BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Eka Khikmawati BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program diversifikasi gula nasional dapat dilakukan dengan cara

  mencari alternatif sumber-sumber gula alami non tebu. Salah satunya adalah gula dari palmae (brown sugar). Program diversifikasi gula nasional yang berbasis pada gula palmae akan semakin efektif jika didukung oleh komitmen masyar akat dan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan budaya “cinta gula kelapa” dan perencanaaan program agroindustri gula kelapa yang komperehensif, terpadu dan berkelanjutan (Anonim, 2014). Disamping faktor berlimpah dan murahnya bahan baku gula kelapa, teknologi yang digunakan untuk membuat gula kelapa juga termasuk low cost (tidak membutuhkan biaya) and low tech (tidak membutuhkan teknologi yang tinggi). Hal ini berbeda dengan teknologi yang digunakan untuk pembuatan gula pasir (tebu).

  Sejalan dengan kemajuan teknologi dan pola konsumsi masyarakat, dewasa ini telah berkembang gula kelapa berbentuk kristal atau serbuk.

  Produk gula kelapa kristal memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan gula kelapa cetak biasa. Keunggulan gula kelapa kristal diantaranya yaitu lebih higienis dan bebas bahan kimia, lebih mudah larut, daya simpan yang lebih lama, bentuknya lebih menarik, harga jual lebih tinggi, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, rasa dan aromanya lebih khas, mudah difortifikasi atau diperkaya dengan bahan lain seperti Yodium, vitamin A atau

  Mineral (Mustaufik dan Haryanti, 2006). Gula kelapa kristal juga memiliki peluang untuk mengisi kekurangan kebutuhan gula nasional, selain itu juga sudah masuk dipasaran luar negeri (ekspor) seperti Singapura, Jepang, Hongkong, USA, dan Jerman (Anonim, 2014).

  Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah penghasil gula kelapa (gula jawa) yang sangat potensial di Jawa Tengah bahkan di Indonesia, selain Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara. Menurut data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas (2013), pada tahun 2011 terdapat 30.456 unit usaha gula kelapa dengan volume produksi mencapai 59.360,35 ton per tahun; pada tahun 2012 terdapat 31.182 unit usaha gula kelapa dengan volume produksi mencapai 63.102,35 ton per tahun; dan pada tahun 2013 terdapat 31.416 unit usaha gula kelapa dengan volume produksi mencapai 72.109,19 ton per tahun yang tersebar dalam 24 kecamatan dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas. Dari 24 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang perkembangan usaha home industri gula kelapanya produktif yaitu Ajibarang, Somagede, Pekuncen, Cilongok, Lumbir, Purwojati dan Wangon seperti yang terlihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Jumlah Produksi Gula Kelapa di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Banyumas

  Jumlah Produksi Gula Jumlah Produksi No. Kecamatan

  Kelapa (kg/ hari) Gula Semut (kg/hari)

  1. Cilongok 57.823,96 8.095,35

  2. Ajibarang 20.003,72 2.800,52

  3. Pekuncen 15.111,20 2.115,57

  4. Wangon 14.509,20 2.031,29

  5. Purwojati 12.613,44 1.765,88

  6. Somagede 12.469,52 1.745,73

  7. Lumbir 11.911,36 1.667,59 Sumber: Kantor Dinperindagkop Kabupaten Banyumas (2013).

  Di Kabupaten Banyumas sedikitnya terdapat 852 pengrajin gula kelapa kristal telah memperoleh sertifikasi organik dari lembaga sertifikasi gula kelapa kristal organik Control Union Certification (CUC) yang meliputi standar organik dari USDA (Amerika Serikat), NOP (Eropa) dan JAS (Jepang). Dengan sertifikat organik, maka produk gula kelapa kristal organik Banyumas sudah bisa menembus pasar luar negeri (ekspor). Sertifikasi produk gula kelapa kristal tersebut merupakan bagian dari program penguatan produk pertanian yang dilakukan bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup (LPPLSH) Banyumas dan Lembaga Pengabdian Masyarakat Unsoed (Anonim, 2014).

  Data Dinperindagkop Kabupaten Banyumas (2014), menyebutkan bahwa Desa Rancamaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani pengrajin gula kelapa dengan total pelaku wirausaha 248 pengrajin dengan produksi total mencapai 27,473 kg per hari atau 10 ton per tahun (gula kelapa cetak) dan 54,945 kg per hari atau 20 ton per tahun (gula kelapa kristal). Berikut adalah data jumlah pengrajin gula kelapa di desa-desa yang berada pada kawasan Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Tabel 2. Jumlah Pengrajin Gula Kelapa di Desa-Desa Kawasan Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

  Jumlah Jumlah Jumlah Petani kepemilikan produksi

  No. Nama Desa Pengrajin Gula pohon gula kelapa Kelapa (Orang)

  (pohon) (kg/hari)

  1. Langgongsari 413 10.329 3.718,44

  2. Pageraji 910 20.568 7.404,48

  3. Cilongok 373 10.258 3.692,88

  4. Pernasidi 252 6.544 2.355,84

  5. Karanglo 21 945 340,20

  6. Kalisari 15 366 131,76

  7. Karangtengah 116 2.585 930,60

  8. Panembangan 108 2.462 886,32

  9. Rancamaya 248 4.190 1.508,40

  10. Gunung Lurah 318 8.615 3.101,40

  11. Sokawera 498 11.596 4.174,56

  12. Sambirata 244 6.770 2.437,20

  13. Kasegeran 460 13.083 4.709,88

  14. Sudimara 379 9.067 3.264,12

  15. Jatisaba 465 7.803 2.809,08

  16. Panusupan 678 10.942 3.939,12

  17. Cipete 26 2.756 992,16

  18. Batuanten 679 2.192 789,12

  19. Cikidang 117 2.192 789,12

  20. Pejogol 174 2.748 989,28

  Jumlah 6.494 136.011 48.964 Sumber: Kantor Dinperindagkop Kabupaten Banyumas, 2014.

