BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual PowerPoint dengan Kerangka Kerja Saintifik untuk Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 Sekolah Dasar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori
2.1.1 Media Pembelajaran Audio Visual
2.1.1.1 Hakikat pembelajaran
Sebelum mengenal pengertian dari media pembelajaran maka kita harus
mengetahui arti dari pembelajaran dan juga media. Pembelajaran menurut KBBI
(2005:17) adalah “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar”. Dalam KBBI pembelajaran lebih difokuskan pada suatu cara atau proses
yang dilakukan seseorang untuk menjadikan seseorang belajar. Mengembangkan
dari definisi KBBI Arief S Sadiman (2008:7) mendefinisikan pembelajaran adalah
“usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar dalam diri siswa.” Definisi dari KBBI dan Arief S Sadiman
jika kita amati sebenarnya tidak terlalu berbeda. Inti definisi dari keduanya adalah
usaha membuat seseorang belajar, baik itu dengan memanipulasi sumber-sumber
belajar atau dengan cara-cara lainya.
Pembelajaran selalu dilakuakan oleh semua orang baik disengaja ataupun
tidak. Pembelajaran merupakan proses yang sangat penting untuk membuat
manusia lebih baik dari sebelumnya. Banyak para ahli membuat menafsirkan
pembelajaran, seperti Jamal Ma‟mur Asmani (2011:5) yang mengatakan

pembelajaran merupakan “pusat kegiatan belajar, mengajar, yang terdiri dari guru
dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional,
ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral”. Dari pernyataan
tersebut Jamal Ma‟mur Asmani mengatakan bahwa suatu pembelajaran
dilakuakan oleh siswa sebagai subjek serta guru sebagai objek pembelajaran.
Selain itu pembelajaran ditujukan untuk membuat manusia matang baik dalam
tingkat emosional, intelektual ataupun moral. Pendapat tidak jauh berbeda datang
dari Agus Taufiq (2011:1.5) yang mengatakan “pembelajaran adalah proses
membantu peserta didik agar berkembang secara optimal, yaitu berkembang
setinggi mungkin, sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut dalam

8

9
masyarakat.” Agus Taufiq dalam definisinya mengatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan suatu peoses atau upaya untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa secara penuh. Dalam pembelajaran tentunya difasilitatori oleh
guru sehingga tidak keluar dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat.
Pendapat agak berbeda mengenai pendidikan muncul dari Dinn Wahyudin,
ia mengatakan (2011:1.35) pendidikan sebagai:

„humanisasi’ atau upaya memanusiakan manusia, yaitu suatu upaya
membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Sebab manusia menjadi manusia
yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakikatnya secara
total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang
dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi
tentang hakikat manusia.
Dari pengertian diatas Dinn Wahyudin lebih menekankan pendidikan merupakan
upaya yang dilakukan untuk lebih memanusiakan manusia, atau dapat dikatakan
proses untuk menaikan derajat sebagai manusia. Dinn Wahyudin juga mengatakan
bahwa manusia sebenarnya adalah mereka yang mampu menerapkan segala
pengetahuan

sebagai

manusia

dalam

kehidupanya


sehingga

pendidikan

seharusnya dilakukan secara sadar dan berawal dari pengertian dirinya sebagai
manusia.
Ahli lain yang juga mendefinisikan pembelajaran yaitu Anang Santoso
(2013:1.20) pembelajaran adalah “suatu proses perubahan psikis dari yang tidak
tahu menjadi tahu, tidak paham menjadi paham, tidak bisa menjadi bisa, tidak
terbiasa menjadi terbiasa”. Anang Santoso dalam definisinya mengatakan suatu
proses pembelajaran pada intinya membuat siswa yang tidak mempunyai
pengetahuan sebelum proses pembelajaran menjadi mempunyai pengetahuan
setelah melakukan rangkaian proses pembelajaran. Pengetahuan yang dimaksud
berkaitan dengan pemahaman, ilmu pengetahuan, atau keterampilan-keterampilan
lainya.
Dari beberapa pengertian di atas menfokuskan pembelajaran sebagai cara
atau proses, sebagai upaya mendewasakan manusia, dan sebagai upaya
memanusiakan manusia. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses
atau kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa yang bertujuan untuk


10
mematangkan intelektual, emosional, spiritual, kecakapan hidup, keagungan
moral serta upaya membantu manusia untuk bereksistensi sesuai martabatnya
sebagai manusia.
2.1.1.2 Media
Media merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses
pembelajaran, terlebih lagi pada pembelajaran jenjang sekolah dasar. Siswa usia
SD belum mampu berfikir abstrak sehingga mereka dalam proses pembelajaran
harus dibuat senyata mungkin. Itu semua dapat menggunakan bantuan media
pembelajaran. Pengertian media itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi,
film, poster, dan spanduk”.
Pengertian lain oleh Marisa (2012:1.6) mengatakan “kata „media‟
merupakan bentuk jamak dari kata „medium‟ yang berasal dari bahasa Latin yang
berarti „perantara‟. Pengertian lebih jauh tentang media adalah sesuatu yang
membawa informasi dari sumber untuk diteruskan kepada penerima”. Marisa
dalam pengertianya lebih menekankan media digunakan sebagai perantara.
Pendapat tidak jauh berbeda disampaikan oleh Arief S Sadiman (2008:6), ia
mengatakan “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke

penerima pesan.” Perantara ini digunakan untuk menyampaikan informasi dari
sumber kepada penerima. Dari pengertian Marisa dan Arief S Sadiman secara
tidak langsung mengatakan bahwa media merupakan suatu hal yang sangat
penting, karena tanpa adanya media informasi yang disampaikan tidak akan
sampai ke penerima dengan baik.
Ahli lain yang mendefinisikan media adalah Jamal Ma‟mur Asmani
(2011:239), ia mengatakan “media adalah wadah/medium perantara dari pesan
yang hendak diteruskan oleh sumber atau penyalur kepada sasaran atau penerima
pesan tersebut.” Selain itu Zainal Arifin (2012:124) mengatakan “media adalah
segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi”. Jamal Ma‟mur
Asmani dan Zainal Arifi dalam pengertianya pada intinya sama. Mereka
mengatakan semua medium dari segala bentuk yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dari penyalur kepada penerima disebut sebagai media.

11
Pendapat lain datang dari Gagne (1985), Gagne dalam Asep Herry
Hermawan (2013:11.21) mengatakan media adalah “segala sesuatu atau sistem
yang digunakan untuk menyampaikan komunikasi atau stimulus pembelajaran
lainnya kepada pembelajar”. Gagne dalam definisinya mengatakan media juga
dikatakan sebagai sistem penyampai komunikasi (perantara). Menurut Gagne

media sebagai sistem yang diberikan (stimulus) pengajar untuk mendapatkan
respon dari pembelajar.
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
secara umum adalah suatu alat (sarana) atau medium perantara yang digunakan
untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada penerima yang bertujuan
untuk mendapatkan respon dari penerima.
2.1.1.3 Media Pembelajaran
Media secara umum diartikan sebagai penyalur informasi dari sumber
kepada penerima. Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dengan media dalam
konteks pembelajaran atau yang biasa disebut dengan media pembelajaran.
Menurut Gatot Muhsetyo (2010:2.3) media pembelajaran adalah “alat bantu
pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru
untuk mempresentasikan atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa
untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran”. Gatot Muhsetyo dalam
definisinya mengtakan bahwa media pembelajaran memang direncanakan dan
disiapkan oleh guru. Tujuan perencanaan tersebut agar penyampaian bahan
pelajaran lebih mudah dan juga dapat melibatkan siswa secara langsung. Pendapat
lain diungkapakan oleh Nanang Hanafiah (2010:59), ia mengatakan “media
pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disedikan guru
untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak

verbalisme”. Definisi dari Nanang Hanafiah lebih kepada media pembelajaran
sebagai alat perangsang siswa agar mampu memahami materi yang diajarkan
lebih mudah sehingga pembelajaran menjadi lebih cepat.
Pendapat mengenai media pembelajaran tidak jauh berbeda diungkapakan
oleh Marisa dan Arief S Sadiman. Menurut Marisa (2012:1.6) mengatakan “media
pembelajaran diartikan sebagai suatu alat atau bahan yang mengandung informasi

12
atau pesan pembelajaran”. Sedangkan Arief S Sadiman (2008:19) mengatakan
“media pembelajaran adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau
informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan.”
Marisa dan Arief S Sadiman menyebutkan bahwa media pembelajaran yang
paling penting adalah mengandung informasi atau pesan pembelajaran. Media
pembelajaran tersebut bisanya merupakan sebuah alat atau perangkat lunak. Jadi
menurut Marisa dan Arief S Sadiman semua alat yang mengandung pesan
pembelajaran merupakan sebuah media pembelajaran.
Sedangkan dalam konteks aktivitas belajar mengajar, menurut Oemar
Hamalik dalam Benny Agus dan Yuni Katrin (1996:3) mengemukakan definisi
media pembelajaran “sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah”. Oemar dalam definisinya mengatakan
media pembelajaran sebagai sarana untuk membuat komunikasi menjadi lebih
efektif. Pembelajaran bisa dilakukan tanpa menggunaka media tetapi hasilnya
tidak akan komunikatif jika materi yang diajarkan bersifat abstrak. Melalui media
materi yang sifatnya abstrak bisa dibuat nyata sehingga anak lebih mudah
memahami sehingga komunikasi antara guru dan siswa menjadi lebih
komunikatif.
Sedangkan ahli lain Anang Santoso (2013:6.42) mengatakan “media
pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi
secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar”. Anang Santoso
dalam definisinya mengatakan di dalam media pembelajaran sebaiknya
menyajikan informasi pembelajaran secara lengkap sehingga ketika digunakan
dalam proses pembelajaran akan lebih menunjang pembelajaran tersebut.
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat dikatakan media pembelajaran
merupakan teknik, alat atupun bahan. Media pembelajaran mengandung pesan
pembelajaran, digunakan untuk mengefektivkan komunikasi, dan merangsang
siswa untuk berfikir. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
suatu alat atau bahan yang berisi pesan pembelajaran serta digunakan untuk

13

membuat komunikasi siswa dan guru menjadi efektif dan juga dapat merangsang
siswa untuk berfikir.
2.1.1.4 Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam sebuah kegiatan pembelajaran tidak hanya
berfungsi sebagai penyalur materi, tetapi haruslah memberikan manfaat-manfaat
penting lainya. Menurut Gatot Muhsetyo (2010:2.4) berbagai manfaat dari
penggunaan media pembelajaran yaitu: “(a) lebih menarik dan tidak
membosankan bagi siswa, (b) lebih mudah dipahami karena dibantu visualisasi,
(c) lebih bertahan lama untuk diingat, (d) mampu melibatkan

peserta

pembelajaran lebih banyak, (e) lebih efektif karena dapat menggurangi waktu....”.
Menurut Gatot Muhsetyo dalam kalimatnya mengatakan selain membuat materi
pelejaran menjadi lebih mudah dipahami fungsi media pembelajaran juga dapat
membuat pembelajaran lebih menarik. Ketika siswa sudah tertarik dengan materi
yang diajarkan maka pengtahuan akan lebih mudah didaptkan oleh siswa. Tidak
hanya itu pengetahuan juga akan bertahan dalam ingatan siswa.
Selain Gatot Muhsetyo, ahli lain yaitu Marisa (2012:1.7) mengatakan
beberapa alasan media pembelajaran perlu digunakan dalam proses pembelajaran

yaitu: “(a) pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif, (b) pembelajaran
menjadi lebih kongkrit dan nyata, (c) mempersingkat proses penjelasan materi
pembelajaran, (d) mendorong siswa belajar secara lebih mandiri, (c) materi
pembelajaran menjadi lebih terstandarisasi,....”. Marisa

dalam tulisanya

menyebutkan pembelajaran menjadi lebih interaktif karena siswa melihat apa
yang dipelajari (secara nyata), tidak hanya dalam angan-angan saja (abstrak).
Ketika siswa mempelajari sesuatu hal yang nyata maka mereka akan lebih mudah
dan cepat memahami materi sehingga pembelajaran menjadi lebih singkat.
Pendapat mengenai manfaat media pembelajaran yang tidak jauh berbeda
datang dari Jamal Ma‟mur Asmani dan Nana Sudjana. Jamal Ma‟mur Asmani
(2011:266) mengatakan manfaat penggunaan media pendidikan yaitu “ (a) bahan
atau materi mengajar akan lebih jelas maknanya, (b) metode mengajar akan lebih
bervariasi, (c) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, (d)
pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa”. Sedangkan Nana Sudjana

14
(2009:2) manfaat media pembelajaran adalah “ (a) pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar, (b) bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, (d) siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar”. Pada intinya pendapat dari Jamal
Ma‟mur Asmani dan Nana Sudjana adalah sama. Media pembelajaran dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih bervariasi sehingga pengajaran dapat
menarik perhatian siswa. Selain itu melalui media pembelajaran dapat membuat
motivasi siswa untuk belajar siswa menjadi meningkat.
Sedangkan pendapat lain dari Arief S Sadiman (2008:17) menyebutkan
“manfaat media dalam proses belajar mengajar adalah (a) memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (b) mengatasi keterbatasan ruang,
waktu dan daya indra, (c) mengatasi sifat pasif anak didik, (d) memberikan
perangsang.” Arif S Sadiman dalam kalimatnya lebih menekankan manfaat media
pembelajaran untuk merangsang siswa lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu melalui media pembelajaran juga dapat mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu belajar. Melalui media pembelajaran, pengetahuan
dimanapun dan kapanpun dapat dihadirkan di kelas dalam proses pembelajaran.
Selain Arief S Sadiman, Zainal Arifin (2012:128) juga mengungkapakan
manfaat media pembelajaran yaitu“ (a) alat untuk memperjelas bahan pengajaran,
(b) alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji, (c) sumber
belajar bagi siswa.” Zainal Arifin dalam kalimatnya mengatakan media dapat
dimanfaatkan untuk membuat persoalan yang ingin dipelajari siswa. Persoalan
tersebut yang nantinya dapat dikaji bersama dan diselesaikan oleh siswa sehingga
persoalan tersebut dapat menjadi sumber belajar bagi siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan manfaat media
pembelajaran yaitu untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, membuat
pembelajaran lebih interaktif dan komunikatif, membuat materi yang abstrak
menjadi kongkrit, serta mempermudah siswa mempelajari hal-hal yang tidak
dapat dipelajari siswa di dalam kelas.

