NEKA HEMONG WAE REBO

  t e NEKA g d u B

  HEMONG w o

WAE REBO

  L Ada 7 Mbaru Niang kerucut, dibalut dengan ijuk

  | dan alang-alang, menjadi tempat berteduh. x a

  Tempat itu dikenal dengan nama Wae Rebo. l e R |

  BULOK n

MBARU NIANG NAN KOKOH

  u F KOMUNITAS COFER NE O PROFIL NUGIE “THE DANCE COMPANY”

  2

  1

  2 r e b m e t p e S

  • s u t s u g A

  17 ne

  ISI azi ag ED e M Fre

  Daftar Isi Dari

  PIMPINAN UMUM/REDAKSI CATPER Ambar Arum

  15 MENCECAP KEHANGATAN WAE REBO Redaksi ambar@backpackinmagazine.com

  GALERI

  25 FOTO WAE REBO PIMPINAN PERUSAHAAN

  Muhammad Iqbal PENGANAN

  43 TIMPHAN TIM REDAKSI AKSESORIS

  Annisa M.F. Harahap

  46 GADGET SUPPORTING TOOLS TIPS TIM ARTISTIK

  47 MANFAATKAN COLOKAN LISTRIK Galih Permadi Kibar Desain Salman

  RESENSI

  49 PESAN DARI WAE REBO WEBMASTER JEDA

  Kurniawan Aji Saputra

  51 SOLO BACKPACKIN? KENAPA TIDAK?

  INTERAKSI ORDINAT Redaksi menerima saran, kritik,

  53 HA..HA..HANTU!!

  NEKA HEMONG WAE REBO

  dan artikel dari BM Readers

  Tersebutlah sebuah lembah di Pulau Flores, Nusa

  KONTRIBUTOR yang bisa dikirim melalui

  Salam Ransel, Tenggara Timur, Indonesia. Tepatnya di Kecamatan

  56 BM EDISI 17

  3 alamat email kami.

  Satar Mese Barat, kabupaten Manggarai.

  EDISI DEPAN

  WAE REBO DESTINASI LUAR biasa. Di sini ada peman-

  57 BUKITTINGGI

  dangan indah, kearifan lokal, tradisi yang kuat, serta kesederha-

  PANDU naan dan keramahan penduduknya.

  MENUJU WAE REBO Tentu ada pelajaran hidup yang dapat dipetik dalam

  Sampai di Dintor umumnya sudah setiap perjalanan, terlebih di Wae Rebo ini. Persiapkan dirimu sore atau malam hari, sehingga perlu

  11

  untuk jatuh cinta dengan Wae Rebo! menginap lagi semalam di sini.

  Selamat ulang tahun Indonesiaku ke 67!! Semoga alammu tetap terjaga dan dapat dinikmati hingga generasi setelah kami. Tak lupa kami mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri, Maaf Lahir Batin bagi BM Readers yang merayakannya.

  BULOK KOMUNITAS PROFIL

  Sempatkan liburan di libur lebaran ya. Selamat makan ketupat!

  27 MBARU NIANG

  33 COFER NE

  37 NUGIE “THE DANCE COMPANY”

  O

  NAN KOKOH REDAKSI

  FOTO COVER : IKA SOEWADJI WEBSITE EMAIL FACEBOOK TWEET www.backpackinmagazine.com redaksiezinebi@yahoo.com Backpackin Magz @Backpackin_Magz Backpackin’ E-Magazine

  ORDINAT NEKA HEMONG W A E R E B O TERSEBUTLAH SEBUAH LEMBAH di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

  Tepatnya di Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai. Terdapat tujuh rumah adat Mbaru Niang berbentuk kerucut besar, dibalut ijuk dan alang-alang, men- jadi tempat berteduh para penghuninya. Tempat itu dikenal dengan nama Wae Rebo.

  OLEH: AMBAR ARUM | FOTO: IKA SOEWADJI, FLORES EXOTIC TOURS, MARTINUS ANGGO tanah leluhurnya. Semangat itu tertuang dalam ungkapan “neka hemong kuni agu kalo”, yang artinya “jangan lupakan tanah kelahiran”.

MUSANG MENJADI SAHABAT

  Masyarakat Wae Rebo menganggap musang sebagai hewan yang sangat berjasa, sehingga tidak boleh dimakan. Konon menu- rut kisah yang dituturkan secara lisan dan turun-menurun, beratus tahun silam seekor musang pernah menyelamatkan leluhur Wae Rebo dari bahaya.

  Di manapun masyarakat Wae Rebo hidup dan berpijak, meski bukan di ta- nah Wae Rebo, dipercaya akan kedapatan sial apabila memakan musang, baik sen- gaja maupun tidak. Sial itu baru bisa hilang setelah dilakukan upacara adat.

  Saat ini keturunan Wae Rebo su- dah mencapai generasi ke-18. Di usia yang sudah sangat tua itu, tanpa adanya budaya

  Tidak banyak yang mengenal Wae membentuk lingkaran, dengan satu titik pusat tulis-menulis, sangat sulit mendapatkan

  Rebo, penduduk yang ada dalam satu kabu- di tengahnya. Pegunungan dan hutan berdiri cerita atau informasi yang akurat mengenai paten pun belum tentu tahu tentang Wae gagah melingkar, membentuk lembah, semen- leluhur mereka. Para tetua yang mengetahui

  Rebo, apalagi berkunjung ke sini. Sementara tara di tengah-tengahnya terdapat Wae Rebo. kisah leluhur sudah banyak yang meninggal, itu, sudah banyak sekali orang dari negara

  Lagi-lagi lingkaran berpusat. sementara yang masih hidup sebagian lupa. asing keluar masuk kampung ini.

  Lingkaran berpusat menjadi semacam Kebiasaan menurunkan kisah tentang leluhur

  Ketenangan, kesederhanaan, dan ke- ciri khas Wae Rebo. Titik tengah atau pusat melalui budaya tutur alias lisan berpotensi hangatan penduduk, serta keindahan alamnya dianggap begitu sakral. Di tiang utama Mbaru menimbulkan pergeseran cerita atau makna, menjadi daya tarik utama yang menjadikan Wae

  Niang (bongkok) misalnya, diletakkan sesajen sehingga orisinalitasnya luntur. Rebo populer, sementara bagi wisatawan asing. untuk leluhur. Sementara batu di tengah-te-

  Mayoritas penduduk Wae Rebo beragama Kato- menuju pusat lingkaran, mirip seperti sarang ngah bangunan Mbaru Niang yang melingkar lik, namun mereka masih memegang teguh adat laba-laba. Pola lingkaran berpusat seperti itu merupakan tempat untuk melakukan upacara

SAWAH BERBENTUK

  dan tradisi kepercayaan leluhur. juga tampak di tujuh rumah Mbaru Niang, adat. Lingkaran berpusat dapat diumpamakan dengan batu besar di tengah-tengahnya seperti persaudaraan yang tidak terputus di

  LINGKARAN, BANYAK GARIS LINGKARAN BERPUSAT sebagai titik pusat.

  Wae Rebo, dan semua itu berpusat ke tengah,

MENUJU PUSAT LINGKARAN

  Sawah di Waerebo berbentuk ling- Bangunan Mbaru Niang pun berben- yaitu kepada leluhur. Pada kenyataannya me- karan, dengan banyak garis yang sama-sama tuk kerucut, yang apabila dilihat dari atas, juga mang setiap warga Wae Rebo tidak melupakan

BERKEMBANGNYA EKOTURISME

  Sebelum ramai pengunjung seperti beberapa tahun terakhir ini, Wae Rebo sem- pat mengalami kondisi perekonomian yang terpuruk. Posisi Wae Rebo yang terisolasi membuat akses pembangunan serta bahan pokok menjadi sulit. Angin kencang pun telah merobohkan beberapa rumah Mbaru Niang sehingga tersisa hanya empat rumah.

  Martinus Anggo, warga Wae Rebo generasi ke-18 bercerita bahwa saat itu masyarakat Wae Rebo nyaris putus asa dan ingin membangun rumah biasa (bukan Mbaru Niang) yang biayanya lebih murah. Namun Martin bersama beberapa warga lain berusaha bersabar sambil terus berdoa agar keadaan menjadi lebih baik. Lama waktu berselang, secara ber- gantian muncul beberapa wisatawan yang jatuh cinta kepada Wae Rebo dan bertekad memberi bantuan. Tidak main-main, seba- gian dari mereka menjabat posisi penting di organisasi ternama, baik lokal maupun inter- nasional, antara lain UNESCO dan Kedutaan Besar Spanyol. Mereka membantu dengan beragam cara, salah satunya adalah mem- berikan pendidikan pariwisata dan bahasa asing.

  • *Jangan Lupakan Wae Rebo Artikel ini disarikan dari cerita perjalanan Lathiful Amri dan Ika Soewadji, buku Pesan dari Wae Rebo (Editor: Yori Antar), serta wawan- cara dengan Martinus Anggo.

  Bantuan lain baik dari yayasan, kor- porasi, ataupun individu terus berdatangan dalam berbagai bentuk, termasuk bantuan pembangunan rumah Mbaru Niang. Dari empat rumah yang tersisa, dua di antaranya sudah dalam kondisi rusak parah sehingga harus diganti baru. Secara bertahap Wae Rebo mendapat bantuan pembangunan lima rumah Mbaru Niang. Dua rumah dari Yayas- an Tirto, sisanya dari Aqua Danone, Arifin Panigoro, dan Laksamana Sukardi.

  Kini Mbaru Niang di Wae Rebo sudah kembali berjumlah tujuh buah, sama seperti yang diwariskan oleh leluhur. Jum- lah ini akan terus dipertahankan, artinya mereka tidak akan membangun Mbaru Niang lebih dari tujuh buah, agar sesuai dengan peninggalan leluhur.

  Sementara itu, penduduk Wae Rebo terus bertambah, dan tidak semuanya dapat ditampung dalam tujuh Mbaru Niang. Untuk itu sebagian penduduk, terutama yang berusia sekolah, tinggal beberapa kilometer dari Wae

  Rebo, yaitu di Kombo. Mereka bersekolah di sana. Orang tua mereka ada yang ikut ting- gal di Kombo, ada juga yang menitipkan anak mereka ke kakak atau adiknya yang tinggal di Kombo. Namun minimal sebulan sekali, setiap penduduk Wae Rebo pasti kembali ke kam- pung halaman mereka barang sehari-dua hari, ini mencerminkan persaudaraan masyarakat Wae Rebo yang begitu erat.

  Seiring meningkatnya bantuan dan kunjungan wisatawan, perekonomian Wae Rebo pun berangsur membaik. “Sekarang sudah lebih baik, kalau dulu makan beras hanya bisa seminggu dua kali, sekarang syukurlah bisa setiap hari makan beras,” kata Martinus Anggo.

  Wae Rebo membuat semua wisa- tawan termenung oleh keteguhan warganya menjaga tradisi dan alamnya. Semua itu membuat Wae Rebo mendapat tempat di hati setiap wisatawan, yang tidak akan bisa terlupakan. Neka hemong Wae Rebo!*

  MENINGKATNYA BANTUAN DAN KUNJUNGAN WISATA PEREKONOMIAN MEMBAIK

  PANDU

SISI LAIN WAE REBO

  PENTI & CACI

  MASYARAKAT MANGGARAI (FLORES) termasuk Wae Rebo memiliki kalender sendiri. Hitungannya sama, 12 bulan, namun dimulai dari bulan November. Di tanggal itulah diadakan upacara awal tahun yang disebut penti. Umum- nya tanggal pelaksanaan dipilih di tengah bulan dengan pertimbangan di tanggal itu cuaca sedang baik-baiknya.

  Caci adalah tradisi pertarungan dari tanah Manggarai, termasuk Wae Rebo, di mana dua orang pemuda yang saling mencambuk, diiringi dengan tabuhan gendang dan nyanyi- nyanyian. Dua orang tersebut tidak boleh saling mengenal, apalagi sedarah. Tradisi ini juga tidak sembarang dilakukan, hanya boleh diadakan dalam 4 upacara adat yaitu: randang (pembu- kaan wilayah kebun), syukuran seusai mem- bangun rumah gendang, pernikahan adat, dan upacara penti (ritual tahun baru). Masyarakat Wae Rebo tidak tergerus komersialisasi. Dibayar berapapun, mereka tidak mau mengadakan caci di luar 4 upacara adat yang disebutkan di atas.

  PANDU TIPS

  1. Untuk pesan penginapan, biasakan dari jauh- jauh hari via sms atau e-mail, karena sinyal ponsel di Dintor suka terganggu.

  2. Siapkan minuman, makanan dan cemilan cu- kup untuk perjalanan Dintor – Wae Rebo.

  3. Banyak pacet sepanjang trekking Dintor – Wae

  s

  Rebo, maka sebaiknya memakai celana panjang,

  our kaos kaki dan sepatu atau sandal gunung. otic T

  4. Terdapat peraturan lisan (yang biasanya dis-

  es Ex

  ampaikan kepada tamu asing), yaitu tidak me-

  lor F

  makai baju minim dan tidak berkata dan ber-

  o : MENUJU WAE REBO

  Fot perilaku kasar atau senonoh.

