BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Tentang PerilakuMerokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan

  kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula.

  Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

  Salah satu cara menjaga kesehatan adalah dengan mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun PHBS dalam rumah tangga adalah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih , mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan yang harus dilakukan adalah tidak merokok. Perilaku merokok merupakan perilaku yang dapat membahayakan kesehatan namun dapat dicegah. Hal ini disebabkan konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berdampak serius terhadap kesehatan. Dampaknya antara lain berupa kanker paru, kanker mulut, kanker organ lain, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronik, dan kelainan kehamilan. Hasil penelitian terbaru bahkan membuktikan bahwa perilaku merokok juga menyebabkan katarak, kanker serviks, kerusakan ginjal dan periodontitis. (Depkes, 2006).

  WHO memperkirakan terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok dan dua pertiganya terdapat di negara-negara maju, dengan sekurang-kurangnya 1 dari 4 orang dewasa adalah perokok. Prevalensi perokok secara berturut di Amerika Serikat dan Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan pada wanita adalah 21% dan 25%. Di beberapa negara Eropa didapatkan data prevalensi merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swedia 18% dan di negara berkembang didapatkan prevalensi yang lebih tinggi (Darmawati, 2010).

  Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan diduga sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu juta manusia pertahun di dunia meninggal karena merokok dan 95 % diantaranya adalah kanker paru-paru. Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian akan meningkat menjadi satu dari enam perokok. (Wibowo dalam Ginting, 2011).

  Merokok masih menjadi penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia, hal ini berkaitan dengan tujuan MDGs yang pertama yaitu memberantas kemiskinan dan kelapanran untuk mensejahterakan rakyat dan pembangunan masyarakat 2015. Dengan dibuktikannya daya beli masyarakat sangat besar untuk rokok yang hampir setara dengan harga beras di Indonesia, pada keluarga yang merokok pegeluaran untuk rokok lebih besar dari pada pengeluaran membeli kebutuhan untuk pemenuhan gizi seperti membeli telur dan ikan. hal tersebut berarti hilangnya penopang ekonomi keluarga yang memiliki dampak jangka panjang pada tingkat pendidikan dan kualitas hidup anggota keluarga.

  Merokok juga masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 57 persen penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang. Sebanyak 800 juta orang diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

  Peraturan Pemerintah (PP) No 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan telah direvisi untuk melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok dimana revisi tersebut mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap batang rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap kesehatan. Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan

  Berdasarkan data Riskesdas (2010) Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok setiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun dimana yang tertinggi dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (52,1%), disusul oleh Riau (51,3%), Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lampung (49,5%).

  Perokok yang terbanyak mulai merokok 15-19 tahun cenderung menurun dengan meningkatnya umur, demikian juga pada anak umur 5-9 tahun. Mereka yang mulai merokok baik pada umur 15-19 tahun maupun pada umur 5-9 tahun lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, berstatus kawin dan tinggal di perkotaan. Menurut pendidikan, perokok yang mulai merokok pada 15-19 tahun cenderung banyak pada pendidikan tinggi sedangkan yang mulai merokok pada umur 5-9 tahun pada pendidikan rendah. Menurut pekerjaan, perokok yang mulai merokok pada umur 15-19 tahun maupun 5-9 tahun, paling banyak pada anak sekolah dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi.

  Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain, cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur. Prevalensi perokok dalam rumah lebih banyak pada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di perdesaan, dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat dan tamat SD. Menurut pekerjaan, prevalensi perokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lebih banyak yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh diikuti wiraswasta dan yang tidak bekerja, dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi. Perilaku merokok jelas bukan merupakan perilaku sehat (Riskesdas 2010).

  Berdasarkan data Riskesdas (2013) rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur >10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Jumlah rerata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan dibangka belitung (18 batang). Proporsi terbanyak perokok aktip setiap hari pada umur 30- 34 tahun sebesar 33,4 persen, pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1.1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.

  Proporsi perokok setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi. Proporsi penduduk umur >15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam riskesdas (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%). Roporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah nusa tenggara timur (55,6%). Dibandingkan dengan penelitian global adults tobacco survey (GATS) pada penduduk kelompok umur >15 tahun, proporsi perokok laki-laki 67,0 persen dan pada riskesdas 2013 sebesar 64,9 persen, sedangkan pada peremuan menurut GATS adalah 2,7 persen dan 2,1 persen menurut Riskesdas (2013).

