BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Irawan Arif Nugroho BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data yang diperoleh dari WHO menjelaskan bahwa program imunisasi

  sudah berhasil mencegah 2-3 juta kematian setiap tahunnya dan hingga saat ini ada total 25 penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi baik pada anak maupun dewasa. Anak-anak sebagai kelompok yang rentan terhadap penyakit menjadi salah satu sasaran utama pencapaian imunisasi. Melalui imunisasi anak-anak bisa terlindungi dari penyakit-penyakit fatal seperti difteri, measles, pertusis, pneumonia (penyebab 5000 kematian anak Indonesia tahun 2013), polio, diare (penyebab ke-2 kematian anak Indonesia tahun 2013), rubella dan tetanus (Susanto, 2014).

  Bayi-bayi yang ada di Indonesia diimunisasi setiap tahun sekitar 90 % dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10 % bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus

  1 polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia (Soedjatmiko, 2013).

  Sebuah laporan baru UNICEF menunjukkan bahwa dunia tidak akan memenuhi Millennium Development Goals 4 untuk memotong tingkat kematian balita sebesar dua pertiga pada tahun 2015. Jika kita tidak bertindak, akibatnya sebanyak 35 juta lebih anak-anak beresiko meninggal sebagian besar dari penyebab yang dapat dicegah antara tahun 2015 dan 2028, jika masyarakat global tidak segera mengambil tindakan untuk mempercepat kemajuan (UNICEF, 2014).

  Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan imunisasi secara lengkap. Sekitar 87% anak Indonesia sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, namun ada sekitar 13% yang belum bisa mendapatkan imunisasi. Imunisasi lengkap merupakan upaya kesehatan yang paling efektif dalam melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Melengkapi lima imunisasi dasar pada anak, diharapkan seluruh anak Indonesia dapat terbebas dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) (Depkes, 2014).

  Berdasarkan laporan rutin, persentase desa yang telah mencapai Universal Child Immunization (UCI) pada 2008 baru 68,3 persen dari 65.781 desa, dan setelah akselerasi pada 2010 mencapai 75,3 persen dari 75.990 desa.

  Walaupun semakin banyak desa yang telah mencapai UCI, tetapi masih banyak desa yang merupakan kantong rentan terhadap penyakit (Chaerunisa, 2011).

  UNICEF mencatat angka kejadian serangan campak Indonesia sekitar 30.000-

  40.000 anak setiap tahun. Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang termasuk angka tinggi pada kasus anak tidak diimunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak. (IDAI, 2013).

  Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat.

  Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT dan campak dan melalui mulut misalnya vaksin polio (Hidayat, 2009).

  Bayi memerlukan imunisasi dasar lengkap, hal ini diupayakan untuk mencegah masuknya virus ke dalam tubuh bayi atau sebagai antibodi dari berbagai penyakit. Kelengkapan imunisasi merupakan alat atau segala sesuatu yang tersedia dengan lengkap untuk membuat zat anti untuk mencegah penyakit (Suparyanto, 2011). Namun kenyataannya cakupan pemberian imunisasi yang ada sekarang ini belum dapat merata, sehingga masih banyaknya bayi yang belum lengkap dalam mendapatkan imunisasi dasar.

  Berdasarkan laporan dari Riskesdas (2013) melaporkan bahwa cakupan imunisasi lengkap menunjukkan perbaikan dari 41,6 persen (2007) menjadi 59,2 persen (2013), akan tetapi masih dijumpai 32,1 persen diimunisasi tapi tidak lengkap, serta 8,7 persen yang tidak pernah diimunisasi, dengan alasan takut panas, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/repot.

  Keluarga yang tidak mengizinkan untuk mendapatkan imunisasi merupakan bentuk kurangnya dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang baik dalam tahapan pemberian imunisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong ibu untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

  

Ismet (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada dasarnya keaktifan ibu

dalam program imunisasi tidak lepas dari pengaruh dukungan keluarga karena

salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang adalah

pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam hal ini diantaranya adalah

keluarga.

  Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khotimah dan Rusnelly (2010) menyatakan bahwa proporsi ibu dengan peran serta membawa anaknya untuk diimunisasi yang baik cenderung terdapat pada dukungan keluarga baik (73,7%) dibandingkan dengan dukungan keluarga kurang (36,1%). Ismet (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

  pada dasarnya keaktifan ibu

dalam program imunisasi tidak lepas dari pengaruh dukungan keluarga karena

salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang adalah

pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam hal ini diantaranya adalah

keluarga. Keluarga juga memiliki peran penting dalam menentukan seseorang

bersikap untuk patuh dalam menjaga kesehatan anggota keluarganya sendiri.

  Selain faktor dukungan keluarga, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

seorang ibu juga dapat mempengaruhi seberapa jauh memahami tentang

pentingnya imunisasi dasar bagi bayi. Ali (2002) dalam penelitiannya menyatakan

  

bahwa pendidikan sebenarnya sangat penting dalam mempengaruhi pengertian dan

partisipasi orang tua dalam program imunisasi. Pendidikan yang semakin tinggi,

maka orangtua cenderung menggunakan sarana kesehatan sebagai suatu upaya

pencegahan bukan pengobatan.

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di

Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas diperoleh data pada

tahun 2013 bahwa dari 47 balita yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap

hanya 8 balita, 24 yang belum mendapatkan imunisasi campak, 7 yang belum

mendapatkan imunisasi DPT1, dan 8 balita yang belum mendapatkan imunisasi

DPT2, Pol2, DPT3, Pol3 dan Polio4 Hal tersebut menunjukan bahwa cakupan

pelayanan imunisasi di Desa Srowot belum optimal.

  Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada 10 ibu

yang memiliki seorang anak diperoleh data ada 3 ibu yang mengungkapan bahwa

tidak ada keluarga yang mau mengantarkan ke Posyandu karena mereka sibuk

bekerja, 3 ibu yang mengungkapan bahwa ada anggota keluarganya yang melarang

untuk mendapatkan imunisasi hal ini karena takut balita yang yang mendapatkan

imunisasi mengalami demam dan sakit sesuai dengan pengalaman imunisasi

sebelumnya dan 4 ibu yang merasa bahwa keluarga mereka selalu mendukung dan

memfasilitasi jika anaknya akan mendapatkan imunisasi seperti diantar jemput ke

Posyandu. Mendapatkan imunisasi adalah suatu keharusan bagi seorang bayi, hal

ini karena imuniasi salah upaya untuk mencegah segala macam permasalahan

kesehatan.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan tingkat pendidikan dan dukungan keluarga dengan kelengkapam imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas ”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan rumusan masalah yaitu “adakah hubungan tingkat pendidikan dan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas? ”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan

  Kalibagor Kabupaten Banyumas.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mendeskripsikan karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan).

  b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.

  c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi institusi keperawatan Memberikan informasi dan referensi tambahan bagi ilmu keperawatan tentang hubungan tingkat pendidikan dan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.

  2. Bagi responden Memberikan informasi bagi responden tentang pentingngya pemberian imunisasi terhadap anaknya.

  3. Bagi penelitian selanjutnya Memberikan literatur tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama.

  E. Penelitian Terkait

  1. Rima ( 2012) Judul penelitian “hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di wilayah kerja puskesmas pegandon kabupaten Kendal”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya. Jenis metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross Sectional. Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dan bayi umur 9-12 bulan, dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accident, yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 9-12 bulan yang datang ke Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Data diperoleh dengan cara wawancara kepada 14 ibu yang mempunyai bayi, yang mengerti tentang pengertian imunisasi, jenis imunisasi, jadwal pemberian, dan efek samping ada 7 orang, sedangkan ibu yang kurang mengerti tentang imunisasi ada 2 orang. Ibu kurang mengerti tentang berapa kali pemberian imunisasi yang seharusnya di berikan dari imunisasi dasar lengkap yang peneliti mewawancarai. Untuk praktik imunisasi, ada 3 bayi imunisasinya lengkap, 9 bayi belum lengkap dan 2 bayi tidak lengkap. Hasil analisis data menggunakan uji chi-square nilai р 0,749 (0,749>0,05), berarti

  

Ha di tolak, tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu

  tentang imunisasi dasar lengkap dengan praktik imunisasi dasar lengkap bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandon.

  Perbedaan penelitian ini yaitu variabel bebas (pengetahuan), variabel terikat (praktek imunisasi dasar lengkap), teknik pengambilan sampel dengan accident. Sedangkan persamaan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang masalah imunisasi dasar, pendekatan dengan cross

  sectional, uji menggunakan uji chi square.

  2. Maryani (2009) Judul penelitian ini adalah “faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi pada balita Di Desa Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar” Tujuan penelitian ini untunk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi pada balita Di Desa

  Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik observasional yaitu peneliti berupaya mencari hubungan antara variabel dan menganalisa atau menguji hipotesis yang dirumuskan. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang atau Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 139 ibu yang mempunyai balita di Desa Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar yang tidak patuh terhadap imunisasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive random

  

sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan multivariat,

  analisis multivariat yang digunakan dalam analisa data ini adalah uji Regresi Logistik.

  Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yang digunakan (pengetahuan, pendidikan, pendapatan, sikap dan umur), analisis yang digunakan hanya analisis univariat dan multivariat dengan uji regresi dan teknik pengambilan sampel dengan purposive random

  logistik

sampling. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang

  imunisasi dasar lengkap, pendektan penelitian menggunakan pendekatan rancangan studi potong lintang atau Cross Sectional dan pengambilan data menggunakan kuesioner.

  3. Ahmad (2009) Judul penelitian “hubungan pengetahuan sikap dan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-

  7 hari di kota Banjarmasin”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan sikap dan perilaku ibu perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Penelitian ini merupakan penelitian obsevasional menggunakan pendekatan

  

cross sectional study dengan rancangan kuantitatif. Populasi penelitian

  terhadap 170 ibu yangmempunyai bayi usia 0 hari sampai 12 bulan yang terpilih secara consecutive sampling di lima Puskesmas yang berbeda cakupan imunisasi hepatitis B 0-7 hari paling rendah. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu analisis univariabel, bivariabel dengan uji Chi Square (p=0,05) dan penghitungan OR serta analisis multivariabel dengan uji regresi ganda

  logistic.

  Perbedaan penelitian ini yaitu variabel yang digunakan yaitu pengetahuan sikap dan perilaku dan pemberian imunisasi hepatitis B teknik sampling dengan consecutive sampling, nalisis multivariabel dengan uji

  

regresi ganda logistic. Sedangkan persamaan penelitian ini yaitu

  pengambilan data dengan kuesioner, uji chi square dan pendekatan cross sectional study.