Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama) Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH) Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum

  UIN Alauddin Makassar Oleh :

MUHAMMAD MUSHAWIR RAPI NIM.10500113010 FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Muhammad Mushawir Rapi Nim : 10500113010 Tempat/Tgl. Lahir : Jeneponto, 03 Mei 1994 Jurusan : Ilmu Hukum Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : Jl Muhjirin II Perm. Maulana Regency No 7A Makassar Judul : Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan

  (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama) Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, 15 Juni 2017 Penyusun, Muhammad Mushawir Rapi NIM : 10500113010

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga proses penulisan skripsi ini yang berjudul “Kedudukan Anak Angkat Dalam Pembagian Harta Warisan (Studi

  

Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama)” dapat diselesaikan dengan

baik.

  Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai rahmatan lil al-'alaimin, uswatun hasanah dan suri tauladan terbaik sepanjang masa yang telah membawa umat manusia dari alam kebiadaban menjadi alam berperadaban seperti saat ini.

  Keterlibatan banyak pihak dalam proses penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, mereka yang berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini dan proses pembelajaran selama di Fakultas Syariah dan Hukum. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

  1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Uniersitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. Ibu Istiqamah S.H.,M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Bapak Rahman Syamsuddin S.H.,M.H selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum.

  4. Bapak Dr. H. Supardin, M.H. dan Bapak Ashar Sinilele, S.H., M.H. selaku pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini.

  5. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, terima kasih untuk seluruh didikan, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

  6. Bapak Cening Budiana dan Ibu Hj. Nuraeni. selaku hakim di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Makassar atas kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan tanggapan atas beberapa pertanyaan yang penyusun ajukan dan atas saran-sarannya yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Bapak Mustari, SH., MH. selaku bagian hukum kemahasiswaan di Pengadilan Negeri Makassar yang telah memberikan kesempatan dan arahan kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

  8. Etta Tercinta Dra. Salmah ZR yang telah memberikan dukungan dan doa, serta kasih sayang yang luar biasa besarnya kepada penyusun.

  9. Ketiga orang tua tercinta, Ayah dan Ibu Drs. Muhammad Salim Rapi, Rahmawati dan Siti Nurbaya yang telah memberikan dukungan dan doa, serta kasih sayang yang luar biasa besarnya kepada penyusun. Serta kepada kedua kakak dan adikku yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan yang terbaik.

  10. Teman-teman Mahasiswa/i ILMU HUKUM Angkatan 2013 khususnya kepada Ilmu Hukum A, Terkhusus kepada Satriani S.H, Ahmad Kawakiby, Ruzmadi Zuarna, Muh. Takbir, dan Usman yang telah mendukung dan tak bosan untuk saling menasehati dan membantu penyusunan skripsi ini serta saudara-saudara seperjuangan yang hebat dan luar biasa.

  11. Keluarga KKN-R Angkatan 53 Kecamatan Bontolempangan, Desa Lassa - Lassa Kabupaten Gowa, Yang Bernama Yuniar Harvianti, Dewi Kasmira, Muhsinah

  Hamid, Rikha Rezky Irjayanti, Muhamin Muis, Mansyur dan Bapak Kepala Desa Awaluddin Hamsah yang selalu memberikan nasehat dan dukungannya kepada penulis.

  11. Terima Kasih Sahabatku Moh. Zukri Prasetyo Atas Dukungannya selamanya menyelseaikan Skripsi ini.

  Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga orang-orang yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan di didalamnya, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu penyusun memohon maaf atas segala kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan dan penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna untuk semua orang. Amin ya robbal alamin.

  Makassar, 15 Juni 2017 Penulis, Muhammad Mushawir Rapi 10500113010

  DAFTAR ISI JUDUL

  ..................................................................................................................i

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  ...........................................................ii

  PENGESAHAN SKRIPSI

  ..................................................................................iii

  KATA PENGANTAR

  .........................................................................................iv

  DAFTAR ISI

  ........................................................................................................vii

  ABSTRAK

  ...........................................................................................................x

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1-13 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................................... 9 C. Rumusan Masalah .............................................................................. 9 D. Kajian Pustaka .................................................................................... 10 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 12 BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 14-58 A. Tinjauan Dasar Hukum Kewarisan ..................................................... 14

  1. Pengertian Hukum Waris Islam .................................................... 14

  a. Bentuk – bentuk waris........................................................22

  b. Sebab-sebab adanya hak mewarisi.....................................22

  c. Syarat Mewarisi..................................................................23

  d. Penganggur Hak Mewarisi.................................................24

  e. Golongan Ahli Waris..........................................................25