  5. Ada baiknya membawa sesuatu yang ber- Sampai di Dintor umumnya sudah sore manfaat untuk penduduk Wae Rebo, seperti atau malam hari, sehingga perlu menginap lagi

  MENUJU LABUAN BAJO

  buku, atau lainnya. Bisa ditanyakan kepada semalam di sini. Biaya penginapan rata-rata pemandu untuk mengetahui barang apa yang

  Jalur udara 200.000 per orang sudah termasuk makan sedang dibutuhkan atau disukai oleh mereka.

  Update hingga Agustus 2012 hanya malam dan makan pagi.

  MENUJU DINTOR

  ada maskapai Lion Air dan Merpati Besoknya dilanjutkan dengan trekking ke

  Wae Rebo dengan lama perjalanan sekitar 4-5 Bisa menggunakan otokol, yaitu truk bak

  1. LION AIR jam. Jalur memasuki hutan sehingga tidak panas, terbuka dengan tempat duduk yang berfungsi

  CONTACT PERSON

  Jakarta-Denpasar Pukul 0620-0910 dan menanjak hingga kemiringan 45 derajat. sebagai kendaraan umum di Flores. Dari Labuan

  Denpasar-Labuanbajo (Pakai Wings Air)

  1. Martinus Anggo Bajo naik otokol transit di Ruteng terlebih dahulu

  Pukul 1020-1140 0852 3934 4046 untuk menginap semalam di sana karena perjala- martin_anggo@yahoo.com nan memakan waktu lama.

  WAKTU TERBAIK

  Jakarta-Denpasar pukul 0935-1225 Keesokan harinya dilanjutkan dengan kem-

  Waktu terbaik mengunjungi Wae Rebo Denpasar-Labuanbajo (PakaiWings Air)

  2. Leonardus Nyoman (Flores Exotic Tours) bali naik otokol menuju Dintor. Di Ruteng ada pe- umumnya di bulan Mei – Oktober karena cuaca

  Pukul 1335-1455 08123662110 nginapan hotel atau rumah-rumah biara dengan sedang cerah-cerahnya, namun sekarang cua- tarif rata-rata 200.000 per malam per kamar. ca memang tidak menentu. Rajin-rajinlah me-

  2. MERPATI ngontak penduduk Waerebo untuk mengetahui

  Jakarta-Denpasar Pukul 0530-0810 perkembangan cuaca di sana. Denpasar-Labuanbajo Pukul 0840-1015

  CATPER M e n c e c a p Ke h a n ga t a n W A E R E B O

  MENUJU WAEREBO MENJADI perjalanan panjang buat saya. Berawal dari Ruteng, saya naik truk selama lima jam dengan jalan berkelok-kelok, penumpang tak henti bergoyang selama perjalanan. Penuh cerita di dalam truk yang sesak itu. Bercanda sama para mama yang akan berjualan ke pasar, hingga akhirnya sampai di Desa Dintor.

  OLEH: IKA SOEWADJI | FOTO: IKA SOEWADJI Perjalanan dilanjutkan menuju rumah Pak Martin yang kemudian menjadi tempat saya menginap. Hanya kata syukur yang saya teriakan ketika sampai di sana. Rumah Pak Martin adalah rumah panggung, menghadap ke pematang sawah, dikelilingi pegunungan di sebelah kanan, serta laut biru dan pemandan- gan Pulau Mules di sebelah kiri. Subhanallah.

  Malam itu saya dijamu kopi Flores plus singkong rebus. Tidak ketinggalan menu makan malam yang nikmat: ikan tongkol bakar, nasi merah, tumis bayam dengan kembang pepaya, kerupuk, dan lombok de- ngan garam. Saya baru tahu bahwa ternyata orang Manggarai tidak suka makan pedas, sehingga lombok di sini diberi garam. Oh ya, di Dintor tidak ada listrik sehingga masyara- kat mengunakan genset yang dinyalakan dari jam 6 sore hingga jam 4 pagi. Hmm … benar-benar damai, jauh dari hiruk-pikuk keramaian perkotaan. Suasana begitu tenang dan hangat. Alam dan manusia hidup ber- dampingan secara harmonis. Akhirnya saya tertidur karena harus bangun subuh untuk siap-siap berangkat trekking menuju Wae Rebo.

  Ketika pagi menjelang, dengan ditemani Pak Marsel sang pemandu, kami siap berangkat menuju Way Rebo. Perjalan- an dimulai dengan naik ojek dahulu sampai ke Desa Denge. Dari Denge, tepatnya di sebuah sekolah SD, langkah kami mulai di- hentakkan memasuki hutan kecil, kemudian melewati sungai Wae Lomba.

  Tidak jauh dari situ, saya bertemu dengan Ame Allex dan Ine Veronica yang kebetulan habis membeli kebutuhan pokok di desa. Sepanjang perjalanan saya ngobrol dengan mereka sambil menikmati alam yang indah dan berudara sejuk ini. Sesekali kami istirahat. Oh ya, di sini banyak sekali pacet, jadi sebaiknya mengunakan sepatu. hangat oleh kepala suku tetua Pak Rafael dan warga Wae Rebo yang lain. Suguhan khas di sini adalah kopi, teh sumang ditambah ubi, talas, dan daging ayam. Rasanya saya seperti mimpi berhari-hari bisa sampai juga ke sini. Perjalanan yang begitu panjang tidak melelahkan bagi saya, karena saya memang menikmati itu semua dan benar-benar ingin sampai di sini. Ada kesan khusus buat saya yang tidak tergantikan oleh perjalanan apapun, karena hanya satu kali pengalaman seperti ini terjadi di Wae Rebo.

  Saya menyempatkan diri ngobrol dengan Pak Yosh yang merupakan generasi ke-18 suku Wae Rebo. Dari beliau saya me- ngetahui bahwa mata pencarian warga Wae Rebo adalah bertani kopi, sementara wanita- nya menenun kain tradisional.

  Letak Wae Rebo yang terpencil serta jauh terpisah oleh lembah dan bukit-bukit membuat banyak orang tidak mengenal desa ini. Namun tidak untuk wisatawan asal

  Tidak terasa sudah tiga jam berjalan

WISATAWAN ASAL JERMAN

  Jerman, Belanda, Brazilia, Perancis, Amerika, kaki, akhirnya kami tiba di Ponto Nao. Di

BELANDA, BRAZIL, AMERIKA

  dan beberapa negara Asia. Mereka sudah sini ada jembatan untuk mencari sinyal jika

TERKESAN KETIKA DATANG

  sering ke sini dan sangat terkesan sekali ingin berkomunikasi dan melepas rindu dengan kampung yang rumahnya seperti dengan keluarga atau sahabat. Selepas payung berbahan daun lontar atau rumbia jembatan ini, sinyal tidak lagi dapat dite- yang disebut sebagai Mbaru Niang. mui. Ah, lagipula siapa yang butuh sinyal, baian tangan dan langsung memeluk saya

