

3. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Desa.

4. Membuat pertanggungjawaban keuangan desa.

5. Dan lain sebagainya.

Pendapatan Desa ialah segenap penerimaan yang sah yang dapat dinilai dengan uang Sedangkan yang dimaksud dengan sumber-sumber ialah sumber-sumber pendapatan Desa yang pada umumnya sebagai berikut:

1. Sumbangan-sumbangan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang

perlu merealisasikan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) masing-masing sebesar 10% untuk dana alokasi desa. Adapun jenis-jenis sumbangan dari Pemerintah Pusat, adalah sebagai berikut :

a. Bantuan, subsidi, atau sumbangan dari Pemerintah Pusat. b. Bantuan dari Pemerintah Provinsi.


(41)

22

c. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten.

d. Sumbangan atau hadiah dari panitia-panitia perlombaan, dan e. Sebagian pajak dan retsibusi yang diberikan kepada Desa.

2. Dari masyarakat adalah sumber dari masyarakat dikenal dengan berbagai sebutan, seperti : pungutan desa, gotong royong, swadaya, iuran, urunan, dan lain-lain. 3. Dari pihak ketiga adalah Pemerintah Desa dapat menerima sumber dari pihak

ketiga yang bersifat tidak mengikat dan sah. Misalnya dari yayasan, badan-badan dan organisasi.

4. Dari kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi desa bersangkutan, kekayaan desa tersebut di atas terdiri atas :

a. Tanah kas

b. Pasar desa

c. Bangunan desa

d. Objek rekreasi yang diurus desa

e. Pemandian umum yang diurus desa

f. Hutan desa

g. Tempat-tempat pemancingan di hutan

h. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa i. Jalan desa

Sumber pendapatan Desa menurut Prof. Drs HAW. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”, sumber pendapatan Desa terdiri atas:


(42)

23

Sumber pendapatan desa terdiri atas : pendapatan asli desa yang meliputi :Hasil usaha desa;Hasil kekayaan desa;Hasil swadaya dan partisipasi;Lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

a.Bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang meliputi :

1) Bagian perolehan pajak dan retsibusi daerah masing-masing sebesar 10% untuk dana alokasi desa; dan

2) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah.

a)Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi. b)Sumbangan dari pihak ketiga

c)Pinjaman desa

2. Pemilikan dan Pengelolaan, yang meliputi :

a. Sumber pendapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak dibenarkan diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemberdayaan potensi Desa dalam meningkatkan pendapatan Desa dilakukan antara lain dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMD), kerja sama dengan pihak ketiga dan wewenang melakukan pinjaman.

Sumber pendapatan daerah yang berada di desa, baik pajak maupun retribusi yang telah dipungut oleh Daerah Kabupaten tidak dibenarkan adanya pungutan oleh Pemerintah Desa. Pendapatan Daerah dari sumber tersebut terus harus diberikan kepada desa yang bersangkutan dengan pembagian secara proporsional dan adil. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan beban biaya ekonomi tinggi dan dampak lainnya.


(43)

24

b. Kegiatan pengelolaan APBDes yang ditetapkan setiap tahun meliputi

penyusunan anggaran pelaksanaan tata usaha keuangan dan perubahan serta perhitungan anggaran.

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa bersumber dari:

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota; f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Menurut Soemantri tujuan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat

desa dan pemberdayaan masyarakat

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan

d. Meningkatkanpengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam


(44)

25

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) (Soemantri 2011: 157)

Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa, Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepada perangkat Desa yang ditunjuk, Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah. Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 74 ayat (1) Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa.

E. Potensi Desa dan Upaya Pembangunan Desa

Potensi desa adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki desa, potensi desa ini meliputi sumber-sumber alami dan sumber manusiawi yang tersimpan dan yang dapat diharapkan manfaatnya bagi kelangsungan dan perkembangan desa. Potensi desa yang ada meliputi potensi fisik yaitu ;


(45)

26

1.Unsur tanah, dimana tanah ini merupakan factor terpenting bagi penghidupan warga desa

2.Unsure air, yang menentukan bagi kepentingan sehari-hari dan pengairan 3.Cuaca dan iklim yang menjadi peranan penting bagi desa agraris

4.Ternak, yang berfungsi sebagai sumber tenaga hewan, sumber bahan makanan dan sumber keuangan

5.Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah, produsen dan konsumen (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Disamping potensi fisik, potensi non fisik tidak dapat diabaikan sebagai “the man behind the gun “. Potensi non fisik yaitu ;

a. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong dan dapat merupakan suatu kekuatan berproksi dan kekuatan membangun.

b. Lembaga social, lembaga pendidikan dan lembaga lain yang dapat memberikan bantuan social serta bimbingan dalam dalam arti positif.

c. Aparatur dan pamong desa, yang menjadi sumber kelancaran dan tertibnya jalan roda pemerintahan desa. (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Selain itu potensi desa juga disebut sebagai sebagai sumber daya manusia yang terdapat di desa yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat desa.

Dengan demikian dalam usaha mengembangkan desa perlu ada:

1. Pemimpin desa yang mampu membimbing dan mengetahui besar lingkungan


(46)

27

2. Aparatur desa yang memilikitertib administrasi desa. Perlu peningkatan dalam seluk-beluk keadministrasian dan tata usaha kantor.

d. Warga desa, yang dapat menyesuaikan dengan pembangunan desa dalam arti sempit dan luas. (http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Penatarn dalam bidang usaha-usaha/menambah hasil bbumi dan sebagainya perlu diadakan secara continue. Untuk kesemuanya ini unsure-unsur pimpinan desa, aparatur desa dan warga desa menentukan tingkat/stadium desa.

Desa dengan perkembangannya bisa dilihat dengan cara yaitu membangun, membangun desa adalah merespon tiga lingkungan desa yaitu alami budaya dan social ekonomi dengan cara yang tepat. Perkembangan desa juga bias dirasakan adanya alat transfortasi bagi masyarakat, dengan adanya alat-alat semacam itu, bias sedikit membantu suatu desa itu untuk maju,karena ditinjau dari sisi potensi fifiknya saja sudah melimpah ruah, apalagi kalau memang cirri-ciri desa itu berkembang juga baik maka sudah sepantasnyalah sumber daya manusianya juga tidak ketinggalan,karena perkembangnya suatu desa itu juga di dorong akan penduduk-penduduk yang bermukum di desa tersebut,bias penduduk-penduduk desa itu melestarikan potensi yang ada maka baik lah perkembangan desa tersebut secara keseluhan. Contohnya saja kalau dilihat dikawasan aceh di daerah aceh selatan, disitu memang sudah sangat bagus sekali baik itu dari potensi fisiknya maupun nonfisik,terdapatnya pohon pala, lalu siapa yang mengolah kalau bukan penduduk di sekitarnya,guna melestarikan dan mengembangan apa yang sudah di sediakan di alam khususnya di


(47)

28

desa tresebut, sehingga maju lah suatu desa(tidak tertinggal) sesuai dengan pengetahuan dan pendidkan yang di ajarkan di setiap masing-masing desa.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan desa adalah sebagai berikut:

1. Letak desa

2. Keadaan iklim

3. Kesuburan tanah

4. Tata air

5. Keadaan ekonomi

6. Keadaan budaya

Ditinjau dari perkembangan desa berdasarkan mata pencaharian penduduk yaitu ; 1. Desa petani

2. Desa nelayan 3. Desa industry

(http://kopite-geografi.blogspot.com/2012/12/potensi-desa-.html)

Keberhasilan suatu wilayah itu dilihat dari bagaimana pembangunan di desa, apakah sudah mensejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pengembangan potensi di desa tidak dapat dilakukan dengan mengabaikan kota, desa dan kota memiliki potensi yang berbeda sehingga dengan memadukan keduanya sehingga diperoleh keuntungan satu sama lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan infrastruktur, tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dalam arti bahwa pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan.


