Makalah Pelanggaran HAM Tibet China

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki manusia dan melekat pada diri
manusia sejak manusia itu lahir sampai manusia itu meninggal, maka dari itu hak asasi
manusia merupakan hak kodrati yang dimiliki manusia dan menjadi dasar hak dan kewajiban
lainnya. Hak asasi manusia merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi
manusia yang melekat pada diri pribadi manusia tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain.
Hak asasi manusia dari zaman dahulu sampai sekarang tetap menjadi sorotan dalam
masyarakat. Hak dasar tersebut tertuang dalam empat kebebasan dasar atau The Four
Freedoms yaitu :
1. Freedoms of Speech, kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapat.
2. Freedoms of Religons, kebebasan untuk beragama dan beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Freedom of Fear, kebebasan dari rasa takut.
4. Freedoms from Want, kebebasan dari kemelaratan dan kemiskinan.
Kebebasan individu dan kemerdekaan telah menjadi bagian dari Hak Asasi Manusia
(HAM).Penindasan, dalam bentuk apa pun, merupakan pelanggaran atas nilai-nilai
universal HAM. Kesadaran politik masyarakat dunia juga sudah semakin mengglobal. Isu
dan usaha penegakan HAM sudah tidak lagi bersifat personal atau eksklusif tetapi menjadi
perjuangan bersama, perjuangan internasional dunia. Banyak kasus pelanggaran HAM yang

terjadi di dunia, terlebih lagi pada wilayah konflik. Bukan hanya militer yang berjuang dan
menjadi korban, bahkan warga sipil, wanita,dan anak-anak, yang tidak berdosa ikut menjadi
korban nyawa. Salah satunya adalah pelanggaran HAM oleh China terhadap masyarakat
Tibet. Tibet sebenarnya merupakan wilayah yang begitu indah dan banyak diminati
wisatawan, tetapi keberadaan peristiwa ini membuat Tibet kehilangan keindahan tersebut.
Daerah dengan suhu rendah itu justru memanas karena pemberontakan yang berlangsung
puluhan tahun.
Maka dari itu, penulis ingin mengkaji mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh
China terhadap masyarakat Tibet. Dengan adanya makalah ini di harapkan pembaca dapat
mengetahui mengenai pelanggaran hak asasi manusia di tingkat internasional, dan dapat
mengkritisi mengenai pelanggaran hak asasi manusia berat di tingkat internasional.
1.2 Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas dalam pemaparan dapat terlihat dari rumusan masalah
yang dijabarkan. Rumusan masalah mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh China
terhadap masyarakat Tibet meliputi :

1. Pelanggaran hak asasi manusia apa yang dilakukan China terhadap masyarakat
Tibet?
2. Kapan pelanggaran itu terjadi?
3. Bagaimana penyelesain dari pelanggaran tersebut?

4. Bagaimana kondisi terkini?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui makalah pelanggaran hak asasi manusia
oleh China adalah :
1. Agar pembaca mengetahuai tentang pelanggaran Hak asasi manusia yang
pernah dilakukan China terhadap masyarakat Tibet.
2. Agar pembaca mengetahui mengenai penyelesaian masalah dari pelanggaran
hak asasi manusia yang dilakukan oleh China terhadap masyarakat Tibet.
3. Agar pembaca dapat menganalisis dan mengkritisi mengenai pelanggaran hak
asasi manusia ditingkat internasional

