07. portofolio yun yun asep k

  Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat

  

MANAJEMEN KUALITAS PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

DI JAWA BARAT

Yun Yun

u_yun13@yahoo.com

  

Asep Kurniawan

asepkurniawan2010@gmail.com

Abstrak

  Penerapan Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) menjadi peluang dan ancaman bagi UKM di Jawa Barat dalam bersaing. Penting untuk menjaga kualitas organisasi dan produk untuk senantias dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat. UKM harus dapat memperoleh dan menjaga kualitas dari produk dan organisasi agar senantiasa produk yang di produksi dapat di manfaatkan oleh konsumen secara berkesinambungan. Manajemen kualitas harus dimiliki oleh UKM di Jawa Barat agar dapat bertahan dan meningkatkan kapasitas dari UKM yang ada di Jawa Barat. Tujuan dari tulisan ini untuk mengidentifikasi manajemen kualitas yang harus dimiliki UKM di Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan analisis kualitatif dengan memanfaatkan data sekunder dari beberapa jurnal dan data penelitian. Hasilnya bahwa perlu ada sinergitas dari pihak-pihak yang dapat membantu UKM dalam mengembangkan manajemen kualitas. Pihak tersebut diantaranya Pemerintah, Perguruan tinggi, Pemasok, konsumen dan asosiasi UKM.

  Kata Kunci : MEA, Manajemen Kualitas, UKM di Jawa Barat

I. LATAR BELAKANG

  Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan segera dimulai memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pelaku ekonomi di Kawasan ASEAN khususnya Indonesia. Indonesia dengan populasi penduduk terbanyak akan menjadi tempat bagi para usahawan di ASEAN untuk memasarkan produknya di Indonesia. Hal tersebut mejadi tantangan bagi pelaku usaha lokal untuk meningkatkan daya saingnya sehingga tetap dapat memenangkan persaingan di pasar ASEAN khusunya Indonesia.

  Dalam meningkatakan daya saing usaha, salah satu yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas dari produk yang diproduksi. Kualitas sangat penting guna menjaga konsumen agar senantiasa mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Hal tersebut harus memacu pelaku usaha di Indonesia agar selalu memperhatikan kualitas dari produk yang diproduksinya.

  Pengendalian kualitas sangat penting karena konsumen akan loyal jika perusahaan memberikan kualitas produk yang standar, sehingga konsumen tidak akan Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93 ragu akan kualitas produk yang dikonsumsinya. Selain itu pengendalian kualitas akan memberikan kepastian bagi pelaku usaha akan produk yang dipasarkan akan memiliki kualitas yang standar, sehingga memudahkan dalam mengembangkan dari pada produk.

  Data BPS dan Kementerian dari seluruh kelas usaha menunjukkan bahwa usaha skala kecil di Indonesia menempati porsi sekitar 99%, artinya hampir seluruh usaha di Indonesia merupakan usaha kecil, dan hanya 1% saja usaha menengah dan besar. ( http://www.tataruangindonesia.com ).

  Saat ini impor barang dan jasa sebesar 18,21% untuk Jawa Barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor barang jasa yang hanya sebesar 15,40%. Sehingga dengan perlu usaha yang lebih baik agar komposisi ekspor impor Jawa Barat dapat lebih baik. Karena dengan pemberlakuan MEA, arus barang dan jasa untuk anggota ASEAN akan semakin mudah.

  Kualitas menjadi bagian penting bagi UKM untuk memenangkan persaingan di pasar seperti yang disampaikan oleh (Taddese and Osada dalam Kachba, et al, (2012)Quality is an essential factor for the competitiveness of SMEs and the pursuit

  

for total quality leads companies to improve their processes and products, and

consequently make them become competitive in the market they serve. However,

presenting a culture focused on a participatory and quality oriented management aimed

at the customer is an arduous and difficult task to achieve, particularly in SMEs

  Salah satu usaha yang penting untuk melakukan pengendalian kualitas yaitu Usaha kecil menengah (UKM) di Jawa Barat. UKM di Jawa Barat penting menjaga kualitas dari produknya karena persaingan yang semakin ketat di dunia bisnis saat ini.

  Berikut data UKM dan Besar di Jawa Barat.

  

Tabel Jumlah Unit Industri Kecil Menengah dan Besar di Jawa Barat, 2009 - 2012

UNIT TENAGA TAHUN

INVESTASI PERTUMBUHAN USAHA KERJA

  2009 198.478 2.280.375 6.040.433,20 2010 203.060 4.216.671 130.681.582,73 2063% 203.312 4.221.285 212.529.635,83

  2011 63%

  203.419 4.221.393 213.076.638,83 2012

  0%

  Sumber : jabar.bps.go.id

  Dari data di atas, pertumbuhan yang tinggi dari tahun 2009-2010, tetapi dari tahun 2011–212 pertumbuhan relatif stagnan. Sehingga menjadi masalah dengan tingkat pertumbuhan investasi relatif kecil. Data tersebut menunjukan bahwa semakin sulit para pengusaha usaha kecil dan menengah untuk dapat bersaing di pasar. Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya para pengusaha UKM untuk dapat menjaga kualitas produk yang dibuat.

  Kualitas menjadi faktor penting bagi UKM Jawa Barat menghadapi MEA. Dengan kualitas yang baik, bukan hanya dapat mempertahankan pasar lokal, tetapi dapat juga memperluas pasar produknya ke kawasan ASEAN karena berkurangnya hambatan di antara negara-negara ASEAN.

  Kualitas yang tidak konsisten menjadi kendala utama pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) persaingan di pasar terutama menghadapi produk impor. Hal ini menyebabkan konsumen sulit untuk loyal dalam mengkonsumsi produk dari UKM. Hal Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat ini disebabkan kurangnya kemampuan dalam mengendalikan kualitas produk karena keterbatasan yang dimiliki oleh pengusahaan UKM. Seperti sulit memperoleh bahan baku dengan kualitas yang standar menyebabkan produk yang dihasilkan pengusaha UKM memiliki kualitas yang tidak standar.

  Salah satu masalah dari UKM di Jawa Barat yaitu bagaimana membuat produk yang sesuai dengan keinginan pasar, karena sebagian besar produk UKM yang dibuat didasarkan atas kemampuan dari pengusaha untuk membuat produk, bukan didasarkan atas kebutuhan pasar. Sehingga seringkali produk yang dibuat kurang sesuai dengan keinginan pasar. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan manajemen dari UKM untuk merespon pasar. Sehingga manajemen kualitas dari UKM harus diperbaiki agar dapat menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan produk lain dipasar.

  Selain itu UKM di Jawa Barat masih cenderung lemah dalam pengelolaan manajerial bisnisnya. Sehingga dalam pengembangan dan peningkatan bisnis sangat lamban. Pelaku UKM cenderung hanya memiliki kemampuan teknis dalam membuat produk, sedangkan dalam mengeloa manajerial mulai dari pengelolaan keuangan, pemasaran serta sumber daya manusia cenderung masih sangat lemah sehingga rentan sekali untuk gulung tikar.

  Berdasarkan data yang ada UKM, 40% diantaranya kritiskarena pasar bebas. Persaingan dengan produk luar, khususnya Cina, menyebabkan secara bertahapUMKM kita mulai berkurang. Selain itu, Regulasi yang mengatur persaingan usaha punbelum mampu menghentikan eskpansi pemodal kuat terhadap pasar-pasar tradisional UKM. Sehingga sangat sulit UKM untuk tetap dapat bertahan (Indrawan,2013).

  Dari masalah pada latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengidentifikasi Aspek manajemen kualitas pada UKM di Jawa Barat.

  2. Model Manajemen Kualitas yang dikembangkan untuk UKM di Jawa Barat.

II. LANDASAN TEORI

  Ketika istilah kualitas digunakan, kita biasanya berfikir tentang sebuah produk yang sangat baik atau layanan jasa yang memenuhi atau melebihi harapan kita. Harapan didasarkan pada tujuan pengunaan dan harga jual. Harapan dari seorang konsumen terhadap kinerja suatu produk cenderung berbeda. Kualitas didasarkan atas pada persepsi seorang konsumen, ketika kualitas melebihi harapan konsumen maka konsumen mempertimbangkan kualitas tersebut.

  Menurut Besterfield, (2010)Kualitas dapat diukur sebagai berikut: ܲ

  ܳ = ܧ

  Dimana : Q = kualitas P = Kinerja E = Harapan

  Jika Q lebih besar dari 1,0, sehingga pelanggan memiliki perasaan yang baik tentang produk atau jasa tersebut. Tentu saja, penentuan dari kinerja (P) dan harapan (E) sebagian besar didasarkan pada persepsi, sehingga organisasi menentukan kinerja dan Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93 pelanggan menentukan harapan. Harapan pelanggan merupakan tuntutan yang di inginkan secara keberlanjutan.

  Dari penjelasan di atas, secara kuantitatif, kualitas merupakan kinerja di bagi dengan harapan. Produk dikatakan berkualitas jika kinerja lebih tinggi dari harapan. Suatu produk belum dikatakan berkualitas jika belum mampu melebihi harapan dari pelanggannya.

  Beberapa peneliti mendefisikan kualitas sebagai berikut : Menurut The American Society for Quality (ASQ) dalam Besterfiled (2010) : “Quality as a

  

subjective term for which each person or sector has its own definition. In technical

usage, quality can have two meanings : the characteristics of a product or service that

bear on its ability to satisfy stated or implied needs, or a product or service that is free

of defeciencies”.

  Definisi lainya dari kualitas disampaikan ISO 9000:2000, dalam Besterfield, (2010).

  “It is defined there as the degree to which a set inherent characteristics fulfills requirements. Degree means that quality can be used with adjectives such as poor, good, and excellent. Inherent is defined as existing in someting, especially as a permanent characteristic. Characteristics can be quantitative or qualitative. Requirement is a need or expectation that is stated; generally implied by the organization, its customers and other interested parties; or obligatory”.

  Menurut Goetsch dan Davis (2010)Quality is a dynamic state assosiated with

  

product, services, people, processes and environments that meets or exceeds

expectations and helps produce superior value.

  Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan keseluruhan dari karakteristik produk dalam memenuhi harapan pelanggan, kualitas lebih bersifat subjektif, karena setiap pelanggan cenderung memiliki harapan yang berbeda terhadap suatu produk.

  Quality Management

  Quality management didefinisikan Wessel and Burcher dalam Fening, 2012, “quality management in general deals with permanently redirecting a company’s macro

  

and micro operations towards the needs of internal and external customers. Disini dari

  pandangan Wessel dan Burcher mengenai manajemen kualitas, saya dapat menjelaskan bahwa manajemen kualitas kesepakatan umum baik operasi makro maupun mikro agar dapat memenuhi pelanggan internal dan eksternal. Artinya bahwa kualitas dapat dicapai dengan memenuhi harapan pelanggan internal yaitu rekan kerja dan atasan, dengan memenuhi standar kualitas dari rekan dan atasan maka produk yang dihasilkan dapat memenuhi harapan pelanggan eksternal baik itu pelanggan bisnis, maupun pelanggan akhir.

  Tena, et al Quality Management is considered an important inter-functional

  

competency capable of generating a set of routines and some performance standards

within the organisation.

  QM is a holistic management philosophy that fosters all functions of an organization through continuing improvement and organizational change (Kaynak and Hartley, dalam Kim, et al, 2012). Manajemen kualitas menjadi filosopi melalui Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat keseluruhan fungsi dari sebuah organisasi melalui perbaikan yang berkesinambungan dan perubahaan organisasi.

  Menurut Flynn, et al (1994) Quality management is defined as an integrated approach to achieving and sustaining high quality output, focusing on the maintenance

  

and continuous improvement of processes and defect prevention at all levels and in all

functions of the organization, in order to meet or exceed customer expectations.

  Manajemen kualitas harus dapat memperoleh pencapaian yang tinggi pada produk yang dihasilkan dengan pemeliharaan dan perbaikan yang berkelanjutan dari proses sera mendeteksi sebelumnya dari semua level disemua fungsi organisasi dalam memenuhi pesanan pelanggan atau memenuhi ekspektasi pelanggan. pendapat Flynn tersebut menitik beratkan pada pencapaian kualitas produk guna memenuhi ekspektasi pelanggan.

  Dalam beberapa studi, manajemen kualitas mengacu pada manajemen kualitas total. Dimana Daft dalam Fening, 2012. Mendefinisikan “Total Quality Management

  

(TQM) as a concept that focuses on managing the total organization to deliver quality

to customers and identifies employee involvement, focus on the customer, benchmarking

and continuous improvement as the four significant elements of the concept”.

  Penjelasan tersebut menjelaskan bagaimana organisasi menyampaikan kualitas kepada pelanggan serta mengidetifikasi bagaimana keterlibatan karyawan, fokus pelanggan serta studi banding selain itu perlu dilakukan perbaikan berkelanjutan yang menjadikan elemen dari konsep tersebut.

  Definisi diatas menyatakan bahwa kualitas total merupakan sebuah pendekatan dalam menjalankan bisnis dengan berusaha memaksimalkan daya saing dari sebuah organisasi melalui perbaikan berkelanjutan dari kualitas produk, layanan, orang, proses dan lingkungan.

  Sedangkan menurut Daniel dan Amrik (2006), “TQM a philosopy of

  

management that is driven by the constant attainment of customer satisfaction through

the continous improvement of all organization process ”.

  Penjelasan tersebut menerangkan bahwa TQM sebagai sebuahfalsafahmanajemenyang didorong olehpencapaian dari kepuasan pelanggan secara konstanmelalui perbaikanterus-menerusdarisemuaproses pada organisasi. Sehingga pencapaian dari penerapan total quality management berujung pada kepuasan pelanggan dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

  TQM menjadi sebuah pendekatan yang dapat digunakan dalam organisasi bisnis saat ini. Penerapan TQM digunakan untuk mengoptimalkan daya saing dari organisasi serta perbaikan/peningkatan berkelanjuatan dari organisasi. Selain itu Besterfield, 2009, menyatakan bahwa total quality management (TQM) is an enhancement to the

  

traditional way of doing bussiness. It is proven technique to guarantee survival in word

class competition. Only by the changing the actions of management will the culture and

actions of an entire organization be transformed. TQM is for the most part common

sense .

  Definisi tersebut menjelaskan bahwa TQM sebagai sebuah peningkatan dari cara tradisional dalam menjalankan bisnis. Hal initerbukti TQM sebagaiteknikuntuk menjaminkelangsungan hidupdalam kompetisitingakt dunia (global). Hanyadenganmengubahtindakanmanajemenakanbudayadan tindakanseluruhorganisasiakanberubah. Sebagian besar dalam TQM masuk akal. Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93

  TQM is accepted as holistic management approach that helps the organization

in integrating all organizational functions to focus on meeting customer requirement

and organizational goals and objectives through improvement in quality productivity

and competiveness (Pfau, dalam Irfan and Kee, 2013)

  Penjelasan diatas menjelaskan bahwa TQM sebagai pendekatan manajemenholistikyang membantuorganisasidalam mengintegrasikansemua fungsiorganisasiuntuk fokuspada pemenuhankebutuhan pelanggandan tujuan serta sasaran organisasi melaluipeningkatan produktivitasdandaya saing. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Total Quality Manajemen sebagai sebuah proses dari perbaikan yang berkelanjutan dari kualitas sehingga dapat neningkatkan daya saing organisasi serta mampu memberikan kepuasan bagi pelanggan.

  Tujuan dari TQM yaitu menyediakan produk berkualitas kepada pelanggan, yang akan meningkatkan produktivitas dan biaya yang lebih rendah. Dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih rendah, posisi daya saing di pasar akan meningkat (Besterfield, 2009).

  Prinsip Quality Management

  Beberapa model manajemen kualitas seperti Malcolm Baldrige National Quality Awards (MBNQA), European Foundation for Quality Management (EFQM), Australian Quality Award (AQA), and the British Quality Foundation (BQF) semua mengidentifikasi variabel dari manajemen kualitas yaitu Kepemimpinan, pegawai (HR), customer focus, dan proses Manajemen kualitas yaitu konsep

  At its core, TQM is based on three fundamental principles learning (Evans

:

&Lindsay, dalam Leavengood, et al, 2014).