  Dari Tabel 2 terlihat jelas bahwa Desa Pageraji adalah salah satu desa dari 20 desa yang ada di Kecamatan Cilongok yang memiliki jumlah petani pengrajin gula kelapa dan jumlah kepemilikan pohon terbanyak. Namun bertitik tolak dari tabel tersebut penelitian ini dilakukan di Desa Rancamaya, dimana desa ini merupakan desa yang berada pada urutan 12 dari 20 desa yang ada di Kecamatan Cilongok yang memiliki jumlah petani pengrajin gula kelapa terbanyak. Desa Rancamaya memiliki 92 rumah tangga petani pengrajin gula kelapa kristal yang ikut bergabung dengan Koperasi Nira Satria, dimana dari 92 petani pengrajin ini sudah memiliki sertifikasi produk. Di Koperasi Nira Satria ini mampu menyediakan 10 ton per minggu atau 30- 40 ton per bulan untuk di ekspor (Sumber: Pengurus Koperasi Nira Satria, 2015).

  Selanjutnya data dari kantor Dinperindagkop (2013), juga menyebutkan bahwa pada tahun 2013 Kabupaten Banyumas memproduksi gula kelapa kristal sebanyak 28,84 ton per hari dengan jumlah home industry 4.399 unit usaha dan tenaga kerja sebanyak 13.199 orang.

  Agroindustri gula kelapa merupakan salah satu produk home industry yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Rancamaya sebagai komoditas unggulan desa tersebut. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan banyaknya inovasi, gula ini dimodifikasi menjadi gula kelapa kristal atau gula semut. Gula kelapa kristal adalah salah satu produk yang mengalami diversifikasi produk dimana memberi nilai tambah terhadap ekonomi rumah tangga petani pengrajin karena harga jual gula kelapa kristal (Rp 13.500 per kilogram untuk gula kelapa kristal kering dan Rp 12.500 per kilogram untuk gula kelapa kristal basah) jauh lebih tinggi dibanding gula kelapa cetak (Rp 8.500 per kilogram). Selain harga jual yang cukup tinggi, namun dalam proses pembuatan gula kelapa kristal ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama dibanding dengan membuat gula kelapa cetak. Disamping itu, kualitas produk juga sangat berpengaruh karena gula kelapa kristal di desa ini sudah masuk ekspor.

  Dari uraian diatas, peneliti bermaksud ingin mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh petani pengrajin dari usaha agroindustri gula kelapa kristal, seberapa besar kontribusi agroindustri gula kelapa kristal terhadap ekonomi rumah tangga pengrajin gula kristal, serta kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi pengrajin dalam mengembangkan agroindustri gula kelapa kristal.

B. Rumusan Masalah

  1. Berapa pendapatan yang diperoleh pengrajin dari usaha agroindustri gula kelapa kristal di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas?

  2. Berapa kontribusi agroindusti gula kelapa kristal terhadap ekonomi rumahtangga pengrajin gula kelapa kristal di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas?

  3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi pengrajin dalam mengembangkan agroindustri gulakelapa kristal di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas? C.

   Pembatasan Masalah

  Dalam penelitian ini perlu adanya batasan masalah, sehingga kajian terbatas pada masalah yang dirumuskan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Obyek penelitian adalah pengrajin gula kelapa kristal.

  2. Penelitian dilaksanakan di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

  3. Faktor-faktor yang diteliti yaitu faktor biaya dan pendapatan dari agroindustri gula kelapa kristal.

  4. Faktor lain yang diteliti yaitu faktor pendapatan keluarga pengrajin diluar pendapatan agroindustri gula kelapa kristal.

  5. Faktor kontribusi yang dihitung dalam kurun waktu satu tahun.

  6. Tingkat harga yang berlaku yaitu harga pada saat dilakukannya penelitian.

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui besar pendapatan yang diperoleh pengrajin dari usaha agroindustri gula kelapa kristal di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

  2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi agroindusti gula kelapa kristal terhadap ekonomi rumahtangga pengrajin gula kelapa kristal di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

  3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi pengrajin dalam mengembangkan agroindustri gula kelapa kristal di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

  E. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diperoleh dalam kegiatan penelitian ini antara lain:

  1. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang agroindustri rumah tangga, baik dalam hal pengolahan bahan baku, pemasaran dan peningkatan kualitas produksi serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada pendidikan strata satu.

  2. Bagi instansi Diharapkan dapat menjadikan sebagai bahan informasi dan landasan dalam menentukan kebijakan terkait dengan usaha agroindustri gula kelapa kristal.

  3. Bagi petani pengrajin Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengelolaan usaha agroindustri gula kelapa kristal agar lebih efisienterutama pada penekanan biaya produksi agar dapat memperoleh keuntungan yang tinggi.

  4. Bagi peneliti lain Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis.