Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi. docx

Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Jembatan
Bagian-bagian struktur utama dari konstruksi jembatan adalah struktur pondasi, struktur
abutment, struktur pilar, struktur lantai jembatan, struktur kabel, dan struktur oprit. Bagian
metoda konstruksi terpenting dalam konstruksi jembatan adalah proses erection lantai jembatan,
dimana banyak metoda dimungkinkan untuk melakukan erection tersebut.

Bagian Struktur Utama Jembatan
Adapun metoda konstruksi terpenting dalam konstruksi jembatan juga sangat bervariasi dan
sangat ditentukan oleh banyak pertimbangan, antara lain:


Kondisi medan,



Tipe alat yang telah dimiliki,



Kondisi akses menuju ke lokasi proyek,




Pertimbangan lalu lintas lama,



Tipe material dan struktur jembatan yang digunakan, apakah baja atau beton.



Pertimbangan waktu pelaksanaan

Berikut adalah beberapa tipe metoda erection lantai jembatan yang umumnya digunakan untuk
berbagai konstruksi jembatan :


Sistem Perancah




Sistem Service Crane



Sistem Launching Truss



Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set



Sistem Launching Gantry



Sistem Traveller atau Heavy Gantry

Sistem Perancah
Keuntungan sistem perancah adalah



Minimnya alat angkat berat (service crane atau gantry) yang diperlukan, mengingat
pengecoran yang dilakukan adalah ditempat



Lebih minimnya biaya erection akibat tidak terlibatnya alat angkat berat, khususnya bila
tipe ini telah dimiliki (heavy duty shoring)

Kerugian sistem perancah adalah


žProduktivitas yang relatif rendah, karena pekerjaan cor ditempat menuntut waktu yang
lebih lama untuk proses persiapan (formwork dan peracah) dan proses setting beton.



žMenurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada untuk dudukan perancah
kurang baik maka akan berakibat perlunya struktur pondasi khusus (luasan telapak yang

lebar atau penggunaan pondasi dalam).

Metode Perancah
Sistem Servis Crane
Keuntungan sistem servis crane adalah


Produktivitas erection yang tinggi.



Tidak terpengaruh kepada tipe tanah yang ada dibawah lantai jembatan (sebatas mampu
dilewati untuk manuver alat berat).

Kerugian sistem servis crane adalah


Umumnya penggunaan alat berat seperti ini menuntut biaya tinggi mengingat biaya sewa
crane dengan kapasitas angkat tinggi adalah relative mahal.




Perlunya access road yang memadai untuk memobilisasi service crane.

Metode Servis Crane
Sistem Launching Truss
Keuntungan sistem launching truss adalah


Tidak terpengaruh kepada kondisi dibawah lantai jembatan (katakanlah sepenuhnya
sungai)

Kerugian sistem launching truss adalah


Umumnya penggunaan alat berat seperti ini juga menuntut biaya tinggi.



Diperlukan system booking alat yang memadai mengingat tipe ini belum dimiliki banyak

oleh sub kontraktor erection.



Produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan sistem service crane, dimana perlu waktu
extra untuk erection truss dan sistem angkat dan menempatkan girder.

Metode Launching Truss
Sistem
Penggunaan
Counter
Weight
dan
Link
Set
Untuk konstruksi jembatan rangka baja, maka sistem penggunaan alat angkat baik service crane
yang mungkin diletakkan diatas ponton atau konvensional gantry adalah cara paling umum
digunakan untuk mengangkat dan memasang batang per batang baja di posisinya.
Sistem counter weight akan diperlukan yang biasanya diambil dari konstruksi rangka baja yang
belum dipasang ditambah dengan extra beban, agar erection dengan sistem cantilever dapat

dilakukan.
Penggunaan “link set” juga dapat dilakukan untuk menghubungkan satu span rangka yang sudah
jadi sebagai konstruksi counter weight bagi konstruksi rangka di span selanjutnya. Untuk
jelasnya lihat gambar-gambar dibawah ini.

Metode Counter Weight dan Link Set
Sistem Launching Gantry
Untuk konstruksi jembatan dimana lantai jembatannya berupa struktur beton precast segmentalbox, maka penggunaan alat launching gantry umumnya dapat digunakan, dimana sistem ini
mempunyai kecepatan erection tinggi yang didukung sistem feeding segmental dari sisi belakang
alat (tidak dari bawah karena pertimbangan lalu lintas, misalnya).

Metode Launcing Gantry
Sistem Traveller atau Heavy Gantry
Sistem traveller umumnya digunakan untuk tipe jembatan balance box cantilever, khususnya
untuk lantai jembatan dengan beton cor ditempat. Bila pada tipe jembatan tipe ini menggunakan
beton precast box segmental, maka sistem alat angkat gantry harus digunakan.
Sistem kedua alat angkat ini juga digunakan untuk konstruksi jembatan kabel, khususnya untuk
tipe cable stay, maka erection deck juga memanfaatkan struktur kabel sebagai tumpuan baru
sebelum nantinya sistem traveler (bila beton adalah cast in place) atau heavy gantry (bila beton
adalah precast) akan maju ke segmen berikutnya.


Metode Traveller atau Heavy Gantry

Metode Pemasangan Gelagar Pada Jembatan
Ada beberapa metode pemasangan gelagar pada jembatan :
1. Sistem Service Crane

2. Sistem Launching Truss
3. Sistem penggunaan Counterweight dan Link Set
4. Sistem Launching Gantry
5. Sistem Traveller atau Heavy Gantry

LAUNCHING GANTRY
1. Pertama, semua pilar jembatan ditempatkan di lokasi yang dijadikan sebagai penyokong
launching gantry.

2. Baja pada launching gantry digerakkan dan mempunyai derek untuk penempatan beton.

3. Memindahkan segmental blok. Pemindahan segmental blok ke bangunan cukup mudah karena
segmental blok dibuat dengan berat tertentu dan rata – rata dalam ukuran kecil.Alat transport

yang biasanya digunakan adalah truk yang digunakan untuk mengantar segmental blok melalui
jalan atau menyeberangi bangunan jembatan yang hampir jadi.
4.Segmental blok selanjutnya diputar 90 derajat dari posisi semula dan di puncaknya diberi
selang air. Selang air ini digunakan untuk menentukan apakah segmental blok berada di posisi
yang benar.

5. Semua segmental blok diletakkan pada launching gantry setu per satu sampai rentangannya
lengkap.

6. Salah satu sisi jembatan kemudian diberi tendon baja di segmental bloknya yang kemudian
ditarik.

7. Kabel – kabel baja tadi kemudian diberikan semacam pemberat.Launching gantry kemudian

dipindahkan ke sisi jembatan yang akan dibangun. Terakhir ujung dari tendon ditanam.

Diposkan oleh taufikhur rohman di 4:28 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Saluran Irigasi

Saluran irigasi merupakan bagian dari bendung yang berfungsi menyalurkan air dari bendung ke
petak-petak sawah yang akan di aliri air. Berikut ini adalah pekerjaan irigasi secara umum :


Pekerjaan pokok adalah pembuatan saluran irigasi yang terdiri dari saluran induk, saluran
sekunder saluran sub sekunder dan bangunan pengatur air



Lokasi pekerjaan sangat luas, karena panjang total saluran irigasi yang dibuat bisa
mencapai puluhan kilometer



Pekerjaan dominan adalah pekerjaan tanah, berupa pekerjaan galian tanah, pekerjaan
timbunan tanah atau kombinasi keduanya yaitu pekerjaan cut and fill



Pekerjaan akan padat peralatan berat dan sangat tergantung pada cuaca (musim

hujan/musim kemarau)



Karena lokasi yang sangat luas, kemungkinan terjadi masalah sosial sangat besar

Urutan pelaksanaan pekerjaan irigasi
Pekerjaan persiapan
- Pembuatan temporary contractor’s fascilities, site office, ware house, work shop, open storage,
staff quarter, labor house
- Bagian pengukuran


Pengukuran longitudinal section, untuk mencari trase saluran dan batas-batas
pembebasan tanah



Pengukuran cross section, untuk mendesain elevasi saluran dan sebagai dasar perhitungan
perhitungan volume pekerjaan tanah

- Pekerjaan mobilisasi alat berat
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan concrete lining
- Pekerjaan struktur bangunan pengatur air
- Pekerjaan jalan inspeksi
- Pekerjaan pintu air
Hal-hal yang perlu diperhatikan


Semaksimal mungkin menggunakan material galian untuk timbunan



Sebelum timbunan dilaksanakan, stripping dahulu permukaan humus/top soil agar tidak
terjadi settlement



