KEPRIHATINAN RASULI DARI PENDIRI KONGREGASI CIJ TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES SKRIPSI

  

KEPRIHATINAN RASULI DARI PENDIRI KONGREGASI CIJ

TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT

KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh

Prudentia Rosa Maru

NIM: 051124027

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya Persembahkan Kepada

Kongregasi Pengikut Yesus (CIJ), Para Suster CIJ di Setiap

Komunitas Perutusan, Para Suster CIJ Komunitas Gamping dan Para

  

Suster CIJ Komunitas Deresan-Yogyakarta Yang Telah Mendukungku

Melalui Doa, Cinta dan Perhatian Mereka Yang Tulus

  

MOTTO

“Lihat itu hamba -Ku orang pilihan-Ku,

kepadanya Aku Berkenan.”

(Yes 42: 1)

  

ABSTRAK

  Dokumen Konsili Vatikan II menekankan bahwa kerasulan merupakan keterlibatan Gereja baik awam maupun religius untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah, yang diwujudkan melalui berbagai bentuk atau model pelayanan demi kemuliaan Bapa dan keselamatan umat manusia. Dengan kegiatan merasul, baik rasul awam maupun biarawan-biarawati terlibat dalam pewartaan Kristus. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka skripsi ini diberi judul: “KEPRIHATINAN RASULI DARI PENDIRI KONGREGASI CIJ TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES.”

  Judul skripsi ini dipilih untuk menelusuri kembali semangat awal kerasulan pendiri dan pewarisannya kepada suster CIJ untuk mengangkat nilai dan martabat hidup manusia khususnya kaum perempuan, memperluas pemahaman dan penghayatan kerasulan Pendiri untuk dihidupi oleh suster CIJ dalam perutusan, meningkatkan semangat pelayanan suster CIJ kepada kaum perempuan melalui pendekatan pastoral, sosial dan kultural. Realitas menunjukan adanya pergeseran sikap dan semangat hidup untuk merasul secara efektif karena dipengaruhi oleh situasi zaman serta perkembangan ilmu dan teknologi. Maka penulis merasa perlu untuk memperhatikan dan meningkatkan Misi Gereja bagi keselamatan sesama, adanya kesadaran dan tanggung jawab penuh dari setiap anggota Gereja yang terpanggil untuk tugas pewartaan.

  Untuk mencapai tujuan penulisan skripsi ini seperti yang diharapkan, penulis menggunakan pendekatan deskriptif analitis dengan menganalisis orientasi pastoral CIJ melalui Konstitusi Awal dalam studi kepustakaan dan beberapa sumber seperti dokumen-dokumen Gereja, dokumen-dokumen Kongregasi CIJ serta beberapa pustaka yang menunjang.

  

ABSTRACT

  Vatikan Second Document emphasizes that apostolate is an involvement of the Church, both lay people and religious wide spread the kingdom of God. And this is embodied through the various forms or models of ministry for the sake of the Father’s glory and the salvation of mankind. By the apostolate, either lay apostle or religious man and women, are to involve in the proclamation of Christ. Based on the way of thinking mentioned above, then, this mini thesis is meant to be under the title of: “APOSTOLIC CONCERN OF THE FOUNDER OF CIJ

CONGREGATION TOWARD THE DIGNITY AND VALUE OF WOMEN

  IN ENDE-FLORES.”

  This mini of the thesis is chosen to track the apostolic earlier zeal of the founder and her inheriting to the CIJ Sisters, to foster the dignity and value of man’s life, especially women, to widen the knowledge and comprehension of the founder’s apostolic zeal, to be lived by the CIJ Sisters in their mission, to lift up the ministry spirit of the CIJ Sisters towards women, through pastoral, social and cultural approach. Reality shows that, there is some kind of reshuffle of life zeal and behavior in living the apostolate effectively. Since it is influenced by the situation of the time and the growth of knowledge and technology. As the writer, I believe that, it is needed to give much attention and to foster the Mission of the Church for the salvation of all; it is absolutely needed, the presence of the awareness and full responsibility from each of the Church members who are called for the task of mission.

  To attain the goal the writing of this mini thesis, as it is hoped for, I use the analytic descriptive approach, by analyzing the pastoral orientation of CIJ, through the Early Constitution, in literature studying and some other sources, like The Document of the Church, the Document of CIJ Congregation and several supporting literatures.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah Bapa sumber belaskasih karena oleh rahmat dan kemurahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KEPRIHATINAN RASULI DARI PENDIRI KONGREGASI CIJ TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES.

  Skripsi ini merupakan sumbangan pemikiran penulis bagi para suster CIJ, untuk menghidupi semangat awal kerasulan pendiri kepada kaum perempuan supaya dapat meningkatkan kualitas pelayanan di mana pun berada dan berkarya, untuk menjunjung tinggi nilai dan hak-hak pribadi manusia khususnya kaum perempuan sebagai makhluk yang bermartabat.

  Penulis menyadari skripsi ini bisa selesai karena adanya perhatian, cinta dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Romo Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang dengan cinta, setia, sabar dan meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis mulai dari penyusunan hingga pertanggungjawaban skripsi ini.

  2. Bapak P. Banyu Dewa HS. S.Ag. M. Si., selaku dosen penguji II, yang telah memperhatikan, mendukung dan bersedia menggantikan dosen pembimbing akademik untuk menjadi penguji II.

3. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M. Si., selaku dosen penguji III, yang turut

  4. Ibu Dra. Y. Supriyati, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar, perhatian dan setia membimbing penulis selama masa studi hingga akhir skripsi ini.

  5. Segenap staf Dosen, pegawai dan karyawan Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu dan berbagai fasilitas pendukung yang memperlancar penulis dalam studi.

