Analisis Risiko Kredit Personal Personal

Analisis Risiko Kredit Personal (Personal Credit Risk)
Dari gambaran past performance terdapat kesan yang kuwat bahwa
Personal Credit Risk terutama terjadi pada dua kelompok utama personal finance.
Kedua jenis personal finance yang dimaksud adalah kegiatan pemberian kredit
berjamin real estate (yaitu mortgage landing) dan kegiatan pemberian kredit tak
berjamin (yaitu terutama pada consumer finance).
Adapun lingkup dari personal kredit ini, bersama – sama dengan kegiatan
pemberian fasilitas bagi small business activities, biasanya dicakup dalam
kegiatan retail banking, yang meliputi kegiatan pemberian kredit berikut ini
a. Home mortgages. Baik fixed rate mortgage maupun apa yang dikenal
sebagai adjustable-rate mortgage (ARM) adalah dijamin oleh agunan
berupa residential properties yang dibiayai dari loan. Di sini besaran loanto-value ratio (LTV) yang membandingkan antara nilai property dan loan
yang membiayainya itu merupakan suatu key risk variable.
b. Home equity loans. Fasilitas ini kadang – kadang disebut sebagai home
equity loan of credit (HELOC) loans yang merupakan gabungan antara
consumer loan dan mortgage loan. Keduanya dijamin oleh residential
properties.
c. Installment loans. Kelompok pinjaman ini termasuk pula revolving loans,
seperti personal lines of credit yang dapat dipergunakan berulang kali
hingga suatu jumlah limit tertentu. Termasuk pula di dalamnya, credit
cards, pinjaman untuk kepemilikan moobil dan lain – lain. Installment

loans ini biasanya dijamin oleh kepemilikan atas mobil, residential
property, personal property dan financial asset lainnya.
d. Credit card revolving loans. Ini merupakan unscured loans.
e. Small business loans (SBL). Pinjaman ini dijamin oleh nilai aset dari unit
bisnis yang dibiayai atau dijamin oleh personal guarantees dari owners.

a. Personal Credit dan Personal Budgets
Jumlah nilai retail banking dan consumer lending di Amerika Serikat dan
Kanada mencapai 75% lebih tinggi di atas dari corporate lending. Household
debt pada tahun 2002 di Amerika Serikat telah melampui jumlah USD 8,4
triliun, yang merupakan jumlah yang dua kali lipat besarnya dibandingkan
dengan jumlahnya pada tahun 1992. Padahal pada periode yang sama
corporate bond debt hanya meliputi jumlah sekitar USD 2,5 triliun. Dari
jumlah seluruh loans di Ameika Serikat, 70% diantaranya merupakan

mortgage dan home equity loans, yang menempati porsi terbesar. Porsi kedua
terbesar berikutnya adalah berupa credit cards dan non-revolving credits.
Gambaran tersebut di atas berbeda dengan keadannya di Negara – Negara
berkembang, dimana umumnya porsi dari personal credit justru merupakan
bagian pembiayaan perbankan yang relative kecil. Mungkin sekali karena di

Negara – Negara itu sumber pembiayaan dari pasar modal bagi corporate
companies telah memainkan peranan yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan sumbangan yang diberikan oleh perbankan.
Namun demikian, di mana pun tetap berlaku pemikiran sederhana bahwa
pemberian pinjaman bagi kegiatan personal tersebut memerlukan pemahaman
perihal personal budgets. Hal itu tetap berlaku bagi pemberian personal loan
yang dijamin oleh kepemilikan rumah atau bahkan tidak berjamin sekalipun.
Hal yang terjadi pada personal budgets yang menggambarkan cash-inflow dan
cash outflow dari suatu kegiatan pembiayaan personal tersebut pada umumnya
dapat dicerminkan melalui perubahan outstanding balance dari account yang
bersangkutan dalam bank.
Sebagai wakil dari Negara yang sedang berkembang, perbankan di
Indonesia pun menghadapi kendala yang sama dalam menilai suatu personal
loan melalui gambaran perkembangan rekening individual borrower tersebut
dalam banknya masing – masing.
Selain karena masih terbatasnya jangkauan kegiatan operasional, layanan
jasa – jasa serta produk perbankan ditengah – tengah aktivitas perekonomian
masyarakat yang beragam, namun terbatas itu, juga kurang memadainya unsur
keterbukaan telah menjadi palang pintu yang utama. Undang – undang
perbankan yang berlaku disini menetapkan bahwa informasi perihal simpanan

masyarakat dalm bank (apakah berupa deposito, tabungan dan giro) masih
merupakan unsur rahasia bank kecuali bagi aparat yudikatif secara sangat
selektif.

b. Credit Scoring Models (CSM)
Bila ketersediaan financial information perihal customer’s account pada
bank telah meluas, hal itu mempermudah perbankan meningkatkan pemberian
jasa – jasa layanan pembiayaan bagi para customer tersebut, meskipun hal itu
hanya berlaku dan dapat diterapkan di Negara – Negara yang perekonomian
serta perbankannya telah sangat maju, sebagaimana digambarkan di atas.
Kemudahan itu telah menyebabkan persaingan antar bank dalam consumer

credit market menjadi terbatas sehingga mendorong berkembangnya
penggunaan credit scoring models.
Disamping itu, ciri suatu retail banking business sebagaimana
diidentifikasikan oleh Basel Committee juga telah turut mendorong kecocokan
penerapan credit scoring models ini. Cirinya sebagai homogeneus portfolio itu
telah menyebabkan penerapan credit scoring models menjadi relevan dan
represent sebagai peralatan analisis untuk suatu personal loan proposal.


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63