Dikerjakan dahulu semua struktur di lokasi timbunan, sebelum timbunan dilaksanakan,
biasanya di lokasi timbunan terdapat drainage/box culvert



Dibuat mass hauling diagram agar jarak rata hauling bisa ditentukan dan agar kebutuhan
jumlah dump truck bisa direncanakan



Jika jarak hauling terlalu jauh (lebih dari 5 km), agar dipertimbangkan material timbunan
diambil dari borrow area terdekat

Pekerjaan tanah


Pekerjaan stripping, membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami
penurunan



Pekerjaan timbunan, menimbun lokasi-lokasi sepanjag saluran yang rendah dengan tanah
hasil galian atau dari borrow area



Pekerjaan galian, menggali lokasi-lokasi sepanjang saluran yang terlalu tinggi dan tanah
hasil galian dibuang ke lokasi timbunan atau disposal area



Pekerjaan galian saluran, menggali dan membentuk saluran irigasi, setelah pekerjaan gali
dan timbunmencapai rata datar meja



Pekerjaan trimming slope, menggali atau menambah tepian tanggul timbunan agar
mencapai desain elevasi

Gambar metode galian timbunan
Metode penggalian saluran sekunder


Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai
pedoman untuk penggalian saluran



Dilakukan stock spare parts terutama yang bersifat fast moving, antara lain selang
hydraulics



Diadakan pengecekan elevasi dan hasil kerja alat setiap jarak 5 meter, sehinga jika terjadi
kesalahan dapat langsung diperbaiki

Gambar pekerjaan galian pada saluran sekunder

Gambar pekerjaan galian saluran sekunder
Metode pelaksanaan pekerjaan lining concrete


Dibuat mal dari kayu balok dengan tebal sama dengan ketebaan concrete lining (8 cm)



Perataan permukaan dengan menggunakan pipa galvanis persegi, baru kemudian dengan
sendok semen



Dibuat grup pekerja tersendiri, khusus untuk persiapan lahan cor, terutama untuk
trimming tanah



Pengecoran dengan sistem papan catur

Gambar pekerjaan lining concrete
Metode penggalian saluran sub sekunder


Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai
pedoman untuk menggali saluran



Bentuk bucket excavator diubah/disesuaikan dengan bentuk dan ukuran saluran (bentuk
trapesium). Agar galian bisa presisi dan tidak banyak pekerjaan trimming slope.

Gambar penggalian saluran sub sekunder
Diposkan oleh taufikhur rohman di 4:24 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:

Pondasi Bor dengan Metode Casing

Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, misal tanah di lokasi adalah pasir
bersih di bawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang tidak longsor digunakan pipa
selubung baja (casing). Pemasangan pipa selubung ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara

memancang, menggetarkan atau menekan pipa baja sampai kedalaman yang ditentukan. Sebelum
sampai menembus muka air tanah, pipa selubung di masukkan. Tanah di dalam pipa selubung
dikeluarkan saat penggalian atau setelah pipa selubung sampai kedalaman yang diinginkan.
Larutan bentonite kadang-kadang digunakan untuk menahan longsornya dinding lubang, bila
penggalian sampai di bawah muka air tanah. Setelah pipa selubung sampai pada kedalaman yang
diinginkan, lubang bor lalu dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam
pipa selubung. Adukan beton dimasukkan ke dalam lubang dan pipa selubung ditarik ke atas,
namun kadang-kadang pipa selubung ditinggalkan di tempat.
advertisements

Prosedur pengecoran tiang bor di bawah muka air tanah dengan menggunakan pipa tremile
adalah sebagai berikut :
Bila lubang bor menembus lapisan kerikil terendam air tanah yang di dasari oleh lempung kaku,
maka digunakan pipa selubung (casing) unutk menahan agar lubang bor pada lapisan kerikil
tidak longsor. Pipa selubung dipasang sedikit saja menancap di lapisan lempung, sedemikian
hingga air tanah tidak masuk ke dalam piapa selubung. Dengan cara ini, maka pengeboran beton
dapat dilakukan dalam kondisi kering. Namun, bila di lapangan lapisan terdiri tanah granuler
yang terendam air tanah, maka pipa selubung harus dipasang hingga mencapai dasar lubang bor.
Untuk kondisi yang terakhir ini, saat pengecoran digunakan pipa tremie. Pipa tremie (diameter
minimum 150 mm untuk diameter agregat maksimum 20 mm) dan corong penampung adukan
harus tahan terhadap bocoran air dan bersih agar adukan beton tidak terhambat mengalir ke
bawah. Langkah-langkah pengecoran tiang bor dengan menggunakan pipa tremie ditunjukkan
dalam gambar berikut :

Dari gambar tersebut terlihat tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Tulangan dan pipa tremie dimasukkan dalam lubang bor saat akan dimulai pengecoran.
2. Pengecoran dimulai dengan menuangkan air hingga kotoran kental tipis di bawah
diangkat. Jika kontribusi kapasitas dukung oleh tahanan ujung signifikan, kotoran kental
harus dibersihkan dengan pompa sebelum pengecoran.
3. Air keluar saat pengecoran.
4. Pipa selubung (casing) ditarik keluar (bila digunakan casing sementara).
5. Pekerjaan tiang bor sudah selesai.
Panjang pengecoran tiang harus dilebihkan ke atas sedikit, karena bagian atas tiang terbentuk
oleh beton dengan kualitas buruk (lunak). Bagian ini nanti, betonnya dipecah dan tulangannya di
cor dengan plat penutup tiang (pile cap). Kualitas dari tiang bor sangat bergantung pada kualitas
dari proses pelaksanaan, yaitu tahanan gesek dan tahanan ujung tiang. Hal yang paling penting
adalah agar selalu menjaga kebersihan dari lubang bor.
Diposkan oleh taufikhur rohman di 8:36 PM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Bekisting
Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi tanggung jawab dari pihak
pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang
harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang
sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting
menjalani tiga fungsi :


Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah
konstruksi beton menuntut bekisting yang sederhana.



Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton
dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan
geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi
tersebut.



Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.

Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang
ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari masing-masing metode. Dalam
kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini juga
tergantung dari pengalaman dan jam terbang dari pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan penting
yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga
bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan
toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai
sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami
keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan
dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai
metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen utama
keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam
bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu
tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.

2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus
perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan
utama untuk penentuan berapa kali siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh
material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek
(work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain
sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut
maka diambil keputusan mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.
Pada pekerjaan kontruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :


Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana
dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana.



Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton
dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan
geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi
tersebut.



Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan, dan dipindahkan.



Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.



Memberikan isolasi termis.

Jenis-Jenis Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang
dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan, maka berikut ini adalah jenis-jenis
bekisting.


Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan
kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan
dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per
satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya
hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk
dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.


Bekisting Knock Down

Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka direncanakanlah
sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting
knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu,
namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai
pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi
jauh lebih murah. Gambar 1.1. merupakan contoh dari bekisting knock down pada pekerjaan pile
cap. Gambar 1.2. merupakan contoh dari bekisting knock down pada pekerjaan tie beam.
Gambar 1.3. merupakan contoh dari bekisting knock down pada pekerjaan kolom. Gambar 1.4.
merupakan contoh dari bekisting knock down pada pekerjaan balok.

Gambar 1.1 Bekisting knock down pada pekerjaan pile cap

Gambar 1.2 Bekisting knock down pada pekerjaan tie beam

Gambar 1.3 Bekisting knock down pada pekerjaan kolom

Gambar 1.4 Bekisting knock down pada pekerjaan balok


Bekisting Fiberglass

Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini disebabkan
karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk kepentingan
pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber:
1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk;
2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting;
3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting;
4. Tidak berkarat;
5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan
lingkungan berair;
6. Efisien secara biaya;
7. Kualitas hasil yang lebih baik;
8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah;
9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga
1000 kali;
10. Tahan panas;
11. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi;
12. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi;
13. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji;
14. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak, gampang
untuk dibersihkan;
15. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan
cuaca;
16. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan sangat
ramah lingkungan.
Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu,
biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya proyek.
Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan
masyarakt luas, bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga
sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.

Gambar Bekisting fiberglass

Gambar Bekisting fiberglass

Bekisting Konvensional
Formwork atau bekisting merupakan salah satu faktor penting yang harus direncanakan secara
matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Menurut Stephens (1985), formwork atau
bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang
dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan
sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai
kekuatan yang cukup.
Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting
dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut adalah :
1. Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta
sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang
akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik.
2. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus
cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi
pekerja sekitarnya.
3. Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan
seekonomis mungkin.
Metode bekisting yang biasanya digunakan pada bangunan dengan material utama beton, adalah
metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada bekisting konvensional diantaranya
kayu, multiplex, papan, dan paku yang mudah didapat tetapi masa pemakaiannya lebih pendek
dikarenakan penyusutan yang besar. Ini mengharuskan pembelian material berulang kali. Selain
itu dalam pengerjaannya harus dipasang dan dibongkar atau dibuat pada setiap elemen struktur
yang membutuhkan tenaga kerja yang kurang terampil. Sehingga pengerjaan dengan metode ini
memerlukan waktu dan biaya pengerjaan yang cukup besar.
Pada awalnya bekisting yang dipakai pada pekerjaan konstruksi, biasanya terbuat dari kayu
dengan kadar kelembaban antara 15%-20%. Bekisting tradisional dengan menggunakan material
kayu ini dapat dipakai hampir pada semua struktur jenis bangunan, misalnya: pondasi, kolom,
balok, pelat lantai, dinding, dan sebagainya.
Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dalam proses pengerjaannya
dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting
dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai
kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali
pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan
kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.
Hasil akhir permukaan beton yang diperoleh dengan menggunakan bekisting material kayu ini
tidak terlalu baik, namun pemakaian bekisting ini mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi.
Dikatakan tinggi, karena bekisting tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur
bangunan dengan bentuk yang bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya
terdapat jenis material bekisting baru yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting,

biasanya tetap mengkombinasikan pemakaian bekisting tradisional dengan bekisting yang
modern untuk pekerjaan-pekerjaan struktur yang kecil.
Dengan menggunakan bekisting metode konvensional kekurangannya adalah:
1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali;
2. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama;
3. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor;
4. Bentuknya tidak presisi.
Berikut ini adalah contoh bekisting konvensional

Gambar Bekisting Konvensional

Gambar Bekisting Konvensional
Karena bekisting konvensional masih memiliki beberapa kekurangan maka baca juga Jenis-Jenis
Bekisting untuk mengetahui jenis-jenis bekisting lain yang lebih moderen.
Diposkan oleh taufikhur rohman di 6:03 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Alat Angkat
Proses pembangunan bangunan sipil (gedung, jalan, jembatan, dll) adalah untuk mewujudkan
perencanaan menjadi kenyataan di lapangan. Sehingga produk memenuhi syarat.
1. Tepat waktu
2. Tepat biaya
3. Tepat mutu
Maksud dan Tujuan K3


Mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident).



Mencegah terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja.



Mencegah kerusakan tempat dan peralatan kerja.



Mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja.



Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yg menciptakan dan memelihara
derajat kesehatan kerja.

Kecelakaan Kerja dan Cara Pencegahannya

—Kecelakaan kerja adalah kejadian yang menimpa seseorang ditempat kerja yang berdampak
buruk pada pekerja, pengusaha dan lingkungan tempat kerja.
Penyebab Dasar Kecelakaan
1. Pengoperasian yang bukan wewenangnya.
2. Kesalahan pengoperasian
3. Kesalahan pengamanan
4. Pengoperasian kecepatan tinggi
5. Alat pengaman yang tidak beroperasi
6. Peralatan pengaman yang

7. Menggunakan peralatan yang tidak tepat
8. —Menggunakan peralatan yang kurang tepat
9. Kesalahan menggunakan alat pengaman diri
10. —Tidak tepat melakukan pekerjaan
—Alat angkat ada 2 jenis yaitu
1.

Tower Crane

2.

Passenger Hoist

Tower Crane
Tower crane adalah alat pengangkat yang biasa digunakan didalam proyek konstruksi. Cara kerja
crane adalah dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara
horizontal, kemudian menurunkan material ditempat yang diinginkan.
Pada prinsipnya, tower crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang memiliki
mekanisme gerakan yang cukup lengkap, yakni : kemampuan mengangkat muatan (lifting)
menggeser (trolleying), menahannya tetap di atas bila diperlukan dan membawa muatan ke
tempat yang ditentukan (slewing dan travelling). Operasi kerja yang identik dan muatan yang
seragam yang diangkutnya, memungkinkan fasilitas transport dilakukan secara otomatis. Bukan
hanya untuk memindahkan, melainkan juga untuk proses bongkar muatan.
Sementara itu, untuk kapasitas tower crane tergantung beberapa faktor. Jika material yang
diangkut oleh crane melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi jungkir. Oleh karena itu, berat
material yang diangkut harus mengikuti ketentuan dan perlu memperhatikan faktor-faktor, antara
lain :
1. Kekuatan angin terhadap alat
2. Ayunan beban pada saat dipindahkan
3. Kecepatan pemindahan material
4. Pengereman mesin dalam pergerakannya

Untuk jib atau boom, merupakan lengan tower crane yang terdiri dari elemen-elemen besi yang
tersusun menjadi satu bagian rangka batang. Pemasangan jib harus sesuai dengan keperluan dan
persyaratannya, baik dengan panjang yang standar maupun yang mencapai maksimum.
Pemasangan jib ini, selanjutnya mempengaruhi terhadapa beban yang diangkat. Untuk tiap
panjang jib tertentu, ada batasan beban maksimum.

Selain jib, juga terdapat counter jib yang berfungsi sebagai jib penyeimbang terhadap boom yang
terpasang. Counter jib dilengkapi counter weight, yang berfungsi sebagai bebannya.
Untuk hoist adalah bagian tower crane yang berfungsi sebagai alat angkut arah vertikal.
Sedangkan trolley, adalah bagian tower crane yang berfungsi sebagai alat angkut tower crane
arah horisontal. Sedangkan seling merupakan bagian tower crane yang berupa kabel baja dan
menjadi bagian hoist. Pemakaian seling bisa diubah-ubah diameternya atau dapat
ditambahkan(double-seling), tergantung pada kebutuhan di lapangan.
Pada Tower Crane terdapat dua buah limit switch
Switch beban maksimum : untuk memonitor pada kabel dan memastikan tidak terjadinya
overload
Switch momen beban : untuk memastikan operator tidak melebihi rating ton-meter bagi crane,
ketika beban bergerak pada jib. Sebuah alat yang dinamakan “cat head assembly” pada slewing
unit, dapat mendeteksi secara dini bila terjadi kondisi overload.
Peralatan K3 yang diperlukan adalah Full Body Hardness yang terdiri dari :
1. Helm Kerja
2. Kacamata/Glass Eye
3. Wearpack
4. Safety Belt/Sabuk Pengaman
5. Sepatu

Macam-macam Crane

Passenger Hoist
Passenger Hoist adalah alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan dalam proyek. Fungsi
alat ini sebagai alat transfer material maupun pekerja/tukang. Untuk pekerjaan di bangunan yang
tinggi.

Macam-macam passenger hoist

Gambar alat-alat K3

Simbol-simbol K3 di Lapangan

Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan


Terjatuh



Tertimpa benda jatuh



Terkena benda-benda



Terjepit oleh benda



Gerakan melebihi kemampuan



Pengaruh suhu tinggi



Terkena arus listrik



Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

Penyebab
Hasil analisa menunjukkan bahwa penyebab utama kecelakaan kerja crane ditinjau dari segi
manusia yaitu tidak adanya orang yang memberi aba-aba, sedangkan ditinjau dari segi
lingkungan kerja yaitu kondisi cuaca pada daerah lokasi kerja crane, dan ditinjau dari segi
peralatan yaitu kapasitas beban yang diangkut melebihi kapasitas beban crane.
Diposkan oleh taufikhur rohman di 6:24 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Metode Pelaksanaan Jembatan Le Viaduc De
Millau
Posted on March 12, 2011 by budisuanda

Viaduc de Millau merupakan jembatan jalan raya tertinggi di dunia.
Jembatan Millau Viaduct (bhs Perancis : le Viaduc de Millau) adalah jembatan kabel raksasa yg
membentang di atas lembah sungai Tarn dekat Millau di Perancis Selatan. Jembatan yang
memberikan sensasi luar biasa karena membuat pelintas seakan berjalan di atas awan ini,
ternyata memiliki kesulitan yang cukup tinggi dalam pelaksanaannya. Metode apakah yang
digunakan?
Memiliki panjang hampir 2,5 km dengan ketinggian puncak tiang yang lebih tinggi dari Menara
Eiffel. Dikerjakan pada ketinggian awan, tentu merupakan tantangan yang tinggi dalam
pengerjaan jembatan ini. Faktor alam tak pelak menjadi sandungan utama dalam pengerjaannya.
Metode pekerjaannya haruslah dengan cerdik menjawab segala tantangan yang ada.
Jembatan ini dibangun dengan menggunakan metode pelaksanaan ILM (Incremental Launching
Method). ILM adalah suatu metode erection pada jembatan bentang panjang yang sudah
diimplementasikan di Rio Caroni Bridge di Venezuela pada tahun 1962. Metode ini ditemukan
oleh Prof. Dr. Ing. F. Leonhardt dan partnernya Willi Baur. Metode ini telah dipatentkan sejak
tahun 1967.

Syarat teknis untuk menggunakan metode erection ILM pada jembatan ini antara lain adalah:


Jembatan type box segmental



Jembatan beralinement lurus atau kurva tetap



Requirement alinemen adalah harus berada dalam range gradient 7% dan cross fall 5%.
Minimum radius in plan 350 m dan radius in elevation 2000 m



Jembatan ber penampang section tetap



Jembatan dengan kelangsingan tinggi (ratio span to depth berkisar 12-18)



Bentang jembatan berkisar 30-50 m



Max slope lantai jembatan 6%.

Metode jembatan ini dibangun biasanya karena adanya syarat bahwa tidak diperbolehkan adanya
gangguan pada sisi bawah lantai jembatan. Metode ini mengharuskan tersedianya lahan yang
cukup luas di lokasi belakang abutment untuk produksi segment lantai jembatan.
Adapun mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan menggunakan metode ILM ini
dapat dijelaskan secara prinsip sebagai berikut:
1.
Lantai jembatan diproduksi di area belakang jembatan secara kontinu tiap segment.
Segment tersebut dihubungkan secara monolit dengan segment sebelumnya. Panjang segment
berkisar 15 – 25 m.

2.
Pada bagian Ujung depan lantai dipasang Nose yang terbuat dari struktur baja. Nose
tersebut akan berfungsi sebagai tambahan lantai sedemikian mengurangi momen yang besar
yang terjadi ketika rangkaian pelat lantai membentuk struktur Cantilever. Nose berfungsi
mengurangi besarnya momen kantilever yang terjadi. Nose didesign jeringan mungkin untuk
mengurangi tambahan beban yang harus dipikul oleh struktur lantai jembatan. Struktur Nose
memiliki panjang sekitar 65% terhadap bentang jembatan yang typical.

3.
Pada saat segment yang telah diproduksi dan umur beton telah mencukupi, maka seluruh
lantai jembatan didorong dengan menggunakan metode Pulling Jack yang dipasang di abutment.

4.
Permukaan pilar dikondisikan memiliki tahanan geser yang kecil. Hal ini untuk
memudahkan proses mendorong rangkaian segment lantai jembatan. Dapat menggunakan suatu
alat khusus dengan permukaan teflon.

5.
Jika diperlukan berdasarkan perhitungan, dapat ditambahkan temporary support di tengah
bentang antara pilar jembatan. Temporary support ini akan berfungsi mengurangi besarnya
momen yang dipikul oleh struktur pelat lantai jembatan.

6.
Pilar jembatan dapat ditambahkan perkuatan. Hal ini disebabkan jembatan akan mendapat
beban horizontal tambahan selama proses launching. Tambahan beban ini akan mempengaruhi
kemampuan pilar dalam menahan beban. Untuk mengatasi tambahan beban gaya horizontal,
maka pilar dipasang perkuatan kabel.

Keuntungan dari metode ILM adalah:



Tidak memerlukan perancah dalam pembuatan struktur lantai jembatan



Tidak menggangu area di bawah lantai jembatan



Kebutuhan lahan di belakang jembatan relatif minim karena lokasi fabrikasi segment
tidak berpindah tempat.



Waktu pelaksanaan lebih cepat

Kelemahan dari metode ILM adalah:


Hanya dapat diaplikasikan pada bentang jembatan pendek atau terbatas



Diperlukan beberapa struktur sementara yaitu nose, temporary tower, perkuatan pilar, dll



Hanya dapat digunakan pada jembatan lurus atau kurva tetap



Membutuhkan area bebas dibelakang jembatan sebagai lokasi fabrikasi segment lantai
jembatan.