MAKALAH TEORI AKUNTANSI MEASUREMENT PERS

MAKALAH
TEORI AKUNTANSI
MEASUREMENT PERSPECTIVE ON DECISION USEFULNESS
Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata kuliah Teori Akuntansi
Dosen Pembimbing: Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., Ak., M.Si., CA
Dr. Sri Rahayu, S.E., Ak., M.SA

Disusun oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.

Aziexho Vornandes (P2C317004)
Rendi Dwipa (P2C317022)
Iin Tamarisa (P2C317010)
Novia Erlianti (P2C317016)
Nur Wulan Sari (P2C317028)


JURUSAN MAGISTER ILMU AKUNTANSI
UNIVERSITAS JAMBI
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Measurement Perspective on Decision Usefulness”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
persyaratan tugas

mata kuliah Teori Akuntansi pada Program Magister Ilmu

Akuntansi Universitas Jambi.
Menyadari akan keterbatasan penulis dalam berbagai hal, maka kiranya masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik di dalam penyusunan, penulisan,
maupun penyajiannya, penulis menghaturkan maaf dan mohon bantuan kepada dosen
pembimbing Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., Ak., M.Si., CA dan Ibu Dr. Sri

Rahayu, S.E., Ak., M.SA, CA untuk memberi kritik dan saran yang tentunya bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan makalah ini banyak menemukan
berbagai aral rintangan, sehingga izinkanlah penulis menyampaikan sebuah pepatah
bahwa “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” memohon maaf bilamana ditemukan
berbagai kekurangan baik dari segi pembahasan maupun dalam penulisannya. Akhir
kata dengan seraya memanjatkan doa kepada Allah SWT penulis memohon agar
segala kebaikan yang diberikan dari berbagai pihak dibalas oleh-Nya dan berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Jambi, Agustus 2017

Wassalam,

Penulis

2

DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................................1
Kata Pengantar .........................................................................................................2

Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kegunaan Informasi Akuntansi………………………………………………..7
2.2 Kegunaan Keputusan (Decision Usefulness).......................................................7
2.3 Pendekatan Decision Usefulness atas Informasi Akuntansi…………….……...9
2.4 Perspektif Pengukuran………………………….……………………………..14
2.5 Pasar Modal Efisien…..………………………………………………………,,15
2.6 Perspektif Pengukuran : Hubungan Kualitas Laba dan Relevansi-Nilai Laba...16
BAB III

Penutup


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................18
Daftar Pustaka ..........................................................................................................20

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perspektif

pengukuran

dalam

pelaporan

keuangan


(financial

reporting) adalah sebuah pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah
tanggung jawab untuk menggabungkan nilai wajar (fair values) dalam laporan
keuangan yang tepat, dengan tetap memperhatikan realibilitas. Hal ini
memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan informasi kepada
investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di
masa depan.
Perspektif

pelaporan

keuangan

yang

memfokuskan

pelaporan


informasi yang berguna bagi investor disebut pendekatan kegunaan-keputusan
(decision usefulness approach). Terdapat dua perspektif dalam pendekatan
kegunaan-keputusan, yaitu perspektif informasi (information perspective) dan
perspektif pengukuran (measurement perspective) (Beaver, 1998; Scott,
2009). Perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari
informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan. Perspektif
pengukuran lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan
keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba. Tinjauan secara historis
menunjukkan bahwa perspektif pengukuran dan perspektif informasi
mempengaruhi perkembangan akuntansi secara bergantian. Hitz (2007)
mencatat bahwa saat ini telah dan sedang terjadi pergerakan standar-standar
pelaporan keuangan menuju ke arah paradigma baru perspektif pengukuran.
Riset dan argumen Lev dan Zarowin (1999), Collins et al. (1997),
Francis dan Schipper (1999), Ota (2001), dan Bao dan Bao (2004) didasari
perspektif pengukuran. Mereka menyatakan bahwa kegunaan informasi
akuntansi berhubungan positif dengan kualitas angka akuntansi. Perspektif
pengukuran, yang menekankan kualitas angka akuntansi, tidak dapat

4


mengabaikan peran pengungkapan informasi secara luas. Pemikir-pemikir
akuntansi mengkritik ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi
kebutuhan investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga
diperlukan pengungkapan informasi yang cukup luas. Perspektif informasi,
yang menekankan pengungkapan luas, perlu mempertimbangkan kualitas
angka akuntansi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelebihan
informasi. Interaksi perspektif informasi dan perspektif pengukuran menjadi
penting, karena kedua aspek dari kedua perspektif tersebut, yaitu kualitas
angka akuntansi dan pengungkapan informasi secara luas, tidak dapat
diabaikan salah satu. Perspektif informasi perlu mempertimbangkan kualitas
angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu mempertimbangkan luas
pengungkapan. Dalam penelitian ini, proposisi tentang interaksi kedua
perspektif tersebut dikembangkan berdasarkan temuan-temuan empiris
maupun penalaran logik, dan diuji secara empiris.
Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan
semakin relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi
semakin relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut akan
semakin besar. Namun demikian, measurement perspective juga dibatasi oleh
reliabilitas. Metode fair value yang dapat dimasukkan dalam laporan

keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan menurunnya
reliabilitas laporan keuangan tersebut.
Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi
informasi akuntansi. Akuntan mengambil tanggung jawab untuk membantu
investor dengan cara menggunakan pengukuran fair value terhadap laporan
keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa ada
dua kualitas informasi pokok,yaitu relevansi dan reliabilitas, yang harus dijaga
keseimbangannya.
Apabila hanya memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan
berkurang dan menyebabkan laporan keuangan tidak bisa diaudit. Akuntan
publik yang merupakan ujung tombak profesi akuntansi tidak lagi bisa

5

berjalan karena laporan keuangan tidak bisa diaudit. Karena itu, batasan
measurement perspective adalah berusaha untuk menggunakan pengukuran
yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan pokok asalkan
kualitas reliabilitas laporan keuanganpokok tersebut tidak berkurang.

6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kegunaan Informasi Akuntansi
Terdapat dua metoda pendekatan pengukuran kegunaan informasi
akuntansi yang masing-masing bersesuaian dengan perspektif informasi dan
perspektif pengukuran (Beaver,1998; Wolk et al., 2001; Scott, 2009), yaitu
pendekatan pengukuran reaksi pasar (event studies) dan pendekatan
pengukuran relevansi-nilai. Pendekatan pengukuran reaksi pasar pada saat
publikasi informasi akuntansi (pendekatan event study) didasari oleh
perspektif informasi. Scott (2009) menyatakan bahwa untuk menguji apakah
informasi akuntansi mempunyai kandungan informasi, peneliti dapat
mendasarkan pada teorema Bayes dalam teori keputusan. Informasi akuntansi
dinilai berguna jika informasi tersebut menyebabkan investor mengubah
keyakinan (beliefs) dan tindakan (actions) mereka.
Pendekatan pengukuran kegunaan informasi akuntansi dengan metoda
relevansi-nilai didasari oleh perspektif pengukuran (Beaver, 1998; Scott,

2009). Pendekatan ini didasari oleh teori clean surplus dari Ohlson (1995).
Teori clean surplus Ohlson menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan dapat
dinyatakan dalam variabel-variabel laba rugi dan variabel-variabel neraca.
Teori ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung pada (dipengaruhi
oleh) variabel-variabel akuntansi fundamental. Hal ini konsisten dengan
perspektif pengukuran.

2.2

Kegunaan Keputusan (Decision Usefulness)
Orang pertama yang menggunakan paradigma kegunaan keputusan
(decision usefulness) adalah Chambers. Ia mengatakan sebagai berikut :
Oleh karenanya, akibat yang wajar dari asumsi manajemen rasional
adalah bahwa seharusnya ada sistem yang menyajikan suatu
informasi; seperti sistem yang diperlukan baik untuk dasar

7

pembuatan keputusan atau dasar untuk memperoleh kembali
konsekuensi keputusan. Sistem yang menyajikan informasi secara

formal akan menyesuaikan dengan dua dalil umum. Pertama adalah
kondisi dari setiap wacana ilmiah, sistem seharusnya secara logika
konsisten; tidak ada aturan atau proses yang dapat bertentangan
dengan setiap aturan atau proses lainnya. Kedua muncul dari
pemakai laporan akuntansi sebagai dasar pembuatan keputusan dari
konsekuensi praktik. Informasi yang dihasilkan oleh setiap sistem
seharusnya relevan dengan berbagai bentuk pembuatan keputusan
yang diharapkan dapat digunakan (Belkoui, 2011:14).
Sebaliknya, Scott (2003:52) mengatakan bahwa pendekatan
kegunaan keputusan merupakan suatu pendekatan terhadap laporan
keuangan yang berdasarkan biaya historis agar lebih berguna. Dalam
mengadopsi pendekatan kegunaan keputusan ada dua pertanyaan
penting, yaitu pertama siapa pengguna laporan keuangan dan kedua apa
masalah keputusan pengguna laporan keuangan. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus memahami teori kegunaan orang pribadi
(single-person of decision theory) dan teori investasi (theory of
investment).
Teori kegunaan orang pribadi (single-person of decision theory)
merupakan cara pandang investor yang harus mengambil tindakan di
bawah kondisi yang tidak menentu, berarti teori ini tidak digunakan jika
kondisi sudah ideal. Kondisi ideal adalah kondisi di mana karakter
ekonomi sudah sempurna dan pasar sudah komplet atau sepadan dari
kekurangan informasi asimetri dan rintangan lain menjadi wajar dan
operasi pasar efisien (Scott, 2003:53). Teori ini masih relevan pada
akuntansi karena laporan keuangan menyediakan tambahan informasi
yang berguna untuk banyak keputusan. Jadi, simpulannya teori ini
merupakan pilihan yang bagus untuk mulai memahami bagaimana
individu membuat keputusan rasional di bawah ketidakpastian.
Teori investasi (theory of investment) merupakan teori yang
mempelajari tentang komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

8

lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan pada masa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3).
Misalnya seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan
harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun
sejumlah dividen pada masa yang akan datang. Sebakliknya tujuan
investasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.
2.3

Pendekatan Decision Usefulness atas Informasi Akuntansi
Akuntan

telah

memutuskan

bahwa

investor

merupakan

konstituen utama, serta menggunakan teori investasi dan teori
pengambilan keputusan dalam memahami tipe informasi akuntansi yang
dibutuhkan investor. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan
yang ada dalam pernyataan SFAC No.1 tentang the objective of
financial reporting for business enterprise (FASB, 1978) (paragraf 5)
sebagai berikut:
(1)

“Financial reporting should provide information that is useful to
present and potential investors and creditors and other users in
making rational investment, credit, and similar decisions.”
(laporan keuangan seharusnya menyediakan informasi yang
berguna bagi investor atau kreditor yang ada sekarang maupun
calon investor/ kreditor dan para pengguna lain dalam
melakukan investasi, kredit, dan keputusan-keputusan serupa
yang rasional).

(2)

“Financial reporting should provide information to help present
and potential investors and creditors and other users in assessing
the amounts, timing, and uncertainty of prospective cash receipts
from dividends or interest and the proceeds from the sale,
redemption, or maturity of securities or loans.” (laporan
keuangan seharusnya menyediakan informasi untuk membantu
investor atau kreditor yang ada sekarang maupun calon investor/

9

kreditor dan para pengguna lain dalam menaksir (memprediksi)
jumlah, penentuan waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan
kas yang prospektif dari deviden atau bunga dan hasil-hasil yang
diperoleh dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya suatu
sekuritas atau pinjaman).
Kedua pernyataan tersebut mengimplikasikan bahwa meskipun
laporan keuangan memiliki sasaran yang luas, orientasinya terletak pada
investor dan kreditor dengan berasumsi bahwa terpenuhinya kebutuhan
mereka berarti terpenuhi pula hampir semua kebutuhan para pengguna
lainnya. Investor, dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan tentang Pengguna dan Kebutuhan Informasi,
didefinisikan sebagai penanam modal berisiko yang berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
yang mereka lakukan (Standar Akuntansi Keuangan, 2009:2).
Pernyataan dalam SFAC No.1 jelas memberikan mandat pada
profesi akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan yang berguna
(useful) bagi para pengguna dalam rangka membuat keputusan bisnis.
Lebih lanjut, SFAC No.1 menyajikan suatu adaptasi penting dari teori
keputusan bagi penyusunan laporan keuangan, bahwa teori keputusan
ini berorientasi kepada pembuatan keputusan investasi bagi individu
yang rasional (Machfoedz, 1999; Scott, 2009:76). Oleh karenanya,
pengujian atas manfaat informasi akuntansi penting dilakukan.
Pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi merupakan
suatu pendekatan terhadap laporan keuangan yang berbasis biaya
historis agar menjadi lebih berguna.
Pendekatan ini menitikberatkan pada para pengguna laporan
keuangan, keputusan mereka, informasi yang mereka butuhkan, serta
kemampuan mereka memproses informasi akuntansi (Wignjohartojo,
1995:41). Terdapat dua pertanyaan penting dalam mengadopsi

10

pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi, yaitu: (1) siapa
saja para pengguna laporan keuangan. Terdapat banyak konstituen
(kelompok-kelompok pengguna), seperti: investor, manajer, serikat
buruh, standard setters, dan pemerintah. Terdapat banyak pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan, oleh karenanya dengan
mengidentifikasi pengguna (pihak yang berkepentingan) diharapkan
akan dapat ditentukan bagaimana bentuk laporan keuangan atau
informasi akuntansi apa saja yang harus disajikan dalam laporan
keuangan; dan (2) apa saja masalah keputusan bagi para pengguna
laporan keuangan. Akuntan akan lebih memahami berbagai kebutuhan
informasi yang diperlukan oleh para pengguna laporan keuangan dengan
mengetahui masalah-masalah keputusan yang dihadapi oleh para
pengguna laporan keuangan.
Penyusunan laporan keuangan seharusnya mempertimbangkan
informasi akuntansi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan
tersebut. Dengan kata lain, akuntan seharusnya menyesuaikan informasi
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan kebutuhankebutuhan

para

pengguna

laporan

keuangan

sehingga

dapat

menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan cara ini,
informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan akan
menjadi lebih berguna (Scott, 2009:59). Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna
bagi para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun
demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian
di masa lalu. Oleh karenanya, untuk dapat membuat keputusan ekonomi,
para pengguna laporan keuangan memerlukan evaluasi atau analisis
berdasarkan informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan

11

keuangan (Moon & Keasey, 1992; Banker et al., 1993; Eccles & Holt,
2005; Alattar & Al-Khater, 2007; Standar Akuntansi Keuangan,
2009:3).
Kemampuan laporan keuangan untuk memberikan informasi
akuntansi yang berguna bagi investor tidak terlepas dari permasalahan
karakteristik kualitatif dari laporan keuangan itu sendiri. Karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi akuntansi dalam
laporan keuangan menjadi berguna bagi para penggunanya. Standar
Akuntansi Keuangan (2009:5) menyebutkan bahwa terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok, yaitu: (1) dapat dipahami, (2) relevan, (3)
keandalan, dan (4) dapat diperbandingkan. Karakteristik kualitatif
informasi akuntansi, yaitu: relevance dan reliability merupakan kualitas
utama yang diperlukan agar penyajian laporan keuangan menjadi
berguna

bagi

pengambilan

keputusan

investasi

dengan

mengoperasionalkan pendekatan decision usefulness. Informasi yang
relevan (relevance) adalah informasi yang tepat waktu (timeliness),
yaitu informasi yang tersedia bagi decision maker dan memiliki
kapasitas yang dapat mempengaruhi decision makers dalam membuat
keputusan dengan mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa akan datang, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pada
masa lalu. Selain itu, informasi akuntansi dapat dikatakan relevan jika
mempunyai nilai prediktif (predictive value) dan nilai umpan balik
(feedback value). Jadi, informasi yang relevan adalah informasi yang
mempunyai

kapasitas

untuk

mempengaruhi

keyakinan

investor

mengenai tingkat return yang diharapkan diterima di masa akan datang
(future returns), dan seharusnya di-release secara tepat waktu.
Selanjutnya, informasi akuntansi dapat dikatakan reliabel (reliability)
apabila suatu informasi akuntansi itu bebas dari bias atau bebas dari
pengertian yang menyesatkan, bebas dari kesalahan material, dan dapat
diandalkan para penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur

12

dari yang seharusnya disajikan (verifiability, neutrality, representational
faithfulness). Jadi, informasi yang reliabel adalah informasi yang
mewakili apa yang dinyatakan dan diukur oleh informasi tersebut.
Bahwa, suatu informasi haruslah menyajikan kebenaran secara tepat dan
bebas dari bias (FASB, 1980; Eccles & Holt, 2005; Maines & Wahlen,
2006; Standar Akuntansi Keuangan, 2009:5-9; Scott, 2009:76).
Penyajian laporan keuangan tidak mungkin menyajikan laporan
keuangan dengan tingkat relevansi dan reliabilitas secara penuh karena
konsekuensinya akan terjadi trade-off antara relevansi dan reliabilitas
sebagai bagian dari kualitas informasi yang diinginkan. Adanya
permasalahan

bahwa

laporan

keuangan

seharusnya

menyajikan

informasi yang berguna bagi investor dan pemakai lain, maka laporan
keuangan harus mempertimbangkan tingkat relevansi dan reliabilitas
atas penyajian informasi yang terkandung didalamnya. Kedua kriteria
tersebut akan mengalami trade-off jika digunakan secara bersamaan.
Selama ini penyajian laporan keuangan dengan berbasis biaya historis
(historical cost) masih dinilai relatif reliabel, sebab biaya (cost) pada
aktiva atau kewajiban perusahan masih obyektif untuk estimasi. Akan
tetapi, kelemahan penyajian laporan keuangan berbasis biaya historis
dinilai tidak memiliki kemampuan prediktif (tidak relevan) terhadap
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi
dalam situasi yang merugikan (Scott, 2009:41&58).
Pembahasan yang mengarah pada suatu konsep penting dalam
ilmu akuntansi, yaitu konsep decision usefulness, konsep tentang
kebermanfaatan (kegunaan) dalam pengambilan keputusan. Pendekatan
decision usefulness dapat digunakan untuk membuat informasi
akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan yang berbasis biaya
historis menjadi lebih berguna (useful). Akuntan sebagai penyaji
informasi akuntansi tidak akan dapat menjadikan laporan keuangan
menjadi lebih berguna sampai mengetahui apa sebenarnya makna

13

manfaat

(kegunaan)

dari

informasi

yang

disajikan

bagi

para

penggunanya. Kualitas penting informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami
oleh para pengguna (Scott, 2009:59).
2.4

Perspektif Pengukuran
Perspektif pengukuran pada kegunaan keputusan secara tidak langsung
lebih besar memakai nilai wajar dalam laporan keuangan yang tepat. Menurut
Scott (2003:174) definisi perspektif pengukuran pada kegunaan keputusan
adalah sebuah pendekatan pada pelaporan keuangan di mana akuntan
melakukan tanggung jawab pada nilai wajar perusahaan dalam laporan
keuangan yang tepat, penyediaan bisa turun dengan keandalan yang layak.
Dengan demikian, peningkatan obligasi dengan membantu investor untuk
memprediksi nilai wajar fundamental. Sebaliknya, Barth (2000) mengatakan
bahwa informasi kegunaan keputusan adalah informasi pada kontribusi dari
aktiva dan kewajiban untuk enterprise value. Jadi, atribut pengukuran
benchmark adalah nilai penggunaan. Berdasarkan keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa perspektif pengukuran lebih menekankan pada nilai
sekarang dalam mengukur aktiva, kewajiban, dan ekuitas karena hal tersebut
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan.
Konsekuensinya adalah akan terjadi penurunan tingkat reliabilitas dari laporan
keuangan tersebut.
Beberapa alasan mengapa perspektif pengukuran semakin diakui
adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian Earning Responsse Coefficients
(ERC)

menunjukkan

bahwa

kemampuan

pasar

sangat

sulit

untuk

mendapatkan implikasi dari laporan keuangan yang disajikan dengan biaya
histories. Kedua, prospect theory yang menyatakan bahwa investor
mempertimbangkan risiko investasi yang memisahkan evaluasi prospek
evaluasi keuntungan dan kerugian. Ketiga, teori surplus bersih Ohlson
menjelaskan konsistennya kerangka dasar dengan perspektif pengukuran yang

14

memperlihatkan bagaimana nilai pasar perusahaan, yang disebabkan oleh
perputaran sekuritas dapat dipercepat pada waktu neraca fundamental dan
komponen laporan pendapatan. Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi yang
ideal meliputi tidak relevannya dividen dan keganjilan pasar efisien.
2.5

Pasar Modal Efisien
Jogianto (2000:363) menyatakan setidaknya ada 4 definisi pasar modal
efisien. Pertama, definisi pasar didasarkan pada nilai intrinsic sekuritas.
Ukuran efisiensi dilihat dari sejauh mana harga-harga sekuritas menyimpang
dari nilai intrinsiknya (Beaver, 1989). Kedua, definisi yang didasarkan pada
akurasi dari harga sekuritas. Fama (1970) mendefinisikan pasar modal efisien
adalah jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang
tersedia. Ketiga, definisi yang didasarkan pada distribusi informasi. Beaver
(1989) mengatakan pasar efisien jika dan hanya jika harga-harga sekuritas
bertindak seakan-akan setiap orang mengamati system informasi tersebut.
Keempat, definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik (Jones,
1995). Definisi ini mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak
simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan menyesuaikan karena
informasi yang tidak simetris tersebut. Pasar dikatakan efisien jika penyebaran
informasi dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu
setiap orang memiliki informasi ini.
Jones (1996:268) menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah suatu
pasar yang mana harga-harga dari seluruh sekuritas dengan cepat dan dengan
sepenuhnya mencerminkan seluruh informasi yang tersedia tetang asset
tersebut. Konsep ini menyatakan bahwa investor akan meresapkan seluruh
informasi yang relevan ke dalam harga-harga pada saat mereka membuat
keputusan beli dan jual. Oleh karena itu, harga saham saat ini mencerminkan
mencerminkan seluruh informasi yang telah diketahui, tidak hanya informasi
yang telah lalu (missal: laba kuartalan atau tahunan yang lalu), tetapi juga
informasi saat ini begitu juga peristiwa-peristiwa yang telah dipublikasikan

15

tetapi eksekusinya masih di masa yang akan dating (seperti stock split).
Selanjutnya,

informasi

yang

secara

logis

dapat

disimpulkan

akan

mempengaruhi harga saham juga akan direfleksikan ke dalam harga. Sebagai
contoh, jika banyak investor percaya bahwa tingkat bunga akan segera turun,
harga-harga akan mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan yang
sesungguhnya terjadi.
2.6

Perspektif Pengukuran: Hubungan Kualitas Laba dan Relevansi-Nilai
Laba
Scott (2009) menyatakan bahwa perspektif pengukuran menekankan
peran fundamental dari informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai
perusahaan. Hitz (2007) menyatakan gagasan fundamental yang mendasari
perspektif pengukuran adalah bahwa akuntansi seharusnya mengukur secara
langsung dan melaporkan informasi dasar yang diperlukan oleh investor yaitu
nilai perusahaan, atau setidaknya fraksi dari nilai perusahaan. Berdasarkan
perspektif pengukuran, ukuran-ukuran akuntansi didefinisikan dengan baik
dan menunjukkan suatu karakter ekonomik. Perspektif pengukuran lebih
menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah kualitas laba.
Berdasarkan perspektif pengukuran, kegunaan-keputusan (decision
usefulness) informasi akuntansi, khususnya laba, dapat ditingkatkan melalui
perbaikan kualitas laba.
Temuan-temuan empiris yang mendukung adanya hubungan antara
kualitas laba dan kegunaan informasi akuntansi (yang diukur dengan
relevansi-nilai) di antaranya adalah Lev dan Zarowin (1999), Collins et al.
(1997), Francis dan Schipper (1999), dan Ota (2001), yang menyatakan
bahwa lemahnya relevansi-nilai informasi akuntansi disebabkan oleh masalah
accounting recognition lag dan masalah komponen laba transitori, yang
menunjukkan masalah kualitas laba. Bao dan Bao (2004) mengindikasikan

16

bahwa perusahaan-perusahaan dengan kualitas laba yang lebih tinggi
cenderung menunjukkan relevansi-nilai laba yang lebih tinggi pula.
Perspektif pengukuran dan berbagai temuan riset empiris tersebut
mengindikasikan adanya hubungan positif antara kualitas laba dan kegunaan
informasi akuntansi bagi investor. Angka laba yang berkualitas tinggi mampu
mengindikasikan secara lebih baik tentang nilai perusahaan. Dengan
demikian, angka laba yang berkualitas tinggi akan mempunyai asosiasi yang
kuat dengan variabel-variabel pasar (yaitu harga saham atau return saham).
Dengan kata lain, angka laba yang berkualitas tinggi akan mempunyai
relevansi-nilai yang tinggi pula.

17

BAB III
PENUTUPAN

3.1

Kesimpulan
Perspektif

pengukuran

dalam

pelaporan

keuangan

(financial

reporting) adalah sebuah pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah
tanggung jawab untuk menggabungkan nilai wajar (fair values) dalam laporan
keuangan yang tepat, dengan tetap memperhatikan realibilitas. Hal ini
memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan informasi kepada
investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di
masa depan.
Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan
semakin relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi
semakin relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut akan
semakin besar. Namun demikian, measurement perspective juga dibatasi oleh
reliabilitas. Metode fair value yang dapat dimasukkan dalam laporan
keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan menurunnya
reliabilitas laporan keuangan tersebut.
Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi
informasi akuntansi. Akuntan mengambil tanggung jawab untuk membantu
investor dengan cara menggunakan pengukuran fair value terhadap laporan
keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa ada
dua kualitas informasi pokok,yaitu relevansi dan reliabilitas, yang harus dijaga
keseimbangannya.
Apabila hanya memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan
berkurang dan menyebabkan laporan keuangan tidak bisa diaudit. Akuntan
publik yang merupakan ujung tombak profesi akuntansi tidak lagi bisa
berjalan karena laporan keuangan tidak bisa diaudit. Karena itu, batasan
measurement perspective adalah berusaha untuk menggunakan pengukuran

18

yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan pokok asalkan
kualitas reliabilitas laporan keuanganpokok tersebut tidak berkurang.
Beberapa alasan mengapa perspektif pengukuran semakin diakui
adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian Earning Responsse Coefficients
(ERC)

menunjukkan

bahwa

kemampuan

pasar

sangat

sulit

untuk

mendapatkan implikasi dari laporan keuangan yang disajikan dengan biaya
histories. Kedua, prospect theory yang menyatakan bahwa investor
mempertimbangkan risiko investasi yang memisahkan evaluasi prospek
evaluasi keuntungan dan kerugian. Ketiga, teori surplus bersih Ohlson
menjelaskan konsistennya kerangka dasar dengan perspektif pengukuran yang
memperlihatkan bagaimana nilai pasar perusahaan, yang disebabkan oleh
perputaran sekuritas dapat dipercepat pada waktu neraca fundamental dan
komponen laporan pendapatan. Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi yang
ideal meliputi tidak relevannya dividen dan keganjilan pasar efisien.

19

DAFTAR PUSTAKA
Beaver, W.H. 1998. Financial Reporting: An Accounting Revolution. Third Edition.
New Jersey: Prentice Hall.
Collins, D., Maydew, E., dan Weiss, I. 1997. “Changes in the Value-relevance of
Earnings and Book Values over the Past Forty Years”. Journal of
Accounting and Economics, 24, 39-67.
Cornell, B., dan Landsman, W.R. 2003. “Accounting Valuation: Is Earnings Quality
an Issue?” AIMR, November/December, 20-28.
Financial Accounting Standard Board, 1978. Objectives of Financial Reporting
by Business Enterprises. Statement of Financial Accounting Concepts No.
1. FASB, Stamford, Connecticut, November.
Financial Accounting Standard Board, 1980. Qualitative Characteristics of
Accounting Information. Statement of Financial Accounting Concepts
No. 2. FASB, Stamford, Connecticut, May.
Hitz, J.M. 2007. “The Decision Usefulness of Fair Value Accounting – A
Theoretical Perspective”. European Accounting Review, 16 (2), 323-362.
Jones, J. 1991. “Earnings Management during Import Relief Investigation”. Journal
of Accounting Research, 29 (2), 193-228.
Ohlson, J. 1995. “Earnings, Book Values, and Dividends in Security
Valuation.” Contemporary Accounting Research, 11 (Spring), 661-688.
Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Toronto: Pearson
Prentice Hall.
Standar Akuntansi Keuangan, 2009. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

20