  2. Pengertian Pengertian Hukum Waris Perdata ............................... 27

  a. Unsur-Unsur Dalam Pewarisan..........................................28

  B. Tinjauan Hukum Tentang Dasar Pengangkatan Anak ........................ 32

  1. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak........................39

  a. Dasar Hukum Pengangkatan Anak..........................................44

  b. Syarat – Syarat Pengangkatan Anak........................................47

  c. Tujuan Pengangkatan Anak.....................................................48

  d. Akibat Hukum Pengangkatan Anak........................................53

  BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 59-61 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................................. 59 B. Metode Pendekatan ............................................................................. 59 C. Sumber Data ........................................................................................ 59 D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 61 E. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 61 BAB IV KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM KEWARISAN..........62-80 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................62

  1. Pengadilan Negeri Makassar...........................................................62

  2. Pengadilan Agama Makassar..........................................................65

  B. Ketentuan Hukum Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan Dalam Pembagian Harta Warisan di Kota Makassar.............68

  1. Pengadilan Negeri Makassar...........................................................69

  2. Pengadilan Agama Makassar..........................................................72

  C. Ketentuan Hukum Tentang Pembagian Harta Warisan Terhadap Anak Angkat.................................................................................................73

  1. Pengadilan Negeri.........................................................................74

  2. Pengadilan Agama........................................................................77

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.........................................................................................81

  B. Implikasi.............................................................................................82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

ABSTRAK

Nama : Muhammad Mushawir Rapi Nim : 10500113010

Jurusan : Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi

Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama)

  Skripsi ini membahas tentang kedudukan Anak Angkat di dalam orangtua angkat yang dimana Pengangkatan anak termasuk dalam kategori perbuatan hukum, yang mengakibatkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam terdapat perbedaan pengaturan tentang kedudukan anak angkat terhadap orang tua angkatnya. Hal tersebut berimplikasi pada proses pembagian warisan. Pembagian warisan terhadap anak angkat menurut Hukum Islam menggunakan wasiat wajibah, sedangkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak angkat mendapat warisan yang sama dengan anak sah.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum Field Research Kualitatif Deskriptif yaitu metode penelitian lapangan dengan pengamatan langsung yang bersifat interaktif dan memaparkannya sesuai data – data yang diperoleh. Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis yaitu di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Kota Makassar.

  Kedudukan anak angkat terdapat pada Pasal 12 menyamakan seorang anak dengan anak yang sah dari perkawinan orang yang mengangkat. Dengan demikian, anak angkat didalam keluarga mempunyai kedudukan yang sama dengan anak kandung atau anak yang terlahir dari orang tua angkatnya. Hal itupun berakibat pada kesamaan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh anak angkat, termasuk pada pembagian warisan harta orang tua angkatnya apabila meninggal dunia.Sedangkan dalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya.

  Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat implikasi dalam penelitian: Pengaturan mengenai pembagian warisan antara Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam mengalami banyak perbedaan. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat di Indonesia yang beragam, sehingga hukum yang diterapkan pun berbeda, hal tersebut menyebabkan tidak mungkin terjadi unifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian dari segala tumpuhan dan harapan kedua orang tua (ayah

  dan ibu) sebagai penerus hidup. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan.

  Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Namun, demikian tujuan tersebut terkadang tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan. Beberapa pasangan hidup, tidaklah sedikit dari mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh keturunan. Sedang keinginan untuk mempunyai anak nampaknya begitu besar. sehingga kemudian di antara merekapun ada yang mengangkat anak.

  Kita ketahui bahwa Pengangkatan anak terbagi dalam dua pengertian, yaitu:

  a. pengangkatan anak dalam arti luas. Ini menimbulkan hubungan nasab sehingga ada hak dan kewajiban selayaknya antara anak sendiri terhadap orang tua sendiri

  b. pengangkatan anak dalam arti terbatas. yakni pengangkatan anak orang lain ke dalam keluarga sendiri dan hubungan antara anak yang diangkat

  1

  dan orang tua yang mengangkat hanya terbatas pada hubungan sosial saja

  1

  Di Indonesia, ada tiga sistem hukum yang berlaku dan mengatur permasalahan tentang pengangkatan anak. Ketiga sistem hukum itu adalah hukum Islam, hukum Adat dan hukum perdata. Untuk sementara pembahasan mengenai hukum Adat tidak kami sebutkan di sini, melainkan lebih dikonsentrasikan terhadap hukum perdata dan hukum Islam di Indonesia

  Hukum Islam sebagai satu pranata sosial memiliki dua fungsi; 1. sebagai kontrol sosial dan 2. sebagai nilai baru dan proses perubahan sosial.

  Jika yang pertama hukum Islam ditempatkan sebagai blue-print atau cetak

  

biru Tuhan yang selain sebagai kontrol juga sekaligus sebagai social engineering

  terhadap keberadaan suatu komunitas masyarakat. Sementara yang kedua, hukum lebih merupakan produk sejarah yang dalam batas-batas tertentu diletakkan sebagai justifikasi terhadap tuntutan perubahan sosial, budaya, dan politik. Oleh karena itu, dalam konteks ini, hukum Islam dituntut akomodatif terhadap persoalan umat tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasarnya. Sebab kalau tidak, besar kemungkinan hukum Islam akan mengalami kemandulan fungsi, atau meminjam istilah Abdurrahman Wahid, fosiliasi, bagi kepentingan umat. Karena itu apabila para pemikir hukum tidak memiliki kesanggupan atau keberanian untuk mereformulasi dan mengantisipasi setiap persoalan yang muncul dalam masyarakat dan mencari penyelesaian hukumnya, maka hukum Islam akan kehilangan aktualitasnya. Sehingga kemudian, sebagai realisasi dari semua itu dipandang perlu untuk diadakan pembaharuan Hukum Islam seperti telah diwujudkan dalam bentuk Kompilasi Hukum Islam atau dikenal KHI.

  KHI Sesuai Inpres RI No.1 Tahun 1991 Tentang KHI sebagaimana termaktub dalam diktumnya adalah perintah kepada Menteri Agama untuk

  2

  menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam. Tujuannya ialah untuk digunakan oleh Instansi pemerintah dan masyarakat yang memerlukannya.

  Pengangkatan anak termasuk dalam kategori perbuatan hukum, yang mengakibatkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Di dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam terdapat perbedaan pengaturan tentang kedudukan anak angkat terhadap orang tua angkatnya. Hal tersebut berimplikasi pada proses pembagian warisan. Pembagian warisan terhadap anak angkat menurut Kompilasi Hukum Islam menggunakan wasiat wajibah, sedangkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak angkat mendapat warisan yang sama dengan anak sah.

  Defenisi pengangkatan anak terdapat dalam peraturan pemerintah Nomor 54 tahun 2007 pasal 1 butir 2 tentang pengangkatan Anak, berbunyi : “Pegangkatan Anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat”. 2 Marzuki Wahid dan Rumadi, fiqh Madzhab Negara, Kritik atas Hukum Islam di Indonesia,

  Di Indonesia diberlakukan tiga sistem hukum kewarisan yaitu hukum kewarisan Perdata, Islam, dan Adat. Ketiga sistem hukum ini diberlakukan karena belum memiliki Undang – Undang hukum waris nasional yang dapat mengatur seluruh rakyat Indonesia.

  Pengangkatan anak bertujuan untuk meneruskan keturunan apabila dalam suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan, mempertahankan ikatan perkawinan, dan tidak pula karena faktor sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Namun kedudukan anak angkat terhadap harta warisan yang diberikan oleh orang tua angkatnya terjadi perbedaan menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( KUH Perdata ) dan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ).

  KUHPerdata (BW) tidak mengatur mengenai pengangkatan anak. Hal ini membawa akibat tidak ada pengangkatan anak yang didasarkan pada KUH Perdata.

  Akan tetapi, akibat perang dunia II di Belanda telah lahir Undang – Undang tentang pengangkatan Anak, yaitu : Staatblad Nomor 129 Tahun 1917.

  Dalam Staatsblad ini menyatakan bahwa anak adopsi memiliki hubungan keperdataan secara hukum dan disamakan posisinya sebagai anak yang dilahirkan

  3 dari perkawinan orang tua angkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat.

  Adapun Fatwa Muhammadiyah dan NU mengenai adopsi bahwa:

3 Racmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Cetakan Pertama,

  PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 190

  Anak Angkat tidak boleh di akui dan disamakan sebagai anak kandung, sehingga dalam pembagian harta warisan, anak angkat yang tidak memiliki hubungan nasab atau hubungan darah dengan orang tua angkatnya tidak dapat saling mewarisi, dengan kata lain anak angkat tidak mewarisi harta warisan yang ditinggalkan oleh orang tua angkatnya, demikian pula sebaliknya orang tua angkat tidak mewarisi harta

  4 warisan anak angkatnya.

  Di dalam hukum Perdata diartikan sebagai suatu ikatan sosial yang sama dengan ikatan kewangsaan biologis. Anak angkat dalam hukum Perdata mendapat kedudukan yang hampir sama dengan anak sendiri, yaitu dalam hal kewarisan dan perkawinan. Namun sebaliknya, dalam hukum Islam tidak demikian. Hukum Islam secara tegas melarang adanya pengangkatan anak yang mengakibatkan hubungan nasab antara anak angkat dengan orang tua angkat dan tidak pula menyebabkan hak waris. Kedudukan Anak Angkat dalam islam dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab/33: 4-5.

  ‘Ï↔¯≈©9$# ãΝä3y_≡uρø—r& Ÿ≅yèy_ $tΒuρ 4 ϵÏùöθy_ ’Îû É÷t7ù=s% ÏiΒ 9≅ã_tÏ9 ª!$# Ÿ≅yèy_ $¨Β öΝä3Ï9≡sŒ 4 öΝä.u!$oΨö/r& öΝä.u!$uŠÏã÷Šr& Ÿ≅yèy_ 4 ö/ä3ÏG≈yγ¨Βé& £åκ÷]ÏΒ tβρãÎγ≈sàè? Νä3ä9öθs% $tΒuρ

  

öΝÎγÍ←!$t/Kψ öΝèδθãã÷Š$# ∩⊆∪ Ÿ≅‹Î6¡¡9$# “ωôγtƒ uθèδuρ ¨,ysø9$# ãΑθà)tƒ ª!$#uρ ( öΝä3Ïδ≡uθøùr'Î/

4 Wasiun Mika, kedudukan Hukum dan Hak Waris Anak Angkat (Anak Pungut,Adopsi),

  

http:/www.jadipintar.com/2013/08/kedudukan-hukum-dan-hak-waris-angkat-anak-pungut,adopsi.html

  ÈÏe$!$# ’Îû öΝà6çΡ≡uθ÷zÎ*sù öΝèδu!$t/#u (#þθßϑn=÷ès? öΝ©9 βÎ*sù 4 «!$# y‰ΖÏã äÝ|¡ø%r& uθèδ ôNy‰£ϑyès? !$yϑ‹Ïù Óy$uΖã_ öΝà6ø‹n=tæ }§øŠs9uρ 4 öΝä3‹Ï9≡uθtΒuρ $¨Β Å3≈s9uρ ϵÎ/ Οè?ù'sÜ÷zr&

  5 ∩∈∪ $¸ϑŠÏm§‘ #Y‘θà"xî ª!$# tβ%Ÿ2uρ 4 öΝä3ç/θè=è%

  Terjemahnya: Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak- bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara- saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja

  6

  oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Akan tetapi, berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, bahwa pengangkatan anak telah dilakukan dengan cara dan motivasi yang berbeda - beda, sejalan dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang di dalam masyarakat yang bersangkutan

  Menurut Hukum Islam, anak angkat tidak dapat diakui untuk bisa dijadikan dasar dan sebab mewarisi, karena prinsip pokok dalam kewarisan Islam adalah hubungan darah atau nasab keturunan. Dengan kata lain bahwa peristiwa

  6 pegangkatan anak menurut hukum kawarisan Islam, tidak membawa pengaruh hukum terhadap status anak angkat, yakni bila bukan merupakan anak sendiri, tidak dapat mewarisi dari orang yang setelah mengangkat anak tersebut. Hal ini, tentunya akan menimbulkan masalah dikemudian hari apabila dalam hal warisan tersebut tidak dipahami oleh anak angkat, dikarenakan menurut hukum Islam, anak angkat tidak berhak mendapatkan pembagian harta warisan dari orang tua angkatnya, maka sebagai solusinya menurut Kompilasi Hukum Islam adalah dengan jalan pemberian “Wasiat Wajibah” sebanyak-banyaknya (sepertiga) harta warisan orang tua angkatnya. Sebagaimana telah diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 209 ayat 2 yang berbunyi : “Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat maka diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya dari harta warisan orang tua angkatnya”. Permasalahan pengangkatan anak dan pembagian harta warisan menurut Kompilasi Hukum Islam tersebut diatas menarik bagi penulis untuk membahasnya.

