We challenge you to submit business idea to improve transportation industry that contains added values on one of following aspects:
TRANS DARAT
24 Menerapkan
Standar Keselamatan Bus Pariwisata
SUMBER DAYA MANUSIA
36 STPI Curug, Tangerang
Garda Terdepan Pembentuk Insan Penerbangan
IT’S TIME TO GO DIGITAL
BUSINESS IDEA COMPETITION FOR BETTER TRANSPORTATION IN INDONESIA
We challenge you to submit business idea to improve transportation industry that contains added values on one of following aspects:
Optimum capacity Transportation services Safety & Security
IMPLEMENTATION
REWARD FOR FINALIST
SCHEDULE
April - August 2018
Investment Access
Pitching Potential Angel Investor, Business Incubator,
CLOSING DATE FOR
State Own Company and Regulator
SUBMIT PROPOSAL
July 22, 2018
Go to Market Access
An Exclusive Networking & Gala Dinner with
PARTICIPANT
The Minister of Transportation
- Categories : Professional and Student - A team Consists of 1 to 3 Members
A Special Pitching with Potential Buyers and - One Team for One Proposal
Stakeholders in Transportation Industry
More Informatioan
http://transhubchallenge.dephub.go.id
Merampungkan Pembangunan Infrastruktur
Pembaca Budiman,
S Setiap proses pembangunan senantiasa tak lepas
dari sejumlah tantangan. Pun dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan, terminal, jalur rel kereta
api, dan fasilitas transportasi lainnya di sub sektor perhubungan darat, laut, udara serta kereta api. Sejumlah proyek pembangunan yang sudah selesai, memerlukan penanganan lebih lanjut. Ini karena pembangunan infrastruktur yang dihasilkan, kurang berjalan sesuai harapan. Alasannya pun beragam.
Salah satu contohnya, temuan Irjen Kemenhub atas proyek-proyek pelabuhan yang berstatus Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) di sejumlah daerah. Tantangan penyelesaiannya membutuhkan keseriusan semua pihak termasuk peran dari Pemerintah Daerah. Ini karena
lokasi pelabuhan yang dibangun ada di wilayah mereka. Pengoperasian pelabuhan membutuhkan akses jalan dan kejelasan status lahan. Tanpa adanya kepastian status lahan dan instrumen penunjang jalan, maka sulit mengoperasionalkan prasarana transportasi yang sudah dibangun itu.
Disinilah peran pemerintah daerah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan instansi terkait lainnya untuk terlibat dalam penanganan pelabuhan yang KDP. Kementerian Perhubungan terus melakukan langkah-langkah koordinatif untuk menemukan solusi agar pelabuhan yang mangkrak bisa dihidupkan lagi.
Kemenhub telah menganggarkan dana untuk melanjutkan pembangunan delapan pelabuhan pada tahun 2018 ini. Proyek yang KDP tersebut tengah dikaji kembali apakah perlu dilanjutkan pembangunannya atau harus di-redesign. Semua berharap, pelabuhan- pelabuhan yang ada bisa dimanfaatkan untuk masyarakat dan langkah tindak lanjut perlu dilakukan agar potensi kerugian negara tidak bertambah besar.
Demikian pembaca, pada edisi kedua Transmedia 2018 ini, Tim Redaksi sengaja mengangkat tema penanganan infrastruktur yang KDP tersebut menjadi pokok bahasan utama disamping persoalan lain di sub sektor perhubungan darat, laut, udara dan kereta api. Semoga bermanfaat.
www.dephub.go.id
TRANS DARAT 24 Menerapkan Standar Keselamatan
Bus Pariwisata SUMBER DAYA MANUSIA
36 STPI Curug, Tangerang Pembentuk Insan Penerbangan Garda Terdepan
Cover : Pelabuhan Penyeberangan Ceremai, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat
PEMBINA:
Menteri Perhubungan Republik Indonesia,
PENASEHAT:
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Kepala Badan Litbang Perhubungan, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek
PENANGGUNG JAWAB:
Baitul Ihwan
PEMIMPIN REDAKSI:
Bambang W.
REDAKTUR PELAKSANA:
Tinitah S. Amrantasi, Muhammad Pamungkas
REDAKSI:
Anna Nurjanah, Arifatmi, Christanto Agung, Daniel Pietersz, Deni Hendra M, Destrirani, Dona Devianti, Dwi Wisnu, Gatut Aribowo S, Hari Buyung, Hari Supriyono, Hariyadi Dwi Putera H, Oktavian, R. Achmad Herdin, Revi Yohana, Romauli Fransiska, Wisnu Kuncoro
TIM REDAKSI:
Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti, Prayogie, Syarifah Noor Hidayati,
REDAKSI FOTO:
Abdullah Baraja, Chairudi Bharata Dharma, Dyota Laksmi Tenerezza, Muhamad Nurcholis, Okto Berbudi, Ria Efriani Pratiwi, Rezvina Laila Baswedan, Afrilia Mayasari, Asep K. Nur Zaman
ALAMAT REDAKSI:
Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat, Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419 Fax (021) 3504631, 3511809
E-MAIL:
transmedia@dephub.go.id
PENERBIT:
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Majalah Kementerian Perhubungan No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976
ISSN : 0853179X
DAFTAR ISI
EDISI 02 / 2018
10 TRANS UTAMA MERAMPUNGKAN PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN
Sejumlah infrastruktur yang dibangun pemerintah perlu penanganan tindak lanjut. Banyak dari prasarana transportasi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seperti sejumlah pembangunan pelabuhan laut dan penyeberangan yang sedang dan telah selesai pengerjaannya, sebagian tidak memiliki akses jalan, terjadi pendangkalan, dan beragam persoalan lain sehingga tidak bisa dioperasionalkan.
TRANS TEKNOLOGI
58 Kapal Kargo Otonom, Inovasi Masa Depan Kemaritiman
48 TRANS POTRET
Potret Keindahan Alam Kolaka yang Menawan Keindahan alam Sulawesi Tenggara memang tak diragukan
lagi, khususnya di Kabupaten Kolaka. Mungkin kabupaten ini belum banyak yang mengenalnya sebagai daerah wisata, namun layak dikatakan sebagai salah satu surga terindah yang ada di Indonesia. Keindahan alamnya akan membuat Anda takjub, dan memanjakan mata ketika menginjakkan kaki di Kolaka.
TRANS SEJARAH
60 Jejak Bandara
3 EDITORIAL
40 Pengaturan Lalu
Kemayoran Bandara
Lintas Asian Games
Internasional Pertama
6 TRANS INFOGRAFIS
Indonesia
8 TRANS MATA
41 Sleeper Train
Diluncurkan
TRANS DARAT
24 Menerapkan Standar
POTRET
Keselamatan
42 Sangia Nibandera
Bus Pariwisata
Bandara Cantik di Bekas Kerajaan
TRANS LAUT
Mekongga
27 Angkutan Perintis Laut Selatan Jawa
44 Pelabuhan Kolaka,
Dioperasikan
Bangkit Dengan PNBP Meroket
TRANS HIJAU TRANS UDARA
62 Jalan Tol Berlapis
30 Lompatan
Panel Surya Jauh Peringkat
46 Pelabuhan Strategis
yang Perlu
Keselamatan
TRANS INTERNASIONAL Penerbangan
Dioptimalkan
64 BUSCARRIL,Bus atau Indonesia
52 Kendari Werk, Sebuah
Kereta?
