Trianasaria , Ni Luh Henny Andayani

  Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  

Studi Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan

a b c

  

Trianasari , Ni Luh Henny Andayani , I Gede Putra Nugraha

  Undiksha, Singaraja- Bali, Indonesia

  

(nanatrianasari01@gmail.com)

ABSTRAK

  

Makalah ini melaporkan hasil studi tahap pertama tentang kelayakan pengembangan Jurusan

Diploma IV Perhotelan, di Fakultas Ekonomi, Undiksha. Riset ini dimulai dari hasil analisis

awal tentang keberadaan Jurusan Diploma III Perhotelan di mana jumlah mahasiswa dari

tahun ke tahun bersifat stagnan, yaitu satu kelas saja. Hal ini menunjukkan tidak adanya

pertumbuhan yang signifikan dan berarti dari segi jumlah mahasiswa, padahal industri

perhotelan dan pariwisata di Bali khususnya, terus berkembang bahkan dengan pesat. Riset

ini dilaksanakan guna menjawab kesenjangan tersebut, yaitu dengan memahami bagaimana

potensi Jurusan DIII perhotelan menjadi DIV. Pada tahap pertama, riset dilakukan dengan

menggali kelebihan dan kekuatan serta peluang dan tantangan DIII menjadi DIV Perhotelan.

Riset pada tahap kedua akan mmelibatkan industri dan pemangku kepentingan lainnya.

Adapun responden penelitian tahap ini adalah civitas akademika internal. Sementara itu,

pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menggunakan Analysis SWOT.

Hasil analisis menunjukkan beberapa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan

jurusan. Hal yang menarik adalah bahwa mayoritas responden yang adalah dosen

menyarankan belum perlunya dilakukan pengembangan DIII menjadi DIV. Dengan kata lain,

jurusan DIII Perhotelan dibiarkan saja sebagaimana adanya untuk saat ini. Sementara itu,

kebanyakan responden mahasiswa menyatakan setuju, tanpa mengeskpresikan atau

menambahkan argumentasi atau alasan. Lebih jauh, secara menyeluruh, responden

cenderung memilih pengembangan S1 Pariwisata. Selanjutnya, hasil riset ini memberi arah

bagi kelanjutan riset tahap II.

  Kata kunci: Analisis SWOT, program studi, perhotelan

PENDAHULUAN tersebut dikuatkan oleh fakta bahwa

Latar Belakang pertumbuhan international arrival pada

  Perkembangan industri pariwisata tahun 2015 mencapai 4.4 % atau men- sebagai salah satu industri terbesar capai total 1.184 milyar orang di tahun dunia dapat dikatakan tidak ter- tersebut. Permintaan dinyatakan tetap bendung. Secara global, industri ini kuat walaupun dengan hasil gabungan terus mengalami peningkatan dari dari beberapa destinasi individu tahun ke tahun. Bahkan, United Nation dikarenakan fluktuasi nilai tukar mata

  

World Tourism Organization (2015) uang, peningkatan kepedulian

  menyatakan bahwa pariwisata masih terhadap keamanan, penurunan harga akan terus mengalami pertumbuhan minyak dan komoditi lain, yang telah yang pesat secara global. Laporan meningkatkan belanja di Negara-negari

  791 pengimpor, tetapi melemahkan permintaan di negara-negara pengekspor.

  Secara khusus, pertumbuhan industri ini di Asia Pasific mencapai 5% atau empat juta orang (UNWTO, 2015). Total kedatangan internasional di tahun 2015 adalah 287 juta orang. Sementara itu, laporan NWTO tentang peningkatan sebesar 6%. Di Bali sendiri, laporan Badan Pusat Statistik Propinsi menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun internasional dari tahun ke tahun. Sementara itu, Dinas Pariwisata Bali menyampaikan hal senada yaitu jumlah kedatangan yang meningkat sebesar 6.24 % di tahun 2016, yaitu dari 3.7 juta menjadi 4 juta orang. Demikian pula, data yang dirangkum oleh Disbudpar Buleleng menunjukkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik memiliki pertumbuhan hanya sebesar kurang dari 10% per tahun. Untuk tahun 2016, Disbudpar menargetkan partum- buhan jumlah wisatawan ke Buleleng berada pada angka 15% atau sejumlah 650.000 wisatawan (Antara, 2016). Dampak positif dari perkembangan industri pariwisata antara lain adalah peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar; lapangan kerja serta peningkatan pendidikan. Disebutkan dalam laporan NWTO (2015) bahwa pariwisata akan terus menjadi pengendali kunci pemulihan ekonomi global dan kontributor dalam penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, proteksi lingkungan, dan kedamaian global. Secara khusus, partumbuhan industri pariwisata ditandai dengan peningkatan infrastruktur dan fasilitas yang memudahkan para turis seperti berdirinya banyak hotel baru dan perusahaan-perusahaan jasa yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Tidak dapat dipungkiri bahwa, keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut membuka peluang lapangan kerja di bidang jasa pariwisata termasuk hotel.