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan
Tibet berstatus Daerah Otonomi (Tibet Autonomous Region/TAR) setingkat provinsi.
China memiliki 5 daerah otonomi khusus, Tibet merupakan bentukan terakhir tahun 1965.
Status ini memberikan jaminan kebebasan kepada etnis minoritas untuk menggunakan dan
mengembangkan bahasa, kebudayaan, kebiasaan, dan agama. Hal yang sulit adalah ikatan
sejarah Tibet itu terlalu panjang untuk diputus begitu saja.
Memang agak sulit bagi Tibet untuk memisahkan diri dan mengasosiasikan diri

menjadi sebuah negara yang tidak ada hubungannya dengan RRC. Tuntutan politik Tibet
lebih kepada status wilayah dan penegakan hak asasi manusia, yang walaupun Tibet sekarang
adalah wilayah otonomi di bawah RRC. Tapi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
keagamaan masih dipegang.
Beijing menyatakan bahwa secara historis Tibet adalah bagian dari China. Sebaliknya,
kebanyakan warga berdarah Tibet yakin bahwa Tibet tak pernah menjadi bagian China
selama berabad-abad. Bahkan di dalam benak warga Tibet, mereka selalu merdeka dari China
walau secara de facto kini berada di bawah China. Dalam konteks yang lebih sederhana,
Tibet bisa disetarakan dengan Timor Leste yang sejak diduduki Indonesia pada tahun 1975
hingga merdeka, di mana sebagian rakyat Rimor Leste tak merasa menyatu dengan RI.
Tuntutan politik Tibet lebih kepada status wilayah dan pemerintahan, walaupun Tibet
sekarang adalah wilayah otonomi di bawah RRC. Tapi hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan keagamaan masih dipegang. Misalnya foto Dalai Lama di wilayah Tibet tidak
boleh dipasang, tapi anehnya di propinsi Sichuan, Mongolia, Yangzhou, Gansu tidaklah
menjadi persoalan. Hal lain yang menambah kebencian pada China di Tibet, sebagaimana
dinyatakan Dalai Lama, adalah genosida budaya. Ini merujuk pada aksi pemerintah China
yang mendorong masukkan etnis Han, dari China bagian lain, ke Tibet. Etnis Tibet juga
makin terpinggirkan dari deru pembangunan ekonomi di Tibet. Dengan sikap keras China
dan sikap warga Tibet yang selalu merasa bukan bagian dari China, permasalahan Tibet kini
berkembang makin kompleks. Selain itu, tindakan keras Pemerintah China terhadap

demonstran di Tibet, yang menuntut pemisahan diri, memang bukanlah hal yang baru.
Dalam kasus ini pemerintahan China dikatakan melakukan pelanggaran HAM berat
dengan tewasnya 130 jiwa warga Tibet, penculikan Biksu-Biksu di Tibet, dan menghilangnya
ribuan tahanan Tibet. Seperti diketahui, sejak 10 Maret 2008, ribuan warga dan biksu Tibet
menggelar demonstrasi mendesak China memberikan otonomi khusus bagi pemerintah Tibet.
Ketegangan terjadi pada Kamis 24 Maret 2008 saat polisi China terlibat bentrok dengan para
demonstran di Lhasa. Aksi para biksu Tibet dalam menggalang tuntutan terhadap China
seakan mengulang kembali pemberontakan Tibet yang pernah bergolak di Tahun 1959. Hal
tersebut terjadi karena para pemimpin China sejak dulu selalu takut jika Tibet atau bagian
wilayah China lain akan memisahkan diri. Menanggapi kekerasan di Tibet, Amnesti

Internasional dalam pernyataan tertulis mendesak agar komunitas internasional tidak
melonggarkan pengawasan terhadap tragedi kemanusiaan di Tibet. Lembaga ini menyeru
agar ada tekanan dari komunitas internasional terhadap China agar menyelesaikan konflik
Tibet secara damai. Kerusuhan di Tibet pertengahan Maret 2008 yang berkembang menjadi
aksi anti-China di penjuru dunia boleh jadi menjadi berkah terselubung bagi perbaikan
hubungan kedua pihak.
Momentum Olimpiade Beijing juga menjadi pertimbangan kuat China membuka
kembali dialog. Jauh hari, Dalai Lama menyatakan tak mau jika pertemuan hanya untuk
menunjukkan kepada dunia telah terjadi dialog.Dalam pertemuan China menuduh Dalai

Lama dan kelompoknya turut berperan dalam kerusuhan. China juga meminta Dalai Lama
tidak mengganggu jalannya Olimpiade. Padahal, Dalai Lama mengatakan mendukung
sepenuhnya Olimpiade. Di sisi lain, utusan Tibet meminta China menghentikan kekerasan
terhadap Tibet, melepaskan tawanan, dan memberikan perawatan bagi korban kerusuhan.
China diminta hentikan kampanye pendidikan patriotisme. Isu lama yang belum juga
tersentuh dalam pertemuan terakhir adalah permintaan Dalai Lama agar Tibet memperoleh
otonomi lebih tinggi serta di kawasan Tibet yang lebih luas.
China telah bersedia memberikan akses kepada 30.000 wartawan asing pada Agustus
mendatang untuk meliput Olimpiade Beijing. Lalu, yang menjadi masalah selanjutnya adalah
mengapa China tidak mengizinkan satu atau dua wartawan asing untuk meliput ke Tibet.
Dapat disimpulkan bahwa pembukaan akses Tibet justru dapat menghindari kecurigaan
internasional tentang isu pelanggaran HAM oleh petugas keamanan China. Pembatasan akses
bagi media asing di Tibet tidak sejalan dengan komitmen China dalam menyukseskan
Olimpiade Beijing.
Demi kebebasan berpolitik dan beragama, sekitar 140 warga etnis Tibet tewas. Angka
sebanyak itu yang disiarkan Pemerintah Tibet dalam pengasingan. Sebanyak 22 orang China
juga diberitakan tewas dalam kerusuhan yang pecah sejak 24 Maret 2008. Memang ketetapan
jumlah korban masih simpang siur, bisa lebih banyak atau lebih sedikit, karena terbatas atau
bahkan tertutupnya akses ke Tibet. Masalah ini semakin rumit ketika Pemerintah Kota Paris
memberi Dalai Lama gelar warga kehormatan.

Politik Tibet memang agak rumit karena Dalai Lama menjadi sebuah problematik, dia
adalah tokoh kharismatik, pemegang hadiah Nobel, yang bersimpati padanya mulai dari
bintang Hollywood sampai politisi dunia, sehingga orang memang salah mengerti apa yang
diinginkan oleh Dalai Lama. Jadi kalau kita memperhatikan semua pernyataan yang
dikeluarkan oleh Dalai Lama, tidak pernah ada satupun pernyataan Dalai Lama yang
menyatakan bahwa Tibet ingin merdeka. Dengan permasalahan China dengan Tibet yang
semakin kompleks ini, berbagai cara harus terus-menerus ditempuh agar kasus ini dapat
segera terselesaikan sehingga dapat memperbaiki citra China di mata dunia dan hubungan
2.2 Penyelesaian Masalah

Permasalahan China dengan Tibet merupakan permasalahan internasional yang belum
dapat menemukan penyelesaiannya hingga sekarang, yang fokus utamanya terletak pada isu
pelanggaran hak asasi manusia dan persoalan kedaulatan di Tibet.
Persoalan yang rumit antara China dengan Tibet ini juga mendorong PBB untuk
campur tangan dalam permasalahan ini. Dewan Hak Asasi Manusia Persatuan BangsaBangsa (UNHRC) mendesak China agar membuka kembali akses Tibet bagi warga asing,
terutama para wartawan, diplomat, pemantau, dan pejuang hak asasi manusia (HAM). Ini
penting untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Tibet
Uni Eropa dan Forum Asia (FA) mendesak UNHRC agar menggelar sesi khusus bagi
penyelesaian konflik Tibet seperti yang telah dilakukan pada saat menghadapi isu
kemanusiaan di Darfur, Myanmar, dan Palestina. Namun, dengan adanya peringatan dari Uni

Eropa ini, China justru balik memperingatkan Eropa untuk tidak mencampuri konflik di
Tibet, karena China menekankan bahwa kerusuhan dan aksi kekerasan di Tibet merupakan
masalah dalam negeri China. Uni Eropa secara resmi telah mengenyampingkan upaya boikot
pembukaan Olimpiade Beijing pada bulan Agustus 2008 karena masalah pelanggaran HAM
China. Sementara Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah menjelaskan tidak menutup
kemungkinan untuk memboikot acara pembukaan Olimpiade Beijing. Inggris dan Jerman
juga mengecam China yang menggunakan aksi kekerasan terhadap demonstran Tibet.
Permasalahan China Tibet ini juga ikut menyeret Perancis yang memang sangat tegas dalam
meminta China segera menangani permasalahan ini. Penyebab utamanya adalah karena China
dipandang tidak menghargai hak kemerdekaan Tibet yang masih menjadi wilayah
kekuasaannya.
Para demonstran pro-Tibet di Perancis telah melakukan berbagai protes mengenai
kebijakan China ini. Hal ini sebenarnya juga didukung oleh hampir seluruh aktivis HAM di
dunia. Puncaknya terjadi di Paris, ketika arakan obor Olimpiade yang mengelilingi kota Paris
berusaha direbut oleh salah satu aktivis Perancis. Aksi ini sampai membuat polisi Perancis
membatalkan etape terakhir lari beranting membawa Obor Olimpiade di Paris akibat ramai
dan luasnya protes atas penumpasan yang dilakukan China di Tibet. Polisi sampai dua kali
terpaksa memadamkan api simbolis itu dan membawa bersama pengaraknya dengan bus
melalui massa yang terdiri dari pemrotes yang marah, sebagian diantaranya melambailambaikan bendera Tibet. Polisi anti huru-hara memagari jalan-jalan kota Paris sementara
demonstran lain mengibarkan bendera hitam dari Menara Eiffel yang kelima cincinnya

berbentuk borgol.
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy ternyata juga mengirim surat kepada pembawa
obor asal China Isi surat tersebut adalah kecaman keras dan protes terhadap perarakan obor
Olimpiade Beijing 2008 di Paris. Sarkozy meminta pemerintah China segera menyelesaikan
kerusuhan yang terjadi di Tibet beberapa pekan lalu. Ia meminta China membuka dialog dan
membebaskan para tawanan politik.Presiden Sarkozy mengatakan negaranya tidak menutup
kemungkinan memboikot Olimpiade Beijing, apabila China tidak menanggapi secara serius
dan bertanggung jawab kerusuhan di Tibet. Sarkozy mengatakan bahwa sesungguhnya ia
ingin segera diselenggarakan dialog antara pemimpin China dan wakil dari pemerintah Tibet

di pengasingan. Perancis sejauh ini menampik adanya boikot Olimpiade, tetapi Sarkozy
mengatakan keputusan akhir bergantung pada bagaimana China menangani situasinya.
China dengan beberapa negara terutama Perancis yang hubungan bilateral keduanya
sangat harmonis sebelum terjadi kasus Tibet ini, serta memberikan keamanan dan kepastian
kepada Tibet.
2.3 Kondisi Kekinian
Meskipun diwarnai protes juga lobi-lobi penolakan dari kelompok-kelompok Hak
Azasi Manusia (HAM) dunia dan aktivis Tibet, China tetap terpilih masuk dalam Dewan Hak
Asasi Manusia PBB. Terpilihnya China ini menimbulkan kecemasan di Tibet. Central
Tibetan Administration atau pemerintahan Tibet di pengasingan sebelumnya mendesak

negara-negara anggota PBB "menuntut China untuk bertanggung jawab atas pelanggaran
HAM yang berkelanjutan di Tibet."
Pusat HAM dan Demokrasi Tibet (Tibetan Centre for Human Rights and Democracy/
TCHRD), kelompok pemantau praktek HAM di Tibet, mengatakan hasil pemungutan suara
di PBB hari Selasa, 12 November 2013 telah membuat mereka lebih bertekad untuk
melindungi dan memajukan HAM di Tibet.
Sementara aktivis Tibet di markas pengasingan pemerintah Tibet mengatakan
terpilihnya kembali China yang memiliki catatan HAM buruk merupakan ejekan pada badan
dunia itu. Masuknya China, Rusia, Arab Saudi, Vietnam, Kuba dan Aljazair di Dewan
HAM PBB, membuat kemarahan kelompok-kelompok HAM independen dunia. Mereka
mengatakan pemilihan mereka merusak kredibilitas pengawas HAM masyarakat dunia itu.
International Tibet Network, sebuah badan non pemerintah yang menghubungkan berbagai
kelompok pendukung Tibet, mengecam masuknya China ke Dewan sebagai hal memalukan
bagi PBB.
Masuk kembalinya China ke badan PBB bertepatan dengan seorang biarawan Tibet
berusia 20 tahun bernama Tsering Gyal menjadi 123 warga Tibet yang meninggal
mengorbankan diri di Tibet’s Pema County pada Senin, 11 November 2013 sebagai protes
terhadap kebijakan represif China.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat kita simpulkan bahwa masih banyak terjadi pelanggaran
hak asasi manusia ditingkat internasional yang sampai sekarang masih belum ada
penyelesaiannya. Pelanggaran hak asasi manusia oleh China terhadap masyarakat Tibet
merupakan salah satu contohnya yang hingga saat ini masih belum terdapat penyelesaian dari
kasus tersebut. Motif dari pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan China terhadap
masyarakat Tibet adalah keinginan memisahkan diri Tibet dari RRC, dan juga tuntutan
politik Tibet lebih kepada status wilayah dan penegakan hak asasi manusia. Namun sulit bagi
RRC untuk melepaskan Tibet menjadi negara merdeka sendiri karena ikatan sejarah Tibet
dan RRC yang sulit dipisahkan begitu saja.
Sampai saat ini konflik antara China dan Tibet masih terus berlanjut, hal ini terbukti
dari ketidaksetujuan Tibet atas masuknya China dalam Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
China dianggap tidak bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di
Tibet.
3.2 Saran
Menurut pendapat saya, sebaiknya dewan hak asasi manusia PBB lebih
mempertimbangkan untuk memasukan China ke dalam Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Lalu, peradilan hak asasi manusia internasional juga harus bertindak lebih tegas lagi terhadap
China. Selain itu, perlu adanya suatu lembaga yang berperan sebagai mediator untuk

mempertemukan perwakilan kedua belah pihak dan mendiskusikannya secara damai sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA
Wardani Rani A. 11 Juni 2011. Analisis Konflik Internasional China Tibet.
http://ranyaw.blogspot.com/2011/06/analisis-konfik-internasional-china.html.
Tanggal akses 24 November 2013, pukul 08.30 WIB
Atmaja Yan Chrisna Dwi. 14 November 2013. Masuknya China di Dewan PBB
Diprotes Tibet. http://satuharapan.com/read-detail/read/masuknya-china-didewan-ham-pbb-diprotes-tibet/ Tanggal akses 24 November 2013, pukul 08.30
WIB
Syah Efran. 14 Januari 2013. Apa yang Terjadi Antara China dan Tibet?.
http://www.artileri.org/2013/01/apa-yang-terjadi-antara-china-dan-tibet.html.
Tanggal akses 24 November 2013, pukul 08.30
Anonim. 15 Juli 2008. Permasalahan China Tibet.
http://ordinarypeople12.blogspot.com/. Tanggal akses 24 November 2013, pukul
08.30

MAKALAH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAKUKAN
CHINA TERHADAP MASYARAKAT TIBET
Disusun untuk memenuhi tugas Kewarganegaraan

Disusun oleh:
Lutfi Nilam Pertiwi (G0113060)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013