15
2.1.1.5 Media Audio
Jenis media pembelajaran yang ada sekarang sangatlah banyak, salah
satunya adalah media audio. Menurut KBBI (2005:76) audio berarti “bersifat
dapat didengar, atau alat peraga yang bersifat dapat didengar (misalnya radio)”.
Media audio lebih ditekankan pada kemampuan siswa mendengarkan. Media
audio ini sangat cocok digunakan untuk pembelajaran bagi siswa yang suka
belajar sambil mendengarkan.
Menurut Asep Herry Hermawan (2013:11.26) mengungkapkan “„audio‟
yang berarti penerimaan bunyi, pendengaran, media audio adalah media yang
mengandung pesan pembelajaran yang berbentuk suara atau bunyi (hanya dapat
didengar”. Definisi dari Asep Heri Herawan ini lebih membatasi bahwa media
audio hanyalah media yang dapat didengar. Definisi senama diungkapkan oleh
Amir Hamzah (1981:26), ia mengungkapkan “alat/media audio yaitu alat-alat
yang dapat menghasilkan bunyi atau suara. Contohnya cassette tape recorder dan
radio”.
Pendapat lain dari media audio muncul dari Nana Sudjana (2009:129), ia
mengatakan media audio adalah “ bahan yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar”. Nana
Sudjana dalam definisinya mengungkapkan bahwa media audio merupakan
sebuah pesan pembelajaran yang dimanfaatkan untuk merangsang siswa berfikir.
Memang semua media pembelajaran semestinya dapat merangsang siswa untuk
berfikir tidak hanya terlihat menarik. Media pembelajaran yang hanya terlihat
menarik tanpa dapat merangsang siswa untuk berfikir akan menjad sia-sia karena
media pembelajaran yang baik haruslah dapat merangsang siswa untuk berfikir.
Sedangkan Andi Prastowo (2013:264) mengatakan media audio adalah
“jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang
menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau
diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu menguasai
kompetensi tertentu.” Andi Prastowo dalam pengertianya lebih menekankan
media audio merupakan media yang bukan termasuk media cetak. Media audio

16
mengandung sinyal audio yang dapat diperdengarkan untuk mengajarkan suatu
kompetensi kepada siswa.
Dari beberapa pengertian di atas semua ahli mengatakan bahwa media
audio pada dasarnya adalah media pembelajaran yang dapat didengar. Maka dari
itu dapat disimpulkan media audio adalah suatu alat pembelajaran yang bersifat
dapat didengar (menghasilkan bunyi) yang di dalamnya mengandung pesan
pembelajaran yang berfungsi untuk merangsang siswa berfikir dan membantu
siswa menguasai kompetensi tertentu.
2.1.1.6 Media Visual
Selain media yang dapat didengar yang biasa disebut dengan media audio,
ada pula media yang dapat dilihat atau sering sebut dengan media visual. Visual
itu sendiri menurut KBBI (2005:1262) berarti “dapat dilihat dengan indra
penglihat

(mata),

atau

berdasarkan

penglihatan”.

Media

visual

lebih

memanfaatkan indra penglihatan manusia. Dengan media ini seseorang akan lebih
mudah berfikir karena melihat langsung objek yang ingin diajarkan.
Menurut Asep Herry Hermawan (2013:11.26) mengungkapkan “media
visual adalah media yang berisi pesan yang hanya dapat dilihat. Media visual
dapat dikelompokkan ke dalam media visual yang diproyeksikan dan media visual
yang tidak

diproyeksikan”.

Asep

Herry

Hermawan

dalam

definisinya

mengungkapkan media visual memanfaatkan penglihatan dalam penggunaanya.
Selain itu media visual dibagi menjadi dua yaitu media visual yang dapat
diproyeksikan atau ditayangkan menggunakan OHP atau proyektor, dan juga
media yang tidak diproyeksikan seperti gambar.
Selain gambar media pembelajaran juga ada yang berbentuk tiga dimensi
misalkan patung, model, atau benda asli. Seperti yang diungkapkan Amir Hamzah
Sulaiman (1981:26), ia mengungkapkan “media visual yaitu alat-alat yang dapat
memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat
visual terbagi atas: a) Alat-alat visual dua dimensi, meliputi gambar, foto..., b)
Alat-alat visual tiga dimensi, meliputi benda asli, model, ...”.

17
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan media visual adalah alat-alat
untuk pembelajaran yang memperlihatkan bentuk/rupa yang berisi pesan yang
dapat dilihat dengan indra penglihat (mata).
2.1.1.7 Media Pembelajaran Audio Visual
Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1981:11) mengatakan “alat-alat audiovisual adalah alat-alat yang „audible‟ artinya dapat didengar dan alat-alat yang
„visible‟ artinya dapat dilihat. Alat-alat/media audio visual yaitu alat-alat yang
dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit”. Amir Hamzah juga
mengatakan “Alat-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi
menjadi efektif. Alat-alat audio-visual itu termasuk gambar, foto, slaid, model,
pita kaset tape-recorder, filem bersuara dan televise”.
Menurut Asep Herry Hermawan (2013:11.26) mengungkapkan ”jenis
media audio-visual mengandung unsur audion dan visual. Pesan pembelajaran
yang disampaikan melalui media ini dapat dipandang dan didengar oleh siswa
sehingga media audio-visual biasanya disebut media pandang dengar”. Asep
Herry Hermawan (2013) juga menyebutkan “contoh media audio-visual yaitu
televisi, slide suara, program video pembelajaran, dan program conpact disk (CD)
interaktif dalam pembelajaran”.
Sedangkan menurut Hujair AH Sanaky “media audio visual adalah
seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara.
Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek
aslinya”. Definisi dari Hujair AH Sanaky menyebutkan bahwa media audio visual
merupakan tiruan dari objek aslinya. Tiruan objek aslinya tersebut dibuat dalam
sebuah gambar bergerak dilengkapi dengan suara dari objek tersebut. Gambar dan
suara tersebut dikemas dalam sebuah media yang disebut sebagai media audio
visual.
Dari beberpa pengertian di atas maka dapat disimpulkan media
pembelajaran audio-visual adalah alat-alat pembelajaran yang menghasilkan rupa
dan suara dalam satu unit sehingga dapat dipandang dan didengar oleh siswa.

18
2.1.2

Powerpoint
Dalam dunia pendidikan guru tidak perlu pusing memilih aplikasi untuk

digunakan sebagai media pembelajaran. Banyak sekali aplikasi yang tersedia,
salah satunya adalah powerpoint. Menurut wahana komputer (2005:279)
“microsoft powerpoint adalah program aplikasi komputer yang digunakan untuk
membuat presentasi”. Menurut wahana komputer powerpoint lebih diutamakan
untuk membuat sebuah presentasi yang akan digunakan sebagai penawaran suatu
produk ataupun juga bisa berisi materi pembelajaran. Pembutan presentasi
tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Pandangan mengenai powerpoint
menurut Istiningsih (2012:119) “Mikrosoft powerpoint merupakan software yang
akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, profesional, dan
juga mudah yang menjadikan sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas
tujuannya”. Istianingsih (2012:119) dalam pengertiannya menyatakan melalui
powerpoint suatu gagasan atau presentasi yang dibuat akan menjadi lebih efektif.
Selain itu melalui powerpoint maka gagasan yang dibuat dapat disesuaikan
dengan tujuan yang diinginkan. Pembuatan bahan presentasi juga tidak rumit dan
mudah dipelajari. Manfaat penggunaan powerpoint dalam pembelajaran menurut
Istiningsih (2012:119) yaitu “penyampaian pembelajaran lebih menarik,
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan materi pembelajaran
disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.” Melalui powerpoint
dapat membuat materi yang disajikan menjadi lebih menarik karena dapat
ditambahkan animasi-animasi yang dapat mendukung materi tersebut. Selain itu
tampilan juga dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan guru. Karena dapat
memodifikasi materi sehingga menarik bagi siswa maka pembelajaran yang
tercipta tentunya akan lebih efektif dan efisien.
Sedangkan pandangan lain yang tidak jauh berbeda mengenai powerpoint
muncul dari Marisa (2012:7.12) “powerpoint adalah program aplikasi komputer
yang dirancang untuk membantu seseorang untuk mempresentasikan materi
pelajaran atau bahan presentasi dengan menggunakan program aplikasi
powerpoint yang ada di komputer sebagai sebuah media pembelajaran.” Pedapat
Marisa mengenai powerpoint tidak jauh berbeda dari pendapat Istianingsih dan

19
juga wahana komputer. Inti dari powerpoint adalah media yang dapat
mempresentasikan suatu gagasan atau materi. Marisa juga mengatakan
“powerpoint merupakan program elektronik (slide show) untuk mengembangkan
presentasi berbasis multimedia yang dapat mengombinasikan unsur text, sound
(suara), grafik, dan video.” Dalam powerpoint gagasan atau materi yang ingin
disampaikan tidak hanya berupa tulisan melainkan dapat dikombinasikan dengan
suara, grafik, bahkan video sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan
keuntungan penggunaan powerpoint menurut Marisa (2012:7.16) yaitu “slide
yang dibuat dapat diperbaharui dengan cepat, efek yang rumit dapat dibuat oleh
orang yang tidak profesional sekalipun, tampilan lebih menarik karena dapat lebih
memodifikasi tampilan dengan lebih leluasa.” Menurut Marisa dalam membuat
ataupun memperbaharui slide menggunkan powerpoint tidaklah sulit, tidak harus
dilakukan oleh orang yang profesional melainkan dapat dilakukan oleh siapa saja
yang mau mempelajarinya.
Dari beberapa pengertian para ahli mengenai powerpoint di atas dapat
disimpulkan bahwa powerpoint adalah sebuah program aplikasi komputer yang
digunakan untuk membuat presentasi suatu materi agar menjadi lebih efektif,
lebih menarik, dan jelas. Keuntungan dari penggunaan powerpoint yaitu materi
yang dipresentasikan dapat dikombinasikan dengan suara, grafik, bahkan video
sesuai dengan yang diinginkan.
2.1.3

Saintifik
Saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang akhir-akhir ini disoroti

pemerintah karena muculnya kurikulum 2013. Saintifik dinilai berbeda dari
pendekatan-pendekatan lainnya karena dinilai mampu mengembangkan sikap,
pengetahuan,

serta

keterampilan

siswa.