  6. Kongregasiku CIJ, Sr Kathrin, CIJ sebagai Pemimpin Umum CIJ dan staf dewan, para suster komunitas CIJ “Maria Assumpta” Gamping, komunitas CIJ “Siena” Deresan serta seluruh persaudaraan Kongregasi yang dengan caranya masing- masing telah mendukung penulis baik spiritual, moril maupun finansial selama studi hingga akhir penulisan skripsi ini.

  7. Saudaraku Fr. Wilhelmus Bertolomeus, Pr, Br. Pius Ledo, SVD, Fr.

  Ferdinandus Pati Wale, Pr, dan Fr. Aloysius Jalang, OCD, yang senantiasa memotivasi serta membantu penulis selama studi hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

  8. Orang tua, kakak, adik dan seluruh anggota keluarga yang telah mendukung penulis melalui doa serta korban selama masa studi.

  9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2004/2005 yang telah memberi dukungan dan persaudaraan dalam suka maupun duka selama ini.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, di mana turut terlibat memberi bantuan selama proses studi hingga selesainya skripsi ini.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT.................................................................................................... ix KATA PENGANTAR..................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xvii

  BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Penulisan................................................................ 1 B. Rumusan Permasalahan................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan............................................................................. 4 D. Manfaat Penulisan........................................................................... 5 E. Metode Penulisan............................................................................ 5 F. Sistematika Penulisan...................................................................... 6 BAB II SEKILAS PANDANG KONGREGASI CIJ. ................................. 8 A. Latar Belakang Berdirinya CIJ........................................................ 8 1. Gambaran Situasi Flores ........................................................... 8 2. Peranan Kehadiran Para Misionaris .......................................... 12 3. Minat Gadis-gadis Pribumi Untuk Hidup Membiara................ 12 B. Auto Biografi Pendiri Kongregasi CIJ............................................ 16 1. Hidup Dan Panggilan ............................................................... 16 2. Misionaris Togo-Afrika............................................................. 18 3. Misionaris Kepulauan Sunda Kecil........................................... 19

  C.

  Alasan Didirikan Kongregasi CIJ ................................................... 28 1.

  Dasar Berdirinya CIJ................................................................. 28 2. Iman Akan Belaskasih Allah Kepada Orang Kecil................... 30 3. Spiritualitas Pendiri Kongregasi CIJ......................................... 31 D. Karya-Karya Kongregasi CIJ.......................................................... 35 1.

  Bidang Karya Pendidikan.......................................................... 36 a.

  Pendidikan Formal...... ...................................................... . 36 b. Pendidikan Nonformal........................................................ 38 2. Bidang Karya Kesehatan........................................................... 42 3. Bidang Karya Sosial.................................................................. 44 4. Bidang Karya Pastoral............................................................... 46

  BAB III HARKAT DAN MARTABAT KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES ......................................................................... 49 A. Garis Besar Keberadaan Kaum Perempuan di Flores ..................... 49 1. Segi Pendidikan......................................................................... 49 a. Situasi Pendidikan Pada Masa Silam.................................. 49 b. Situasi Pendidikan Pada Masa Sekarang............................. 58 2. Segi Sosial................................................................................. 60 a. Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia .......................... 60 b. Peranan Perempuan Ende Dalam Pelapisan Sosial............. 63 3. Segi Ekonomi ............................................................................ 73

  4. Segi Budaya ............................................................................... 74 B. Masalah Kaum Perempuan Di Ende ............................................... 77 1.

  Problematika Harkat Dan Martabat Kaum Perempuan Di Ende .................................................................................................... 77 a.

  Kekerasan Fisik Dan Verbal Terhadap Kaum Perempuan............................................................................ 77 b.

  Kasus Kawin Jodoh.............................................................. 81 c. Pemaksaan Atas Kerja.......................................................... 83

  2. Solusi-solusi Dari Pihak Tertentu Untuk Menangani Problematika Harkat dan Martabat Kaum Perempuan di Ende ................................................................................... 85 a.

  Adat .................................................................................... 85 b. Pemerintah Setempat.......................................................... 86 c. LSM.................................................................................... 88 d. Gereja ................................................................................. 90

  BAB IV KEPRIHATINAN BAPA PENDIRI KOGREGASI CIJ TERHADAP KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES ............................................................................. 93 A. Keprihatinan Pendiri Akan Problematika Aktual Terhadap Harkat Dan Martabat: Sebuah Aplikasi Konkret ............................ 93 1. Pemberdayaan Intelektual dan Moral Dengan Mendirikan Sekolah dan Asrama Puteri ....................................................... 93 2. Pemberdayaan Lewat Kunjungan Pastoral................................ 96 3. Pemberdayaan Spiritual Lewat Pembentukan Kelompok-kelompok Doa ......................................................... 100 4. Pemberdayaan Karitatif Sosial Lewat Keterampilan-keterampilan Praktis ........................................... 102 B. Penggalian Konstitusi Awal Dari Pendiri Tentang Keprihatinannya Terhadap Kaum Perempuan di Ende ................... 104 1. Keprihatinan Harkat dan Martabat dari Kaum Perempuan di Tingkat Pendidikan Formal dan Nonformal............................. 104 a. Pendidikan Formal............................................................. 104 b. Pendidikan Nonformal....................................................... 109 2. Keprihatinan Harkat dan Martabat dari Segi Mental (budaya).................................................................................... 112 3.

  Keprihatinan Harkat dan Martabat dari Tingkat Pengevangelisasian................................................................... 114

  BAB V EVALUASI DAN REKOMENDASI............................................. 118 A. EVALUASI ................................................................................... 118 B. REKOMENDASI .......................................................................... 122 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 128 LAMPIRAN .................................................................................................. 130 Lampiran 1: Cerita Film “Ria Rago” ................................................... (1) Lampiran 2: Pertanyaan Panduan Wawancara ..................................... (3) Lampiran 3: Hasil Wawancara ............................................................. (4) Lampiran 4: Data Klien Korban........................................................... (6)

DAFTAR SINGKATAN A.

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti daftar singkatan

  Lembaga Alkitab Indonesia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab indonesia, 1996.

  B.

  Singkatan Dokumen Resmi Gereja GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam Dunia Modern, 1989 LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 1989 PC : Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

  Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, 1992 C. Singkatan Lain

  Art : Artikel Bag : Bagian BT : Bintang Timur Bdk : Bandingkan CIJ : Congregatio Imitationis Jesu (Kongregasi Pengikut Yesus) Dkk : Dan kawan-kawan DP : Devisi Perempuan GPP : Gerakan Pemberdayaan Perempuan

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendid ikan Agama Katolik Konst : Konstitusi KPKC : Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat No : Nomor NTT : Nusa Tenggara Timur Ornop : Organisasi non pemerintah PD : Perang Dunia PPI : Perikatan Perempuan Indonesia RI : Republik Indonesia SD : Sekolah Dasar SG : Surat Gembala SGA : Sekolah Guru A SGB : Sekolah Guru B SGKP : Sekolah Guru Kepandaian Puteri SJ : Societas Jesu (Serikat Yesus) SKKA : Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas SKP : Sekolah Kepandaian Puteri SKKP : Sekolah kesejahteraan Keluarga Pertama SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas

  SPF : Solidaritas Perempuan Floresta SPG : Sekolah Pendidikan Guru SSpS : Servae Spiritus Sancti (Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus) Sta : Santa ST : Sekolah Tukang SVD : Societas Verbi Divini (Serikat Sabda Allah) TKK : Taman Kanak-kanak Tt : Tanpa tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Konsili Vatikan II menandaskan bahwa kehadiran setiap tarekat

  religius merupakan persembahan diri bagi Gereja melalui karya-karya kerasulan. Demi tercapainya kerasulan tersebut, masing- masing tarekat harus memiliki dasar hidup yang kuat sebagai pedoman yang dapat mengarah, memotivasi, para anggota tarekatnya untuk menjadi pengikut dan pelayan Kristus yang sesungguhnya. Konsili juga mengajak agar melalui hidup dan perutusannya, para anggota tarekat religius senantiasa kembali kepada semangat dasar serta tujuan awal berdirinya sebuah tarekat. Gereja mempunyai harapan bahwa kehadiran tarekat-tarekat religius dengan kekhasannya masing- masing, perlu menghayati, memelihara dan melaksanakan dengan setia semangat Pend iri, maksud dan tujuan berdirinya tarekat serta tradisi- tradisi yang menjadi warisan setiap tarekat.

  Kongregatio Imitationis Jesu (CIJ) merupakan salah satu tarekat religius yang didirikan di Ende-Flores pada masa sebelum Perang Dunia II tahun 1942, yang menimpa dunia pada umumnya dan Kepulauan Sunda Kecil pada khususnya. Peperangan ini mengakibatkan masyarakat menderita baik secara lahir maupun batin karena terbelenggu oleh penindasan dan kekerasan sistem penjajahan. Kekerasan ini semakin terasa dengan adanya sistem feodalisme adat yang kuat dan situasi ekonomi dunia yang rapuh. pedesaan telah menjadi korban kekerasan dan penindasan bahkan diperhitungkan sebagai barang yang dapat diperdagangkan.

  Dalam situasi antara akhir Perang Dunia I dan awal Perang Dunia II tahun 1942 merupakan suatu kejadian penting yang turut memberi warna khusus pada kepemimpinan Mgr. Henricus Leven, SVD, karena oleh rahmat dan anugerah Tuhan yang istimewa ia berani mendirikan Kongregasi CIJ sebagai sarana untuk membantu Gereja di dalam menghidupkan imannya. Selama tiga tahun masa pendudukan Jepang, Bapa pendiri tetap hadir sebagai pemimpin dan gembala yang selalu berada di antara para kawanan dombanya. Sebaga i seorang misionaris dengan seluruh jiwa-raganya, Bapa pendiri sangat bertanggungjawab terhadap Gereja setempat dalam situasi sulit yang menimpa umatnya. Ia mengunjungi, menghibur dan meneguhkan mereka serta memberikan pelayanan rutin kepada umat di paroki-paroki, stasi-stasi yang terpencar-pencar dari ujung timur sampai ujung barat Flores (Beding, 1996: 7).

  Semangatnya yang penuh dedikasi dalam pelayanan bagi umat Flores pada umumnya, telah mengangkat nilai pribadi manusia yang malang oleh situasi peperangan. Kehidupan Kristen sudah menjadi satu pola hidup yang berkembang subur dan membahagiakan manusia seperti yang dialami oleh umat di negara- negara Eropa, mendorong Bapa pendiri semakin mencintai umat Flores yang masih kafir dalam arti tidak memiliki aga ma yang resmi.

  Kehidupan mereka selalu diwarnai dengan berbagai aksi yang memilukan, mereka tentang iman kristiani di saat mengadakan kunjungan pastoralnya. Untuk memperlancar karya pelayanannya, Bapa pendiri meneruskan tugas kerasulan ini kepada para suster CIJ, agar orang-orang kecil tetap mengalami hadirnya Kerajaan Allah dalam kehidupan mereka.

  Untuk menghidupi semangat kerasulannya, Bapa pendiri menegaskan melalui Konstitusi Awal bagian pertama bab I No. 3 art. I ditulis dengan maksud, supaya suster CIJ memperhatikan pendidikan anak-anak dan perempuan. Tujuannya untuk memperbaiki status kehidupan perempuan, mengangkat harkat dan martabat perempuan dari keterpurukan situasi penjajah yang diukung oleh budaya yang menempatkan perempuan pada urutan terakhir pada strata sosial masyarakat. Amanat Pendiri ini memampukan para suster CIJ generasi perdana untuk dapat melaksanakan perutusannya khususnya menangani pendidikan anak-anak dan peremp uan.

  Semangat kerasulan ini terus diupayakan oleh suster CIJ dalam pelayanannya sampai dengan sekarang ini. Inspirasi Pendiri yang ditulis dalam Konstitusi Awal menjadi pegangan yang kuat bagi suster CIJ di dalam menjalankan perutusannya kepada orang-orang kecil, salah satunya kepedulian terhadap pendidikan anak-anak dan perempuan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan ini para suster CIJ senantiasa mengupayakan strategi yang tepat untuk keberhasilan karya kerasulannya. Oleh karena itu demi mewujudkan kerasulan tersebut sejak awal Kongregasi CIJ menangani empat bidang karya yakni: Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Pastoral. Melalui keempat bidang karya ini Kongregasi CIJ bercitra juga untuk pendidikan kaum perempuan.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengolah bahan skripsi ini dengan judul: “KEPRIHATINAN RASULI DARI

  PENDIRI KONGREGASI CIJ TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT KAUM PEREMPUAN DI ENDE-FLORES.”

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas, penulis akan memberi perhatian khusus pada masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran dan pemahaman eksistensi kaum perempuan di

  Ende-Flores ?

  2. Apa peranan kerasulan Pendiri terhadap harkat dan martabat kaum perempuan di Ende-Flores bagi para suster CIJ dalam perutusan?

  3. Sudah sejauh mana kerasulan Pendiri terhadap harkat dan martabat kaum perempuan dihidupi oleh para suster CIJ?

C. Tujuan Penulisan 1.

  Mengetahui gambaran dan pemahaman situasi konkret kaum perempuan di Ende-Flores.

2. Sebagai salah satu upaya untuk membantu para suster CIJ agar mampu menghidupi semangat kerasulan Pendiri dalam pelayanannya.

  3. Mengetahui sudah sejauh mana kerasulan Pendiri terhadap harkat dan martabat kaum perempuan di Ende-Flores dihidupi oleh para suster CIJ.

  4. Memenuhi persyaratan ujian kelulusan sarjana Strata Satu (1) IPPAK Universitas Sanata Dharma.

  D. Manfaat Penulisan

  1. Bagi Kongregasi Menemukan kembali semangat awal kerasulan Pendiri dalam memperhatikan harkat dan martabat kaum perempuan di Ende-Flores.

  2. Bagi para suster CIJ Sebagai sumbangan dan bahan refleksi untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas kerasulan terhadap harkat dan martabat kaum perempuan sesuai pesan Bapa pendiri.

  3. Bagi penulis Mengembangkan wawasan dan penghayatan hidup sebagai religius CIJ dalam mewujudkan kerasulan Pendiri dengan lebih mendalam.

  E. Metode Penulisan

  Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif, yaitu menganalisis orientasi pastoral CIJ yang bersumber pada Pendiri melalui pendalaman Konstitusi Awal. Data yang digunakan diperoleh lewat studi pustaka dan wawancara.

F. Sistematika Penulisan

  Uraian materi dan pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab yaitu:

  Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  Bab II menguraikan tentang sekilas pandang Kongregasi CIJ tinjauan historis, latar belakang berdirinya CIJ, auto biografi Pendiri Kongregasi, alasan didirikan Kongregasi CIJ, spiritualitas Pendiri dan karya pastoral Kongregasi CIJ.

  Bab III Memaparkan harkat dan martabat kaum perempuan di Ende-Flores dengan garis besar keberadaan kaum perempuan di Flores dari segi pendidikan, budaya, ekonomi dan sosial serta eksistensi kaum perempuan di Ende lewat kekerasan fisik dan verbal terhadap kaum perempuan, kasus kawin jodoh, pemaksaan atas kerja, solusi-solusi dari pihak tertentu untuk menangani problematika harkat dan martabat kaum perempuan di Ende.

  Bab IV Memaparkan keprihatinan keprihatinan Pendiri terhadap problematika aktual terhadap harkat dan martabat: sebuah aplikasi konkret melalui pemberdayaan intelektual dan moral dengan mendirikan sekolah dan asrama puteri, pemberdayaan lewat kunjungan pastoral, pemberdayaan spiritual lewat pembentukan kelompok-kelompok doa, pemberdayaan karitatif sosial lewat keterampilan-keterampilan praktis. Keprihatinan Bapa pendiri terhadap kaum perempuan di Ende melalui penggalian Konstitusi di tingkat pendidikan formal dan nonformal, keprihatinan harkat dan martabat dari segi mental, keprihatinan harkat dan martabat dari segi pengevangelisasian.

  Bab V Evaluasi dan Rekomendasi. Mengevaluasi gagasan yang sudah ada dari Pendiri melalui Konstitusi Awal dan tidak terlepas dari kasus yang ada, apa yang muncul dari permasalahan khusus di Ende serta rekomendasi pengefektifan atas pemberdayaan harus selalu tetap dilaksanakan melalui pendekatan pastoral, kultural dan sosial.

BAB II SEKILAS PANDANG KONGREGASI CIJ A. Latar Belakang Berdirinya CIJ

  1. Gambaran Situasi Flores

  “Congregatio Imitationis Jesu” adalah sebuah tarekat religius lahir pada zaman sebelum Perang Dunia II atas penyelenggaraan kasih Allah yang berlimpah kepada masyarakat NTT, untuk menjawab tantangan zaman yang hidup dala m situasi kekerasan, penindasan dan penderitaan dari penjajah.

  Penindasan mengakibatkan masyarakat menderita dalam berbaga i aspek kehidupan yang mencakup bidang politik, pendidikan, ekonomi, adat- istiadat dan sosial budaya.

  Situasi politik saat itu telah mempengaruhi kehidupan masyarakat Flores menjadi tidak stabil karena harus beralih dari satu tangan penjajah ke tangan penjajah yang lain. Sebagai bukti, sejarah telah mencatat bahwa Flores dijajah oleh bangsa Portugis sejak tahun 1511. Selanjutnya, tahun 1613-1942 oleh Belanda dan tahun 1942-1945 oleh bangsa Jepang (Uran, tt: 324-332).

  Selain dalam bidang politik, penindasan terjadi juga dalam bidang pendidikan. Ketika Indonesia di bawah kekuasaan bangsa Portugis, pendidikan masyarakat diabaikan karena orientasi mereka hanya terarah pada dunia perdagangan seperti cendana, madu, lilin, lada dan rempah- Hindia Belanda membuka sekolah-sekolah, tetapi lembaga-lembaga tersebut hanya bagi anak raja dan pemuka masyarakat untuk menunjang kepentingan pemerintahannya (Uran, tt: 12).

  Selain itu, kekerasan juga dialami melalui sistem kerja paksa yang dibebankan pada masyarakat. Mereka dipaksa mengerjakan jalan raya dengan suatu pengontrolan yang sangat ketat demi kelancaran dan kemudahan aktivitas kaum penjajah. Pengawasan yang demikian ketat dimaksudkan agar masyarakat tidak mudah diprovokasi untuk melawan para penjajah Belanda dan Jepang (Uran, tt: 330).

  Dari segi ekonomi, masyarakat NTT masih hidup dalam budaya agraris yang sangat tradisional. Pola pertanian masyarakat pada umumnya adalah budaya ladang berpindah dan sistem tebas bakar dengan penghasilan seadanya. Sistem ini memberi peluang bagi siapa saja untuk menguasai bidang tanah seluas- luasnya supaya mendapat hasil yang cukup dan menunjukan status sosial. Kesempatan ini menimbulkan stratifikasi sosial dalam kelas-kelas.

  Di sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa orang yang menguasai tanah paling luas mereka lebih berkuasa dan itulah yang menduduki golongan atas, demikian pun sebaliknya orang yang tidak mempunyai tanah mereka menjadi hamba dari penguasa dan diperhitungkan sebagai milik penguasa serta dipaksa untuk membayar pajak. Kebijakan ini menyebabkan masyarakat tetap hidup dalam kemelaratan. Dengan demikian muncullah apa yang disebut depresi ekonomi yang melahirkan kesenjangan sosial dalam masyarakat (Uran, tt: 95).

  Dalam bidang adat- istiadat dan perbudakan pun masih sangat kuat. Kekerasan feodalisme yang ditandai dengan pembunuhan, pemerkosaan, khususnya kaum perempuan yang nampak jelas dalam praktek kawin paksa.

  Sikap ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi yang merendahkan martabat manusia. Orang-orang muda menjadi fokus kekerasan terhadap aturan adat. Berdasarkan norma adat setempat, seorang gadis seharusnya dipinang oleh pihak laki- laki, tetapi aturan tersebut tidak berlaku karena hadirnya kaum penjajah: mereka hanya dijadikan sebagai alat pemuas hawa nafsu dan komoditi perdagangan yang dapat menghasilkan uang, harta serta alat untuk meningkatkan status sosial mereka. Perempuan sungguh diperlakukan sebagai barang yang bisa diperdagangkan untuk kepentingan golongan atas (Uran, tt: 17).

  Kondisi yang memprihatinkan ini telah menimbulkan berbagai penyakit fisik dan psikis. Jenis penyakit ini tidak mudah ditangani karena kesulitan tenaga medis, obat-obatan, konselor dan komunikasi antar daerah yang sulit dijangkau. Situasi ini sungguh membuat masyarakat hidup dalam kemelaratan.

  Berdasarkan kondisi sosial seperti yang disebutkan di atas, Mgr. Henricus Leven, SVD, merasa terpanggil untuk mendirikan Kongregasi CIJ, dengan tujuan agar para anggotanya mampu mewartakan “Kabar Gembira” mengenal agama, mencari domba yang hilang dan mengangkat martabat kaum papa miskin serta para penderita (Konst. Awal, 1938: bag. II bab VIII art. 4).

  Bertolak dari keprihatinan dasar tersebut didirikan tarekat ini yakni: , agar para anggotanya meneladani Tuhan Yesus dan bunda-Nya

  pertama

  yang suci, menjalankan kehidupan orang miskin, tetap hidup perawan dan mentaati aturan hidup Kongregasi serta berusaha untuk mencapai kesempurnaan dan berkenan kepada Allah. Kedua, mereka harus membantu karya penyebaran agama (iman) yang benar. Misi ini diwujudkan dalam karya pendidikan anak-anak perempuan di sekolah, asrama, serikat Gerejani St. Maria, sekolah rumah tangga dan pendidikan anak-anak kecil (TKK) (Konst. Awal, 1938: bag. I bab I No. 3 art. 1).

  Untuk menghidupkan dan melaksanakan tujuan berdirinya Kongregasi yang tersurat dalam Konstitusi Awal, Mgr. Henricus Leven, SVD, secara khusus dipilih Tuhan untuk memulai karya besar dengan mengubah pola pandangan masyarakat Kepulauan Sunda Kecil yakni perempuan hanya sebagai calon ibu atau isteri dan mempunyai arti khusus ha nya karena emas kawin. Di sini Bapa pendiri mau menandaskan dan sekaligus menyadarkan masyarakat setempat, khususnya bagi kaum perempuan bahwa ada nilai hidup yang lebih luhur yaitu hidup perawan sebagai seorang religius untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya yang belum dapat dibayangkan (Petu, 1966: 34).

