Identifikasi Ektoparasit pada Kelelawar ( Chiroptera ) di Gua Anjani, Purworejo, Jawa Tengah

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Identifikasi Ektoparasit pada Kelelawar ( Chiroptera ) di Gua Anjani,

Purworejo, Jawa Tengah

Desy Novita Sari, Putrisari, Muhammad Fajar F.R, Sri Suwarni Y., Dhanang Robiansah Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Karangmalang Yogyakarta Telp. (0274)540713 Email:

  

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ektoparasit pada kelelawar, serta

mengetahui kemelimpahan parasit pada kelelawar. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksplorasi yaitu dengan mengamati langsung sampel kelelawar yang terjangkit ektoparasit, selanjutnya mengidentifikasi ektoparasit tersebut di laboraturium zoology FMIPA UNY. Pengumpulan data dilakukan dengan cara koleksi spesimen ektoparasit. Hasil yang didapat yaitu terdapat 2 ektoparasit pasa masing

  • – masing inang dan jenis ektoparasit yang terdapat pada inang yaitu kelelawar Rhinolophus sp. terdapat 2 ektoparasit dengan ordo Psocoptera dan genus Ectosocopsis, kelelawar Hipposideros

  larvatus terdapat 2 ektoparasit dengan ordo Psocoptera dan genus Ectosocopsis, dan Hipposideros sp. terdapat 2 ektoparasit dengan ordo psocoptera dan genus Ectosocopsis.

  Jadi untuk jenis ektoparasit yang ditemukan dari masing masing inang ( kelelawar) ternyata memiliki ordo dan genus yang sama yaitu ordo Psocoptera dan genus Ectosocopsis .

  Kata kunci : Kelelawar, Ektoparasit, Ordo Psocoptera, Genus Ectosocopsis I.

   PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki bentangan alam karst dengan kekhasannya masing

  • – masing, salah satu daerah yang termasuk dalam bentangan karst adalah kawasan Karst Menoreh. Kawasan karst Menoreh merupakan karst yang terbentuk di Formasi Jonggrangan di perbatasan antara Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Purworejo. Salah satu gua yang berada di kawasan tersebut adalah Gua Anjani. Gua Anjani merupakan gua horizontal, secara administratif berada di Dusun Pager Tengah, Tlogoguwo, Kaligesing,

  o o

  Purworejo. Mulut gua berada pada koordinat S 07 43’53.6”,E 110 06’56.4”, dengan elevasi 672 mdpl. Gua Anjani mempunyai dua mulut gua yang berada di lereng bukit menghadap ke arah barat; salah satu mulut guanya berupa lorong berair, dan mulut lainnya berupa lorong kering dengan diameter sekitar 1,5 meter. Berdasarkan pemetaan gua yang dikerjakan oleh Palawa (2007) diperkirakan panjang lorong gua lebih dari 800 meter. (Fauna Indonesia, volume 10, LIPI, 2011).

  Kurniawan (2009) menyatakan bahwa terdapat enam jenis kelelawar yang berada tetap di Gua Anjani, yaitu Hipposideros cervinus, H. ater, H. larvatus, Rhinolopus pussilus,

  

R. canuti , dan Nycteris javanica (Fauna Indonesia, volume 10, LIPI, 2011). Kelalawar

  merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang serta dan dapat pula terjangkit oleh parasit baik itu ektoparasit maupun endoparasit pada tubuhnya.

  

Identifikasi Ektoparasit pada Kelelawar

  Ektoparasit adalah parasit yang hidup dibagian luar tubuh inangnya, ada berbagai jenis ektoparasit yang dikenal sebagai vektor zoonosis yang jika menjakiti manusia maka dapat berakibat buruk bagi manusia, seperti virus radang otak oleh caplak dan tungau, pes oleh pinjal dan tifus belukar (scrubtyphus) tungau. Dalam daur hidupnya, ektoparasit menentukan inangnya sendiri sebagai tempat hidupnya, namun hal ini tidak membuktikan bahwa hanya ada satu spesies ektoparasit dalam satu inang.

  Semua jenis kelelawar memiliki potensi untuk terjangkit parasit terutama ektoparasit. Sejauh ini penelitian mengenai ektoparasit pada kelelawar belum banyak dilakukan, oleh sebab itu adanya penelitian ini sangat bermanfaat sebab dapat dijadikan data primer dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya.

II. METODE PENELITIAN A.

  Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode eksplorasi. Data dikumpulkan dengan koleksi spesimen kelelawa yang terjangkit ektoparasit di gua Anjani,

  Purworejo.

  B.

  Variabel Penelitian Variabel penelitian yaitu jenis ektoparasit dan jumlah ektoparasit .

  C.

  Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Waktu : juni - juli Tempat pengambilan sampel : Gua Anjani, Purworejo, Jawa Tengah Tempat identifikasi : Laboratororium zoology FMIPA UNY D.

  Instrumen Penelitian Alat yang digunakan; misnet, blacu, botol flakon, alat tulis, Camera Digital, mikroskop stereo, cawan petri,dan buku identifikasi. Bahan yang digunakan yaitu alcohol

  70%.

  E.

  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan koleksi spesimen, sedang identifikasi parasit dilakukan di Laboratorium zoologi, FMIPA UNY.

  a.

  Pengambilan sampel kelelawar : dengan menggunakan misnet yang dipasang di gua dan kemudian mengambil kelelawar yang tertangkap pada mistnet.

  b.

  Pengambilan parasit pada kelelawar : dengan cara handsorting ektoparasit yang terdapat pada kelelawar kemudian dilihat di mikroskop stereo untuk malakukan identifikasi.

  F.

  Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif.

ISBN: 978-602-72412-0-6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Fauna parasit merupakan indikator besarnya keanekaragaman hayati di suatu kawasan, karena tiap-tiap jenis parasit memerlukan inang spesifik untuk kelangsungan hidupnya. Mamalia kecil dikenal sebagai reservior berbagai kuman patogen, terutama rodensia berperan sebagai reservior pembawa sekitar 200 zoonosis (cox, 1979). Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan kami menemukan adanya enam ekor parasit pada 3 jenis kelelawar, masing

  • – masing inang diperoleh 2 ekor ektoparasit. Berikut adalah tabel pengamatan ektoparasit pada kelelawar di Gua Anjani.

  Tabel 1. Ektoparasit pada kelelawar No kelelawar Jumlah ektoparasit 1 Rhinolophus sp.

  2

2 Hipposideros larvatus

  2 3 Hipposideros sp.

  2 Berdasar tabel 1. dapat diketahui bahwa terdapat 3 jenis inang yaitu Rhinolophussp.,

Hipposideros larvatus, Hipposideros sp. Kelelawar yang berhasil tertangkap terdapat

  ektoparasit pada tubuhnya dengan jumlah 2 ekor ektoparasit tiap masing -masing inang (kelelawar). Penggambilan ektoparasit yang dilakukan dengan cara hand sorting, yang ternyata tidak maksimal sebab metode ini sangat sulit dilakukan karena ektoparasit pada kelelawar dalam keadaan hidup sehingga selalu berpindah pun ektoparasit tersebut dapat terbang dan terkadang bersembunyi di balik rambut inangnya (kelelawar).

  Tabel 2. Pengamatan morfologi No Jenis Kelelawar Karakteristik Ektoparasit

  1 Rhinolophus sp. Warna tubuh kuning keorenan, kaki berjumlah tiga (3) pasang. Terdapat dua (2) pasang sayap yang tipis, sayap depan lebih besar dibanding sayap belakang. Pada seluruh tubuh terdapat bulu.

  2 Hipposideros larvatus Warna tubuh kuning keorenan, kaki berjumlah tiga (3) pasang. Terdapat dua (2) pasang sayap yang tipis, sayap depan lebih besar dibanding sayap belakang. Pada seluruh tubuh terdapat bulu.

  3 Hipposideros sp. Warna tubuh kuning keorenan, kaki berjumlah tiga (3) pasang. Terdapat dua (2) pasang sayap yang tipis, sayap depan lebih besar dibanding sayap belakang. Pada seluruh tubuh terdapat bulu.

  Identifikasi yang dilakukan dengan melihat bentuk morfologi pada ektoparasit tersebut. Bentuk morfologi yang dapat teramati pada mikroskop stereo hanyalah warna tubuh, sayap, jumlah kaki, dan bulu, bulu yang terdapat pada seluruh tubuk ektoparasit. Bentuk morfologi yang dapat teramati pada ektoparasit yaitu dapat dilihat pada tabel 2. Tabel tersebut

  

Identifikasi Ektoparasit pada Kelelawar

  menjelaskan tentang morfologi ektoparasit yang berhsil kami tangkap, pengamatan dilakukan di lab Zoologi, FMIPA UNY dengan menggunakan mikroskop stereo.

  Berdasarkan Tabel 2, atau pengamatan morfologi maka dapat ditarik kesimpulan dengan Tabel 3. Tabel 3. Jenis parasit

  No Kelelawar Jenis ektoparasit Gambar Ordo genus

  1 Rhinolopphus Psocoptera Ectopsocopcis

  2 Hipposideros Psocoptera Ectopsocopcis

  larvatus

  3 Hipposideros sp. Psocoptera Ectopsocopcis Ektoparasit yang ditemulan pada tiap jenis inang sama yaitu dengan ordo Psocoptera dan genus Ectopsocopcis. Genus Ectopsocopcis memiliki morfologi yaitu bagian anterior

  (kepala) warna gelap dengan antena terdiri atas 12 ruas (coklat tua) mata hitam, besar, oceli berwarna coklat muda. Ukuran IO/D = 4,6 μm. Panjang sayap depan 160 μm, panjang sayap belakang 120 μm. Sayap depan coklat ditutupi sisik, dan agak tebal pada pertemuan antara vena R, M dan Cu. Sayap belakang hyalin, vena R lebih tebal dari vena yang lain. Jumlah

  24, panjang coxa

  ctenidia

  22 μm warna coklat, trochanter 9 μm, femur 30 μm, tibia 55 μm, tarsus 29 μm dengan 3 segmen dan berwarna coklat terang. Ectopsocopcismemiliki ciri yang berbeda dengan spesimen yang diidentifikasi yaitu padasayap depan tidak terdapat areola

  postica .( Eyang Sriyani Toineno, dkk, 2012.) Psocoptera merupakan serangga dengan ukuran tubuh sangat kecil, kebanyakan

  panjangnya kurang dari 6 mm, bertubuh lunak, ada yang bersayap dan ada yang tidak. Psocoptera yang bersayap mempunyai empat sayap yang tipis, sayap depan sedikit lebih besar daripada sayap belakang, antena biasanya sangat panjang, segmen tarsal pada bagian apikal kaki berjumlah dua atau tiga ruas, dan tidak terdapat sersi (Charles, 2009). Psocoptera terdiri atas 35 famili, beberapa diantaranya adalah Peripsocidae, Caeciliidae, Stenopsocidae,

  

Epipsocidae, Caeciliidae, Amphipsocidae, Lachesillidae, Pseudocaeciliidae, Epipsocidae,

Philotarsidae, Mesopsocidae, Psocidae, Calopsocidae, Thyrsophoridae, Hemipsocidae,

Myopsocidae dan Polipsocidae (Smithers, 1972).

  Habitat Psocoptera antara lain adalah semaksemak, di bawah batu-batuan dan daun- daun yang mati. Jenis makanannya yaitu bahan-bahan yang mengandung pati, spora jamur

ISBN: 978-602-72412-0-6

  dan kapang. Serangga ini bersifat non parasitik (Charles, 2009). Telah diketahui bahwa Psocoptera sangat rentan terhadap cahaya (Mirawati, 2006).

  IV. KESIMPULAN

  Jenis parasit yang terdapat pada kelelawar yaitu dengan ordo psocoptera dan genus Ectopsocopcis . Jumlah ektoparasit pada setiap inang yaitu berjumpah 2 ekor atau satu jenis.

  

Rhinolopphus parasit yang ditemukan berjumlah 2 ekor, Hipposideros larvatus parasit yang

ditemukan berjumlah 2 ekor, dan Hipposideros sp.Parasit yang ditemukan berjumlah 2 ekor.

  V. DAFTAR PUSTAKA

Charles. 2009. Psocoptera Available. Artikel (online) .

diakses 22 Agustus 2014)

  

Cox.E.F.G. 1979. Ecological Importance of Small Mammals as Reservois of Desease. In: Stoddard,

D.M. Ecologi of Small. Chapman and Hall . London: UK.

Eyang Sriyani Toineno, dkk. 2012. Keragaman Famili Psocoptera Di Nusa Penida Kabupaten

  Klungkung – Bali. Jurnal Biologi Volume XVI No.1 JUNI 2012 (online).

  , diakses 20 Agustus 2014).

Mirawati, N. L. G. 2006. Inventarisasi Anggota Psocidae (Psocoptera) di Pulau Nusa Penida

  Kabupaten Klungkung-Bali [Skripsi S-1] . Denpasar: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

Smithers, C. N. 1972. The Classificatian and Phylogeny of The Psocoptera. Memories of the

Australian Museum . Sydney: Australian museum.