  Jumlah hotel berbintang di Bali menurut data Disbudpar tahun 2015 adalah sebanyak 227 buah (meningkat 68,28% dari tahun 2010), dengan total jumlah kamar sebanyak 24.860. Untuk mencetak dan mensuplai tenaga kerja profesional bidang perhotelan, terdapat sejumlah institusi pendidikan dan pelatihan perhotelan, pada umumnya dalam jenjang diploma, mulai dari diploma 1 sampai diploma 4. Bahkan, Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  sebagai respon terhadap kebutuhan industri terhadap tenaga kerja bidang perhotelan yang siap kerja, terdapat institusi pendidikan perhotelan yang menawarkan progam singkat enam bulan.

  Salah satu penyedia lulusan per- hotelan adalah Jurusan Diploma 3 Perhotelan Undiksha. Jurusan ini telah dari usianya, dengan mengacu pada daur hidup produk (product life cycle), Diploma 3 Perhotelan telah berada pada tahap maturity (dewasa). Namun, dari tahun ke tahun, tingkat partum- buhan jumlah mahasiswa dapat dikatakan stagnan atau meningkat atau menurun secara perlahan atau tidak signifikan. Artinya, jurusan ini tidak pernah mengalami lonjakan jumlah mahasiswa sehingga dibuka dua kelas atau lebih. Sejak berdiri, jurusan ini hanya memiliki satu kelas saja yang terdiri dari kurang lebih antara 20-30 mahasiswa. Hal ini sangat disayangkan mengingat permintaan industri perhotelan terhadap lulusan profesional dan siap kerja sangat tinggi seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan industri pariwisata. Analisis awal yang dilakukan menunjukkan bahwa Diploma 3 merupakan jenjang tanggung bagi calon mahasiswa.

  Menurut beberapa orang yang diwawancarai saat analisis awal, orang yang sejak awal ingin mendapatkan sertifikat untuk bisa langsung bekerja, cenderung memilih level Diploma I dengan fokus pada bidang yang diminati. Sementara orang yang ingin menargetkan diri pada posisi dengan pemikiran bahwa ijasah Diploma 4 lebih meyakinkan untuk posisi tersebut.

  Analisis awal tersebut mendorong diperlukannya penelitian yang lebih lanjut dan mendalam tentang potensi pengembangan Jurusan Diploma 3 Perhotelan. Hal ini juga mengingat potensi pasar yang besar yang dilihat dari pertumbuhan industri pariwisata yang disinyalir akan terus terjadi. Selain itu, eksistensi jurusan yang sudah mencapai usia ke 15 tahun perlu mendapat kajian yang sungguh-sungguh tentang arah jurusan ini di masa datang.

  Rumusan Masalah

  Pokok masalah yang ingin diselesaikan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: potensi D3 kondisi objektif  Bagaimanakah  Memahami Perhotelan untuk dikembangkan Jurusan D3 Perhotelan melalui menjadi D4 Perhotelan? identifikasi kekuatan dan kelemahannya.

  Sementara itu, sub-masalah penelitian  Memahami kondisi eksternal dirinci berikut ini.

  Jurusan D3 Perhotelan melalui identifikasi peluang dan  Bagaimanakah penilaian ma- hasiswa terhadap kualitas tantangan yang ada. kinerja D3 Perhotelan? perencanaan

   Mengidentifikasi strategis dan tindak lanjut yang  Apakah kekuatan dan kele- mahan D3 Perhotelan? perlu dilakukan untuk peluang pe- mengembangkan D3 Perhotelan  Bagaimanakah menjadi D4 Perhotelan ngembangan prodi D4 Perhotelan?

  Manfaat Penelitian

   Apakah tantangan yang dihadapi Manfaat utama yang diharapkan dari

  D3 Perhotelan untuk menjadi D4 penelitian ini adalah rekomendasi Perhotelan? potensi pengembangan D3 Perhotelan strategis dan

   Perencanaan menjadi D4 Perhotelan. Secara lebih tindak lanjut apa yang perlu rinci manfaat dari penelitian ini adalah dilakukan untuk mengem- sebagai berikut: bangkan D3 Perhotelan menjadi D4 Perhotelan?  Adanya hasil analisis penilaian mahasiswa terhadap kualitas kinerja D3 Perhotelan.

  Tujuan Penelitian

  Tujuan utama dari penelitian ini  Adanya identifikasi dan analisis kelemahan, kekuatan, peluang adalah untuk mengetahui potensi pengembangan Jurusan D3 Perhotelan dan tantangan Jurusan Diploma

  3 Perhotelan terkait dengan menjadi D4 Perhotelan. Tujuan ini pengembangannya menjadi dijabarkan secara lebih rinci berikut ini.

  Diploma 4 Perhotelan.  Memahami penilaian mahasiswa  Adanya saran dalam menyikapi kelemahan, kekuatan, peluang, terhadap kualitas kinerja D3 dan tantangan yang ada.

  Perhotelan 793

  Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

   Adanya rekomendasi pe- rencanaan strategis dan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mengembangkan D3 Perhotelan menjadi D4 Perhotelan.

  Bagian ini menyajikan tinjauan dari beberapa pustaka yang digunakan penelitian yang diusulkan, terutama terkait dengan perkembangan pariwisata dan perhotelan dari sudut pandang praktis/ industri dan keilmuan.

  Perkembangan Industri Pariwisata dan Perhotelan

  Bali sebagai salah satu destinasi wisata andalan Indonesia mengalami fenomena serupa. Bahkan, seiring dengan adanya tren kombinasi wisata dan bisnis (MICE), pertumbuhan hotel dan restoran tidak hanya terusat di destinasi-destinasi wisata Pulau Bali. Kota Denpasar serta Singaraja, menjadi destinasi MICE yang bertumbuh cepat sejalan dengan permintaan yang tinggi khususnya dari segmen domestik. Hal lain yang memicu pertumbuhan hotel dan restoran adalah meningkatnya jumlah wisatawan domestik yang mem- butuhkan fasilitas pokok atau mendasar yang sederhana seperti bed

  and breakfast dengan harga terjangkau.

  Pitana dalam sambutannya pada konferensi

  15

  th

  Apacchrie 2017 menyatakan bahwa “tourism is bright as

KAJIAN TEORI

  the future currency of travel. Pernyataan

  tersebut menyiratkan penting dan uang perjalanan di masa depan.

  Bahkan, di tahun 2020 pariwisata diproyeksikan sebagai kontributor ter- besar dari pertukaran mata uang asing di Indonesia (Pitana, 2017). Hal ini didukung dengan fakta adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan mencapai kurang lebih 12.000.000 orang, meningkat 2.000.000 orang dari tahun 2015. Jumlah wisatawan terbanyak adalah dari Negeri Cina.

  Pemerintah Indonesia menargetkan terciptanya sepuluh buah “Bali” baru di sepuluh destinasi di Indonesia dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan penyebaran yang lebih merata, sehingga tidak terfokus pada Bali saja. Sementara itu Top 3 Program yang dicanangkan pemerintah adalah digital

  tourism, homestay development in rural

  795

  tourist area, dan air accessability. Hal

  ini dikuatkan oleh pembangunan de- sain, arsitektur, asesori yang unik di tiap destinasi, serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten.

  Perkembangan dan prospek Ilmu Kepariwisataan dan Perhotelan

  Pariwisata merupakan ilmu yang tergolong baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Beberapa penulis meyakini bahwa Ilmu Pariwisata pertama kali berkembang di Eropa (Aprilianidwi, 2012; Chon, 2017). Di kota Dubrovnik, Yugoslavia, kepariwisataan pertama kali diajarkan sebagai ilmu tersendiri pada tahun 1920. Selanjutnya, pada 1930 ilmu ke- pariwisataan diajarkan sebagai mata pelajaran pada berbagai Sekolah Tinggi Dagang. Di Swiss, dua universitas yang berperan banyak dalam mengembangkan ilmu pariwisata adalah Bern University dan St.Gallen University. Bahkan, untuk kepentingan pendidikan kepariwisataan, Bern University membentuk Tourist Research