  Rumah kerucut ini terdiri dari 5 kalau suasana di Wae Rebo sudah cukup saat itu juga. Subhanallah, senangnya saya. tingkat yang terdiri dari: pertama lutur atau menentramkan hati. Dusun ini sangat jauh dari keramaian dan tenda untuk tempat tinggal penghuninya,

  Menuju Wae Rebo membutuhkan dikelilingi pegunungan hujan tropis dan kedua Lobo atau loteng tempat menyimpan waktu satu jam lagi dari jembatan ini. sisa-sisa bangunan Mbaru Niang yang lembah hijau yang mendekap hangat tujuh bahan makanan dan barang, ketiga lentar Terlihat dari sini lansekap pemandang- hampir punah. rumah kerucut Mbaru Niang. Inilah Wae untuk menyimpan benih jagung dll, ke empat an Wae Rebo, sebuah dusun sederhana Akhirnya setelah perjalanan pan- Rebo, salah satu tempat yang masih mem- lempa rae untuk menyimpan cadangan yang memperlihatkan asap yang menge- jang, tibalah kami di dusun Wae Rebo. pertahankan sisa arsitektur adat budaya makanan jika suatu saat mengalami gagal pul dari kerucut-kerucut rumah yang ber- Spontan saya langsung berlari dan me- Manggarai yang terancam ditinggalkan, panen, kelima hekang kode tempat untuk kumpul melingkar dalam sebuah tanah nyapa anak-anak yang sedang bermain. tergerus dengan modernitas. menyimpan sajian leluhur. lapang hijau di balik-balik bukit. Itulah “Halooo!” Mereka menjawab dengan lam- Sesampainya di sana, saya disambut CATPER ADA PANTANGAN MAKAN MUSANG YANG DIANGGAP PENYELAMAT DARI MUSUH

  Di sini ada pantangan untuk tidak makan satu binatang bernama musang. Dari penuturan yang saya dapat, hewan ini dipercaya suatu kali pernah berhasil menyelamatkan suku Wae Rebo dari se- rangan musuh, sehingga musang hingga kini dianggap bagian dari leluhur mereka. Memakan musang, baik disengaja mau- pun tidak, dipercaya akan mendapat sial, yang baru bisa hilang setelah diadakan upacara adat.

  Masyarakat Wae Rebo yakin bahwa tanah, air, dan hutan mempunyai perasaan yang tidak boleh disakiti, sehingga suku Wae Rebo memandang tanah sebagai bagian dari mereka yang patut dihormati seperti manusia.

  Para orang tua membebaskan anak-anaknya di usia sekolah untuk keluar Wae Rebo untuk memperoleh pendidikan SD, SMP, SMA, ataupun Perguruan Tinggi, hingga bekerja ke- luar wilayah. Tidak heran karena itulah, kebanyakan warga Wae Rebo yang ting- gal di kampungnya ini berusia sangat muda (anak-anak) atau sudah tua (orang tua), sementara para anak muda yang ada di usia produktif umumnya sedang tinggal di luar untuk menuntut ilmu atau bekerja. Ke manapun mereka melancong, mereka tidak pernah melupakan tanah leluhurnya, dan akan kembali tinggal di dusun Wae Rebo ini. CATPER

  Banyak pengalaman yang saya petik dari perjalanan kali ini tentang arti sebuah kebersamaan, kekeluargaan, dan pemeli- haraan adat budaya leluhur yang banyak terbuang karena kemajuan teknologi. Terima kasih saya ucapkan untuk seluruh keluarga besar Wae Rebo atas sambutan yang luar biasa, kalian akan selalu saya ingat.

SELAMAT HARI RAYA

  IDUL FITRI 1433 H MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

ALAT MUSIK

  FOTO : FLORES EXOTIC TOURS

  GALERI FOTO : FLORES EXOTIC TOURS GENERASI WAE REBO FOTO : FAJAR DI WAE REBO IKA SEOWADJI OTIC TOURS ALAM AK D FLORES EX AMP FOTO : T

  Kirimkan foto koleksi kamu ke redaksi Backpackin Magazine melalui email kami redaksiezinebi@yahoo.com

  BULOK R U M A H T U A N A N K O K O H

  ADA TUJUH RUMAH adat yang disebut Mbaru Niang. Salah satu di antaranya berukuran lebih besar, disebut Mbaru Tembong, merupakan tempat tinggal kepala adat keturunan langsung dari leluhur. Tidak banyak perbedaan antara

  Mbaru Tembong dan Mbaru Niang selain ukuran dan fungsi adatnya..

  OLEH: AMBAR ARUM | FOTO: IKA SOEWADJI, FLORES EXOTIC TOURS, MARTINUS ANGGO BULOK

LANTAI KELIMA, HEKANG KODE

  lah 7 kayu dengan panjang disesuaikan posisinya masing-masing.

  Digunakan batang kayu kenti yang diikat rotan kemudian mengelilingi tenda sepanjang lebih dari 30 meter.

  9. MELETAKKAN WAHE LELES UNTUK TENDA

  Untuk mengurangi gaya tekan di dorot, terdiri dari sekitar 4 buah kayu wojong yang disematkan di bawah dorot.

  8. MEMASANG WOO

  Yaitu kayu dengan panjang bera- gam sebanyak sekitar 20 buah, diletakan di atas leba untuk pondasi lantai.

  7. MELETAKKAN DOROT (LANTAI 2)

  dengan menggunakan kayu rukus dan kayu moak.

  6. MELETAKKAN LEBA di atas hiri mehe

  Adalah pondasi sembilan tiang, titik tengah hiri mehe selanjutnya akan menjadi bongkok alias pondasi utama Mbaru Niang.

  5. MELETAKKAN HIRI MEHE

  (lantai 1). Terdiri dari minimal 40 kayu dengan panjang beragam, disusun berla- wanan arah dengan tanggang.

  Rumah ini diwariskan dari le- luhur mereka, dan sudah berusia 18 generasi. Walau sudah berdiri ratusan tahun, tetapi masih bisa berdiri kokoh. Rasanya kita harus bilang “wow” untuk fakta yang satu ini.

  Satu rumah Mbaru Tembong me- nampung hingga 8 keluarga sekaligus, sementara Mbaru Niang hanya menam- pung 6-7 keluarga.

LANTAI KEDUA, LOBO (LOTENG)

LANTAI KETIGA MERUPAKAN LENTAR

  3. MELETAKKAN TANGGANG , sejum-

  tuk lingkaran.

  Bangunan ini memiliki lima lantai dengan fungsi masing-masing:

  Merupakan tempat istirahat para penghuni. Lantai ini terbagi menjadi dua bagian yaitu nolang dan lutur. Nolang (area privat) adalah tempat masyarakat beraktivitas, termasuk memasak. Se- mentara lutur (area publik) merupakan tempat tetamu beraktivitas dan istira- hat. Pembagian ini menunjukkan budaya saling menghormati antara penduduk setempat dan pendatang. Meski ada pe- misahan, namun mereka tinggal di satu lantai, alias sederajat.