  Menurut ketentuan umum dalam kompilasi Hukum Islam Pasal 171 bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggungjawabnya dari orang tua asal

  7

  kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Atas dasar pengertian tersebut jelaslah bahwa yang dilarang menurut Hukum Islam adalah pengangkatan anak sebagai anak kandung dalam segala hal. Dari sini terlihat adanya titik persilangan menurut ketentuan hukum adat, yang menghilangkan atau 7 memutuskan kedudukan anak angkat dengan orang tua kandungnya sendiri. Hal ini bersifat prinsip dalam lembaga Adopsi karena adanya ketentuan yang menghilangkan hak-hak ayah kandung dan dapat merombak ketentuan-ketentuan mengenai waris. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sudah selayaknya apabila ada suatu cara untuk menjembatani masalah anak angkat, sehingga anak angkat dapat dipelihara dengan baik dan dapat terjamin masa depannya khususnya yang berkaitan dengan bagian waris anak angkat yang bersangkutan.

  Dengan demikian, adopsi yang dilarang menuntut ketentuan dalam hukum Islam adalah seperti dalam pengertian aslinya, yakni menurut versi Hukum barat yaitu mengangkat anak secara mutlak. Dalam hal ini adalah, memasukkan anak yang diketahuinya sebagai anak orang lain kedalam keluarganya yang tidak ada pertalian nasab kepada dirinya sebagai anak sendiri, seperti hak menerima warisan sepeninggalnya dan larangan kawin dengan keluarganya

  Demi keadilan dan kesejahteraan anak angkat maka KHI melalui Inpres RI Nomor 1 Tahun 1991 memperbolehkan anak angkat mendapatkan warisan orang tua angkatnya dengan melalui wasiat wajibah (Pasal 209 KHI). Latar belakang tersebut diatas yang penting diteliti untuk membandingkan KUH Perdata (BW) dan KHI dalam hal warisan terhadap status anak angkat dalam keluarga.

  B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tercapailah pointer focus sebagai representasi dari focus penelitian yaitu tentang Kedudukan anak angkat dalam pembagian harta warisan dengan orang tua angkatnya.

  Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami focus penelitian kedepannya, terlebih dahulu penulis mendeskripsikan fokus penelitian sebagai berikut.

  Anak angkat adalah adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga, orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikandan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkunag orang tua angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan.

  Warisan adalah harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, pokok masalah yang akan diteliti adalah bagaimana kedudukan anak angkat dalam pembagian harta warisan. Dari pokok masalah tersebut dapat diuraikan dua sub masalah, yakni :

  1. Bagaimanakah kedudukan anak angkat terhadap orangtua angkatnya?

  2. Bagaimanakah sistem pembagian harta warisan terhadap anak angkat ?

D. Kajian Pustaka

  Dalam penyusunan penelitian ini dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian.

  Sebelum melakukan penelitian penulis telah melakukan kajian terhadap karya – karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun penelitian yang memilki relevansi dengan judul penulis, sebagai berikut :

  Studi mengenai perkara kewarisan yang menjadi bagian dari materi hukum perdata di Indonesia telah banyak dilakukan oleh kalangan sarjana Muslim, terlebih lagi dalam hubungannya dengan kewarisan Islam. Namun demikian, penelitian kalangan sarjana yang menulis tentang status kewarisan anak angkat masih dianggap minim, untuk tidak mengatakan tidak ada dalam bentuk buku yang utuh. Setidaknya literatur yang berhubungan dengan tema penelitian ini adalah karya R Wirjono

8 Projodikoro , Muderis Zaini yang berhubungan dengan pokok masalah yang akan di

  uraikan R. Wirjono Projodikoro bukunya yang berjudul Hukum Waris Di Indonesia tahun 1966 mengungkapkan bahwa masalah kewarisan merupakan masalah yang berkaitan dengan apa dan bagaimana hak-hak dan kewajiban kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Dengan pendekatan normatif, R.Wirjono menggaris bawahi bahwa terdapat perbedaan antara adopsi di antara orang-orang Tionghoa dan pengangkatan 8 anak menurut hukum Perdata bagi orang-orang Indonesia asli, yaitu perihal hubungan hukum antara anak angkat dan orang tuanya sendiri. Meski dengan berani ia menyatakan bahwa Burgerlijk Wetboek (BW) tidak kenal anak angkat, dalam kenyataannya menurut pasal 12 dari peraturan itu, anak angkat itu dapat disamakan dengan seorang anak kandung. Adanya ketidak konsistenan inilah yang mempertanyakan secara epistemologis mengenai akar kesejarahan hukum kewarisan bagi anak angkat.

  Buku R. Soeroso bukunya yang berjudul Perbandingan Hukum Perdata tahun 1993 berupaya melakukan perbandingan antara hukum barat, hukum adat, dan hukum Islam. Namun, melalui tulisannya yang amat sederhana ini, Soeroso hanya menelaah pengangkatan anak sebagai sub pembahasan yang simpel tanpa argumentasi normatif hukum yang memadai. Menurutnya, hukum Islam sudah saatnya untuk memikirkan status anak angkat dan karenanya ia menyarankan agar umat Islam memperbolehkan pengangkatan anak. Namun, dalam kerangka praktisnya tentu tergantung pada situasi dan kondisi dari pengangkatan anak itu sendiri. Oleh karenanya, kedudukannya bisa menjadi sunnah atau dianjurkan atau dapat juga sebaliknya menjadi haram atau dilarang. Dalam hal hubungannya dengan orang tua angkat, R. Soeroso memberikan saran agar jika akan memberikan sesuatu kepada anak angkatnya,hendaknya

  9 dilakukan pada waktu masih sama-sama hidup sebagai hibah biasa .

  9

  Dari beberapa literatur di atas, studi mengenai status kewarisan anak angkat dalam perspektif hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia belum ada yang meneliti secara khusus Jumlah Pembagian Harta Warisan yang di peroleh anak dari orang tua angkatnya. Meskipun ada, sebagaimana literatur-literatur yang telah diterangkan di atas, pembicaraan mengenai kedudukan anak angkat hanya dibahas secara umum dan ditulis dalam kajian, tidak menggunakan analisis perbandingan yang lebih menelaah pada aspek status kewarisan anak angkat. Melalui penelitian inilah, studi mengenai kewarisan anak angkat dari dua perspektif yang berbeda, yaitu hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia dianggap perlu untuk di telaah.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

  a. Untuk mengetahui kedudukan anak angkat terhadap Orangtua Angkatnya.

  b. Untuk mengetahui Kedudukan Anak Angkat terhadap Harta Warisan Orangtua Angkatnya.

2. Kegunaan Penelitian

  a. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi tentang pemahaman masyarakat tentang kedudukan anak angkat dalam pembagian harta warisan. b. Sebagai bahan informasi atau pengetahuan tentang hakikat pemberian harta terhadap anak angkat dalam KUHPerdata dan Kompilasi Hukum Islam.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Tinjauan Dasar Hukum Kewarisan

1. Pengertian Hukum Waris Islam

  Al-mirats (ﺙﺍﺭﻳﻣﻟﺍ) , dalam bahasa arab adalah bentuk masdar ( infinitif ) dari

  kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan . Maknanya menurut

  ( َﺙ ِﺭ َﻭ - ُﺙ ِﺭَﻳ – ﺎًﺛ ْﺭِﺇ- ﺎًﺛﺍ َﺭْﻳِﻣ َﻭ)

  bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Pengertian menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanya pada hal yang berkaitan dengan harta benda dan non harta benda. Ayat – ayat al-Qur’an banyak menegaskan, demikian pula sabda Rasulullah saw. Ayat yang berhubungan dengan kewarisan adalah QS al-Naml/27:16.

  ....

  ( yŠ…ãρ#yŠ ß≈yϑøŠn=ß™ y^Í‘uρuρ

  Terjemahnya:

  1 Dan Sulaiman telah mewarisi Daud...”

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya, Pustaka Agung

  Maksudnya Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Daud a.s. serta mewarisi ilmu pengetahuannya dan kitab Zabur yang diturunkan kepadanya.

  Ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah kewarisan, baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam al-Qur’an dapat dijumpai dalam beberapa surah dan ayat, yaitu sebagai berikut.

  1. Menyangkut tanggungjawab orang tua dan anak ditemui dalam QS. al- Baqarah/2: 233.

  ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 ö/ä3Å¡à ΡL{ (#θãΒÏd‰s%uρ ( ÷Λä÷∞Ï© 4’¯Τr& öΝä3rOöym (#θè?ù'sù öΝä3©9 Ó^öym öΝä.äτ!$|¡ÎΣ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ̍Ïe±o0uρ 3 çνθà)≈n=•Β (#þθßϑn=ôã$#uρ ∩⊄⊄⊂∪ Νà6¯Ρr&

  Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan

  2 berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

  2. Menyangkut harta pusaka dan pewarisannya ditemui dalam QS. an-Nisa’/4: 33, QS. al-Ahzab/33: 6 dan QS. al-Anfal/8: 75.

  ôNy‰s)tã tÏ%©!$#uρ 4 šχθç/tø%F{$#uρ Èβ#t$Î!≡uθø9$# x8ts? u’Í<≡uθtΒ 9e≅à6Ï9uρ $£ϑÏΒ $oΨù=yèy_ ∩⊂⊂∪ #´‰‹Îγx© &óx« Èe≅à2 4’n?tã tβ%Ÿ2 ©!$# ¨βÎ) 2

  4 öΝåκz:ÅÁtΡ öΝèδθè?$t↔sù öΝà6ãΖ≈yϑ÷ƒr& Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya, Pustaka Agung Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada

  3 mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

  öΝåκÝÕ÷èt/ ÏΘ%tnö‘F{$# (#θä9'ρé&uρ 3 öΝåκçJ≈yγ¨Βé& ÿ…çµã_≡uρø—r&uρ ( öΝÍκŦà Ρr& ôÏΒ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ 4’n<÷ρr& ÷É<¨Ζ9$#

#’n<Î) (#þθè=yèø s? βr& HωÎ) t̍Éf≈yγßϑø9$#uρ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$# zÏΒ «!$# É=≈tFÅ2 ’Îû <Ù÷èt7Î/ 4†n<÷ρr&

É=≈tGÅ6ø9$# y7Ï9≡sŒ šχ%Ÿ2

  4 ∩∉∪ #Y‘θäÜó¡tΒ ’Îû $]ùρã÷è¨Β Νä3Í←!$uŠÏ9÷ρr&

  Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah).

  

4 óΟä3ΖÏΒ y7Íׯ≈s9'ρé'sù öΝä3yètΒ (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδuρ ߉÷èt/ -∅ÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$#uρ

7ΛÎ=tæ >óx« Èe≅ä3Î/ ©!$# ¨βÎ) 3 «!$# É=≈tFÏ. ’Îû <Ù÷èt7Î/ 4’n<÷ρr& öΝåκÝÕ÷èt/ ÏΘ%tnö‘F{$# (#θä9'ρé&uρ ∩∠∈∪

  dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya, Pustaka Agung

  3. Menyangkut aturan pembagian harta warisan, ditemui dalam QS. an-Nisa’/4:

  4

  7-14, 34, dan 176

  

x8ts? $£ϑÏiΒ Ò=ŠÅÁtΡ Ï!$|¡ÏiΨ=Ï9uρ tβθç/tø%F{$#uρ Èβ#t$Î!≡uθø9$# x8ts? $£ϑÏiΒ Ò=ŠÅÁtΡ ÉΑ%y`Ìh=Ïj9

uŽ|Øym 4 uŽèYx. ÷ρr& çµ÷ΖÏΒ ¨≅s% šχθç/tø%F{$#uρ Èβ#t$Î!≡uθø9$# #sŒÎ)uρ ∩∠∪ $ZÊρãø ¨Β $Y7ŠÅÁtΡ $£ϑÏΒ

  

óΟçλm; (#θä9θè%uρ çµ÷ΨÏiΒ Νèδθè%ã—ö‘$$sù ßÅ6≈|¡yϑø9$#uρ 4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ 4’n1öà)ø9$# (#θä9'ρé& sπyϑó¡É)ø9$#

$¸ ≈yèÅÊ Zπ−ƒÍh‘èŒ óΟÎγÏ ù=yz ôÏΒ (#θä.ts? öθs9 šÏ%©!$# |·÷‚u‹ø9uρ ∩∇∪ $]ùρã÷è¨Β Zωöθs%

tβθè=à2ù'tƒ tÏ%©!$# ¨βÎ) Zωöθs% (#θä9θà)u‹ø9uρ ©!$# (#θà)−Gu‹ù=sù öΝÎγøŠn=tæ (#θèù%s{

∩∪ #´‰ƒÏ‰y™

#ZŽÏèy™ šχöθn=óÁu‹y™uρ ( #Y‘$tΡ öΝÎγÏΡθäÜç/ ’Îû tβθè=à2ù'tƒ $yϑ¯ΡÎ) $¸ϑù=àß 4’yϑ≈tGuŠø9$# tΑ≡uθøΒr&

[!$|¡ÎΣ £ä. 4 È÷u‹sVΡW{$# Åeáym ã≅÷VÏΒ Ìx.©%#Ï9 ( öΝà2ω≈s9÷ρr& þ’Îû ª!$# ÞΟä3ŠÏ¹θムβÎ*sù

  ∩⊇⊃∪ Èe≅ä3Ï9 ϵ÷ƒuθt/L{uρ 4 ß#óÁÏiΖ9$# $yγn=sù Zοy‰Ïm≡uρ ôMtΡ%x. βÎ)uρ ( x8ts? $tΒ $sVè=èO £ßγn=sù È÷tGt⊥øO$# s−öθsù ÿ…çµrOÍ‘uρuρ Ó$s!uρ óΟ©9