  Institute untuk menampung segala

  masalah dan perkembangan yang terjadi di lingkungan ilmu kepariwisataan. Selanjutnya ilmu ini muncul di Amerika, di antaranya di Cornell University, yang diikuti dengan kampus-kampus lain di negara tersebut. Di Indonesia, perkembangan Ilmu Pariwisata atau Kepariwisataan dapat ditelusuri dari keberadaan lembaga- lembaga penyedia pelatihan dan pendidikan kepariwisataan. Bahkan, Professor Kaye Chon dalam sambutannya di depan peserta the 15

  th

  ApacCHRIE Conference 2017 lalu me- nyampaikan bahwa keberadaan institusi kepariwisataan pertama di Asia Pasific ditandai dengan berdirinya NHI (sekarang STP) Bandung, yang kemudian diikuti oleh BPLP (sekarang STP) Bali. Selanjutnya, bermunculan sekolah-sekolah kepariwisataan di daerah-daerah di Indonesia. Saat ini, perkembangan ilmu kepariwisataan nyaris terdapat di kebanyakan kurikulum universitas di seluruh Indonesia termasuk Universitas Trisakti, UPI Bandung, UNPAD, IPB, Universitas Udayana Bali, Undiksha, dan sebagainya. Perkembangan Ilmu Kepariwisataan ini tidak lepas dari perkembangan pariwisata sebagai sebuah industri yang terus mengalami peningkatan.

  Pitana (2017) menyampaikan bahwa sebagai bidang ilmu, pariwisata dan hospitaliti menawarkan perspektif yang Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  luas. Selanjutnya, sebagai sebuah disiplin ilmu, Kepariwisataan berada dalam rumpun Ilmu Sosial bersama- sama dengan Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Psikologi, Ilmu Hukum, Ilmu Sosiologi, dan lain sebagainya. Bahkan, Ilmu Kepariwisataan banyak dikaji dari pendekatan ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menerima kajian baru, sehingga yang berpotensi untuk berkembang menjadi ilmu yang mandiri.

  Ilmu Pariwisata didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari teori- teori dan praktik-praktik tentang perjalanan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi perjalanan tersebut, dan berbagai implik asinya.” Selayaknya sebuah keilmuan, maka Pariwisata dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dari segi ontologi, Ilmu Kepariwisataan dapat dilihat dari kemampuan ilmu ini dalam menyediakan informasi yang lengkap tentang hakekat perjalanan wisata, gejala-gejala pariwisata, karakteristik wisatawan, prasarana dan sarana wisata, tempat-tempat serta daya tarik destinasi yang dikunjungi, sistem dan organisasi, dan kegiatan bisnis terkait, sertakomponen pendukung di daerah asal maupun di sebuah destinasi wisata (Aprilianidwi, 2012). Selanjutnya, dari sisi ontologi, objek formal yang menjadi kajian Ilmu Pariwisata adalah yang dapat difokuskan pada tiga unsur, yaitu: (1) pergerakan wisatawan; (2) aktivitas masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan tersebut, serta; dan aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat secara luas.

  Sementara itu, dari aspek epistemologi, Ilmu Kepariwisataan dipandang dari cara memperoleh kebenaran ilmiah, di mana objek ilmu pariwisata telah didasarkan pada logika berpikiryang rasional dan dapat diuji secara empirik. Aprilianidwi (2012) merangkum tiga pendekatan dalam memperoleh kebenaran ilmiah, yakni: (1) Pendekatan sistem: Pendekatan ini menekankan bahwa pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi serta implikasi kedua-duanya terhadap kehidupan masyarakat luas merupakan kesatuan yang saling berhubungan “linked system” dan saling mem- pengaruhi. Setiap terjadinya pergerakan wisatawan akan diikuti

  797 dengan penyediaan fasilitas wisata dan interaksi keduanya akan menimbulkan pengaruh logis di bidang ekonomi, sosial, budaya, ekologi, bahkan politik. Dengan demikian, pariwisata sebagai suatu sistem akan digerakkan oleh dinamika subsistemnya, seperti pasar, produk, dan pemasaran.

  Pendekatan kelembagaan adalah di mana setiap perjalanan wisata akan melibatkan wisatawan sebagai konsumen, penyedia sebagai supplier jasa transportasi, penyedia jasa akomodasi atau penginapan, serta kemasan atraksi atau daya tarik wisata. Kesemua komponen ini memiliki hubungan fungsionalyang menyebabkan terjadinya kegiatan perjalanan wisata, dan jika salah satu dari komponen di atas tidak menjalankan fungsinya maka kegiatan perjalanan tidak akan berlangsung. (3) Pendekatan Produk: Pendekatan yang digunakan untuk mengkategorikan bahwa pariwisata sebagai suatu komoditas yang dapat dijelaskan aspek-aspeknya yang sengaja diciptakan untuk merespon kebutuhan masyarakat.

  Pariwisata adalah sebuah produk kesatuan totalitas dari empat aspek dasar yakni; Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus dipenuhi produk pariwisata sebagai sebuah totalitas produk, yakni: attractions (daya tarik);

  accesability (transportasi);

  (kelembagaan) Akhirnya, pendekatan aksiologi meninjau Ilmu Kepariwisataan dari manfaatnya bagi kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan wisatawan adalah salah satu bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, baik dalam bentuk pengalaman, pencerahan,penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk aktualisasi diri. Menurut UNWTO, pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. Kontribusi pariwisata yang lebih konkret bagi kesejahteraan manusia dapat dilihat dari implikasi- implikasi pergerakan wisatawan, seperti meningkatnya kegiatan ekonomi, pemahaman terhadap budaya yang berbeda, pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan manusia.Dari Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  sisi aksiologi yaitu nilai atau manfaat yang dapat disumbangkan oleh ilmuPariwisata. Manfaat ilmu Pariwisata dapat dirancang untuk mengembangkan ilmu pariwisata itu sendiri, untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan untuk memberi penjelasan perkem- bangan terkini dunia pariwisata secara pariwisata juga dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat praksis dan bermanfaat bagi pengembangan kepariwisataan di lapangan.

  Peran lembaga pendidikan dan pelatihan perhotelan bagi industri

  Sebagai pencetak lulusan yang siap mengisi peluang tenaga kerja di bidang pariwisata dan perhotelan yang terus meningkat, lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata dan perhotelan memiliki peran sentral. Hal ini bertitik tolak pada pesatnya pertumbuhan bisnis jasa penunjang pariwisata seperti hotel dan restoran yang membutuhkan tenaga kerja profesional siap pakai di bidang tersebut, khususnya di daerah destinasi wisata atau pusat bisnis.

  Lembaga pendidikan dan pelatihan bidang perhotelan merupakan lembaga pendidikan vokasional yang sebagaimana diutarakan oleh Maswadi (2009) merupakan salah satu system pendidikan yang dapat menjawab masalah pengangguran di era globalisasi. Lembaga tersebut beroperasi sesuai dengan arah kebijakan dan tujuan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan mengenalkan dan mendekatkan peserta didik dengan kehidupan (kerja) nyata. Pendidikan vokasional yang menawarkan proses belajar teori sebesar 40% dan praktek sebesar 60%, berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup. Hal ini merupakan investasi awal untuk menghadapi dunia kerja di era globalisasi, Penanaman keterampilan vokasional yang merangsang kreativitas dan inovasi yang dapat mendasari pengembangan dan pemahaman peran individu dalam kehidupan sosial dan budaya. Dengan demikian, lulusan mendapatkan bekal kompetensi yang memadai untuk masuk di dunia industri.

  Kurikulum dalam pendidikan vo- kasional terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship

  of leaning) di mana peserta didik secara

  langsung dapat mengembangkan

  799 keahlian yang ditekuni sesuaikan dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, tidak mengherankan bila pendidikan vokasional disebut juga sebagai pendidikan kecakapan hidup yang merupakan salah satu topik sentral dalam pelayanan pendidikan masa kini. Hal ini terkait dengan ditekankannya tujuan akhir dari karakter. Karakter lulusan sebuah universitas atau lembaga pendidikan secara agregrat akan menjadi karakter dan watak masyarakat. Selain itu, lembaga pendidikan vokasional membekali peserta didik dengan kompetensi dan keterampilan dalam mengisi hidup termasuk profesionalisme kerja, sehingga dapat memberi harapan dan dukungan dalam hal mengurangi pengangguran dengan terbentuknya manusia beban menjadi manusia aset.

  Maswadi (2009) menyatakan bahwa kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memupuk dan melatih remaja remaja putra dan putri menjadi anggota masyarakat yang kreatif, inovatif, produktif dan tangguh di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan bekerja (vokasional) tetapi memilki makna yang lebih luas. Sebagaimana dikutip Maswadi (2009), WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan efektif.kecakapan hidup mencakup lima jenis yaitu kecakapan mengenal diri, kecakapan berpikir, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kejuruan.