Menurut

Daryanto

(2014:51)

pembelajaran saintifik adalah:
Pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi
konsep, hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan,

20
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
„ditemukan‟.
Daryanto dalam pengertiannya menyebutkan bahawa rancangan pembelajaran
saintifik dimaksudkan untuk membangun pengetahuan siswa. Membangun
pengetahuan tersebut melalui pembangunan konsep pengetahuan siswa dalam
setiap pembelajaran yang dilakukannya.
Selain Daryanto banyak ahli lain yang menyebutkan pengertian
pembelajaran saintifik salah satunya Endah Tri Priyatni (2014:96), ia
menyebutkan:
Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat didefinisikan
sebagai “pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan peran
serta peserta didik secara aktif dalam mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan,
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
„ditemukan‟ (Kemdikbud, 2013)”.
Endah Tri Priyatni (2014:97) juga menyebutkan “penerapan pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran melibatkan 5 keterampilan proses yang esensial, yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Kelima
tahapan tersebut disingkat dengan 5 M”.
Ahli lainya yang juga menyoroti tentang saintifik seperti Syawal Gultom
(2014:18) mengatakan:
Kurikulum 2013 mengemanatkan esensi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian
emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja
yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih
mengedepankan penlaran induktif (inductive reasoning)
dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).
Syawal Gultom lebih memandang pendekatan saintifik sebagai cara paling
tepat untuk perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dengan pemdekatan saintifik ini siswa akan dibiasakan dengan pola pikir ilmiah.
Syawal Gultom (2014:19) juga mengatakan “proses pembalajaran terdiri atas lima

21
pengalaman belajar pokok yaitu: (a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan
informasi/eksperimen,

(d)

mengasosiasikan/mengolah

informasi,

(e)

mengkomunikasikan.”
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran saintifik adalah
suatu pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan keaktifan, penguasaan
konsep, serta lebih menggunakan penalaran induktif dengan melewati lima tahap
pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, serta
mengkomunikasikan. Melalui pedekatan saintifik maka siswa akan diajarkan cara
berfikir keilmuan yaitu memandang suatu persoalan dengan berfikir secara
induktif. Persoalan yang dihadapi dapat dipecahkan dengan bijak sesuai dengan
data yang jelas dan bukan menyelesaikan persoalan menggunakan perkiraan
semata.
2.1.4

Matematika
Matematika adalah salah satu pembelajaran yang wajib dikuasai oleh

siswa pada kurikulum 2006. Menurut Suminarsih (2007:1) mengemukakan bahwa
“Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi
positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis
dan berpikir logis”. Dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 juga disebutkan
“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia”. Dalam permendiknas no 22 tahun 2006 juga disebutkan bahwa
“matematika dalam jenjang SD/MI meliputi aspek-aspek bilangan, geometri dan
pengukuran, pengolahan data”.
Sedangkan menurut KBBI (2005:723) “Matematika adalah ilmu tentang
bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Menurut Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2013:1) mengatakan
matematika adalah “ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil”.

22
Dari uraian diatas dapat disimpulkan matematika adalah suatu mata
pelajaran mengenai bilangan, hubungan antar bilangan, pola keteraturan, serta
prosedur

operasional

untuk

menyelesaikan

masalah

bilangan,

geometri

pengukuran, dan pengolahan data yang melatih siswa untuk berfikir kritis dan
logis.
2.1.5

Efektivitas Pembelajaran
Suatu pembelajaran selain untuk mendapatkan hasil yang baik juga

dituntut agar pembelajaran yang dilakukan efektif. Jamal Ma‟mur Asmani
(2011:60) mengatakan:
Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
Sebab, belajar memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan, tetapi
tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti
bermaian biasa.
Menurut Jamal Ma‟mur Asmani kriteria pembelajaran dikatakan efektif
apabila menyenangkan dan mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Pembelajaran yang hanya menyenangkan tetapi tidak mencapai tujuan
yang diinginkan maka tidak dapat dikatakan sebagai pembelajaran tetapi
merupakan sebuah permainan.

Jamal Ma‟mur

Asmani

(2011:93) juga

menyebutkan “gambaran mengenai peran guru dan siswa dalam pembelajaran
efektif

yaitu: (a) guru mencapai tujuan pembelajaran, (b) siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan”.
Ahli lain yang juga memandang tentang efektifitas dalam suatu
pembelajaran yaitu Rudi Hartono (2013:160), ia mengatakan:
Pembelajaran disebut efektif ketika pembelajaran telah mencapai
tujuan yang diinginkan dalam jagad pendidikan, seperti pada
penguasaan IPTEK sebagai bahan ajar, pembentukan keterampilan
atau kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien. Dan, akan
dikatakan lebih efektif sebuah pembelajaran apabila mampu
memberi pengalaman baru bagi siswa ataupun bagi guru. Agar
proses pembelajaran menjadi efektif, ada beberapa hal yang patut
dimiliki guru, antara lain: (a) menguasai materi dengan baik, (b)

