Makalah Bentuk Negara an Bentuk Pemerint (1)

M A K A LA H
“Bentuk dan Kedaulatan Negara Indonesia dan
Sistem Pemerintahan Indonesia”

NAMA KELOMPOK:
1. CHAIRUNISA MAULIDA FASRI (07)
2. DINDA SULISTIANINGRUM (08)
3. EVA DWI J (09)
4. FIKA ULMI Z.S (10)
5. FRIDA NOVIANTI (11)
6. HILMIA (12)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada ini.
Makalah dengan judul “Bentuk Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan
Indonesia” ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan yang diberikan oleh bapak linear sihotang.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak linear sihotang, selaku

guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta pihak-pihak yang
telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan
kerendahan hati, Penulis memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Jakarta, 27 Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................

i

KATA PENGANTAR..................................................................................

ii

DAFTAR ISI...............................................................................................


A.

iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

1

Latar Belakang.................................................................................

1

B.

Rumusan Masalah............................................................................

2

C.


Tujuan Penulisan..............................................................................

3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................

4

A.

Definisi Negara................................................................................

5

B.

Tujuan Negara..................................................................................

7


C.

Unsur – unsur Negara......................................................................

8

D.

Bentuk Negara dan Bentuk pemerintahan.......................................

10

E.

Sistem Pemerintahan……………………………………………………………………………
17
BAB III PENUTUP....................................................................................

A.


Kesimpulan......................................................................................

B.

Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

20

21

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang
memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan

yang berdaulat, didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan alat (agency) atau

wewenang (authority), yang mengatur persoalan-persoalan bersama, atas nama rakyat.
Maka, bernegara dengan baik menjadi sangat urgen bagi setiap warga negara.
Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa manusia perlu
bernegara. Menurut Plato, pada mulanya manusia hidup sendiri-sendiri. Lantaran tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan teman untuk dapat
memenuhinya. Lantas mereka bergabung dengan manusia lain. Jumlah mereka yang
banyak secara tidak langsung menuntut adanya aturan yang disepakati dan ditaati serta
seorang pemimpin.
Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing agar tidak ada
tumpang tindih satu sama lain. Selain itu mereka juga membutuhkan seseorang yang
memiliki otoritas guna melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu dengan mereka.
Dia juga harus sekaligus mampu menjadi penengah atas semua konflik yang terjadi.
Inilah yang mereka sebut sebagai raja atau kepala Negara. Konklusinya adalah bahwa
manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib dan terjamin keamanannya tanpa
adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam komunitas sekecil apapun diperlukan
adanya pemimpin dan aturan.
Selain dari pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui
bagaimana sebenarnya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia
itu sendiri. Untuk itu dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit mengenai hal tersebut.
B.


Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka Penulis mengambil titik permasalahan mengenai
Bentuk dan Kedaulatan Negara Indonesia dan Sistem Pemerintahan Indonesia.

C.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1.

Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2.

Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai bentuk negara dan
bentuk pemerintahan di Indonesia.

BAB II


PEMBAHASAN
A.

Definisi Negara
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum yaitu untuk memudahkan
anggotanya dalam hal ini adalah rakyat dalam mencapai tujuan bersama atau yang
dicita - citakan. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut
sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat
sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama,
maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu
negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di
Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar. Dalam bentuk modern negara terkait
erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara
yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan rakyat adalah
pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama
sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara
keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara
menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa
bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak

negara memiliki kerajang layanan yang berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara,
atau hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam
Konstitusi maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan zaman atau keinginan
masyarakat, semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan
keputusan

dalam

proses

pembentukan

Undang-Undang

haruslah

dilakukan

secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk terlibat dalam pembuatan

keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam organisasi biasa, akan
ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu negara modern,
orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu
wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu
berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui
oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah
tempat negara itu berada.

Adapun definisi negara dari beberapa pendapat ahli yaitu sebagai berikut :
 Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara
lain serta memiliki kedaulatan.
 Georg Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
 Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul
sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
 Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsanya sendiri.
 Roger H. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan

persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Prof. R. Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia
yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
 Prof. Mr. Soenarko, Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah
tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
 Aristoteles, Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa,
hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan
kehormatan bersama.
Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai
tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara
tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa
secara bersama-sama. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk
republik yang telah diakui oleh dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat,
wilayah darat, laut dan udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang berkuasa.
B.

Tujuan Negara
Sebagai

suatu

organisasi

kekuasaan

dari

kumpulan

orang

–orang

yang

mendiaminya, negara memiliki suatu tujuan yang disepakati bersama. Tujuan suatu
negara bermacam –macam diantaranya:
a.

Memperluas kekuasaan;

b.

Menyelenggarakan ketertiban hukum;

c.

Mencapai kesejahteraan umum.

Adapun tujuan negara dari beberapa pendapat, konsep dan ajaran diantaranya
sebagai berikut :
a.

Dalam konsep dan ajaran Plato, negara bertujuan untuk memajukan kesusilaan
manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial;

b.

Dalam ajaran dan konsep Teokratis Thomas Aquinas dan Agustinus, negara bertujuan
untuk mencapai dan penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat
kepada Tuhan;

c.

Menurut Ibnu Arabi, negara bertujuan untuk menjalankan kebijaksanaan dengan
baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak –pihak asing;

d.

Menurut Ibnu Khaldum, negara bertujuan untuk mengusahakan kemaslahatan agama
dan negara yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Namun tujuan negara dalam konteks negara sebagaimana yang tertuang dalam
pembukaan dan penjelasan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1.

Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju

adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi
dan sosial kemasyarakatan.
2.

Melaksanakan ketertiban. Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang

kondusif dan damani diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh
oleh masyarakat.
3.

Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga

dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar.
4.

Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai

tempat warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.
C.

Unsur –Unsur Negara
Mahfud M.D menyatakan tiga unsur penting dalam suatu negara yaitu rakyat,
wilayah dan pemerintah yang disebutnya sebagai unsur konstitutif. Namun ketiga unsur
tersebut harus ditunjang oleh unsur lain seperti dengan adanya konstitusi dan
pengakuan dari negara lain yang disebut sebagai unsur deklaratif.

Unsur –unsur pokok dalam suatu negara adalah sebagai berikut :
a.

Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan
bersama –sama mendiami suatu wilayah;

b.

Wilayah yaitu unsur terpenting dalam suatu negara sebab tidak mungkin ada negara
tanpa ada batas –batas teritorial yang jelas;

c.

Pemerintah yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi
negara untuk mencapai tujuan didirikannya sebuah negara;

d.

Pengakuan dari negara lain yaitu hanya bersifat menerangkan tentang adanya
negara. Ada dua pengakuan negara yaitu pengakuan de jure dan pengakuande facto.
Mengenai asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah diuraikan
sebagai berikut:

 Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian
diduduki

dan

dikuasai.Misalnya, Liberia yang

diduduki

budak-budak Negro yang

dimerdekakan tahun 1847.
 Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan
perjanjian untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru. Misalnya
terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.
 Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu
perjanjian

tertentu.

Misalnya,

Wilayah Sleeswijk padaPerang

Dunia

I diserahkan

oleh Austria kepada Prusia,(Jerman).
 Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungaiatau dari
dasar Laut (Delta). Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang
sehingga terbentuklah Negara. Misalnya wilayah negaraMesir yang terbentuk dari Delta
Sungai Nil.
 Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahanditinggalkan
begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya.
Contohnya, Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang
dibom oleh Amerika di daerahHiroshima dan Nagasaki.
Banyak pula teori –teori yang ditemukan tentang terbentuknya suatu negara,
diantaranya sebagai berikut :
1.

Theory Social Contract (Kontrak Sosial)

Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara
dibentuk berdasarkan perjanjian –perjanjian masyarakat dalam tradisi masyarakat. Teori
ini

meetakkan

bahwa

negara

tidak

berpotensi

menjadi

negara

tirani,

karena

keberlangsungannya bersandar pada kontrak sosial antara warga dengan lembaga
negara.
 Thomas Hobbes (1588 -1679) menyatakan bahwa kehidupan manusia terpisah dalam
dua zaman yakni keadaan sebelum dan sestelah ada negara. Menurutnya keadaan
alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera tapi sebaliknya akan
menimbulkan suatu keadaan sosial yang kacau tanpa hukum, tanpa pemerintah dan
ikatan sebab dibutuhkan kontrak atau perjanjian antar individu yang tadinya hidup dama
keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak kodrat yang dimilikinya kepada
sebuah badan yang disebut negara;
 John Locke (1632 -1704) menyatakan bahwa unsur pimpinan sangat penting yang
mengatur kehidupan mereka demi menghindari konflik di antara warga negara. Namun
menurutnya penyelenggaraan pimpinan harus dibatasi karena dalam melakukan
perjanjian individu –individu warga negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak –hak
alamiahnya kecuali hak –hak asasi warga negara;
 Jean Jacques Rousseau (1712 -1778) menyatakan bahwa suatu negara bersandar pada
perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu pemerintahan yang
dilakukan oleh suatu organisasi politik. Menurutnya negara dibentuk dari adanya
pemimpin dari organisasi politik ditentukan oleh yang berdaulat dari wakil –wakil warga
negara.
2.

Theory Teokratis (Ketuhanan)
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Doktrin ini memiliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari tuhan. Para raja
mengklaim sebagai wakil tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan kekuasaannya
hanya kepada tuhan bukan kepada manusia. Dalam sejarah tata negara islam ,
pandangan teokratis serupa dengan yang dujalankan oleh negara – negara muslim
sepeninggal nabi muhammad saw.
Paham teokratis islam ini akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai agama
sekaligus kekuasaan. Pandangan berkembang menjadi paham dominan bahwa dalam
islam tidak ada pemisahan antara agama dengan negara. Menurut pandangan modernis

muslim kekuasaan dalam islam harus dipertanggung jawabkan baik kepada allah
maupun kepada rakyat.
3.

Teori Kedaulatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran

dari

terbentuknya

suatu

negara.

Melalui

proses

penaklukan

dan

pendudukan oleh suatu kelompok etnis atas kelompok tertentusehingga dimulailah
pproses pembentukan negara. Dengan kata lain negara terbentuk karena adanya
pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk
suatu negara.
D.

Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau
lebih dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan bentuk
pemerintahan

adalah

suatu

istilah

yang

digunakan

untuk

merujuk

pada

rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk
menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku
bahkan

untuk

pemerintahan

yang

tidak

sah

atau

tidak

berhasil

menegakkan

kekuasaannya. Tak tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang gagalpun tetap
merupakan suatu bentuk pemerintahan.
Dalam berbagai literatur hukum dan apalagi dalam penggunaannya sehari-hari,
konsep

Bentuk

Negara

seringkali

dicampuradukkan

dengan

konsep

Bentuk

Pemerintahan. Hal ini juga tercermin dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: "Negara Indonesia ialah negara kesatuan
yang berbentuk republik". Dari kalimat ini tergambar bahwa the founding fathers
Indonesia sangat menekankan pentingnya konsepsi Negara Kesatuan sebagai definisi
hakiki negara Indonesia (hakikat negara Indonesia). Bentuk dari negara kesatuan
Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah bahwa konsep bentuk negara yang diartikan
disini adalah republik yang merupakan pilihan lain dari kerajaan (monarki) yang telah
ditolak oleh para anggota BPUPKI mengenai kemungkinan penerapannya untuk
Indonesia modern.
Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian bentuk negara yang tidak
dibedakan dari pengertian bentuk pemerintahan. Padahal kedua konsep ini sangat
berbeda satu sama lain. Karena yang dibicarakan adalah bentuk negara berarti bentuk

organ atau organisasi negara itu sebagai keseluruhan. Jika yang dibahas bukan bentuk
organnya,

melainkan

bentuk

penyelenggaraan

pemerintahan

atau

bentuk

penyelenggaraan kekuasaan maka istilah yang lebih tepat dipakai adalah istilah bentuk
pemerintahan.
Sedangkan

kata

pemerintahan

dalam

'sistem

pemerintahan'

terbatas

pengertiannya pada cabang eksekutif saja. Penggunaan kata government dalam bahasa
Inggris juga sering menimbulkan kesalahpahaman. Banyak orang yang tidak menyadari
bahwa kata itu mengandung dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit. Keduanya
dipengaruhi oleh tradisi pemerintahan yang berkembang di Inggris (British) dan Amerika
Serikat. Karena Kerajaan Inggris mempraktekkan sistem pemerintahan parlementer,
maka perkataan government disana menunjuk kepada pengertian yang sempit, yaitu
hanya cabang kekuasaan eksekutif saja. Tetapi, dalam bahasa Inggris Amerika, kata
government

mencakup

pengertian

yang

luas,

yaitu

keseluruhan

pengertian

penyelenggaraan negara. Dalam konstitusi Amerika Serikat misalnya, istilah "the
Government of the United States" selain mencakup cabang eksekutif yang dipegang
oleh Presiden, juga mencakup Kongres yang terdiri atas House of Repre sentatives dan
Senat.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diperjelas adanya perbedaan
mendasar antara pengertian 'bentuk negara', 'ben tuk pemerintahan', dan 'sistem
pemerintahan'. Ketiga istilah tersebut sebaiknya tidak dipertukarkan satu sama lain,
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam praktek.
Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu:
bentuk negara Federal, Kesatuan atau sistem pemerintahan yang parlementer, SemiPresidensil, dan Presidensil.
Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia yang paling
tepat adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar utama yang
menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik
Indonesia adalah: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
a.

Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk
mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat

memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara
pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung.
Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan
menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu
pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek
pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan
tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi
dua macam sistem, yaitu:
1)

Sentralisasi, dan

2)

Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan
peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat
peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:

1.

Adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
2.

Adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang

membuatnya;
3.

Penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.

Kerugian sistem sentralisasi:
1)

Bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran
jalannya pemerintahan;

2)

Peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan
daerah;

3)

Daerah-daerah lebih bersifat pasif,

menunggu

perintah

dari pusat

sehingga

melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari
rakyat;
4)

Rakyat

di

daerah

kurang

mendapatkan

kesempatan

untuk

memikirkan

dan

bertanggung jawab tentang daerahnya;
5)

Keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi

rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat
tetap memegang kekuasaan tertinggi.
Keuntungan sistem desentralisasi:
1.

Pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;
2.

Peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah

itu sendiri;
3.

Tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat

berjalan lancar;
4.

Partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;

5.

Penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.

Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan
dan kebijakan serta kemajuan pembangunan.
b.

Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara
bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh
memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri,
yang berdaulat dalam negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang
disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan
dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat
dilakukan oleh pemerintah federal. Ciri-ciri negara serikat/ federal:

1.

Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
2.

Tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh

bertentangan dengan konstitusi negara serikat;
3.

Hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara

bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara
langsung kepada pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian
(lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah

federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga kegiatan
pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada
pemerintah federal meliputi:
1.

Hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,

misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
2.

Hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan

nasional, perang dan damai;
3.

Hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok

hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat,
misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
4.

Hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan

federal, misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
5.

Hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,

telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang
lain adalah:
1.

cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara

bagian;
2.

badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara

pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
3.

Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara

lain:


Negara

serikat

yang

konstitusinya

merinci

satu

persatu

kekuasaan

pemerintah federal, dan kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada
pemerintah negara bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain:
Amerika Serikat, Australia, RIS (1949);


Negara

serikat

yang

konstitusinya

merinci

satu

persatu

kekuasaan

pemerintah negara bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah
federal. Contoh: Kanada dan India;



Negara serikat yang memberikan

wewenang kepada mahkamah agung

federal dalam menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan
pemerintah negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;


Negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal

dalam menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian. Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi
ialah Pemerintah Pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar dan sama-sama memiliki
hak mengatur daerah sendiri (otonomi). Sedangkan perbedaannya adalah mengenai
asal-asul hak mengurus rumah tangga sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu
merupakan hak aslinya, sedangkan pada daerah otonom, hak itu diperoleh dari
pemerintah pusat.
Sedangkan perbincangan mengenai 'bentuk pemerintahan' (regerings vormen)
berkaitan dengan pilihan antara bentuk kerajaan (monarki), atau bentuk republik. Jika
jabatan kepala negara itu bersifat turun temurun maka negara itu disebut kerajaan. Jika
kepala pemerintahannya tidak bersifat turun temurun, melainkan dipilih, maka negara
itu disebut republik. Sementara itu, dalam perkataan 'sistem pemerintahan' (regerings
systeem) terkait pilihan-pilihan antara sistem pemerintahan presidensiil,

sistem

pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan campuran, yaitu quasi presidensiil
seperti di Indonesia (di bawah UUD 1945 yang asli) atau quasi parlementer seperti
sistem Perancis yang dikenal dengan istilah hybrid system, dan sistem pemerintahan
collegial seperti Swiss.
Dari ketiga konsep tersebut di atas, bangsa Indonesia sejak kemerdekaan pada
tahun 1945 cenderung mengidealkan bentuk negara kesatuan (eenheidstaatsvorm),
bentuk pemerintahan republik (republic regeringsvorm), dan sistem pemerintahan
presidentil (presidential system). Dalam UUD

1945, pengaturan mengenai bentuk

negara dan bentuk pemerintahan ini diatur dalam bab yang tersendiri, yaitu Bab I
tentang Bentuk dan Kedaulatan. Dalam Pasal

ayat (1) dinyatakan: "Negara Indonesia

ialah Negara Kesatuan yang berbentuk republik." Ayat (2) menegaskan: "Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar." Sedangkan
ayat (3) menentukan: "Negara Indonesia adalah Negara Hukum". Khusus mengenai
bentuk negara sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) tersebut, tidak
dikategorikan sebagai objek perubahan yang diatur mekanismenya dalam pasal 7 UUD

1945. Dalam Pasal 7 ayat (5) UUD 945, dinyatakan: "Khusus mengenai bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat dilakukan perubahan".
Pasal ini jelas mengandung komitmen dan tekad bahwa negara Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar

1945, akan tetap berbentuk Negara Kesatuan

selamanya, kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan Rakyat pada suatu hari
mengubah lagi ketentuan Pasal 7 ayat (5) ini atau perubahan UUD terjadi bukan karena
prosedur yang ditentukan sendiri oleh UUD 1945 (verfassung wandlung). Namun, jika
yang terakhir ini yang terjadi maka hukum yang berlaku bukan lagi hukum konstitusi,
melainkan revolusi yang mempunyai aturan hukumnya sendiri.
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan
digolongkan dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
 Monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu. Dalam
praktiknya monarki tterbagi atas dua jenis yaitu monarki absolut dengan kekuasaan
tertinngi di tangan raja dan ratu serta monarki konstitusional dengan bentuk
pemerintahan yang kekuasaan kepala pemerintahannya dibatasi oleh ketentuan –
ketetuan konstitusi negara;
 Oligarki adalah model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa
dari golongan atau kelompok tertentu;
 Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyatatau
yang mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui pemilu.
Istilah bentuk pemerintahan pun harus dibedakan pula dari istilah 'sistem
pemerintahan' yang menyangkut pilihan antara sistem presidential, sistem parlementer,
atau

sistem

campuran.

Konsepsi

yang

terakhir

ini

berkenaan

dengan

sistem

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan dalam arti cabang kekuasaan eksekutif.
Perbedaannya dari pengertian bentuk pemerintahan. Pertama adalah bahwa istilah
pemerintahan dalam konsepsi 'bentuk pemerintahan' bersifat statis, yaitu berkenaan
dengan ben- tuknya (vormen), sedangkan dalam 'sistem pemerintahan', aspek
pemerintahan

yang

dibahas

pemerintahan,

kata

pemerintahan

keseluruhan cabang kekuasaan.

bersifat

dinamis. Kedua,

lebih

luas

dalam

pengertiannya

konsepsi
karena

bentuk

mencakup

E. Sistem Pemerintahan
1. Sistem pemerintahan Parlementer


Ciri-ciri Sistem Parlementer

 Raja/Ratu/Presiden sebagai Kepala Negara.
 Kekuasaan eksekutif dipegang dan dijalankan Kabinet yang dipimpin Perdana
Menteri.
 Kepala

eksekutif

(Perdana

Menteri)

bertanggungjawab

kepada

Parlemen

(Legislatif).
 PARPOL mayoritas memegang kekuasaan eksekutif.
 Menganut sistem Multi Partai
Kelebihan :
 Pembuat

kebijakan

dapat

ditangani

secara

cepat

karena

mudah

terjadi

penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan
eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan :
 Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
 Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat
bubar.
 Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena

pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
 Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
2. Sistem pemerintahan Presidensial
Pemerintahan Presidensial adalah sistem yang bertolak dari konsep pemisahan
kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara sebagaimana diajarkan oleh
Monteqiueu melalui teori Trias Politica. Teori ini mengharuskan pemisahan kekuasaan
menjadi 3 yaitu :
a. Kekuasaan Eksekutif
b. Kekuasaan Legislatif
c. Kekuasaan Yudikatif
Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial :
 Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus pemegang Kekuasaan Eksekutif.
 Kedudukan eksekutif tidak tergantung pada Parlemen.
 Menteri-menteri merupakan pembantu Presiden.
 Kekuasaan membuat Undang-Undang ada di tangan Parlemen. Presiden memiliki
hak veto dalam pemberlakuan suatu Undang-Undang.


Kelebihan :

- Sistem check dan balances dapat menghasilkan keseimbangan antar organ

yang

diserahi tugas kenegaraan.
-

Dapat mencegah terjadinya kekuasaan yang absolut.

-

Kedudukan badan eksekutif lebih stabil.

-

Penyusunan program pemerintahan dapat disesuaikan dengan masa jabatan
eksekutif.



Kekurangan :

-

Setiap keputusan adalah hasil tawar-menawar antar legislatif dan eksekutif
sehingga sering kurang tegas dalam pengambilan suatu keputusan.

-

Pengambilan keputusan relatif lebih lama.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari pembahsan diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
mengenai :

a)

Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau
lebih dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

b)

Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada
rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk
menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik.

c)

Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk yaitu Negara
Kesatuan(Unitarianisme) dan Negara Serikat

d)

Dari

sisi

pelaksanaan

dan

mekanisme

pemilihannya,

bentuk

pemerintahan

digolongkan dalam tiga kelompok yaitu monarki, oligarki dan demokrasi.
B.

Saran
Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam mengenai
bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia. Selain untuk memperluas
cakrawala berpikir, kelak ketika kita menempati posisi strategis dipemerintahan. Dan
niscaya kita akan menjadi warga negara dan pemimpin yang baik, berakhlak dan
rasional.

DAFTAR PUSTAKA
Makalah

‘Hubungan Negara, Agama

dan

Warga

Negara’ Mata

Kuliah Ham

Kewarganegaraan oleh Mahasiswa IP Reguler STISIP Muhammadiyah Sinjai.
http://diajengayu-ajeng.blogspot.com/2011/04/bentuk-negara-indonesia.html

&

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=154&page=1-5
http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002 September/000310.html
http://liahimilp.blogspot.com/2013/07/makalah-bentuk-negara-bentuk.html