Legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan : sebuah kajian struktural dan pandangan dunia tragik - USD Repository

  

LEGENDA DANAU TELUK GELAM KABUPATEN OGAN

KOMERING ILIR SUMATRA SELATAN: SEBUAH KAJIAN

STRUKTURAL DAN PANDANGAN DUNIA TRAGIK

  

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Anggi Yulistianingsih

NIM 084114010

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Juni 2013

  

LEGENDA DANAU TELUK GELAM KABUPATEN OGAN

KOMERING ILIR SUMATRA SELATAN: SEBUAH KAJIAN

STRUKTURAL DAN PANDANGAN DUNIA TRAGIK

  

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Srudi Sastra Indonesia

  

Oleh

Anggi Yulistianingsih

NIM 084114010

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Juni 2013

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis pun menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya Tugas Akhir ini.

  Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Drs. Hery Antono, M.Hum, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, SE. Peni Adji, S.S, M.Hum, dan Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum selaku Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah di Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, serta Staf Sekretariat dan Petugas Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

  Bapak Suparji dan Ibu Katemi, orang tua dan ketiga saudaraku, Anton Hadi Handoko, Agung Ardian, dan Andri Sovian yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulisserta teman-temanku yang selalu memberi dukungan.

  Terima kasih kepada para narasumber yang telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan untuk menjawab berbagai pertanyaan penulis, yaitu bapak Jazman, S.Pd., petugas Perpustakaan Daerah di Palembang, Yuslizal,S.Pd., Kasi Pengembangan Seni dan Budaya Disbudpar Kab. OKI, Mahmud, tetua adat di desa

  

MOTTO

  Orang yang membiarkan rasa takut menguasainya akan menjadi budak ketakutan.

  (Minh-Quan) Hidup itu seperti judi. Sering kali kejam dan menyakitkan, dan bukan ditujukan untuk orang yang penakut. Hadiah jatuh kepada sang pemenang, bukan orang yang tidak ikut berperang.

  (Sherrilyn Kenyon)

  Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  Orangtuaku dan secara khusus untuk adik kecilku, Andri Sovian.

  

ABSTRAK

Yulistianingsih, Anggi , 2012. “Legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan: Sebuah Kajian Struktural dan Pandangan Dunia Tragik ” Skripsi pada Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

  Skripsi ini membahas struktur dan pandangan dunia tragik yang digunakan dalam legenda Danau Teluk Gelam yang terdiri atas dua varian yakni Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam. Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan aktansial dan struktur fungsional legenda Danau Teluk Gelam. Kedua, mendekripsikan pandangan dunia tragik.

  Pendekatan yang digunakan adalah aktansial dan struktur fungsional serta pandangan dunia tragik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penentuan narasumber, pengumpulan data sosial budaya, pengarsipan. Teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi dan pencatatan.

  Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, legenda Danau Teluk Gelam digunakan untuk menyampaikan ajaran tentang keluhuran nilai sastra lisan yang mulai hilang dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dari kedua naskah yang telah dianalisis, Putri Gelam dinyatakan sebagai teks asli. Hal ini didasarkan pada keutuhan cerita, murni karena tidak ada pembabtisan dari agama atau pun ajaran yang dipaksakan dan bersifat propaganda. Sedangkan,

Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam sudah mendapat pengaruh Islam.

  Kedua, memaparkan keadaan alam, kehidupan masyarakat, serta mata pencaraharian yang erat hubungannya dengan kehidupan masa lalu suku Ogan maupun masyarakat yang mendiami kawasan tersebut dan melihat hubungan masyarakat dengan kebudayaannya, serta penyampaian peran dan perkembangan karya sastra (sastra lisan/ legenda) dan budaya yang merupakan milik kolektif. Ketiga, Dengan kedua pendekatan di atas diketahui bahwa karya sastra, khususnya legenda adalah penciptaan yang merupakan respon masyarakat terhadap pergeseran nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut. Melalui Raja Awang dan Pangeran Tapah, dapat dipahami bahwa apa yang terjadi bukan hanya milik manusia/individu itu sendiri, juga menyangkut keseluruhan yang melingkupinya. Kontribusi kajian A.J. Greimas terhadap cerita rakyat ini adalah penulis mendalami legenda sebagai sebuah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, ada pesan yang akan disampaikan. Pesan-pesan itu dapat lebih dipahami dengan menggunakan teori Goldmann. Kematian yang tragis kedua tokoh, setelah mencoba membangun kehidupan yang bahagia menunjukkan adanya pandangan dunia tragis di dalamnya. Selain itu, nilai iri hati dan nafsu kekuasaan yang ditunjukkan saudara tiri Pangeran Tapah merupakan sebuah faktor perusak kebahagiaan. Dalam legenda ini, gambaran dan citra

  “ibu tiri” sebagai ibu yang jahat, ambisius, dan oportunis justru tidak terlihat. Ibu tiri dalam legenda ini memiliki citra yang baik dan penuh kasih pada anak tirinya. Hal ini mungkin menceritakan pandangan masyarakat tradisional di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang tidak mempermasalahkan adanya ibu tiri.

  

ABSTRACT

Yulistianingsih, Anggi, 2012. "Legend of Bay Lake Gelam Histories Ogan Ilir

regency in South Sumatra: An Assessment of Structural and tragic world view" thesis on Indonesian Literature Studies, Faculty of Letters, Sanata Dharma University. Yogyakarta.

  This thesis discusses the structure and the tragic world view that is used in the Bay Lake Gelam legend consisting of two variants namely Princess Gelam and Origins occurrence Gelam Bay Lake. The objectives of this thesis is as follows.

  First, describe the functional structure aktansial and Bay Lake Gelam legend. Second, decrypt tragic worldview.

  The approach used is aktansial and functional structure as well as the tragic worldview. The method used in this study is the determination of the sources, socio-cultural data collection, archiving. Techniques used were interviews, observation and recording.

  The results of this study are as follows. First, the legend of Bay Lake Gelam used to convey the message about the value of oral literature nobility began to disappear in public life Ogan Komering Ilir district. Of the two texts that have been analyzed, Princess Gelam expressed as the original text. It is based on the integrity of the story, purely because there is no baptism of a religion or doctrine that is imposed and propaganda. Meanwhile, Occurrence Origins Bay Lake Gelam've got Islamic influences. Secondly, described the state of nature, society, and livelihoods are closely related to the past life and society Ogan tribes that inhabit the area and look at their relationship with culture, as well as the delivery and development of the role of literature (oral literature / legend) and culture belong to the collective. Third, the above two approaches is known that works of literature, especially oral literature or legend is the creation of a community response to the shift in values and norms that exist in the society. Through Awang King and Prince Tapah, it is understood that what was happening was not confined to humans / individuals themselves, but also about the whole surrounding. Contribution assessment A.J. Greimas to this folklore is steeped in legend as the author of a communication process. In the communication process, there is a message to be delivered. The messages that can be understood by using the theory of Goldmann. The tragic death of two men, after trying to build a happy life shows the tragic worldview in it. In addition, the value of envy and lust for power that was shown half-brother Prince Tapah is a destructive factor of happiness. In this legend, image and likeness "stepmother" as a bad mother, ambitious, and opportunists just not visible. Stepmother in this legend has a good image and loving on her stepson. It is perhaps telling the view of traditional societies in the Ogan Komering Ilir district who did not make the stepmother.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................... v MOTTO ..................................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ ix ABSTRAK . ............................................................................................... x

  

ABSTRACT . ................................................................................................ xi

  DAFTAR ISI. ............................................................................................. xii DAFTAR TABEL DAN BAGAN ............................................................. xvii

  BAB I.PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang ........................................................................

  B.

  8 Rumusan Masalah .....................................................................

  C.

  9 Tujuan Penelitian.. .....................................................................

  D.

  9 Manfaat Penelitian .....................................................................

  E.

  10 Tinjauan Pustaka........................................................................

  F.

  10 Landasan Teori ..........................................................................

  1.

  11 Kajian Struktural A.J. Greimas .........................................

  a. Aktansial ...........................................................

  11

  b. Struktur Fungsional .........................................

  13 2.

  14 Pandangan Dunia Tragik ...................................................

  G.

  17 Metode dan Teknik Penelitian ....................................................

  1.

  17 Penentuan Narasumber ......................................................

  2.

  18 Pengumpulan Data-data Sosial Budaya .............................

  3.

  29 Teknik Pengumpulan Data .................................................

  4.

  20 Pengarsipan.........................................................................

  H.

  21 Sistematika Penyajian .................................................................

  BAB II. GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATRA SELATAN .................................. .......

  22 A.

  23 Kondisi Kabupaten Ogan Komering Ilir ....................................

  B.

  24 Keadaan Alam di Kabupaten Ogan Komering Ilir .....................

  C.

  25 Penduduk...................................... ..............................................

  D.

  26 Agama.................... .....................................................................

  E.

  26 Sistem Kekerabatan............ ........................................................

  F.

  27 Bahasa Ogan....................................................... ........................

  G.

