PERAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK (DP3A) KOTA SALATIGA DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN ANAK USIA DINI TAHUN 2017 - Test Repository

  

PERAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

DAN PELINDUNGAN ANAK (DP3A) KOTA SALATIGA

DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN ANAK USIA DINI

TAHUN 2017

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Lia Wardah Nadhifah

  

NIM : 21113029

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

PERAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

DAN PELINDUNGAN ANAK (DP3A) KOTA SALATIGA

DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN ANAK USIA DINI

TAHUN 2017

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Lia Wardah Nadhifah

  

NIM : 21113029

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

         

“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu

kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada

pada diri mereka sendiri”

(QS. Ar-

  Ra’du :11)

    

  

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyiroh: 6)

  PERSEMBAHAN Lia persembahkan karya kecil ini: Untuk wonder womenku ibuku terkasih yang tak kenal lelah dan tak kenal waktu dalam mendampingi anak-anaknya, serta orang yang tak kalah perhatian dan senantiasa memberikan seluruh kasih sayangnya dialah bapakku tercinta.

  Semoga senantiasa diberi kesehatan dan umur panjang. Untuk Kakak-kakakku terbaik yang selalu memberikan doa, support, dan selalu memanjakan aku.

  Untuk keponakan-keponakanku yang lucu dan pintar. Selalu berbakti kepada orang tua dan menjadi anak sholihah.

  Halimatul Sabrina best friend yang selalu menemani suka dukaku selama skripsi.

  Faizatin Nafiah sahabat kecilku yang nggak ngeluh ketika diajakin susah payah. Futmasepta, Iva Farida, Lailatul Badriyah, Bening Permata, dan seluruh mahasiswa AS/HKI angkatan 2013. Persahabatan ini akan terjalin selamanya.

  Semoga sukses selalu. Bapak dosen pembimbing skripsiku.

  Kampus terbaik IAIN Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan

  kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya yang tiada terhingga, sehigga tim peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Peran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (DP3A) Kota Salatiga Dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini Tahun 2017”.

  Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia. Beliau Rasulullah SAW sebagai pembimbing umat manusia, yang selalu diharapkan syafa‟atnya.

  Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit kiranya penelitian ini terselesaikan dengan baik. O leh karena itu, tim peneliti menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  4. Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Para dosen Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  6. Seluruh staf tata usaha dan karyawan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang membantu melancarkan penelitian.

  7. Seluruh informan yang bersedia memberikan informasi kepada peneliti.

  8. Ayahanda Matori Mansyur dan Ibu Siti Asiyah yang telah mengasuh, mendidik, membimbing, serta memotivasi peneliti baik moral, materiil maupun spiritual.

  Skripsi yang telah peneliti susun ini pasti jauh dari sempurna, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini di masa mendatang. Semoga skripsi ini berguna bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 5 Maret 2018 Lia Wardah Nadhifah

  

ABSTRAK

  Nadhifah, Lia Wardah. 2018. Peran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (DP3A) Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini Tahun 2017. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Pembimbing: Drs. Badwan, M.Ag.

  

Kata Kunci: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak,

Perkawinan Anak Usia Dini.

  Perkawinan anak usia dini menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pelakunya. Faktanya hingga kini masih banyak terjadi perkawinan anak usia dini di lingkungan kita. Tidak adanya peraturan yang jelas tentang larangan perkawinan anak usia dini menjadi salah satu faktor penyebabnya. Dibutuhkan sinergi antar pemangku peran dalam melindungi anak dari perkawinan usia dini, salah satunya adalah pemerintah Kota Salatiga melalui DP3A. Berangkat dari situlah penulis tertarik melakukan penelitian ini. Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini dan implikasinya?

  Melalui metode penelitian kualitatif dan pendekatan yuridis sosiologis, peneliti berusaha untuk mengungkap fokus masalah diatas. Data diambil melalui studi dokumen, observasi, dan wawancara. Data yang sudah terkumpul di kelompokkan sesuai dengan klasifikasinya, kemudian dilakukan analisis dan disajikan dalam bentuk deskripsi guna memperoleh kesimpulan.

  Temuan penelitian menunjukkan, DP3A Kota Salatiga dibentuk berdasarkan amanat UU Pemerintahan Daerah dan UU PerlindunganAnak. DP3A melakukan tiga upaya dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini. Pertama, upaya preventif berupa sosialisasi dan pelatihan, kedua upaya kuratif dengan pendampingan penyelesaian kasus pelanggaran hak anak, ketiga upaya penguatan kelembagaan melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Namun peran tersebut dinilai kurang aktif, karena DP3A belum membuat kebijakan teknis secara eksplisit mengenai tindakan pencegahan perkawinan anak usia dini serta penjabaran tugas secara teknis operasional dilapangan. Diketahui pula bahwa peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini secara umum berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat, dan secara khusus berimplikasi pada terwujudnya perlindungan anak serta terjamin dan terpenuhinya hak anak di Kota Salatiga. Namun, belum berimplikasi secara signifikan pada angka perkawinan anak usia dini. Dimana angka perkawinan anak usia dini dari tahun ketahun bersifat fluktuatif.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i NOTA PEMBIMBING ................................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii ABSTRAK .................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

  BAB I : PEN DAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7 F. Penegasan Istilah ........................................................................ 10 G. Metode Penelitian ...................................................................... 11 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan .......................................... 11 2. Lokasi Penelitian ................................................................ 12 3. Sumber Data ........................................................................ 12 4. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 13 5. Analisis Data ....................................................................... 15 6. Pengecekan Keabsahan Data ............................................... 17 H. Sistematika Penulisan ................................................................ 17

  BAB II : TINJAUAN UMUM PERLIN DUNGAN ANAK DARI PERKAWINAN USIA DINI ........................................................................ 19 A. Perlindungan Anak .................................................................... 19 1. Pengertian Perlindungan Anak ............................................ 19 2. Hak-Hak Anak .................................................................... 21 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hilangnya Hak Anak . 24 4. Upaya Preventif Perkawinan Anak Usia Dini ..................... 26 B. Perkawinana Anak Usia Dini .................................................... 30 1. Batas Usia Dini ................................................................... 30 2. Pengertian Perkawinan Anak Usia Dini .............................. 35 3. Dampak Perkawinan Anak Usia Dini .................................. 38 C. Peran Pemerintah Daerah dalam Perlindungan Anak ................ 41 1. Peran Pemerintah Daerah Menurut Para Ahli .................... 41 2. Peran Pemerintah Daerah Berdasarkan UU Pemerintahan Daerah ................................................................................. 44 3. Peran Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak ............................................................. 47 BAB III:LAPORAN HASIL PENELITIAN.................................................. 53 A. Gambaran Umum Kasus Perkawinan Anak Usia Dini di Kota Salatiga ....................................................................................... 54 B. Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak Kota Salatiga .............................................................................. 62 1. Sejarah DP3A ..................................................................... 62 2. Tugas dan Fungsi ................................................................ 64 3. Struktur Organisasi ............................................................. 65 C. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini...... 70 1. Tujuan DP3A Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini ............................................... 70 2. Aktivitas DP3A Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini ................................................ 72

  3. Hambatan DP3A dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini .............................................................................. 81

  BAB IV: AN ALISIS PERAN DP3A KOTA SALATIGA DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN AN AK USIA DINI ........ 84 A. Peran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini ............................................................................................. 84 1. Kedudukan DP3A Kota Salatiga ......................................... 84 2. Konsep DP3A Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini ................................................ 88 B. Implikasi Peran DP3A Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini ....................................................... 92 C. Kerangka Solusi dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini Di Kota Salatiga ................................................................. 96 D. Pemerintah Kota Salatiga dalam Meminimalisir Perkawinan Anak Usia Dini Berdasarkan Hukum Islam ............................... 99 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 107 A. Kesimpulan ................................................................................. 107 B. Saran .......................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110 LAMPIRAN ................................................................................................... 115

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Batas Usia Anak ........................................................ 34Tabel 3.1 Jumlah Perkara Permohonan di Pengadilan Agama Salatiga .......... 54Tabel 3.2 Penetapan Permohonan Dispensasi N ikah di Pengadilan Agama

  Salatiga ............................................................................................................. 55

Tabel 3.3 Jumlah Perkawinan di KUA Kota Salatiga ...................................... 57Tabel 3.4 Jumlah Pelaku Perkawinan Anak Usia Dini Kota Salatiga.............. 57Tabel 3.5 Data Perkawinan Anak Usia Dini di KUA Kota Salatiga................ 58Tabel 4.1 Jumlah Perkawinan dan Perkawinan Anak Usia Dini di Kota

  Salatiga ............................................................................................................. 94

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Jumlah Perkara Permohonan di Pengadilan Agama Salatiga ....... 55Gambar 3.2 Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat,

  Perempuan, Keluarga Berencana, dan Ketahanan Pangan............................... 64

Gambar 3.3 Susunan Organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

  Pelindungan Anak Kota Salatiga...................................................................... 66

Gambar 4.1 Persentase Jumlah Perkawinan Anak Usia Dini dengan Jumlah

  Perkawinan ...................................................................................................... 95

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Penunjukan Pembimbing Skripsi Lampiran 3 Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 Keterangan Penelitian Lampiran 5 Daftar N ilai SKK Lampiran 6 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 7 Pedoman Wawancara Lampiran 8 Dokumentasi Lampiran 9 Laporan Kegiatan Sosialisasi DP3A Kota Salatiga Tahun 2017 Lampiran 10 Keputusan Walikota Salatiga Nomor 474.2-05/200/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan sebagai jalan yang dapat ditempuh oleh manusia untuk

  meneruskan keturunan sehingga dapat membentuk suatu keluarga sekaligus sebagai sebuah ibadah yang dapat mendatangkan pahala bagi pelakunya (Depag, 1983:55-56).Sebagaimana firman Allah SWT.

              ...

       

  Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan- mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak

  … (Q.S. An-Nisa‟:1). Hukum Islam mengatur perkawinan dengan rukun dan syarat tertentu.Berhubungan dengan syarat perkawinan adalah perempuan maupun laki- laki yang tertentu (Ghozali, 2012:50). Dalam menjelaskan ketentuan tersebut, Al- qur‟an secara konkrit tidak menentukannya dengan batasan usia bagi seseorang untuk melangsungkan perkawinan. Batasan hanya diberikan berdasarkan kualitas yang harus dinikahi oleh mereka sebagaimana dalam surat An- Nisa‟ ayat 6:

  

...

       

  Artinya: “dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin...” Menurut Quraish Shihab (2012 b:420) tafsir dari potongan ayat

  اىغهت

  yaitu mencapai umur yang menjadikan seseorang mampu memasuki

  حاكُنا

  gerbang pernikahan. Hal tersebut terjadi ketika seseorang telah dewasa, memiliki kemampuan, serta kecerdasan (Shihab, 2012 a:169). Selain ayat Al- Qur‟an tersebut, terdapat hadits nabi yang juga secara tersirat memberikan aturan tentang pembatasan usia nikah, yaitu hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw bersabda:

  ,]

ِشَصَثْهِن ُّضَغَأ ََُِّّاَف ْج َّو َزَتَيْهَف جَءاَثنْا ُىُكُِْي َعاَطَتْسا ٍَْي باَثَّشنا َشَشْعَي اَي

[ . ٌءاَجِو َُّن ََُِّّاَف ِو ْىَّصناِت ِّْيَهَعَف ْعِطَتْسَي ْىَن ٍَْي َو ِج ْشَفْهِن ٍَُصْدَأ َو

  Artinya: wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian telah memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah (maka ssungguhnya ia dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan). Dan barang siapa yang tidak memiliki kemampuan untuk itu, maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa adalah benteng (Hadits Nomor 2040) (Al Albani, 2013:752).

