Moch. Taufan Permana P.

TERAPI PSIKOANALISIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi

Disusun Oleh :
Moch. Taufan Permana P.

15010111130024

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini berisikan tentang Terapi Psikoanalisis, khususnya membahas struktur
kepribadian, jenis – jenis terapis yang ada dalam psikoanalisis. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang materi tersebut.


Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Semarang, April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
Bab II Isi

2.1 Pengertian Terapi Psikoanalisis
2.2 Konsep-konsep terapi Psikoanalisis
2.3 Defence Mekanism

2.4 Struktur kepribadian
2.5 Proses Terapeutik
2.6 Jenis – Jenis Terapis
2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis

Bab III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam banyak literatur, disebut bahwa, metode terapi atau psikoterapi paling tua adalah,
model terapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud yang disebut sebagai terapi psikoanalitik.
Terlepas dari penyebutannya sebagai yang tertua, terapi psikoanalitik ini banyak dirasa
manfaatnya, bahkan, salah satu model terapinya telah berkembang baik di dalam masyarakat dan

seolah sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Freud mengembangkan teknik Psikoanalisis
sebagai suatu metode penyembuhan penyakit kejiwaan, dan dia merumuskan teori tentang
struktur pribadi manusia yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah teori psikologi yang
bersangkutan dengan rasa cemas, mekanisme mempertahankan diri, rasa tertekan, sublimasi dll.
Freud mungkin paling terkenal dalam hal pengusulan gagasan bahwa gairah seksual yang
tertekan seringkali menjadi penyebab penting dalam hal penyakit jiwa atau neurosis. Dia juga
menunjukkan bahwa gairah seksual dan nafsu seksual bermula saat masa kanak-kanak dan
bukannya pada saat dewasa.
Konseling adalah proses pemberian bantuan, terutama dari aspek psikologi yang dilakukan
oleh seorang ahli kepada siswa-siswa peserta didik dalam memahami dirinya, dan
menghubungkan dengan lingkungannya, serta memilih, menentukan, dan menyusun rencana
sesuai dengan konsep diri yang dituntut lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Banyak yang mengatakan bahwa psikoanalisa merupakan satu hal yang unik sekaligus
paradoksial, dan juga psiko analisa merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak
dipahami secara universal. Dan disisi lain psiko analisa ini juga banyak pengaruhnya dalam
bidang lain diluar psikologi melalui pemikiran penemunya, Sigmund Freud.
1.2 Rumusan Masalah
1. Defisi terapi psikoanalisis
2. Tujuan terapi Konseling
3. Deskripsi Proses Konseling

4. Jenis – jenis terapi Psikoanalisis

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan ini untuk menguraikan tentang teori Konseling Psikoanalis. Secara khusus
yang hendak dicapai adalah :
1. Memahami tentang teori Psikoanalisis,
2. Mengetahui teori Psikoanalisis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terapi Psikoanalisis
Terapi psikoanalisis adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis
dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta
memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala
sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar,
serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya
adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien,

terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan
dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus
utama dalam proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis
setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.
Beberapa alasan mengapa tujuan utama dari terapi ini adalah penyadaran individu, yakni :
1. Bila individu menyadari konflik intrapsikisnya atau permasalahan yang ada dalam dirinya,
maka individu tidak perlu lagi banyak mengeluarkan energi psikisnya melakukan defence
mechanism.
2. Penyadaran memungkinkan untuk membentuk kembali struktur kepribadian yang selama ini
terpisah, maksudnya adalah adanya konfilk antara id, ego, superego yang selama ini tidak
berjalan dengan baik. Proses penyadaran dalam terapi ini mengajak individu untuk mengenali
kembali dan menerima bagian-bagian diri yang selama ini ditolak, diserang, dan
diproyeksikan terhadap orang lain. Setelah itu semua disadari, kemungkinan secara bertahap
bagian-bagian dari kepribadian individu akan kembali kokoh.
3. Penyadaran juga memulihkan kembali hubungan antara dunia internal dan realita eksternal,
sehingga individu dapat memandang dunia secara nyata.

2.2 Konsep-konsep terapi Psikoanalisis
Anxiety/Kecemasan



Anxiety realita
Adalah rasa takut akan bahaya dari dunia luar dimana individu tidak dapat menerima
kenyataan.