Mahakarya Warisan
32 Jalur Cepat Menuju
54 Nikmatnya Sajian
Bandara
Sinonggi dan Itik Rekko di Kolaka
KILAS BERITA
38 Okupansi Mudik Gratis
TRANS PERSPEKTIF
Kapal Laut Capai 75%
56 Menimbang Operasi
Jembatan Timbang
39 Catatan Sukses Angkutan Lebaran
TRANS SENGGANG 2018 Sektor Udara
TRANS SEHAT
66 Atasi Jet Lag pada
68 10 Tempat Liburan
‘Si Kecil’
dengan Bujet Fantastis
INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN YANG SIAP DIMANFAATKAN 2018 DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
1. Pelabuhan Penyeberangan Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Pelabuhan Penyeberangan Sikeli, Provinsi Sulawesi Tenggara
DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERHUBUNGAN LAUT
DIMANFAATKAN
1. Pelabuhan Letung, Provinsi Kepulauan Riau
1. Bandar Udara Letung - Anambas, Kepulauan Riau I
CLUSTER
2. Pelabuhan Tanjung Buton, Provinsi Riau (Bandara Baru)
3. Pelabuhan Taddan, Provinsi Jawa Timur
2. Bandar Udara Tebelian - Sintang, Kalimantan Barat (Bandara Baru) CLUSTER II 4. Pelabuhan Laut Keramaian, Provinsi Jawa Timur
3. Bandar Udara Maratua - Kalimantan Timur (Bandara Baru)
5. Pelabuhan Majene/Banggae, Provinsi Sulawesi Barat
4. Bandar Udara Morowali - Sulawesi Tengah (Bandara
Baru) CLUSTER III
6. Pelabuhan Belang-Belang, Provinsi Sulawesi Barat
5. Bandar Udara Radin Inten II - Lampung (Peresmian Terminal)
7. Pelabuhan Popoongan, Provinsi Sulawesi Barat
6. Bandar Udara Namniwel (Bandara Baru)
8. Pelabuhan Laut Dawi-Dawi/Pomalaa, Provinsi Sulawesi Tenggara
7. Bandar Udara Werur - Papua Barat (Bandara Baru) CLUSTER IV 9. Pelabuhan Batu Atas, Provinsi Sulawesi
8. Bandar Udara Koroway Batu - Papua (Bandara Baru)
Tenggara
10. Pelabuhan Laut Lakara, Provinsi Sulawesi Kalimantan Timur
9. Bandar Udara APT. Pranoto - Samarinda Baru,
Tenggara
GROUND BREAKING CLUSTER
V 11. Pelabuhan Batutua, Provinsi Nusa Tenggara
1. Bandar Udara Wirasaba - Purbalingga, Provinsi
Timur
Jawa Tengah.
12. Pelabuhan Waren, Provinsi Papua
2. Bandar Udara Ngloram - Cepu, Provinsi Jawa VI Tengah.
CLUSTER
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (BPSDM) PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN
1. Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Prabumulih - Kertapati
STPI CURUG
2. Pembangunan Jalur Kereta Api Bandara
Internasional Minangkabau (BIM)
Pesawat Latih 20 Unit Single Engine
(Piper Archer) dan 3 Unit Multi Engine
3. Pembangunan Jalur Ganda KA Antara Mertapura -
Baturaja
(Piper Seneca), dan 1 Unit Helikopter
(H135 P3), Provinsi Banten
4. Pembangunan LRT DKI Jakarta (Jakpro)
5. Pembangunan LRT Sumatera Selatan
BP3 BANYUWANGI
6. Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi - Kuala
Pesawat Latih 25 Unit Single Engine
Tanjung
(Cessna), 2 Multi Engine, Provinsi Jawa
7. Pembangunan 5 Stasiun (Cakung, Klender, Buaran,
Timur
Klender Baru dan Kranji) dan 1 Depo Cipinang (DDT)
8. Pembangunan Jalur Kereta Api Antara Barru -
API MADIUN
Palanro (Sulawesi Selatan)
Kampus Akademi Perkeretaapian
9. Pembangunan Jalur Ganda KA Dan Elektrifikasi Maja
Indonesia, Provinsi Jawa Timur
- Rangkasbitung
10. Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Selatan Jawa Antara Solo - Kedungbanteng
MAKASSAR
Kampus Diklat Terpadu (PIP Makassar
11. Pembangunan Jalur KA Layang Antara Medan -
dan ATKP Makassar), Provinsi Sulawesi
Bandar Khalifah
Selatan
12. Pembangunan Jalur Kereta Api Antara Binjai - Besitang
PADANG
13. Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Selatan Jawa Antara Madiun - Jombang
Balai Diklat Pelayaran Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat
Bandar Udara Sangia Nibandera merupakan bandara perintis yang terletak di Desa Tanggetada, Kecamatan Tanggetada, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. (Foto : Abdullah)
Indahnya pemandangan malam hari di Dermaga
Aktivitas bongkar muat barang Pelabuhan Penyeberangan Kolaka sebagai titik
Tahun ini, Pelabuhan Penyeberangan Bastiong,
di Pelabuhan Kolaka. penghubung penting antara Provinsi Sulawesi
Ternate, Maluku Utara akan dikembangkan
(Foto : Abdullah) Tenggara dan Sulawesi Selatan.
dengan membangun dermaga tiga pelabuhan
guna mempercepat waktu sandar kapal serta
(Foto : Abdullah)
mempercepat laju penumpang turun.
(Foto: Gatut/BKIP)
MERAMPUNGKAN PROYEK PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN
Sejumlah infrastruktur yang dibangun pemerintah perlu penanganan tindak lanjut. Banyak dari prasarana transportasi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seperti sejumlah pembangunan pelabuhan laut dan penyeberangan yang sedang dan telah selesai pengerjaannya, sebagian tidak memiliki akses jalan, terjadi pendangkalan, dan beragam persoalan lain sehingga tidak bisa dioperasionalkan.
T emuan Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Perhubungan
RI pada 2018 ini mengungkapkan sedikitnya ada 33 pelabuhan di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan daerah lainnya yang masuk kategori Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP). Pelabuhan- pelabuhan tersebut perlu diputuskan kelanjutan pembangunannya atau dialih fungsikan penggunaannya.
Kementerian Perhubungan terus berupaya menyelesaikan persoalan infrastruktur yang tergolong Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Langkah tindak lanjut perlu dilakukan untuk mengurangi potensi kerugian negara yang lebih besar lagi.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Wahyu Satrio Utomo mengatakan faktor penyebab prasarana perhubungan tidak beroperasi cukup beragam. Pada umumnya, proyek pembangunan tidak dilanjutkan atau terhenti karena tidak ada perencanaan yang baik sejak awal dan tidak ada koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah. Proyek yang tidak selesai biasanya akibat feasibility study (FS) atau studi kelayakannya tidak ada. “Sebagaimana instruksi Menteri Perhubungan (Menhub), saya berkunjung ke sejumlah daerah dan banyak ditemukan proyek infrastrukrur pelabuhan yang masuk dalam status KDP (Konstruksi Dalam Pengerjaan).
Saya telah mendengarkan langsung laporan dan masukan dari para bupati dan pejabat setempat termasuk Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) maupun Unit di daerah sebagai catatan perbaikan dan penanganan,” ujar Irjen yang biasa dipanggil Tommy itu kepada Transmedia di Jakarta awal Mei lalu.
Menurut Tommy, ada proyek pelabuhan yang terhenti sama sekali alias tidak selesai dan ada juga yang pembangunannya sudah selesai tetapi tidak bisa dimanfaatkan. Proyek pelabuhan yang sudah jadi tetapi tidak bisa difungsikan sebagaimana seharusnya, umumnya terjadi karena tidak adanya akses jalan menuju pelabuhan. “Akses jalan tidak ada, padahal jarak pelabuhan ke jalan raya terdekat mencapai 52 kilometer lebih,” ungkapnya.
Kondisi tersebut menyebabkan pembangunan pelabuhan tidak bisa dioperasikan. Ketiadaan akses jalan terjadi karena kepala daerah setempat yang menjanjikan pembangunan jalan, keburu diganti melalui Pilkada. Kepala daerah penggantinya tidak memiliki prioritas untuk membangun akses jalan pendukung ke pelabuhan. Akibatnya, proyek pembangunan pelabuhan terbengkalai dan tidak terurus.
Hal serupa terjadi dengan pelabuhan- pelabuhan yang dibangun di atas lahan bermasalah. Ada banyak proyek pembangunan pelabuhan yang status tanahnya masih sengketa. Proses pembangunan tersendat karena gangguan masyarakat dan akhirnya berlarut-larut penanganannya hingga akhirnya berstatus KDP.
Langkah koordinasi lintas sektoral telah dilakukan baik dengan pemerintah daerah maupun dengan kementerian atau instansi terkait lain, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, gubernur, bupati, walikota, dan aparat keamanan.
Dalam inspeksi ke daerah-daerah, Irjen Kemenhub juga menemukan adanya pejabat pemerintahan yang kurang melakukan pengawasan secara intensif terhadap pelaksanaan pembangunan proyek dan hanya menyerahkan proses pembangunan sepenuhnya pada kontraktor. Ini menghasilkan output pembangunan
Data Itjen Kemenhub menyebutkan, pemerintah telah mengalokasikan dana APBN sekitar Rp 2,8 triliun untuk membangun pelabuhan- pelabuhan. Alokasi anggaran yang besar tersebut dikucurkan secara bertahap dari tahun ke tahun. Kementerian Perhubungan kini tengah merancang ulang (redesign) fungsi dan sasaran pelabuhan yang sudah dibangun itu agar bisa dimanfaatkan. “Para pejabat perhubungan laut di daerah harus bisa menindaklanjuti hasil-hasil pembangunan dengan menjalin kerjasama dan koordinasi lintas instansi baik pemerintahan daerah, Dinas PUPR, aparat keamanan, dan masyarakat setempat,
agar infrastruktur yang ada tidak terbengkalai,” kata Tommy.
Temuan Inspektorat Jenderal terkait pelabuhan KDP merupakan wujud keseriusan pemerintah menangani proyek-proyek pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Tanah Air. Ini dilakukan agar infrastruktur yang dibangun bisa mendatangkan kemanfaatan bagi masyarakat. Masyarakat di daerah membutuhkan prasarana transportasi yang memadai untuk menunjang kegiatan perdagangan dan perekonomian. Fungsi pelabuhan bagi daerah, cukup menentukan kelancaran distribusi logistik. Sinergi semua pihak mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemkab maupun pemprov), operator pelabuhan maupun pihak pelaksana proyek serta masyarakat
Pelabuhan Tahuna, Sulawesi Utara Pelabuhan Tutukembong, Maluku
yang tidak sesuai harapan. Pihak kontraktor cenderung mengerjakan asal-asalan karena kurangnya pengawasan. Pemerintah berharap semua pihak terkait harus mematuhi aturan dan prosedur pembangunan infrastruktur yang sudah disepakati antara pihak pemerintah dan pelaksana proyek pembangunan.
Tommy, meningatkan, sikap pejabat yang abai terhadap proses pengawasan pembangunan seperti itu menjadi salah satu sebab terbengkalainya infrastruktur yang dibangun. Ini tentu berpotensi merugikan negara karena dana pembangunan yang dialirkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) untuk proyek-proyek infrastruktur tersebut tidak tepat sasaran.
luas turut mempengaruhi keberhasilan pembangunan sistem transportasi dengan didukung prasarana yang baik.
Redesign Pembangunan Pelabuhan
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Agus Purnomo mengatakan upaya penanganan infrastruktur pelabuhan yang KDP tersebut telah dilakukan secara intensif. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub telah menganggarkan dana untuk melanjutkan pembangunan delapan pelabuhan pada tahun 2018 ini. “Sekarang dalam tahap kajian apakah ini harus terus dilanjutkan seperti dulu atau harus di-redisign. Yang jelas tahun ini ada beberapa yang harus dilanjutkan, kita optimis semua semoga bisa dimanfaatkan secara maksimal,” ujarnya dalam konferensi pers, di Jakarta akhir April 2018 lalu.
Sejumlah perbaikan oleh Kemenhub diharapkan bisa menghidupkan pelabuhan-pelabuhan KDP tersebut. Salah satu contohnya pengoperasian Pelabuhan di Kupang yang diperuntukkan untuk kepentingan wisata.
Capaian Positif Pembangunan Pelabuhan
Selain penanganan pelabuhan KDP, Kementerian Perhubungan juga telah memiliki capaian positif terkait keberhasilan pengoperasian sejumlah
Data Itjen Kemenhub menyebutkan, pemerintah telah mengalokasikan dana APBN sekitar
Rp 2,8 triliun
untuk membangun pelabuhan- pelabuhan tersebut. Alokasi anggaran
yang besar tersebut dikucurkan secara bertahap dari tahun ke tahun.
pelabuhan di beberapa tempat. Salah satunya Pelabuhan Matui di Halmahera Barat, Maluku Utara. Pelabuhan tersebut diresmikan pengoperasiannya oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, R Agus H Purnomo pada Februari 2018 lalu.
Direktur Kepelabuhanan, Chandra Irawan mengungkapkan, pelabuhan yang terletak di desa Matui Kecamatan Jailolo itu merupakan pelabuhan pengumpan regional yang memiliki dermaga kargo dengan kapasitas kapal sandar maksimal 1.000 DWT. Pembangunan Pelabuhan Matui menggunakan APBN dengan total Rp 31.399.250.000.
“Pelabuhan ini akan berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Utama dan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke Pelabuhan Pengumpul dan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya,” urai Chandra yang mendampingi Dirjen
Perhubungan Laut Agus Purnomo di Matui Jailolo Maluku Utara.
Pelabuhan ini juga berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/ kota dalam provinsi yang melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota.
Pelabuhan Matui ini merupakan wilayah kerja dari Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Jailolo yang memiliki panjang dermaga 70 m x 8 m, trestle 7 m x 6 m, causeway (45,
8 x 6) m2. “Diharapkan pelabuhan Matui dapat mendorong peningkatan konektivitas dan perekonomian Maluku Utara khususnya Halmahera Barat dan menunjang sektor pariwisata sekitarnya,” tutur Chandra.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan, beragam pembangunan pelabuhan yang sudah dilakukan Kementerian Perhubungan tersebut kini siap melayani masyarakat dalam mendistribusikan logistik dan mobilitas ekonomi setempat. Meski
beberapa pelabuhan lainnya, masih perlu penataan ulang agar KDP bisa bermanfaat serupa, peresmian dan pengoperasian pelabuhan yang sudah selesai dibangun diharapkan menunjang kegiatan perekonomian lokal secara lebih nyata. “Dengan ketersediaan prasarana pelabuhan yang memadai, masyarakat di daerah-daerah pinggiran bisa menikmati hasil-hasil pembangunan secara adil dan merata,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta akhir Mei lalu.
Di negara maritim dan kepulauan seperti Indonesia, pelabuhan sangat penting untuk transportasi penumpang dan barang antarpulau. Saat ini jumlah pelabuhan laut di Tanah Air mencapai 2.400 pelabuhan. Terkait investasi, pengembangan koneksi 2.400 pelabuhan melalui sistem tersebut membutuhkan anggaran sekitar Rp 206 triliun.
Sejak 2016, Kementerian Perhubungan telah menyelesaikan pembangunan dan pengembangan
Papua
Sarmi (Dalam proses lanjutan pembangunan, telah dianggarkan padaTA.2018)
DAFTAR 33 PELABUHAN YANG KDP DAN 1 PEMBANGUNAN KAPAL SN 54
Sumatera Barat
1. Tiram 2. Teluk Tapang
3. Barus 4. Tanjung Beringin 5. Pangkalan Dodek
Kepulauan Riau
1. Tanjung Berakit 2. Malarko (Telah dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/penyelesaian)
3. Dompak (Telah dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/penyelesaian)
4. Mocoh (Telah dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/penyelesaian)
Riau Meranti
Kalimantan Barat
Mempawah
Kalimantan Tengah
Batanjung
Kalimantan Timur
1. Palaran 2. Mantaritip
3. Penajam Paser
4. Sangatta (Dalam proses lanjutan pembangunan, telah dianggarkan pada TA.2018)
5. Kuala Samboja
Kalimatan Utara
Sesayap
Kalimatan Selatan
1. Marabatuan (Telah dianggarkan pada TA.2018 untuk dilanjutkan/ penyelesaian)
2. Matasiri (Telah dianggarkan pada TA.2018, untuk dilanjutkan/ penyelesaian)
3. Serongga 4. Sebuku (Dalam proses lanjutan
pembangunan, telah dianggarkan pada TA.2018)
Jawa timur
1. Pacitan 2. Kalianget
Maluku
1. Yos Sudarso 2. Batu Merah 3. Air Buaya
Maluku Utara
Darume
Sulawesi Tenggara
Watunohu
NTT
1. Pota 2. Kolbano 3. Nunbaunsabu
Pelabuhan Mempawah
Lokasi di Mempawah, Kalimantan Barat Total Investasi : Rp 19,43 Miliar (2005 s.d. 2008)
Pelabuhan Batanjung
Lokasi di Batanjung, Kalimantan Tengah Total Investasi : Rp 233,50 Miliar (2011 s.d. 2017)
Pelabuhan Palaran
Lokasi di Palaran, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 50,20 Miliar (2013 s.d. 2014)
Pelabuhan Mantaritip
Lokasi di Tanjung Redep, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 96,00 Miliar (2009 s.d. 2014)
Pelabuhan Penajam Paser
Lokasi di Penajam Paser, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 105,96 Miliar (2009 s.d. 2013)
Pelabuhan Sangatta
Lokasi di Sangatta, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 110,73 Miliar (2013 s.d. 2016)
Pelabuhan Kuala Samboja
Lokasi di Samboja, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 262,00 Miliar (2009 s.d. 2015)
Pelabuhan Sesayap
Lokasi di Sesayap, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 30,55 Miliar (2011 s.d. 2015)
Pelabuhan Marabatuan
Lokasi di Marabatuan, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 54,38 Miliar (2010 s.d. 2013)
Pelabuhan Matasiri
Lokasi di Matasiri, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 58,39 Miliar (2012 s.d. 2013)
Pelabuhan Serongga
Lokasi di Serongga, Kalimantan Selatan Total Investasi : Rp 40,00 Miliar (2008 s.d. 2011)
Pelabuhan Kuala Samboja
Lokasi di Samboja, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 262,00 Miliar (2009 s.d. 2015)
Pelabuhan Sesayap
Lokasi di Sesayap, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 30,55 Miliar (2011 s.d. 2015)
Pelabuhan Marabatuan
Lokasi di Marabatuan, Kalimantan Utara Total Investasi : Rp 54,38 Miliar (2010 s.d. 2013)
Pelabuhan Matasiri
Lokasi di Matasiri, Kalimantan Timur Total Investasi : Rp 58,39 Miliar (2012 s.d. 2013)
Pelabuhan Serongga
Lokasi di Serongga, Kalimantan Selatan Total Investasi : Rp 40,00 Miliar (2008 s.d. 2011)
Pelabuhan Pangkalan Dodek
Lokasi di Pangkalan Dodek, Sumatera Utara Total Investasi : Rp 58,39 Miliar (selesai Th. 2015)
Pelabuhan Tanjung Berakit
Lokasi di Bintan, Kepulauan Riau Total Investasi : Rp 87,68 Miliar (2008 s.d. 2013)
Pelabuhan Malarko
Lokasi di Tanjung Balai Karimun, Kep. Riau Total Investasi : Rp 249,64 Miliar (2008 s.d. 2013)
Pelabuhan Dompak
Lokasi di Tanjung Pinang, Kep. Riau Total Investasi : Rp 121,00 Miliar (2010 s.d. 2015)
Pelabuhan Mocoh
Lokasi di Tanjung Pinang, Kep. Riau Total Investasi : Rp 117,50 Miliar (2010 s.d. 2015)
Pelabuhan Yos Sudarso
Lokasi di Ambon, Maluku Total Investasi : Rp 97,00 Miliar (2011 s.d. 2014)
Pelabuhan Batu Merah
Lokasi di Ambon, Maluku Total Investasi : Rp 7,01 Miliar (selesai Th. 2014)
Pelabuhan Sarmi
Lokasi di Sarmi, Papua Total Investasi : Rp 65,30 Miliar (2010 s.d. 2015)
Pelabuhan Watunohu
Lokasi di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara Total Investasi : Rp 16,90 Miliar (2015 s.d. 2016)
Pelabuhan Pota
Lokasi di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur Total Investasi : Rp 35,46 Miliar (2014 s.d. 2015)
Pelabuhan Dorume
Lokasi di Halmahera Utara, Maluku Utara Total Investasi : Rp 36,13 Miliar (2014 s.d. 2015)
Pelabuhan Air Buaya
Lokasi di Buru, Maluku Total Investasi : Rp 38,31 Miliar (2010 s.d. 2012)
Pelabuhan Nunbaun Sabu
Lokasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur Total Investasi : Rp 50,20 Miliar (2011 s.d. 2013)
Pembangunan Kapal SN 54
Satker Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Laut Pusat Total Investasi : Rp 12,29 Miliar (2014)
LOKASI PROYEK PEMBANGUNAN DALAM STATUS KDP
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan, beragam pembangunan pelabuhan yang sudah dilakukan Kementerian Perhubungan tersebut kini
siap melayani masyarakat dalam mendistribusikan logistik dan mobilitas ekonomi setempat.
91 pelabuhan yang tersebar di 17 Provinsi di Indonesia. Dari total 91 pelabuhan tersebut, 80 pelabuhan dibangun di wilayah timur Indonesia, sedangkan sisanya 11 pelabuhan dibangun di wilayah barat Indonesia.
Beberapa fasilitas pelabuhan yang dibangun pada masing-masing pelabuhan dimaksud antara lain berupa pembanguan demaga, trestle, causeway, reklamasi, fasilitas darat, terminal penumpang, gedung kantor, gudang, dan fasilitas lainya. Fasilitas pelabuhan tersebut sebagian besar mampu disinggahi kapal berukuran 1.000 DWT, namun ada juga yang dapat disinggahi oleh kapal yang berukuran sampai dengan 15.000 GT seperti di Pelabuhan Bau-Bau. Selain itu, kebanyakan pelabuhan yang dibangun ini dapat melayani angkutan laut perintis hingga ke wilayah terpencil, terluar, dan terdepan.
Pemerintah berharap dengan adanya fasilitas pelabuhan yang telah dibangun ini masyarakat akan
mendapatkan akses transportasi yang lebih mudah untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi sehingga mampu menggerakkan perekonomian serta menekan disparitas harga antardaerah yang masih tinggi.
Peningkatan jumlah pelabuhan yang telah dibangun tentu berpengaruh positif pada pelayanan distribusi logistik antarwilayah.
Tanggapan Positif Daerah
Langkah Kemenhub terkait upaya merampungkan sejumlah infrastruktur transportasi, mendapat sambutan positif dari daerah. Salah satunya, dari Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Bupati Kolaka Utara, Rusda Mahmud, menyatakan dukungannya pada upaya Kemenhub yang akan menindaklanjuti beberapa proyek pelabuhan KDP. Pemkab Kolaka Utara sudah mengajukan usulan lokasi baru sebagai alternatif Pelabuhan Watunonggu di Kolaka Utara yang hingga kini berstatus KDP.
REKAPITULASI PELABUHAN YANG SIAP DIMANFAATKAN TAHUN 2018
NO
KEGIATAN
VOLUME / PAKET
RUPIAH
1 Cluster I - Pelabuhan Laut Letung
1 106,1 Miliar - Pelabuhan Laut Tanjung Buton
1 224,9 Miliar 2 Cluster II Pelabuhan Laut Taddan
1 278,7 Miliar Pelabuhan Laut Keramaian
1 126,1 Miliar 3 Cluster III
Pelabuhan Laut Banggae/ Majene 1 77 Miliar Pelabuhan Laut Belang-Belang
1 221,5 Miliar Pelabuhan Laut Poopongan
1 29,2 Miliar 4 Cluster IV Pelabuhan Laut Dawi-Dawi/Pomalaa
1 88,8 Miliar Pelabuhan Laut Batu Atas
1 55,3 Miliar Pelabuhan Laut Lakara
1 129 Miliar 5 Cluster V Pelabuhan Laut Pulau Batutua
1 152,8 Miliar 6 Cluster VI Pelabuhan Laut Waren
LOKASI PELABUHAN YANG SIAP DIMANFAATKAN TAHUN 2018
AMBO
BELANG-BELANG BANGGAE/MAJENE
POMPONGAN TJ. SILOPO/POLEWALI MIDAI
NGALIPAENG YABA
LETUNG DAMA TANJUNG
KOITITI BUTON KUALA
MENDAHARA
LINAU BINTUHAN
SEBESI WAREN
TADDAN KROING KERAMAIAN
TANIWEL EREKE
SAILUS
BATUTUA BATU ATAS
RENCANA PERESMIAN TAHAP I
LARAKA RENCANA PERESMIAN TAHAP II
Pembangunan Pelabuhan
yang ditetapkan Kemenhub pada Watunonggu yang dibangun sejak
Pada Maret 2015 lalu, Bupati Rusda
2013, dan memiliki area belakang yang 1993, tidak memungkinkan lagi
Mahmud sudah mengirim surat
kosong dan luas untuk pengembangan untuk dilanjutkan. Wilayah perairan
kepada Menteri Perhubungan cq
pelabuhan. Alasan lainnya, aktivitas di sekitar dermaga sudah dikelilingi
Dirjen Perhubungan Laut tentang
kapal mudah keluar masuk (bergerak / gundukan pasir yang membentang
usulan opsi lokasi pembangunan di
bermanuver dan bertambat), bongkar dan tidak memungkinkan dilakukan
Lasusua, Kecamatan Katoi, atau Olo-
muat, serta reparasi. pengerukan. Pemkab tidak setuju
Oloho, di Kecamatan Pakue. Keduanya,
masuk Kabupaten Kolaka Utara.
pembangunan pelabuhan dipaksakan
Peran Pelabuhan bagi masyarakat kembali di lokasi yang sama.
Pertimbangannya, dua lokasi itu berada
pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Kolaka Utara, amat penting untuk Kolaka Utara, amat penting untuk
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan pembangunan pelabuhan dan pengadaan kapal
perintis merupakan salah satu fokus pembangunan pada 2018. “Pengembangan pelabuhan dan kapal perintis dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kelancaran distribusi barang dan mobilitas manusia serta menunjang dan mengembangkan program tol laut,” jelas Budi Karya di Jakarta pada awal 2018 lalu.(*)
3 Pelabuhan Galela, Maluku Utara 4 Pelabuhan Papela, Pulau Rote, NTT
91 PELABUHAN YANG TELAH DIMANFAATKAN SEJAK TAHUN 2016
No. Provinsi
Jumlah Pelabuhan
Nama Pelabuhan
1. Aceh
2 Pelabuhan Singkil dan Calang
2. Sumatera Utara
3 Pelabuhan Barus, Tanjung Tiram dan Sirombu
3. Sumatera Barat
1 Pelabuhan Tua Pejat
4. Bangka Belitung
1 Pelabuhan Sadai
5. Jawa Timur
2 Pelabuhan Panarukan dan Sapeken
6. Nusa Tenggara Timur 15 Pelabuhan Papela, Lamakera, Waiwerang, Terong, Komodo, Wuring, Palue, Ba’a, Naikliu, Maurole, Kolbano, Kendidi Reo, Pota, Atapupu dan Larantuka 7. Kalimanatan Barat
1 Pelabuhan Sukadana
8. Kalimantan Tengah
1 Pelabuhan Kuala Jelai Pelabuhan Kakarotan, Manitingting, Torosik, Tanjung Sidupa, Matutuang, Makalehi,
9. Sulawesi Utara 21 Sawang, Dapalan, Essang, Para, Marampit, Petta, Kawaluso, Lipang, Bukide, Kahakitang, Kalama, Tahuna, Buhias, Amurang dan Kawio
10. Gorontalo
1 Pelabuhan Bumbulan
11. Sulawesi Barat
2 Pelabuhan Budong-budong dan Pasang Kayu
12. Sulawesi Tengah 7 Pelabuhan Moutong, Parigi, Bungku, Teluk Malala, Ogoamas, Mantangisi dan Una-una 13. Sulawesi Selatan
4 Pelabuhan Balang Lompo, Sapuka, Maccini Baji dan Kalukalukuang 14. Sulawesi Tenggara
7 Pelabuhan Maligano, Wanci, Bungkutoko, Molawe, Bau-bau, Batu Atas dan Langara 15. Maluku
11 Pelabuhan Batu Merah, Upisera, Lirang, Seira, Marsela, Wolu, Adault, Damar, Tutu Kembong, Wonreli dan Pulau Teor 16. Maluku Utara
11 Pelabuhan Galela, Tobelo, Sopi, Subaim, Busua, Bobong, Falabisahaya, Gita, Kedi, Pelita dan Saketa 17. Papua Barat
1 Pelabuhan Wasior
TOTAL
91 Pelabuhan
PRIORITAS
PEMBANGUNAN JALUR KA DAN BANDARA
K ulang semua proyek tersebut
emenhub perlu meninjau
Kementerian Perhubungan kini juga tengah melakukan
evaluasi terhadap proyek strategis nasional di sektor kereta
karena keterbatasan anggaran
api. Evaluasi dinilai perlu agar proyek-proyek tersebut
yang dialokasikan dari Anggaran
berjalan sesuai harapan. Target pemerintah mengerjakan 23 Pendapatan dan Belanja Negara
Indonesia (ABPN). Skema pendanaan
Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor kereta api cukup
proyek, baik yang didanai negara
menjanjikan. “Pemerintah harus realistis dalam menggarap
lewat APBN, skema kerja sama
proyek-proyek kereta api mulai dari Aceh, Jawa, Kalimantan pemerintah dengan badan usaha
(KPBU), maupun pendanaan penuh
hingga Sulawesi. Dari 23 proyek PSN itu, akan dipilah
dari investor swasta, menjadi
mana yang bisa dipercepat, dan mana yang bisa digeser
pertimbangan pengerjaan proyek
pengerjaannya,” ujar Dirjen Perkeretaapian Kementerian yang membutuhkan dana besar. Perhubungan Zulfikri di Jakarta belum lama ini.
Pemerintah telah melakukan beberapa perubahan dalam skema pendanaan pembangunan infrastruktur transportasi. Sebagai contoh, pendanaan proyek light rail transit Jabodetabek yang melibatkan sejumah stakeholder baik BUMN maupun swasta. Pemerintah akan fokus pada kualitas proyek yang dikerjakan, bukan semata menggenjot kuantitas. Pertimbangan pada asepek keselamatan dalam mengerjakan pembangunan menjadi salah satu alasan yang tidak bisa diabaikan.
Zulfikri menyebutkan proyek yang belum berjalan sebisa mungkin melibatkan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). “Proyek-proyek KPBU itu umumnya Kaltim, Kalteng, Sumsel,” paparnya.
Berdasarkan data Ditjen Perkeretaapian 2017 lalu, sedikitnya ada tiga proyek besar yang diprakarsa swasta, yakni proyek kereta Muara Enim--Pulau Baai (Bengkulu), proyek kereta Purukcahu--Bangkuang (Kalimantan Tengah), dan proyek kereta api Kalimantan Timur. Semua proyek pembangunan kereta api
memang membutuhkan waktu yang tidak bisa cepat seperti pembangunan infrastruktur lainnya.
Senada dengan Zulfikri, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian MTI Aditya Dwi Laksana mengakui proyek berbasis rel memang tidak mudah diwujudkan dalam waktu cepat.
Proyek Kereta Bandara Soekarno Hatta memerlukan waktu hingga 6 tahun meski jalur baru yang dibuat hanya 12,6 km. Mega proyek kereta api di Kalimantan saat ini juga perlu perhatian khusus, begitupun dengan proyek KA Cepat Jakarta-Bandung yang baru mencatat pembebasan lahan 54%.
Aditya berpendapat sebaiknya pemerintah tidak mematok target yang terlampau tinggi dalam pengerjaan proyek berbasis rel ini mengingat dari data yang ada, proyek berbasis rel adalah yang berjalan paling lambat di antara sektor lain di bidang transportasi. “Hanya 7 proyek yang sudah memulai konstruksi sedangkan 16 lainnya stagnan,” ungkapnya.
Salah satu faktor penyebab dari persoalan tersebut adalah dari ketersediaan dana yang tidak
memadai dan kendala pembebasan lahan. Hal serupa terjadi pada pengerjaan proyek kereta api Trans Sulawesi sudah dimulai sejak 2014 lalu.
Hingga Januari 2018 lalu, pemerintah hanya akan melanjutkan menyelesaikan rute Barru-Palanro sepanjang 44 kilometer pada Oktober mendatang dari total panjang jalur KA Makassar - Pare-pare yang mencapai 150 km. Pemerintah kini terus mencari cara agar persoalan pendanaan segera teratasi. Keterlibatan pihak swasta atau investor sangat diperlukan.
Hingga Mei 2018 lalu, progres fisik pengerjaan tahap pertama kereta Trans Sulawesi rute Barru – Parepare di Sulawesi Selatan telah mencapai 82,83 persen dari target panjang rel
44 kilometer. Sejauh ini 16 kilometer rel telah rampung, 27 kilometer dalam pengerjaan, dan 4,6 kilometer dalam tahap pembebasan lahan. Pemerintah optimistis target pembangunan pada 2018 ini tercapai dan diharapkan pada Bulan Oktober nanti, rel sepanjang 44 kilometer ini sudah dapat digunakan.
Pejabat (Pj) Gubernur Sulsel Soni Sumarsono mengatakan pembangunan jalur kereta memang membutuhkan waktu lama, khususnya terkait pembebasan lahan. “Kalau lahannya sudah selesai, secara keseluruhan tinggal konstruksi,” ujar Soni.
Kelanjutan proyek kereta Trans Sulawesi Makassar-Parepare yang secara total sepanjang 145 kilometer ini, akan dilakukan melalui skema KPBU. Saat ini Kementerian Perhubungan tengah melakukan lelang untuk investor yang tertarik menyelesaikan proyek tersebut.
Sumarsono menambahkan keberadaan kereta bisa menjadi pendorong sektor ekonomi di Sulsel. Salah satunya mempersingkat waktu tempuh, misalnya dari Makassar ke Barru dari 3 jam menjadi 1 jam.
Meski diakui proyek Kereta Api Trans Sulawesi minim progres, namun pemerintah optimistis segala persoalan di lapangan bisa diselesaikan. Setidaknya pada Oktober 2018, sudah bisa dilakukan uji coba sesuai standar kelayakan ukuran kereta api, utamanya untuk rute Makassar-Parepare.
Hingga Mei 2018 lalu, progres fisik pengerjaan tahap pertama kereta Trans Sulawesi rute Barru – Parepare di Sulawesi Selatan telah mencapai
82,83 persen
dari target panjang rel
44 kilometer.
Proyek pembangunan rel kereta api trans Sulawesi.
Proyek pembangunan rel rute Barru-Palanro Sulawesi.
Dengan adanya Proyek Kereta Api Trans Sulawesi diharapkan dapat menciptakan banyak peluang baru, salah satunya daya serap tenaga kerja.
Bupati Barru Suardi Saleh mengungkapkan ada beberapa lahan yang belum dibebaskan, yakni di sekitar Pelabuhan Garongkong. Prosesnya memang lambat karena baru selesai penetapan lokasi. “Lahannya sudah 84 persen yang selesai, kita targetkan tahun 2018 ini selesai semua. Untuk anggaran lahannya sudah tersedia Rp 200 miliar dan untuk fisik tahun ini sekitar Rp 1,4 triliun, yang sudah cair sekitar 75 persen,” kata Suardi. Pemkab juga sudah menyiapkan SDM yang dibutuhkan untuk mendukung operasional KA.
Mempercepat Pengoperasian Rute KA Sumatera Utara
Selain jalur KA Trans Sulawesi, Kementerian Perhubungan kini terus melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan jalur rel Medan – Langkat di Sumatera Utara. Jalur ini merupakan rangkaian jalur kereta api yang menghubungkan Medan menuju Provinsi Aceh. Jalur ini nantinya akan bergabung dengan jalur kereta api dari Aceh hingga ke Lampung.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara, Amanna Gappa, mengatakan, pada 2018 ini pemerintah juga akan meresmikan pengoperasian tiga jalur KA yang sudah selesai pembangunannya. Pengoperasian jalur KA Bandar Tinggi – Kuala Tanjung diperkirakan akan dioperasikan lebih awal dibandingkan dua jalur lain yakni, Binjai – Besitang dan KA Bandara rute Kota Medan menuju Bandara Kualanamu.
Pengoperasian rute Binjai – Besiktang merupakan kelanjutan dari jalur Medan Binjai yang sudah dioperasikan terlebih dulu. Pengoperasian jalur
KA Binjai - Besitang menurutnya, akan membuka peluang keterlibatan investor dalam bidang perkeretaapian, khususnya pada industri angkutan barang.
Pengerjaan jalur kereta api sepanjang
80 kilometer dari stasiun besar kereta api Medan menuju Besitang akan dilanjutkan dengan pembangunan
jalur Besitang menuju Langsa (Aceh). Dengan terhubungnya rute itu, maka jalur rel ini merupakan rute yang akan menghubungkan Aceh, Medan hingga berlanjut ke Palembang dan Lampung. “Sesuai masterplan, jalur KA Trans Sumatera memang akan melewati Besitang – Medan ini,” ujar Gappa kepada Transmedia di Medan, awal Mei 2018 lalu.
Proyek pembangunan rel ganda kereta api Sumatera Selatan.
Jalur kereta api trans Medan - Kualanamu. Reaktivasi real kereta api Medan - Aceh
Rencana pengoperasian jalur rel KA dari Bandar Tinggi – Kuala Tanjung diperkirakan akan diresmikan pada pertengahan 2018 ini. Pengoperasian KA Barang yang diharapkan bisa menunjang aktivitas ekonomi Sei Mangke ini awalnya menghadapi persoalan lahan di dalam pelabuhan Kuala Tanjung. Ada klaim terkait kepemilikan lahan di lokasi dalam dermaga Kuala Tanjung yang bersinggungan dengan jalur rel. Namun, persoalan tersebut kini telah selesai penanganannya berkat koordinasi lintas sektoral. “Target peresmian operasional KA Barang rute Bandar Tinggi – Kuala Tanjung ini diharapkan dalam waktu dekat ini,” ungkap Gappa.
Peresmian operasional KA Barang rute Bandar Tinggi-Kuala Tanjung ini ditargetkan dapat dilakukan dalam waktu dekat ini,” ungkap Gappa. Pengoperasian rute KA ini diharapkan dapat menunjang kegiatan kawasan ekonomi khusus Sei Mangke.
Reaktivasi Rute Ambarawa - Kedungjati
Penyelesaian proyek pembangunan perkeretapian nasional tidak hanya mencakup wilayah Sumatera dan Sulawesi, tapi juga Jawa. Pemerintah terus mengupayakan rencana reaktivasi rute Ambarawa - Kedungjati bisa terealisasi.
Langkah mempercepat pengoperasian jalur KA Ambarawa – Kedungjati di Jawa Tengah menjadi salah satu prioritas pemerinah saat ini. Kementerian Perhubungan terus melakukan koordinasi lintas sektoral khususnya dengan Pemkab setempat agar kelanjutan proyek reaktivasi jalur KA Ambarawa – Tuntang – Kedungjati sepanjang 37 km tidak terbengkalai. Dengan beroperasinya jalur itu, warga sekitar akan dimudahkan dalam mobilitas dan kegiatan perekonomian mereka tanpa mengandalkan angkutan bus semata.
Reaktivasi jalur KA ini telah menjadi kesepakatan Pemprov Jateng, Ditjen Perkeretaapian dan PT KAI untuk dihidupkan kembali. Dalam kesepakatan, Pemprov Jateng bertanggungjawab atas upaya pembebasan lahan.
Penyusunan jalur rel KA Tuntang – Kedungjati tetap akan diteruskan meski prioritas pemerintah saat ini difokuskan pada proyek jalur selatan Jawa. Saat ini jalur selatan menjadi proyek strategis nasional. Pada 2018 ini, pemerintah akan melakukan kajian ulang terkait kebutuhan terbaru program reaktivasi Kedungjati -Tuntang.
Dirjen Perkeretaapian Zulfikri memperkirakan butuh waktu
dua hingga tiga tahun untuk menyelesaikan proyek reaktivasi secara bertahap. Kemenhub akan terus berkoordinasi dengan PT KAI agar pengembangan jalur KA ini cepat selesai.
Selain Tuntang-Kedungjati, pemerintah daerah juga mengusulkan reaktivasi Stasiun Tawang - Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Jalur Purwokerto - Wonosobo juga masuk rencana reaktivasi. Namun, saat ini proyek itu baru masuk studi kelayakan.
Peneliti dari Laboratorium Transportasi Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan reaktivasi jalur Kedungjati-Tuntang sepanjang 30 km dilakukan sejak tahun 2014. Sudah banyak anggaran yang dikucurkan untuk mengaktifkan jalur ini. “Tubuh jaringan jalan sudah selesai disiapkan dan kita berharap pembangunan tidak terhenti di tengah jalan,” kata dia.
Pemerintah lanjutnya, perlu menetapkan skala prioritas pembangunan jalur rel di seluruh wilayah Indonesia, agar terjadi pemerataan pembangunan. Jalur KA Kedungjati – Tuntang dinilai strategis untuk pengembangan kawasan wisata Borobudur.
Selain jalur KA Trans Sulawesi, Kementerian Perhubungan kini terus melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan jalur rel Medan – Langkat
di Sumatera Utara.
Menurut Djoko, pemerintah yang saat ini gencar melakukan pembangunan jalur ganda KA Bogor - Sukabumi, seharusnya diimbangi dengan pembangunan yang sama pada jalur KA Kedungjati - Tuntang, di Jawa Tengah ini. Pembangunan jalur KA itu hanya membutuhkan anggaran sekitar Rp 4,8 triliun, setengah dari biaya pembangunan Tol Bawean-Yogyakarta yang mencapai
Rp 10,8 triliun. Begitupun dengan pembangun rel ganda Bogor-Sukabumi yang membutuhkan dana cukup besar. Upaya mengaktifkan jalur rel Kedungjati-Tuntang hingga Yogyakarta dapat menyelamatkan lingkungan dan menunjang perekonomian setempat.
Penanganan Infrastruktur Bandara- Bandara KDP dan Baru
Selain prasarana perkeretaapian, pemerintah juga terus mengupayakan penyelesaian proyek pembangunan yang berstatus KDP di sektor udara. Langkah ini dilakuikan, salah satunya dengan reaktivasi sejumlah bandara di beberapa daerah. Penetapan skala prioritas menjadi pilihan pembangunan meski target penyelesaian pembangunan bandara bisa molor.
Salah satu upaya reaktivasi bandara kini tengah dilakukan Pemprov DKI
Jakarta. Pemprov berencana melanjutkan pembangunan Bandara Pulau Panjang, Kepulauan Seribu, yang selama ini tergolong KDP. Selain bandara, rencananya, revitalisasi pembangunan itu akan dilakukan pada Pelabuhan Pulau Panjang. “Kita ingin melihat revitalisasi daripada
rencana membangun airport dan pelabuhan di Pulau Panjang,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Akhir 2017 lalu.
Rencananya, landasan bandara tersebut akan diperpanjang hingga 1.300 meter dari landasan awal, yakni 900 meter. Tujuannya supaya bandara tersebut juga dapat mengakomodasi pesawat-pesawat besar. “Pesawat besar bisa membawa wisatawan ke Kepulauan Seribu dalam jumlah banyak pula,” ujarnya.
Sebelumnya, pada masa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, pembangunan Bandara Pulau Panjang akan diserahkan kepada pihak swasta yang memenangi tender. Bandara Pulau Panjang berdiri sejak 1973. Namun bandara ini terakhir kali digunakan untuk pendaratan pesawat komersial pada 1997.
Tak hanya di DKI Jakarta, pembangunan bandara juga tengah dilakukan di Purbalingga, Jawa Tengah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dimulainya pengerjaan konstruksi pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman, Kabupaten Purbalingga pada 23 April 2018. Bandara yang ditargetkan rampung pada akhir 2019 ini diharapkan memunculkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Purbalingga dan sekitarnya.
Presiden menjelaskan, di Jawa Tengah bagian selatan dan barat, belum ada bandara yang cukup memadai untuk melayani pergerakan masyarakat. Karenanya, pemerintah menginisiasi pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman yang semula berstatus pangkalan udara milik TNI AU. Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan dibagi dalam dua tahap. Tahap 1 berupa pembangunan landasan 1.600 m yang ditargetkan selesai pada akhir 2019. Sedangkan tahap 2 berupa perpanjangan landasan hingga 2.500 m.
“Kita harapkan ini nanti juga dibangun terminal seluas 3.000 m2 akan bisa menampung 300.000 penumpang dalam setahun dan kita harapkan
Pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman yang semula berstatus pangkalan udara milik TNI AU. Pembangunan Bandara
Jenderal Besar Soedirman akan dibagi dalam dua tahap. Tahap 1
berupa pembangunan landasan
1.600 m
yang ditargetkan selesai pada akhir 2019. Sedangkan tahap 2 berupa perpanjangan landasan hingga
2.500 m.
bandara selesai akhir tahun 2019,” imbuh Jokowi.
Pembangunan bandara ini tidak hanya memberikan manfaat untuk Kabupaten Purbalingga tetapi juga delapan kabupaten/kota di antaranya, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Tegal, dan Wonosobo.
Dengan hadirnya bandara yang menempati lahan seluas 115 ha ini diharapkan muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Purbalingga dan sekitarnya. “Di sini sudah ada investasi yang semua orientasi ekspor. Ada industri bulu mata yang terbesar dan mampu menyerap kurang lebih 60.000 tenaga kerja. Dengan adanya bandara ini maka arus investasi di bidang lain bisa berkembang lebih besar lagi,” terang Presiden.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, pengerjaan konstruksi bandara ini dimulai pada 2018. Pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman lanjutnya, dapat terwujud melalui kerja sama pemerintah pusat, TNI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, dan PT Angkasa Pura (AP) II.
“Pengerjaan konstruksi bandara ini dikerjakan oleh AP II dengan dana mereka juga. Nantinya bandara ini juga dikelola oleh AP II,” papar Menhub.
Pengembangan Infrastruktur Airstrip di Bintan Kepri
Selain di Purbalingga, pemerintah juga merencanakan peresmian pembangunan lapangan terbang (airstrip) Tambelan yang dibangun dengan dana APBN, di Kecamatan Tambelan, Kepulauan Riau. Saat ini, perkembangan pembangunan Bandara Tambelan masih dalam tahap pematangan lahan. Pembangunan ditujukan kepada pematangan konstruksi runway sepanjang kurang lebih 1.800 meter dan pengerukan bukit Badak Tambelan. Pada tahun 2017 lalu pembangunan terminal bandara sudah mulai pengerjaan. Konstruksi runway pesawat sudah ditingkatkan dan untuk pengaspalannya akan dilanjutkan di Tahun Anggaran 2018 ini. Pembangunan bandara airstrip ini beriringan dengan pembangunan pelabuhan penyeberangan kapal Roll on Roll off (RoRo) di Tambelan. Pelabuhan yang sudah selesai dibangun pada 2016 lalu itu akan melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Beragam pembangunan infrastruktur transportasi baik pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, bandara serta jalur rel KA di beberapa daerah membutuhkan langkah tindak lanjut agar terus memberi manfaat kepada masyarakat. Pemerintah telah melakukan koordinasi lintas sektoral dan penetapan prioritas pembangunan agar anggaran yang terbatas dari APBN bisa dioptimalkan kemanfaatannya. Pemerintah juga telah membuka peluang investor swasta untuk Terlibat dalam proses pembangunan. Keterlibatan mereka dalam pembangunan infrastruktur transportasi, diharapkan mampu memberi solusi atas persoalan keterbatasan dana pembangunan. Alokasi APBN menurut Menteri Perhubungan masih jauh dari cukup. Dari kebutuhan pendanaan infrastruktur transportasi yang mencapai Rp 1.233 triliun, hanya 30 persen saja yang disediakan APBN. (*)
Stasiun Kedungjati, Jawa Tengah Bandara Jenderal Besar Soedirman,
Kabupaten Purbalingga
S ejumlah pelabuhan laut, pelabuhan
penyeberangan dan jalur rel yang KDP, tengah dilakukan pengkajian untuk ditindaklanjuti dengan proses pembangunan lanjutan atau dialihfungsikan penggunaannya. Bagaimana bentuk penanganan masing- masing infrastruktur tersebut?
Berikut petikan wawancara Transmedia (TM) dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan Wahju Satrio Utomo (WSU) di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Pertengahan Mei 2018 lalu.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Wahju Satrio Utomo
Wawancara Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan
Wahju Satrio Utomo
“AGAR BERMANFAAT
BAGI
MASYARAKAT”
Penanganan Pelabuhan yang tergolong dalam kategori Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) terus dilakukan pemerintah. Kementerian Perhubungan hingga kini telah mendata jumlah infrastruktur perhubungan yang telah selesai pembangunannya dan menunggu pengoperasian.
TM : Bagaimana penanganan infrastruktur perhubungan yang hingga kini masih berstatus Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) tersebut?
WSU : Awalnya saya mendapat amanah untuk melakukan pengawasan atau review dari beragam proyek pembangunan pelabuhan yang sudah selesai dan siap dioperasikan. Ini permintaan dari Menteri dan sesuai dengan harapan Presiden RI, yang mengamanatkan Kementerian Perhubungan untuk mengoptimalkan hasil-hasil pembangunan. Bertolak dari perspektif
Sedikitnya ada
33 pelabuhan.
Ada empat dan lima yang siap dialihfungsikan menjadi pelabuhan wisata atau pusat pusat kuliner dan
sejenisnya. Dari
33 pelabuhan laut itu itu anggaran APBN mencapai
2,8 triliun.
itu, maka kementerian perlu melakukan perbaikan tata kelola khususnya dalam proses pengerjaan dan pemanfaatan hasil- hasil pembangunan insfrastruktur termasuk pelabuhan. Ini menjadi dasar untuk melakukan pengawasan ke lapangan selama enam bulan untuk turun ke lapangan secara langsung. Dari situlah, kami mendatangi seluruh proyek-proyek pembangunan yang KDP.