  Menurut Amir Syarifuddin (2014:67) hadits di atas adalah dalil tentang adanya persyaratan dalam melangsungkan pernikahan, yaitu kemampuan dan persiapan untuk nikah. Sementara kemampuan dan persiapan untuk meninikah hanya terdapat pada seseorang yang telah dewasa.

  Pasal 7 ayat (1) dan (2) UU Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah berumur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, jika terjadi penyimpangan dalam hal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan. Penentuan usia perkawinan tersebut bertujuan untuk menjaga kemaslahatan keluarga dan rumah tangga mempelai (Pasal 15 KHI).

  Adapun Pasal 26 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Dalam hal Orang Tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, kewajiban dan tanggung jawab tersebut dapat beralih kepada Keluarga (Pasal 26 ayat (2) UU Perlindungan Anak). Anak yang dimaksud dalam Undang-Undang perlindungan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 ayat (1)).

  Dalam Pasal 4 disebutkan bahwa ”Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 11 juga menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”. Berdasarkan ketentuan undangan-undangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan usia dini dilarang karena melanggar hak-hak anak.

  Menurut Robert B. Seidman, untuk melihat bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari tiga elemen, yaitu lembaga pembuat peraturan, lembaga pelaksana peraturan, dan pemangku peran. Tiga elemen tersebut, merupakan hal yang sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum atau bekerjanya hukum dalam masyarakat. Hukum diharapkan dapat berfungsi optimal, dan bekerja dengan baik dalam masyarakat, serta harus diperhatikan secara sungguh-sungguh.

  Negara melakukan berbagai upaya perlindungan hak anak, salah satunya dengan pemberlakuan undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dirasa belum dapat berjalan secara efektif karena masih maraknya kejahatan terhadap anak di tengah masyarakat, maka disahkan UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. UU Perlindungan Anak tahun 2014 memberikan perubahan paradigma hukum. Hal tersebut dapat dilihat secara jelas dengan adanya penambahan ketentuan tentang tanggung jawab dan kewajiban pemerintah daerah dalam hal penyelenggaraan perlindungan anak.

  Pemerintah daerah sebagaimana tercantum pada Pasal 1 butir 19 UU Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 adalah Gubernur, Bupati, dan Walikota serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

  Pemerintah kota Salatiga sebagai penyelenggara urusan pemerintahan kota Salatiga tentu memiliki kewajiban dan tanggung jawab terkait pelaksanaan perlindungan anak daerah kota Salatiga.

  Faktanya, hingga saat ini perkawinan usia 18 tahun dan di bawahnya masih terjadi di Kota Salatiga. Terbukti dengan banyaknya permohonan dispensasi nikah yang diajukan di Pengadilan Agama Salatiga. Selama tahun 2017 PA Salatiga menerima sebanyak 70 Permohonan Dispensasi N ikah. Dari seluruh permohonan tersebut, 1 (satu) permohonan digugurkan, 1 (satu) permohonan dicabut oleh pemohon, sedangkan 68 (enam puluh delapan) permohonan dikabulkan. Selain itu, data usia mempelai di Kementerian Agama Salatiga menunjukkan bahwa pada tahun 2017 telah terjadi 60 pernikahan pada anak dengan rentang usia 14 sampai dengan 18 tahun.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang kewajiban dan tanggung jawab pemerintah kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak yang belum mencapai usia 18 tahun dengan judul “PERAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUN GAN ANAK (DP3A) KOTA SALATIGA DALAM MEMINIMALISIR PERKAWINAN AN AK USIA DINI TAHUN 2017 ”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini?

  2. Bagaimana implikasi peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini.

2. Mengetahui implikasi peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a.

  Penelitian ini sebagai upaya perluasan wawasan hukum, khususnya untuk mengetahui peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak sebagaimana amanat UU Perlindungan Anak.

  b.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian sejenis pada masa mendatang.