23
enguasai strategi dengan baik, (c) memahami gaya belajar siswa,
(d) memotivasi siswa, (e) memahai tujuan pembelajaran, (f) tidak
monoton dalam menggunakan metode, (g) mengajarkan cara
mengajari sesuatu, (h) melakukan penilaian dengan benar
Rudi Hartono dalam kalimatnya juga mengatakan bahwa pembelajaran
dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu pembelajaran yang
dilakukan dapat memberikan pengalaman baru bagi guru ataupun siswa. Untuk
dapat mewujudkan proses pembelajaran yang efektif setidaknya guru haruslah
menguasai bahan ajar dengan baik dan memahami tujuan apa yang ingin dicapai.
Selain itu guru juga dapat menggunakan variasi metode pembelajaran agar siswa
tidak merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan efektivitas adalah suatu
keadaan dimana pembelajaran yang dilakukan guru bermakna bagi siswa dan
mencapai tujuan yang diinginkan seperti pembentukan keterampilan, atau
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Suatu media pembelajaran dikatakan efektif jika membuat suatu pembelajaran
menjadi menyenangkan dan juga siswa mencapai kompetensi yang diharapkan
yang dapat diukur dengan hasil belajar yang melebihi KKM yang ditetapkan.
Hasil belajar itu sendiri menurut Nana Sudjana (2004:39) dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu “(1) faktor dari dalam diri siswa itu,.... (2) faktor yang datang dari
luar diri siswa atau faktor lingkungan, lingkungan belajar yang paling dominan
mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran.” Dari kalimat
Nana Sudjana tersebut faktor dari luar yang mempengaruhi hasil belajar adalah
kualitas pengajaran. Kulitas pengajaran selain dipengaruhi oleh cara guru
mengajar dan metode yang digunakan juga dipengaruhi oleh media pembelajaran
yang digunakan. Melalui media pembelajaran materi yang abstrak dapat dibuat
menjadi kongkrit. Siswa sekolah dasar lebih mudah memahami materi yang
sifatnya nyata sehingga pembelajaran yang menggunakan media akan
mempermudah penanaman konsep sehingga hasil belajar siswa akan menjadi
lebih baik.

24
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Siti fatmawati Utami (2013), dalam skripsi yang berjudul Pengembangan
Media Audio Visual untuk Menunjang Pembelajaran Membaca Indah Tembang
Dolanan pada Siswa Kelas II SD. Hasil penelitianya adalah menunjukkan bahwa
penilaian prototipe dari ahli media sebesar 82,95% termasuk ke dalam kriteria
baik dan dari ahli materi sebesar 75% menunjukkan kriteria cukup. Selanjutnya
prototipe direvisi sesuai saran dari ahli. Namun, tidak semua saran masukan
yang didapat dijadikan sebagai dasar perbaikan karena peneliti mempunyai
konsep, desain serta pertimbangan sendiri. Produk yang sudah direvisi kemudian
diujicobakan pada siswa kelas II AlGhazaly SD Unggulan Muslimat NU Kudus.
Dari hasil uji coba diketahui bahwa terjadi peningkatan presentase sebesar
10,02% dari nilai rata-rata 69,83 menjadi 76,83.

Penelitian

ini

perlu

penyempurnaan dan pengembangan lagi agar bisa menghasilkan produk baru
yang

lebih

menarik

dan

menyenangkan

untuk menunjang pembelajaran

membaca indah tembang dolanan.
Achmad

Nurul

Mubin

(2012),

dalam

skripsi

yang

berjudul

“Pengembangan media ajar berbasis multimedia interaktif dengan memanfaatkan
Macromedia flash profesional 8 untuk siswa kelas V SD pada mata pelajaran IPA
topik pesawat sederhana”. Hasil penelitianya adalah sebuah produk multimedia
interaktif IPA topik pesawat sederhana yang layak digunakan sebagai media
pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tes siswa yang menunjukkan nilai
rata-rata tinggi diatas KKM sebesar 70, maupun dari validasi pakar dan uji coba.
Validasi materi menunjukkan skor 3,6 yang berada pada kategori baik dan skor
validasi pakar sebesar 3,93 juga berada pada kategori baik. Hasil dari uji coba
terbatas menunjukkan skor 4,5 masuk ke kategori sangat baik dan skor uji coba
luas adalah 4,6 juga masuk ke kategori sangat baik.
Penelitian

Fitria

Dewi

(2005),

dalam

skripsi

yang

berjudul

“Pengembangan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa
Inggris Pada Siswa Kelas IV Madrasyah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Bawu
Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara”. Hasil penelitianya adalah hasil uji coba
pada 5 siswa dapat diketahui bahwa nilai t (5,614) > t (2,015) yang berarti

25
menolak hipotesis (H0) dan menerima hipotesis (H1) yang dapat disimpulkan
bahwa pengembangan media VCD Pembelajaran kosakata Bahasa Inggris untuk
siswa kelas IV Madrasyah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Bawu Bataealit Jepara
tingkat efektifitasnya lebih tinggi dari pada media VCD yang ada.
Penelitian