  Berfungsi menyimpan makanan dan segala macam barang kebutuhan sehari-hari penduduk Wae Rebo.

  Yaitu area menyimpan benih- benih untuk kebutuhan berladang dan bertani, seperti benih padi, jagung, dan kacang-kacangan.

  Merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan sebagai antisipasi apabila terjadi bencana atau kekeringan.

  Yaitu tempat untuk menyimpan sajian leluhur.

  Terdapat 26 tahapan dalam mem- bangun Mbaru Niang. Berikut ini adalah tahapan pembangunan rumah adat Mbaru Niang yang disadur dari buku Pesan dari Wae Rebo (Editor Yori Antar)

  1. MENGGALI TANAH

  Untuk pondasi hiri ngaung sedalam 80 cm, sementara untuk hiri mehe sedalam 1 meter.

  2. MELETAKAN HIRI NGAUNG

  Terdiri dari 42 kayu worok, disu- sun tersebar ke beberapa titik memben-

LANTAI PERTAMA DISEBUT TENDA

LANTAI KEEMPAT, YAITU LEMPA RAE

  4. MELETAKKAN ELAR untuk tenda BULOK

  1-5 6-9

  17. MEMASANG HAPO Yaitu tungku

  26. MEMASANG WOLET NGANDO

  tup atap Mbaru Niang menggunakan alang-alang dan ijuk sepanjang 9 meter.

  25. MEMASANG WEHAN G atau penu-

  24. MEMASANG TANGGA dan dinding di depan pintu masuk.

  23. MEMASANG PAPAN LANTAI , meng- gunakan kayu dari pohon ajang.

  22. MEMASANG KONGKON G dan tetep, yaitu tudung atap di depan pintu masuk.

  21. MEMASANG SENGGE , membentuk ruang tambahan di depan pintu.

  20. MEMASANG HANGKONG dan para (pintu masuk), terletak di depan bongkok.

  Yaitu rangka terluar yang menau- ngi bangunan Mbaru Niang, terbuat dari bambu utuh.

  19. MEMASANG BUKU

  pan ke-11 dilakukan di setiap lantai den- gan memasang kayu dalam posisi miring dengan maksud untuk mengantisipasi angin kencang.

  18. MEMASANG PENGA LANTAI . Taha-

  yang berada di belakang tiang bongkok, di lantai satu.

  lempa rae, wahe hekang kode, dan wahe kili kiang. Mengulangi tahapan 9 de- ngan menyesuaikan diameter tiap lantai, menggunakan kayu kenti, kecuali wahe kili liang menggunakan rotan.

  10-13 14-18

  16. MEMASANG WAHE LENTAR , wahe

  15. MEMBANGUN HEKANG KODE (lantai 5), dipasang tanggang dan elar (tahap 3 dan 4).

  14. MEMBANGUN LEMPA RAE (lantai 4), dipasang tanggang dan elar (tahap 3 dan 4).

  beban wahe leles.

  Yaitu kayu yang dipasang miring di bawah wahe leles, untuk menahan

  13. MEMASANG HIRI LELES

  dan hiri lentar (lantai 3). Pondasi pendu- kung untuk membangun lantai baru, dipa- sang tanggang dan elar (tahap 3 dan 4).

  12. MEMASANG TANGGANG dan elar

  Terdiri dari empat kayu panjang yang dipasang ke empat sudut untuk menyeimbangkan ngando, terbuat dari kayu ntorang.

  11. MEMASANG PENGA NGANDO

  Satu batang kayu besar yang melanjutkan pondasi pusat hiri mehe.

  10. MENDIRIKAN NGANDO

  19-24 25-26

  Yaitu atap paling ujung atas dari Mbaru Niang, terbuat dari ijuk.

  PENGANAN Timphan BIKINNYA SUSAH, MAKANNYA SEKALI HAP

  LEBARAN IDUL FITRI menjadi hari keluarnya hampir seluruh makanan khas Indonesia. Yang tidak biasa keluar juga ikut-ikutan keluar. Salah satu yang begitu khas dari Aceh adalah timphan.

  OLEH : FAISAL SYAHPUTRA | FOTO: FAISAL SYAHPUTRA

  Bentuk timphan dari luar seperti lemper mini, sama-sama lonjong dan Jam terbang pembuat timphan bisa

JAM TERBANG PEMBUAT TIMPHAN

  berbungkus daun. Pembungkus timphan dilihat dari ketepatan dia melumurkan adalah pucuk daun pisang alias daun pi- minyak. Agak rumit memang. Jadi timphan

DILIHAT DARI KETEPATAN

  sang muda. Kenapa pucuk daun pisang? ini bikinnya susah, makannya sekali hap

MELUMURKAN MINYAK

  Karena akan lebih lemas ketika dilipat langsung habis. Daya tahannya pun tidak nantinya dan warnanya akan lebih me- panjang, dalam seminggu bisa sudah basi narik ketimbang menggunakan daun tua. kalau tidak di-lemari es-kan. dan pisang, yang kemudian dibungkus

  Mencari pucuk daun pisang itu Di Aceh, timphan mudah ditemui dengan pucuk daun pisang. bukan perkara mudah, terutama di saat lebaran atau di hari-hari besar se-

  Untuk memastikan supaya adonan kota-kota besar. Apalagi harus berasal perti pesta pernikahan dan sunatan. Bisa tidak lengket dengan pucuk daun pisang dari pohon pisang kepok/pisang batu. kita temui juga di warung-warung kopi yang membungkusnya, maka daun di-

  Proses berikutnya tidak kalah rumit. dengan harga Rp. 1.000-Rp. 2.000. Kalau lumuri dengan minyak kelapa/minyak

  Isi timphan pada umumnya adalah di luar Aceh, terkadang bisa kita dapati makan. Pelumuran minyak harus hati- srikaya, atau terkadang kelapa. Isi ini timphan di warung mie Aceh. Kalau tidak hati. Kalau kebanyakan bisa kelewat akan digulung /dibalut dengan adonan dapat, bisa kunjungi rumah orang-orang berminyak dan kalau kurang bisa lengket berbahan utama tepung beras ketan

  Aceh terdekat. Semoga berhasil :) sehingga timphan sulit dibuka.

  PROFIL Nugie “The Dance Company”

PINGIN JADI MENTERI PARIWISATA

  OLEH: AMBAR ARUM | FOTO: AMBAR ARUM

  NUGIE SEJATINYA BERNAMA Agustinus Gusti Nugroho. Selain sibuk di dunia hiburan, pria yang tergabung dalam grup band “The Dance Company” ini juga aktif kegiatan so- sial yang berhubungan dengan penyelamatan lingkungan. Nugie didapuk sebagai duta dari WWF dan Walhi.

  Di sela-sela kesibukannya, rupanya Nugie suka jalan-jalan juga. Backpackin’ mendapat kesempatan berbincang dengan Nugie di salah satu kafe di Jakarta. Berikut beberapa petikannya:

  Gimana menurut Mas Nugie tentang fakta bahwa orang Indonesia saja tidak semuanya tahu tentang negerinya sendiri?

  Betul betul. Salah satu kendalanya sebenernya akomodasi ya. Banyak orang yang anggap kalau wisata Indonesia itu mahal. Pemerintah harusnya mensubsidi kegiatan-kegiatan pariwisata. Akhirnya kan orang milih ke Singapura misalnya. PROFIL

  Ngajak orang Indonesia untuk jalan- bilang, “Jangan dibuka tempat-tempat itu jalan keliling Indonesia daripada ke luar negeri (untuk wisata, red), ntar bisa hancur.” Kenapa itu memang harus. Aku pengen banget. Salah bisa hancur, karena orang gak tahu gimana

  SUDAH SAATNYA KITA satu yang aku incar kalau jadi menteri ya itu, cara jaganya.

  STOP EKSPLOITASI, TAPI Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin ditutup, semakin eksklusif.

TERUS EKSPLORASI PARIWISATA

  Ketika ada orang masuk, mereka jadi lupa

  Mas Nugie, tahu gak, kalau kita googling, ada daratan, mau vandalisme lah, buang sampah beberapa yang anggap Miangas itu masuk ke sembarangan, rusak terumbu karang, misalnya Filipina loh. begitu. Nah itu, bukan cuma dibuka, tapi harus

  Sekarang gak usah jauh-jauh deh, Karimun ada pengaturan yang tepat supaya hal yang Jawa, itu deket loh. Sekarang orang Perancis yang sifatnya konservasi tadi itu bisa dinikmati ma- ambil. Kan nyebelin. Itulah makanya aku bilang, syarakat dunia. Insentif silangnya harus kuat. kalau kita serahin ke pemerintahan, akhirnya kayak gitu. Mereka hanya mikirin yang menguntungkan Sekarang temen-temen Mas Nugie kalau mau untuk jangka waktu mereka lima tahun ke depan. jalan-jalan, ke luar negeri apa dalam negeri? Kayak ngurusin Miangas ini, mereka mana mau. Tetep luar negeri. Karena gak ada endorsement. Itu yang aku sayangin. Makanya

  Kalau tentang pariwisata di Indonesia sendiri, jujur kalau aku punya kesempatan, tanpa harus menurut Mas Nugie gimana? masuk partai politik, aku mau jadi menteri itu

  Sudah saatnya kita stop eksploitasi, (Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, red). Aku tapi terus eksplorasi pariwisata. Stop eksploi- mau bikin regulasi, moga-moga berdampak tasi alam misalnya pertambangan itu sudah banyak. harusnya di-stop. Sudah cukup. Kebutuhan Bagus lho kamu bikin majalah ini. aku kita sudah cukup sebenernya dengan apa yang ikut deh meng-endorse apa yang kalian ker- kita punya sekarang, mulai dari pertambangan, jakan. Aku sangat support. Karena itu tadi, hal perkebunan, dll. Untuk menghidupi kita sendiri kecintaan sama Indonesia akan mulai muncul ya, jangan berpikir ekspor dulu. pada saat orang bisa diajak ke tempat yang

  Lima pulau besar di Indonesia kalau seperti itu ya harusnya. Trip yang pada saat

  Mas Nugie pernah jalan-jalan hemat ala back-

  bisa aku pengen angkat ke arah pariwisata sampai sana kita omongin soal kearifan lokal-

  packer belum? Kemana? yang khusus. Jawa, kalau mau eksplor soal ar- nya, kita bahas dengan ringan lah.

  tefak budaya. Di Papua, ada kesukuan (tribes) Aku pernah lho, dengan 100 ribu aku yang sangat kental. Kalimantan, untuk hutan. Okelah Mas Nugie, siap!! Tinggal atur waktu aja. harus sampai Bali. Aku seminggu lebih loh di

  Sulawesi, kelautan. Jadi masing-masing desti- Mas Nugie kan super sibuk.hehe Bali, pas zaman kuliah. Naik kereta barang, ke nasi kepulauan harus dijabarin kekhususannya. rumah sodara, numpang makan. Hehe.

  Juga harus ada infrastruktur yang baik, kalau Aku suka diving. seluruh Indonesia enggak orang mana mau. yang bisa di-diving-in, aku diving-in. aku nggak

  Saya pernah berdebat sama teman- pernah nolak diajak kemana aja. Karena aku teman yang kiprahnya ke konservasi. Mereka pengen banget punya ensiklopedi di kepala tentang tempat-tempat di Indonesia. Adventure

  Live Love

FACEBOOK.TWITTER.ISSUU

  Adventure J O I N U S .

  L E T ’ S C L I C K T H E B U T TO N

  KOMUNITAS

  FOTOGRAFER PROFESIONAL, ARBAIN Rambey

  Membidik

  mengatakan, “Kamera terbaik adalah kamera yang kamu miliki saat ini.” Nggak punya kamera pro, ka-

  Momen

  mera handphone pun bisa jadi alat hunting. Dan be- lum semua orang tahu: hasil motret dengan kamera

  Lewat Ponsel

  handphone bisa sebagus (atau malah lebih bagus)

  OLEH : AMBAR ARUM | FOTO: COFERONE.DOC

  daripada kamera profesional! KOMUNITAS

  na caranya membuat studio foto mini, sebagai Jadi, sekarang sudah tidak ada alasan lagi sarana penunjang untuk melakukan pengambilan mengeluh hasil foto jelek karena hanya mempun-

  CARAGABUNG

  objek yang sesuai dengan kebutuhan. yai kamera ponsel. Kalau mau belajar dan berba- Komunitas CoferONE terbuka bagi siapa gi, tentu kemampuan bisa diasah. CoferONE bisa saja yang mau belajar dan berbagi apapun menge- menjadi salah satu media untuk memaksimalkan nai fotografi ponsel. Beberapa anggota aktif malah fungsi kamera ponsel. telah membentuk kepengurusan di daerahnya masing-masing, salah satunya adalah di Semarang.

  PRESTASI C O F E R O N E PENGHARGAAN

  Pertanyaannya, bagaimana caranya agar

  BERBAGI FOTOGRAFI PONSEL, Terpilih di ‘Weekly Showcase Mobile Photography Awards’.

  1

  bisa menghasilkan foto sebagus kamera mahal?

UNGGAH HASIL FOTO

  http://the-mpas.com/the-mpa-weekly-showcase-for-april-11-18/#respond

  Kata kunci pertama adalah latihan dan coba terus. Kata kunci kedua, gabung di komunitas DAN SALING MEMBERI MASUKAN

  ‘Weekly Showcase Mobile Photography Awards’, 10-19 Mei 2012.

  2 CoferONE! http://the-mpas.com/the-mpa-weekly-showcase-for-may-10-19/

  CoferONE adalah komunitas fotografi merupakan aktivitas inti dari CoferONE. Sesekali ko- ponsel di Indonesia. Terbentuk pada 6 November munitas ini juga melakukan kopi darat untuk hunting

  Juara 1 fuelyourphotography June 2012 Photography Contest – tema ‘Friend’.

  2011 atas inisiatif Marken Nainggolan. Awalnya foto dan belajar foto langsung di lapangan. Apabila

  3

  komunitas ini tumbuh di Kaskus, kemudian Face- semua itu konsisten dilakukan, bukan tidak mungkin http://www.fuelyourphotography.com/fyp-july-2012-photography-contest/ book, lalu merambah ke Twitter. Nama lengkap visi CoferONE tercapai, yaitu menjadi komunitas

  Won Featured Store on June, 2012.

  komunitas ini adalah Community Photographer fotografi ponsel terbaik di Indonesia yang mampu

  4 http://www.viewbug.com/photo/1902731

  Camera Phone. Biar ringkas dan terlihat keren, bersaing di dunia internasional. disingkat menjadi CoferONE.

  CoferONE juga berbagi tips bagaimana Berbagi ilmu tentang dunia fotografi ponsel, cara membuat lensa macro, sehingga tidak perlu

  http://coferone.com coferone@ fotografi

  @coferone

  unggah hasil foto dan saling memberi masukan

  http://coferone.blogspot.com

  membeli lensa tambahan. Selain itu, juga bagaima-

  yahoo.com kamera phone

  AKSESORIS

  GADGET UMUMNYA TIDAK bisa dipisahkan dari sebuah perjala- nan, baik sekadar untuk mengabadikan momen, atau untuk janjian dengan teman seperjalanan. Berikut seperangkat aksesori pendu- kung keberlangsungan gadget yang perlu kamu bawa (atau kamu

  Gadget

  minta teman seperjalanan kamu untuk bawa):

  Supporting CHARGER

  Punya lebih dari satu HP, atau pergi bersama banyak orang, berarti butuh banyak charger. Siasati

  Tools hal itu dengan charger multi gadget yang dapat mengisi baterai ke lebih dari satu jenis HP sekaligus.

  Ringkas dan praktis. Bentuknya pun bervariasi. Pilihlah yang tidak terlalu besar agar tidak makan tempat. Bisa didapat di toko-toko elektronik terdekat.

  COLOKAN “T”

  Saat bepergian, ketersediaan tempat untuk menyolok listrik seringkali sulit ditemukan. Kalaupun ada, jumlahnya terbatas. Karena itu, bawalah colokan T ke mana-mana. Sekali colok, dua-tiga gadget terisi baterainya.

  PORTABLE CHARGER

  Punya uang lebih dan suka bepergian keluar masuk hutan atau ke tempat yang sulit listrik? Maka

  portable charger alias power bank alias traveler charger bisa menjadi solusi. Bentuk dan jenisnya

  beragam, ada yang memanfaatkan sinar matahari atau air sebagai sumber listriknya, ada juga yang harus diisi penuh sebelum bepergian dengan listrik seperti biasa. Pilihlah portable charger yang dapat mengisi baterai lebih dari satu gadget.

  Masukkan semua perangkat di atas dalam satu tas kecil agar tidak terpisah-pisah dan tidak kesulitan mencarinya ketika dibutuhkan. Lalu masukkan diam-diam tas kecil tersebut ke dalam tas teman kamu, supaya bawaan kamu lebih ringan.

  45

  TIPS & TRIK

  MANFAATKAN COLOKAN LISTRIK SAAT TRAVELLING

FOTO: HERMAN G. ANUGRAH

  Ini sepele, namun sering luput dari per- hatian pelancong. Bepergian dalam jumlah banyak, lebih baik bawa colokan T lebih banyak lagi.

  2. CARI COLOKAN GRATIS

  Manfaatkan semaksimal mungkin colo- kan gratis yang ada di beberapa stasiun kereta api dan pelabuhan.

  3. PILIH TEMPAT

  Hindari warung makan atau toko pulsa, baik di dalam stasiun maupun terminal, kecuali kepepet. Selain harus bayar, di sini colokan T tidak berlaku karena biayanya sesuai dengan jumlah

  gadget yang dicolok.

  DALAM DUNIA PELANCONG , akses terha- dap listrik menjadi hal yang mewah. Warung di stasiun, terminal, atau tempat umum lainnya kesempatan tidak ragu mematok harga untuk sekali colok.

  Colokan gratis bisa didapat di ruang petugas stasiun atau terminal, bisa juga ke warung makan di luar stasiun. Biasanya mereka lebih ikhlas memberikan keleluasaan bagi para fakir listrik untuk memperpanjang usia alat elektroniknya.

  5. JANGAN LUPA

  Setelah selesai nyolok, jangan terbiasa mencabut hanya charger-nya, karena, itu kan colo- kan T kamu! Masak lupa?

  7. NABUNG

  Menabunglah untuk membeli ‘sumber listrik’ yang bisa dibawa ke mana-mana, seperti solar charger.

  8. MODE PESAWAT

  Untuk menghemat baterai, alihkan mode tele- pon ke mode peerai HP, ketika berada di tempat yang tidak ada sinyal tapi ingin menyetel musik atau menggunakan kamera, alihkan mode telepon ke mode pesawat agar baterai tidak terbuang untuk mencari sinyal.

  Untuk itulah, diperlukan keterampilan me- manfaatkan colokan listrik saat bepergian. Berikut beberapa tips dari Backpackin’: 1. BAWALAH COLOKAN T KE MANA-MANA .

  4. OBSERVASI

  RESENSI OLEH : MUHAMMAD IQBAL | FOTO: GALIH PERMADI

  BEBERAPA ARSITEK MUDA, merayakan Sekembalinya mereka ke Jakarta, ide lama ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-53 (2008) untuk membuat Program Rumah Asuh seperti di bumi Flores. Mereka menyimpan sebuah foto bergelora kembali. Konsep segera disusun untuk kampung Wae Rebo dan hendak ke sana. Tapi membangun kembali dua buah rumah adat Wae sayang, sulit sekali mencari orang yang tahu apa Rebo. Buku Pesan Dari Wae Rebo yang terbitan atau di mana Wae Rebo itu. Sampai di sebuah Gramedia ini menjadi semacam dokumenter peker- rumah makan di Ruteng mereka melihat foto jaan besar tersebut. Bagaimana mereka menyusun kampung Wae Rebo. Harapan muncul kembali konsep, sampai mengaplikasikannya bersama war- untuk bisa sampai ke kampung yang masih ga Wae Rebo. Termaktub catatan harian personal memiliki rumah tradisional berbentuk bundar beberapa orang yang terlibat dalam pembangunan tersebut. rumah adat tersebut.