  4 Ó$s!uρ tβ%x. x8ts? â¨ß‰¡9$# 7‰Ïn≡uρ …ã&©! ä3tƒ βÎ*sù …çµs9 βÎ) $£ϑÏΒ $yϑåκ÷]ÏiΒ 7π§‹Ï¹uρ ω÷èt/ .ÏΒ 4 â¨ß‰¡9$# ϵÏiΒT|sù ×οuθ÷zÎ) ÿ…ã&s! tβ%x. 4 ß]è=›W9$# ϵÏiΒT|sù çν#uθt/r& βÎ*sù ZπŸÒƒÌsù 4 $Yèø tΡ ö/ä3s9 Ü>tø%r& öΝß㕃r& tβρâ‘ô‰s? Ÿω öΝä.äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u

  3 AøyŠ ÷ρr& !$pκÍ5 Å»θãƒ

4 Suhrawardi K. Lubis, S.H. dan Komis Simanjuntak, S.H. Hukum Waris Islam. (Jakarta:Sinar Grafika, 2008), Hlm. 20.

  š∅ÏiΒ «!$# ©!$# 3 ¨βÎ) tβ%x. $¸ϑŠÎ=tã $VϑŠÅ3ym ∩⊇⊇∪ * öΝà6s9uρ ß#óÁÏΡ $tΒ x8ts? öΝà6ã_≡uρø—r& βÎ)

  óΟ©9 ä3tƒ £ßγ©9 Ó$s!uρ

  4

βÎ*sù

 ∅ßγs9 tβ$Ÿ2 Ó$s!uρ ãΝà6n=sù ßìç/”9$#

  $£ϑÏΒ zò2ts? ω÷èt/ 4 .ÏΒ 7π§‹Ï¹uρ šϹθム!$yγÎ/ ÷ρr& &øyŠ ßìç/”9$# 4  ∅ßγs9uρ $£ϑÏΒ

  óΟçFø.ts? βÎ) öΝ©9 à6tƒ

  öΝä3©9 Ó‰s9uρ

  4 βÎ*sù öΝà6s9 tβ$Ÿ2 Ó$s!uρ £ßγn=sù ßßϑ›V9$# $£ϑÏΒ

  Λäò2ts? ω÷èt/ 4 .ÏiΒ 7π§‹Ï¹uρ šχθß¹θè? !$yγÎ/ ÷ρr& &øyŠ šχ%x. 3 βÎ)uρ ×≅ã_u‘ ß^u‘θãƒ

  »'s#≈n=Ÿ2 Íρr& ×οr&tøΒ$# ÿ…ã&s!uρ îˆr& ÷ρr& ×M÷zé& Èe≅ä3Î=sù 7‰Ïn≡uρ $yϑßγ÷ΨÏiΒ â¨ß‰¡9$# (#þθçΡ%Ÿ2 4 βÎ*sù uŽsYò2r& ÏΒ

  ôΜßγsù y7Ï9≡sŒ â!%Ÿ2uŽà° ’Îû Ï]è=›W9$# ω÷èt/ 4 .ÏΒ 7π§‹Ï¹uρ 4|»θム!$pκÍ5 ÷ρr& AøyŠ

Dokumen yang terkait

Pemidanaan terhadap Pelaku Pencabulan Anak (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 88

Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar Tahun 2010-2011) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 107

Eksistensi Balai Harta Peninggalan dalam Penanganan Kasus Kewarisan Anak (Studi Kasus Balai Harta Peninggalan Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 93

Pembagian Harta Gono-gini di dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Pengadilan Agama Sungguminasa) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 107

Tinjauan Hukum Perbarengan Tindak Pidana Pencurian Disertai Kekerasan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Makassar 2012-2016) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 83

Penerapan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan dalam Kasus Gugatan Class Action (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 94

Efektivitas Mediasi dalam Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Polewali Kelas II (Studi Kasus Tahun 2014-2015) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 99

Dampak Penundaan Pembagian Harta Waris terhadap Kerukunan Anggota Keluarga (Studi Putusan Pengadilan Agama Pinrang Kelas 1B Tahun 2011-2014) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 120

Relevansi Pengangkatan dan Pemberdayaan Anak Angkat dalam Hukum Islam - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 95

Tinjauan Yuridis Pembagian Harta Bersama Akibat Perceraian di Pengadilan Agama Pare-Pare (Studi Putusan No. 254/Pdt.G/2014/PA.Pare) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 5 91