  Selanjutnya, pendidikan kecakapan hidup menekankan pada kemampuan mengatas persoalan hidup dan mengelola hidup itu sendiri. Pendidikan kecakapan melibatkan unsur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Di Indonesia, sikap dapat dikaitkan dengan implementasi butir- butir Pancasila pada kehidupan. Dengan demikian, peserta didik memiliki dasar yang kuat dalam menyongsong fase berikutnya dalam kehidupannya yaitu fase kerja.

  Sebagaimana diyakini secara umum, pembangunan dan kemajuan sebuah bangsa bergantung pada pembangunan dan kemajuan sumber daya manusianya. Dalam kemajuan industri Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  pariwisata dan perhotelan, perlu disiapkan tenaga kerja profesional dan berkompeten. Inilah menjadi highlight pentingnya peran lembaga pendidikan dan pelatihan vokasional, termasuk Undiksha melalui Jurusan Diploma 3 Perhotelan, yang tentunya juga berarti pentingnya peran sumber daya manusia sebagai tenaga

  METODE PENELITIAN Desain Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data yang bersifat primer dan sekunder. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, penelitian ini diusulkan untuk memberikan gambaran mengenai kelayakan pengembangan Jurusan Diploma 3 Perhotelan menjadi Diploma

  4 Perhotelan. Penelitian ini seutuhnya terdiri dari dua tahap. Tahap pertama merupakan analisis internal, sementara tahap kedua merupakan analisis dengan menggunakan pihak eksternal yaitu industri dan pemangku kepentingan lainnya.

  Metode Pengumpulan Data

  Responden dalam penelitian ini adalah stakeholders atau pemangku kepentingan dari keberadaan Jurusan D3 Perhotelan yaitu lembaga pemerintahan yang dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata Daerah; lembaga pendidikan (mahasiswa dan akademisi bidang perhotelan); swasta yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan; masyarakat umum termasuk lulusan D3 Perhotelan; dan satuan pendidikan tingkat menengah (SMU/SMK) yang berada di Kabupaten dikumpulkan melalui angket, wawancara langsung, dan focus group

  discussion. Kemudian, pada tahap

  akhir, hasil analisis dikonfirmasi melalui diskusi menggunakan expert

  panel.

  Teknik Analisis Data

  Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif verifikatif. Sementara itu, data akan dianalisis secara deskriptif. Adapun pendekatan yang akan diadopsi dalam proses analisis data adalah SWOT Analysis yang nantinya akan diintegrasikan dengan Internal Factor

  Analysis Summary (IFAS) dan External Factor Analysis Summary (EFAS).

  Adapun langkah-langkah yang akan diambil terkait dengan analisis tersebut meliputi:

  1) Menganalisis lingkungan internal dan eksternal

  801 2)

  Mengidentifikasi dan menyusun matrik SWOT 3)

  Menyiapkan rekomendasi dan rencana strategis pengembangan D4 Perhotelan

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian secara umum menunjukkan belum adanya potensi Perhotelan. Sebaliknya, program studi yang disarankan untuk dibentuk dan dikembangkan adalah S1 Pariwisata. Seara lebih rinci, hasil penelitian diuraikan berikut ini berdasarkan masing-masing rumusan masalah.

  Penilaian mahasiswa terhadap kualitas kinerja D3 Perhotelan

  Secara umum responden menyam- paikan bahwa sejauh ini kinerja jurusan sudah cukup baik. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian di antaranya, fasilitas praktek yang perlu dilengkapi dan diperbaiki; metode pembelajaran perlu ditingkatkan agar lebih menarik; serta kehadiran dosen. Untuk fasilitas, memang dapat diakui masih jauh dari cukup untuk keempat mata kuliah utama yaitu Kantor Depan, Tata Hidang, Tata Boga, dan Tata Graha. Terkait metode pembe- lajaran, secara lebih spesifik, responden mengungkapkan perlu ditambahnya persentase praktek dibandingkan teori. Responden memandang praktek lebih menarik. Hal ini memang sesuai dengan karakteristik pendidikan vokasional. Sesungguhnya elemen praktek sudah ada dan dicanangkan dalam kurikulum, hanya saja belum berhubung fasilitas praktek belum lengkap. Selain itu, program magang selama satu semester telah dipandang mampu mengisi prosentasi praktek, bahkan langsung di dunia kerja. Selanjutnya, mengenai kehadiran dosen, sepertinya merupakan masalah yang sedang dihadapi banyak program studi, dikarenakan adanya peningkatan tuntutan kinerja dosen dalam melaksanakan tri dharmanya dan adanya tugas-tugas tambahan baik dalam jajaran structural maupun dalam kepanitiaan atau tim-tim adhoc. Namun demikian, sesungguhnya telah diupayakan sedapat mungkin untuk mengganti jadwal mengajar bila dosen berhalangan.