  Hari itu juga mereka mencari, dan betul- Yang membuat buku ini sangat menarik betul sampai setelah melewati track yang adalah koleksi foto di dalamnya. Kelihatannya malah cukup melelahkan, hujan-hujanan pula. lebih banyak foto daripada tulisan. Setiap tahapan,

  Melihat tetamunya yang basah kuyup be- ada fotonya. Termasuk juga foto-foto adat budaya gitu, masyarakat Wae Rebo meminjami masyarakat Wae Rebo, bahkan sampai foto flora- mereka baju, celana, dan kain tenun fauna yang ada di sana. Buku ini agak sulit dicari

  Manggarai. Sungguh penyambutan di toko-toko buku saat ini. Akan lebih efektif jika yang sangat hangat. Sejak saat itu mencari ke penerbitnya langsung atau ke toko-toko para arsitek muda tersebut jatuh online. Sangat cocok dibaca oleh para arsitek dan cinta pada Wae Rebo, juga warga pecinta budaya lokal. dan kain tenunnya.

  JEDA Solo Backpacking

  ? Kenapa Tidak

  ?! Oleh

  : Noor Aufa Shiddiq

  PERNAH ADA YANG tanya, “Dik, gimana sih biar bisa berani jalan-jalan sendirian kayak kamu? Gak takut ketemu penjahat?” Wah, saya rasa, kalau sebelum pergi sudah takut ini takut itu, ya gak bakal pernah bisa pergi kemana-mana deh.

  Memang banyak orang jahat di muka

JALAN-JALAN SENDIRIAN

  bumi ini, tapi juga jangan lupa kalau ba-

BUKAN BERARTI KITA

  nyak juga orang baik di dunia ini. Intinya sih,

MENJADI ANTI SOSIAL

  tetap waspada saja dengan orang yang baru dikenal di daerah asing, tapi jangan menutup pintu buat berteman dengan orang baru. sekitar, jangan malah sibuk dengan HP sen-

  Menjalin pertemanan atau sekadar ngobrol diri. Banyak solo backpacker dari Indonesia basa-basi dengan kernet bus, penjual nasi yang sudah keliling dunia sendirian, malah di terminal, atau satpam itu malah penting. beberapa di antaranya perempuan lho, sebut

  Apalagi jika kita di tanah orang dan tidak saja Trinity, Claudia Kaunang, dan Deedee kenal siapapun. Kepada siapa lagi kita berte- Chaniago. man kalau bukan dengan mereka?

  Intinya, mau jalan ramai-ramai atau Jalan-jalan sendirian bukan berarti kita jalan sendirian itu tidak masalah. Tapi jangan menjadi anti sosial. Sendiri tidak berarti kese- sampai kamu tidak jadi jalan-jalan hanya pian. Teman itu ada di mana-mana. Jalan-jalan gara-gara takut jalan sendirian. sendiri justru membuat kita harus bisa lebih berempati dengan orang lain. Belajar toleransi

  Selamat melancong! dengan orang yang baru kita kenal. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Berbaurlah dengan masyarakat F O T O : I S T I M E W A

  INTERAKSI KLIK BACKPACKIN H A . . H A . . H A N T U

  !!!

  Siapa sangka bisa ketemu hantu pas travelling. Buat yang biasa ngelihat seh, ya pastinya

MAGAZINE.COM

  bakal biasa aja. Tapi buat yang penakut, tentu bisa bikin bulu kuduk merinding...hiiiiii!!! Hantu itu menakutkan seperti YELLY MOMO @YellyMomo kamu yang membuat aku takut

  @backpackin_magz ktmu d gn.Agung-Bali jm4

  kehilangan kamu #eaaa . Punya subuh, lg istirahat malah ada yg lwat..jelas bgt! pengalaman ketemu hantu pas

  @backpackin_magz spt ‘kera’ tp hitam,matanya

  travelling? Sharing yuk! bkilat2 gtu.. ;( tampak cma 2dtk

  @backpackin_magz yg it g mau kenalan,tp d

  Gn.Rinjani ada wanita serba putih dg chaya putih mau kenalan ;)

  @backpackin_magz temen malah dgr nyanyian

  wanita it,kt org sna it b’arti kami dsmbt baik d Rinjani ;)

  VIENAOCTA @dtravelerz @Backpackin_magz wkt mendaki gn.Merapi lwt

  jln alternatif ad yg siul2 ddasar jurang wkt dsorot senter g ad sapa2 :(

  CIKA FRISKA CIKO @cikafriskaciko @Backpackin_magz waktu jalan dari ranu pane ke

  ranu kumbolo banyak banget berseliweran bayan- gan hitam,tp ttp positive tkg aja #hantu Ketemu waktu kemaren ngetrip ke Pantai Papuma

DESSY TAN

THANKS TO OUR CONTRIBUTORS

  a.sidiq

  NOOR ...

GAPAI KEINGINAN

  Akrab dipanggil Simon. Pe- kerjaan utama: jalan-jalan.

  BUTUH PERJUANGAN Pekerjaan sambilan: PNS.

  soewadji

  IKA Gadis mungil yang gak bisa diam. Ka- mera adalah pacar pertamanya, se- mentara ransel jadi pacar keduanya.

  Penduduk asli Wae Rebo generasi ke-18.

  Punya peran besar dalam merintis eko- turisme di Wae Rebo.

  anggo

  MARTINUS

  nyoman

  LEONARDUS Nyoman yang satu ini bukan asli Bali, tapi dari

  Flores. Kini mengembang- kan ekoturisme di Flores.

  amri

  LATHIFUL Mendambakan boleh cuti hamil

  FAISAL syahputra dari kantor supaya bisa jalan- Harusnya namanya jalan 3 bulan.

  Faswan (Faisal Buday- awan). Lulusan kelautan, tapi hobinya motret burung, bukan ikan.

  Mau jadi kontributor? Kirim tulisan kamu sesuai dengan rubrik ke redaksiezinebi@yahoo.com BM EDISI DEP

  AN! B U K I T T I N G G I BACKPACKIN MAGAZINE

  SIMAK! EDISI 18

  F O T O : E R I S O N J . K A M B E R I HAVE FUN WITH BACKPACKIN MAGAZINE di ISSUU.C M

BACA SPOT BACKPACKIN MAGAZINE LAINNYA