  Peranan dan Kedudukan bahasa Ogan ...................... ................. 28 H. Tradisi Sastra Lisan dan Tulisan ................................................ 29 I.

  29 Tradisi Permainan........................................... ............................ J.

  Kesenian ..................................................... ............................... 30 K.

  Sejarah ............................................................... ........................ 30 L. Cerita Legenda Danau Teluk Gelam dan keberadaan

  Danau Teluk Gelam ............................................... .............. 32

  M.

  73 e. Penentang ........................................................................

  85 2) Tahap Utama.............................................. ...............

  85 1) Tahap Kecakapan......................................................

  83 b. Transformasi.............................. .....................................

  82 a. Situasi Awal ...................................................................

  81 2. Struktur Fungsional ..............................................................

  79 g. Pola Aktansial .................................................................

  76 f. Penerima .........................................................................

  70 d. Penolong .........................................................................

  Cerita Legenda Danau Teluk Gelam sebagai Sastra dan Kebudayaan ...................................................................

  67 c. Objek...............................................................................

  61 b. Subjek................................................................. ............

  Pengirim...................................................... ....................

  59 1. Struktur Aktansial ...................................................... .......... 59 a.

  Gelam....................................................... ...................... 51 c. Kritik Atas Kedua Teks.......................................... ....... 57 B. Analisis Aktansial dan Struktur Fungsional A.J. Greimas ........

  42 a. Varian A: Putri Gelam........................................... ........ 43 b. Varian B: Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk

  42 A. Legenda Danau Teluk Gelam dalam Dua Varian ....................

  33 BAB III. LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF KAJIAN A.J. GREIMAS. .........................................................

  86

  3)

  87 Tahap Kegemilangan................. ...............................

  c.

  88 Situasi Akhir....................................................... ............

  d.

  89 Tabel Struktur Fungsional ..............................................

  C.

  89 Rangkuman Struktural A.J Greimas ..........................................

  BAB IV. LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF GOLDMANN ...........................................................................

  92 A.

  92 Analisis melalui Pendekatan Pandangan Dunia Tragik ..............

  1. Pandangan Mengenai Tuhan ......................................

  93 a.

  95 Tuhan Tidak Ada ...................................................

  b.

  101 Tuhan Ada .............................................................

  2. Pandangan Mengenai Dunia ...................................... 107 a.

  109 Dunia Tidak Ada ..................................................

  b.

  114 Dunia Ada .............................................................

  3. Pandangan Mengenai Manusia.................................... 122 a.

  124 Tuntutan Tak Mutlak .............................................

  b.

  126 Tuntutan Mutlak ...................................................

  B.

  130 Rangkuman Pandangan Dunia Tragik ......................................

  C.

  132 Rangkuman dan Tinjauan Kritis ..................... ..........................

  BAB V PENUTUP ..................................................................................... 134 A.

  134 Kesimpulan .................................................................................

  B.

  137 Saran .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 138

  TENTANG PENULIS................................................................................ 144

  

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1. Pola Aktansial .............................................................................

  11 Tabel 1. Struktur Fungsional ......................................................................

  14 Bagan 2. Pandangan Dunia Tragik ............................................................

  16 Gambar 1. Peta Kabupaten Ogan Komering ilir ........................................

  23 Bagan 3. Alur Cerita Legenda Danau Teluk Gelam ..................................

  58 Tabel 2. Perbandingan Cerita Legenda Danau Teluk Gelam .....................

  58 Bagan 4. Pola Aktansial .............................................................................

  82 Tabel 3. Struktur Fungsional ......................................................................

  89 Tabel 4. Pandangan Mengenai Tuhan ........................................................

  94 Tabel 5. Pandangan Mengenai Dunia ........................................................ 108 Tabel 6. Pandangan Mengenai Manusia .................................................... 123 Bagan 5. Pandangan Dunia Tragik ............................................................ 131

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah sastra cerita dari zaman dahulu yang hidup di

  kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan (KBBI, 2008: 263). Wellek & Warren (1995: 47-48) mengatakan bahwa memang banyak genre sastra dan tema- tema sastra tulisan berasal dari kesusastraan rakyat (folkterature), dan kesusastraan rakyat terbukti mengalami peningkatan status sosial. Oleh karena itu, semakin banyak cerita lisan yang kemudian ditulis agar lebih mudah dikenal dan dipahami masyarakat luas.

  Salah satu jenis cerita rakyat yang masih hidup dalam masyarakat adalah legenda. Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah (KBBI, 2008: 803). Menurut Dananjaya (2002: 66), legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Oleh karena itu, legenda seringkali dijadikan dasar pengajaran akan norma dan nilai suatu daerah tertentu dengan memperbandingkan kebaikan dan kejahatan hingga konsekuensi dari yang dilakukannya.

  Penelitian ini mengangkat judul “Legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten

  Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan: Sebuah Kajian Struktural dan Pandangan

  Dunia Tragik ”. Gagasan penelitian ini pertama kali muncul ketika penulis datang ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir di

  Kayuagung untuk mencaritahu tentang adat pernikahan suku Ogan. Yuslizal S.Pd. sebagai Kasi Pengembangan Seni dan Budaya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir saat itu sibuk dan meminta penulis untuk memfotokopi sendiri hasil penelitian yang telah dilakakukannya. Penelitian itu berkaitan dengan adat-istiadat suku Ogan baik yang masih dilestarikan maupun yang mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya. Ada beberapa cerita rakyat termuat dalam penelitian tersebut, salah satunya adalah cerita rakyat yang berjudul Asal-

  

muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam (ATDTG). Penulis sempat mengunjungi

  perpustakaan daerah dan perpustakaan lokal di Kayuagung untuk mencari buku- buku atau catatan-catatan yang berkaitan dengan adat-istiadat suku Ogan, akan tetapi informasi yang didapat tidak terlalu banyak. Penulis memutuskan untuk mencari informasi lain ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatra Selatan dan Perpustakaan Daerah Pusat di Palembang. Sebuah buku berjudul Cerita Rakyat

  

Ogan Komering Ilir yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

  Kabupaten Ogan Komering Ilir memuat sebuah cerita berjudul Putri Gelam (PG) yang akhirya menjadi pilihan penulis sebagai pembanding cerita Asal-muasal

  Terjadinya Danau Teluk Gelam .

  Kedua cerita tersebut menarik perhatian penulis karena sama-sama mengisahkan tentang terjadinya Danau Teluk Gelam yang saat ini menjadi salah satu objek wisata paling terkenal di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Keingintahuan mendalami struktur dan fungsi kedua cerita tersebut mendorong penulis untuk memilih kedua legenda tersebut sebagai bahan skripsi. Sebenarnya, penulis membutuhkan satu lagi cerita pembanding dari penutur asli tetapi akhirnya tidak bisa mendapatkannya, karena generasi saat ini sangat jarang atau hampir dapat dikatakan tidak ada yang mengetahui tentang legenda tersebut.

  Dengan kedua naskah cerita tersebut penulis mulai melakukan perbandingan dan menyusun proposal penelitian skripsi ini.

  Setelah melakukan pembacaan dan mencari informasi lebih lanjut ditemukan beberapa sumber, yaitu tetua adat dan orang-orang yang mengerti tentang adat yang berkaitan dengan asal cerita tersebut. Penulis memperoleh sumber awal bahwa di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terdapat sebuah legenda yang sangat terkenal yaitu Danau Teluk Gelam yang mengisahkan tentang asal-muasal terjadinya danau tersebut. Namun, generasi saat ini kurang berminat untuk mengetahui tentang cerita rakyat dan cenderung memandangnya sebagai suatu tradisi kuna, dan menganggap ritual itu sulit dimengerti sekaligus merepotkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu refensi yang berkaitan dengant tradisi, adat, dan karya sastra di daerah Ogan Komering Ilir.

  Selain itu, dapat menjadi pendorong bagi Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir untuk lebih meningkatkan penelitian dan penerbitan tentang adat-istiadat serta karya-karya sastra untuk pembaca.

  Alasan lain pemilihan kedua naskah tersebut sebagai objek kajian adalah pertama, kedua naskah tersebut belum pernah diteliti orang lain. Kedua, kajian fungsional dan pandangan dunia yang dilakukan ini dapat mengungkap ideologi di sebagai penuntun pengungkapan struktur dan fungsi legenda. Pola aktansial ini memudahkan pengklasifikasian yang berhubungan dengan norma dan aturan yang berlaku. Sedangkan, struktur fungsional lebih berhubungan dengan alur yang mengetengahkan nilai-nilai tradisi yang dapat digali dari cerita tersebut. Berkaitan dengan alur dan akhir cerita yang tragis dalam legenda Danau Teluk Gelam, pandangan dunia tragik Goldmann dianggap relevan untuk mengungkap ideologi yang dalam cerita tersebut, yang erat kaitannya dengan adat-istiadat masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Anggapan tersebut didasarkan pada pandangan dunia tragik Goldmann yang mengungkap kehidupan tragis masyarakat yang sarat akan kontradiksi. Begitu pula dengan kisah Pangeran Tapah dan Putri Gelam dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam.

  Analisis naratif, menurut A.J.Greimas, meliputi dua unsur, yaitu (1) struktur lahir, yakni tataran bagaimana cerita dikemukakan (penceritaan), dan (2) struktur batin, yaitu tataran imanen, yang meliputi (a) tataran naratif analisis sintaksis naratif (skema aktan dan skema fungsional), dan (b) tataran diskursif (Taum, 2011: 141). Seperti prosa pada umumnya, legenda memiliki unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang dan tema.

  Karena A.J. Greimas mengkhususkan penelitian struktur pada alur atau naratif (penceritaan), maka analisis tentang legenda Danau Teluk Gelam lebih terfokus pada aktansial dan struktur fungsionalnya.

  Kurangnya penelitian yang membahas karya sastra lama seperti cerita rakyat atau legenda membuat karya-karya itu cenderung dilupakan. Banyak orang lebih segar dan modern. Padahal, banyak hal yang dapat diperoleh dari penelitian karya sastra lama, seperti ajaran moral, semangat untuk terus maju, atau pandangan masyarakat dalam menyikapi perkembangan budaya serta melestarikan kebudayan yang ada.

  Karya sastra terlahir berdasarkan fungsinya sebagai seni kemasyarakatan. Sastra diciptakan untuk dibacakan, untuk dinikmati, dihayati, dialami bersama- sama. Dalam masyarakat tradisional sastra adalah alat yang penting untuk mempertahankan model dunia sesuai dengan adat-istiadat dan pandangan dunia konvensional dan untuk menanamkan pada angkatan muda kode nilai, tingkah laku, kode etik (Teeuw, 1983: 7-8). Oleh karena itu, Ratna (2010: 364) menyampaikan bahwa melalui karya sastra dapat disalurkan berbagai aspirasi, visi, dan misi, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

  Goldmann (lihat Faruk, 2012) menyebut permasalahan itu sebagai pandangan dunia tragik. Dunia tragik sendiri dipahami sebagai dunia yang dianggap aneh, tidak cocok, kontradiksi antara harapan dan kenyataan yang terjadi. Harapan yang mengarah pada khayalan atau suatu hal yang tidak pasti untuk mewujudkan kesempurnaan. Kesempurnaan dalam imajinasi yang dipaksakan, agar bisa dimanfaatkan untuk menyurutkan sifat-sifat manusia yang berujung pada pengrusakan dan penghancuran dirinya. Dan pada dasarnya pengekangan terhadap sifat-sifat itu mengarah pada kebodohan karena tidak sesuai dengan sifat alamiah. Sifat alamiah yang secara naluriah merupakan respon dari kehidupan nyata yang sebenarnya. Secara tidak sadar, manusia yang mengharapkan kesempurnaan tersebut, sebenarnya telah menghancurkan dirinya sendiri karena hal-hal yang bersifat imajinasi tidak bisa diterapkan secara nyata.

  Pemilihan pandangan dunia tragik sebagai pendekatan untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam didasari oleh banyaknya kontradiksi yang telihat dalam karya Hidden God, terutama kontradiksi yang berkaitan dengan keberadaan Tuhan dan respon manusia terhadap-Nya. Taum dalam tulisannya berjudul The

  

Hidden God karya Lucien Goldmann dan Aplikasiny Dalam Studi Sastra

Indonesia melihat bahwa, pandangan dunia tragik yang diungkap Goldmann

  dalam The Hidden God merupakan respon terhadap kehidupan sosial sekelompok bangsawan Prancis yang memilih jalan Tuhan, kelompok berjubah yang menamakan dirinya biarawan, dan meninggalkan kehidupan duniawi pada abad ke -17. Mereka meninggalkan kehidupan alami manusia, yakni kehidupan sebagai makhluk sosial berpasangan, berprasangka dan memelihara kehidupan lain sebagai pengganti atau generasi penerus. Respon tersebut berupa kontradiksi akan kepercayaan kelompok tersebut dengan kehidupan nyata yang seharusnya mereka jalani sebagai manusia normal, bukan untuk penyerahkan dirinya untuk melayani Tuhan dan meninggalkan segala kenikmatan yang diberikan Tuhan, demi sesuatu yang hanya bersifat imajinatif, tidak nyata, dan hanya sebuah harapan kosong untuk bersama Tuhan .

