KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) KOTA DEPOK DALAM PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK TAHUN 2017

  

KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

(P2TP2A) KOTA DEPOK DALAM PENANGANAN

KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK

  

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi

Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik

  

Oleh

MEGA OKTAULY MUNTHE

NIM: 6661131771

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

ABSTRAK

Mega Oktauly Munthe. NIM. 6661131771. Skripsi. Kinerja Pusat Pelayanan

Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok dalam

Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017.

Pembimbing I: Maulana Yusuf M. Si dan Pembimbing II: Riny Handayani.

M. Si

  Kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan dan anak di setiap daerah terus mengalami peningkatan setiap tahun. Salah satu daerah yang mengalami peningkatan kasus kekerasan seksual terhadap anak adalah Kota Depok. Maka dari itu, Kota Depok melalui P2TP2A merupakan wahana pelayanan bagi masyarakat, khususnya perempuan dan anak, dalam upaya pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM, politik, termasuk perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta perdagangan perempuan dan anak harus berperan kuat dalam tugas dan fungsinya untuk melakukan kegiatan preventif, kuratif dan pemberdayaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja P2TP2A Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017. Dimensi kinerja yang digunakan dalam penelitian ini ialah dimensi kinerja dari Dwiyanto (2012:50) yaitu Produktivitas, Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas. Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja P2TP2A Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Anak belum berjalan optimal, dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia dan anggaran operasional, sosialisasi yang belum menyeluruh, sarana prasarana yang belum terealisasi serta koordinasi yang belum optimal. Sehingga diperlukan pengrekrutan sumber daya manusia, peningkatan anggaran operasional, penyediaan sarana prasarana serta peningkatan koordinasi dengan instansi terkait.

  

Kata Kunci: Kekerasan Seksual Anak, Kinerja, Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

  

ABSTRACT

Mega Oktauly Munthe. NIM. 6661131771. Thesis. Performance of Integrated

Service Center of Woman and Children (P2TP2A) in Depok City to Handling

Cases of Child Sexual Violence 2017. I Advistor Maulana Yusuf, M.Si. The

Second Advistor Riny Handayani, M.Si.

  

Cases of sexual violence against women and children in every regoincontinues to

experience increased every year. One of the areas that are experiencing an

increase in cases of sexual violence against children is the city of Depok. Thus,

the city of Depok through Integrated Services Center of Woman dan Children

(P2TP2A) is a vehicle service for people, especially woman and children, in an

eforts the information and the needs in the areas of education, health, economic,

political, and human right law, including the protection and the response to acts

of violence and the trade in women and children should play a role in the tasks

and functions to perform preventive, curative and empowerment. The purpose of

doing research is to know the performance of the P2TP2A city of Depok in the

handling of cases of child sexual violence the year 2017. This study using theory

of the performance of Dwiyanto (2012:50) who had dimension such productivity,

the quality of services, responsiveness, responsibility, and accountability.

Qualitative research method with descriptive data collection techniques through

observation, interview and documentation study. The results showed that the

performance of the P2TP2A city of Depok in the handling of cases of sexual

violence have not run optimally, because of the limited human resources and the

operational budget, which has not been thoroughly dissemination, infrastructure

that has not been realized and coordination is not optimal. So the necessary

recruitment of human resources, an increase in the operational budget, the

provision of infrastructure and the improvement of coordination with relevant

agencies.

  

Key Words: Child Sexual Violence, Integrated Services Center Of Woman and

Children, Performance

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Yohanes 12:24

  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

  

Kunci dari Pelayanan yang Sejati adalah

Kesetiaan Mutlak dimana saja Allah menempatkanmu

  • Santapan Harian

  Skripsi ini kupersembahkan untuk Keluargaku yang Terbaik serta semua orang yang rindu untuk melayani dimanapun Allah menempatkan

KATA PENGANTAR

  Segala puji, hormat serta syukur tiada hentinya peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan anugerahNya yang selalu dilimpahkan bagi kita semua. Terlebih, peneliti sungguh mengucap syukur karena atas kehendakNyalah skripsi yang berjudul

  “Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kota Depok Dalam

Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017

  dapat

  terselesaikan dengan baik. Ini merupakan salah satu syarat bagi peneliti untuk dapat memperoleh gelar sarjana administrasi publik pada program studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Tersusunnya skripsi ini tentu tidak terlepas dari berbagai pergumulan. Namun, peneliti sungguh bersyukur karena melalui pergumulan tersebut peneliti semakin menikmati dan mengimani kesetiaan Tuhan yang begitu nyata. Dan pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus untuk segala kasih dan anugerahNya yang luar biasa serta kepada keluarga yang peneliti kasihi, yang selalu setia mendukung peneliti di dalam segala hal. Serta kepada pihak-pihak yang Tuhan hadirkan, yang membantu peneliti dengan memberikan arahan, bantuan, dan kritikan yaitu: 1.

