PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN WARGA DI DESA TULUNGREJO KOTA BATU

  PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN WARGA DI DESA TULUNGREJO KOTA BATU Nikita Amalia VGA Andriani Kusumawati Luchman Hakim

  Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

  Malang Email : nikita.amalia24@gmail.com

  ABSTRACT Research conducted in the village of Tulungrejo which is a tourist village that success and ever reaching the top five of the best tourist villages in Indonesia. The research has a focus that is knowing that there is a tourist attraction in the village of Tulungrejo, analyzing the forms of participation of the villagers Tulungrejo and analyze the negative impact and posistif development of tourism for the economy of the community. The type of research used in this research is descriptive research method using a qualitative approach. The research results showed that tourist attractions in the village of Tulungrejo is very diverse, among other natural attractions, tourist, sightseeing tours, history, agro and religious tourism. Almost the whole village community Tulungrejo has participated in tours and activities have been prepared within the tourism industry. Tulungrejo village community participation in more than one form of participation. Tulungrejo tourism village development creates economic activity for the community. The creation of new jobs, the presence of additional income for farmers, as well as increasing the value of apples. Based on the results of the study, researchers gave a recommendation that is further socialization of POKDARWIS Village Tulungrejo to urge people who have not been active, one of them by having a custom event that involves the entire community then the event promoted more broadly so that it became a tourist attraction and attracts tourists.

  Keywords: Public Participation, The Development Of Village Tours, Village Tours Tulungrejo ABSTRAK

  Penelitian dilakukan di Desa Tulungrejo yang merupakan desa wisata yang sukses dan pernah meraih posisi lima besar desa wisata terbaik di Indonesia. Penelitian memiliki fokus yaitu mengetahui atraksi wisata yang ada di Desa Tulungrejo, menganalisis bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo serta menganalisis dampak negatif dan posistif pengembangan wisata bagi perekonomian masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa atraksi wisata di Desa Tulungrejo sangat beragam, antara lain wisata alam, wisata buatan, wisata agro, wisata sejarah, dan wisata religi. Hampir seluruh masyarakat Desa Tulungrejo telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata dan telah siap dalam industri pariwisata. Partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo lebih dari satu bentuk partisipasi. Pengembangan Desa Wisata Tulungrejo menciptakan kegiatan ekonomi yang lebih bagi masyarakat. Terciptanya lapangan pekerjaan baru, adanya tambahan pendapatan bagi petani, serta meningkatnya nilai buah apel. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan rekomendasi yaitu sosialisasi lebih lanjut dari POKDARWIS Desa Tulungrejo untuk mengajak masyarakat yang belum aktif, salah satunya dengan mengadakan acara adat desa yang melibatkan seluruh masyarakat kemudian acara tersebut dipromosikan lebih luas sehingga menjadi suatu atraksi wisata dan menarik minat wisatawan.

  Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pengembangan Desa Wisata, Desa Wisata Tulungrejo Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  48

1. PENDAHULUAN

  • –sektor yang berhubungan dengan pariwisata, hendaknya pengembangan pariwisata dapat dirasakan bagi seluruh masyarakat yang ada disekitar area pengembangan pariwisata serta memberikan peluang partisipasi didalamnya. Peluang adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata terdapat dalam pasal 19 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa setiap orang dan/atau masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas: (a) menjadi pekerja/buruh; (b) konsinyasi; dan/atau (c) pengelolaan. Peraturan tersebut menegaskan bahwa adanya pelibatan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan pariwisata namun juga menjadi subjek.

  Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  49

  Sektor pariwisata memiliki potensi menjadi industri yang mengglobal. Pariwisata memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi di berbagai negara. Pariwisata bisa menjadi alat pengembangan yang potensial, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, diversifikasi ekonomi, mengurangi kemiskinan dan menciptakan hubungan timbal balik dengan produksi lain dan sektor penyedia jasa. Pariwisata akan memberikan banyak manfaat pada bidang perekonomian bagi daerah yang sadar akan potensinya terhadap sektor pariwisata.

  Begitu banyak sektor

  Sesuai dengan Soebagyo dalam (Hadiwijoyo, 2012:68) yang menyatakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan dan hasil dari kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakat secara langsung, peran aktif masyarakat sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan pariwisata. Berdasarkan pernyataan tersebut maka partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dalam pengembangan desa wisata dalam rangka mencapai tujuan kesejahteraan yang diinginkan.

  Partisipasi masyarakat secara langsung dapat diwujudkan melalui desa wisata. Pengembangan desa wisata bukan hanya sebagai atraksi bagi wisatawan tetapi memiliki fungsi yaitu untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata.

  Indonesia sebagai Negara berkembang sedang gencar mengembangkan pariwisata pedesaan dengan membentuk desa wisata. Merujuk pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM. 18/HM.001/MKP/2011 Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

  Pariwisata Melalui Desa Wisata, secara khusus desa wisata yang dimaksud ialah masyarakat yang diantaranya kegiatan kesenian, kuliner dan bahan baku, produksi kerajinan, pemandu wisata, serta usaha transportasi wisata. Partisipasi dari aktif masyarakat dalam pengembangan desa wisata diharapkan mampu mendorong masyarakat desa untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera dengan memberdayakan sumber daya desa.

  Perkembangan desa wisata di Indonesia dapat diketahui melalui data jumlah desa wisata yang telah terbentuk selama periode 2010 sampai 2014 dari renstra Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Tahun 2010-2014. Tercatat ada 200 desa wisata pada tahun 2010, kemudian meningkat hingga tercatat sebanyak 822 desa wisata pada tahun 2014. Salah satu kota di Indonesia yang juga mengembangkan desa wisata adalah Kota Batu, pada tahun 2012 salah satu desa wisata di Kota Batu yaitu Desa Tulungrejo meraih prestasi dengan menduduki posisi lima besar desa wisata se- Indonesia.

  Komoditas utama Desa Tulungrejo adalah buah apel dan sayur. Buah apel sebagai salah satu komoditas utama di Desa Tulungrejo dikembangakan menjadi daya tarik wisata unggulan yaitu wisata petik apel. Wisata petik apel di Desa Tulungrejo memanfaatkan kebun-kebun milik masyarakat setempat, dengan demikian hasil kebun saat ini bukan hanya dari hasil panen apel tetapi ada hasil tambahan dari wisata petik apel.

  Wisata petik apel di Desa Tulungrejo pertama kali di pelopori oleh Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Desa Tulungrejo. Pokdarwis Desa Tulungrejo dibentuk pada tanggal

  17 Juli 2009 yang semua anggotanya merupakan pemuda dari Desa Tulungrejo. Wisata petik apel telah mampu menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat Desa Tulungrejo, seperti yang diungkapkan oleh ketua Pokdarwis Desa Tulungrejo Arohman Mustofa “dari awal dibentuknya pokdarwis Desa Tulungrejo hingga saat ini wisata petik apel telah melibatkan banyak pemuda dan masyarakat Desa Tulungrejo, pemuda- pemuda yang awalnya pengangguran kami ajarkan cara untuk mencari tamu hingga cara melayani dengan wisatawan dengan baik, dengan demikian pengembangan pariwisata di Desa Tulungrejo dapat berdampak pada masyarakat”. Keterlibatan pemuda dan masyarakat Desa Tulungrejo tersebut merupakan salah satu wujud dari pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Menurut Adisasmita (2006:35) Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu

  • – tahapan proyek, namun sekaligus juga membelajarkan mereka untuk memiliki tanggungjawab maupun komitmen dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui proyek. Proses partisipasi bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat setempat sebaik mungkin, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Menurut Hadiwijoyo (2012:17) perencanaan partisipasif adalah suatu tahapan proses pemberdayaan masyarakat yang dimulai dengan tahapan kajian keadaan secara partisipatif yang didapat dari informasi yang dikumpulkan.

  Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  50

  bentuk pemberdayaan masyarakat (social

  empowerment)

  secara aktif yang berorientasi pada dalam masyarakat (pedesaan).

  Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan. (Adisasmita, 2006:34). Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasar besar kecilnya tingkat kepentinganya), dengan demikian pelaksanaan (implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien (Adisasmita, 2013: 35). Masyarakat adalah pelaku aktif dalam kegiatan kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sendiri dan kepariwisataan merupakan aktualisasi dari sistem ekonomi kerakyatan yang merupakan kegiatan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sebagai sumber ekonomi kreatif masyarakat (Muljadi, 2014:35)

  Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pembagian hasilnya merupakan hal yang mutlak sehingga harus ditegaskan dalam draf rencana. Damanik & weber (2006:106) menyebutkan partisipasi harus memberdayakan masyarakat untuk menjadi salah satu penentu tahapan

  2.2.

   Objek dan Daya Tarik Wisata

  Objek pariwisata serta segala atraksi yang wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Menurut Yoeti (1997: 58) keaslian dari objek dan atraksi disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan dapat melihat dan menyaksikan objek atau atraksi tersebut.

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Masyarakat

  Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat (Pendit, 2003). Sementara itu menurut Undang-Undang no. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, dikatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Ditinjau dari subjeknya, daya tarik wisata dibedakan menjadi 2 yaitu daya tarik inti (core attraction) dan daya tarik pendukung (support attraction). Menurut Mill (2000:207) kedua daya tarik tersebut dapat membentuk suatu tema bagi kawasan wisata, dapat berupa tema dengan daya tarik alam sebagai core attraction sedangkan support attraction nya adalah daya tarik yang dibangun untuk mendukung daya tarik inti. Pengusahaan Objek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta sarana dan prasarana yang dibutuhkan (Mulyadi, 2014:65).

  2.3. Desa Wisata

  Definisi dan konsep desa wisata dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada pada desa tersebut. Hadiwijoyo (2012:67) menyatakan bahwa pariwisata pedesaan dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntutan wisatawan dalam menikmati, mengenal, dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya dan tuntutan kegiatan hidup bermasyarakat. Pengertian desa wisata dari Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo (2012:68), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan desa wisata adalah :

  “suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan. Keaslian tersebut berupa: kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, kesehatan, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, kegiatan perekonomian yang unik, dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen

  • – hal pokok, memfokuskan pada hal – hal yang

  Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  51

  kepariwisataan. Komponen yang dikembangkan contohnya atraksi, akomodasi, lainya”.

  Pengembangan desa wisata semestinya direncanakan dengan hati-hati dengan perencanaan yang matang supaya dampak yang timbul dapat terkontrol. Perlu perencanaan strategi, pendekatan, maupun model pengembangan desa yang sesuai dengan keadaan masyarakat dan geografis desa. Pengembangan sebuah potensi wisata dalam suatu kawasan diharapkan memberikan dampak positif serta memiliki dampak negatif seminimal mungkin.

  Sastrayudha (2010:3) menyatakan bahwa prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat (2) menguntungkan masyarakat setempat (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat (4) melibatkaan masyarakat setempat, dan (5) menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan. Kriteria yang mendasari prinsip diatas dinyatakan oleh sastrayudha (2010:3) yaitu penyediaan fasilitas dan prasarana oleh masyarakat, adanya peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan ekonomi tradisional lainya, masyarakat memiliki peran dalam pembuatan keputusan bentuk pariwisata yang akan dikembangkan, serta mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.

  Pariwisata menurut Wahab (1989:55) yaitu salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sector-sektor produktif lainya. Sektor pariwisata bukanlah sektor yang berdiri sendiri, pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan. Soebagyo (2012:154) mengungkapkan, pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan konstribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha- usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.

  Pelibatan masyarakat diharapkan akan memberikan dampak baik yang akan kembali lagi kepada masyarakat sendiri serta dapat menstimulasi keinginan masyarakat untuk berpartisipasi lebih aktif pada sebuah pengembangan pariwisata. Keikutsertaan masyarakat sekitar objek wisata dapat berbentuk usaha dagang atau pelayaanan jasa, seperti dijelaskan oleh Suwantoro (2004:86) antara lain yaitu dengan pemberian jasa penginapan atau homestay, penyediaan/usaha warung makanan dan minuman, penyediaan/toko souvenir/cinderamata dari daerah tersebut, jasa pemandu/penunjuk jalan, fotografi, menjadi pegawai perusahaan wisata alam. Kegiatan usaha masyarakat tersebut akan dapat menciptakan suasana ikut memiliki tempat mata pencaharian yang pada akhirnya akan mendorong masyarakat untuk ikut berperan dalam menjaga destinasi pariwisata.

  3. METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Tulungrejo Kota Batu, dengan pertimbangan adanya kelompok sadar wisata yang mengelola salah satu destinasi wisata petik apel, dan juga berkembangnya agrowisata sejenis serta usaha pariwisata yang dijalankan oleh masyarakat lokal. Desa Tulungrejo terletak di kecamatan Bumiaji Kota Batu, memiliki kebun apel yang tersebar dengan total luas 900 Ha dan merupakan desa yang memiliki presentasi petani apel terbesar di Kota Batu. Jarak dari pusat kota hanya sekitar 8 Km dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010:337) membagi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: 1.

2.4. Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian

  Data reduction (reduksi data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  52

  travel agent yang dapat membawa tamu. Saat ini

  Data collection Data display

  Pengembangan Desa Wisata di Desa Tulungrejo telah melibatkan masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Tulungrejo yangmana seluruh anggotanya adalah masyarakat Desa Tulungrejo itu sendiri. Memang tidak semua masyarakat ikut dan tergabung dalam POKDARWIS Desa Tulungrejo, tetapi anggota dari POKDARWIS tersebut telah mewakili masyarakat. Semua ide dan gagasan wisata di Desa

  pemuda tersebut akhirnya menjadi local guide, serta masyarakat yang memiliki kios-kios apel dipinggir jalan.

  driver wisata serta yang mau belajar menjadi guide

  Desa Tulungrejo menjadi salah satu desa wisata di Kota Batu dimana masyarakatnya telah aktif dalam pengembanganya selama ini. Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengembangan desa wisata, yaitu masyarakat yang memiliki partisipasi aktif di dalamnya. Masyarakat adalah pelaku aktif dalam kegiatan kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sendiri dan kepariwisataan merupakan aktualisasi dari sistem ekonomi kerakyatan yang merupakan kegiatan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sebagai sumber ekonomi kreatif masyarakat (Muljadi, 2014:35). Partisipasi oleh masyarakat Desa Tulungrejo sudah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Salah satu contohnya yaitu pemuda- pemuda yang tadinya menganggur mendapatkan pekerjaan dalam bidang wisata seperti menjadi penjaga Pos Informasi Wisata Petik Apel, menjadi

  4.2. Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Tulungrejo dalam Pengembangan Desa Wisata

  dengan koordinasi yang baik dengan POKDARWIS maka setiap petani dapat menjadi bagian dari Wisata Petik Apel dan mendapatkan wisatawan. Pengembangan desa wisata yang dilakukan oleh Desa Tulungrejo membawa banyak perkembangan dan perubahan baik bagi atraksi wisata yang lama maupun yang baru. Hal tersebut disambut dengan antusias oleh seluruh masyarakat Desa Tulungrejo.

  Wisata Petik Apel dulu hanya dapat dilakukan oleh petani yang memiliki relasi dengan

  penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang dirasa kurang sesuai. Data display (penyajian data)

  Saat ini ada sekitar 6 atraksi wisata unggulan yang dimiliki Desa Tulungrejo sebagai Desa Wisata. Pengembangan atraksi wisata disambut baik oleh masyarkat karena dengan banyak wisatawan yang berkunjung masyarakat sadar akan dampak baiknya bagi mereka dan desa. Dulu masyarakat sudah terbiasa dengan datangnya wisatawan tetapi sekarang wisatawan yang datang jumlahnya lebih banyak dan berinteraksi langsung dengan masyarakat, bukan hanya kepada pemilik menjadikan masyarakat lebih giat memperbaiki fasilitas yang ada demi menciptakan kenyamanan bagi wisatawan.

  Desa Tulungrejo memiliki banyak atraksi wisata baik yang sudah ada sejak jaman dahulu maupun yang baru dikembangkan. Desa Tulungrejo telah banyak dikunjungi wisatawan sejak sebelum menjadi desa wisata. Hal tersebut karena Desa Tulungrejo memiliki atraksi wisata seperti Selecta, Air Terjun Coban Talun dan Pura. Sebelum adanya pengembangan desa wisata atraksi wisata yang terkenal di Desa Tulungrejo adalah tiga tersebut, tetapi seiring perkembangan wisata di Kota Batu maka masyarakat Desa Tulungrejo juga berkembang dalam pengelolaan atraksi wisata.

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pentingnya Atraksi Wisata bagi Pengembangan Desa Wisata

  Sumber : Sugiyono, 2012

  Gambar 1 : Komponen Dalam Analisis Data ( Interactive Model)

  Penarikan kesimpulan merupakan proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal sampai proses pengumpulan data terakhir.

  3. Conclusion drawing / Verification

  Penyajian data meliputi berbagai jenis gambar atau skema, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan dan table yang dapat membantu satu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakukan.

  Data reduction Conclusions: drawing/verifying

  Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  53 Tulungrejo muncul dari pemikiran masyarakat

  yang pada akhirnya direalisasikan oleh partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat pedesaan (Adisasmita, 2013). Realisasi dalam pelibatan masyarakat secara aktif telah dilakukan di Desa Wisata Tulungrejo dari awal pengembangan desa wisata hingga saat ini pariwisata telah berjalan. Hasil dari partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat juga telah dirasakan langsung, yaitu salah satunya berupa peningkatan pendapatan perbaikan infrasrtuktur serta meningkatnya harga jual buah apel bagi petani apel.

a. Penggalian Ide/Gagasan

  Berdasarkan hasil temuan peneliti yang diperoleh dari narasumber dan juga teori partisipasi buah pikir, maka peneliti mengarahkan bahwa arti parisipasi buah pikir dalam pengembangan pariwisata yaitu masyarakat dibutuhkan dalam memberikan ide dan gagasan mengenai strategi maupun rencana-rencana pengembangan Desa Tulungrejo sebagai desa wisata melalui ajang sonom, rapat dan musyawarah desa. Desa Tulungrejo sendiri telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) sebagai wadah resmi masyarakat dapat memberikan ide-ide atau gagasanya mengenai pengembangan desa wisata, karena POKDARWIS Desa Tulungrejo sudah memiliki struktur organisasi, dan memiliki kegiatan yang jelas serta prestasi. POKDARWIS Desa Tulungrejo pada awalnya merupakan sebuah organisasi pemuda yaitu KARANGTARUNA Desa Tulungrejo. Berdasarkan penjelasan ketua POKDARWIS Desa Tulungrejo, pemuda KARANGTARUNA memiliki ide Wisata Petik Apel, yang kemudian didukung oleh program wisata di Kota Batu. Sesuai dengan UU No. 40 Th 2009 tentang Kepemudaan yaitu bahwa salah satu peran pemuda adalah sebagai agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Wisata petik apel yang digagas oleh pemuda KARANGTARUNA Desa Tulungrejo telah berperan dalam terbentuknya Desa Wisata Tulungrejo.

  Pengertian partisipasi buah pikir oleh Dirjen PMD Depdagri (dalam Sudriamunawar, 2006) yaitu bahwa seorang atau kelompok masyarakat itu turut serta menyumbangkan ide atau gagasan bagi pembangunan masyarakat. Ide-ide wisata di Desa Tulungrejo merupakan gagasan dari masyarakat sendiri. Hasil dari penuturan ketua pokdarwis bahwa salah satu wisata unggulan di

  Desa Tulungrejo yaitu wisata petik apel merupakan supaya potensi utama di Desa Tulungrejo dapat menjadi bagian dari pengembangan wisata di Kota Batu. Kemudian mereka membuat wisata petik apel untuk pertama kalinya karna untuk ada serombongan tamu yang ingin berkunjung. Pemuda karangtaruna di Desa Tulungrejo merupakan masyarakat yang sudah sadar wisata menurut Ketua POKDARWIS bahwa masyarakat sudah sering dikunjungi wisatawan karena memiliki wisata alam, sejarah dan religi yang sudah ada sejak lama. Membangun kesadaran wisata supaya masyarakat mau berpartisipasi bukan merupakan hal yang sulit karena SDM nya sudah sadar wisata.

  b. Keikutsertaan Masyarakat dalam Pembangunan Sarana dan Prasarana

  Masyarakat Desa Tulungrejo berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata baik itu secara ide maupun tenaga. Partisipasi tenaga atau fisik menurut Dirjen PMD Depdagri yaitu partisipasi aktif oleh seseorang atau kelompok yang tampak pada kegiatan gotong royong contohnya perbaikan jalan, infrastruktur desa, pembangunan sarana prasarana dan sebagainya (Sudriamunawar, 2006). Hasil penelitian yang diperoleh, bentuk partisipasi tenaga oleh masyarakat Desa Tulungrejo yaitu dengan sukarela memberikan bantuan tenaga untuk ikut serta dalam pengembangan pariwisata di Desa Tulungrejo. Berkaitan dengan karakteristik masyarakat desa yang disebutkan oleh Siagian (1991) yaitu salah satu karakteristik masyarakat desa adalah segala sesuatu seolah-olah membawa kehidupan yang rukun, perasaan sepenanggunagan, jiwa tolong menolong sangat kuat. Teori tersebut dapat dilihat dari partisipasi tenaga yang diberikan oleh masyarakat Desa Tulungrejo. Sebagai contoh, pemuda-pemuda dengan sukarela membantu perbaikan, membersihkan serta menjaga kantor POKDARWIS secara bergantian, selain itu pemuda yang memiliki keahlian menyetir dengan sukarela mengantar tamu ke dalam kebun yang susah dijangkau dengan mobil kecil.

  Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang paling mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keahlian khusus dalam pelaksanaanya. Hal tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Tulungrejo, hasil penilitian menunjukan bahwa seorang pemilik kebun apel dengan suka rela membantu mengangkat belanjaan buah apel milik wisatawan yang berkunjung ke Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  54

  kebunya, membantu menimbang apel, bahkan juga membantu menyambut tamu yang datang. Selain perbaikan jalan, perbaikan rest area supaya parkir bis tidak kesusahan, memasang petunjuk jalan dan poster-poster wisata dengan sukarela.

  c. Partisipasi dalam Bentuk Materi

  Partisipasi harta benda yang diberikan oleh masyarakat Desa Tulungrejo salah satunya adalah berupa memberikan kebun apelnya untuk dikelola pokdarwis sebagai kebun wisata petik apel. Partisipasi harta benda berarti partisipasi oleh masyarakat dengan menyisihkan sebagian harta yang dimilikinya untuk kepentingan pembangunan pariwisata. Partisipasi harta benda membutuhkan lebih dari sekedar memberikan sumbangan, dibutuhkan kesadaran dan kepedulian tinggi oleh masyarakat dalam hal ini. Masyarakat Desa Tulungrejo merupakan masyarakat yang sudah sadar wisata, jadi kepedulian mengenai memberikan sumbangan untuk menunjang pariwisata di desanya sudah bukan hal yang sulit. Salah satu contoh yaitu masyarakat membangun

  toilet umum di Wisata Coban Talun, meskipun itu

  adalah toilet berbayar tetapi masyarakat dengan senang hati membangun toilet untuk kenyamanan wisatawan. Partisipasi harta benda oleh masyarakat yaitu dapat dilihat dengan adanya kios-kios oleh- oleh dan kios apel di pinggir jalan yang didirikan sendiri oleh masyarakat. Selain itu masyarakat juga memberikan sumbanganya berupa meminjamkan mobil pribadi mereka apabila angkutan wisata untuk ke kebun petik apel sedang kosong.

  d. Keahlian, Kreativitas dan Inovasi dari Masyarakat

  Partisipasi keterampilan dan kemahiran merupakan yang dilakukan seseorang atau masyarakat dalam bentuk keterampilan yang dimilikinya untuk keperluan pembangunan pariwisata. Bentuk partisipasi ini sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Tulungrejo. Masyarakat saling membantu dengan keahlian yang dimilikinya masing-masing, contohnya pemuda yang memiliki keahlian guide tentunya memandu wisatawan selain itu juga tidak segan membagikan ilmunya kepada pemuda lain yang ingin belajar cara memandu wisatawan. Pemuda yang memiliki keahlian menyetir juga ikut berpartisipasi sebagai driver wisata jeep adventure. Selain terlibat langsung dengan wisatawan, pemuda yang memiliki keahlian lain juga turut serta berpartisipasi. Contohnya yaitu membuat poster dan banner wisata. Desa Tulungrejo juga memiliki beberapa home industry keripikik buah. Semuanya dikelola oleh masyarakat Desa yang ingin belajar sehingga mereka dapat bekerja ataupun membuat produk keripikik buahnya sendiri. Sebelumnya masyarakat kurang memiliki keinginan untuk belajar keahlian lain, tetapi saat ini masyarakat sangat senang memiliki keahlian karena sudah memiliki sarana untuk menyalurkan keahlianya bahkan dapat menghasilkan keuntungan ekonomi.

  4.3. Pariwisata dan Ekonomi Lokal

  Pengembangan pariwisata harus dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat disekitar destinasi wisata. Dampak yang dimaksut dapat mungkin terjadi apabila masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata. Peneliti mengarahkan dampak pariwisata di Desa Tulungrejo yang sesuai dengan hasil penelitian serta teori dari World Tourism Organisation (WTO) (dalam Pitana, 2009) yaitu: a.

  Meningkatnya Permintaan Akan Produk Pertanian Lokal Desa Tulungrejo memiliki produk pertanian unggulan yaitu berupa buah apel. Kebun apel di Desa Tulungrejo merupakan kebun apel terluas se-Kota Batu. Pengembangan pariwisata petik apel telah dapat meningkatkan harga jual buah apel. Harga buah apel akan sama rata apabila di jual ke tengkulak, tetapi terdapat diversifikasi harga buah apel apabila dijual ke wisatawan, yaitu harga bervariasi sesuai dengan ukuran buah apel.

  b.

  Memacu Pengembangan Lokasi atau Lahan yang Kurang Produktif Pengembangan pariwisata di Desa Tulungrejo mampu meningkatkan nilai tanah / lahan. Salah satu nya yaitu pembangunan rest area atau area parkir bagi bis, lahan yang digunakan adalah lahan yang tidak produktif, tetapi sekarang mampu memberikan penghasilan bagi masyarakat, dari tarif parkir dan masyarakat yang berjualan disekitarnya. Lahan kecil dipinggir jalan juga menjadi memiliki nilai dan memebrikan penghasilan bagi warga karena dapat didirikan kios oleh-oleh dan kios apel. Pembangunan wisata di Coban Talun juga merupakan suatu penambahan nilai lahan, kebun bunga yang awalnya hanya mendapatkan pemasukan melalui panen sekarang dapat tambahan lebih melalui tiket wisata kebun bunga.

  c.

  Menstimulasi Minat dan Permintaan Akan Produk Lokal Suatu Daerah Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  55 Pengembangan wisata di Desa Tulungrejo

  Atraksi wisata utama di Desa Tulungrejo yang saat ini sedang gencar di kembangkan yaitu wisata petik apel.

  Sebaiknya pengelola Desa Wisata Tulungrejo memperbarui setiap atraksi wisata secara berkala, sehingga selalu tercipta tren wisata baru. Membuat suatu tourism event yang berbeda pada setiap atraksi wisata sehingga selalu menarik minat wisatawan untuk datang.

  5.2. Saran 1.

  3. Pengembangan desa wisata di Desa Tulungrejo menciptakan kegiatan ekonomi yang lebih bagi masyarakat. Terciptanya lapangan pekerjaan baru, adanya tambahan pendapatan bagi petani, serta meningkatnya nilai jual buah apel.

  Masyarakat Desa Tulungrejo memberikan partisipasinya lebih dari satu bentuk partisipasi, partisipasi tenaga dan juga partisipasi harta benda misalnya.

  c.

  Masyarakat telah mengerti dan telah sadar wisata dalam ikut serta menciptakan desa wisata yang layak dan siap bersaing di industri pariwisata.

  b.

  Partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo terhadap pengembangan desa wisata cukup tinggi. Hampir semua masyarakat telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata di Desa Tulungrejo.

  2. Berdasarkan hasil penelitian, partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo sangat beragam, yaitu: a.

  Pengembangan desa wisata telah dapat membuat atraksi wisata di Desa Tulungrejo berkembang dengan baik, memperbarui atraksi wisata yang lama serta menciptakan atraksi wisata yang baru.

  c.

  b.

  mampu memberikan produk unggulan yang Selain buah apel hasil olahan apel yang diproduksi di Desa Tulungrejo menajdi salah satu produk andalan dan unggulan. Produk tersebut adalah keripik buah, keripik buah yang di produksi oleh home indutry di Desa Tulungrejo telah mampu memasok seluruh toko oleh-oleh di Kota Batu.

  Terdapat wisata alam, wisata buatan, wisata agro, wisata sejarah, serta wisata religi.

  Atraksi wisata di Desa Wisata Tulungrejo sangat beragam, antara lain : a.

  5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1.

  Hasil akhir dari dampak pengembangan pariwisata adalah dampak ekonomi yang kebanyakan dirasa positif (Kemal, 2009). Dampak positif memang dirasakan oleh masyarakat Desa Tulungrejo. Partisipasi dari masyarakat akan membawa dampak langsung yang dapat dirasakan oleh mereka. Pengembangan desa wisata tidak semua pihak apabila masyarakat tidak memberikan partisipasinya.

  Penyebaran Infrastruktur ke Pelosok Wilayah Pembangunan infrastruktur yang awalnya diperuntukan sebagai fasilitas penunjang pariwisata dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat Desa Tulungrejo. Salah satu contoh adalah perbaikan jalan menuju wisata religi Pura Arjuna. Banyak wisatawan luar daerah yang mengunjungi dan beribadah meskipun jalananya rusak, tetapi jalan menuju pura telah diperbaiki. Masyarakat Hindu di Desa Tulungrejo juga merasakan dampak dari perbaikan infrastruktur tersebut.

  f.

  Menghindari Konsentrasi Penduduk dan Adanya Penyebaran Aktivitas Ekonomi Belum ada data yang mendukung tentang apakah wisatawan terpecah dari pusat kota menuju ke Desa Tulung tanpa adanya penambahan jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Batu, ataukah jumlah wisatawan bertambah dan menyebar hingga ke pelosok daerah. Berdasarkan penelitian, penyebaran ekonomi memang terjadi di Desa Tulungrejo, terlihat dari hasil wawancara dengan masyarakat yang merasakan bahwa mereka mendapatkan tambahan pendapatan dari datangnya wisatawan.

  e.

  berbagai macam wisata seperti Wisata Kebun Bunga, Wisata Spot Foto, Apache Camp, dan Wisata Rumah Pagupon. Pengembangan wisata di wilayah wisata Coban Talun telah mampu menciptakan kawasan ekonomi baru karena mampu mendatangkan banyak wisatawan.

  camp ground , tetapi saat ini dikembangkan

  Mendorong Pengembangan Wilayah dan Penciptaan Kawasan Ekonomi Baru Penciptaan wisata baru yaitu salah satunya wisata petik apel telah mampu menciptakan kawasan ekonomi baru. Salah satu contoh lagi yaitu kawasan wisata Coban Talun. Dulu wisata di Coban Talun hanya wisata air terjun dan

  d.

  2. Sebaiknya perlu dilakukan promosi yang lebih luas, sehingga dapat menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara, seperti membuat promosi melalui media online, ataupun dengan kerja sama dengan travel agent serta membuat brosur wisata dan peta wisata sehingga Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan, memudahkan wisatawan. Pariwisata di Indonesia. Liquidity, 1(2) 153-

  Perlu menciptakan produk cinderamata khas Desa Tulungrejo selain keripik buah dan sari

  Website

  buah. Contohnya memilih salah satu ikon dari Sastrayudha, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata atraksi wisata Desa Tulungrejo kemudian

  Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi menjadikanya cinderamata khas. Pengembangan dan Pengelolaan Resort and 4.

  Perlu sosialisasi lebih lanjut dari POKDARWIS

  Leisure . Diakses pada 13 Febuari 2016

  sehingga masyarakat yang belum aktif dapat melalui tertarik untuk ikut serta dalam pengembangan wisata. Seperti mengadakan acara adat desa

  Undang – undang

  dimana seluruh masyarakat terlibat, tetapi acara Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tersebut di promosikan sehingga menjadi suatu

  Nomor: PM. 18/HM.001/MKP/2011 atraksi wisata dan menarik minat wisatawan. Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata

DAFTAR PUSTAKA

  Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Adisasmita, Raharjo. 2006. Membangun Desa

  Kepariwisataan pasal 19

  Partisipatif . Yogyakarta: Graha Ilmu

  Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Damanik, Janianto dan Helmut. 2006.

  Kepemudaan

  Perencanaan Ekowisata . Yogyakarta: Andi Offset.

  Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat .

  Yogyakarta:Graha Ilmu. Mill, Robert. 2000. Tourism The International Business Edisi Bahasa Indonesia.

  Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muljadi, dan Andri H Warman 2014.

  Kepariwisataan dan Perjalanan . Jakarta: PT.

  Raja Grafindo Persada. Pendit, Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah

  Pengantar Perdana . Jakarta: Pradnya

  Paramita Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009.

  Pengantar Ilmu Pariwisata . Yogyakarta: Andi Offset.

  Siagian. (1991). Teori dan Praktek Kepemimpinan.

  Jakarta: Rineka Cipta Sudriamunawar, Haryono. 2006. Kepemimpinan,

  Peran Serta, Produktivitas . Bandung: Mandar Maju.

  Suwantoro, Gamal. 2007. Dasar – dasar Pariwisata. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

  Jurnal

  Kemal, Mustafa. 2002. Host Perceptions of Impacts a Comparative Tourism Study.

  Annals of Tourism Research

  , 29(1) 231-253

  Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018|

  56

Dokumen yang terkait

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL PER PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DAN RETURN ON EQUITY (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2012–2016

0 0 11

PENGARUH DAYA TARIK IKLAN RASIONAL DAN DAYA TARIK IKLAN EMOSIONAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei Online Pada Konsumen Wanita Muslim yang Membeli Produk Sunsilk Hijab di Kota Malang)

0 0 9

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA PENUTUPAN SAHAM (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)

0 0 9

PENGARUH EVENT PARIWISATA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei pada Wisatawan Domestik yang Berkunjung ke Event Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi)

1 6 10

PENGARUH KEMAMPUAN KERJA, MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN PT. TAMAN REKREASI SENGKALING

0 1 9

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan PT Tigaraksa Satria Tbk Cabang Malang)

0 3 7

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN VARIABEL MEDIATOR ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) (Studi Pada Karyawan Hotel Sahid Montana Malang)

0 5 9

SYSTEM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 9

ANALISIS KOMPENSASI DAN SERVANT LEADERSHIP PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi pada Leader Nasional unit bisnis Multilevel marketing PT Melia Sehat Sejahtera Kota Surabaya Cabang Jawa Timur)

0 0 10

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP RETURN SAHAM (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)

0 0 8