Anxiety neurotic
Adalah rasa takut yang muncul ketika insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan
seseorang melakukan sesuatu yang nantinya akan mendapat hukuman



Anxiety moral
Adalah rasa takut yang muncul pada orang-orang yang memilki superego yang tinggi, orangorang dengan perkembangan moral yang baik akan merasa berdosa ketika merka melakukan
suatu hal yang bertentangan dengaan nilai moral.

2.3 Defence Mekanism
Suatu bentuk perilaku atau cara yang dilakukan individu dalam mengalihkan dan
mengurangi ancaman atau kecemasannya dengan cara tertentu.

System kerja defence mekanisme tergantung pada tingkat perkembangan dan derajat kecemasan
yang dialami individu.
Ego defence mekanisme mempunyai 2 karakteristik :
1. Sifatnya menolak realita atau memputarbalikan realita
2. Beroperasi pada alam bawah sadar
Defence mekanisme bukanlah sebuah patologis atau gangguan, melainkan sebuah
perilaku normal yang dapat digunakan individu untuk mengurangi kecemasan yang dialami,
namun apabila ego defence mekanisme terlalu sering dilakukan maka akan mengalami
gangguan.
Macam-macam bentuk Defence Mekanisme
1. Proyeksi : merupakan suatu perbuatan untuk mengurangi kecemasan/ frustasi dengan cara
melampiaskan keluar sentimen-sentimen dan dorongan-dorongan keluar dalam dirinya.
2. Represi : merupakan suatu perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan cara
menekan kembali keinginannya.

3. Regresi : merupakan suatu mekanisme dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang
telah dilewati sebelumnya, ketika seseorang menghadapi kesulitan/ kecemasan perilaku yang
muncul adalah kekanak-kanakan atau mundur seperti masa lalu saat mengalami kenyamanan.
4. Rasionalisasi : merupakan mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi kecemasan/frustasi
dengan cara memberikan alasan-alasan yang bersifat rasional , atau mencoba memaafkan diri

sendiri dan kesalahan.
5. Reaksi formasi : perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan melakukan
perbuatan sebaliknya atau berlawanan dengan kondisi saat mengalami stress/dalam masalah,
misalnya perasaan benci diganti dengan perasaan cinta.
6. Sublimasi : adalah perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan cara melakukan
perbuatan yang bersifat positif ataupun melakukan perbuatan sosial.
7. Displacement : merupakan perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan
mengalihkan ke perbuatan negatif.
Pandangan tentang sifat manusia
o pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic (tidak
mampu memahami dan mengontrol), kepribadian terbentuk pada pengalaman masa
lalu dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Kesadaran & ketidaksadaran
konsep ketidaksadaran
 mimpi-mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrathasrat konflik
 salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal
 sugesti pascahipnotik
 informasi yg berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
 informasi yg berasal dari teknik proyektif


2.4 Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian disini terbagi menjadi 3, yaitu :
 Id
Id (berkembang sejak lahir hingga usia dua tahun) merupakan lapisan psikis yang paling
dasar di mana cinta dan kematian berkuasa. Id bersifat primitif, tidak terkendali, dan

emosional: “sebuah dunia yang tidak logis”. Naluri bawaan seperti seks, agresif, dan
keinginan-keinginan yang direpresi berada di sini. Prinsip kesenangan mendominasi bagian
ini sedangkan ruang, waktu, beserta logika yang berkenaan dengan hukum kontradiksi tidak
berlaku. Dalam Id energi dipergunakan untuk memuaskan naluri melalui tindakan refleksi
dan pemuasan keinginan segera. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari
Perspektif Psikoanalisis)
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja
menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
 Ego
Ego (berkembang sejak berusia dua tahun) beraktivitas di semua lapisan; bersifat sadar
manakala melakukan aktivitas sadar seperti persepsi lahiriah, persepsi batiniah, dan prosesproses intelektual; berlaku prasadar saat melakukan fungsi ingatan; dan aktivitas tak sadar
Ego merupakan struktur kepribadian yang berkembang untuk menghadapi dunia nyata atau
secara harfiah “aku”. Bekerja berdasarkan prinsip kenyataan atau reality principle. Ego
dijalankan dengan mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Mekanisme pertahanan diri