  Kontradiksi semacam inilah yang memunculkan ide bagi penulis untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam dengan pandangan dunia tragik Goldmann. Banyaknya kontradiksi yang yang terjadi dalam kehidupan tokoh yang tragis. Awal perjalanan tokoh utama yang buruk dan akhir yang tragis yang melibatkan harapan dan kenyataan menjadikan legenda ini layak untuk dianalisis menggunakan pendekatan pandangan dunia tragik Goldmann. Kontradiksi inilah yang dihubungkan dan dianggap relevan untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam.

  Danau Teluk Gelam sebagai legenda tidak terlepas dari ciri-ciri yang mendasari cerita tersebut sebagai karya sastra. Ciri utama karya sastra adalah imajinasi, representasi emosi dalam strukturasi unsur-unsur secara fiksional, sedangkan ciri utama masyarakat adalah kenyataan, kompetensi fakta-fakta sosial dalam formasi trans-individual secara faktual. Fiksi dan kenyataan, fiksi dan fakta, jelas bertentangan secara diametral, tetapi implikasinya dalam mengantisipasi kecenderungan struktur mental masyarakat sangat besar. Dengan melihat ciri karya sastra tersebut, dapat dikatakan bahwa legenda juga mempunyai peran yang cukup besar dalam menggambarkan realitas yang dihadapi masyarakat asal legenda itu diciptakan (Ratna, 2010: 365). Legenda Danau Teluk Gelam sebagai fiksi direspon masyarakat karena kaitannya dengan keberadaan Danau Teluk Gelam sendiri, sehingga semakin mudah bagi masyarakat menerima keberadaan legenda tersebut sebagai sebuah pengingat adanya ajaran yang terkandung didalamnya.

  Legenda Danau Teluk Gelam menceritakan kehidupan tokoh yang tragis yaitu Pangeran Tapah dan Putri Gelam. Tokoh utama, Pangeran Tapah yang merupakan satu-satunya penerus tahta Kerajaan Awang diusir karena difitnah begitu juga tokoh yang kemudian menjadi pasangannya, Putri Gelam. Setelah mereka menikah dan mendapatkan kebahagiaan dengan memiliki dua oarng putra dan putri, terjadi perampokan yang kemudian menyebabkan kedua anak tersebut meninggal. Kesedihan dan air mata pangeran membanjiri tempat tersebut menjadi danau, dan dia sendiri menjadi ikan penghuni danau tersebut. Sedangkan istrinya yang memanjat pohon untuk menyelamatkan diri, berubah menjadi burung yang menjaga dan tinggal di sekitar danau.

  Sebuah tragedi memperlihatkan kesengsaraan yang demikian hebat, sehingga tidak terjangkau oleh cakrawala pengalaman kita. Penonton yang secara intensif turut menghayati penderitaan sang pahlawan lalu merasa bahwa penderitaannya sendiri sebetulnya belum apa-apa, sehingga terasa lebih ringan (Luxemburg dkk., 1984: 78). Penonton yang dimaksud adalah pembaca cerita legenda. Pembaca tersebut yang akan melakukan pemaknaan terhadap karya sastra yang dibacanya. Pemaknaan itulah yang akan menentukan fungsi dan peranan karya sastra dalam masyarakat, serta mencoba mengetahui pengaruh cerita ini apabila beredar luas di masyarakat, hal inilah terjadi pada penulis ketika membaca legenda Danau Teluk Gelam.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana pola aktansial dan struktur fungsional pada legenda Danau Teluk Gelam di Kab. OKI?

  2. Bagaimana pandangan dunia tragik pada legenda Danau Teluk Gelam di Kab. OKI?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah berikut:

  1. Mendeskripsikan skema aktansial dan struktur fungsional dengan pendekatan A.J Greimas pada legenda Danau Teluk Gelam di Kab.

  OKI. Hal itu akan dikemukakan dalam bab III.

  2. Mendeskripsikan pandangan dunia tragik menurut Goldmann pada legenda Danau Teluk Gelamdi Kab. OKI. Hal itu akan diulas dalam

bab IV. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terbagi atas teoritis dan praktis, yaitu:

  1. Secara teoritis, menambah khasanah penelitian sastra lisan berdasarkan teori struktur A.J. Greimas dan pandangan dunia tragik Goldmann.

  2. Praktis, memberikan gambaran pola dan fungsi sastra lisan di Kab.

  OKI dan dapat dijadikan pertimbangan untuk menerbitkan sastra lisan legenda Danau Teluk Gelam yang berjudul Putri Gelam dan Asal-

  muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam secara umum.

  E. Tinjauan Pustaka

  Sejauh ini belum pernah ada penelitian yang secara khusus mengungkap kedua cerita tersebut. Akan tetapi, objek moral kajian legenda ini dapat digunakan sebagai permulaan dalam memahami tata cara kehidupan yang baik dan sesuai nilai menurut masyarakat OKI. Penulis merunjuk dua pustaka yang secara khusus membahas tentang kedua teori yang digunakan sebagai pendekatan dalam studi ini.

  Taum (2011: 142-155) memberikan gambaran teori skema dan model fungsional A.J. Greimas dan menerapkannya dalam analisis sastra lisan Jaka

  

Budug dan Putri Kemuning . Analisis ini menguatkan pemahaman terhadap teori

  struktural A.J. Greimas yang menggunakan analisis naratif atau penceritaan sebagai kajian. Analisis naratif ini terbagi atas pola aktansial dan struktur fungsional.

  F. Landasan Teori

  Ada dua teori yang akan digunakan dalam analisis legenda Danau Teluk Gelam yaitu kajian struktural A.J. Greimas dan pandangan dunia tragik Goldmann. Berikut uraian kedua teori tersebut.

1. Kajian Struktural A.J. Greimas

  Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini, pertama aktansial yang terdiri dari enam aktan, yaitu pengirim, subjek, objek, pembantu, penentang, dan penerima. Kedua, struktur fungsional yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu situasi awal, transformasi yang dibedakan dalam tahap awal, tahap utama, dan tahap kegemilangan, dan situasi akhir.

a. Aktansial

  Taum (2011: 144) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan aktan adalah satuan naratif terkecil, berupa unsur sintaksis yang mempunyai fungsi tertentu.

  Aktan tidak identik dengan aktor. Aktan merupakan peran-peran abstrak yang dimainkan oleh seorang atau sejumlah pelaku, sedangkan aktor merupakan manifestasi konkret dari aktan.

  Fungsi dan kedudukan aktan adalah sebagai berikut: 1)

  Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menjadi sumber ide dan fungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan objek.

  2) Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju, dicari, diburu atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim.

  3) Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang) yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek.

  4) Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang membantu atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk mendapatkan objek.

  5) Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek.

  6) Penerima (receiver) adalah akatan (seuatu atau seseorang) yang menerima objek yang diusahakan atau yang dicari oleh subjek

  (Zaimar, 1992 :19; Suwondo, 2003: 52-54 dalam Taum 2011, 145- 146).

  Dari masing-masing aktan yang telah disebutkan baik fungsi maupun kedudukannya, Taum (2011: 144) menggambarkannya sebagai berikut:

   Bagan 1. pola Aktansial

PENGIRIM OBJEK PENERIMA

  (sender)

(object)

(receiver)

  

SUBJEK

(subject)

PEMBANTU PENENTANG

  (helper) (opponent)

  Penjelasan skema tersebut adalah sebagai berikut: pengirim meliliki hubungan langsung dengan subjek dan memberitahukan atau menunjukkan subjek akan keberadaan objek. Subjek melakukan sesuatu untuk mendapatkan objek berdasarkan informasi dari pengirim. Subjek memiliki pembantu sekaligus penetang dalam upayanya mendapatkan objek. Setelah objek didapatkan, barulah objek akan diserahkan kepada penerima. Dalam hal ini, subjek tidak sama dengan penerima, subjek adalah yang mengusahakan objek sedangkan penerima adalah yang menerima objek meskipun antara subjek dan penerima bisa berupa tokoh yang sama.

b. Struktur Fungsional

  Taum (2011: 146) mengatakan bahwa model fungsional berfungsi untuk menguraikan peran subjek dalam melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam fungsi aktan. Model fungsional dibagi menjadi tiga yaitu:

  1) Situasi awal adalah situasi awal cerita yang menggambarkan keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang mengganggu keseimbangan

  (harmoni). 2)

  Transformasi meliputi tiga tiga tahap cobaan. Ketiga tahapan cobaan ini menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.

  3) Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali ke keadaan semula. Konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek (Taum, 2011: 147).

  Struktur fungsional dalam Taum (2011: 147) digambarkan sebagai berikut:

  

Tabel 1. Struktur Fungsional

  I II

  III Situasi Transformasi Situasi Awal

  Akhir

Tahap Tahap Tahap

uji kecakapan Utama kegemilangan

2. Pandangan Dunia Tragik

  Menurut Goldmann, yang dimaksud dengan pandangan dunia itu sendiri, tidak lain daripada kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-asirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota- anggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang dimilikinya (Faruk, 2010: 65- 67). Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi yang menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar-manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia sacara imajiner. Pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner (Faruk, 2012: 70-71).