  Yth. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Yth. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Yth. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Yth. Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si., Wakin Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Yth. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

  6. Yth. Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Program Studi Administrasi Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Yth. Dr. Arenawati, M.Si, Sekretaris Jurusan Program Studi Administrasi Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Yth. Maulana Yusuf M,Si., selaku Pembimbing I dan juga merupakan Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan serta arahan yang baik kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini..

  9. Yth. Riny Handayani M.Si, selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, masukan serta arahan yang baik kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

  10. Semua Dosen dan Staf Pogram Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

  11. Seluruh Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok yang telah berkenan memberikan data serta informasi untuk penyusunan penelitian ini.

  12. Seluruh informan instansi terkait sepert, Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Kota Depok, Unit PPA Polresta Kota Depok, Dinas Sosial Kota Depok, Dinas Kesehatan Kota Depok, dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang telah berkenan memberikan data serta informasi penyusunan penelitian ini.

  13. Ibu I yang telah terbuka dan berkenan menceritakan kasus yang dialami putrinya sebagai data serta informasi untuk penyusunan penelitian ini.

  14. Kak Lena nan jauh disana, yang juga selalu mendoakan dan memberi penguatan disaat aku mulai lemah.

  15. Mega dan Meri si bukan wanita biasa, yang selalu mendukung dan memberikan doa serta nubuat-nubuat yang menguatkan.

  16. Akkku yang tercinta (Hanna, Febriani, dan Winda) yang membuatku selalu merasa kehilangan. Terimakasih untuk setia menjadi bagian

  17. Kelompok Tumbuh Bersama Wanita Sok Kuat bersama BF dan keluarga, terimakasih telah menjadi kelompok bertumbuh (pra alumni), tempat berbagi keluh kesah dalam pengerjaan skripsi, tempat saling menguatkan dalam firman dan selalu setia saling mendoakan.

  18. PMK di Untirta, baik pengurus-pengurus dan semua anggota. Terimakasih telah menjadi bagian hidupku dan selalu mendukung kami para kakak dan abang yang sedang mengerjakan tugas akhir dalam setiap jam-jam doa kalian. Kiranya kami bisa menjadi alumni yang takut akan Tuhan, berintegritas dan misioner.

  19. Dede, Lisma, Ena, Wina, Syifa. Sahabat selama masa-masa menempuh pendidikan. Terimakasih untuk saling menyemangati dan mendoakan serta berbagi keluh kesah dalam menempuh pendidikan bersama.

  20. Teman Kostan P2 yaitu Tati, Nana, Meri, Fatiah dan Syifa yang juga menjadi bagian hidup yang tak terlupakan namun juga terkadang memusingkan.

  21. Seluruh angkatan Administrasi Publik 2013, yang menjadi rekan selama masa-masa perkuliahan. Semoga kita dapat mengaplikasikan keilmuan kita untuk membangun negara ini menjadi lebih baik kedepannya.

  22. Orang-orang yang istimewa, yang selalu mendukung peneliti dalam doa- doa, support, dan perbuatannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih untuk semua dukungan dan konstribusi dari kalian. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada dalam penyusunan skripsi ini dikarenakan keterbatasan diri peneliti. Maka dari itu, peneliti sangat terbuka untuk setiap kritik dan saran yang membangun guna perbaikan peneliti dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Serang, Maret 2018

  DAFTAR ISI PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 13

  1.3 Batasan Masalah ................................................................ 13

  1.4 Rumusan Masalah .............................................................. 13

  1.5 Tujuan Penelitian ................................................................ 14

  1.6 Manfaat Penelitian .............................................................. 14

  

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

  2.1 Landasan Teori ..................................................................... 16

  2.1.2 Kinerja Organisasi ..................................................... 18

  2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................... 40

  3.5 Instrumen Penelitian ............................................................ 48

  3.4 Variabel Penelitian .............................................................. 45

  3.3 Lokasi Penelitian ................................................................. 45

  3.2 Fokus Penelitian .................................................................. 44

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................... 43

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  2.4 Asumsi Dasar ....................................................................... 41

