PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT BERJUALAN DI PASAR DAERAH (Studi Kasus di Pasar Keputran Utara Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  S K R I P S I M O H A M M A D E R V I E R I D I A N T O PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT BERJUALAN DI PASAR DAERAH (St u d i Kasu s di Pasar Kep u t r a n Ut a r a Su r a b a ya )

  ■ >

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

  S U R A B A Y A

  1 9 9 3 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA P E R J A N J I A N P E M A K A I A N TEMPAT B E R J U A L A N DI P ASAR DAE R A H

  (Studi Kasus di Pasar Keputran U tara Surabaya) SKRIPSI D I A J U K A N U NTUK M E LENGKAPI TUGAS

  DAN MEMENUHI S Y A R A T - S Y A R A T UNTUK MENCAPAI G E L A R S A R J A N A HUKUM OLEH M O H A M M A D ERVI E R I D I A N T O

  0387 1 2 6 1 4 F A K U L T A S H U K U M U N I V E R S I T A S AIRL A N G G A S U R A B A Y A

  1993 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA L.EMBAR P E N G E S A H A N

  M a h a s i s w a tersebut telah m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n s k r i p s i n y a melalui ujian yang d i adakan pada hari Sabtu, tanggal 24 Ouli 1993.

  P a n i t i a Penguji: Tanda tangan A n g g o t a s 1. Moerdiati, S.H., M.S.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KATA PENGA N T A R Puji syukur saya ucapkan kepada A l l a h S.W.T. karena hanya dengan p e r t o l o n g a n N y a l a h saya dapat m e n y e l e s a i k a n skripsi ini, yang saya ajukan untuk me l e n g k a p i gelar sa r j a n a hukum.

  W a laupun mengalami berbagai hambatan, akhirnya skripsi ini dapat saya selesaikan, oleh karena itu tak lupa saya m e n g u c a p k a n terima kasih kepada :

  1. Ibu Moerdiati Soebagyo, S.H., M.S., yang penuh kesabaran m emberikan bimbingan dan pengarahan kepada s aya dalam penyusunan skripsi ini, serta berkenan menguj i n y a .

  2. Bapak M.'Isnaeni, S.H., M.S., dan Bapak D j a sadin S a r a —- gih, S . H . , L L . M . yang berkenan menguji saya.

  3. Bapak Muchsin, Kepala Urusan Umum Pasar Keputran Utara KMS serta pegawai - p e q a w a i P e rusahaan Daerah P asar di

  Pasar Keputran Utara S u r abaya yang telah m e m b a n t u saya d alam pengumpulan data dan kesediannya d i w a w a n c a r a i .

  4. Bapak A n t h o n y Kastanya, Audit Intern P e rusahaan Daerah P asar KMS yang telah m e mberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian di Pasar Keputran Utar* Surabaya.

  5. Bapak Kasian, P e d a g a n g di P asar Keputran Utara S u r a b a y a yang bersedia d i w a w a n c a r a i .

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Ayah, Ibu dan adikku, yang telah member! dorongan dengan penuh kasih sehingga saya berhasil meny e l e s a i k a n skripsi ini. R e k a n - r e k a n k u yang tidak bo s a n - b o s a n n y a telah me m b e r i k a n s e mangat dan m e mbantu saya dalam meny e l e s a i k a n skripsi ini. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu p e r s a t u .

  Surabaya, 20 Juli 1993 M. ERVI ERIDI A N T O ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ABSTRAK

Pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah Keputran Utara Surabaya adalah

perjanjian pemakaian tempat bejualan yang berbentuk kios dan los di pasar yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah Pasar Kotamadya Dati II Surabaya, sehingga perjanjian tersebut

mengikat pemegang hak pakai tempat berjualan dan pihak pengelola yaitu Perusahaan

Daerah Pasar Kotamadya Dati II Surabaya. Dalam praktek sering terjadi masalah-masalah

antara pemegang hak pakai tempat berjualan dengan Perusahaan Daerah Pasar Kotamadya

Dati II Surabaya, karena pemegang hak pakai melanggar ketentuan dalam perjanjian. Dalam

  

pasal 6 perjanjian pemakaian tempat berjualan menyatakan bahawa pemegang hak pakai

(pihak kedua) dilarang memindahkan hak pakai tempat berjualannya kepada pihak ketiga

tanpa persetujuan Perusahaan Daerah Pasar. Hal tersebut berarti hak memakai tempat

berjualan adalah hak pakai. Permasalahan yang ditemui dalam praktek tersebut adalah bila

terjadi kerusakan dan atau cacat pada tempat berjualan yang dipakai, siapa yang bertanggung

jawab memperbaikinya. Selain itu bila pemegang hak pakai memindahkan hak pakainya

kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari Perusahaan Daerah Pasar, tindakan apa

yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar. Pengalihan hak pakai tanpa persetujuan

Perusahaan Daerah Pasar kepada pihak ketiga biasanya dilakukan dengan perjanjian di bawah

tangan.

  Dalam lembaga pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah muncul dalam praktek

perdagangan, di mana unsure persaingan selalu muncul di antara pedagang. Dalam hal itulah

semboyan "dengan pengorbanan sekeci1-kecilnya, mendapatkan hasil yang sebesar--

besarnya" akan selalu nampak. Semua itu demi kepraktisan, efisiensi waktu, tenaga, fikiran,

biaya dan keuntungan. Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan Pasar Daerah ini hukum

harus mengikuti dan mengarahkan, agar pemegang hak pakai tempat berjualan dan

Perusahaan Daerah Pasar tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI

  Hal aman KATA P E N G A N T A R ...... . . . . . . . . . ........................... iii BAB

  I P E N D AHULUAN

  1. Pendahuluan : Latar Belakang dan Rumu- s a n n y a . . ....... ................................1

  2. P enjBlasan J u d u l ........................... .5

  3. Alasan Pemi l i h a n J u d u l ....... ......... ..7

  4. Tainan P e n u l i s a n ................... .......... 9

  5. Metodol-ogi....................................10

  6. P e r t snggung j awaban Si.stemat.ika........ . . .12 BAB

  II T A N G G U N G JAWAB REPARASI TEMP A T BERJUALAN

  1. Isi P e rjanjian Pemakaian Tempat Berjualan antara Pemegang Hak Pakai Tempat Bei*— jualan dengan Penge l o l a P a s a r ....... ......15

  2. Prosedur Mendapat Surat Izin Tempat Berjualan » .................. ... .............. 32

  3. Timbu l n y a Cacat dan atau Kerusakan pa­ da Tempat B e r j u a l a n .................. . . . . . .34

  BAB III P E N Y E L E S A I A N S E NGKETA BILA TERJADI WAN- PRESTASI

  1. Wanprestasi oleh Pemegang Hak Pakai Tempat Berjualan ........................ . .39

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2. P e n y e l e s a i a n S e nqketa Antara Pemegang Hak Pakai Tempat Berjualan dengan Perusahaan

  Pasar Daerah K M S ...... ...................... 44 BAB

  IV PENUTUP

  1. Kesimpulan . . .................................. 53

  2. S a r a n ...... ................................... 54 DAF T A R B A C A A N ............... ............... ............... 55 L A M P I R A N - L A M P I R A N vi.

  BAB I P E N D A H U L U A N

  1. Permasalahan; Latar Belakana dan Rum u s a n n v a Indonesia sebagai negara berkembang sedang mem- bangun di seg a l a bidang. Baik di bidang ekonomi, budaya, politik, sosial j, pertahanan dan keamanan nasional . Sampai. dengan Pel i t a V (1990-1995) ini, telah banyak kemajuan yang telah kita capai baik kemajuan fisik maupu'n non f isi k .

  Dalam bidang ekonomi ada 3 pelaku ekonomi di Indonesia y aitu koperasi, BUliN dan swasta.^ Peranan pe m e r i n t a h dalam pembangunan sekarang ini c ukup penting, terutama dengan d i d i r i k a n n y a perusahaan oleh pemerintah seperti F'LN, PDAM, dan P e rusahaan Daerah Pasar. Indonesia yang mempunyai penduduk sangat banyak yaitu menduduki urutan ke~5 dari 10 negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Jumlah penduduk yang besar ini menim- bulkan beberapa masalah, satu di antar a n y a adal a h masalah pengangguran, p erusahaan yang didirikan pemerintah seper— i h a j e l i s P e r m u s y a w a r a t a n Rakyat Republik Indo­ nesia, G a r i s - o a r i s Besar Hainan Neaara Republik Indonesia

  Tahun 1 9 9 3 - 1 9 9 8 . Bina Pu s t a k a Tama, Surabaya, 1993, h. 26 M i

  

h I

  k. ^

  

f E R P U S l A Jt A A K

  1

  • -U N I Y E R S a A S A l K L A N O O A

  § ! i

  A

  A B A f ■* ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ti PL N dan PDAM c ukup banyak m e n yerap tenaga kerja. Ini berarti pihak pe m e r i n t a h b e r usaha m e n a n g g u l a n g i p e n g a n g — guran yang berarti pula mening k a t k a n taraf kehidupan m a s y a r a k a t di bidang perekonomian.

  Di kota-kota besar sekarang ini banyak didirikan p u s a t-pusat perniagaan yang cukup besar dan indah berben tuk plasa yang dibangun oleh pihak swas t a seperti Tunju- ngan Plasa dan S u r a b a y a Plasa. Namun hal t e rsebut tidak m e m p e n g a r u h i p entingnya pusat-pusat perniagaan yang berbentuk pasar. P u s a t - p u s a t perniagaan yang berbentuk pasar biasanya d i bangun dan d i kelola oleh pemerintah, seperti Pasar Keputran Utara, Pasar Kembang dan Pasar

  Genteng Baru yang s e muanya berada di Surabaya. Pasar Keputran Utara, Pasar Genteng Baru dan Pasar Kembang d iur u s dan d i k e l o l a oleh Per u s a h a a n Dae r a h Pasar K o t a m a ­ dya Daer a h Tingkat II Surabaya. Di seluruh w i l a y a h S u r a ­ baya sampai tahun 1993 ada 88 (delapan puluh delapan) pasar yang diur u s dan d i kelola oleh P erusahaan Daerah

  P asar Kotamadya Dati II S u r abaya hal tersebut diatur dalam lampiran 1 Keputusan Direksi Per u s a h a a n Daerah Pasar Kota m a d y a Dae r a h Tingkat II S u r abaya No. 127 tahun 1991.

  Pedagang atau pengusaha yang berjualan di pusat p erniagaan yang d i k e l o l a pihak swasta diikat dengan per— janjian s e w a - m e n y e w a , tetapi pedagang atau pengusaha yang

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3

  berjualan di pusat perniagaan yang d i kelola P erusahaan D ae r a h Pasar Kotamadya Dati II S u rabaya diikat perjanjian pemakaian tempat berjualan. Dengan perjanjian pemakaian tempat berjualan maka pedagang atau pengusaha m e ndapat k euntungan antara lain tidak perlu kehilangan w aktu untuk menentuk.an lokasi yang strategist tidak perlu membeli tanah dan hanya membangun sebagian bila ingin mendirikan k i o s .

  Tanah yang digunakan untuk pusat perniagaan yang d i k e l o l a Pe r u s a h a a n Daerah P asar adalah tanah yang dikua- sai langsung oleh negara. Sedangkan pedagang atau p e n g u ­ saha yang berjualan di pasar tersebut hanya mempunyai hak pakai tempat berjualan yang d i p e r o l e h dari P erusahaan Daerah Pasar. Pema k a i a n tempat berjualan tersebut memang berasal dari hak pakai tempat berjualan sesuai yang * dia t u r dalam pasal 10 huruf e Peraturan Daerah Kotamadya Dati II S u r a b a y a No. 4 tahun 1985 m enyatakan bahwa pemin- dahan hak pakai tempat berjualan d.i Pasar Daer a h harus m e n dapat izin terlebih dahulu dari Kepala Daer a h atau pejabat yang ditunjuk dan atau direksi sesuai dengan k e w e n a n g a n . Hak pakai diatur d a l a m pasal 41 sampai dengan

  pasal 43 Unda n g - U n d a n g No. 5 tahun 1960, kemudian dalam

  pasal 49 ayat 2 serta pasal 50 ayat 2 dan pasal 52 U n ­ d a n g -Undang No. 5 tahun 1960»

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  k

  Bila pedagang atau pengusaha ingin berjualan di pasar yang d i k e l o l a P e rusahaan Dae r a h Pasar, maka peda gang atau pengusaha tersebut harus m e ndapat ijin dari Direksi P erusahaan Daerah Pasar. Selain itu harus menye tujui perjanjian pemakaian tempat berjualan yang telah dis e d i a k a n t e rlebih dahulu oleh P erusahaan Dae r a h Pasar y a i t u dengan m e m b u b u h k a n tandatangan pada perjanjian tersebut. Per j a n j i a n pemakaian tempat berjualan tersebut merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan ini mengandung pengertian para pihak saling m enyatakan kehen- dak n y a untuk menutup perjanjian dan pernyataan kehendak di antara para pihak terdapat k e e o cokan.^

  Adanya perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah yang d i k elola oleh P e rusahaan Dae r a h Pasar me n i mbulkan hak-hak dan" kewajiban-kewaj i b a n , tetapi se r i n g k a l i terjadi p e r s e l i s i h a n - p e r s e l i s i h a n dalam melak- sanakan hak dan kewajiban m a s i n g - m a s i n g . Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar Daer a h yang dikelola Perusahaan D a e r a h Pasar timbul m a s a l a h antara lain bila terdapat cacat dan atau kerusakan pada tempat berjualan yang berbentuk kios dan los. Tempat berjualan yang be r ­ bentuk kios ialah tempat berjualan di dalam bangunan

  terjemahan Djasadin Saragih, F a k u l t a s Hukum U n i v e r s i t a s Airlangga, Surabaya, 1984, h. 2.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA pasar yang berbentuk t e rtutup dibatasi o l e h dinding. Sedang tempat berjualan yanq berbentuk los ialah tempat berjualan di dalam bangunan pasar yang berbentuk terbuka. Selain itu dalam praktek sering pemegang hak pakai tempat berjualan m e m i ndahkan hak pakainya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan t e r tulis dari Pe r u s a h a a n Dae r a h Pasar Kotamadya Dae r a h Tingkat II Surabaya, padahal perbuatan tersebut dilarang dalam perjanjian yang mer e k a sepakati.

  B e r d a sarkan latar belakang permasalahan di atas. maka permasalahan yang timbul dapat saya rumuskan sebagai berikut: a. apabila timbul kerusakan dan atau cacat pada tempat berjualan yang berbentuk los dan kios, siapa yang ber tanggung j awab un tuk mem per bai.ki.ny a?

  b. apabila pemegang hak pakai tempat berjualan m e mindah kan hak p a kainya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan P e rusahaan Daerah P a s a r , bagaimana penyele s a i a n n y a dengan pertimbangan kepentingan kedua pihak?

  Skripsi ini saya beri judul "Perjanjian Pemakaian Tempat Berj u a l a n di Pasar D a e rah"(Studi Kasus di Pasar Keputran Utara Surabaya). Agar tidak terjadi kesalahpaha-- man mengenai pengertian judul maka perlu dijelaskan sebagai berikut.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  6 F e n g e r t i a n perjanjian yang saya maksudkan dalam

  skripsi ini ada l a h seperti.' yang d i k e m ukakan oleh Subekti y aitu "suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada sese a r a n g lain atau di mana dua- orang itu saling berjanji untuk m e l a k s a n a k a n se s u a t u hal."^ Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang tersebut yang dinam a k a n perikatan. P erjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkata- an yang m engandung janji-janji atau kesanggupan yang diuca p k a n atau ditulis.

  Secara keseluruhan yang saya maksudkan dalam skripsi ini perjanjian pamakaian tempat berjualan di Pasar Dae r a h (Studi Kasus di Pasar Keputran U tara S u r a ­ baya) adalah perjanjian pemakaian tempat bejualan yang berbentuk kios dan los di pasar yang d i k e l o l a oleh Peru-- sahaan Daerah Pasar K o t a m a dya'Dati II Surabaya, s e hingga perjanjian tersebut mengikat. pemegang hak pakai tempat berjualan dan pihak pengelola yaitu P erusahaan Daerah

  Pasar Kotam a d y a Dati. II Surabaya. Dalam praktek sering- terjadi m a s a l a h - m a s a l a h antara pemegang hak pakai tempat berjualan dengan P erusahaan Daerah Pasar Kotamadya Dati

  ^Subekti, H u k u m P e r j a n j i a n . Intermasa, Jakarta, 1990, h. 1.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  II Surabaya, karena pemegang hak pakai melan g g a r keten- tuan d alam perjanjian. Dalam pasal 6 perjanjian pemakaian tempat berjualan men y a t a k a n bahawa pemegang hak pakai

  (pihak kedua) d i larang m e m i n d a h k a n hak pakai tempat b e r j u a l a n n y a kepada pihak ketiga tanpa persetujuan P e r u s a h a a n Daerah Pasar. Hal tersebut berarti hak memakai tempat berjualan ada l a h hak pakai. Permas a l a h a n yang lahan yang saya temui dalam prak.tek tersebut adalah bila terjadi kerusakan dan a t a u c acat pada tempat berjualan yang dipakai, s iapa yang bertanggung jawab memperbaiki*- nya. Selain itu bila pemegang hak pakai m e m i ndahkan hak pakainya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari P erusahaan Daerah Pasar, tindakan apa yang dilakukan Per u s a h a a n Daerah Pasar. P engalihan hak pakai tanpa per set'ujuan Pe r u s a h a a n Dae r a h Pasar kepada pihak ketiga b i a sanya dila k u k a n dengan perjanjian di bawah tangan. Hal-hal t e r s ebutlah yang membuat saya tertarik men u l i s n y a dalam skripsi ini. M a s a 1a h - m a s a l a h tersebut akan dibahas m e n u r u t hukum perdata dan hukum agraria karena hak pakai merupakan bidang hukum agraria, baik m e n u r u t undang- undang mau p u n peraturan lainnya.

  3. Alasan Pemilihan Judul " Perjanjian Pemakaian Tompat Berjualan di Pasar

  D a e r a h " (Studi Kasus di P asar Keputran Utara Surabaya)

  8

  menjadi judul skripsi ini, karena m e n u r u t pengamatan saya m asih belum banyak yang m e m b a h a s n y a padahal pemakaian tempat berjualan di pasar yang d i k e l o l a P e m e r i n t a h K o t a ­ m adya Dati II S u r a b a y a sudah lama ada. Selain itu karena dalam praktek sering terjadi pemegang hak pakai tempat berjualan m e m i ndahkan hak pakainya kepada pihak ketiga tanpa p e r s etujuan Per u s a h a a n Dae r a h P asar padahal perbua- tan tersebut dilarang dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan yang sudah d itetapkan para pihak.

  Alasan lain karena belum banyak buku bacaan atau literatur yang khusus menqenai hal ini, kecuali mengenai hak pakai tanah pertanian.

  Dalam lembaga pemakaian t&mpat berjualan di Pasar Daerah muncul d alam praktek perdagangan, di mana unsur persaingan selalu muncul di antara pedagang. Dalam hal itulah semboyan "dengan pengorbanan s e k e c i 1 - k e c i l n y a , m e n d apatkan hasil yang sebesar--besarnya" akan selalu nampak. Sernua itu demi keprak t i s a n , efisiensi waktu, tenaga, fikiran, biaya dan keuntungan. Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan P asar Daerah ini hukum harus mengikuti dan m e n g a r a h k a n , agar pemegang hak pakai tempat berjualan dan P erusahaan Daerah Pasar tidak melan g g a r ketentuan yang berlaku.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9

  4. Tu-iuan Penulisan Penulisan skripsi. ini pertam a - t a m a saya maksudkan untuk m elengkapi salah satu persyaratan d alam mencapai gelar Sarjana Hukum pada F a kultas H ukum U n i v ersitas A i r l a n g g a S u r a b a y a .

  Di samping itu dengan penulisan skripsi ini, saya bermaksud me m b e r i k a n g a m baran tentang perjanjian pemakai an tempat berjualan di Pasar Daerah, s e h ingga berguna bagi calon pemegang hak pakai tempat berjualan,, maupun bagi mereka yang belum mengetahui secara m e n d a l a m hal tersebut tetapi ingin mengetahui lebih lanjut. Juga saya bermaksud m e n a m b a h dan m e m p e r d a l a m pengetahuan saya me n genai hukum perjanjian, khususnya inengenai perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar Daer a h yang dikelola Pe r u s a h a a n Daer a h Pasar.

  A k h irnya dengan penulisan skripsi ini saya ingin m e n a m b a h p e r b e n daharaan tulisan mengenai hak pakai, kh u ­ susnya. hak pakai tempat berjualan di Pasar Daerah yang d i kelola P e r u s a h a a n Daer a h Pasar, s e hingga saya harapkan sedikit men y u m b a n g pikiran dalam k e i kutsertaan men i n g k a t - kan perkembangan ilmu hukum pada um u m n y a dan hukum perda- ta pada khususnya.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5. Met o d o l o a i a. P e ndekatan masalah.

  Untuk m e m b a h a s ma s a l a h dalam skripsi ini saya m e n g g u n a k a n p endekatan seca r a yu r i d i s sosiologis, yaitu m e n e l a a h permasalahan yang timbul dari perjanjian p e m a ­ kaian tempat berjualan di P asar Daerah, yang terjadi dalam praktek s e h a r i - h a r i dan m e n g a i t k a n dengan peratur- an-per a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n yang berlaku yaitu keten tuan d alam B W yang mengatur perjanjian dan Undang- Undang No. 5 tahun 1960 yang m e n g a t u r tentang hak pakai, serta p e r a t u r a n - p e r a t u r a n yang berkaitan dengan masalah pemakaian tempat berjualan di P a s a r Daerah. b . S u m b e r .d a t a .

  Secara keseluruhan data dalam skripsi ini diambil melalui : (1) data primer: yaitu data yang ditemukan d alam kehidu- pan sehari-hari dan disertai wawan c a r a dengan pegawa

  P erusahaan D a e r a h Pasar yang bekerja di Pasar K e p u ­ tran Utara S u r a b a y a dan pemakai tempat berjualan di Pasar Keputran U tara Surabaya;

  (2) data skunder: yaitu data yang d i p e r o l e h dari data kepustakaan melalui studi literatur, seperti buku— buku serta p e r a t u r a n - p e r a t u r a n yang berkaitan dengan m a s a l a h dan pembahasan skripsi ini.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11 c. P r o s e d u r pengumpulan dan pengolahan data.

  Untuk mengu m p u l k a n data skripsi ini saya m e n g g u n a ­ kan teknik langsung berupa wawancara dengan para pihak yang terkait dengan ma s a l a h dalam skripsi ini, terutama pegawai Per u s a h a a n Daerah Pasar yang bekerja di Pasar

  Keputran Utara S u r a b a y a dan pemegang hak pakai tempat berjualan di P asar Keputran U tara Surabaya. Selain itu melalui penelitian k e p u s t a k a a n ,, yakni dengan membaca literatur yang berkaitan dengan m a s a l a h serta peraturan perundangan. Sedang prosedur pengolahan data dilakukan dengan cara data yang terkumpul disusun sec a r a s istematis melalui penilaian s e h ingga akan d idapatkan data yang d apat d i p e r t a n g g u n g j a w a b k a n . Kemudian data dian a l i s a dengan m enekankan pada pembahasan penyelesaian atas m a s a ­ lah yang timbul d alam praktek dari perjanjian pemakaian tempat berjualan di P asar Daerah dengan m e n d a s a r k a n pada peraturan yang berlaku serta kepentingan kedua pihak secara s i s t e m a t i s sehingga merupakan data kongkrit dan dapat digunakan untuk m e n j a w a b p e r m a s a 1ahan dalam skripsi i n i .

  d. A n a lisis data,, Pen g a n a l i s a a n data d alam skripsi ini m e n g g u n a k a n analisa secara d e skriptif analisis. Artinya menguraikan permasalahan yang timbul dari perjanjian pemakaian tempat

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  12

  berjualan di Pasar Daerah yang terjadi d alam praktek yang d i g a bungkap dengan teori. dan perundang - u n d a n g a n yang berlaku, baru kemudian dila k u k a n a n a l i s i s y aitu mengurai- kan data yang terkumpul dan terns dilanjutkan mengkaji kembali teori-teori yang ada, baik dari buku-buku pela- jaran, peraturan perundan g - u n d a n g a n maupun literatur lain yang berkaitan dengan pokok bahasan. Dari sini saya men- coba untuk mengambil kesimpulan berdasarkan teori dan praktek yang dih a r a p k a n dapat m e mbantu m emecahkan p e r m a ­ salahan skripsi ini.

  6. P e r t angguna i awaban S i s t ematika Secara keseluruhan materi dari skripsi ini„ saya bagi menjadi empat bab pembahasan. S i s t e m a t i k a penulisan skripsi ini, saya susun sebagai berikut.*:

  Bab I merup a k a n bab pendahuiuan, dalam bab ini akan diuraikan secara garis besar dari keseluruhan materi yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pada bab ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai latar belakang p e r m a ­ salahan, penjelasan judul, metodologi dan s i s t ematika atau susunan dari isi skripsi ini secara keseluruhan. Bab ini disusun, ditujukan kepada pembaca untuk memudahkan m engetahui sekilas dari pembahasan skripsi tanpa harus membaca isi secara keseluruhan.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  13 Bab II mengenai tanggung j awab reparasi tempat

  yang dipakai berjualan. Pada bab ini akan diuraikan isi perjanjian pemakaian tempat berjualan yang banyak diten- tukan oleh Pe r u s a h a a n Daerah Pasar. Dalam bab ini akan diuraikan seca r a garis besar isi perjanjian pemakaian tempat berjualan seperti o b y e k , subyek perjanjian, dan prosedur untuk m e n d a p a t surat izin tempat berjualan. Selain itu di b a h a s pula timbul cacat dan atau kerusakan pada .tempat berjualan berbentuk kios dan los, karena tempat berbentuk kios dalam praktek sebagian dibangun sendiri oleh pemegang hak pakai tempat berjualan. Sedang P erusahaan Daer a h Pasar hanya m e n y ediakan tempat b e r j u a ­ lan dalam bentuk los di d alam bangunan pasar. Hal-hal tersebut saya letakkan dalam bab II karena m a s a l a h r e p a ­ rasi penting sebelum menyetujui perjanjian yang dibuat oleh P erusahaan Daerah Pasar yang bersifat baku.

  Bab III mengenai penyelesaian s e n gketa apabila salah satu pihak wanprestasi. Dalam bab ini d i b a h a s m e ­ ngenai pemegang hak pakai -tempat berjualan yang memindah- kan hak pakaianya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari P erusahaan Dae r a h Pasar, padahal d alam perjanjian hal tersebut dilarang. Obyek dari perjanjian pemakaian tempat berjualan meru p a k a n barang tak berqerak, tetapi m asih saja memberi peluang kepada pemegang hak pakai tempat berjualan untuk m e m i n dahkan hak pakainya

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari Perusahaan Daerah Pasar. Serta akan d i b a h a s penyelesaian sengketa antara P erusahaan Daerah Pasar dengan pemegang hak pakai tempat berjualan. Bab III ini tidak mungkin di b a h a s ter— lebih dahulu dari bab II, karena wanprestasi bisa terjadi bila sudah ada perjanjian antara pemegang hak pakai te m ­ pat berjualan dan P erusahaan Daerah Pasar sebagai penge- lola pasar.

  Sedang bab IV sebagai bab penutup berisi kesimpul- an dari semua dan segala sesuatu yang telah dibahas dalam bab I, bab II dan bab III. Selain kesimpulan d i s a mpaikan pula saran yang mungkin d apat d i m a n f a a t k a n oleh P e r u s a h a ­ an Daer a h Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II S u r a b a y a dan pemegang hak pakai tempat berjualan maupun pihak yang be r k e p entingan dengan masalah yang saya bahas dalam skripsi i n i .

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB II T A N G G U N G J AWAB REPARASI TEMP A T BERJU A L A N

  1. Isi P erjanjian Pemak a i a n Temoat Berjualan antara P e megang Hak Pakai Tempat Berjualan denaan Penoelola Pasar

  P en g e r t i a n perjanjian m e n u r u t Subekti adalah suatu p e r i s t i w a di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana du a orang itu saling berjanji untuk melak- sanakan sesuatu hal. Hubungan yang terjadi tersebut me- nimbulkan perikatan, yang dapat d i k e mukakan baik secara lisan maupun tertulis. Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak m e n untut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.

  D alam perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah, hak pemakaian tempat berjualan ada l a h hak pakai hal ini dapat d i l i h a t d alam pasal 6 perjanjian pemakaian tempat berjualan m e nyatakan bahwa pemegang hak pakai (pihak kedua) dilarang m e m i ndahkan hak pakai tempat b e r j u a l a n n y a kepada pihak ketiga tanpa persetujuan t e rtulis dari Pe r u s a h a a n Daer a h Pasar sebagai pengelola pasar. Pe n g e r t i a n hak pakai terdapat pada pasal 41 ayat 1 U n d a n g - U n d a n g No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar P o k o k - p o k o k A g r a r i a yang lebih terkenal dengan nama sing-

  15 ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16

  k atnya Unda n g - U n d a n g Pokok Agraria (selanjutnya disingkat U U P A ) :

  Hak pakai adalah hak untuk m e n g gunakan d a n /atau memu- ngut has.il dari. tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan d alam k e p u t u s ­ an pembe r i a n n y a oleh pejabat yang berwenang memberi- kannya atau d a l a m p erjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan k e t e n t uan-ketentuan U n d a n g - U n d a n g ini.

  Dengan d e m ikian hak pakai merupakan hak tata tanah baik meru p a k a n tanah pertanahan maupun tanah bangunan yang dapat diberikan oleh p emerintah dan juga pemilik t a n a h .^

  Hak pakai tidak seperti hak milik , hak guna usaha dan hak guna bangunan yang dapat digunakan atau dijadikan jaminan untuk hipotik dan c r e d i e t v e r b a n d . Pemakai tempat berjualan hanya berhak untuk memakai tempat berjualan yang didirikan di atas tanah negara yang d i kelola P e r u s a ­ haan Daer a h Pasar, dan bukannya memiliki tempat berjualan tersebut- Hak pakai tempat berjualan t e r sebut d i p e r o l e h dari Direksi P erusahaan Daerah Pasar.

  Di dalam pasal 9 Peraturan Dae r a h Kotamadya Daerah T i n g k a t II Surabaya No. 4 tahun 1985 m enyatakan ada 4

  (empat) jenis tempat berjualan di P asar Daerah terdiri ^ D j o k o Prakoso dan Budiman Adi P., Eksistensi Prona Sebagai P e l a ksanaan M e k a n i s m e Fungs,i A g r a r i a . Ghal i a Indonesia, Jakarta, 1985, h. 12.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  17

  dari : a) Kios, b) Los, c) Pelataran di d alam pasar, dan

  d) Pelataran di luar pasar. Agar lebih jelas saya akan m e n e r angkan satu persatu jenis tempat berjualan tersebut, tempat berjualan berbentuk kios adalah tempat berjualan di d a l a m bangunan pasar yang berbentuk tertutup dibatasi o l e h dinding. Seda n g tempat berjualan las i&lah tempat berjualan di dalam bangunan pasar yang berbentuk terbuka.

  Tempat berjualan di pelataran di d alam pasar adalah tempat berjualan di halaman pasar yang terletak di dalam pagar pasar yang berbentuk terbuka. Tempat berjualan di pelataran di luar pasar adalah tempat berjualan di hala­ man pasar yang terletak di luar pagar pasar sampai berja- rak 100 (seratus) meter dari pagar pasar, dengan memper- ti.mbangk.an bahwa tempat di d alam pasar sudah tidak mampu lagi mem u a t para pedagang yang ada serta m e n e m p a t i n y a tidak me n g g a n g g u ketertiban umum. Dalam praktek tempat berjualan di pelataran di luar P asar Keputran (Jtara S u r a b a y a tidak ditarik pungutan oleh P e rusahaan Daerah Pasar„5' S e h ingga banyak pedagang yang berjualan di pelataran di luar pasar yang m e n y ebabkan kemacetan di jalan umum terutama di malam hari.

  Hak pakai berasal dari hak p e n g e l o l a a n „ sedang pengertian hak pengelolaan terdapat dalam pasal 1 Pera-

  5 ^ W awancara dengan Perusahaan Dae?rah Pasar KMS, tanggal 14 Juni 1993.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  18

  turan Menteri Dalam Negeri (s e 1 a n j utnya d i s i n g k a t PMDN) No. 1 tahun 1977 yaitus

  Yang d i maksud dengan hak pengelolaan ialah s 1. hak pengelolaan, yang berisi w e w enang untuk :

  a. m e r e n c a n a k a n peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan; b. m e n g gunakan tanah tersebut untuk keperluan p e l a ksanaan usahanya; c . menyerahkan b a g ian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga me n u r u t p e r s yaratan yang ditentu kan oleh perusahaan pemegang hak tersebut, yang

  (neliputi segi-segi peruntukan,, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat pejabat yang berwenang, sesuai dengan peraturan peruridangan yang berlaku. 2. hak p e n g elolaan yang berasal dari pengkonversian hak penguasaan berdasarkan F'MA Mo. 9 tahun 1965

  • tentang "Pelaksanaan konversi hak penguasaan atas tanah Nega r a dan ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya" yang memberi w e wenang s e b a g a i m a n a tersebut dalam ayat 1 di atas yang telah didaf- tarkan di Kantor Sub Di r e k t o r a ± A g r a r i a setempat serta sudah ada sertifikatnya.®

  Pada hak pengelolaan sifatnya tanah itu harus merupakan tanah yang dikuasai oleh negara. Bila hak pengelolaan itu diber i k a n kepada pihak ketiga m i s a l n y a orang atau badan hukum, maka di atas hak pengelolaan itu dapat d i b e — rikan jenis hak lain seperti hak guna bangunan, hak pakai dan lain-lain.

  Pasal 1 PMDN No. 6 tahun 1972 yang berbunyi seba- gai berikut:

  c

  °R. Atang Ranoemihardja;, P e r k e m b a n a a n H ukum Ag r a r i a di I n d o n e s i a . Tarsito, Bandung, 1982, h. 572.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  19 W e w enang pemberian hak atas tanah dan pembukan t a n a h „

  dengan peraturan ini d i 1i m p a h k ankepada para Gubernur- /B u p a t i / W a l i k o t a Kepala Daerah dan Kepala Kecamatan dalam kedudukan dan fungsinya sebagai Wakil Pemerin- t a h .

  Hak atas tanah adalah hak milik., hak guna usaha, hak guna b a u n g a n , hak pakai dan hak pengelolaan. Jadi menurut

  pasal 1 PMDN No. 6 tahun, 1972 W a l i k o t a sebagai Kepala Daer a h Tingkat II S u r a b a y a mempunyai wewenang pemberian hak atas tanah. Kemudian oleh W a l ikota S u r abaya khusus untuk hak pengelolaan pasar tertentu di wilayah Kotamadya Dae r a h Tingkat II S u r abaya d i serahkan kepada Perusahaan Dae r a h Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya., hal t e r sebut dapat d alam pasal 4 ayat 2 Peraturan Daerah Kota m a d y a Dae r a h Tingkat II S u r a b a y a No. 10 tahun 1982 yang berbunyi sebagai berikut "Perusahaan Daerah tersebut pada ayat (1) pasal ini menge l o l a atau menguasai sebayak 63 (enam puluh tiga) U n i t - u n i t Pasar s e b a g a i m a n a tersebut dalam L a m piran Pasar Daerah ini." Mengenai banyaknya pa­ sar yang d i k elola P e rusahaan Daerah Pasar Kotamadya S u r abaya (selanjutnya d i s i n g k a t KMS) menjadi 88 (delapan puluh delapan) m e n u r u t Keputusan Direksi P erusahaan Daerah P asar KMS Mo,. 127 tahun 1991. Jadi hak pakai tempat berjualan di Pasar Daerah diberikan oleh P e r u s a ­ haan Daerah P asar KMS.

  Hak pakai yang diberikan kepada para pedagang yang berjualan di Pasar Daerah ini tidak b e r sertifikat tetapi c ukup diberi surat izin tempat berjualan yang dikeluarkan oleh P erusahaan Daer a h F'asar.

  Dalam pasal 41 ayat 2 UUPA berbunyi sebagai beri- k u t s Hak pakai dapat diberikan :

  a. selama jangka waktu yang tertentu atau selama t anahnya diperg u n a k a n untuk keperluan yang ter— t e n t u ;

  b. dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun. Pada <jjjasar Daerah hak pakai tempat berjualan berlaku untuk 2 (dua) tahun dan dapat diperb a h a r u i lagi. Pemegang hak pakai tempat berjualan dikenai pun g u t a n - p u n g n t a n yang di t e n t u k a n oleh P erusahaan Daerah Pasar KMS. Selain itu pemberian hak pakai tidak boleh disertai s y a r a t - s y a r a t yang m engandung u n s u r - u n s u r pemerasan sesuai dalam pasal

  41 ayat 2 UUPA. Ketentuan ini merupakan jaminan perlin- dun g a n bagi pemegang hak pakai tempat berjualan terutama terhadap pihak ekonomi lemah.

  Dalam pasal 3 ayat 1 PMDN No. 1 tahun 1977 menya- takan bahwa seti a p penyerahan penggunaan tanah yang m e r u ­ pakan bagian dari tanah hak pengelolaan kepada pihak ketiga wajib dilakukan dengan perjanjian tertulis. Pasal tersebut memang d i patuhi oleh P e r u s a h a a n Dae r a h Pasar KMS, karena setiap penyerahan surat izin tempat berjualan kepada orang atau badan hukum disertai perjanjian antara Per u s a h a a n Daerah Pasar .KMS dengan orang atau badan hukum da l a m hak ini pemohon hak pakai tempat berjualan.

  2d

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

  21 Sifat dari hukum perjanjian ada l a h terbuka, mak-

  sudnya para pihak d a l a m hal ini Per u s a h a a n Dae r a h Pasar KMS sebagai pengelola, dan pemegang hak pakai tempat berjualan d apat menetukan hal-hal yang be 1 urn ada pengatu- rannya d alam BW dan IJUPA„ ataupun m e n y impangi aturan- aturan y a n g telah d i tetapkan di d a lamnya asal tidak dila- rang oleh u n d ang-undang serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini merupakan pencer- minan dari asas kebebasan berkontrak dari hukum p e r j a n j i ­ an . Memang pemegang hak pakai tempat berjualan haras m e n e r i m a k e t e n t u a n - ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pe r u s a h a a n Daer a h Pasar KMS dalam perjanjian. Tetapi hal itu bukan merup a k a n paksaan menurut arti u n d ang-undang karena calon pemegancj hak pakai tempat berjualan dapat m e n o l a k p erjanjian tersebut s e h i n g g a tidak tercapai kata sepakat.

  Dalam praktek perjanjian pemakaian tempat b e r j u a l ­ an di Pasar Daerah dibuat oleh Pe r u s a h a a n Pasar Daerah KMS dalam bentuk tertulis, dan dipers i a p k a n terlebih d a h u l u ' s e c a r a masal atau kolektif, s e h ingga calon pemakai tempat. berjualan tinggal m enyetujui dengan m e n a n d a t a n g a n - ni perjanjian tersebut. P erjanjian yang s.ifatnya standar atau baku tersebut selain sesuai dengan PMDN No. 1 tahun 1977 Juga d i m a k s u d k a n oleh P e rusahaan P asar Daerah KMS untuk mengh e m a t w aktu s e h ingga tidak perlu meneliti dan m smbahae persyaratan yang disetujui setiap pemegang hak

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  22

  pakai tempat berjualan, yang mungkin dapat berbeda bagi

  7

  tiap pemegang hak pakai tempat b e r j u l a n / Walaupun begitu perjanjian yang s i fatnya tel ah standar atau baku bukan merupakan penerobosan asas k o n s e n sualitas menurt pasal 1320 BW dan asas kebebasan berkontrak menurut pasal

  1338 ayat 1 BW. Asas ko n s e n s u a l i t a s menurut pasal 1320 BW mengandung arti “will" (kemauan) para pihak untuk saling m e n g i k a t k a n diri, kemauan itu memb a n g k i t k a n "vertrouwen"

  Q atau kepercayaan bahwa perjanjian itu akan dipenuhi. Asas konsensual ini merupakan nilai etis yang bersumber pada moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita. Asas ini berkaitan erat dengan asas kebebasan berkontrak, y aitu kebebasan menentukan apa dan dengan siapa p e r j a n j i ­ an -diadakan,.

  Dalam pasal 1338 ayat 3 BW d itentukan bahwa para pihak dalam pelaksanaan -perjanjian harus beritikad baik. Itikad baik sangat penting dalam pelaksanaan perjanjian, karena d a l a m suatu p erjanjian tidak mungkin mencakup semua kehendak para pihak dan k e adaan-keadaan yang timbul di k e m u d i a n hari- P engertian itikad baik adalah tolok ukur

  7 W a w a n c a r a dengan P erusahaan Daerah Pasar KMS, l o c ■ cit.

  Amrah Muslimin e t „a l „ , Beberapa Guru Besar Berbl-- cara Tentana Hukum Dan P endidikan Hukum. Kumpulan Pidato P e n q u k u h a n « Alumni, Bandung, 1981, h. 103.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  23

  suatu perbuatan dipe r b o l e h k a n atau tidak untuk m e ’aksana- kan atau tidak hak-hak dan k e w a j i b a n - k o w a j i b a n antara satu dengan pihak yang lain tenta.^q prestasi tertentu

  t yang mereka sepakati dalarr. keadaan yang w ajar dan patut.

  W ajar dan patut u\ sini maksu d n y a disetujui oleh P e r u s a ­ haan D a e r a h K'-nsar KMS dan pemegang hak pakai tempat berjualan serta sesuai dengan hukum s e tempat yang b e r l a ­ ku. D alam hal ini pemegang hak pakai tempat berjualan dan P e r u s a h a a n Pasar Daerah KMS sebagai. pengelala harus beritikad baik dalam pelaksanaan perjanjian yang telah mere k a buat. Bila ada pihak melakukan perbuatan dengan itikad tidak baik s e h i n g g a merugikan pihak yang lain, maka pihak lain tersebut dapat m e n untut ganti rugi atau me m i n t a pembatalan perjanjian pemakaian tempat berjualan kepada hakim.

  D alam perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar Dae r a h yang s i f atnya baku atau standar yang dibuat oleh P erusahaan Pasar Dae r a h KMS, berisi. antara lain: a. subyek perjanjian pemakaian tempat berjualan,

  b. obyek perjanjian pemakaian tempat berjualan,

  c. hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian p e m a k a i — an tempat berjualan, d. cara pembayaran dalam perjanjian pemakaian tempat berj u a l a n .

  f ~

  m T T T E

  1 FERGUS! rtK-AAN

  ' ira iY E R S IlA S AIRLA N G C A *

  A A

  S I R B Y A ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Zh a. Subyek perjanjian pemakaian tempat berjualan.

  P ada perjanjian pemakaian tempat berjualan di P asar Dae r a h d apat d i k l a s i f i k a s i k a n menjadi 2 (dua) yai t u :

  (1) Pihak P e n g e l o l a Pasar Dae r a h y aitu pihak yang menge lola dan m e n g u r u s tanah serta bangunan pasar, (2) Pihak P e m egang Hak Pakai tempat berjualan yaitu orang atau badan hukum yang berhak berjualan di tempat yang d itentukan di dalam atau luar bangunan pasar,

  Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan ini, Pihak P e n g e l o l a Pasar Daer a h adalah P erusahaan Pasar

  Daer a h Kotamadya Daerah T i n g k a t II S u r a b a y a yang dalam perjanjian disebut pihak pertama. Per u s a h a a n P asar Daerah KMS dibentuk untuk peningkatan pelayanan P e m e r i n t a h D a e ­ rah kepada m a s y a r a k a t khususnya d a l a m pengusahaan tempat berjualan yang memenuhi persyaratan beserta p r a s a r a n a n y a . Per u s a h a a n P asar Daerah KMS adalah badan hukum yang ber— tindak untuk dan atas nama P e m e r i n t a h Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. Sedangkan pemegang hak pakai tempat berjualan dia t u r pada pasal 42 UUPA yang m e nyatakan bahwa yang dapat mempunyai hak pakai adalah:

  (a) w a r g a n e a a r a Indonesia; T e n tunya ini sudah jelas karena w a r g a n e g a r a Indo­ n esia tidak ada p e m b a t a s a n n y a d a l a m mempunyai hak atas tanah dan hal ini sesuai dengan prinsip n a s i o n a l i t a s yang kita kenal dalam sis t e m pertanahan di Indonesia.

  ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA