Hukum Tata Negara Indonesia. docx

Hukum Tata Negara Indonesia
Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan suatu
negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara tersebut.
Berikut definisi-definisi hukum tata negara menurut beberapa ahli:
Van Vollenhoven
Hukum Tata Negara adalah Hukum Tata Negara yang mengatur semua masyarakat hukum atasan
dan masyarakat Hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masing-masing itu menentukan
wilayah lingkungan masyarakatnya. dan akhirnya menentukan badan-badan dan fungsinya
masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta menentukan
sususnan dan wewenang badan-badan tersebut.
Scholten
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi dari pada Negara. Kesimpulannya,
bahwa dalam organisasi negara itu telah dicakup bagaimana kedudukan organ-organ dalam
negara itu, hubungan, hak dan kewajiban, serta tugasnya masing-masing.
Asas-Asas Hukum Tata Negara Indonesia
ASAS NEGARA HUKUM
Pemikiran negara hukum dimulai sejak Plato dengan konsepnya “bahwa penyelenggaraan
negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebut dengan
istilah nomoi. Kemudian ide tentang negara hukum populer pada abad ke-17 sebagai akibat dari
situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme.
Konsep negara hukum tersebut selanjutnya berkembang dalam dua sistem hukum, yaitu

sistem Eropa Kontinental dengan istilah Rechtsstaat dan sistem Anglo-Saxon dengan istilah Rule
of Law. Rule of Law berkembang di negara-negara Anglo-Saxon, seperti Amerika Serikat.
Konsep negara hukum Eropa Kontinental Rechtsstaat diperopori oleh Immanuel Kant
dan Frederich Julius Stahl. Menurut Stahl konsep ini ditandai oleh empat unsur pojok : 1)
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia; 2) negara didasarkan pada teori
trias politika; 3) pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig bertuur);
dan 4) ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus perbuatan melanggar
hukum oleh pemerintah (onrechtmatige overheidsdaad).

Indonesia secara formal sudah sejak tahun 1945 (UUD 1945 praamendemen)
mendeklarasikan diri sebagai negara hukum terbukti dalam penjelasan UUD 1945 pernah tegas
dinyatakan, “Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum dan bukan negara yang
berdasarkan kekuasaan belaka”. Konsep negara hukum Indonesia dipertegas UUD 1945 hasil
amandemen dalam Pasal 1 Ayat 3 yang menetapkan: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Memerhatikan rumusan konsep negara hukum Indonesia Ismail Suny mencatat empat
syarat negara hukum secara formal yang menjadi kewajiban kita untuk melaksanakannya dalam
Republik Indonesia 1) hak asasi manusia; 2) pembagian kekuasaan; 3) pemerintahan berdasarkan
undang-undang; dan 4) peradilan administrasi.
Berdasarkan uraian konsep tentang negara hukum tersebut ada dua substansi dasar, yaitu :
1) adanya paham konstitusi, dan 2) sistem demokrasi atau kedaulatan rakyat.

1. Paham Konstitusi
Paham konstitusi memiliki makna bahwa pemerintahan berdasarkan atas dasar
(konstitusi), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (absolirisme). Konsekuensi logis dari
diterimanya paham konstitusi atau pemerintahan berdasarkan undang-undang dasar (wetmatig
heid van bestuur), berarti bahwa dalam pemerintahan negara presiden selalu eksekutif
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD, presiden berhak mengajukan undang-undang
kepada lembaga perwakilan rakyat. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk
menjalankan undang-undang. Dengan prinsip ini pula presiden hanya dapat mengeluarkan
peraturan, kalau ini mempunyai landasan pada UUD, atau merupakan penerusan daripadanya.
2. Sistem demokrasi atau kedaulatan rakyat
Pengertian demokrasi secara harfiah identik dengan makna kedaulatan takyat yang berarti
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah (pemerintahan rakyat). Filsuf J.J
Rosseau sebagaimana dikutip Ray Rangkuti berpendapat:
Demokrasi perwakilan pada hakikatnya bukanlah demokrasi karena lebih banyak
memuaskan keinginan segelintir orang (will of the few) di legislatif ketimbang keinginan rakyat
sebagai kehendak umum (general will). Dengan demikian demokrasi langsung merupakan satusatunya demokrasi yang tepat (benar).
Demokrasi sendiri secara etimologis (tinjauan bahasa) terdiri dari dua kata berasal dari
bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat (penduduk suatu tempat) dan “cratein” atau
“cratos” yang beraryi kekuasaan (kedaulatan). Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan


negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan
kekuasaan oleh rakyat.
Dengan demikian, makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara
mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut
akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan kata lain, bahwa negara yang menganut sistem
demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Berdasarkan uraian di atas, maka hakikat demokrasi (kedaulatan rakyat) sebagai suatu
sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerimtahan. Adapun kekuasaan di tangan rakyat mengandung tiga pengertian, yaitu:
pemerintahan dari rakyat (government of the people); pemerintahan oleh rakyat (government by
people) dan pemerintahan untuk rakyat (government for people).
Menurut Moh.Mahfud M.D ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan beregara. Pertama, hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan
demokrasi sebagai asas yang fundamental; kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara
esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara
sebagai organisasi tertingginya.
R. William Liddle mengatakan, bahwa suatu sistem pemerintahan demokratis, efektif,d

an stabil mengandung empat ciri:
1. Partai-partai politik (1) melalui memilih pejabat yang secara formal dan informal bertanggung
jawab atas policy kenegaraan; (2) ebrsifat bebas dari intervensi pihak lain. (3) mempunyai
dukungan luas dari masyarakat dan (4) mengandalkan kepemimpinan yang dipercaya oleh
anggotanya dan mampu memimpin negara.
2. Persetujuan umum (consensus) mengenai : (1) aturan main politik baik formal maupun informal
yang menyangkut proses pengambilan keputusan; (2) konsensus mengenai nilai-nilai ekonomi,
sosial, dan budaya yang ingin dicapai/ dipertahankan masyarakat.
3.

Lembaga eksekutif, yang menentukan (dominan) dalam proses pengambilan keputusan ke
pemerintahan.

4. Birokrasi negara yang mampu melaksanakan kebijaksanaan pemerintah

Sumber-Sumber Hukum Tata Negara Indonesia
– Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar tertulis yang mengatur
masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan lainnya.
– Ketetapan MPR

Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan
Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan istilah menetapkan
tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh MPR disebut
Ketetapan MPR.
– Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang mengandung dua pengertian, yaitu :
a. undang-undang dalam arti materiel :
Peraturan yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
b. undang-undang dalam arti formal :
Keputusan tertulis yang dibentuk dalam arti formal sebagai sumber hukum dapat dilihat pada
Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
– Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR, oleh UUD 1945
kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah guna
melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi
presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya, sebaliknya suatu
undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah.
– Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan perundangundangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan surat presiden no.

2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian melalui Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk
peraturan perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan yang
bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945, Ketetapan MPR yang memuat
garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan Peraturan Pemerintah.
– Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti Peraturan Menteri, Instruksi
Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.

– Convention (Konvensi Ketatanegaraan)
Konvensi Ketatanegaraan adalah perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan berulangulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek ketatanegaraan. Konvensi Ketatanegaraan
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang, karena diterima dan dijalankan,
bahkan sering kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum yang
tertulis.
– Traktat
Traktat atau perjanjian yaitu perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Kalau kita amati
praktek perjanjian internasional bebrapa negara ada yang dilakukan 3 (tiga) tahapan, yakni
perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), dan pengesahan (ratification).

Disamping itu ada pula yang dilakukan hanya dua tahapan, yakni perundingan (negotiation) dan
penandatanganan (signature).