  2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................... 38

  2.1.3 Indikator Kinerja ....................................................... 20

  2.1.10 Pelecehan Seksual Terhadap Anak .......................... 36

  2.1.9 Kekerasan Terhadap Anak ......................................... 33

  2.1.8 Konsep Anak ............................................................. 33

  2.1.7 Konsep Kekerasan ..................................................... 32

  2.1.6 Standar Pelayanan ..................................................... 30

  2.1.5 Konsep Pelayanan ..................................................... 28

  2.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ......... 27

  3.6 Informan Penelitian ............................................................. 50

  3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ......................................... 52

  3.7.2 Teknik Analisis Data .................................................. 57

  3.8 Uji Keabsahan Data ............................................................. 60

  3.8.1 Triangulasi Data ......................................................... 61

  3.8.2 Member Check ............................................................ 62

  3.8 Jadwal Penelitian .................................................................. 63

  BAB IV HASIL PENELITIAN

   4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................... 64

   4.2 Deskripsi Data ................................................................... 66

  BAB V PENUTUP

   5.1 Simpulan ........................................................................... 121

   5.2 Saran ................................................................................ 122 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

  1.1 Data Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak Tahun 2011-2016.................................................................

  3

  1.2

  4 Rincian Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum .........................

  1.3 Rekapitulasi Data Kasus yang Ditangani P2TP2A Kota Depok........ 8

  3.1 Informan Penelitian...................................................................... ......... 51 3.2 Pedoman Wawancara ....................................................................

  53 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................

  63 4.1 Daftar Informan ............................................................................

  76 4.2 Data Fasilitas P2TP2A Kota Depok ...............................................

  92

  4.3 Rekapitulasi Temuan Lapangan ..................................................... 117

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

  2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 41

  3.1 Proses Analisis Data ............................................................................ 58

  4.1 Skema Pelayanan P2TP2A Kota Depok ............................................. 98

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sejatinya, anak merupakan aset yang paling berharga bagi suatu bangsa.

  Anak merupakan generasi penerus yang tentunya akan menjadi investasi jangka panjang bagi pembangunan nasional. Sudah selayaknya, negara memberikan perhatian dan perlindungan khusus bagi generasi yang kelak akan memperjuangkan tujuan serta cita-cita dari bangsa ini. Meresponi hal tersebut, dewasa ini hampir sebagian besar negara di dunia telah mendeglarasikan kebijakan

  • –kebijakan serta program–program yang mengarah pada perlindungan dan hak
  • –hak anak. Adanya Konvensi Hak Anak (KHA) dalam Sidang Umum PBB pada tahun 1989 yang menghasilkan 54 pasal, merupakan suatu bukti perhatian dunia terhadap isu yang berkaitan dengan anak. Ini merupakan langkah awal yang akan membuka mata dunia tentang pentingnya perlindungan anak dan hak –haknya.

  Berbicara mengenai perlindungan dan hak anak, bangsa Indonesia sendiri sebenarnya telah menaruh perhatian khusus terhadap anak sejak tahun 1945 dalam Undang

  • –Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 28B ayat 2, yang mengamanatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, pemerintah juga meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui UU No. 10 Tahun 2012, yang mewajibkan negara untuk melindungi anak dari segala bentuk
bantuan dan perlindungan bagi korban kekerasan (Pasal 19). Dan kemudian menerbitkan UU No. 23 Tahun 2002 yang diubah menjadi UU. No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa negara menyediakan pendekatan menyeluruh untuk perlindungan anak yang mengacu pada Konvensi Hak Anak. (STRANAS PTKA 2016-2020)

  Mengacu pada beberapa peraturan perundangan yang telah ditetapkan di atas, lembaga atau instansi pemerintah yang mengurusi hal ini juga turut dirancangkan untuk mendukung terimplementasinya undang

  • –undang tentang perlindungan anak tersebut. Misalnya saja seperti instansi pusat yakni Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, namun seiring dengan otonomi daerah serta reformasi pelayanan publik, lembaga –lembaga fungsional juga berdiri pada setiap daerah kabupaten/kota untuk mengurusi hal anak, yang tentunya dibawahi oleh kedua lembaga tersebut, dengan harapan bahwa lembaga/instansi pemerintah turunan yang ada dapat memberikan penanganan yang lebih cepat dan intens jika kelak berbagai masalah anak terjadi pada daerah yang bersangkutan.