(48)

29

Pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat adanya pembangunan, secara umum, tingkat kemajuan suatu desa ditentukan oleh Potensi desa, yang mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa seperti Badan Perwakilan Desa (BPD). Pendidikan seperti perpustakaan desa, kelompencapir, penyuluhan, simulasi,dan lain-lain. Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA. Ekonomi,

seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan lumbung desa.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Desa)

Berikut beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan dalam setiap desa dalam rangka untuk memajukan desa dan mensejahterakan masyarakatnya antara lain:

1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.( Lembar Pendahuluan UU NO.6 Tahun 2014 Tentang Desa)

Badan Usaha Milik Desa (atau disingkat BUMDes) merupakan usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum. Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat desa setempat. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari Pemerintah


(49)

30

Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman, yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD. ( BUMDesa, http://id.wikipedia.org.akses (02/03/2014)

BUMDes merupakan instrumen pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi. Pemberdayaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.

Tujuan didirikannya BUMDes adalah dalam rangka memperkuat perekonomian desa yang dalam arti detil adalah meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penghidupan masyarakat desa tersebut, yang ditinjau dari segi ekonomi desa. Itulah mengapa dalam melaksanakan kegiatannya, BUMDes harus berorientasi pada kebutuhan dan potensi desa.

Usaha yang dikembangkan Bumdes adalah yang merupakan potensi di desa itu, sehingga akan lebih baik lagi jika potensi tersebut adalah potensi yang unik dan khas serta memenuhi syarat sebagai pemenuhan kebutuhan msyarakat. Potensi desa yang bagus dikembangkan adalah sumber daya desa yang belum optimal dieskplorasi, atau


(50)

31

bisa juga usaha-usaha masyarakat yang secara parsial belum terakomodasi dan terkendala oleh banyak hal, apakh dari segi modal, pemasaran atau dari lainnya.

Tujuan lain pembentukan BUMDes yaitu peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Jika PADesa bisa ditingkat maka secara makro ekonomi desa, akan didapat dana pengelolaan dan pembiayaan pembangunan untuk desa tersebut. Sehingga apabila pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik, diharpkan akan berimbas pada naiknya kualitas hidup masyarakat serta pembangunan desa.

Menurut Ginanjar dalam Riyadi (2005: 04) mengatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Sedangkan menurut Saul M. Katz dalam Yuwono (2001: 47) pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal dari suatu keadaan tertentu keadaan yang dipandang lebih bernilai. Dari konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu usaha perubahan untuk menjadi keadaan kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Pembangunan kawasan perdesaan menjadi sangat penting karena sebenarnya hal itu menunjukkan bahwa merupakan masalah yang terpenting yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang, yang umumnya ditandai dengan adanya perbedaan tajam terutama pada tingkat pola hidup antara masyarakat kota dengan masyarakat desa. Dalam pembangunan pedesaan yang akhir-akhir ini mendapat respon yang bagus dari pemerintah karena merupakan salah satu dari tujuan pemerintahan adalah menjadikan masyarakat yang makmur, sejahtera dan memperoleh kehidupan yang


(51)

32

layak. Mengutamakan manusia dalam proyek-proyek pembangunan pedesaan dipandang manusiawi dari para perencana juga dapat pula diartikan sebagai suatu permintaan yang sungguh-sungguh agar memberikan prioritas pada faktor dasar dalam pembangunan pedesaan. Proyek-proyek pembangunan potensi pedesaan adalah sarana bagi pertumbuhan dan perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi.

F. Kerangka Pikir

Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja aparatur pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa (berfokus pada Prestasi Kerja, Keahlian, Perilaku dan Kepemimpinan) dan mengetahui faktor pendukung dalam pengembangan potensi desa.

Berdasarkan fokus penelitian tersebut akan diketahui kinerja aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa. Pengembangan potensi desa oleh pemerintah desa akan berimplikasi pada pembangunan dan kesejahteraan perdesaan. Pengembangan potensi desa dapat terlihat dari segi kinerja pemerintah dan pemberdayaan masyarakatnya secara utuh.


(52)

33

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar. Kerangka Pikir

Potensi Tanah

Potensi Sumber Daya

Manusia

Potensi Industri Rumah

Tangga

Potensi Peternakan

POTENSI

DESA

KINERJA APARATUR PEMERINTAH

DESA

Prestasi kerja (achievement)

Keahlian (skill) Perilaku (attitude) Kepemimpinan


(53)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2013: 1). Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Data-data yang dikumpulkan di lapangan adalah data-data yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat, skema dan gambar dengar latar belakang alamiah, manusia sebagai instrumen. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena sosial yang diteliti.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.