  2. Peranan Kehadiran Para Misionaris

  Kesaksian hidup beriman dari para misionaris di tengah-tengah masyarakat pada zaman penjajahan, sungguh membawa dampak positif yang mempengaruhi perkembangan hidup religiusitas masyarakat Flores pada umumnya. Melalui pewartaan para pedagang Portugis mereka dapat mengenal Yesus Kristus. Ba nyak orang dipermandikan oleh Pater Antonio da Traveiro, OP pada tahun 1555 (Uran, tt: 324).

  Kehadiran para imam Yesuit (SJ) pada tahun 1859-1911 juga menjadi sumbangan besar bagi Gereja Flores, karena melalui pendampingan mereka hidup beriman kristiani masyarakat Flores terus mengalami peningkatan. Karya ini kemudian dilanjutkan oleh para imam SVD mulai tahun 1912 hingga sekarang (Uran, tt: 324-329).

  Dari benih iman inilah, tumbuh benih panggilan untuk hidup membiara dari kalangan rakyat kecil sejak tahun 1920. Kesaksian hidup dari para misionaris dalam mewartakan Kerajaan Allah di tengah ma syarakat, telah mempengaruhi para gadis pribumi untuk meneladani kehidupan mereka sebagai pengikut Kristus.

  3. Minat Gadis-gadis Pribumi Untuk Hidup Membiara

  Kesaksian hidup dari para misionaris baik imam maup un biarawan- biarawati, sungguh menjadi panutan bagi gadis pribumi untuk terlibat dalam karya penyelamatan Allah. Kerinduan mereka untuk menjadi biarawati Flores membuat lamaran untuk menjadi biarawati SSpS. Namun lamaran mereka ditolak karena perbedaan tingkat pendidikan, budaya dan iman Katolik yang belum mendalam, tentu akan menga lami kesulitan dalam penghayatan hidup membiara (Uran, tt: 221).

  Bagi Allah tidak ada yang mustahil, di hadapan-Nya setiap manusia berharga dan mulia. Bahkan Allah mengangkat dan memilih manusia menjadi rekan kerja-Nya. Atas tuntunan rahmat Allah, para gadis pribumi mengungkapkan kerinduannya untuk menjadi suster kepada Pater Yakob Koberl, SVD, sebagai pastor paroki Nele dan satu gadis menyampaikannya kepada Pater Bertoldus Eriess, SVD, sebagai bapa pengakuannya di Lela.

  Pater Yakob Koberl, SVD, dengan senang hati menerima dan menampung mereka dalam Kongregasi Santa Maria. Di tempat ini mereka dibimbing bagaimana menjadi pelayan bagi sesama. Mereka dilatih menjadi seorang katekis sederhana yang bertugas mengumpulkan anak-anak untuk belajar agama, mengunjungi dan memberi peneguhan bagi keluarga- keluarga yang bermasalah serta dilatih mengurus gereja (Beding, 1996: 72).

  Pada tahun 1925 Pater Yakob Koberl, SVD, mendapat tugas baru di pulau Timor. Oleh karena itu beliau minta persetujuan dari pimpinan suster SSpS untuk memindahkan calon religius pribumi di asrama susteran SSpS Lela. Di komunitas ini mereka bekerja seperti karyawati dengan penuh semangat dan cinta. Kerinduan mereka untuk menjadi suster tak pernah pudar. Pater Lambert Flint, SVD, yang bertugas sebagai rektor wilayah juga mendapat tanggung jawab memberikan pendampingan lanjut bagi kehidupan rohani para calon religius pribumi (Kuhne, tt: 2).

  Dalam perkembangan selanjutnya, Pater Bertoldus Eriess, SVD, Pater Lambert Flint, SVD dan Pater Yakob Koberl, SVD, menyampaikan kerinduan gadis pribumi ini kepada Mgr. Arnoldus Verstraelen, SVD. Pada tahun 1930 beliau menanggapi informasi itu dan segera mengumpulkan para calon religius pribumi di Mataloko. Bapa Uskup mengangkat Pater Yakob Koberl, SVD, sebagai moderator untuk membimbing kehidupan rohani para calon religius pribumi. Sr. Helena SSpS, mendampingi mereka dalam urusan rumah tangga dan menuntun mereka untuk belajar hidup sebagai seorang biarawati (Uran, tt: 221).

  Berdasarkan situasi tersebut, Mgr. Arnoldus Verstraelen, SVD, bertekad untuk mendirikan biara suster pribumi. Namun niatnya itu tidak terwujud karena secara mendadak pada tanggal 16 Maret 1932, beliau meninggal akibat kecelakaan dalam perjalanan menuju Mataloko mengunjungi Seminari Todabelu (Beding, 1996: 72-73).

  Sepeninggal Mgr. Arnoldus Verstraelen, SVD, Pater Henricus Leven, SVD, yang bertugas sebagai Provikaris, mengambil sikap yang mantap akan kelanjutan kehidupan bakti dari calon religius pribumi. Demi memantapkan niat mereka untuk menjadi biarawati, beliau bertindak sangat bijaksana dengan cara menguji-coba para calon untuk dikembalikan ke tengah keluarga mereka, melalui pengawasan pastor paroki selama lima bulan sejak coba, calon yang menerima gambar Hati Kudus Yesus, diterima sebagai kandidat suster sedangkan calon yang menerima gambar Santo Yosef menggendong anak Yesus, tidak diterima dan boleh tinggal bersama anggota keluarga (Beding, 1996: 74-75).

  Sesudah diangkat menjadi Vikaris Apostolis, tanggal 25 April 1933 beliau memanggil para calon yang diterima sebagai kandidat suster. Dengan demikian “kelompok tujuh” terpilih sebagai kandidat suster CIJ, menjadi cikal bakal proses berdirinya sebuah persekutuan religius bagi biarawati pribumi. Mgr. Henricus Leven, SVD, memilih Jopu sebagai tempat pembinaan dasar bagi para calon dalam menghayati kehidupan membiara (Beding, 1996: 75).