  Kekuatan dan kelemahan D3 Perhotelan

  Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  Jurusan dilakukan sebagai dasar dalam merekomendasikan potensi D3 Perhotelan dikembangkan menjadi DIV. Responden mengungkapkan kekuatan Jurusan D3 Perhotelan seperti latar belakang pendidikan dosen yang memadai; afiliasi atau kelembagaan jurusan di bawah Undiksha dengan visi dan misi yang baik dan jelas; serta hal kelemahan, responden menekankan pada unsur fasilitas yang masih kurang memadai. Hal ini memang memerlukan perhatian khusus, sehingga mahasiswa dapat menjalani proses belajar secara lebih baik dan meyakinkan. Unsur ini sangat penting guna meningkatkan daya tawar alumni dan mahasiswa aktif yang akan menjalani program magang. Hal lain yang menjadi jawaban dari kebanyakan responden adalah belum adanya proses bimbingan mahasiswa yang teratur, sehingga mahasiswa dapat berkonsultasi tentang proses belajar mengajar dan perkembangannya. Pada Kenyataannya, dosen ditugaskan untuk membingbimg beberapa mahasswa untu memastikan mahasiswa mendapatkan bantuan pengarahan terkait proses belajar mengajar dan mendapatkan pengalaman belajar yang baik.

  Peluang pengembangan prodi DIV Perhotelan

  Peluang pengembangan DIV Perhotelan nampaknya tidak cukup besar. Hal ini didasarkan pada opini responden yang cenderung menyarankan dibentuknya Program Studi S1 Pariwisata. Lebih jauh, reponden mengatakan bahwa dibutuhkan industri daripada DIV. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa lulusan DIII memiliki kterampilan teknis yang lebih baik daripada DIV, karena DIII memiliki porsi peningkatan skill di tiap-tiap bidang secara lebih terfokus dan lebih banyak dibandingkan DIV yang lebih fokus pada bidang administrasi dan manajerial. Namun demikian, terdapat pula pendapat responden bahwa pengembangan DIV Perhotelan adalah ide yang bagus, walaupun pendapt tersebut tidak diikuti dengan alsan dan rgumentasi yang lebih detil.

  Tantangan yang dihadapi DIII Perhotelan untuk menjadi DIV Perhotelan

  Tantangan yang menonjol bagi DIII menjadi DIV adalah pengadaan fasilitas yang memadai dan ketersiapan DIII sendiri untuk meningkatkan diri menjadi DIV. Beberapa respsonden

  803 menambahkan bahwa bila kualitas DIII belum maksimal, maka akan menjadi tantangan besar dalam mengembangkan program studi DIV.

  Hal ini menyarankan bahwa sangat penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi DIII terlebih dahulu.

  Jenis perencanaan strategis dan untuk mengembangkan D3 Perhotelan menjadi D4 Perhotelan

  Perencanaan strategid dan tindak lanjut terkait pengembangan DIV Perhotelan menjadi kurang relevan untuk dikaji lebih jauh, mengingat kebanyakan responden cenderung memilih agar DIII tetap sebagaimana adanya dan menambha program studi baru yaitu, S1 Pariwisata. Namun demikian, hal ini perlu mendapat masukan dari pihak eksternal seperti industri dan pemangku kepentingan lainnya. Lalu, hasilnya dapat dibandingkan dengan reponden internal. Dengan demikian, keputusan pengembangan atau sebaliknya dapat lebih kuat.