2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang ilmu hukum, utamanya yang berkaitan dengan perkawinan anak.

  b.

  Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peran DP3A Kota Salatiga terhadap fenomena perkawinan anak usia dini sebagaimana telah diatur dalam Undang- Undang Perlindungan Anak. c.

  Bagi instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang berguna dalam memberikan pertimbangan pengambilan kebijaksanaan, khususnya yang berkaitan dengan peran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terhadap fenomena perkawinan anak.

E. Tinjauan Pustaka

  Pembahasan perkawinan anak usia dini dapat ditemukan dalam bentuk skripsi, jurnal, maupun buku-buku. Literatur yang telah ditelusuri berkaitan dengan upaya pencegahan terhadap perkawinan dini adalah sebagai berikut.

  Kesatu, Jurnal Teguh Kurniawan berjudul Peran Parlemen dalam

  Perlindungan Anak , diterbitkan pada tahun 2015 di Pusat Studi al- Qur‟an

  (Pusaka) dan Kebangsaan Institut Perguruan Tinggi Ilmu al- Qur‟an (PTIQ)

  Jakarta. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi perlindungan anak, peran pemerintah dan peran DPR dalam perlindungan anak. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa pemerintah telah memberikan perlindungan bagi anak melalui instrumen hukum dan ratifikasi berbagai peraturan perundangan tentang anak. Akan tetapi, peran pemerintah dalam perlindunga n dipandang kurang efektif, oleh karena itu, lahir kemudian beberapa lembaga yang bertujuan untuk melakukan perlindungan anak, yakni Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Parlemen sebagai institusi legislatif, juga berperan dalam perlindungan anak terutama untuk membentuk undang-undang, melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah, mengalokasikan anggaran bagi terwujudnya perlindungan anak di Indonesia.

  Kedua, Skripsi Mohammad Badrun Zaman berjudul Upaya

  

Pemerintah Desa dalam Meminimalisir Angka Nikah Dini Perspektif Hukum

Islam (Studi di Desa Krambilsawit Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung

Kidul Tahun 2013-2014) , disusun pada tahun 2015 guna memenuhi syarat

  memperoleh gelar sarjana strata satu hukum Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa upaya pemerintah Desa Krambilsawit dalam meminimalisir angka nikah dini yaitu 1) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat Desa Krambilsawit tentang dampak nikah dini dengan menghadirkan orang-orang yang ahli baik dibidang kesehatan ataupun dari orang-orang yang ditokohkan. 2) Mempersulit perizinan untuk melakukan pernikahan dini baik dari padukuhan ataupun dari kelurahan. 3) Melarang calon mempelai yang belum 19 tahun bagi laki- laki dan 16 tahun bagi perempuan untuk melangsungkan pernikahan. Dilihat dari segi hukum normatif maka upaya yang pertama dan kedua sudah sesuai dengan hukum normatif. Namun, pada upaya yang ketiga tidak sesuai normatif, karena dalam hukum Islam larangan pernikahan bukan terletak pada usia, melainkan dari segi nasab. Selanjutnya jika dilihat dari segi yuridis, maka keseluruhan upaya tersebut telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

  Ketiga, Jurnal Martyan Mita Rumekti dan V. Indah Sri Pinasti berjudul

  

Peran Pemerintah Daerah (Desa) dalam Menangani Maraknya Fenomena

  

