BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Eka Kristiawan BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

  di dunia dengan jumlah lansia sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (9,6% dari total penduduk), pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta. Sementara itu, negara melalui UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 138, bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan. Peran keluarga sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi), membantu penyelenggaraan yankes (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif), dan Ikut dalam proses kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi lansia (Kemenkes, 2013)

  Menurut Brunner & Suddart (2001) menjelaskan bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi,

  1 akan mengalami kemunduran. Perubahan yang dialami oleh lansia akan berdampak pada kelangsungan hidup dan tingkatan kesehatannya, jika lansia tidak dapat memenuhi segala kebutuhan yang mereka butuhkan baik dari segi biologis maupun psikologis. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kebanyakan lansia masih belum bisa mandiri. Hal ini akan membuat lansia kurang mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), perilaku PHBS ini akan menjaga kesehatan dari lansia itu sendiri.

  Menurut Yusuf (2009) kemandirian merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy personality). Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku hidup sehat merupakan salah satu perilaku yang berkaitan dengan pengupayaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku hidup sehat pada lansia terdiri dari makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahrga yang teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan seperti rekreasi dan menjaga kebersihan lingkungan.

  Erdhayarti (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa seorang lansia yang berperilaku sehat dicerminkan dengan melakukan mandi setiap hari, badan terlihat bersih, berpakaian rapi, rambut disisir dengan rapi dan kuku tidak kotor. Kemandirian lansia dalam berperilaku bersih dan sehat bermanfaat dalam menjaga kesehatan bagi lansia itu sendiri. Hal ini karena usia lansia rentan terhadap berbagai macam penyakit, sehingga upaya yang harus dilakukan adalah menjaga gaya hidup yaitu dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.

  Menurut Abikusno dan Hidayat (2003) bahwa perilaku sehat seseorang berhubungan dengan tindakannya dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatannya, antara lain tindakan-tindakan pencegahan penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi, higiene pribadi, dan sanitasi lingkungan. Pratikwo, Pietojo dan Widjanarko, (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor yang memudahkan lansia dalam berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu salah satunya pengetahuan seorang lansia tentang hidup bersih dan sehat, serta sistem nilai yang diyakini lansia dan masyarakat. Adapun faktor yang mendukung lansia dalam berperilaku sehat adalah tersedianya dan terjangkaunya fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor yang mendorong lansia dalam berperilaku sehat adalah adanya seseorang yang dijadikan panuaan oleh lansia sebagai role model misalnya keluarga dan peer group.

  Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan dukungan untuk memberikan motivasi ataupun semangat kepada lansia untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat secara mandiri. Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antar keluarga dengan lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reproksitas (frekuensi hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarganya dan merupakan pelaksana aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas hubungan personal untuk mencapai keadaan berubah (Friedman, 2003).

  Mu’tadin (2002) mengungkapkan bahwa untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Pratikwo, Pietojo dan Widjanarko (2006) menyatakan bahwa lansia yang mendapat dukungan keluarga kategori baik, semuanya berperilaku sehat kategori baik. Lansia yang mendapat dukungan keluarga kategori sedang, sebanyak 46,9% berperilaku sehat kategori baik dan lansia yang mendapat dukungan keluarga kategori kurang hanya 7,7% yang berperilaku sehat kategori baik. Hal tersebut menunjukan bahwa baik atau tidaknya dukungan keluarga akan menentukan kemandirian lansia dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratikwo, Pietojo dan Widjanarko (2006) di Kelurahan Medono Kabupaten Pekalongan menghasilkan sebanyak 70% lansia masih bertempat tinggal bersama keluarganya, dengan demikian dukungan keluarga sangat diperlukan dalam peningkatan perilaku sehat pada lansia. Dukungan mengenai apakah keluarga mengenal perkembangan kesehatan lansia, pada umumnya (83,3%) keluarga tidak pernah mengajak lansia untuk merencanakan aktifitas lansia. Untuk memberi gairah hidup pada lansia perlu diadakan usaha untuk mengisi kehidupan mereka, misalnya latihan bersama, olah raga ringan, membuat kerajinan, rekreasi dan sebagainya. Sebanyak 63,3% keluarga tidak menyiapkan makanan dalam bentuk lunak hal ini kemungkinan pada umumnya lansia masih mampu mengunyah, atau keluarga merasa repot kalau setiap hari harus menyediakan makanan khusus untuk lansia dan sebanyak 68,3% keluarga tidak memperhatikan makanan pantangan untuk lansia. Hal tersebut akan menyebabkan seorang lansia tidak dapat mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat, karena kurangnya dukungan dari keluarga lansia.

  Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 10 lansia yang ada di desa Rakit Kabupaten Banjarnegara didapatkan bahwa 2 (20%) lansia yang merokok dan jika tidak merokok mereka merasa tidak enak, 3 (30%) lansia jarang mencuci tangan terlebih dahulu ketika akan makan, 3 (30%) lansia menggosok gigi satu kali sehari dan 2 (20%) lansia berolahraga tiga kali dalam seminggu serta tidak merokok. Hal ini menunjukan bahwa masih rendahnya kesadaran seorang lansia dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Mereka tidak menyadari bahwa berperilaku hidup dan sehat itu adalah salah satu faktor penting yang dapat menentukan tingkat kesehatannya sendiri.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang: “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara”.

  B. Rumusan Masalah

  Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari setiap manusia. Seseorang yang sudah memasuki lanjut usia mengalami berbagai macam kemunduran yang akan menyebabkan lansia tidak bisa mandiri dalam melakukan berbagai aktifitas sehari-hari khususnya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Disinilah peran keluarga sangat penting dalam memberikan dukungan keluarga untuk meningkatkan kemandirian lansia dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merumuskan rumusan masalah yaitu “Adakah hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara?”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.

  2. Tujuan Khusus

  a. Untuk mengetahui karakteristik responden (dilihat dari karakteristik keluarga jenis kelamin, umur, pekerjaan tingkat pendidikan dan dilihat dari karakteristik lansia jenis kelamin, umur, pekerjaan, tingkat pendidikan). b. Untuk mengetahui dukungan keluarga tentang kemandirian dalam perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia di desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.

  c. Untuk mengetahui perilaku bersih dan sehat pada lansia di desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.

  d. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.

D. Manfaat Penelitian

  a. Bagi Responden Memberikan informasi pengetahuan dan ilmu tambahan bagi keluarga mengenai bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia.

  b. Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai bahan refrensi tambahan bagi ilmu keperawatan bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia, sehingga dapat diaplikasikan di masyarakat.

  c. Bagi Peneliti Selanjutnya Memberikan informasi dan refrensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel berbeda yang dapat mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia.

E. Penelitian Terkait 1.

  Nurlaela (2012) dengan judul “Gambaran Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kesehatan Anggota Keluarganya di Wilayah Kabupaten Pekalongan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam meningkatkan kesehatan anggota keluarganya.

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode pengumpulan data studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan adanya dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang memberikan air susu ibu, keluarga yang memiliki anggota keluarga lanjut usia, keluarga menghadapi anggota keluarganya yang menopause. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.

2. Norpadia (2012) dengan judul “Faktor Intrinsik Dan Ekstrinsik Yang

  Berhubungan Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-

  Hari”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor intrinsik dan ekstrinsik yang berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini terletak di Desa Meranti Pandak lansia dengan sampel 79 responden diambil dengan menggunakan teknik cluster

  sampling . Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dan telah diuji

  validitas dan reliabilitas (r> 0.444). Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square.