PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PESERTA DIDIK MA-DI PUTRI NURUL HAKIM KEDIRI TAHUN PELAJARAN 20152016 Mahesti Kusdiastuti1 , Ahmad Harjono2 , Chairunnisyah Sahidu2
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………) Volume I No 4, Oktober 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN LABORATORIUM
1 , Ahmad Harjono
Sains merupakan kumpulan ilmu-ilmu serumpun yang terdiri dari biologi, fisika, kimia, geologi dan astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Menurut [3], melalui fenomena sains peserta didik dapat melatih kemampuan: mengamati, menganalisis, berhipotesis, memprediksi, merangkai, mengukur dan menarik kesimpulan. Tantangan dalam pembelajaran sains sendiri tidak hanya menuntut peserta didik menguasai konsep namun juga mengembangkan keterampilan berpikir. Salah satu keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan adalah kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran
masih (konvensional). Proses pembelajaran yang diterapkan terbukti belum mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep fisika peserta didik. Hal ini terbukti dalam mengerjakan soal- soal fisika yang diberikan guru, peserta didik lebih sering langsung menggunakan persamaan matematis tanpa melakukan analisis, menebak rumus yang digunakan dan menghafal contoh soal yang telah dikerjakan untuk mengerjakan soal- soal lain.
centered learning) dan metode yang digunakan
dimana guru menjadi pusat kegiatan (teacher
power point dan masih cenderung satu arah,
Berdasarkan hasil observasi penulis dengan salah seorang guru bidang studi fisika di MA DI Putri Nurul Hakim Kediri, proses pembelajaran fisika berbantuan TIK yang pernah digunakan hanya sebatas penggunaan aplikasi
Fisika merupakan bagian sains yang memfokuskan kajiannya pada materi, energi dan hubungan antara keduanya. Beberapa konsep dalam fisika termasuk konsep abstrak. Karakteristik beberapa konsep abstrak dalam fisika, menyebabkan adanya kesulitan tersendiri dalam visualisasi dan penyampaiannya kepada peserta didik. Konsep abstrak merupakan konsep yang sulit divisualisasikan atau ditampilkan prosesnya secara langsung melalui kegiatan laboratorium riil sekalipun. Hal ini kemudian berimplikasi pada rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik.
Keywords: inquiry model, virtual laboratory, concept comprehension, problem solving P ENDAHULUAN
2 , Chairunnisyah Sahidu
VIRTUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH
FISIKA PESERTA DIDIK MA-DI PUTRI NURUL HAKIM KEDIRI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Mahesti Kusdiastuti
Abstract- This study aims to determine the effect model of inquiry aided virtual laboratory to physical
Universitas Mataram Mataram, Indonesia
2 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2
concept comprehension and problem solving ability of students MA DI Putri Nurul Hakim Kediri the academic year 2015/2016. Experimental research design using "pre-test-post-test control group design". The population in this study were all students of class X MA DI Putri Nurul Hakim Kediri totaling 5 classes, while samples were students of class X.1 as an eksperiment class majoring in X.2 as a control class. The data collection concept comprehension using techniques shaped tet multiple choice and problem-solving skills using techniques shaped test description. The research hypotheses were tested by t-test polled variance variance with significance level of 5% that is a hypothesis which does not indicate a specific direction. The results showed that problem-solving ability of students learning with virtual media-aided model of inquiry higher than those not using the model inquiry-aided virtual laboratory.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………) Volume I No 4, Oktober 2016
agar penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik meningkat. Hal ini melatarbelakangi hadirnya beberapa model pembejaran yang inovatif untuk membantu peserta didik memahami konsep dengan menghubungkan antara materi dengan kehidupan nyata peserta didik. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran berbasis peyelidikan dimana peserta didik mencari sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi. [17] menyatakan bahwa inkuri merupakan proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir dan logis. Menurut Gulo dan [19] inkuiri merupakan suatu rangkaian kegitan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secaca sistematis logis, kritis dan logis, analitis sehingga mereka dapan merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Hasil penelitian [15], [20], [9], dan [4] menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar, penguasaan konsep serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik.
Model pembelajaran inkuiri tidak terlepas dari eksperimen dilaboratorium. Laboratorium memiliki peran sentral dalam pelajaran fisika. Kegiatan laboratorium akan berlangsung dengan baik apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana laboratorium, namun fakta yang ada alat-alat laboratorium di sekolah umumnya kurang atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga oerlu diusahakan adanya pengunaan laboratorium virtual. Pada perkembangan teknologi, beberapa sekolah kebanyakan telah memiliki laboratorium komputer, namun selama ini laboratorium komputer hanya digunakan untuk pelajaran TIK, artinya pemanfaatan komputer belum optimal. Padahal komputer dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menarik. Kegiatan menggunakan laboratorium virtual merupakan kegiatan berbasis penyelidikan yang mendorong rasa ingin tahu dan investigasi dengan teknik tertentu sehingga menemukan sendiri konsep penting yang diharapkan. Menurut [1] laboratorium virtual atau virtual laboratory adalah sebuah simulasi komputer yang memungkinkan fungsi-fungsi penting dari laboratorium riil untuk dilaksanakan pada komputer. [2] mengemukakan bahwa laboratorium virtual sebagai suatu bentuk objek multimedia interaktif terdiri dari berbagai format heterogen termasuk tesk, hiperteks, suara, gambar, animasi, video dan grafik. Keunggulan dari laboratorium virtual menurut [8] yaitu kegiatan praktikum menjadi lebih efisien dan murah karena setiap tahapan percobaan sudah tersedia dalam software pembelajaran, tidak memerlukan biaya perawatan yang mahal, kegiatan praktikum menjadi lebih aman dan tidak ada kekhawatiran pada kerusakan alat laboratorium dan gangguan lainnya. Hasil penelitian [1], [4] dan [3] menyatakan bahwa penerapan laboratorium virtual mampu meningkatkan hasil belajar, penguasaan konsep dan keterampilan proses sains peserta didik.
Model pembelajaran inkuri merupakan kegiatan pembelajaran berbasis penyelidikan dimana peserta didik mencari sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi, hal ini sangat cocok digabungkan dengan laboratorium virtual karena dengan laboratorium virtual peserta didik dapat melakukan percobaan secara mandiri berdasarkan petunjuk praktikum. Selain untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika peserta didik, model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik.
Penguasaan konsep tidak sekedar memahami secara sederhana, namun dapat pula dijabarkan sebagai kemampuan mengerti, memahami, mengaplikasi, mengklarifikasikan, mengeneralisasikan, mensintesis dan [12]. Kemampuan pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang belum di kenal. Kemampuan pemecahan masalah sangat dibutuhkan oleh peserta didik, karena pada dasarnya peserta didik dituntut untuk berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Konsekuensinya adalah peserta didik akan mampu menyelesaikan masalah-masalah serupa atau berbeda baik karena peserta didik mendapat penghargaan konkret dari masalah yang terdahulu Trianto dalam [13]. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini diukur dengan memperhatikan indikator dan tahapan yang
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………) Volume I No 4, Oktober 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penguasaan Konsep
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual. Peneliti berharap penggunaan model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik
terkandung dalam kemampuan pemecahan masalah. Menurut [5], ada enam langkah-langkah pemecahan masalah yaitu meliputi mengidentfikasi/menentukan masalah, menentukan tujuan, solusi umum, membuat rencana dan evaluasi.
Hasil penelitian berupa deskripsi hasil tes awal dan tes akhir dengan menggunakan uji homogenitas, uji normalitas, uji hipotesis (uji-t dua pihak) dan uji n-gain. Adapun hasil rekaptulasi nilai tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen materi alat-alat optik dapat dilihat pada tabel berikut.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 5 kelas. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Sampel yang digunakan dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
59 Nilai Terendah
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tes awal peserta didik pada kedua sampel sebesar 38,25 untuk kelas kontrol dan 39,04 untuk kelas eksperimen. Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen homogen yang berarti kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Selain itu, hasil rata-rata tes awal yang rendah disebabkan karena kedua kelas belum memperoleh materi alat-alat optik sesuai dengan jenjang pendidikannya. Pengetahuan yang mereka miliki hanya berupa pengetahuan dasar tentang pemantulan dan pembiasan cahaya yang diperoleh di sekolah menengah pertama.
Uji Normalitas Normal Normal
Homogen
Standar Deviasi 10,86 9,42 Uji Homogenitas
23 Rata-rata 38,25 39,04
18
54
Penelitian ini, untuk mengukur penguasaan konsep digunakan tes berupa pilihan ganda sebanyak 22 soal dan kemampuan pemecahan masalah digunakan tes berupa uraian sebanyak 5 soal dengan langkah pemecahan masalah menurut Feguson. Sebelumnya tes pilihan ganda di uji validitasnya sehingga diperoleh 22 soal yang valid, sedangkan untuk tes uraian divalidasi oleh para ahli kemudian diberikan kepada peserta didik. Uji F digunakan untuk mengetahui homogenitas data dan uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Setelah itu, untuk mengetahui peningkatan nilai kedua tes sebelum dan sesudah diberi perlakuan digunakan uji t polled varians.
27 Nilai Tertinggi
26
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan desain pre-test-
Kelas Sampel
Tabel 1 Rekaptulasi Nilai Tes Awal pada Kedua
post-test control group design . Sebelum diberi
perlakukan kedua kelompok sampel diberikan tes awal untuk mengukur kondisi awal. Selanjutnya kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual dan kelas kontrol diberi perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Sesudah perlakuan, kedua kelas diberikan tes akhir. Dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu variabel bebas yaitu model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual, variabel terikat yaitu penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah, variabel kontrol yaitu materi ajar yang diajarkan, guru yang mengajar, dan instrumen penilaian pada kelas eksperimen dan kontrol.
Komponen Kemampuan Awal Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Jumlah Peserta didik
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………) Volume I No 4, Oktober 2016
Tabel 2 Rekaptulasi Nilai Tes Akhir pada Kedua
Kelas Sampel
Komponen Kemampuan Awal Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Jumlah Peserta didik
26
27 Nilai Tertinggi 90 100
Nilai Terendah
50
54 Rata-rata 71,50 82,48
Standar Deviasi 8,79 11,16 Uji Homogenitas Homogen Uji Normalitas
Normal Normal
Uji Hipotesis t hitung > t tabel , H ditolak H a
diterima Setelah dilakukan tes awal, selanjutnya kedua kelas sampel diberi perlakuan yang berbeda dan terakhir dilakukan tes akhir. Berdasarkan hasil tes akhir peserta didik terjadi peningkatan nilai rata-rata tes akhir dari nilai rata-rata tes awal. Jika dibandingkan peningkatan nilai rata-rata tes akhir kedua kelompok sampel, terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi daripada peserta didik kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional seperti yang terlihat pada Tabel 2. Peningkatan nilai rata-rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen disebabkan karena tersedianya visualisasi konsep dengan bantuan laboratorium virtual yang disajikan pada setiap materi membuat peserta didik pada kelas eksperimen lebih mudah memahami materi yang dipelajari dibandingkan dengan kelas kontrol.
Selanjutnya hasil tes akhir juga digunakan untuk perhitungan uji homogenitas dan uji normalitas sehingga diperoleh bahwa kedua kelas setelah diberi perlakuan memiliki varians yang homogen dan terdistribusi normal. Setelah mengetahui homogenitas dan normalitas kedua kelas kemudian dilakukan uji hipotesis dengan taraf signifikan 5% dimana diperoleh t hitung = 3,897 lebih besar dari t tabel = 2,032. Hal ini berarti terdapat perbedaan penguasaan konsep fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual dengan pembelajaran konvensional pada peserta didik MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun pelajaran 2015/2016. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual berpengaruh terhadap penguasaan konsep fisika peserta didik kelas X MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun pelajaran 2015/2016.
Adapun penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran inkuri terbimbing integrasi peer instruction dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis peserta didik [15]. Selain itu [9] dan [19] menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar, penguasaan konsep, kemampuan berpikir kristis dan kreatif serta meingkatkan sikap ilmiah peserta didik. Selanjutnya dalam penelitian yang berkaitan dengan laboratorium virtual menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran fisika berpengaruh positf terhadap penguasaan konsep [6]. Sejalan dengan itu, hasil penelitian [1] dan [3] menyatakan bahwa penerapan laboratorium virtual mampu meningkatkan hasil belajar, penguasaan konsep dan keterampilan proses sains. Selain itu, [11] menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif, hal ini disebabkan karena peserta didik yang belajar pada kelas eksperimen dirangsang secara aktif untuk mempelajari konsep yang ada.
Selain melakukan analisis pengujian hipotesis, peneliti ingin juga mengetahui sejauh mana peningkatan yang dialami kedua kelas secara lebih terperinci terkait hubungan nilai kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk persentase kenaikan penguasaan konsep tiap sub materi. Materi optik dalam penelitian ini dibatasi pada konsep optik geometri yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 sub materi yaitu, cermin dan lensa, mata dan kacamata, kamera dan lup serta mikroskop dan teropong. Setiap sub materi dianalisis ketercapaiannya berdasarkan perolehan skor tes awal dan tes akhir dan gain ternormalisasi. Perbandingan peningkatan penguasaan konsep per sub materi alat-alat optik dalam Gambar 1
Volume I No 4, Oktober 2016 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………)
100% 81% 74% 80%
63% 60% 58% 55%
52%
tase r se n 60% 40% Pe 30% 20% 0% Cermin dan Mata dan Kamera dan Lup Mikroskop danLensa Kacamata Teropong Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 1 Perbandingan Rata-rata Skor N-gain Setiap Sub Materi erbandingan
Rata-rata Skor N-gain Setiap Sub Materi
. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat B.
Pemecahan Masalah
bahwa perbedaan peningkatan penguasaan konsep Hasil penelitian berupa deskripsi hasil tes di setiap materi kedua kelas menunjukkan awal dan tes akhir dengan menggunakan uji perbedaan tertinggi pada sub materi cermin dan homogenitas, uji normalitas, uji hipotesis (uji-t lensa yaitu sebesar 81% pada kelas eksperimen dua pihak) dan uji n-gain. Adapun hasil dan 60% pada kelas kontrol. Hal ini berarti rekaptulasi nilai tes awal pada kelas kontrol dan informasi yang diterima oleh peserta didik di kelas eksperimen materi alat-alat optik dapat kedua kelas sampel mengenai konsep cermin dan dilihat pada tabel berikut. lensa cukup merata, selain itu sub materi cermin dan lensa merupakan materi awal dalam
Tabel 3 Rekaptulasi Nilai Tes Awal pada Kedua
penyampaiannya dan materi ini juga merupakan Kelas Sampel materi yang pernah diajarkan ditingkat
Kemampuan Awal
sebelumnya. Hal yang menarik pada sub materi
Komponen Kelas Kelas
mikroskop dan teropong, presentase kelas kontrol
Kontrol Eksperimen
lebih besar 3% dibandingkan dengan kelas
Jumlah Peserta
26
27 eksperimen. Hal ini disebabkan karena beberapa
didik
faktor eksternal yang tidak bisa peneliti kontrol
Nilai Tertinggi 50,50 63,75
yaitu pada pertemuan ke-empat yang merupakan
Nilai Terendah 9,00 22,75
pertemuan terakhir dalam proses pembelajarab,
Rata-rata 31,15 39,01
sehingga pada fase-8 (menarik kesimpulan) tidak
Standar Deviasi 10,11 10,29
bisa sepenuhnya dilaksanakan, hal ini terjadi
Uji Homogenitas Homogen
karena mendekati jam istirahat. Selain itu, selama Normal Normal
Uji Normalitas
pembelajaran pada kelas eksperimen waktu lebih banyak terbuang pada fase-7 (menganalisis data) Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sehingga guru belum sempat memberikan latihan rata-rata tes awal peserta didik pada kedua sampel soal agar peserta didik lebih memahami materi sebesar 31,15 untuk kelas kontrol dan 39,01 untuk mikroskop dan teropong. Sejalan dengan hal kelas eksperimen. Pada Tabel 1, menunjukkan tersebut, Ornek dalam [15] menyatakan bahwa bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen kesulitan peserta didik dalam menguasai konsep homogen yang berarti kedua kelas sampel fisika disebabkan oleh kurang bekerja keras dalam memiliki kemampuan awal yang sama. Nilai rata- proses pembelajaran. Keadaan inilah yang rata yang rendah pada kedua kelas dikarenakan memungkinkan proses belajar dan konsentrasi peserta didik sebelum diberikan perlakuan. Selain peserta didik kurang maksimal. itu juga, peserta didik jarang atau bahkan belum pernah menerima soal yang berbentuk pemecahan
Volume I No 4, Oktober 2016 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………)
masalah atau soal yang menuntut peserta didik Setelah mengetahui homogenitas dan untuk berpikir tingkat tinggi. normalitas kedua kelas kemudian dilakukan uji hipotesis dengan taraf signifikan 5% dimana
hitung tabel
Tabel 2 Rekaptulasi Nilai Tes Akhir pada Kedua diperoleh t = 4,469 lebih besar dari t =
Kelas Sampel 2,032. Hal ini berarti terdapat perbedaan pemecahan masalah fisika peserta didik
Kemampuan Awal
menggunakan model pembelajaran inkuiri
Komponen Kelas Kelas
berbantuan laboratorium virtual dengan
Kontrol Eksperimen
pembelajaran konvensional pada peserta didik
Jumlah Peserta
26
27 MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun pelajaran
didik
2015/2016. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 88,50 97,25
Nilai Tertinggi
model pembelajaran inkuiri berbantuan
Nilai Terendah 38,25 44,25
laboratorium virtual berpengaruh terhadap
Rata-rata 58,47 73,67
pemecahan masalah fisika peserta didik kelas X 12,32 14,15
Standar Deviasi
MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun pelajaran
Uji Homogenitas Homogen 2015/2016. Uji Normalitas Normal Normal
Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian
Uji Hipotesis t hitung > t tabel , H ditolak H a
sebelumnya [16] menyatakan bahwa memberikan diterima kesempatan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
Setelah dilakukan tes awal, selanjutnya pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan Steif kedua kelas sampel diberi perlakuan yang berbeda dalam [8] menyatakan bahwa penggunaan dan terakhir dilakukan tes akhir. Berdasarkan simulasi komputer dalam pembelajaran hasil tes akhir peserta didik terjadi peningkatan menghasilkan jawaban peserta didik yang lebih nilai rata-rata tes akhir dari nilai rata-rata tes awal. ilmiah, meningkatkan strategi pemecahan
Jika dibandingkan peningkatan nilai rata-rata tes masalah dan pemahaman konseptual yang baik. akhir kedua kelompok sampel, terlihat bahwa
Selain melakukan analisis pengujian peserta didik kelas eksperimen dengan model hipotesis, peneliti juga ingin mengetahui sejauh pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium mana peningkatan yang dialami kedua kelas virtual menunjukkan peningkatan yang lebih secara lebih terperinci terkait hubungan nilai rata- tinggi daripada peserta didik kelas kontrol dengan rata pada tes awal maupun tes akhir dari setiap pembelajaran konvensional seperti yang terlihat langkah-langkah pemecahan masalah [5]. pada Tabel 2. Selanjutnya hasil tes akhir ini juga
Perbandingan nilai rata-rata tes awal pemecahan digunakan untuk perhitungan uji homogenitas dan masalah antara kelas eksperimen dan kelas normalitas sehingga diperoleh bahwa kedua kelas kontrol tersaji dalam Gambar 2. setelah diberi perlakuan memiliki varians yang homogen dan terdistribusi normal.
100,00 80,00 55,40
- rata
60,00 48,60 46,20 44,80
46,70 rata
35,50 35,50 40,00 r
31,00 Sko
14,40 20,00 13,20 0,00
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Eksperimen Kontrol
Gambar 2 Nilai Rata-rata Tiap Langkah Tes Awal Pemecahan Masalah
Eksperimen Kontrol
42,70 68,20 63 75,20
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 S ko r ra ta
80 100 120
60
40
20
72 26,30
78 71,80 98,30 107
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………) Volume I No 4, Oktober 2016
- ra ta
Gambar 3 Nilai Rata-rata Tiap Langkah Tes Akhir Pemecahan Masalah
Adapun besar sumbangan peningkatan penguasaan konsep terhadap peningkatan pemecahan masalah peserta didik dapat dilihat dari nilai koefisien penentu masing-masing kelas. Data penelitian menunjukkan pada kelas eksperimen penguasaan konsep memberikan sumbangan terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 7% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 35%. Hal ini berarti penguasaan konsep
Selain melakukan analisis uji hipotesis kedua variabel yaitu penguasaan konsep dan pemecahan masalah, peneliti juga ingin mengetahui hubungan / korelasi antara kedua variabel. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi antara data peningkatan penguasaan konsep dan data peningkatan pemecahan masalah diperoleh koefisien korelasi pada kelas eksperimen 0,28 sedangkan kelas kontrol 0,59. Koefisien korelasi pada kelas eksperimen berada pada kriteria rendah dan kelas kontrol berada pada kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep dan pemecahan masalah yang terjadi pada kedua kelas.
Secara umum, kelas eksperimen memiliki peningkatan yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Artinya pemberian perlakuan pada kelas eksperimen berupa model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual mampu meningkatkan pemecahan masalah fisika peserta didik.
Berdasarkan Gambar 3, kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen pada tes akhir sedikit berbeda dengan tes awal. Setelah diberi perlakuan, kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat pada langkah 1 hingga langkah 5 kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi daripada kelas kontol. Kesulitan yang dialami oleh peserta didik pada kelas kontrol dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dapat dilihat dari perbedaan peningkatan tiap langkah- langkah pemecahan masalah. Berdasarkan Gambar 3, peserta didik pada kelas kontrol mengalami perbedaan peningkatan terbesar pada langkah ke-4 (solusi umum / rencana penyelesaian). Langkah 4 dalam langkah-langkah pemecahan masalah merupakan langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena pada langkah ini sangat menentukan benar atau tidaknya penyelesaian masalah yang dikerjakan. Apabila pada langkah ini peserta didik tidak bisa maka dapat dipastikan peserta didik tidak dapat menyelesaikan langkah selanjutnya dengan benar.
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini bisa dilihat pada langkah 1 hingga langkah 5, kelas eksperimen memiliki nilai rata- rata lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perbedaan tertinggi pada langkah 1 (mengidentifikasi / menetukan masalah) yaitu sebesar 55,4 pada kelas eksperimen dan 46,7 pada kelas kontrol. Hal ini berarti peserta didik di kedua kelas mampu mengidentifikasi masalah dari soal tersebut. Sedangkan perbedaan terendah pada langkah 5 (mengevaluasi) yaitu sebesar 14,4 pada kelas eksperimen dan 13,2 pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena peserta didik tidak pernah atau jarang diberikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………) Volume I No 4, Oktober 2016
Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Nomor 9 : 8-17
Journal Physics. Vol 60 No. 7
Nomor 2 : 158-16 [10] Heller, P., Keith R., dan Anderson S. 1992. Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping Part 1: Group Versus Individual Problem Solving. American
Pembelajaran Fisika FKIP UNEJ , Vol I
Terstruktur dengan Media Virtual Lab pada Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal
[8] Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains Berbasis ICT . Mataram : FKIP UNRAM. [9] Hafsyah, N. 2012. Penerapan Model Inkuiri
Sutrio. 2015. Penggunaan Multimedia Interaktif Pembelajaran Fisika dan Implikasinya pada Penguasaan Konsep Mahasiswa. Jurnal Pijar MIPA. Vol.IX Nomor 1 : 15-19.
ISSN : 2407-6902. Vol 1. No 1. FKIP Bengkulu. [7] Gunawan, Harjono, A., Sahidu, H., dan
Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Listrik Bagi Calon Guru. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi.
[5] Ferguson. 2004. Problem Solving Second Edition. New York : Facts On File, Inc. [6] Gunawan, Harjono, A., Sutrio. 2015.
2015. Pengaruh Kemampuan Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika berbantuan Virtual Laboratory. Jurnal Pendidikan Fisika FKIP UNILA. [4] Dwi, I.M., Arif, H., dan Sentot, K. 2013.
memberikan sumbangan lebih besar terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas kontrol dibanding dengan peserta didik pada kelas eksperimen. Meskipun demikian, kedua kelas tetap mengalami peningkatan kemampuan pemecahan masalah seiring dengan peningkatan penguasaan konsepnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasaan konsep peserta didik memiliki hubungan terhadap peningkatan pemecahan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat [10] yang menyatakan bahwa konsep dan prinsip fisika merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Banyak peserta didik disekolah menengah mamahami materi yang disampaikan tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini terjadi karena peserta didik menganggap pemecahan masalah terpisah dari konsep dan prinsip fisika yang diajarkan. Adapun yang sebenarnya adalah konsep dan prinsip fisika saling berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah.
International Conference on Engineering Education. Manchester, U.K,. August 18-21 [3] Bulan, S.N., Maharta, N., dan Ertikanto, C.
Engineering Education. Paper presented at
Sains. Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbikan. [2] Budhu, M. 2002. Virtual Laboratories for
Riil dan Virtual pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Eksperimen ditinjau dari Gaya Belajar . Tesis pada Prodi Pendidikan
[1] Budiyono. 2009. Penerapan Laboratorium
REFERENSI
Tim peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada Tim Hibah Penelitian Strategis Nasional Kementerian Dikti Tahun 2016 yang telah melibatkan kami dalam penelitiannya, membimbing dan mengajarkan banyak hal, serta memfasilitasi semua proses hingga publikasi ilmiah bersama.
Adapun saran yang dapat diberikan bagi guru fisika adalah model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajar fisika. Namun, dalam penerapannya memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan dikelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya, model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual dapat dilakukan pada materi yang berbeda dengan subjek peneliitian yang lebih luas.
Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual berpengaruh terhadap penguasaan konsep dan pemecahan masalah fisika peserta didik kelas X MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun pelajaran 2015/2016.
PENUTUP
UCAPAN TERIMA KASIH
Volume I No 4, Oktober 2016 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. ……………………)
[11] Hermansyah, Gunawan dan Heryanti, L. [19] Umami, R., dan Jatmiko, B. 2013.
2015. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Virtual terhadap Penguasaan Konsep dan dengan Pendekatan SETS (Science, Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Environment, Technology and Society) pada Materi Getaran dan Gelombang. Jurnal Pokok Bahasan Fluida Statis untuk
Pendidikan Fisika dan Teknologi . Vol I Meningkatkan Keterampilan Berpikir Nomor 2.
Kritis. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. [12] Hermawanto, Kusairi, S., dan Wartono. Vol 2 No. 3 : 61-69.
2013. Pengaruh Blended Learning terhadap [20] Wijayanti, P.I., Mosik, dan Hindarto, N. Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika
2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya
Fisika Indonesia FMIPA UNM . Vol I
Peningkatan Hasil Belajar Melalui Nomor 9 : 67-76
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal [13] Hertiavi, M.A., Langlang,
H., dan Pendidikan Fisika Indonesia . Nomor 6: 1-5. Khanafiyah, S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal
FMIPA Universitas Negeri Semarang . Vol I Nomor 6 : 53-57.
[14] Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. 2003.
Model of Teaching . Chicago : University of Chicago Press.
[15] Kurniawati, I.D., Wartono, dan Diantoro, M. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia . Vol 1 Nomor 10 ; 36-46.
[16] Ogilvie, C. A. 2009. Changes in Student ‘Problem Solving Strategy In A Course That
Includes Context-Rich, Multifaceted Problem . Physical Review Special Topics-
Physcis Education Reasearch, (Online), 5, 020102,
diakses 11 Mei 2016.
[17] Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ..
Jakarta: Kencana Prenada Media. [18] Sujarwanto, E., Hidayat, A., dan Wartono.
2014. Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Modeling Instruction pada Siswa SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia . Vol 3 Nomor 1 : 65-78.