dapat dilakukan dengan cara sublimasi (misalnya mengatasi stres dengan melukis atau olah
raga), represi, regresi, fiksasi, identifikasi, proyeksi, penolakan, dan pengalihan
(displacement). Mempertahankan keutuhan kepribadian dan adaptasi dengan lingkungan
melalui prinsip realitas adalah peran utama Ego. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan
Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)
 Superego
Superego (berkembang saat berusia tiga tahun dan dipengaruhi orang tua) dibentuk melalui
internalisasi larangan atau perintah yang berasal dari luar hingga menjadi sesuatu yang
menjadi milik subjek sendiri. Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan
diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal,
dan sebagainya. Termasuk di sini observasi diri, kritik diri inhibisi. Jika Superego
mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konsekuensi teori ini
terhadap psikoanalisis adalah konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri,

melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naluriah. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan
Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)

2.5 Proses Terapeutik
Tujuan terapi Psikoanalisis



Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari didalam diri klien



Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak.

Fungsi & peran Terapis
 Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan &
pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis.
 Peran terapis.
 Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan
hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis.
 Membangun hububungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan.
 Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien.
 Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien.

Pengalaman klien dalam terapi
o Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yang intensif & berjangka panjang.
o Mengembangkan hubungan dengan analis / terapis.
o Mengalami krisis treatment.
o Memperoleh pemahaman atas masa lampau klien yang tak disadari.
o Mengembangkan resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri.
o Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap.
o Memperdalam terapi.
o Menangani resistensi-resistensi & masalah yang terungkap.
o Mengakhiri terapi.

Hubungan terapis & klien
 Hubungan dikonseptualkan dalam proses tranferensi yang menjadi inti Terapi Psikoanalisis.
 Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada terapis “ urusan yang belum
selesai” yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh.
 Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta
lawan benci.
 Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yang
menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya.
 Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari konflik-konflik
sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi.
 Bentuk kontratransferensi
→ perasaan tidak suka / keterikatan & keterlibatan yang berlebihan
 Kontratransferensi dapat mengganggu kemajuan terapi.
2.6 Jenis – Jenis Terapis
Asosiasi Bebas
Asosiasi Bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Terapis meminta klien agar
membersihkan pikirannya dari pikiran-pikiran dan renungan-renungan sehari-hari, serta
sedapat mungkin mengatakan apa saja yang muncul dan melintas dalam pikiran. Cara yang
khas adalah dengan mempersilakan klien berbaring di atas balai-balai sementara terapis
duduk di belakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya
mengalir dengan bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman
masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu,
yang kemudian dikenal dengan katarsis.
Asosiasi bebas, sebagai suatu metode terapi, tentu saja memiliki tujuan. Salah satunya, adalah apa
yang disebutkan oleh Goble (1991: 137) sebagai berikut, “Teori yang mendasarinya [asosiasi bebas]
ialah bahwa lewat diskusi yang kelihatannya tanpa tujuan ini, dilengkapi dengan analisis terhadap
mimpi-mimpi pasien, maka pasien itu akan menjadi insaf tentang kejadian-kejadian di masa lalunya
yang telah menyebabkan atau tengah menjadi sebab bagi kesulitannya [sekarang]. Sebagai contoh,

sebagaimana dikutip dari Goble (1991: 138), adalah “seorang mahasiswi suatu kolose

meminta nasihat mengenai suatu masalah. Sejam kemudian, sesudah puas dia berbicara,
sementara selama itu sang terapisnya sendiri tidak mengatakan sepatah kata pun, dia telah
memecahkan masalahnya secara memuaskan dan berterima kasih sedalam-dalamnya kepada
sang terapis atas jasa-jasa keahliannya.”
Dengan demikian, asosiasi bebas menunjukkan kesanggupannya untuk dapat dikatakan
sebagai suatu metode terapi. Bahkan Maslow pernah mewawancarai 34 orang yang baru
menjalani pelbagai terapi (salah satunya yang paling dominan adalah asosiasi bebas) dalam
suatu tahun terakhir. “Dua puluh empat di antaranya melaporkan bahwa mereka sangat puas
dengan bantuan yang telah mereka terima dan bahwa bantuan tersebut sungguh-sungguh
menolong mereka.” Maslow sendiri, rupa-rupanya, walau tidak termasuk ke dalam
neofreudian, telah mempraktikan asosiasi bebas dalam praktiknya sebagai psikologi.
Penafsiran (Interpretasi)
Penafsiran merupakan prosedur dasar di dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi,
resistensi, dan transferensi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk
menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang
dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu
sendiri. Fungsi dari penafsiran ini adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan
baru dan mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut.
Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak
terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien.
Rambu-rambu Interpretasi :


Interpretasi disajikan pada saat gejala yg diinterpretasikan berhubungan erat dengan
hal-hal yg disadari klien.



Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi
emosional klien).



Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emo-si atau
konflik.

Analisis Mimpi
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya
tentang hal ini. Bukunya yang berjudul “The Interpretation of Dreams” (1899) adalah telaah
intensif atas mimpi yang dilakukannya. Mimpi bagi Freud sejajar dengan gejala-gejala
penderita neurosis dan interpretasi atasnya selalu mendukung hipotesisnya. Baginya mimpi
adalah merupakan pemenuhan yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginankeinginan yang terpaksa ditekan. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital
bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau
semacam ketidakjujuran batiniah (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari
Perspektif Psikoanalisis)
Analisis mimpi adalah prosedur atau cara yang penting untuk mengungkap alam bawah sadar
dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak
terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan
yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang
bahwa mimpi merupakan "jalan istimewa menuju ketidaksadaran", karena melalui mimpi
tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.
Beberapa motivasi sangat tidak dapat diterima oleh seseorang, sehingga akhimya
diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan dalam bentuk yang berbeda.
Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif
yang disamarkan, tersembunyi, simbolik,dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan
mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar(yang
merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu
impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah
mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang
terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk
mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap maknamakna yang terselubung.
Sebagai contoh, Tedi bermimpi terbang menaiki Garuda Indonesia. “Terbang” adalah muatan
yang tampak atau muatan manifes dari mimpi. Freud percaya bahwa “terbang” merupakan
simbol dari ereksi, jadi mungkin muatan laten dari mimpi merefleksikan isi bawah sadar
yang berkaitan dengan ketakutan akan impotensi.

Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai suatu bentuk asosiasi bebas, tapi
dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu bentuk kegiatan mental yang sangat
terorganisasi sehingga patut diperhatikan secara khusus. Bukunya yang terbit tahun 1900,
yaitu The Interpretation of Dream menjadi bukti konkret akan bentuk perhatian khusus itu.

Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien
mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien
dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak
sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa
dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang
direpres tersebut.

Analisis Transferensi
Resistensi dan transferensi merupakan dua hal inti dalam terapi psikonalisis. Transferensi
dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau
secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis. Dalam keadaan
neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti
atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Seperti ketika seorang
klien menjadi lekat dan jatuh cinta pada terapis sebagai pemindahan dari orangtuanya.
Dengan cara ini, maka diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya
dalam terapi dan memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari
fiksasi-fiksasi, konflik-konflik, serta mengatakan kepada klien suatu pemahaman mengenai
pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat ini.
Adapun tujuan dari metode terapi psikoanalisa/psikoanalisis ini antara lain:
1. Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara membuat kesadaran yang
tidak disadari di dalam diri klien.
2. Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak klien.

2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan


Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.



Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya
dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.



Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan


Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang.



Memakan banyak biaya bagi klien.



Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh.



Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi psikoanalisis adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis
dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta
memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala
sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar,
serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah
adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis
harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa
rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis.
Struktur kepribadian dalam psikoanalisis terdiri dari 3, yaitu:
1

Id

2

Ego, dan

3

Superego

Tujuan terapi Psikoanalisis


Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari didalam diri klien



Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak.

Jenis – jenis terapis yang ada
1. Asosiasi Bebas
2. Penafsiran (Interpretasi)
3. Analisis Mimpi
4. Analisis Resistensi

5. Analisis Transferensi

Adapun tujuan dari metode terapi psikoanalisa/psikoanalisis ini antara lain:
1. Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara membuat kesadaran yang
tidak disadari di dalam diri klien.
2. Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak klien.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/27/terapi-psikoanalitik-328149.html
Corey Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Thompson learning:
USA.
Hartosujono.Diktat Psikologi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyakarta.