KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PENANGANAN ANAK PELAKU TINDAK PIDANA NARKOBA (STUDI KASUS DI PROVINSI DKI JAKARTA) Oksimana Darmawan

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI PENANGANAN ANAK PELAKU TINDAK PIDANA NARKOBA (STUDI KASUS DI PROVINSI DKI JAKARTA)

Oksimana Darmawan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM,

Kementerian Hukum dan HAM E-mail: oksimana7@gmail.com

Masuk: September 2017 Penerimaan: Oktober 2017 Publikasi: Desember 2017

ABSTRAK

Penelitian ini dialatarbelakangi banyaknya kasus anak yang berhadapan dengan hukum terutama terkait penyalahgunaan narkoba. Dalam konsep hak asasi manusia, pemerintah termasuk aparatur penegak hukum dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap hak anak menyangkut kepentingan terbaik bagi anak, khususnya terkait rehabilitasi anak, tetapi di sisi lain ada sejumlah regulasi mengatur tentang pidana penyalahgunaan narkoba. Permasalahan penelitian adalah bagaimana penanganaan anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba, dan bagaimana kebijakan rehabilitasi diberikan kepada anak pelaku tindak penyalahgunaan narkoba. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan Undang- Undang Narkotika menyatakan secara tidak langsung anak belum cukup umur diposisikan sebagai korban, karena penyalahgunaan narkoba yang dilakukan anak disebabkan oleh orang yang sudah cukup umur (dewasa), sedangkan pengaturan pidana

untuk anak ada dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak; belum adanya persamaan persepsi antar para penegak hukum, terkait rehabilitasi medis atau sosial atau pidana penjara bagi anak; rekomendasi tim asesmen terpadu (TAT) sering tidak dimintakan oleh penyidik; balai pemasyarakatan (BAPAS) sering tidak dilibatkan dalam pembuatan TAT. Saran yang diberikan adalah perlu penguatan sinergisitas para aparatur penegak hukum, terutama terkait peran bapas dalam TAT.

Kata kunci : Anak, Narkoba, Rehabilitasi, Penegak Hukum, dan Tim Asesmen Terpadu (TAT).

ABSTRACT

This study is based on the number of cases of children dealing with the law concerning drug abuse. In the concept of human rights, the government including law enforcement officials are required to provide protection concerning the best interests of children, especially child rehabilitation, but on the other hand, there are a number of regulations governing the criminal misuse of narcotics. The research problem is how to arrange children of the perpetrators of criminal acts of drug abuse, and how the rehabilitation policy is given to the child of the perpetrators of the act of drug misuse. The research method used the qualitative approach to a case study. The results of the study show that the Narcotics Act implies that the child is not old enough to be positioned as a victim, since drug abuse is caused by an older person (adult), while the criminal arrangement for children is in the Criminal Justice System Act; the lack of a common perception This study is based on the number of cases of children dealing with the law concerning drug abuse. In the concept of human rights, the government including law enforcement officials are required to provide protection concerning the best interests of children, especially child rehabilitation, but on the other hand, there are a number of regulations governing the criminal misuse of narcotics. The research problem is how to arrange children of the perpetrators of criminal acts of drug abuse, and how the rehabilitation policy is given to the child of the perpetrators of the act of drug misuse. The research method used the qualitative approach to a case study. The results of the study show that the Narcotics Act implies that the child is not old enough to be positioned as a victim, since drug abuse is caused by an older person (adult), while the criminal arrangement for children is in the Criminal Justice System Act; the lack of a common perception

Keywords: Children, Drugs, Rehab, Law Enforcement, and Integrated Assessment Team (TAT).

I. PENDAHULUAN

Sembilan ratus lima ribu empat Saat ini marak terjadi kasus-kasus

ratus) orang;

penyalahgunaan narkoba di berbagai

2. Jawa Timur dengan jumlah provinsi. Hal ini dapat dilihat dari data

penyalahgunaan 568.304 (lima Badan Narkotika Nasional Tahun 2014

ratus enam puluh delapan ribu di seluruh Provinsi Indonesia terkait

tiga ratus empat), prevalensi 2,01 estimasi jumlah penyalahguna narkoba

% (dua koma nol satu persen) dan prelevansi populasi penduduk (10-

pada jumlah polulasi 28.271.400

59 tahun) dengan total jumlah (dua puluh delapan juta dua ratus penyalahguna sebanyak 4.022.702

tujuh puluh satu empat ratus) orang dan populasi (10-59 tahun)

orang;

3. Jawa Tengah dengan jumlah urutan provinsi dengan jumlah 6 (enam)

sebanyak 184.175.500 orang. Adapun

penyalahgunaan 452.743 (empat terbesar Estimasi Jumlah Penyalahguna

ratus ribu lima puluh dua ribu Narkoba pada Enam Provinsi Tertinggi

tujuh ratus empat puluh tiga), di Indonesia, disertai Prelevansi dan

prevalensi 1,88 % (satu koma Populasi Penduduk (10-59 tahun)

delapan puluh delapan persen) Tahun 2014 :

pada jumlah polulasi 24.131.300

1. Jawa Barat dengan jumlah (dua puluh empat juta seratus penyalahgunaan 792.206 (tujuh

tigaluph satu tiga ratus) orang; ratus sembilan puluh dua ribu dua

4. DKI Jakarta dengan jumlah rarus enam), prevalensi 2,34 %

penyalahgunaan 364.174 (tiga (dua koma tiga puluh empat

ratus enam puluh empat seratus persen) pada jumlah polulasi

tujuh empat), prevalensi 4,74 % 33.905.400 (tiga puluh tiga juta

(empat koma tujuh puluh empat) pada jumlah polulasi 7.688.600

(tujuh juta enam ratus delapan dilihat dari jumlah penyalahguna puluh delapan enam ratus) orang;

narkoba dalam kelompok pelajar

5. Sumatera Utara dengan jumlah berdasarkan jenis narkoba yang paling penyalahgunaan 300.134 (tiga 2 dominan digunakan, adalah shabu.

ratus ribu seratus tiga puluh

melakukan empat), prevalensi 3,06 % (tiga

Seseorang

yang

pidana terkait dengan narkoba akan koma nol enam) pada jumlah

berhadapan dengan negara melalui polulasi 9.808.600 (Sembilan juta

hukumnya delapan ratus delapan ribu enam

aparatur

penegak

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 ratus) orang. 1 Tahun 2009 tentang Narkotika dan

6. Banten dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 penyalahgunaan 177.110 (seratus

jumlah

tentang Psikotropika, termasuk anak. tujuh puluh tujuh ribu seratus

Anak yang terkena tindakan pidana sepuluh), prevalensi 2,02 % (dua

karena menjadi pelaku penyalahguna koma nol dua) pada jumlah

narkoba juga akan diproses melalui polulasi 8.770.800 (delapan juta

peraturan perundang-undangan yang tujuh ratus tujuh puluh delapan

ratus) orang. peradilannya berbeda dengan orang Banyaknya jumlah penyalahguna

dewasa. Hal ini berkaitan perlindungan narkoba perlu menjadi perhatian banyak

khusus yang diberikan kepada anak oleh pihak

negara sebagaimana yang diamanatkan narkoba dapat mengalami peningkatan

mengingat

penyalahgunaan

dalam Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) tiap tahunnya bahkan telah menyentuh

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pada anak-anak usia sekolah yang

tentang Perubahan Atas Undang- seharusnya menimba ilmu untuk masa

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang depan. Hal ini dapat dilihat terdapat

Perlindungan Anak, yaitu pemerintah, anak usia sekolah yang mengkonsumsi

pemerintah daerah, dan lembaga negara ataupun menjadi pengedar narkoba. Bila

lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan

1 Badan Narkotika Nasional, Laporan Akhir

khusus kepada Anak, antara lain anak

Survey Nasional

Perkembangan

Penyalahguna Narkoba Tahun Anggaran 2014, tanpa penerbit, Jakarta, 2014, hlm.

53. 2 Badan Narkotika Nasional, Ibid, hlm. 20.

yang berhadapan dengan hukum; dan tujuh tahun serta bukan pengulangan tindak korban penyalahgunaan narkotika,

pidana.

alkohol, psikotropika, dan zat adiktif Oleh karena itu tidak semua anak

lainnya. dapat diberikan diversi pada kasus

Berkenaan dengan hal tersebut, narkoba yang dihadapinya. Menurut

Bagir Manan mengemukakan bahwa

Komisi anak-anak di lapangan hukum pidana

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) diperlakukan sebagai “orang dewasa

berpendapat bahwa seharusnya anak- kecil”, sehingga seluruh proses

anak yang terlibat tersebut dimasukkan perkaranya kecuali di Lembaga

ke dalam panti rehabilitasi, bukannya ke Pemasyarakatan dilakukan sama dengan

dalam penjara untuk direhabilitasi, perkara orang dewasa. Perlakuan yang

karena diposisikan sebagai korban. berbeda hanya pada waktu pemeriksaan

Namun kenyataannya, ada sekian di sidang pengadilan, sidang untuk

seharusnya perkara anak dilakukan secara tertutup

mendapatkan rehabilitasi, tetapi justru (Pasal 153 ayat (3) KUHAP) dan

malah di penjara. 4

petugasnya (hakim dan jaksa) tidak

memakai toga. Semua itu terkait dengan memprihatinkan mengingat anak pelaku

kepentingan fisik, mental dan sosial penyalahgunaan narkoba juga memiliki

anak yang bersangkutan. 3 hak untuk mendapatkan perlindungan Perlakuan berbeda yang diberikan

sesuai yang tercantum dalam peraturan oleh anak, juga terkait usaha diversi.

perundang-undangan. Oleh karena itu, Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun

dilakukannya 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

dipandang

perlu

Penelitian tentang Penanganan Anak Anak (UU SPPA), pada Pasal 7 secara

Pelaku Tindak Pidana Narkoba dengan garis besar dinyatakan pada tingkat

mengambil lokasi di DKI Jakarta penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

sebagai studi kasus.

perkara Anak di pengadilan negeri wajib

diupayakan Diversi; dan diversi diberikan 4 Risman, Jumlah Anak di Bawah Umur yang

pada ancaman pidana penjara di bawah

http://nasional.harianterbit.com/nasional/2 015/04/27/26608/25/25/Jumlah-Anak-di-

3 Bagir Manan di dalam buku Gatot Bawah-Umur-yang-Jadi-Pengedar-Narkoba- Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak,

Meningkat , diunduh pada Selasa, 7 Februari

Berdasarkan latar belakang di atas memerlukan suatu studi (studi kasus yang

intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu permasalahan dalam penelitian ini

telah diuraikan,

maka

isu (isu-isu) dengan menggunakan adalah Bagaimana gambaran secara

untuk umum penanganan anak pelaku tindak

kasus sebagai

instrumen

menggambarkan isu tersebut (studi pidana penyalahgunaan narkoba? dan

kasus instrumental). Ketika suatu kasus Bagaimana kebijakan rehabilitasi, baik

diteliti lebih dari satu kasus hendaknya medis maupun sosial diberikan kepada 5 mengacu pada studi kasus kolektif.

Guba penyalahgunaan narkoba?

anak pelaku

mengungkapkan bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu

II. METODE PENELITIAN

dan pelajaran yang dipelajari. 6

1. Metode Pendekatan

Metode penelitian menggunakan

2. Spesifikasi Penelitian

pendekatan kualitatif melalui studi Penelitian hukum ini adalah literatur dan studi lapangan dengan deskriptif kualitatif yang sebenarnya teknik

merupakan tata cara penelitian yang pendekatan kualitatif adalah studi kasus.

menghasilkan data deskriptif, yaitu apa Menurut Creswell, apabila kita yang dinyatakan oleh responden akan memilih studi untuk suatu kasus, (informan) secara tertulis atau lisan, dan dapat dipilih dari beberapa program

perilaku nyata. 7

studi atau sebuah program studi dengan Terkait sumber data berasal dari menggunakan

berbagai

sumber

data primer dan sekunder. Data primer informasi yang meliputi: observasi,

hasil wawancara,

wawancara terhadap para narasumber. dokumentasi dan laporan. Konteks Data sekunder berupa peraturan kasus dapat “mensituasikan” kasus di

dalam settingnya yang terdiri dari 5 John W. Creswell, Qualitative Inquiry and

Research Design: Choosing Among Five

setting fisik maupun setting sosial,

Tradition, SAGE Publications, London, 1998,

sejarah hlm. 61. atau setting ekonomi.

6 Ibid, hlm. 61-62.

Sedangkan fokus di dalam suatu kasus 7 Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian

Hukum,

Universitas

Indonesia Press,

dapat dilihat dari keunikannya,

Cetakan 3, Jakarta, 1986, hlm. 32.

perundangan yang terkait dengan

kegiatan permasalahan yang dibahas, studi

Wawancara

dalam

penelitian ini menggunakan teknik dokumen berbasis dokumen kebijakan

wawancara berstruktur dan tidak lokal, data statistik, laporan penelitian

berstruktur. Wawancara berstruktur terdahulu, dan beberapa dokumen yang

dilakukan berdasarkan penggunaan terkait.

daftar pertanyaan kombinasi terbuka maupun tertutup; sedangkan teknik

3. Tahap Penelitian

wawancara tidak berstruktur, yaitu Studi Literatur merupakan teknik

mempergunakan teknik yang diyakini pengumpulan bahan berbasis kajian

peneliti untuk mendapatkan informasi dokumen. Informasi yang ingin

maupun pendapat informan secara lisan diketahui adalah mengenai pemikiran

berdasarkan suatu pedoman atau catatan yang mendasari perencanaan, program-

pokok-pokok yang tertera dalam program, maupun laporan kegiatan baik

pedoman wawancara.

yang tertulis maupun yang tidak tertulis terkait seluruh proses perencanaan

4. Pengolahan Data

Penelitian Lapangan (field works) metode analisa kualitatif dengan merupakan teknik pengumpulan data

mengolah hasil pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk

primer berdasarkan hasil studi lapangan membantu kerja-kerja penganalisaan

serta pengumpulan data sekunder untuk bahan. Diantaranya terkait dengan

dilanjutkan dengan analisa berbasis pencarian data lapangan terhadap

critical review terhadap peraturan pemenuhan

perundangan, studi literatur, data direncanakan

statistik, laporan penelitian terdahulu, kenyataan.

terwujud

dalam

dan beberapa dokumen yang terkait. Studi

bermaksud

mengurai

mengenai kesesuaian perlindungan hak

III. PEMBAHASAN

anak pelaku

Hukum merupakan sarana kontrol penyalahgunaan narkoba serta kendala

tindak

pidana

sosial diwujudkan dalam sanksi yang dihadapi.

sanksinya, yang berkolerasi antara penerapan hukum sebagai kebijakan sanksinya, yang berkolerasi antara penerapan hukum sebagai kebijakan

memerlukan perhatian khusus dalam kebijakan politik yang aturan-aturannya

penanganannya.

menjadi dasar dari peraturan negara. 8 Terkait kategori anak tindak pidana narkoba yang ditangkap

Khususnya hukum pidana yang kepolisian, menurut Kanit Narkoba dilakukan melalui kebijakan kriminal 10 Polda Metro Jaya , ada dua kategori

(criminal policy) dan kebijakan sosial anak yang berhadapan dengan hukum

khusus untuk narkoba, yaitu anak kebijakan

(social 9 policy ). Seperti

halnya

sebagai pengguna yang sifatnya adalah penanganan anak pelaku tindak pidana

pemerintah

mengenai

pemakai dan bisa kecanduan, dan anak narkoba.

sebagai penyalahguna kegiatannya mencakup menyuruh untuk melakukan

1. Penanganan anak pelaku tindak

dan masuk dalam kategori bandar

pidana

penyalahgunaan

(pengedar). Dalam menangani perkara

narkoba

anak tersebut, kepolisian berpegang Kasus anak pelaku tindak pidana

pada hukum, artinya jika hukum

penyalahgunaan narkoba dalam proses

tidak penanganannya selalu akan melibatkan

pidana, pihak-pihak

diperbolehkan

dikenakan

sehingga polisi tidak akan melakukan Kepolisian, Balai Pemasyarakatan,

terkait

yaitu pihak

penyidikan lebih lanjut terhadap anak Kejaksaan dan Pengadilan seperti pada

yang tidak melakukan suatu perbuatan kasus pidana lainnya. Akan tetapi kasus

yang dilanggar (pidana). Dalam hal ini, jika hasil penyidikan diperoleh anak

8 M. Rendi Aridhayandi, Focus

Group

sebagai pengguna, maka anak tidak

Discution Mengenai

Pemahaman

dikenakan pemidanaan, tetapi dilakukan

Perubahan Aturan Hukum Indikasi Geografis

Bagi Masyarakat

Pandanwangi Cianjur (MP3C)

Sebagai

Pemegang Hak Indikasi Geografis Terdaftar,

Secara umum, penyidikan kasus

Journal Of Empowerment, Volume. 1, Nomor. 2, Desember 2017, hlm. 90.

anak yang berhadapan dengan hukum,

9 Aji Mulyana, Perlindungan Hukum Terhadap

Perempuan dan Anak Akibat Tindak Pidana Abortus Provokatus

Criminalis, Jurnal

Wawasan Yuridika, Volume. 1, Nomor. 2, 10 Wawancara dengan Kanit Polda Metrojaya Wawasan Yuridika, Volume. 1, Nomor. 2, 10 Wawancara dengan Kanit Polda Metrojaya

sehingga membutuhkan waktu untuk Namun, untuk kasus anak yang

menentukan barang bukti tersebut tersangkut peredaran narkoba, harus

positif atau tidak, proses hukum dilakukan

mengerti atau tidak, bahkan kalau jaringan narkoba sampai pada jaringan

penyidikan

rangkaian

orang tingkat atas. Hal ini berarti bahwa

memungkinkan

dipanggil

tua/wali anak.

rangkaian jaringan narkoba merupakan Penyidikan bisa membutuhkan jaringan khusus, jika penyelidikan

waktu lama, hal ini antara lain, dihentikan maka akan membahayakan

disebabkan kasus nakoba bersentuhan orang lain karena peredaran narkoba

dengan oknum aparatur penegak hukum masih ada.

lainnya. Salah satu contoh kasus adalah Oleh karena itu dalam penyidikan,

adanya keterlibatan oknum penegak polisi berharap agar anak tidak

hukum yang sudah diserahkan ke termasuk

instansinya, sedangkan anak sudah penyalahguna, karena berbeda proses

dalam

golongan

pernah menjalani masa hukuman hukum yang akan dijalani oleh anak.

delapan bulan dan bebas pada bulan

Anak sebagai pengguna proses yang Januari 2015, ternyata tertangkap lagi dijalani adalah dilakukan rehabilitasi,

tahun 2016 dengan usia 15 tahunan. sedangkan anak sebagai penyalahguna

Pada waktu tertangkap tahun 2015, si menjalani proses hukum di pengadilan.

anak menyatakan bahwa ia dijebak. Menurut Kanit Narkoba Polda

Pada tahun 2016, si anak menyatakan Metro Jaya, kewenangan polisi ada pada

bahwa ia mempunyai atasan yang sering tahap penyidikan, sehingga tidak masuk

memberikan uang, sedangkan oknum di Kejaksaan dan lebih diarahkan pada

TNI membeli narkoba dari anak diversi. Pada

tahap penyidikan, tersebut. Hal ini membuat lamanya khususnya untuk narkoba dibutuhkan

waktu penyidikan, sedangkan uji waktu untuk melakukan penelitian

laboratorium terhadap urin juga selama tiga kali 24 jam dan dikali 2.

membutuhkan waktu lama, karena alat Waktu penyidikan tersebut digunakan

uji laboratorium terpisah dan bisa polisi untuk memahami dari seluruh

diketahui jenis narkoba yang dipakai. proses pengungkapan narkoba dan tidak

Hasil uji laboratorium menyatakan Hasil uji laboratorium menyatakan

dalam persidangan, menurut Hakim Berbeda dengan kasus yang lain,

Gultom, berkas yang masuk pengadilan seperti razia di diskotik dan dilanjutkan

merupakan berkas yang telah sampai dengan tes urin, namun apabila hasil tes

pada proses penyidikan, apabila urin banyak yang positif, dan semua

kepolisian menyatakan tidak dilakukan orang yang positif narkoba diajukan ke

penyidikan, maka tidak masuk ke pengadilan,

pengadilan, sehingga tidak mungkin pemasyarakatan akan penuh. Oleh

maka

lembaga

P21 (istilah berkas perkara sudah sebab 12 itu, pihak kepolisian lengkap atau sudah siap disidangkan).

menyerahkan ke BNN untuk dilakukan Mengenai pandangan hakim rawat

terkait penyalahgunaan narkoba oleh ditempatkan di tempat rehabilitasi.

jalan (konseling)

atau

anak, pada hakekatnya, hakim tidak Mengenai pembuatan berita acara

menginginkan untuk mempidana anak, pemeriksaan (BAP), anak harus

tetapi hakim akan melihat kasus per- didampingi oleh pengacara, Bapas, dan

kasus (chase by chase). Intinya hakim orang tua/wali anak. Kepolisian akan

tidak ingin menghilangkan masa depan

memanggil orang tua/wali anak, Bapas anak, tetapi dalam perspektif jaksa tidak untuk

penuntutan dan pengacara. Sedangkan bila tidak ada

menghukum, karena pihak penuntut pengacara,

umum (bisa dikatakan) tidak pernah menyewakan pengacara. Proses ini

sependapat dengan hakim. Oleh sebab paling lama tiga jam kalau siang hari,

itu, apabila jaksa tidak sepaham dengan sedangkan untuk Bapas kalau malam

hakim, maka secara otomatis jaksa tidak ada, seharusnya Bapas 24 jam,

mengajukan banding. Sepengetahuan tetapi Bapas memberikan kelonggaran

Hakim Gultom belum pernah ada untuk dilanjutkan pemeriksaan, dan

tuntutan besoknya pihak Bapas datang ke

pemidanaan, walaupun anak tersebut kepolisian. 11 melakukan pertama kali, sehingga jaksa

tidak pernah menuntut, seperti anak

Wawancara dengan Kanit Narkoba Polda 12 Wawancara dengan hakim di Pengadilan Wawancara dengan Kanit Narkoba Polda 12 Wawancara dengan hakim di Pengadilan

Dari pihak jaksa, menurut hakim Dalam persidangan, hakim sudah

temuan penyidik juga ikut berpengaruh melaksanakan amanat dalam Undang-

pengajuan banding oleh Jaksa, karena Undang Sistem Peradilan Pidana Anak,

tuntutannya juga bahwa diversi dapat dilakukan,

Jaksa

dalam

mempertimbangkan temuan penyidik. sepanjang dakwaan memenuhi unsur

Hal ini berarti Jaksa tidak mengajukan Pasal 127, yaitu penggunaan narkoba

banding, karena mempertimbangkan untuk diri sendiri, tetapi juga

dari temuan penyidik bahwa anak layak dilihat/dinilai kasus per-kasus. Penilaian

untuk di diversi, tetapi jaksa juga kasus per-kasus ini, dikarenakan

melihat kasus per-kasus.

ditemukan beberapa kasus pelibatan Selanjutnya, untuk penangangan anak dalam peredaran narkoba, pada

pelaku tindak pidana penyalahgunaan awalnya anak hanya ikut-ikutan sebagai

narkoba di Badan Narkotika Nasional perantara, seiring berjalannya waktu

Provinsi DKI Jakarta (BNNP Jakarta), anak menjadi terbiasa, dan akhirnya

pada bidang rehabilitasi mempunyai dimanfaatkan oleh pihak jejaring

program wajib lapor. Menurut Wahyu

narkoba ini. Selain itu dari penglihatan Wulandari, pihak BNNP DKI Jakarta hakim, jika usia anak antara 17 sampai

“jemput bola” mendatangi sekolah-

18 tahun dibandingkan dengan postur sekolah, karena pengguna usia remaja tubuh anak, maka sulit untuk dibedakan

sifatnya masih banyak yang mencoba antara anak dengan orang dewasa,

narkoba. Program ini juga didukung karena postur tubuh anak terlihat seperti

pihak sekolah yang memberikan waktu orang dewasa yang didukung dengan

khusus bagi BNNP DKI Jakarta untuk pengetahuannya yang sangat paham

sehingga mengenai narkoba. 13 rehabilitasinya bersifat rawat jalan.

melakukan

konseling,

Dalam upaya diversi untuk anak Menurut informan mengenai penyalahgunaan narkoba, pertimbangan

upaya rehabilitasi anak di tahap hakim didasarkan, antara lain, dari

ajudikasi, anak dengan barang bukti temuan penyidik, dan rekomendasi

Balai Pemasyarakatan (Bapas), tetapi 13 Wawancara dengan Kepala Bidang

Rehabilitasi BNNP DKI Jakarta pada tanggal

selama menjadi hakim belum pernah selama menjadi hakim belum pernah

Keputusan TAT kasus penyalahgunaan sudah lengkap oleh kejaksaan, maka

narkoba, biasanya dibuat oleh BNNP dilimpahkan ke pengadilan. Namun,

Jakarta (untuk tingkat provinsi). Dalam perlakuan terhadap anak dalam proses

Surat Keputusan tersebut disebutkan ajudikasi dibedakan dengan orang

anggota TAT. Dalam hal ini BNNP dewasa, seperti di pengadilan dilakukan

DKI Jakarta belum pernah menjadi sidang tertutup (tidak diperbolehkan

penyidik, karena tidak menangkap anak ditonton umum) dan prosesnya harus

dengan barang bukti. Menurut Informan selesai selama 15 hari, sedangkan untuk

saat bertugas pihak BNNP DKI Jakarta, vonis ditentukan oleh hakim, apakah

belum pernah diminta oleh penyidik ditempatkan

untuk melakukan asesmen dalam TAT, pemasyarakatan atau masuk dalam

di

lembaga

padahal di dalam TAT ada rekomendasi rehabilitasi. Di BNNP DKI Jakarta rata-

yang merupakan hasil rapat seluruh rata menerima setelah vonis hakim

anggota tim dan ditandatangani sebagai untuk direhabilitasi, sebagian hasil

rekomendasi tangkapan dari tim asesmen terpadu 14 tersebut.

standar Tim asesmen terpadu merupakan

Selanjutnya,

dalam

operasional prosedur (SOP), anggota tim yang memberikan rekomendasi

TAT melakukan rapat TAT adalah sejak sebelum masuk dalam pengadilan (pra-

anak tertangkap enam kali 24 jam (6 x ajudikasi ). TAT adalah tim gabungan

24 jam atau enam hari). Hasil rapat yang terdiri dari unsur kepolisian,

TAT berupa rekomendasi yang diajukan kejaksaan,

ke pengadilan. Di pengadilan, peran Kementerian Hukum dan HAM tetapi

yang lebih besar ada pada penyidik tidak sebagai penyidik utama. Adapun

utama untuk mengikuti kasus anak penyidik utama merupakan instansi

selama proses pengadilan sampai penangkap

selesai, sedangkan peran TAT bersifat narkoba, bisa dari unsur kepolisian, kejaksaan atau BNN, sehingga penyidik

anak

penyalahgunaan

14 Tanggapan Wahyu Wulandari Pegawai

utama tidak termasuk dalam tim

BNNP DKI Jakarta, saat presentasi akhir pada Bulan Agustus 2016 di Balitbang

asesmen terpadu (TAT).

pemantauan menyangkut rekomendasi

pencerahan, yang diajukan ke hakim.

dan

memberikan

akan Lain

memutuskan sendiri, sehingga konselor penyalahgunaan

sebagai pihak yang memberikan melaporkan diri. Menurut Kepala

narkoba

yang

penilaian dari hasil konseling.

Bidang Rehabilitasi BNNP Jakarta, anak akan menjalani tes urin dan

2. Kebijakan rehabilitasi yang

dilakukan asesmen. Dari hasil asesmen

diberikan kepada Anak Pelaku

ditentukan apakah anak diberikan

Tindak Pidana Penyalahgunaan

tindakan rawat jalan atau rawat inap

Narkoba

Gultom, anak, seperti pada kasus anak yang

yang didasarkan pada tingkat kecanduan

Menurut

Hakim

rata-rata masih coba-coba memakai narkoba,

pengalaman

hakim

menunjukkan bahwa Jaksa Penuntut maka diberikan rawat jalan dengan

Umum tidak pernah menuntut supaya konseling. Sedangkan untuk tingkat

anak direhabilitasi, baik medis maupun ketergantungan/kecanduan 15 narkoba sosial, atau di bawah pengawasan.

berat akan diberikan rawat inap. Untuk Akan tetapi tuntutan Jaksa Penuntut

rawat inap dirujuk pada Balai Besar Umum berupa pemidanaan badan, Rehabilitasi BNN di Lido-Bogor atau

sehingga terdapat perbedaaan antara rumah sakit ketergantungan obat

penilaian hakim dengan jaksa. Penilaian (RSKO) di Cibubur. Di Lido-Bogor

hakim menyangkut rehabilitasi ini, tidak sekarang sudah tersedia untuk anak,

saja menyangkut anak, tetapi juga orang tetapi di RSKO-Cibubur menurut

dewasa. Jika menurut penilaian hakim informasi pegawai RSKO belum ada

orang dewasa sebagai pengguna, maka anak yang menjalani rawat inap.

ditempatkan di rehabilitasi, seperti Panti Meskipun faktor penyembuhan

Rehabilitasi BNN di Lido, Bogor. utama ditentukan oleh anak itu sendiri,

Oleh karena itu, putusan yang tetapi peranan konselor sebagai pihak

diberikan hakim adalah putusan terbaik yang melakukan konseling juga

bagi anak. Hal ini dikarenakan hakim berpengaruh, seperti konselor akan

berpandangan bahwa demi kepentingan menggali sejauhmana motivasi anak

15 Wawancara dengan hakim di Pengadilan

untuk berhenti mengkonsumsi narkoba untuk berhenti mengkonsumsi narkoba

membutuhkan hasil litmas antara lain dilakukan rehabilitasi sosial dan medis,

mengenai pendidikan anak, hubungan sehingga harus ditempatkan di tempat

orang tua dengan anak, latar belakang rehabilitasi, kecuali bila menurut

narkoba, penilaian hakim, si anak tidak bisa

anak

menyalahgunakan

sehingga bisa diketahui apakah ada dibina atau pernah dihukum dan tidak

penelantaran orang tua terhadap anak, ada keinsafan, maka pemidanaan yang

dan kurangnya pengasuhan yang baik menjadi jalan terakhir.

dari orang tua.

yang kemasyarakatan (PK) dari Bapas,

dihadapi di Pengadilan, Hakim Gultom menurut Hakim hasil litmas sudah

pertama, cukup baik sesuai standar, sehingga

berpendapat,

bahwa

sebetulnya pemerintah belum siap untuk dapat dijadikan pertimbangan hakim.

menempatkan anak yang bermasalah Dalam pandangan hakim, anak yang

dengan hukum di luar pemidanaan, berhadapan dengan hukum (ABH)

sehingga pemerintah bisa melakukan berhak

memperoleh

bimbingan

penempatan anak di luar lapas. Hal ini

pendampingan dan juga mendapatkan bisa dilakukan oleh Kementerian Sosial hasil penelitian yang dilakukan oleh

anak Bapas berupa Litmas. Semua ABH

penyalahgunaan narkoba. Selain itu harus didampingi, dan juga hasil Litmas

juga tempat rehabilitasi ini perlu tersebut dilampirkan dalam berkas

diperbanyak, karena bisa over capacity. lengkap

Kedua, para petugas yang menangani Selanjutnya hakim meminta pendapat

sebelum

persidangan.

ABH penyalahgunaan narkoba belum dan

sama persepsinya mengenai anak yang Pembimbing Kemasyarakatan terhadap

bermasalah dengan hukum, sehingga hasil litmas yang dilakukannya. Namun,

perlu disepahamkan.

dalam putusan hakim didasarkan atas Menurut pengalaman Hakim data 16 dan fakta di persidangan, Gultom , penampungan anak di luar

sedangkan hasil litmas dipakai sebagai lapas ini penting, karena selama pertimbangan, sehingga hasil litmas

16 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri

tersebut harus sesuai dengan fakta yang tersebut harus sesuai dengan fakta yang

rekomnedasi rehabilitasi dari TAT. khususnya

Jarangnya mengambil putusan memutuskan anak di pekerja sosial bagi

narkoba,

apabila

rehabilitasi, terlebih pada anak yang anak yang di luar kasus narkoba,

kurang mampu yang biasanya untuk kenyataannya tidak bisa dilaksanakan.

membeli narkoba secara patungan. Hal ini dikarenakan antar instansi tidak

Dalam kasus tersebut, pihak Bapas memiliki jejaring, termasuk juga Jaksa

melihat faktanya bahwa mereka sebagai tidak tahu tempat untuk anak

pengguna, tetapi hakim menanyakan dipekerjakan sosial. Hal ini tidak

apa latar belakang mereka sebagai menutup

pengguna padahal bila dilihat dari penyalahgunaan narkoba oleh anak,

kemungkinan

kasus

barang buktinya saja bisa disebut hanya dimana pada prinsipnya kalau anak

pengguna. Hal tersebut dapat terlihat tersebut sebagai pecandu, hukumnya

pada hasil putusan hakim tahun 2015 harus direhabilitasi, baik medis atau

dan 2016 sebagai berikut :

sosial, sehingga dibutuhkan banyak

Tabel 2 Data Putusan Hakim

tempat penampungan rehabilitasi agar

Jumlah

tidak melebihi kapasitas.

Hal yang berbeda diungkapkan - Saran

Rehabilitasi 3

oleh pihak Bapas Kelas I Jakarta

- Putusan Pengadilan

13 orang

Selatan 17 . menurut Informan selama

Pidana Penjara 13 Orang

ditugaskan di Bapas Kelas 1 Jakarta

- Saran

Rehabilitasi 3

Selatan belum pernah diminta untuk

3 orang

- Putusan

menjadi anggota TAT. Hal ini terkait

Pidana Penjara 1

putusan rehabilitasi oleh Hakim

Orang, 2 orang dalam proses

biasanya harus terdapat rekomendasi

persidangan

Sumber: Bapas Kelas I Jakarta Selatan

dari TAT, sehingga Hakim jarang sekali menyarankan

untuk

melakukan

Pada kasus anak yang terlibat narkoba, pihak Bapas Kelas I Jakarta Selatan selalu menyarankan untuk

17 Wawancara dengan Kepala Bimbingan Klien

dilakukan rehabilitasi di tempat milik

Anak, Bapas Kelas I Jakarta Selatan, pada

Kemensos

daerah

Ciputat dan

Cipayung. Akan tetapi Bapas juga harus kepolisian, si anak tetap diproses secara melihat dari situasi yang ada. Hal ini 18 hukum.

dikarenakan terdapat tren bahwa anak Salah satu IPWL yang dirujuk selalu dimanfaatkan bukan sebagai

Keputusan pelaku utama. Bandar narkoba melihat

berdasarkan

Surat

Kementerian Kesehatan adalah Rumah bahwa hukuman anak adalah setengah

Sakit Fatmawati, yang memiliki dari masa pidana dan banyak

Program Terapan Rumatan Metadon. kemudahan dari sistem yang ada. Bapas

Dalam pandangan medis untuk kuatir

memulihkan pecandu narkoba, menurut menggunakan anak sebagai jaringan 19 Dokter Rumah Sakit Fatmawati , untuk

atau kaki tangannya. Bapas menyadari pengguna jarum suntik narkoba berupa ketika anak kedapatan membawa

heroin atau putau, diberikan subtitusi banyak narkoba, maka pihak Bapas

atau obat pengganti yang namanya tidak mungkin menyarankan untuk

metadon. Program pemulihan dengan melakukan rehabilitasi dan secara

memakai metadon ini mulai berjalan otomatis harus melewati suatu lembaga

sejak tahun 2003, rata-rata pengguna yang dapat memiliki kegiatan positif

aktif memakai pada usia 15 sampai 29

bagi si anak. tahun dan sudah lama mengkonsumsi Selanjutnya di pihak kejaksaan,

narkoba tersebut, sehingga mereka walaupun jaksa berkeinginan untuk

sering masuk ke rumah sakit tetap melanjutkan proses hukum bagi

ketergantungan obat (RSKO), karena anak pelaku penyalahgunaan narkoba,

pengguna narkoba jenis ini sudah sulit namun jaksa tidak akan melakukan

disembuhkan, selalu rileks, dan sering penuntutan

kambuh. Karena sulit disembuhkan ini, mendaftarkan diri untuk rehabilitasi

mereka mengikuti program rawat jalan, secara sukarela. Dalam hal ini terdapat

tetapi pengguna datang setiap hari untuk institusi penerima wajib lapor (IPWL),

meminum metadon di loket sebagai sehingga anak yang mendaftarkan diri,

substitusi atau pengganti dari heroin seperti ke Puskesmas atau rumah sakit

yang mereka gunakan atau suntikkan. yang

18 Pernyataan staf/pejabat Kejaksaan Negeri

kesukarelaan. Berbeda dengan anak

pada Presentasi Awal Penelitian ini tanggal

1 maret 2016

yang sudah ditangkap dengan BNN atau

19 Wawancara dengan dokter RS Fatmawati

Namun, program ini sifatnya rumah sakit melakukan supervisi untuk jangka panjang, pengguna tidak bisa

menjadi pembimbing di klinik Lapas langsung berhenti cepat dari program

yang juga ini, karena masih ada kekambuhannya,

Pemuda Tangerang,

merupakan salah satu satelit RS angka kekambuhan bisa sekitar 60%

pihak RS kambuh, artinya pengguna bisa

Fatmawati.

Adapun

Fatmawati mempunyai 11 satelit, antara menggunakan narkoba lagi, sehingga

lain, Cikopasari, Cipondo, Keramat Jati, digantikan oleh obat ini yang diminum

Baru; setiap hari dalam jangka panjang.

Petamburan,

Senin-Johar

sedangkan RSKO juga mempunyai Terkait masalah anak yang

satelit, sehingga Indonesia memiliki berhadapan

sekitar 60 satelit Program Terapi persidangan dalam upaya diversi, sering

(PTRM). dokter dari pihak rumah sakit menjadi

Rumatan

Metadon

Pendampingan di satelit tersebut, saksi ahli di pengadilan, terutama di

merupakan instruksi dari Kementerian Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

Kesehatan.

Selama menjadi saksi ahli, dijelaskan Mengenai hambatan yang dialami bahwa penggunaan narkoba juga

selama rehabilitasi rawat jalan, menurut

merupakan penyakit kejiwaan dan juga Dokter Rumah Sakit Fatmawati, penyakit otak, sehingga pengguna perlu

pengguna narkoba, khususnya heroin untuk direhabilitasi. Oleh karena itu di

dan putau merupakan penyakit otak, tempat rehabilitasi, mereka dilatih

terkadang mereka ada gejala sisa coping mekanisme, yaitu apa yang

penurunan daya pikir dan malas, mereka ingin lakukan atau coping skil,

menciptakan yaitu latihan untuk mengendalikan

sehingga

diperlukan

lapangan pekerjaan bagi mereka, seperti keinginan atau sugesti dalam istilah

kerjasama dengan Kementerian Sosial. pengguna. Namun, permintaan menjadi

Lapangan kerja sangat diperlukan untuk saksi ahli adalah dari orang tua dan dari

pemulihan pengguna narkoba, baik fisik pihak pengadilan, belum pernah

maupun psikis tidak sempurna, seperti dihubungi oleh pihak kepolisian atau

berkurangnya kecerdasan kognisi. kejaksaan.

Dalam hal pengobatan, mereka Dalam hal perannya di lembaga

untuk pemasyarakatan, selama ini pihak

membayar sendiri

biaya

pengobatannya. Obat yang digunakan pengobatannya. Obat yang digunakan

penyalahguna narkotika yang berbeda- pengobatan, dapat menggunakan kartu

beda pula. Sangat sering terjadi BPJS dan jumlah pasien yang

penyidik menggunakan pasal yang tidak menggunakan BPJS saat ini sekitar 20

seharusnya diberikan kepada pecandu orang dengan memenuhi beberapa

dan korban penyalahgunaan narkotika, persyaratan, yang salah satunya ada

terlebih lagi bagi pelaku yang belum rujukan puskesmas ke Rumah Sakit

dewasa (anak). Jaksa Penuntut Umum Umum Daerah (RSUD). Harga obat-

pun hanya bisa melanjutkan tuntutan obatan

yang sebelumnya sudah disangkakan terjangkau dibanding saat mereka

yang disediakan

sangat

oleh penyidik, yang kemudian hal itu masih membeli putau dengan harga

berujung vonis pidana penjara oleh beberapa ratus ribu perhari. Untuk

Pengadilan (Hakim) kepada para harga metadon yaitu Rp. 15.000,-

pecandu dan korban penyalahgunaan /perhari /sekali minum sudah termasuk 21 narkotika.

konsultasi dokter jika anaknya sakit

penegak minta berbagai saran. 20 hukum dapat lebih jeli lagi melihat

Anak pelaku tindak pidana amanat Undang-Undang dan regulasi penyalahgunaan narkoba menjadi salah

tentang satu permasalahan yang penanganannya

lainnya

yang mengatur

penanganan penyalahguna narkotika. belum maksimal. Hal ini dikarenakan

Sudah jelas dikatakan dalam Pasal 54 penanganan anak yang biasanya

yang mengutamakan bahkan wajib mengacu pada Undang-Undang Sistem

hukumnya pecandu dan korban Peradilan

untuk seringkali berbenturan dengan Undang-

Pidana Anak, namun

penyalahgunaan

narkotika

menjalani rehabilitasi medis dan Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

rehabilitasi sosial, hal itu diperkuat lagi Narkotika.

oleh Peraturan Pemerintah No. 25 Permasalahan

yang

muncul

21 Risman, Jumlah Anak di Bawah Umur yang

adalah dari perbedaan persepsi antar

para aparat penegak hukum yang

http://nasional.harianterbit.com/nasional/2 015/04/27/26608/25/25/Jumlah-Anak-di- Bawah-Umur-yang-Jadi-Pengedar-Narkoba-

20 Wawancara dengan pejabat dari RS Meningkat, diunduh pada Selasa, 7 Februari

Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib

22 Lapor Pecandu Narkotika. 23 merugikan.

Peraturan pemerintah tersebut Namun perlu diketahui bahwa bertujuan untuk memenuhi hak pecandu

ancaman pidana pada kententuan Pasal Narkotika

127 dalam Undang-undang No.35 pengobatan dan/atau perawatan melalui

dalam

mendapatkan

Tahun 2009 tentang Narkotika (UU rehabilitasi medis dan rehabilitasi

Narkotika) hanya berlaku bagi orang sosial. Apa yang dimaksud dalam

yang sudah dewasa saja. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

apabila ada anak dibawah umur yang 2011 ini pun semestinya dijalankan pula

melanggar ketentuan pasal tersebut oleh para aparat penegak hukum

untuk diberikan sanksi, hakim harus mengingat

pula berpedoman pada ketentuan termasuk dalam hierarki perundang-

Peraturan

Pemerintah

Undang-Undang No.11 Tahun 2012 undangan.

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Begitu pula apabila dilihat dari

(UU Sistem Peradilan Pidana Anak) sisi hakim, kebijakan rehabilitasi jarang

untuk pemberian jenis dan masa sanksi sekali diberikan berdasarkan putusan

terhadap anak tersebut. Hal ini sebagai

hakim dan sebagian putusan yang konsekuensi adanya asas lex specialis diterima adalah pidana penjara. Padahal,

derogate lex generalis (asas penafsiran pemberian sanksi terhadap merupakan

hukum yang menyatakan bahwa hukum suatu

yang bersifat khusus mengesampingkan dipertanggungjawabkan 24 dan dapat hukum yang bersifat umum).

Asas lex specialis derogate lex pelaksanaan pidana dan tindakan,

bermanfaat bagi

anak.

Setiap

generalis terkait pidana ini, menurut diusahakan tidak menimbulkan korban,

pendapat Sahardjo tersebut, sistem penderitaan, kerugian mental, fisik dan

pembinaan yang awalnya adalah sosial. Pidana dan tindakan tersebut

bersifat kepenjaraan berganti menjadi harus pula memenuhi kepentingan anak

tersebut, mencegah akibat-akibat yang

Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2014, hlm. 156-162

23 Maidin

Gutom,

24 Koesno Adi, Diversi Tindak Pidana Narkotika

22 Ibid 22 Ibid

selaras dan seimbang. Selain itu dalam bahwa

penjelasan diuraikan pula bahwa dengan memberikan sanksi tidak hanya

dikeluarkannya Undang-undang tentang menghukum, tetapi mengarahkan si

Pengadilan Anak, dimaksudkan untuk pelanggar hukum tersebut dalam

lebih melindungi dan mengayomi anak pembinaan 25 kesadaran hukum. agar dapat

menyongsong masa Penafsiran

masih panjang. sebagaimana tujuan dari pemidanaan

pendapat

tersebut,

depannya yang

Dimaksudkan juga untuk memberi penjara yang diatur oleh Undang-

kesempatan kepada anak agar melalui Undang No. 11 Tahun 2012 tentang

pembinaan akan diperoleh jati dirinya Sistem Peradilan Pidana Anak, maka

untuk menjadi manusia yang mandiri, anak yang dijatuhi pidana penjara

bertanggung jawab, dan berguna bagi tersebut yakni wajib ditempatkan di

diri, keluarga, masyarakat, Bangsa dan lembaga 26 pembinaan khusus anak Negara.

(LPKA), karena lembaga khusus ini Secara teoritis kecenderungan adalah bersifat lex specialis agar anak

hakim yang selalu menjatuhkan pidana

dalam menjalani masa pemidanaan penjara kepada anak dapat dipersoalkan bersesuaian dengan kepentingan terbaik

adalah pidana, termasuk di dalamnya anak

pidana penjara, pada dasarnya hanyalah kembangnya.

dalam proses

tumbuh-

sebuah alat, yaitu alat untuk mencapai Dalam Undang-Undang No. 3

Apabila Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,

tujuan

pemidanaan.

penggunaan alat itu tidak dapat tidak secara eksplisit mengatur tujuan

memenuhi tujuan yang telah ditentukan, pemidanaan, namun secara umum dapat

maka tidak ada alasan untuk tetap dilihat dalam konsiderannya. Tujuan

menggunakan alat itu. Dalam berbagai yang hendak dicapai adalah upaya

teori terdapat pemahaman, bahwa melindungi dalam rangka menjamin

pidana penjara sebagai alat untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik,

mencapai tujuan pemidanaan masih

25 Bismar Siregar, Bunga Rampai Karangan 26 Nandang Sambas, Pembaharuan Sistem Tersebar Bismar Siregar 1, Rajawali, Jakarta,

Peradilan Anak di Indonesia, Graha Ilmu, Peradilan Anak di Indonesia, Graha Ilmu,

pidana pada akhirnya dijatuhi pidana Selain itu, putusan hakim dapat penjara maka dengan sendirinya ia akan

dilakukan dengan didasarkan pada kembali menjadi anggota masyarakat

Peraturan Kepala Badan Narkotika yang baik dan taat hukum. Justru yang

Nasional (Perka BNN) No. 11 Tahun sering sekali diketahui adalah, bahwa

2014 Tentang Tata Cara Penanganan pidana penjara membawa dampak

Tersangka Dan/Atau Terdakwa Pecandu negatif yang sangat merugikan bagi

Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan terpidana, khususnya terpidana anak. 27 Narkotika Ke

Lembaga Dalam teori treatment (teori

Dalam

Rehabilitasi yaitu dengan meminta pembinaan/perawatan).

dengan sebagai

rekomendasi Tim Asesmen Terpadu dikemukakan oleh aliran positif yang

tujuan

pemidanaan

yang telah dibentuk di setiap provinsi berpendapat bahwa pemidanaan sangat

daan kabupaten/kota.

pantas diarahkan kepada pelaku Begitu juga dalam Pasal 60 ayat kejahatan, bukan pada perbuatannya.

(3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012

Namun pemidanaan dimaksudkan oleh tentang Sistem Peradilan Pidana Anak aliran ini untuk memberi tindakan

disebutkan bahwa Hakim wajib perawatan (treatment) dan perbaikan

mempertimbangkan laporan penelitian (rehabilitation)

Pembimbing kejahatan sebagai pengganti dari

kepada

pelaku

kemasyarakatan dari

Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan penghukuman. Aliran ini beralaskan

putusan perkara. Salah satu unsur paham determinisme yang menyatakan

penting dalam peradilan pidana anak bahwa seseorang melakukan kejahatan

adalah Probation Officer yang di bukan berdasarkan kehendaknya karena

Indonesia dilakukan oleh BISPA manusia tidak mempunyai kehendak

Pemasyarakatan dan bebas dan dibatasi oleh berbagai faktor,

(Bimbingan

Pengentasan Anak) yang bertugas menyelidiki latar belakang sosial dan

28 Marlina, Hukum Penitensiere, PT Refika

27 Kusno Adi, op.cit, hal. 89 27 Kusno Adi, op.cit, hal. 89

Pada kenyataannya pertimbangan permohonan tertulis kepada Tim yang terdapat pada pasal-pasal dan

Asesmen Terpadu (TAT) untuk peraturan perundang-undangan dan

dilakukan asesmen paling lama 2 x 24 hasil penelitian kemasyarakatan yang

(dua kali dua puluh empat jam), dilakukan oleh Bapas sering tidak

sedangkan TAT melakukan asesmen digunakan

maksimal 2 x 24 jam (dua kali dua memutuskan perkara anak pelaku tindak

puluh empat jam) sejak diterimanya pidana penyalahgunaan narkoba. Hal ini

berkas permohonan dari penyidik. dapat diketahui dari data Bapas yang

Mengenai jumlah TAT minimal salah satunya diperoleh dari Bapas

dua tim atau lebih dengan anggota tim Kelas I Jakarta Selatan yang

tergantung dari menunjukkan bahwa hanya sedikit

yang

berbeda,

banyaknya beban kerja. Keanggotaan saran

Bapas untuk Rehabilitasi TAT terdiri dari Tim Dokter dan Tim dipertimbangkan pada kasus anak

Hukum penyalahgunaan narkoba.

beranggotakan masing-masing satu

Walaupun tim asesmen terpadu orang terdiri dari unsur Polri yang telah

ditunjuk oleh Dir IV Narkoba di tingkat terimplementasikan dengan baik. Hal

pusat, Dir Narkoba Polda/ Kasat ini

Narkoba Polres di tingkat Provinsi/ koordinasi dari berbagai pihak terkait

Kabupaten/ Kota, unsur BNN yang dalam menangani kasus yang berkaitan

ditunjuk oleh Deputi Pemberantasan/ dengan anak pelaku tindak pidana

Kepala BNNP/K/Kab, Jaksa yang penyalahgunaan narkoba. Padahal Tim

ditunjuk dari Kejaksaan RI di tingkat Asesmen Terpadu dapat dilakukan sejak

pusat, Kejaksaaan Tinggi/ Negeri di proses penyidikan. Adapun proses yang

tingkat Provinsi/ Kabupaten/Kota dan perlu dilakukan sebagaimana tertuang

Kemenkumham (BAPAS) apabila dalam

Peraturan Kepala Badan

tersangkanya anak.

Dalam Perka BNN No. 11 Tahun

Sunaryo, Perlindungan Hukum atas Hak Asasi Manusia bagi Anak dalam Proses

2014 ada beberapa tugas dan wewenang

Peradilan Pidana, Jurnal Dinamika Hukum,

tim hukum, antara lain, pertama, tim hukum, antara lain, pertama,

35 Tahun 1999, Surat Edaran kriminalitas; kedua, telaahan atas berita

Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2010, acara pemeriksaan tersangka yang

dan Surat Edaran Jaksa Agung No. SE- terkait dengan perkara lainnya; dan

juga ketiga, telaahan atas pasal-pasal

002/A/JA/02/2013,

tetapi

mentelaah perundang-undangan lainnya Undang-Undang No. 35 Tahun 1999

yang terkait dengan anak, baik tentang Narkotika, Surat Edaran

instrumen hukum nasional maupun Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2010

instrumen hukum internasional, seperti tentang Penempatan Penyalahguna

Undang-Undang Perlindungan Anak, Narkotika

Undang-Undang Sistem Peradilan Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi

ke dalam

Lembaga

Pidana Anak, dan Konvensi Hak Anak. Sosial, dan Surat Edaran Jaksa Agung

Dengan adanya TAT tersebut No. SE-002/A/JA/02/2013 tentang

prosedur Penempatan Korban Penyalahguna

seharusnya

memang

penanganan anak pelaku tindak pidana Narkotika ke Lembaga Rehabilitasi

narkoba dapat terurai secara jelas. Akan Medis dan Rehabilitasi Sosial.

tetapi implementasi dilapangan, adanya Tugas dan wewenang tim hukum

TAT sering tidak dipergunakan. Hal ini

yang ketiga, pada penanganan anak dapat terlihat pada beberapa kasus yang sebagai tersangka dan/atau terdakwa

ditemui di lokus penelitian. Dalam pecandu

kasus tersebut, pihak yang menangani penyalahgunaan narkotika berbeda

kasus dalam proses peradilan sering dengan penanganan orang dewasa,

melakukan diversi pada anak pelaku karena penanganan anak bersifat lebih

tindak pidana penyalahgunaan narkoba khusus (lex specialis) yang mana ada

yang menurut mereka telah sesuai perangkat hukum yang mengatur

Sistem khusus tentang anak, dan juga hasil

dengan

Undang-Undang

Peradilan Pidana Anak. Bila dicermati, telaahan lebih komprehensif.

Undang-Undang Sistem Peradilan Anak Oleh karena itu, tim hukum tidak

sebagaimana saja mentelaah ketiga produk hukum

belum

diterapkan

mestinya. Hal ini dikarenakan sebagian sebagaimana amanat Peraturan Kepala

tanpa Badan Narkotika Nasional No. 11

pelaku Tahun 2014, yaitu Undang-Undang No.