Setyaningsih

(2012),

dalam

skripsinya

yang

berjudul

“Pengembangan Multimedia Pembelajaran dengan Ulead Video Studio Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sifat-Sifat Benda Kelas III SD”. Hasil
penelitianya adalah media audio visual VCD pembelajaran memenuhi kriteria
bagus, ditunjukan dengan hasil rata-rata indikator tampilan VCD pembelajaran
sebesar 3,7 (bagus), isi/materi VCD pembelajaran sebesar 4,0 (bagus), pengaruh
VCD pembelajaran terhadap minat sebesar 3,8 (bagus). Dengan demikian kualitas
dari VCD pembelajaran untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang
sifat-sifat benda ini telah layak dijadikan sebagai media dalam pembelajaran.
Penelitian Made Tirta Pertiwi (2012), dalam jurnal ilmiahnya yang
berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIII Semester II
Tahun Pelajaran 2012/2013 SMPN 2 Kerambitan Tabanan”. Hasil penelitianya
adalah Review ahli isi mata pelajaran mengenai naskah mencapai 92%
katagori sangat. Review ahli isi mata pelajaran mengenai kualitas media audio
visual mencapai 93% katagori sangat baik, review ahli media pembelajaran
mengenai kualitas media audio visual mencapai 82,5% katagori baik, review
ahli desain pembelajaran

mengenai kualitas media

audio visual

mencapai

86,2% katagori baik. Uji coba perorangan mencapai 84,67% katagori baik, uji
coba kelompok kecil mencapai 89% katagori baik, dan uji coba lapangan
mencapai 87,70% katagori baik. Daftar kajian hasil penelitian yang relevan
dicantumkan pada tabel 1.

26
Tabel 1
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
No

Nama

Variabel X

Variabel Y

1

Siti Fatmawati
(2013)

Pengembangan
Media Audio
Visual

Hasil Belajar

2

Achmad Nurul
Mubin (2012)

Hasil Belajar

3

Fitria Dewi
(2005)

Pengembangan
media ajar
berbasis
multimedia
interaktif dengan
memanfaatkan
Macromedia flash
profesional 8
Pengembangan
Media Audio
Visual Dalam
Pembelajaran
Kosakata Bahasa
Inggris

4

Setyaningsih
(2012)

Hasil Belajar

5

Made Tirta
Pertiwi (2012)

Pengembangan
Multimedia
Pembelajaran
dengan Ulead
Video Studio
Pengembangan
media
pembelajaran
audio visual
dalam mata
pelajaran PKn

Efektifitas

Efektifitas

Hasil
Meningkat 10,02%
dari nilai rata-rata
69,83
menjadi
76,83
diatas KKM sebesar
70

t (5,614) > t (2,015)
yang
berarti
menolak hipotesis
(H0) dan menerima
hipotesis (H1) yang
artinya media yang
dibuat efektif.
Nilai terendah 6,5
dan tertinggi 9,5
sedangkan
nilai
rata-rata adalah 7,9
Uji
coba
perorangan
mencapai 84,67%
kategori baik, uji
coba
kelompok
kecil 89% kategori
baik,
uji
coba
lapangan mencapai
87,70%
kategori
baik

2.3 Kerangka Pikir
Munculnya kurikulum 2013 yang mengharuskan proses pembelajaran
menempuh

langkah

mengamati,

menanya,

mengumpulkan

informasi,

mengasosiasikan/ mengolah informasi, serta mengkomunikasikan. Langkahlangkah tersebut sesuai dengan pendekatan saintifik. Munculnya kurikulum 2013
membuat sebagian sekolah binggung, terutama mengenai media pembelajaran

27
yang mereka miliki. Media pembelajaran yang ada di sekolah rata-rata belum
menerapkan prinsip saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasikan/mengolah informasi, serta mengkomunikasikan.
Dengan adanya pengembangan media pembelajaran yang menerapkan prinsip
saintifik maka akan membantu pemerintah dalam menerapkan kembali kurikulum
2013. Dengan mengembangkan media berbasis saintifik maka akan membiasakan
siswa melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu
karena media pembelajaran dikembangkan berbasis audio dan visual maka akan
cocok bagi tipe belajar anak yang senang belajar dengan mendengarkan dan juga
melihat. Media ini juga dikembangkan untuk membantu mengkongkritkan materi
yang bersifat abstrak bagi siswa. Dengan penggunaan media pembelajaran ini
siswa akan lebih mudah mempelajari materi. Siswa akan melakukan pembelajaran
belajar sambil melihat dan mendengar, sehingga akan membuat pembelajaran
lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran dengan media yang
dikembangkan juga membuat pembelajaran tidak seperti pembelajaran yang
dilakukan sehari-hari sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.
Selain itu materi pelajaran dalam media pembelajaran ini disajikan dengan jelas
dan menarik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang
menyenangkan dan penyajian materi yang jelas akan mendorong semangat belajar
siswa sehingga hasil belajar siswa akan naik. Kita ketahui bersama bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, salah satunya adalah media
pembelajaran yang digunakan. Melalui media yang dikembangkan pembelajaran
akan lebih bermakna dan menyenangkan sehingga motivasi siswa untuk belajar
tinggi. Dari motivasi belajar yang tinggi tersebut maka akan membuat hasil
belajar siswa meningkat. Dengan demikian pembelajaran akan menjadi efektif.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis
tindakan sebagai jawaban sementara dalam penelitian ini adalah:
Media pembelajaran audio visual powerpoint mata pelajaran Matematika yang
dikembangkan dengan menerapkan kerangka kerja saintifik efektif dalam
pembelajaran di kelas 5 Sekolah Dasar.