  Merujuk pada hal tersebut, dewasa ini sebenarnya fenomena sosial yang menimpa perempuan dan anak semakin lama semakin memprihatinkan. Setiap tahunnya berbagai kasus yang menimpa perempuan dan anak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Terlebih lagi kasus yang menimpa anak. Seperti data yang dihimpun oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia, kasus yang menimpa anak saja sepanjang tahun 2011-2016 terjadi sebanyak 22.957 kasus yang dibagi ke

Tabel 1.1 Data Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak

  

Tahun 2011-2016

No Klaster/Bidang Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah 2011 2012 2013 2014 2015 2016

  1. Sosial dan Anak

  92 79 246 191 174 211 993 dalam Situasi Darurat

  

2. Keluarga dan 416 633 931 921 822 702 4.425

Pengasuhan Alternatif

  3. Agama dan Budaya 83 204 214 106 180 219 1.006

  4. Hak Sipil dan

  37

  42

  79 76 110 81 425 Partisipasi

  

5. Kesehatan dan Napza 221 261 438 360 374 306 1.960

  

6. Pendidikan 276 522 371 461 538 328 2.496

  

7. Pornografi dan Cyber 188 175 247 322 463 414 1.809

Crime

  

8. Anak Berhadapan 695 1.413 1.428 2.208 1.221 1.002 7.967

dengan Hukum (ABH)

  

9. Trafficking dan 160 173 184 263 345 255 1.380

Eksploitasi

  10 Lain-Lain

  10 10 173 158

  82 63 496 Total 2.178 3.512 4.311 5.066 4.309 3.581 22.957

Sumber: Bidang Data Informasi dan Pengaduan 2016, KPAI

  Data di atas merupakan hasil rekapitulasi dari data yang masuk ke KPAI pada periode 1 Januari 2011

  • – 24 Oktober 2016, berdasarkan sumber data yang diperoleh dari pengaduan langsung ke KPAI, pemantauan media cetak dan online, pengaduan online Bank Data Perlindungan Anak serta data lembaga mitra KPAI se-Indonesia. Data tersebut merupakan data kasus-kasus yang menimpa anak berdasarkan klaster perlindungan anak, yang dibagi ke dalam 10 jenis klaster dengan jumlah kasus yang berbeda-beda. Dan diperoleh bahwa ada 2 klaster yang mengalami peningkatan jumlah pada tahun 2016, yakni klaster Sosial dan Anak dalam Situasi Darurat sebanyak 211 dari 174 pada tahun 2015 dan klaster Agama dan Budaya sebanyak 219 dari 180 pada tahun 2015. Meski dapat dikatakan bahwa 8 klaster lain mengalami penurunan pada tahun 2016, namun dapat dilihat bahwa 2 klaster yang paling besar jumlah kasusnya secara keseluruhan ialah
klaster Keluarga dan Pengasuhan Alternatif yakni sebanyak 4.425 kasus dan klaster Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dengan jumlah terbanyak yakni 7.967 kasus yang dapat dirincikan sebegai berikut.

Tabel 1.2 Rincian Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)

  

Tahun 2011-2016

No

  Tahun Kasus 2011 2012 2013 2014 2015 2016 ABH sebagai Pelaku 1.

  Anak sebagai Pelaku Kekerasan Fisik

  46

  53 76 105

  81

  89 (Penganiayaan, Pengeroyokan, Perkelahian, dsb)

  2. Anak sebagai Pelaku Kekerasan Psikis (Ancaman,

  15

  11

  21

  27

  22

  31 Intimidasi, dsb) 3. Anak sebagai Pelaku Kekerasan Seksual 123 324 247 561 157 107 (Pemerkosaan, Pencabulan,Sodomi/Pedofilia, dsb)

  4. Anak sebagai Pelaku Pembunuhan

  32

  46

  53

  66

  36

  36 5. Anak sebagai Pelaku Pencurian

  14

  92

  51

  47

  81

  32 6. Anak sebagai Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas

  9

  86

  48

  58

  52

  51 7. Anak sebagai Pelaku Kepemilikan Senjata Tajam

  21

  18

  28

  46

  48

  17 8. Anak sebagai Pelaku Penculikan

  6

  27

  21

  17

  6

  6 9. Anak sebagai Pelaku Aborsi

  6

  5

  14

  21

  19

  33 ABH sebagai Korban 10. Anak sebagai Korban Kekerasan Fisik

  94 57 215 273 197 112 (Penganiayaan, Pengeroyokan, Perkelahian, dsb)

  11. Anak sebagai Korban Kekerasan Psikis (Ancaman,

  35

  16

  74

  41

  58

  45 Intimidasi, dsb) 12. Anak sebagai Korban Kekerasan Seksual 216 412 343 656 218 156 (Pemerkosaan, Pencabulan, Sodomi/Pedofilia, dsb)