Pernikahan Dini di Desa Plosokerep Kabupaten Indramayu , disusun pada

  tahun 2016 di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yaitu bahwa pernikahan dini yang terjadi di Desa Plosokerep Kabupaten Indramayu disebabkan oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Faktor Intern yang datang dari dalam yaitu keinginan dari individu itu sendiri sedangkan faktor ekstern yaitu faktor ekonomi orang tua, faktor pendidikan, dan faktor orang tua atau keinginan dari orang tua. Pandangan masyarakat tentang pernikahan dini di Desa Plosokerep adalah mempunyai pandangan positif karena hal tersebut sudah biasa terjadi. Peran pemerintah sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Pemerintah desa tentunya sangat menyayangkan anak-anak yang masih diusia sekolah harus memilih untuk menikah karena seharusnya anak-anak tersebut mendapatkan pendidikan yang layak dan harus melanjutkan meminimalisir terjadinya pernikahan dengan cara, tahap awal dinasehati oleh pegawai pencatat pernikahan, memotivasi orang tua untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya, ditangguhkan buku nikah, memperketat aturan undang- undang perkawinan beserta sanksinya.

  Tiga penelitian diatas membahas peran pemerintahan terhadap fenomena perkawinan dini. Penelitian kesatu miliki kajian peran pemerintahan terhadap perlindungan anak dalam arti luas. Penelitian kedua dan ketiga memiliki kajian utama peran pemerintah desa dalam mencegah terjadinya perkawinan yang dilakukan oleh anak berusia di bawah 16 tahun bagi perempuan dan di bawah 19 tahun bagi laki- laki berdasarkan perspektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan maupun hukum Islam.

  Perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian-penelitian di atas terletak pada fokus penelitian yaitu peran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak Kota Salatiga dalam mencegah perkawinan anak yang berusia 18 (delapan belas) tahun atau di bawahnya baik bagi laki- laki maupun perempuan, yang ditinjau dari perspektif Undang- Undang Perlindungan Anak, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perindungan Anak.

F. Penegasan Istilah 1.

  Perkawinan Anak Usia Dini Perkawinan anak usia dini adalah perkawinan yang dilakukan oleh seorang anak yang belum mencapai kedewasaan sebagaimana ditetapkan dalam UU Perlindungan Anak yaitu seseorang yang berusia 18 (delapan belas) tahun atau di bawahnya, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 poin 1).

2. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak

  Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (DP3A) adalah unsur pelaksana urusan pemerintahan Kota Salatiga dalam bidang perlindungan anak berdasarkan Perda Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

  Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2009:6). Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009:4) hasil dari penelitian kualitatif adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

  Pendekatan yuridis sosioligis adalah suatu penelitian dimana pembahasan berupa kenyataan atau praktik yang selanjutnya dihubungkan dengan fakta yuridis (Soekanto, 1998:80).Adapun pendekatan yuridis sosiologis dipilih penulis, sebab selain mengkaji tentang peraturan perundang-undangan secara yuridis juga diteliti fakta- fakta yang terjadi dalam praktik berkaitan dengan gejala- gejala yang timbul dalam masyarakat berkenaan dengan Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

  2. Lokasi Penelitian

  Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan, maka lokasi penelitian adalah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (DP3A) Kota Salatiga. Lokasi dipilih dengan alasan bahwa DP3A adalah satu-satunya unsur pelaksana urusan pemerintahan Kota Salatiga dalam bidang perlindungan anak yang berpedoman pada UU Perlindungan Anak.

  Penelitian juga dilaksanakan di Kementerian Agama Salatiga guna menemukan data perkawinan usia dini di Kota Salatiga serta di Pengadilan Agama Salatiga guna menemukan data permohonan dispensasi nikah.

  3. Sumber Data

  Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder (Suratman, 2014:106).

  a.

  Data Primer Data primer atau data utama merupakan data yang diperoleh secara langsung dari DP3A Kota Salatiga, Kemenag Kota Salatiga, dan Pengadilan Agama Salatiga.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan penulis dari penelitian kepustakaan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi pustaka, arsip data Dinas

  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Salatiga, arsip data Kemenag Salatiga, arsip data Pengadilan Agama Salatiga, UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, Perwali Kota Salatiga Nomor 34 Tahun 2016, dan arsip-arsip lain yang berhubungan dengan pokok masalah.