  1. Focus on customers and stakeholders;

  2. Participation and teamwork by everyone in the organisation; and

  3. A process focus supported by continuous improvement and

  Komponen Total Kualitas memiliki sebelas element kritis diantaranya (Goetsch dan Davis, 2010)

  1. Berbasis strategis. Organisasi yang menerapkan total kualitas memiliki perencanaan strategis yang komperhensif berisi :visi, misi, sasaran luas dan aktivitas yang harus dilengkapi untuk mencapai tujuan.

  2. Fokus pelanggan. Dalam aturan kualitas total, pelanggan merupalan pengendali.

  Hal ini diterapkan baik untuk pelanggan eksternal maupun internal. Pelanggan eksternal mendefinisikan mutu produk atau jasa yang dikirimkan.

  3. Obsesi dengan kualitas. Pada organisasi yang menerapkan total kualitas, pelanggan internal dan eksternal mendefinisikan kualitas.dengan definisi kualitas tersebut, organisasi kemudian harus menjadi terobsesi dengan penterjemahan definisi tersebut

  4. Pendekatan Ilmiah. Pengkritik kualitas total seringkali menganggap bahwa kualitas total hanyalah merupakan “mushy people stuff”. Walaupun benarbahwa skill karyawan, keterlibatan dan pemberdayaan penting dalam aturan kualitas total. Mereka mewakili sebagian persamaannya. Bagian lainnya yaitu pendekatan ilmiah dalam penataan pekerjaan dan dalam pengambilan keputusan serta

  Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat penyelesaian masalah dalam pekerjaan. Sehingga diperlukan benchmarking, monitoring kinerja dan pembuatan perbaikan.

  5. Komitmen jangka panjang. Organisasi yang mengimplementasikan inovasi manajemen setelah mengadiri seminar jangka pendek seringkali gagal pada percobaan pertama dalam pengadopsian pendekatan kualitas total. Mereka hanya memandang bahwa total kualitas sebagai inovasi manajemen lain ketimbang cara baru yang menyeluruh dalam menjalankan organisasi. Perlu komitmen jangka panjang dalam implementasi total kualitas agar berhasil.

  6. Team Work. Pada organisasi yang dilkelola secara tradisional, upaya kompetitif terbaik sering terjadi pada departemen dalam organisasi.

  7. Perbaikan proses terus-menerus. Pengembangan produk dan jasa secara terus menerus yang merupakan tujuan mendasar dalam kualitas total.

  8. Pelatihan dan Pendidikan. Pelatihan dan pendidikan merupakan cara mendasar dalam total kualitas, karena itu merupakan cara terbaik meningkatkan kemampuan karyawan secara terus-menerus.

  9. Kebebasan melalui pengendalian. Dalam kualitas total secara nyata dihasilkan pengendalian yang terencana dan dilakukan secara baik. Pengendalian yang menggunakan metode ilmiah mengasilkan kebebasan dan pemberdayaan karyawan untuk memecahkan masalah dalam lingkup kendali mereka.

  10. Kesatuan tujuan. Dalam mengaplikasikan total kualitas, organisasi harus memiliki kesatuan tujuan. Sehingga harus ada kolaborasi dalam anggota organisasi.

  11. Pemberdayaan dan pelibatan karyawan. Dasar dari pelibatan karyawan ada dua, pertama, hal ini memungkinkan keputusan yang baik perencanaan yang lebih baik atau keputusan yang lebih efektif dalam menghadapi suatu situasi.kedua, hal ini akan meningkatkan rasa memiliki terhadap keputusan yang diambil dan diimplementasikan.

  Dasar dalam mengukur manajemen kualitas berbeda-beda, yang disebabkan TQM memiliki banyak model. Konsep dasar lain yang menjelaskan TQM disampaikan oleh Besterfield, 2010.Yaitu :

  1. Berkomitmen dan manajemen terlibat dalam menyediakan bantuan jangka panjang organisasi dari atas ke organisasi bawah.

  2. Fokus berimbang pada kedua pelanggan, pelangan internal dan eksternal

  3. Terlibat secara efektif dan pemanfaatan seluruh angkatan kerja

  4. Perbaikan berkelanjutan dari bisnis dan proses produksi

  5. Menjadikan pemasok sebagai partner 6. Tindakan membangun kinerja untuk proses.

  Kunci sukses dari TQM didasarkan atas elemen/dimensi yang menjadi tolak ukur untuk menilai keberhasilan sebuah proses dari TQM. Beberapa peneliti memiliki perbedaan dan persamaan dalam mengukur TQM. Seperti yang dikemukakan oleh Montes et al, Salaheldin, (2008) synthesized and induced their works to classify five

  

generic constructs: (1) managerial leadership and commitment; (2) human resources

management; (3) the relationship between customers and suppliers; (4) internal

organizational culture; and (5) process management. Subsequent studies have relied on these works to assessTQMprogram effectiveness. Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93

  Leadership/ Kepemimpinan

  Pengelola dalam hal ini pengambil keputusan harus dapat menjaga tujuan membangun kualitas serta strategi yang dapat diterapka. Kepemimpinan penting dalam pengambilan keputusan dari sebuah organisasi. seperti yang disampaikan Sarapah dalam Kim, 2012 Management leadership refers to the extent to which top management

  

establishes quality goals and strategies, allocates resources, participates in quality

improvement efforts, and evaluates quality performance .

  Selain itu menurut Kim, 2012 Most empiricalstudies on QM provide a common

  

view that management leadership is a starting point and significantly related to other

QM practices . Pengelolaan kepempinan penting dalam mengelola manajemen kualitas

  lainya sehingga kepemimpinan memiliki poin penting dalam menunjang manajemen kualitas sebuah organisasi

  Human Resources Management

  Manajemen sumber daya manusia penting terutama dalam pemberian pelatihan dan memberikan pengaruh dan keterlibatan pegawai pada organisasasi. Seperti yang disampaikan kaira dan Assari (2006). the training and education of employees have a

  

significant positive effect on job involvement, job satisfaction and organizational

commitment .

  Pegawai harus mampu memahami konsep dari kualitas, mulai dari memiliki kemampuan (penanganan alat kualitas dan teknik), atitude, mengetahui pengaplikasian standar dan filosofi dari perbaikan berkelanjutan. Seperti yang disampaikan assari, (2006) Employees must be enabled to get knowledge about quality concepts,

  

incorporate skills (handling of quality tools and techniques), attitudes (active listening,

cooperation) to be able to apply standards and a philosophy of continuous improvement

in which they can participate.

  Semua pihak dalam organisasi bertanggung jawab dalam berpartisipasi dalam mengelola kualitas, semua pegawai harus memiki tanggung jawab, kualitas mengambil keputusan dan berkualitas untuk dapat menjaga manajemen kualitas. Juga disampaikan Assari, (2006) Employees’ empowerment and participation of soft TQM significantly

  

relate to employees’ attitudes with those perceiving a greater degree of awareness of

soft TQM exhibiting more positive reactions toward job involvement, career satisfaction

and organizational commitment.

  Customer Satisfaction/Customer Relation Hubugnan pelanggan pengting bagi organisasi untuk menjaga kualitas produk.

  Dengan memahami keinginan pelanggan, perusahaan dapat mendesain produk yang sesuai dengan keinginan tersebut mengacu pada Customer relations refer to the extent

  

to which an organization emphasizes understanding customer needs (Ahire and

Ravichandran, 2001 dalam Kim, et al, 2012).

  Seorang konsumen sebagai kunci dalam pengambilan keputusannya yaitu spesifikasi produk yang dibuat. Perusahaan harus memberikan respon yang sesuai dengan kebutuhan konsumen seperti yang disampaikan Zul, et al, 2008 A customer is

  

one of the key decision makers in determining product specifications. A firm can

understand and respond to changing demands by analyzing quality data and building a

solid cooperation with customers. In other words, a close association with customers

  Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat

  

requires a firm to promptly update accurate information about customer demands,

allowing the firm to reduce redesign cost and time, to deliver high quality products, and

to satisfy customers .

  Berdasarkan beberapa penelitian hubungan pelanggan yang positif akan berkontribusi terhadap kualitas data untuk pengembangan perusahaan seperti yang disampaikan Zul, et al 2008 Existing empirical studies have proven that a close relationship with customers positively contributes to quality data .

  Supplier partnership/Supplier Partnership Management

  Manajemn kualitas pemasok mengacu pada keberadaan organisasi dengan beberapa pemasok. Ada hubungan yang saling penting dalam mengelola pemasok mulai dari kualitas, harga dan jumlah dari produk yang akan diproduksi seperti yang disampaikan oleh Kim, et al 2012 Supplier quality management refers to the extent to

  

which an organization depends on fewer suppliers, is interdependent with suppliers,

emphasizes quality rather than price in purchasing policy,and supports suppliers in

product development

  Pengembangan yang solid dengan pemasok yang mampu menyediakan bahan bakuy yang memudahkan perusahaan untuk menjaga kualitas dan pengembangan produk sangat penting. Seperti yang disampaikan oleh Sharma dan Kodali, (2008)

Supplier development is also an important factor for TQM implementation and success.

  

Pengembangan pemasok merupakan hal penting dalam mengelola manajemen kualitas

total.

  Hubungan jangka panjang dengan pemasok perlu dijaga dikarenakan beberapa produk memiliki spesifikasi tertentu sehingga sulit untuk mengganti pemasok selain itu dengan adanya pemasok yang berkualitas, menjadi keuntungan dari organisasi .

  

Therefore, the importance of long-term relationships with suppliers needs to be

established. Many product/process quality problems have their source in defective

incoming supplies. The relationship with suppliers is a major component in attaining

competitive advantage (Flynn et al., 1994).

  Quality data and Reporting

  Organisasi membutukan data yang akurat untuk meramalkan permintaan dimasa mendatang dari sebuh produk, data penting apakah organisasi akan tetap produksi barang yang sama, menambah manfaat barang atau berhenti memproduksi. Keputusan tersebut perlu kualitas data yang baik agar tidak terjadi kesalahan pengambilan keputusan. Seperti yang di sampaikan Lillrank, 2003 Quality data and reporting.

  

Quality data and reporting means use of quality of cost data, feedback of quality data to

employees and managers for problem solving, timely quality measurement, evaluation

of managers and employees based on quality performance and availability of quality

data. The use of quality data and reporting systems such as statistical process control,

display of performance and ERP-enabled continuous organizational improvements Process management

  Proses manajemen mengacu pada bagaimana organisasi di desain. Process

  

management. Process management is choosing a proper organization design (Gonzalez

  and Guillen, 2002). Manajemen proses dapat membantu dalam peningkatan manajemen Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93 kualitas dengan menggunakan berbagai alat seperti SPC. Seperti yang disampaikan oleh Sharma dan Kodali (2008) Process management can help quality improvement by use of

  

statistical process control, selective automation, foolproof process design, preventive

maintenance, employees self-inspection and automated testing . Mengacu pada to

  Sharma and Kodali (2008), the process management factor is given a lot of attention by

  

management through the use of various tools and techniques such as SPC, ISO 9001,

Taguchi techniques, resources management and total productive maintenance.