  13. Anak sebagai Korban Pembunuhan

  18

  86

  62

  94

  59

  57 14. Anak sebagai Korban Pencurian

  5

  26

  36

  43

  34

  46 15. Anak sebagai Korban Kecelakaan Lalu Lintas

  7

  58

  49

  51

  74

  71 16. Anak sebagai Korban Kepemilikan Senjata Tajam

  5

  7

  13

  28

  23

  15 17. Anak sebagai Korban Penculikan

  26

  45

  47

  34

  16

  26 18. Anak sebagai Korban Aborsi

  2

  4

  5

  11

  16

  54 19. Anak sebagai Korban Bunuh Diri

  12

  35

  17

  19

  15

  9 Anak sebagai Saksi

20 Perlindungan Saksi oleh LPSK

  1

  1

  3

  4

  2

  2 Sumber: Bidang Data Informasi dan Pengaduan 2016, KPAI

  Dan dari hasil perincian data di atas, dapat diketahui bahwa bukan hanya anak yang ditemukan menjadi korban dari tindak kejahatan namun justru sekarang ini semakin banyak pula anak ditemukan sebagai pelaku dari tindak kejahatan. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kasus anak yang berhadapan dengan hukum adalah kasus kekerasan seksual, baik itu anak sebagai pelaku maupun anak sebagai korban. Jumlah anak sebagai pelaku kekerasan seksual pada kurun waktu tahun 2011-2016 ialah sebesar 1.519 pelaku anak dan jumlah anak sebagai korban kekerasan seksual pada kurun waktu yang sama ialah sebesar sebanyak 2.001 korban anak. Hal ini tentu harus menjadi perhatian utama bagi pemerintah mengingat kasus anak yang semakin tahun semakin banyak terjadi, apalagi melihat bahwa selisih kasus yang dilakukan anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban tidak terlampau jauh. Belum lagi, ada indikasi bahwa anak yang menjadi pelaku kekerasan seksual kemungkinan besar merupakan korban dari kekerasan seksual yang sama sebelumnya membuat kasus ini harus segera diputus mata rantainya.

  Seperti halnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, sebenarnya Indonesia sedang mengalami darurat kasus kekerasan seksual. Kasus kekerasan seksual yang dimaksudkan adalah kasus kekerasan (pelecehan) seksual yang menimpa anak. Banyaknya kasus kekerasan seksual anak yang akhir-akhir ini muncul kepermukaan. Misalnya saja kasus JIS, sodomi oleh emon, kasus Yuyun dan kasus-kasus lainnya yang muncul dalam pemberitaan media massa, memang menarik perhatian semua elemen masyarakat karena jumlah anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasan tersebut tidaklah sedikit. Bahkan, yang lebih memprihatinkan, bukan hanya anak yang menjadi korban mengalami trauma berat akibat kejahatan ini, tak jarang pula untuk menutupi perbuatannya, pelaku melakukan pembunuhan terhadap korban. Sangat disayangkan, anak yang perlindungan yang baik dari pemerintah terlebih oleh pihak keluarga serta masyarakat sosialnya, justru akhir-akhir ini sedikit mengalami pergeseran nilai.

  Banyak kasus yang menimpa anak sekarang justru dikarenakan oleh pihak-pihak terdekat mereka, seperti saudara, tetangga, guru di sekolah, bahkan orangtua mereka sendiri.

  Sebagaimana diketahui, kasus kekerasan seksual terhadap anak ini memang merupakan fenomena gunung es, dimana sebenarnya kasus yang terlaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan kasus yang terjadi di lapangan. Terlebih lagi, lemahnya ketahanan dan pengawasan keluarga serta mudahnya mengakses internet dengan situs-situs yang berkonten negatif, membuat kasus ini setiap tahunnya semakin meningkat di setiap daerah. Namun, permasalahan yang dimaksud, bukan hanya semata-mata pada jumlah kasus yang meningkat saja tetapi lebih menyoroti tentang bagaimana daya tanggap pemerintah terkait pencegahan, penanganan dan perlindungan terhadap anak yang semestinya lebih dioptimalkan lagi.

  Salah satu upaya yang diberikan pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Penberdayaan Perempuan Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pasal 1 angka 10 adalah dengan membentuk suatu pusat pelayanan bagi perempuan dan anak yang dikenal dengan istilah P2TP2A. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) merupakan wahana pelayanan bagi masyarakat, khususnya perempuan dan anak, dalam upaya pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta perdagangan perempuan dan anak. Dalam upaya mendukung dan memperkuat perlindungan terhadap perempuan dan anak, P2TP2A ini akan berada pada tingkat provinsi, kabupaten serta kota di setiap daerah yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima dan lebih intens bagi masyarakat, terkhususnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya yakni pencegahan, penanganan dan pemberdayaan.

  Melihat hal ini, pemerintah Kota Depok melalui Peraturan Walikota Depok No. 37 Tahun 2013 mendukung pembentukan P2TP2A di Kota Depok, guna memberikan pelayanan dan perlindungan yang lebih intensif bagi perempuan dan anak yang mengalami tindak kekerasan dan perlakuan yang salah di Kota Depok. Mengingat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, kasus kekerasan pada anak dan perempuan di kota Depok mengalami peningkatkan yang cukup signifikan. Bahkan, berdasarkan data yang dihimpun oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) dari berbagai lembaga perlindungan anak, perwakilan dari beberapa provinsi, Kota Depok menempati urutan kedua sebagai kota terbanyak kasus kekerasan seksual anak untuk wilayah Jabodetabek. Hal ini seperti yang terlansir pada berita harian depok, bahwa sebelumnya kota Depok dalam persentase masalah kekerasan seksual anak hanya berkisar pada 22 % namun kini meningkat menjadi 38 %. Peningkatan ini menyebabkan Kota Depok menempati urutan kedua kasus kekerasan seksual terhadap anak yang tertinggi se-Jabodetabek menggeser Kota Bekasi. (sumber: www.depoktwiit.com)

  Berkaitan dengan tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Depok haruslah menempatkan masalah kekerasan seksual anak ini pada urutan yang utama untuk penanganan segera, mengingat pencapaian peningkatan kategori Kota Layak Anak yang telah disandang Kota Depok selama 3 tahun terakhir ini, haruslah diiringi dengan penurunan masalah sosial terhadap anak, bukan malah sebaliknya. Dan, pemerintah Kota Depok diharapkan dapat semakin meningkatkan komitmennya untuk memaksimalkan pemberian hak dan perlindungan bagi anak, yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan setiap elemen pemerintah, dunia usaha serta masyarakat. Salah satunya melalui lembaga P2TP2A Kota Depok.

  P2TP2A Kota Depok, yang dibentuk oleh pemerintah Kota Depok dan dibawahi oleh Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga tentu diharapkan dapat semakin aktif dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat mengingat kasus anak dan perempuan di Kota Depok semakin lama semakin meningkat. Seperti halnya dalam data berikut, data kasus yang ditangani oleh P2TP2A Kota Depok. Berikut peneliti sajikan data bentuk kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Depok.

Tabel 1.3 Rekapitulasi Data Kasus yang Ditangani P2TP2A Kota Depok Tahun 2014-2017 Jenis Kasus Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

  Kekerasan Fisik

  1 Kasus

  1 Kasus

  4 Kasus

  3 Kasus

  • 1 Kasus Kekerasan Psikis
  • Kekerasan Seksual

  19 Kasus

  13 Kasus

  25 Kasus

  43 Kasus

  2 Kasus

  2 Kasus - - Eksploitasi

  2 Kasus

  5 Kasus - 6 Kasus Hak Asuh Anak/ Penelantaran KDRT

  24 Kasus

  4 Kasus

  9 Kasus

  4 Kasus

  1 Kasus

  1 Kasus

  2 Kasus - Traficking

  • Lainnya

  4 Kasus Dari data di atas dapat dilihat bahwa kasus-kasus yang ditangani oleh P2TP2A Kota Depok semakin tahun semakin meningkat. Di tahun 2017 saja, ada sebanyak 60 kasus yang menimpa anak dengan latar belakang usia yang berbeda- beda. Usia anak yang paling banyak mengalami kekerasan adalah anak usia SD yakni sebanyak 33 orang. Lalu kemudian usia SMP sebanyak 10 orang, SMA sebanyak 9 orang dan tidak sekolah sebanyak 8 orang. Belum lagi, dari jumlah kasus tersebut kasus yang paling tinggi adalah kasus kekerasan seksual yakni sebanyak 43 kasus.

  Dominannya kasus tersebut, tentulah memerlukan penanganan- penanganan psikis yang ekstra, baik kasus yang menimpa perempuan terlebih lagi bagi kasus yang menimpa anak guna memulihkan setiap trauma-trauma berat yang dirasakan, apalagi jika kasus tersebut sampai dibawa ke dalam ranah hukum.

  Anak, yang masa depannya masih sangat panjang, yang kelak akan menjadi generasi penerus bagi bangsa haruslah diperhatikan, apalagi jika melihat kasus- kasus diatas pastilah anak yang menjadi korban diliputi trauma-trauma yang akan menghambat pertumbuhannya, baik dalam kondisi kepercayaan dirinya, pendidikannya juga lingkungan sosialnya. Inilah alasan mengapa pemerintah melalui lembaga P2TP2A berperan penting bagi pencegahan, penanganan dan pemberdayaan terhadap kasus perempuan dan anak.