(54)

35

Penelitian ini menggunaan tipe penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini menjelaskan secara rinci dan menyeluruh dalam menjawab masalah yang akan diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian. Fokus penelitian harus konsisten dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diterapkan terlebih dahulu. Fokus penelitian juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah diterapkan (Moleong, 2006: 92).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti memfokuskan penelitian ini pada kinerja aparatur pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa yang dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut.

1. Prestasi kerja (achievement): yaitu hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas baik secara kualitas maupun kuantitas kerja.

2. Keahlian (skill): yaitu kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam bentuk kerja sama, komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.

3. Perilaku (attitude): yaitu sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di sini juga mencangkup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.


(55)

36

4. Kepemimpinan (Leadership): ini menyangkut tentang kemampuan manajerial dan

seni dalam memberi pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat termasuk pengambilan keputusan dan penentuan prioritas.

C. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2013: 2) kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan (Lofland dalam Moleong, 2006: 157). Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan cara tatap muka antara peniliti dan informan. Untuk mendapatkan data primer melalui wawancara tatap muka maka informan telah ditentukan secara sengaja, artinya dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa informan mengetahui secara baik tentang kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer (Lofland dalam Moleong, 2006: 157). Data


(56)

37

sekunder dapat berupa naskah, dokumen resmi dan sebagainya yang menunjang penelitian ini. Data sekunder yang didapat pada penelitian berupa Undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah.

D. Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Sejalan dengan hal tersebut menurut Sugiyono (2006: 54):

Penentuan informan caranya dengan peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari informan sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria

tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Kepala Desa

2. Perangkat Desa

3. Masyarakat Desa Taman Negeri (dikelompokkan Tim Penggerak kelembagaan

desa seperti LPMD, PKK tingkat Desa, Karang Taruna, Pemuka Adat/Agama, Lembaga Kemasyarakatan lain)


(57)

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan. Sugiyono (2013: 63) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2006: 72) wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan dengan maksud untuk


(58)

39

mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti dengan menggunakan metode wawancara mendalam, peneliti dapat memperoleh data yang lebih mendalam, terperinci dan gambaran jelas mengenai kinerja aparatur pemerintahan desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan informan yakni sebagai berikut:

1. Kepala Desa Taman Negeri

2. Sekretaris Desa Taman Negeri

3. Bendahara Desa Taman Negeri

4. Badan Permusyawaratan Desa Taman Negeri

5. Tokoh Masyarakat Taman Negeri

6. Tokoh Pemuda Taman Negeri

7. Tokoh Adat Taman Negeri

(Daftar Wawancara Terlampir).

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui proses pengamatan. Pengamatan difokuskan pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi dan pandangan benar-benar berguna (Moleong 2006:173) Menurut Marshall dalam Sugiyono (2013: 64) melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.


(59)

40

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi terus terang atau tersamar. Dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian yang ada di lokasi penelitian. Dokumen ini dapat berupa data-data penting yang berkaitan dengan kinerja aparatur pemerintahan Desa Taman Negeri, Kecamatan Way Bungur Lampung Timur dalam pengembangan potensi desa. Teknik dokumentasi pada penelitian ini dengan cara pengumpulan data pada Desa Taman Negeri dan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan dan terkumpul semua maka tahap selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut.

1. Editing, yaitu suatu kegiatan memeriksa data yang terkumpul dan memeriksa


(60)

41

kekeliruan dan kesalahan penulisan penulisan, sehingga akan mendukung proses penelitian selanjutnya. Data yang diedit dalam penelitian ini berupa data hasil wawancara dengan Aparatur Desa Taman Negeri dan Masyarakat.

2. Interpretasi, yaitu mendiskripsikan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti

dari lokasi penelitian berupa data primer dan kemudian diinterpretasikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menjabarkan kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara

G. Teknik Analisis Data

Analisis data bersifat induktif, yakni sebuah analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Teknik analisis data dilakukan dengan tahap yang dikemukakan Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013: 91) yakni langkah data reduction (merangkum), data display (Penyajian Data), dan


(61)

75

V. PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa Studi Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur belum optimal hal tersebut dapat terlihat dari penilaian berikut:

1. Prestasi kerja pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa yang telah dilakukan oleh aparatur desa masih kurang optimal sehingga sejauh ini belum ada prestasi kerja secara signifikan hal tersebut karena masih kurangnya etos kerja dari para pegawai aparatur desa tersebut.

2. Perilaku aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa yang

melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di sini juga mencangkup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin, masih adanya pihak-pihak yang disinyalir masih terkendala karena perilaku aparatur desa yang masih terkadang kurang disiplin. Contoh konkretnya adalah terdapat pegawai yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan dan tidak menghiraukan peraturan yang telah ditetapkan.


(62)

76

3. Kepemimpinan menyangkut tentang kemampuan manajerial khususnya

kepemimpinan dalam hal ini ditujukan untuk Kepala Desa yang dalam hal ini menurut penuturan responden masih kurang mengoptimalkan pengembangan potensi desa, selain itu masalah internal dengan beberapa lembaga dianggap masih belum transparasi dalam hal pengelolaan aset desa dan keuangan desa.

5.2. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam skripsi ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Perlunya menentukan tujuan untuk dapat menghasilkan Prestasi kerja

Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa yang optimal

2. Pengembangan keahlian aparatur pemerintahan desa dalam Pengembangan potensi desa dalam bentuk penataan secara intens baik secara materi maupun penguasaan teknis dilapangan.

3. Kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepada aparatur desa dalam mengembangkan potensi desa Taman Negeri sudah cukup memiliki pendidikan sampai dengan tingkat Sarjana namun masih belum dioptimalkan dengan membuat terobosan baru untuk mengembangkan potensi desa.

4. Perlunya kesadaran dari setiap individu khusunya yang berkaitan dengan perilaku aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa supaya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat bersikap dengan kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.


(63)

77

5. Pemimpin sebagai motor penggerak sudah selayaknya dapat memimpin

aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa dalam mengoptimalkan pengembangan potensi desa secara adil dan transparan dalam pengelolaan aset desa dan potensi desa dimana berkaitan secara langsung dengan pembangunan dan kemajuan desa khususnya di Desa Taman Negeri.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

J. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya; Bandung. 167 hlm.

Kaho. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negera Republik Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Perdasa.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

M. Si. Syamsul Bardi Drs. 2010 . Pengantar Geografi Desa. Penerbit Al-Wasliyah University Press (AUP). Banda Aceh

N. Daldjoeni. A. Suyitno. 2004. Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan. Penerbit. P. T. Alumni Bandung.

Sahdan, dkk. 2006. ADDuntuk Kesejahteraan Rakyat Desa.Yogyakarta: Forum

Pengembangan Pembaharuan Desa.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Trisantono Soemantri, Bambang. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa. Bandung: Fokusmedia.

Wasistiono dan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokusmedia.

Widjaja.HAW. 2012. Otonomi Desa (Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan

Utuh). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Handoko, Hani,T. (1996) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


(65)

Widodo, Joko. (2005) Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang, Bayumedia Publishing.

Sudarto, Aman. (1999) Analisis Kinerja Diklat. Surabaya, Propinsi Dati 1.

Dokumen:

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ tentang Pedoman ADD yang di tunjukan kepada Pemerintah kabupaten/Kota

Susunan Organisasi Kantor Kepala Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur

Kabupaten Lampung Timur, 2014

Jurnal:

Putra, dkk. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa. (Jurnal). Universitas Brawijaya. Vol. 1, No. 6 Hal 123-1212

(Linda Muchacha Paramitha, Jurnal Adminitrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)


(1)

kekeliruan dan kesalahan penulisan penulisan, sehingga akan mendukung proses penelitian selanjutnya. Data yang diedit dalam penelitian ini berupa data hasil wawancara dengan Aparatur Desa Taman Negeri dan Masyarakat.