  Dapat dilihat dari data Riskesdas 2010-2013 bahwa konsumsi rokok terbanyak di Indonesia berada pada propinsi bangka belitung. Yang sekarang jumlahnya mencapai 18 batang per hari (Riskesdas 2013). Rokok memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan. Termasuk lingkungan yang memengaruhi derajat kesehatan seseorang salah satunya adalah lingkungan sosial budaya. belakang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat memengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan mengenai merokok didalam rumah.

  Berdasarkan data Riskesdas provinsi Aceh penduduk berumur 15-19 tahun sudah mulai merokok setiap hari , dan merupakan prevalensi tertinggi menurut kelompok umur. semakin rendah tingkat pendidikan cenderung semakin tinggi prevalensi perokok di Aceh, laki-laki cenderung lebih muda mulai merokok dibandingan dengan perempuan, kecuali pada kelompok umur 30 tahun keatas, perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Dapat diketahui bahwa dari penduduk yang merokok sebagian besar akan merokok dirumah, hal ini mepengaruhi anggota keluarga lain yang menjadi perokok pasif, dan juga akan berpotensi untuk merokok juga. Secara umum di Aceh ada dua jenis rokok yang dihisap, tertinggi prevalensinya adalah jenis rokok kretek dengan filter (55,3%) dan kretek tanpa filter (38,4%) kemudian rokok putih (16,1%) dan rokok linting (7,5%). Di Aceh Sebagian besar penduduk yang berumur antara 10- 44 tahun cenderung memilih rokok dengan filter, sedangkan kelompok umur 55 tahun keatas cenderung memilih rokok linting, Penduduk yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan memilih rokok kretek dengan filter (Riskesda 2007).

  Dari penelitian Universitas Hamka dan Komnas Anak di tahun 2007, menunjukkan hampir semua anak (99,7 persen) melihat iklan rokok di televisi dan 68,2 persen memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, serta 50 persen remaja dilakukan di Jakarta juga menunjukkkan bahwa 64,8% pria remaja dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok (Tandra dalam Nasution, 2007).

  Dari penelitian universitas Andalas tahun 2011 oleh Novi Indra Sari, menyimpulkan bahwa stres juga sangat mempengaruhi perilaku merokok anak remaja. Keadaan didalam keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak menjadi stres, kemudian menjadikan rokok sebagai salah satu tempat pelarian, karena diyakininya bahwa dengan merokok dapat menghilangkan stres. Semakin stres seorang anak maka keinginan untuk merokok semain kuat.

  Menurut teori sistem, keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga berinteraksi. Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Setiap perubahan pada salah satu anggota keluarga akan memengaruhi anggota keluarga lain karena yang tertua didalam keluarga dianggap paling benar semua perilakunya cenderung untuk diikuti oleh anggota keluarga lainnya.(Nasution, 2009).

  Karakteristik keluarga adalah sifat keluarga yang relatif tidak berubah dan melekat sebagai ciri-ciri yang akan diingat oleh orang lain karena setiap keluarga pasti akan memiliki karakteristiknya tersendiri yang tidak akan sama dengan keluarga lain, dan dipengaruhi oleh lingkungan seperti pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, penghasilan keluarga dan lain-lain. Karakteristik ini akan mempengaruhi perilaku keluarga termasuk dalam perilaku merokok didalam rumah, sehingga anggota keluarga menjadi perokok pasif dan juga akan mepengaruhi perilaku anggota keluarga lain untuk meniru perilaku merokok Keluarga memegang peranan penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya. Nilai yang dianut keluarga dan latar belakang etnik atau kulturnya berasal dari nenek moyang akan memengaruhi interpretasi keluarga terhadap suatu masalah kesehatan. Masalah kesehatan suatu keluarga dapat memengaruhi anggota keluarga lain kerena keluarga merupakan suatu kesatuan. Hasil penelitian yang dilakukan Theodorus (1994) menyatakan bahwa keluarga perokok sangat berperan terhadap perilaku merokok anak- anaknya dibandingkan keluarga non perokok.

  Kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Taylor dalam buku Primitive

  

Culture menyatakan ”Kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang

  didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan- kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.” (Notoatmodjo, 2010).

  Sosial budaya keluarga ditempat dilakukannya penelitian ini adalah di kabupaten Bener Meriah Aceh, Kabupaten Bener Meriah adalah dataran tinggi Aceh yang suhunya sangat dingin berkisaran antara 18-19 derajat celcius, hal ini dijadikan alasan mengapa didaerah ini terdapat banyak sekali orang yang merokok, karena telah diyakini dari nenek moyang mereka terdahulu bahwa dengan merokok akan dapat menghangatkan tubuh. Jenis dan merek rokok juga harga rokok maka dipandang tingkat sosialnya semakin tinggi. Kabupaten bener meriah juga merupakan penghasil Kopi Gayo terbaik sehingga banyak laki-laki disana yang meminum kopi termasuk siswa dikalangan anak SMA, menurut pengakuan mereka meminum kopi akan terasa lebih nikmat jika disertakan dengan merokok.

  Perilaku merokok anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh faktor kepribadian, juga pengaruh iklan. Perilaku merokok jelas bukan merupakan perilaku sehat. Rokok memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan. Namun perilaku seseorang tidak akan terlepas dari pengaruh lingkungannya. Lingkungan yang memengaruhi derajat kesehatan seseorang salah satunya adalah lingkungan sosial budaya.

  Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku budaya yang mempunyai latar belakang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat memengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.

  Dari hasil observasi sementara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa SMA di Kabupaten Bener Meriah, terdapat beberapa SMA yang memiliki siswa yang berperilaku merokok, salah satunya adalah SMA Negeri 1 Bukit.

  Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti diperoleh bahwa terdapat sekitar 15 siswa dari sekitar 20 siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit yang diamati merupakan perokok, selain itu siswa tersebut merokok di lingkungan

  SMA tersebut diperoleh pula informasi bahwa banyak siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit yang merokok, bahkan ada siswa yang merokok didalam rumah bersama anggota keluarganya.

  Oleh karena sangat besar peran keluarga dalam pembentukan perilaku, termasuk perilaku merokok. Maka, penulis melakukan penelitian mengenai Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Dalam Hal Perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

  1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

  Untuk mengetahui karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status ekonomi keluarga) terhadap perilaku merokok siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah a.

  Untuk mengetahui sosial budaya keluarga (kebiasaan merokok keluarga, peraturan merokok keluarga, informasi merokok di dalam keluargaterhadap perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

  b.

  Untuk mengetahui pengetahuan mengenai rokok siswalaki-laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

  c.

  Untuk mengetahui sikap siswa laki-lakiSMA Negeri 1 Bukit terhadap rokok.

  d.

  Untuk mengetahui tindakan merokok siswa laki-lakiSMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian a.

  Sebagai bahan masukan kepada pihak terkait, seperti Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah untuk menentukan dan merencanakan program baru dalam pendidikan kesehatan dan bahaya rokok.

  b.

  Sebagai masukan kepada pihak SMA Negeri 1 Bukit untuk memotivasi siswanya agar mengurangi kebiasaan merokok.

  c.

  Bagi peneliti lain berguna sebagai bahan masukan atau tambahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menyelesaikan penelitian selanjutnya.

Dokumen yang terkait

Persepsi dan Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi Tugas Akhir Skripsi di Fakultas Keperawatan USU Tahun 2015

0 0 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Persepsi 1.1 Pengertian Persepsi - Persepsi dan Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi Tugas Akhir Skripsi di Fakultas Keperawatan USU Tahun 2015

0 0 13

Persepsi dan Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi Tugas Akhir Skripsi di Fakultas Keperawatan USU Tahun 2015

0 0 13

Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Pemasangan Kateter Urine dan Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahuddin

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Pemasangan Kateter Urine dan Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahuddin

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Anggaran - Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Di Tinjowan Kec. Ujung Padang, Kab.Simalu

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Di Tinjowan Kec. Ujung Padang, Kab.Simalungun

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI - Analisis Kesalahan Urutan Goresan Penulisan Aksara Mandarin Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara

0 1 11

Karakteristik Fiskikimia dan Fungsional TepungGandum yang Ditanam di Sumatera Utara

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Tentang PerilakuMerokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015

0 0 32