  Goldmann melalui Faruk (2010: 81-90), kelompok sosial yang patut dianggap sebagai subjek kolektif dari pandangan dunia itu hanyalah kelompok sosial yang gagasan-gagasan dan aktivitas-aktivitasnya cenderung ke arah suatu penciptaan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan sosial manusia.

  Pandangan dunia tragik mengandung tiga eleman, yaitu pandangan mengenai Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pandangan mengenai manusia.

  Pandangan dunia tragik menganggap Tuhan tidak mempunyai peran dalam kehidupan manusia, Tuhan dapat dikatakan tidak ada. Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan sekaligus bukan apa-apa. Pandangan dunia tragik mangenai manusia memiliki dua ciri. Yaitu pertama, manusia itu penuntut secara mutlak dan ekslusif nilai-nilai yang tidak mungkin. Kedua, tuntutannya sekaligus untuk “segala dan bukan apa-apa” dan ia secara total tidak peduli terhadap konsep yang mengandung gagasan mengenai relativitas (Faruk 2012: 81-84).

  Pertama, pandangan mengenai Tuhan yaitu manusia menyadari kehadiran Tuhan dan tidak melepaskan tuntutan-Nya atas perilaku kehidupan. Yang benar bukan kekuatan dan kekuasaan akal manusia, melainkan kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Karena sorotan dari Tuhan tersebut, tetapi karena tidak berperanan-Nya di dalam dunia, Tuhan dalam pandangan tragik sekaligus ada dan tiada (Faruk, 2012: 82).

  Kedua, pandangan mengenai dunia yaitu segala sesuatu yang mungkin menurut hukum duniawi menjadi tidak ada dan tidak berarti di hadapan Tuhan.

  Manusia mengetahui keterbatasan dunia dan, karena itu, menolaknya. Akan tetapi, pemahamannya akan nilai ketuhanan, hanya bisa diperoleh dalam dunia itu sendiri (Faruk, 2012:83).

  Ketiga, Pandangan mengenai manusia yaitu kesadaran akan dua ketidakcocokan yang saling mengisi, yang secara timbal-balik mengondosikan dan memperkuat diri. Dengan sikap paradoksal, manusia sekaligus raja dan budak, iblis dan malaikat (Faruk, 2012:83).

  Penulis menggambarkan hubungan dari ketiga elemen dalam pandangan dunia tragik yang terdiri atas pandangan mengenau Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pendangan mengenai manusia sebagai berikut:

  Bagan 2 . Pandangan Dunia Tragik

  Pandangan Pandangan Pandangan mengenai mengenai mengenai Tuhan dunia manusia

  Pandangan Dunia Tragik Melalui bagan di atas dapat dilihat hubungan dari masing-masing elemen yang ada dalam pandangan dunia tragik. Pandangan mengenai Tuhan direspon sekaligus dikaitan dengan keberperanan Tuhan di dunia, bagaimana dunia melihat Tuhan karena Tuhan diakui dan ditiadakan oleh dunia melalui pandangan mengenai dunia. Dari respon Tuhan di dunia, manusia melihat hubungan antara Tuhan dan dunia yang meresponnya serta manusia yang menjadi perespon tersebut untuk dapat diterapkan dalam hubungan sosial manusia melaui pandangan mengenai manusia. Dari pandangan mengenai manusia kemudian dikembalihan lagi melalui pada pandangan mengenai Tuhan dalam pandangan dunia tragik.

G. Metode dan Teknik Penelitian Objek penelitian yaitu objek atau hal yang menjadi fokus penelitian.

  Dalam KBBI (2008) disebutkan bahwa, objek formal adalah aspek atau sudut pandang suatu ilmu dalam melihat objek ilmu tersebut, sedangkan objek material adalah benda atau hal yang menjadi objek atau bidang ilmu.

  Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk meneliti sastra lisan. Berikut langkah-langkahnya:

1. Penentuan Narasumber

  Menurut Taum (2011: 237-238), pandangan dan sikap terhadap sumber data sangat berpengaruh kepada hasil penelitian yang akan dilakukan. Spradley (1997 dalam Taum 2011) mengingatkan bahwa dalam studi lapangan seringkali terdapat kekaburan dalam penggunaan istilah informan, subjek penelitian, responden, dan pelaku. Pemilihan narasumber dilakukan dengan beberapa yang dijadikan penulis sebagai prasyarat, yaitu: pertama narasumber mengetahui cerita tentang Danau Teluk Gelam, kedua, narasumber mengetahui tentang adat-istiadat suku Ogan, dan ketiga narasumber merupakan masyarakat yang berada di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan juga bersinggungan dengan masyarakat suku Ogan baik secara adat maupun hubungan masyarakat.