  Untuk mendampingi perkembangan hidup religius dari para calon, Mgr. Henricus Leven, SVD, mengangkat Pater Suntrup, SVD, sebagai moderator dan Sr. Odelberta, SSpS, sebagai magistra postulan. Setelah mempelajari perkembangan dan kesungguhan hati para calon melalui informasi dari kedua pendamping tersebut, maka pada tanggal 15 Maret 1935, Mgr. Henricus Leven, SVD, mengeluarkan keputusan berupa sebuah dekrit untuk mendirikan serikat suster pribumi dengan nama “Congregatio Imitationis Jesu” (CIJ) (Beding, 1996: 75-77).

B. Auto Biografi Pendiri Kongregasi CIJ

1. Hidup Dan Panggilan

  Mgr. Henricus Leven, SVD, dilahirkan di Lank-Jerman, pada tanggal

  13 Juni 1883. Ayahnya bernama Wilhelm Leven (1853-1922) bekerja sebagai guru SD dan ibunya Catharina Classen (1857-1900). Henricus Leven adalah putera pertama dari lima bersaudara terdiri dari empat putera dan satu puteri. Mereka berasal dari keluarga Katolik yang sangat saleh dan dididik untuk setia serta taat pada ajaran-ajaran kristiani. Kebiasaan doa harian dan merayakan Ekaristi, sudah merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap hari. Pembentukan iman yang ditanam dalam keluarga mempengaruhi perkembangan kepribadian juga spiritual bagi anak Henricus Leven yang akhirnya membuahkan keputusannya untuk menjadi imam dan misionaris.

  Tahun 1890 pada usia enam tahun Henricus Leven mulai mengikuti pendidikan Sekolah Dasar. Sejak kecil ia suka membaca dan bacaan yang paling digemarinya adalah berita-berita yang menguraikan tentang Misi Gereja Katolik di seluruh dunia. Majalah Misi dengan nama “Der Kleine

  Herz Jesu Bote” artinya Bentara Kecil Hati Yesus diterbitkan oleh Pater

  Arnoldus Yanssen, SVD, di Steyl- Belanda, bertuj uan untuk memperkenalkan karya Misi dan menarik perhatian para calon yang mau menjadi misionaris (Beding, 1996: 14-15).

  Majalah Misi ini ternyata menggugah hati Henricus Leven untuk enam belas tahun, Henricus Leven masuk ke rumah Misi di Steyl- Belanda untuk belajar menjadi imam misionaris SVD. Di tempat ini Henricus Leven bersama dengan teman-temannya memperoleh pendidikan yang khusus untuk menjadi imam (Beding, 1996: 15).

  Perjuangan Henricus Leven untuk menjadi imam misionaris akhirnya terputus sementara karena kondisi kesehatan yang kurang mendukung, sehingga ia harus kembali ke tengah keluarganya. Hambatan ini tentu membawa pergulatan batin bagi dirinya, namun dalam iman ia menerima situasi ini dengan tabah dan percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana atas hidup serta panggilannya. Selama beristirahat di rumah ia membantu ayahnya mengajar di sekolah. Sikap dan teladan hidup sang ayah yang tekun, teliti, cermat, disiplin, tanggung jawab disertai semangat dedikasi dalam pelayanan, menjadi panutan bagi hidup serta masa depan Henricus Leven (Beding, 1996: 15).

  Setelah kesehatannya pulih, Henricus Leven kembali ke Steyl- Belanda untuk meneruskan cita-citanya menjadi imam misionaris. Pada tanggal 1 November 1907, frater Henricus Leven, SVD, mengikrarkan kaul pertama dan setahun kemudian pada tanggal 6 Desember 1908 ia menerima tahbisan rendah. Selanjutnya ia belajar filsafat dan teologi di Seminari Tinggi Wina- Austria. Pada tanggal 7 September 1910 ia mengikrarkan kaul kekal (Beding, 1996: 15-16).

  Dalam bulan yang sama ia juga menerima tahbisan subdiakon tanggal akhirnya sampai tahbisan imam tanggal 29 September 1910. Imamat yang diterimanya dialami sebagai anugerah istimewa dari Tuhan dan bentuk perwujudan idaman hatinya menjadi imam misionaris. Sakramen Imamat telah mengubah dirinya menjadi seorang “Kristus yang lain” bagi sesama (Beding, 1996: 16).

2. Misionaris Togo-Afrika

  Setelah ditahbiskan menjadi imam, pater Henricus Leven, SVD, mendapat perutusan pertama sebagai imam misionaris di Togo-Afrika. Ia diberi tanggung jawab menjadi penilik sekolah untuk mengawasi sekolah pertukangan, perdagangan, kursus pendidikan sekretaris dan penjaga toko bagi anak-anak pribumi Afrika, supaya mereka mampu bekerja demi kesejahteraan hidupnya. Selain itu ia juga bertugas sebagai prokurator yang mengurus persediaan bahan-bahan pembangunan Misi, menjadi Sekretaris Prefek Apstolik dan pastor pembantu di Lome-Afrika. Semua tugas yang diserahkan kepadanya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, tekun, cermat dan dedikasi yang tinggi (Beding, 1996: 26-27).

  Meletusnya PD I yang membawa malapetaka bagi seluruh dunia, turut mengguncang perjuangan pater Henricus Leven, SVD, dalam berpastoral di tana h Misi. Meskipun perang tidak terjadi di Togo-Afrika tetapi akibatnya dialami oleh para misionaris SVD yang berwarga negara Jerman. Pater Henricus Leven, SVD, bersama misionaris yang lain diinternir di setiap stasi Togo-Afrika dihentikan untuk sementara waktu. Pada tanggal 10 Oktober 1917, pater Henricus Leven, SVD, bersama misionaris lainnya ditawan di Inggris sebagai tawanan perang selama 7 bulan.