2. Interpretasi, yaitu mendiskripsikan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti dari lokasi penelitian berupa data primer dan kemudian diinterpretasikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menjabarkan kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara

G. Teknik Analisis Data

Analisis data bersifat induktif, yakni sebuah analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Teknik analisis data dilakukan dengan tahap yang dikemukakan Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013: 91) yakni langkah data reduction (merangkum), data display (Penyajian Data), dan verification (Kesimpulan).


(2)

75

V. PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa Studi Di Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Lampung Timur belum optimal hal tersebut dapat terlihat dari penilaian berikut:

1. Prestasi kerja pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa yang telah dilakukan oleh aparatur desa masih kurang optimal sehingga sejauh ini belum ada prestasi kerja secara signifikan hal tersebut karena masih kurangnya etos kerja dari para pegawai aparatur desa tersebut.

2. Perilaku aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku di sini juga mencangkup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin, masih adanya pihak-pihak yang disinyalir masih terkendala karena perilaku aparatur desa yang masih terkadang kurang disiplin. Contoh konkretnya adalah terdapat pegawai yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan dan tidak menghiraukan peraturan yang telah ditetapkan.


(3)

3. Kepemimpinan menyangkut tentang kemampuan manajerial khususnya kepemimpinan dalam hal ini ditujukan untuk Kepala Desa yang dalam hal ini menurut penuturan responden masih kurang mengoptimalkan pengembangan potensi desa, selain itu masalah internal dengan beberapa lembaga dianggap masih belum transparasi dalam hal pengelolaan aset desa dan keuangan desa.

5.2. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam skripsi ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Perlunya menentukan tujuan untuk dapat menghasilkan Prestasi kerja Pemerintahan Desa Dalam Pengembangan Potensi Desa yang optimal

2. Pengembangan keahlian aparatur pemerintahan desa dalam Pengembangan potensi desa dalam bentuk penataan secara intens baik secara materi maupun penguasaan teknis dilapangan.

3. Kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepada aparatur desa dalam mengembangkan potensi desa Taman Negeri sudah cukup memiliki pendidikan sampai dengan tingkat Sarjana namun masih belum dioptimalkan dengan membuat terobosan baru untuk mengembangkan potensi desa.

4. Perlunya kesadaran dari setiap individu khusunya yang berkaitan dengan perilaku aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa supaya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat bersikap dengan kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.


(4)

77

5. Pemimpin sebagai motor penggerak sudah selayaknya dapat memimpin aparatur pemerintahan desa dalam pengembangan potensi desa dalam mengoptimalkan pengembangan potensi desa secara adil dan transparan dalam pengelolaan aset desa dan potensi desa dimana berkaitan secara langsung dengan pembangunan dan kemajuan desa khususnya di Desa Taman Negeri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

J. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya; Bandung. 167 hlm.

Kaho. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negera Republik Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Perdasa.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

M. Si. Syamsul Bardi Drs. 2010 . Pengantar Geografi Desa. Penerbit Al-Wasliyah University Press (AUP). Banda Aceh

N. Daldjoeni. A. Suyitno. 2004. Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan. Penerbit. P. T. Alumni Bandung.

Sahdan, dkk. 2006. ADD untuk Kesejahteraan Rakyat Desa.Yogyakarta: Forum Pengembangan Pembaharuan Desa.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Trisantono Soemantri, Bambang. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bandung: Fokusmedia.

Wasistiono dan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokusmedia. Widjaja.HAW. 2012. Otonomi Desa (Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan

Utuh). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Handoko, Hani,T. (1996) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, BPFE


(6)

Widodo, Joko. (2005) Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang, Bayumedia Publishing.

Sudarto, Aman. (1999) Analisis Kinerja Diklat. Surabaya, Propinsi Dati 1.

Dokumen:

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ tentang Pedoman ADD yang di tunjukan kepada Pemerintah kabupaten/Kota

Susunan Organisasi Kantor Kepala Desa Taman Negeri Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur, 2014

Jurnal:

Putra, dkk. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa. (Jurnal). Universitas Brawijaya. Vol. 1, No. 6 Hal 123-1212

(Linda Muchacha Paramitha, Jurnal Adminitrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal 91-100| 93)