  Melihat kondisi tersebut, Kota Depok yang merupakan kota metropolitan, yang tergabung dalam Jabodetabek, tentu akan sangat rawan terhadap kasus-kasus demikian. Maka dari itu, kerja keras pemerintah untuk meningkatkan pelayanan pemerintah dalam hal pencegahan, penanganan serta pemberdayaan sangatlah diperlukan. Maka dari itu, pemerintah Kota Depok melalui Dinas Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga serta Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak harus meningkatkan kinerja yang lebih dalam rangka memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat. Keseriusan dan komitmen pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengelola dan memaksimalkan P2TP2A sebagai wadah penyelenggarakan pelayanan terpadu, yang nantinya akan memberikan pelayanan pengaduan dan pendampingan, rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, reintegrasi sosial, bantuan hukum, serta pemberdayaan bagi korban kasus kekerasan, baik perempuan maupun anak-anak. P2TP2A dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsinya diharapkan juga lebih intensif dalam melakukan koordinasi dengan setiap organisasi-organisasi perangkat daerah yang terkait, guna memberikan pelayanan bagi masyarakat terlebih bagi korban kekerasan.

  Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti yang melakukan observasi serta wawancara awal dengan ketua P2TP2A, menemukan beberapa masalah yang saat ini cukup menghambat P2TP2A dalam memaksimalkan pelayanan yang diberikan. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya ialah Pertama, berkaitan dengan Produktivitas. Produktivitas P2TP2A dirasa belum optimal dikarenakan tenaga relawan/pengurus dari P2TP2A masih terbatas, baik dari sisi jumlah maupun kapasitas masing-masing relawan/pengurus yang ada saat ini. Hal ini berdampak pada jumlah kasus yang ditangani dan waktu untuk penanganan

  Kedua, kualitas layanan dari P2TP2A juga masih belum baik. Hal ini dilihat dari masih kurang eksisnya lembaga P2TP2A di masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum tau tentang adanya lembaga P2TP2A, tugas serta fungsinya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bu Resya selaku Ketua P2TP2A bahwa saat ini, P2TP2A masih harus lebih meningkatkan eksistensinya supaya semakin dikenal oleh masyarakat. Pernyataan tersebut juga didukung oleh seorang ibu DA dari kecamatan Pancoran Mas, yang sudah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah terkait kekerasan seksual anak, namun mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya lembaga P2TP2A. (wawancara tanggal 16 Agustus 2017) Selain itu, terkait fasilitas utama P2TP2A yakni kantor kesekretariatan.

  Kurang lebih 4 tahun semenjak pembentukan, P2TP2A belum memiliki kantor kesekretariatan yang tetap. Bahkan untuk tahun 2017 ini, P2TP2A tidak memperpanjang kantor kesekretariatan tahun lalu. Hal ini dikarenakan tidak adanya anggaran untuk penyewaan kesekretariatan. Sebagaimana diketahui, adanya kantor yang tetap akan sangat menunjang kinerja dari P2TP2A sendiri mengingat semua aktivitas pelayan dilakukan di kantor, mulai dari pengaduan korban dengan ruangan khusus penerimaan pengaduan klien, ruang konsul sampai pada penanganan kasus. Adanya kantor yang tetap dengan letak yang strategis akan sangat mempermudah korban/klien, instansi terkait, serta masyarakat untuk menemukan lembaga P2TP2A.

  Ketiga, masih kurang responsifnya P2TP2A dalam memenuhi kebutuhan klien/korban masih adanya klien/korban yang kurang puas dengan pelayanan yang Dan belum adanya kesepakatan alur rujukan antara P2TP2A dan Unit PPA Polresta Kota Depok. koordinasi berbagai sektor/instansi yang masih kurang.

  Koordinasi P2TP2A dengan instansi-instansi seperti DPAPMK, DINSOS, DINKES, POLRES, serta LSM dan lembaga-lembaga lainya masih perlu dioptimalkan, terlebih dalam rapat-rapat untuk membahas kasus dan program.

  Saat ini, belum ada jadwal rapat yang rutin yang dilakukan P2TP2A dengan instansi terkait, hanya jika ada masalah yang urgent saja. Disamping itu, P2TP2A masih kurang menjalin koordinasi dengan LSM seperti LPA dan LBH serta RSUD dan rumah sakit swasta terdekat untuk penyediaan visum bagi klien/korban.

  Dan yang keempat, Akuntabilitas dari P2TP2A terkait pelaporan kasus masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari sistem pelaporan yang belum detail (tidak lengkap) serta belum tepat waktu sesuai tanggal yang ditetapkan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang kinerja pelayanan P2TP2A dalam mengoptimalkan penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak. Untuk itu, penulis memberikan judul penelitian ini ialah “Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Ana k Tahun 2017”.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan “Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017

  ”. Identifikasi masalah penelitian ini ialah:

  1. Minimnya tenaga relawan/pengurus yang dimiliki oleh P2TP2A dan kapasitas waktu dari pengurus yang ada saat ini.

  2. Kurangnya sosialisasi kelembagaan P2TP2A serta masih adanya sarana dan prasarana yang belum terpenuhi seperti kantor kesekretariatan.

  3. Kurang responsifnya P2TP2A dalam memenuhi kebutuhan korban/klien serta koordinasi dengan instansi terkait terlebih LSM, RSUD serta rumah sakit swasta terdekat masih belum optimal. Belum adanya rapat-rapat rutin untuk membahas kasus dan program.

  4. Sistem pelaporan kasus yang dilakukan oleh P2TP2A masih belum tepat waktu dan belum lengkap.

1.3 Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017.

  Sedangkan untuk rumusan masalah dari penelitian ini ialah Bagaimana Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana Kinerja Pusat Pelayanan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Tahun 2017.

  1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, manfaat dari dilakukannya penelitian ini ialah untuk: 1.

  Meningkatkan dan memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang sosial yang akan memberikan konstribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu administrasi negara, khususnya pada ilmu yang berkaitan dengan organisasi, kinerja, serta pelayanan bagi masyarakat terkhususnya di bidang perempuan dan anak.

  2. Meningkatkan dan memperdalam pemahaman peneliti maupun mahasiswa lain serta dapat menjadi bahan pedoman bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

1.5.2 Manfaat Praktis

  Secara praktis, penelitian ini juga memiliki manfaat yakni: 1. Bagi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak

  (P2TP2A) Kota Depok Diharapkan penelitian ini dapat memberikan konstribusi saran atau masukan yang tepat dan konkrit untuk pengambilan keputusan serta langkah ke depan guna mengoptimalkan kinerja pelayanan dalam penganganan kasus kekerasan seksual terhadap anak.

  2. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat luas tentang kasus kekerasan seksual anak, pentingnya perlindungan bagi anak serta pentingnya koordinasi antara masyarakat dengan instansi pemerintah guna pengendalian peningkatan kasus kekerasan seksual terhadap anak.

  3. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk menyandang gelar strata satu (S1). Selain itu, dari penelitian ini peneliti juga diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan untuk mengatasi permasalahan dalam dunia lapangan yang sebenarnya.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

  Merupakan hasil kajian dari berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian, yang kemudian disusun secara teratur dan rapi untuk merumuskan hipotesis. Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan beberapa teori dan bahan pustaka yang digunakan untuk mengkaji permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut.

2.1.1 Konsep Organisasi Organisasi merupakan elemen penting dalam kehidupan bermasyarakat.

  Organisasi biasanya dibuat dan dibentuk untuk mencapai tujuan serta kepentingan bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Moeheriono (2012:3) bahwa organisasi adalah jaringan tata kerja dari sekelompok orang secara teratur dan kontinu untuk mencapai tujuan bersama, antara atasan dan bawahan.

  Thoha (2014:4) mengungkapkan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Oleh karena itu, diseimbangkan dan diselaraskan untuk meminimalkan keberlebihan namun juga memastikan bahwa tugas-tugas kritis telah diselesaikan.

Dokumen yang terkait

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NO. 6 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN TERPADU TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 9 16

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NO. 6 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN TERPADU TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

2 37 108

826 PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

0 0 14

KEKERASAN SEKSUAL DAN PERLINDUNGAN ANAK

0 13 13

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK “MAHARANI” DALAM PROSES PEMBINAAN KORBAN TRAFFICK

0 1 13

WALIKOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK TINGKAT KOTA, KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM WILAYAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN

1 4 18

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPTP2A) KOTA SURABAYA DALAM MENURUNKAN ANGKA KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK Meilinda Nuur Pratiwi

0 0 9

PERAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK (DP3A) KOTA SALATIGA DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN ANAK USIA DINI TAHUN 2017 - Test Repository

1 3 153

MANAJEMEN PELAYANAN KONSELING TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 108

RANCANG BANGUN SISTEM PELAPORAN TINDAK KEKERASAN BAGI PEREMPUAN DAN ANAK PADA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA MAKASSAR BERBASIS ANDROID

0 1 103