  Metode pastoral yang dijalankan ole h pater Henricus Leven, SVD, selama di tanah Misi Togo-Afrika, memberi kesan yang mendalam di hati umat karena kehadiran dan pelayanannya sungguh membebaskan umat dari penderitaan. Oleh karena itu kepergiannya membuat mereka merasa kehilangan figur seorang gembala yang baik dan umat mengiringi kepergian para misionaris dengan ratap tangis yang memilukan (Beding, 1996: 28-29).

  Kisah hidupnya sebagai orang tawanan perang, menghantar ia untuk menyatu dengan Yesus yang menderita. Situasi ini turut membentuk dirinya menjadi seorang utusan yang tabah, kuat dan percaya pada penyelenggaraan ilahi dalam membantu membebaskan umat dari penderitaan. Pada tanggal 17 Mei 1918, pater Henricus Leven, SVD, mengalami masa pembebasan. Untuk sementara waktu di Jerman ia berkarya sebagai pastor pembantu di paroki Stratum dekat Lank tempat kelahirannya sampai awal Oktober 1920 (Beding, 1996: 29-30).

3. Misionaris Kepulauan Sunda Kecil

  Cita-cita pater Henricus Leven, SVD, untuk menjadi misionaris dan cintanya kepada tanah Misi tidak pernah pudar. Pengalaman bermisi di tanah Togo-Afrika dengan melewati berbagai kesulitan dan tantangan yang telah Cintanya pada tanah Misi di Togo-Afrika tidak bisa dilanjutkan karena pint u untuk kembali ke sana sudah tertutup baginya (Beding, 1996: 29-30).

  Meskipun tidak ada pelua ng lagi untuk kembali ke tanah Misi Togo- Afrika, tetapi karena cintanya yang sudah menyatu dengan orang-orang kecil dan para penderita di tanah Misi, pada bulan September 1919 pater Henricus Leven, SVD, mengajukan lamaran kepada pimpinan SVD untuk diutus menjadi misionaris ke Indonesia khususnya Kepulauan Sunda Kecil.

  Permintaannya diterima dan pada tanggal 23 Oktober 1920, ia berangkat dari Steyl-Belanda menuju Indonesia selanjutnya sampai di Ende-Flores tanggal 11 Desember 1920. Beliau memulai karya pastoralnya dengan Visi SVD yakni memperjuangkan supaya pulau Flores harus menjadi pulau yang beriman Katolik (Uran, tt: 318).

  Untuk mempermudah pelayanan pastoral yang paling utama dilakukan pater Henricus Leven, SVD, adalah belajar bahasa Melayu, adat- istiadat dan kebiasaan-kebiasaan setempat. Dengan mengetahui latar belakang budaya dan bahasa setempat pewartaannya dapat menjawab situasi serta kebutuhan umat setempat. Di Ndona- Ende, ia diangkat sebagai pastor pembantu dan Inspektur Persekolahan Misi untuk seluruh daratan Flores sampai dengan tahun 1922. Di samping menjalankan tugas pokoknya, ia mempunyai kegiatan khusus yaitu mengadakan pastoral keluarga dari rumah ke rumah setiap dua minggu. Dengan demikian ia sungguh mengenal umatnya dengan segala situasi dan pergulatan hidup mereka (Beding, 1996: 32-33).

  Pada tanggal 22 Juli 1922 sampai bulan Juli 1927, pater Henricus Leven, SVD, mendapat perutusan baru ke pulau Timor sebagai pastor paroki di Halilulik-Timor, rektor distrik dan Inspektur Persekolahan Misi. Setelah menjalankan pelayanan pastoralnya di pulau Timor pada tanggal 1 Agustus 1927, ia diangkat menjadi Provikaris, menggantikan pater Van Cleef, SVD, yang telah meninggal dunia (Beding, 1996: 33).

  Di Ende pater Henricus Leven, SVD, diserahi tugas sebagai Inspektur Persekolahan Misi Flores dan memimpin karya misionaris yang tersebar di seluruh kawasan Misi Sunda Kecil. Ia menyelesaikan berbagai urusan dengan pemerintah mengenai korespondensi, administrasi Keuskupan dan menangani tugas Mgr. Arnoldus Verstralen, SVD, ketika beliau mengadakan kunjungan ke luar negeri. Semua tugas ini dikerjakan dengan cermat, rapi, bijaksana dan semangat rendah hati (Beding, 1996: 34).

  Di samping menjalankan tugas pokoknya, pater Henricus Leven, SVD, tetap memprioritaskan pelayanan pastoralnya kepada orang-orang kecil dan para penderita yang ada di kampung-kampung. Ia sangat mengenal situasi umat dengan segala eksistensinya baik dalam suka maupun duka. Cinta dan perhatiannya sungguh mendatangkan penghiburan serta pengharapan kepada siapa saja yang dilayaninya. Dalam kunjungannya ia tidak membawa statusnya sebagai Uskup, melainkan sebagai pengganti pastor yang memberikan pelayanan rutin kepada umat di desa-desa bahkan di kampung terpencil dari ujung timur sampai ujung barat Flores (Uran, tt: 6-7).

  Pada tanggal 16 Maret 1932, umat di Kepulauan Sunda Kecil mengalami kehilangan seorang pemimpin dan gembala yakni Mgr. Arnoldus Verstraelen, SVD, yang mendadak meninggal karena kecelakaan mobil dalam perjalanan dari Ende menuju Mataloko mengunjungi Seminari Todabelu. Untuk menyelamatkan situasi ini, pater Henricus Leven, SVD, bertindak sebagai Administrator Apostolis untuk menjalankan semua urusan Gerejawi, sambil menunggu pegangkatan seorang Uskup baru (Beding, 1996: 35-36).