  Manajemen proses fokus dalam pencapaian tujuan organisasi melalui proses produksi dan penyampaian proses tersebut seperti yang disampaikan Brah dan Lim (2006) stressed that process management should focus on the processes of the

  

organization to achieve its objectives such as innovation, production and delivery

processes.

  Product/service design.

  Desain dari produk sangat penting agar konsumen mudah mengenali produk yang dibuatmengacu pada Gotzamani et al. (2006), product design relates to the clarity

  

of products and process specifications, the totality of new product tests and inspections

before entering the market .

  Sedangkan mengacu Motwani (2001) observed that organizations when

  

planning for the product design processes should fully understand the customer product

and service requirements, emphasize fitness of use, involve all affected departments in

the design reviews and avoid frequent redesigns . Organsasi harus merencanakan produk

dengan tepat sehingga keseluruha aspek produk dapat dipahami oleh konsumen.

  Perusahaan harus secara berkala melakukan redisain agar konsumen selalu mendapat hal baru dari produk yang dibuat.

  Product quality.

  Kualitas produk haruslah terbebas dari kegagalan baik dalam proses produksi maupun fungsi dari produk yang dibuat seperti yang disampaikan Kim, et al 2012

  

Product quality means that the product should be free from any manufacturing and

functional defects. It should have good aesthetics and ultimately lead to customer

satisfaction . Selain itu mengacu pada Prajo, 2005, TQM significantly promotes product

quality improvement in terms of reliability, performance, duration and conformance to

requirements. Juga diperkuat oleh Ehigieand McAndrew (2005) argue that for effective

TQM implementation, all employees should have access to quality control data and be

encouraged to act on problems related to product quality.

III. METODE PENELITIAN

  Metode yang dikembangkan untuk menjawab permasalah yang terjadi yaitu dengan analisis deskptif dari variabel manajemen kualitas. Penalitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan di bantu dengan data berupa data sekunder yang diperoleh melalui berbagai situs terpercaya dan jurnal-jurnal yang mendukung penelitian ini. Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat

IV. PEMBAHASAN Manajemen Kualitas pada UKM di Jawa Barat

  Manajemen kualitas penting bagi UKM di Jawa Barat, dalam manajemen kualitas perlu diperhatikan Kepemimpinan, manajemen sumber daya manusia, hubungan dengan pelanggan, kualitas data dan pelaporan, manajemen proses, produk desain, serta kualitas produk.

  Kepemimpinan pada UKM di Jawa Barat

  UKM di Jawa Barat sebagian besar dijalankan oleh seorang pemilik yang memiliki peran dalam berbagai bidang mulai dari operasi, pengelolaan sumber daya manusia, manajer keuangan serta pemasaran, pemilik sehingga ruang gerak dalam dalam memimpin menjadi terbatas karena terlalu banyak terlibat dalam hal teknis/operasional. Hal yang dapat dilakukan adalah membentuk partner kerja yang yang fokus pada salah satu bidang manajemen sehingga pemilik sekaligus pengambil keputusan dapat lebih fokus ke hal yang bersifat strategis.

  Manajemen sumber daya manusia

  Hal yang paling mendasar dari kurang berkembangnya UKM yaitu rendahnya kemampuan pegawai, disebabkan tingkat pendidikan yang bekerja di sektor UKM memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Selain itu, lulusan perguran tinggi di Jawa Barat cenderung untuk bekerja di perusahaan yang besar.

  Hubungan dengan Pelanggan.

  UKM di Jawa Barat harus dapat lebih kooperatif dengan pelanggan. dengan adanya hubungan yang baik dengan pelanggan, peramalan permintaan akan produk dapat lebih baik dilalkukan karena informasi yang diterima langsung dari pelanggan secara akurat dapat diperoleh oleh UKM di Jawa Barat.

  UKM di Jawa Barat harus dapat memahami dan merespon perubahan permintaan dengan menganalisis data yang berkualitas dan membangun kerjasama yang kuat dengan pelanggan. sehingga dapat memperoleh data yang akurat mengenai permintaan pelanggan, sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu untuk mendesain produk ulang untuk mengirimkan produk yang berkualitas kepada pelanggan sehingga dapat memberikan kepuasan pelanggan. Intinya UKM di Jawa Barat dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan adalah satu faktornya dengan memahami informasi- informasi yang diberikan oleh pelanggan secara akurat.

  Kemitraan dengan Pemasok Kemitraan dengan Pemasok merupakan hal penting dari manajemen kualitas.

  UKM memperoleh manfaat yang besar dengan menjalin hubungan yang baik dengan pemasoknya. UKM di Jawa Barat menjalin kemitraan dengan pemasok salah satu tujuannya agar memperoleh kepastian dari pasokan atas bahan baku dengan kualitas yang telah dipahami oleh pemasok.

  Faktor kualitas yang menjadi kelemahan UKM dalam bersaing dapat dikurangi dengan adanya pasokan bahan baku yang sesuai dengan standar, sehingga kemungkinan kualitas produk tidak sesuai dengan standar dapat dikurangi. Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93 Di era MEA, hubungan dengan pemasok akan sangat penting. Hubungan jangka panjang yang dijalin akan memberikan keuntungan dengan saling memahaminya antara pemasok dengan UKM sehingga diharapkan kualitas produk, waktu pengiriman dan harga akan lebih stabil dan kualitas produk yang dihasilkan menjadi lebih baik.

  Kualitas Data dan Pelaporan

  Kualitas data dan Pelaporan dimaksudkan agar UKM memberikan tanggapan didasarkan atas data yang berkualitas kepada pegawai untuk penyelesaian masalah, dengan ukuran waktu yang berkualitas, mengevaluasi dari pegawai didasarkan atas kualitas kinerja dan keberadaan data. Penggunaan data berkualitas dan sistem infomasi dapat menggunakan alat dengan Statistical Process Control yang menggambarkan kinerja dari UKM untuk perbaikan yang berkelanjutan.

  Manajemen Proses

  Manajemen Proses merupakan pilihan dari desain organisasi yang dimaksudkan untuk dapat membantu perbaikan kualitas dari UKM di Jawa Barat dengan memanfaatkan SPC, selective automation, foolproof process design, preventive maintenance, employe self inspection dan automate testing. Manajemen proses dari UKM dimaksudkan agar dapat mencapai tujuan dari UKM dengan melakukan inovasi, produksi dan proses pengiriman.

  UKM di Jawa Barat dapat mengadopsi beberapa teknik dalam manajemen proses seperti SPC, ISO 9001, Taguchi Technique, manajemen sumber daya dan total productive maintenance. Sehingga proses dari pada UMK dapat berjalan lebih efektif dan dapat bersaing untuk memperoleh keunggulan dipasar.

  Desain produk/Jasa pada UKM di Jawa Barat

  Dalam usahnya memberikan kepuasan pelanggan UKM di Jawa Barat harus dapat membuat desian produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. desain produk harus direncanakan dengan sebelumnya memahami kebuthan pelanggan tersebut. Sehingga ketika produk dipasarkan, produk tersebut dapat digunakan oleh pelanggan.

  Masalah di UKM mayoritas tidak memiliki bagian reset produk sehingga kurang memiliki kemampuan untuk melakukan reset produk dengan baik untuk mengasilkan desain produk yang paling disukai oleh pelanggan.UKM di Jawa Barat dapat membuat sampel atas desain baru produk dan menawarkan kepada pasar sasaran untuk mencoba, sehingga dari proses tersebut dapat memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan dari desain produk yang dibuat. Selain itu biaya dalam membuat sampel relatif lebih murah.

  Kualitas Produk pada UKM di Jawa Barat

  Secara teori produk yang berkualitas adalah produk yang terbebas dari kegagalan dari setiap pabrikasi dan fungsinya. UKM harus dapat menarik minat beli konsumen dengan membuat produk yang berkualitas. Manajemen kualitas pada UKM di Jawa Barat harus dapat membuat produk yang berkualitas dengan meningkatkan kualitas baik dari sisi keandalan kinerja, durasi serta kesesuaian dengan permintaan pasar. UKM harus membuat sistem agar mampu memperoleh data dari pelanggan Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat dengan efektif. Dengan data yang akurat maka pelaksanaan dalam penyelesaian masalah dapat dilakukan untuk memperoleh keunggulan produk yang berkualitas.

  Pada dasarnya UKM di Jawa Barat dapat menghasilkan produk yang baik, hanya saja seringkali karena kurangnya data dan informasi mengenai pelanggan sering kali sulit untuk membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. sehingga penting untuk memperoleh data mengenai pasar agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas tersebut.

  Model Manajemen Kualitas pada UKM di Jawa Barat

  Berdasarkan analisis kondisi UKM di Jawa Barat, untuk dapat bersaing di era MEA, maka perlu ada dukungan dari berbagai pihak yang akan mengoptimalkan manajemen kualitas UKMdi Jawa Barat. Berikut Model yang di kembangkan untuk manajemen kualitas pada UKM di Jawa Barat.

  Pemerintah Pemasok :  Program pengembangan UKM di Memberi suport kepada UKM dalam : Jawa Barat  Pengadaan bahan baku berkualitas  Peraturan tentang UKM

   Menjadi mitra UKM  Penyuluhan mengenai manajemen

   Pembagian informasi produk Kualitas  Membangun sistem informasi yang Konsumen : terstruktur Antara Pusat dan daerah Memberi masukan untuk mengenai informasi UKM Pengembangan kualitas UKM

  Manajemen Kualitas  Informasi mengenai :

  UKM di Jawa Barat  Desain produk

   Leadership  Kualitas produk  Pengelolaan SDM

  Perguruan Tinggi :  Hubungan Pelanggan Penelitian dan Pelatihan  Kemitraan dengan

   Penelitian terapan mengenai Asosiasi UKM :

  Pemasok  manajemen Kualitas  Kualitas data dan  Pelatihan pembuatan laporan dan Memberikan berbagai Pelaporan pengumpulan data informasi untuk

   Manajemen Proses  pelatihan pengelolaan SDM pengembangan  Desain Produk  Penelitian teknologi tepat guna manajemen kualitas  Kualitas Produk UKM :

  1. Kualitas

  2. Desain Produk

  3. Sistem pelaporan dan data Gambar Model Pengembangan Manajemen Kualitas UKM di Jawa Barat

  Manajemen kualitas UKM dapat di kembangkan memerlukan berbagai pihak untuk mendorong situasi yang memungkinkan manajemen kualitas pada UKM dapat berjalan dengan baik. Agar dapat berkembang maka penulis gambarkan model Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 77 -93 pengembangan UKM di Jawa Barat pada gambar Model Pengembangan Manajemen Kualitas UKM di Jawa Barat yang dijelaskan sebagai berikut :

  1. Manajemen Kualitas UKM di Jawa Barat agar dapat bersaing dipasar dengan produk asing, maka UKM di Jawa Barat harus memiliki hal berikut, yaitu :

  a. Kepemimpinan : pemilik dan pengelola harus mampu memimpin dalam pengambilan keputusan di UKM sehingga arah organisasi UKM dapat berjalan dengan baik

  b. Pengelolaan SDM : UKM memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas di bidangnya sehingga mampu mendukung perkembangan UKM di Jawa Barat.

  c. Hubungan Pelanggan : UKM harus mampu menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang sesuai dengan keinginan pasar/konsumennya.

  d. Kemitraan dengan pemasok : pemasok harus dapat mendukung UKM dengan memberikan bahan baku yang berkualitas agar tercipta produk yang berkualitas yang dapat memenuhi keinginan pelanggan

  e. Kualitas Data dan Pelaporan : UKM harus dapat memperoleh data yang akurat mengenai kualitas produk sehingga dapat di kembangkan untuk perbaikan kualitas, juga perlu di kembangkan sistem pelaporan yang efektif agar pemilik dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan keadaan.

  f. Manajemen Proses. UKM membangun organisasi yang mampu melakukan proses perbaikan yang berkelanjutan g. Desain Produk. Produk yang di buat harus memiliki desain yang menarik, agar konsumen mau membeli produk UKM h. Kualitas Produk. UKM haru membuat produk yang terstandar sehingga akan memerikan kepercayaan kepada konsumen untuk mengkonsumsi produk

  UKM.

  2. Pemasok Bahan Baku UKM.

  Dalam mengembangkan manajemen kualitas pada UKM, pemasok dapat berkontribusi dalam hal : a. Pengadaan Bahan Baku Produk. Dengan adanya mitra pengadaan bahan baku produk dapat lebih stabil. Sehingga dengan adanya stabilitas pasokan bahan baku dapat menjaga kualitas dan kapasitas produk serta dapat menjaga ketepatan waktu pengiriman produk yang sudah selesai di produksi b. Menjadi Mitra. Perlu adanya mitra jangka panjang yang memudahkan UKM memesan bahan baku, pembayaran dan pengiriman yang saling memahami.

  c. Pembagian Informasi. Perlu ada pembagian informasi mengenai kualitas, karakteristik produk, sehingga pemasok dapat memberikan bahan baku dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan UKM

  3. Konsumen Dalam manajemen kualitas, konsumendapat memberi masukan kepada UKM agar mampu mengembangkan produknya.

  a. Kualitas. konsumen merupakan orang yang memperoleh manfaat dari produk secara langsung sehingga dapat merasakan kualitas dari suatu produk kerajinan dalam memenuhi keinginannya

  Manajemen Kualitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Di Jawa Barat

  b. Desain Produk. konsumen dapat memberikan masukan kepada wirausahawan untuk mengembangkan kemasan agar produk yang dikirim lebih menarik dan lebih aman ketika dikirim kepada pelanggan. Selain itu,ukuran produk harus mempermudah buyer dalam membeli dan menggunakan produk UKM.

  c. Data dan Informasi. UKM harus dapat langsung memperoleh informasi yang berhubungan dengan manajemen kualitas dari produk dan kebutuhan konsumen.

  4. Asosiasi UKM Asosiasi UKM sebagai wadah wirausaha dapat mengembangkan manajemen kualitas dengan memanfaatkan a. Informasi pengembangan pasar lokal dan internasional. Asosiasi UKM dapat memberikan berbagai informasi untuk mengembangkan pasar dan kualitas yang dapat bersaing dengan pasar internasional.

  b. Aktif memberikan masukan kepada UKM. Sebagai wadah para wirausahawan asosiasi harus aktif dalam memberikan masukan dalam pengembangan produk, kualitas, kapasitas dan pemenuhan pesanan c. Masukan kepada pemerintah dalam program yang berhubungan dengan UKM. Bagaimanapun agar program pemerintah tepat sasaran, asosiasi harus aktif dalam memberikan masukan kepada pemerintah karena asosiasi lebih memahami kebutuhan akan UKM.

  5. Perguruan Tinggi Intelektual dalam pengembangan oreintasi kewirausahaan dapat memberikan Pendidikan, Penelitian, pengembangan teknologi tepat guna bagi UKM di Jawa Barat.

  a. Pelatihan bagi UKM untuk peningkatan kualitas manajemen dan produk yang dihasilkan b. Meneliti Keunggulan suatu daerah sehingga UKM daerah tersebut dapat memanfaatkan potensi yang ada.

  c. Pelatihan manajemen Sumber daya manusia. Perlu diberikan pengetahuan dalam mengelola sumber daya manusia agar tenaga kerja yang terampil dapat bertahan untuk bekerja di sektor UKM.

  d. Mengembangkan Teknologi Tepat guna sangat penting agar kualitas semakin baik dan proses produksi semakin cepat.

  6. Pemerintah

  a. Pemerintah dapat memberikan dukungan kepada UKM dengan memuat berbagai aturan yang memudahkan UKM berkembang. Membuat berbagai pameran serta membuat aturan mengenai ekspor dan impor.

  b. Perlu adanya sinergi antara pusat dan daerah dalam membangun peraturan yang memudahkan UKM berkembang.

  c. Bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam melakukan penyuluhan mengenai manajemen kualitas agar UKM dapat memahami pentingnya mengelola kualitas dari produk yang mereka hasilkan.