  SIMPULAN

  Riset ini telah menghasilkan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan Jurusan DIII

  Perhotelan, Fakultas Ekonomi, Undiksha. Hasil penelitian menun- jukkan bahwa sebagian besar responden kurang menunjukkan antusiasme terhadap rencana pengembangan DIII Perhotelan menjadi DIV. Beberapa alasan menonjol yang dikemukakan oleh responden di antaranya, kesiapan sarana dan terhadap lulusan DIII yang lebih besar daripada lulusan DIV dikarenakan ekspektasi kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang lebih fokus dan memadai dari lulusan DIII dibandingkan dari lulusan DIV. Dengan demikian, pertanyaan mengenai rekomendasi dan rancangan strategis pengembangan jurusan tidak dapat dijawab. Keterbatasan penelitian terletak pada belum dilakukannya kajian yang lebih mendalam dan holistik, yang dikarenakan oleh terbatasnya waktu penelitian. Namun demikian, penelitian tahap II dapat tetap dilakukan yaitu dengan mengundang industri dan para pemangku kepentingan lainnya sebagai responden dan menjawab potensi pengembangan jurusan ini. Hasil riset tahap kedua tersebut dapat dibandingkan dengan hasil riset tahap I sebelum dilakukan pembuatan Trianasari, Andayani, Nugraha-Kelayakan Pengembangan Diploma IV Perhotelan …

  keputusan akhir tentang diakses pengembangan jurusan D

  IV

  1 Mei 2017 Perhotelan. Maswadi. 2009. Pendidikan Vokasional.

  

UCAPAN TERIMA KASIH [online]. Tersedia pada

  Ucapan terima kasih yang sebesar- Ekonomi, Undiksha sebagai pe- yang membantu pelaksanaan kegiatan Saputra, Ridayani. 2013. Dasar Ilmu mulai dari review proposal hingga Pariwisata. [online]. Tersedia monitoring kegiatan. Secara khusus, pada ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pengelola dan kolega Jurusan Diploma 3 Perhotelan atas bantuan diberikan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini. UNWTO. 2015. Annual Report.

DAFTAR PUSTAKA

  Antara. 2016. Buleleng targetkan 6500000 wisatawan pada 2016 [online] Tersedia pada diakses 1 Mei 2017.

  Aprilianidwi. 2012. Ilmu tentang pariwisata [online]. tersedia pada

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MODEL LEARNING CYCLE 5E Muhamad Zikrullah1 , Wildan2 , Yayuk Andayani3

0 0 11

PENERAPAN METODE MORFOLOGI GRADIEN UNTUK PERBAIKAN KUALITAS DETEKSI TEPI PADA CITRA MOTIF BATIK Arif Sutikno 1) , Ema Utami 2) , Andi Sunyoto 3)

0 1 14

Nursyahron Joko Febrianto1 , Abidarin Rosidi2 , Hanif Al-fatta3

0 0 18

Email: 1) herry.susanto.kgmail.com , 2) Arifinstikom.edu , 3) Anjikstikom.edu Abstract - Rancang Bangun Sistem Informasi Penjadwalan Produksi Berdasarkan Jadwal Pesanan Barang Pada PT. Bioli Lestari

0 0 10

85 MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA LEMBAGA RISET BERBASIS SEMANTIC WEB DAN WEB 2.0 Pita Larasati Fauziah Nur1 , Dana Indra Sensuse1 , dan Dwi Handoko2

0 0 9

Hoga Saragih1 , Gusvita2 , Bobby Reza3 , Didik Setiyadi

0 0 10

16 ANALYSIS INFORMATION SYSTEM OF INPATIENT BILLING SYSTEM’S SUPPORT FOR CONSUMABLES LOGISTICS USING PIECES FRAMEWORK: CASE STUDY PROMEDIKA HOSPITAL Hoga Saragih1 , Lina Lo2 , Bobby Reza and Didik Setiyadi3

0 0 6

78 MODEL KEBERHASILAN DAN KEBERLANGSUNGAN KINERJA TERBAIK (MK3T) SISTEM INFORMASI STUDI KASUS: SISTEM INFORMASI E-AUDIT DI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Nurochman1 , Yoanes Bandung1 , John Welly2

0 0 12

75 DEVELOPMENT OF DECISION SUPPORT SYSTEM DETERMINING THE STUDENT AS SCHOLARSHIP AWARDEES BY FUZZY MULTI ATTRIBUTE DECISION MAKING (FMADM) Hoga Saragih1 , Murni Marbun

0 0 7

DEVELOPMENT CUSTOMER KNOWLEDGE MANAGEMENT (CKM) MODELS IN PURBALINGGA HOSPITALITY USING SOFT SYSTEMS METHODOLOGY (SSM) Nur Chasanah1 , Dana Indra Sensuse1 and Jonathan Sofian Lusa 1, 2

0 0 7