4. Teknik Pengumpulan Data

  Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian. O leh karena itu, data merupakan pokok penting dalam penelitiankarena menentukan kualitas hasil penelitian (Moleong, 2009:5).

  Dalam pelaksanaan penelitian ini, data diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a.

  Studi dokumen (documentary studies) Studi dokumentasi merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum (Aminudin, 2012:68).Dokumen artinya barang- barang tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010:201).Dokumen dalam hal ini bukan hanya setiap bahan tertulis, namun juga dokumen lain termasuk film (foto) saat pelaksanaan penelitian sabagai bukti autentik dalam membantu penyusunan laporan penelitian setelah purna.

  Melalui studi dokumen (bahan pustaka) penulis mengumpulkan bahan-bahan pedoman penelitian meliputi perlindungan hak anak, perkawinan anak usia dini, dan upaya preventif yang dilakukan pemerintah Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini pada tahun 2003 dan 2015. Adapun bahan hukum lainnya seperti UU Perlindungan Anak, UU Perkawinan, serta Perda Kota Salatiga.

  b.

  Wawancara (interview) Wawancara atau interview adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban- jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada informan (Aminudin, 2012:68). Sedangkan informan adalah orang yang bisa memberikan informasi dan keterangan tenta ng suatu fakta atau pendapat dalam bentuk tulisan maupun lisan (Arikunto, 2010:188).

  Informan dalam penelitian ini adalah para pegawai DP3A Kota Salatiga, Hakim Pengadilan Agama Salatiga, dan Kepala KUA se- Kota Salatiga. Informan dari DP3A terdiri dari 3 (tiga) informan yang memiliki pengalaman kerja berbeda dalam bidang perlindungan anak.

  1 (satu) informan merupakan pegawai baru sehingga informasi yang didapatkan terbatas pada dua tahun saja yaitu tahun 2016 dan 2017. 2

  (dua) informan adalah pegawai dengan masa kerja terlama, yaitu sejak lahirnya Bapermas PKBKP Kota Salatiga.

  Wawancara juga dilakukan dengan Kepala KUA Se-Kota Salatiga guna mengetahui gambaran secara jelas perkawinan anak usia dini di Kota Salatiga serta keterlibatannya terhadap peran pemerintah Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini. Adapun wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Salatiga guna mengetahui pertimbangan hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah.

  c.

  Observasi Observasi atau pengamatan adalah perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non-partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian (Emzir, 2011:38).

5. Analisis Data

  Analisis data adalah suatu carayang dipakai untuk menganalisa dan mengolah data yang sudah terkumpul, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang konkret tentang permasalahan yang diteliti dan dibahas

  (Arikunto, 2010:278). Adapun teknik analisis data yang penulis gunakan yaitu: a.

  Reduksi Data Reduksi adalah proses identifikasi suatu unit (Moloeng,

  2009:288). Peneliti melakukan reduksi data dengan cara identifikasi setiap data-data yang didapatkan, baik melalui dokumen, wawancara, maupun obserfasi. Identifikasi ini dilakukan peneliti untuk lebih dapat memahami dari setiap data yang didapatkan.

  b.

  Kategorisasi Kategorisasi adalah upaya memilah- milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiiki kesamaan (Moloeng, 2009:288).

  Peneliti melakukan kategorisasi dengan cara memilah setiap data-data yang didapatkan, baik melalui dokumen, wawancara, maupun observasi. Kategorisasi tersebut dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menyatukan data-data tersebut nantinya.

  c.

  Sintesisasi Sintesisasi adalah mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lainnya agar bertemu titik permasalahannya (Moloeng,

  2009:289). Data yang telah dikategorikan oleh peneliti kemudian dicari titik temu antara yang satu dengan yang lainnya dan kemudian disatukan ke dalam satu pembahasan yang sama sehingga dapat memberikan sebuah penjelasan yang utuh.

6. Pengecekan Keabsahan Data

  Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimiliknya data yang valid dan reliable. Untuk itu, dalam penelitian kualitatif pun dilakukan upaya validasi data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas ya ng diperoleh(Idrus, 2009:145).

  Agar dapat terpenuhinya validitas data dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara Triangulasi.

  Triangulasi adalah sebuah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:330). Melalui teknik ini, data pokok yang ada akan dibandingkan dengan data pendukung lainnya, baik berdasarkan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam hal ini peneliti membandingkan antara data-data yang didapatkan peneliti melalui wawancara dengan dokumentasi serta hasil observasi.

H. Sistematika Penulisan

  Secara sistematis, penulisan penelitian ini disusun menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  Bagian inti terdiri dari: Bab I, adalah Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, keguanaan penelitian, tinjauan pustaka, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

  Bab II mengemukakan tentang teori tentang peran pemerintah daerah dalam perlindungan anak berdasarkan UU Pemerintahan Daerah dan UU Perlindungan Anak, perlindungan hak anak, serta perkawinan anak usia dini.

  Bab III menjelaskan tentang hasil penelitian pelaksanaan kebijakan DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini. Adapun pembahasan bab ini meliputi gambaran kasus perkawinan anak usia dini di Kota Salatiga, peran DP3A Kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini, serta implikasi peran DP3A dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini.

  Bab IV adalah analisis yang terdiri dari perlindungan anak dari perkawinan usia dini, kerangka solusi dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini, peran pemerintah kota Salatiga dalam meminimalisir perkawinan anak usia dini berdasarkan hukum Islam.

  Bab lima yaitu Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran. Selanjutnya pada bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran- lampiran, dan riwayat hidup penulis.

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN ANAK DARI PERKAWINAN USIA DINI A. Perlindungan Anak 1. Pengertian Perlindungan Anak Kisah tentang anak-anak dapat ditemui di dalam Al- Qur‟an,

  khususnya kisah anak saleh keturunan para Nabi, seperti kisah Nabi Ismail kecil dalam surat Asshoffat, kisah Nabi Yusuf kecil pada surat Yusuf, dan kisah nasihat Luqman untuk anaknya dalam surat Luq man.

  Al- qur‟an memberikan beberapa definisi mengenai anak. Anak adalah perhiasan di dunia, anak adalah penyejuk hati bagi orangtuanya, anak adalah ujian dan musuh bagi orang tuanya. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa anak merupakan amanah dari Allah SWT bagi orang tua yang mendapatkannya. Sebagai amanah, anak harus mendapatkan pemeliharaan dan penjagaan baik dari kedua orang tuanya maupun masyarakat umum (Anshori, 2006:10).

  Perlindungan anak dalam Islam adalah penampakan kasih sayang yang diwujudkan dalam pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan dari perilaku kekerasan dan diskriminasi. Hal tersebut bertujuan agar anak dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal serta melindungi mereka dari tindak kriminal kekerasan yang mencerminkan perilaku ketidakadilan kepada anak sebagai amanah dari Allah (Anshor, 2007:13).

  Berhubungan dengan perlindungan anak, ditemui dalam Al- Qur‟an

  Surat An- Nisa‟ ayat 9.

                 

  Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

  Ayat di atas memerintahkan agar kita memiliki rasa khawatir meninggalkan anak keturunan yang lemah. Lemah dalam hal fisik, psikis, ekonomi, kesehatan, intelektual, moral dan lain sebagainya. Ayat tersebut juga mengandung pesan untuk melindungi anak dan cucu bahkan anak yang belum lahir sekalipun jauh-jauh hari jangan sampai nanti ia lahir dalam keadaan tidak sehat, tidak cerdas, kurang gizi, dan ter lantar tidak terpelihara (Zaki, 2014:9).

  Menurut Maidin Gultom (2014:70), perlindungan anak yaitu segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang wajar, baik fisik, mental maupun sosialnya. Adapun Pasal 1 ayat

  (2) Undang- Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menentukan bahwa yang dimaksud dengan perlindungan anak adalah: Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.