BAB III ANALISIS DATA A. Konsep Komposisi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pewaris Kekuatan Dewa: Musik Program untuk Ansambel Musik
BAB III ANALISIS DATA A. Konsep Komposisi Dalam penyusunan komposisi musik program “Pewaris Kekuatan Dewa”
penulis membuat komposisi baru dan cerita baru dengan didukung visual gambar dalam bentuk Parallax 2D sehingga menghasilkan rangkaian video. Tahap pertama deskripsi cerita dibuat terlebih dahulu, dilanjutkan dengan pemilihan cerita untuk setiap bagiannya, yakni :
1. Bagian pertama menceritakan tentang kelahiran seorang anak dalam keluarga sederhana. Anak tersebut mempunyai kekuatan tersembunyi tanpa disadari oleh anak tersebut dan kedua orang tuanya. Sehingga terjadi dampak negatif yang menghasilkan kehancuran desa dan kematian kedua orang tua. Untuk menciptakan suasana kelahiran dan bahagia penulis memulai dengan strings section kemudian diikuti dengan instrumen brass
section untuk menggambarkan karunia dari Tuhan bersama dengan perkusi. Pada bagian ini penulis menggunakan tonalitas G mayor.
Kemudian untuk menciptakan suasana kehancuran penulis menggunakan relatif minor dari G mayor yaitu E minor, tangga nada yang digunakan adalah E minor harmonis dan untuk menciptakan suasana kesedihan penulis menggunakan tonalitas E minor harmonis yang dimainkan solo piano dan diikuti dengan munculnya strings section sebagai pengiring.
2. Bagian kedua menceritakan tentang kepergian anak dengan rasa dendam, karena ia telah menghancurkan desanya. Anak tersebut melakukan perjalanan sampailah didalam hutan yang sangat tandus dan gelap. Kemudian setelah melanjutkan perjalanan di tengah hutan anak tersebut bertemu dengan monster jahat, ia melakukan perlawanan dengan kekuatan beladirinya. Ia pun hampir mengalami kekalahan. Kemudian anak tersebut kembali berubah menjadi wujud monster dan mengalahkan musuhnya, namun anak tersebut jatuh pingsan karena kekuatan yang digunakannya sangat tidak terkontrol. Untuk menciptakan suasana dendam dan mencekam penulis mengawali dengan instrument Floor drum kemudian
1
disusul dengan munculnya strings section dengan teknik spiccato menggunakan tonalitas G minor harmonis. Kemudian bertemu dengan moster. Penulis menciptakan suasana menegangkan dengan menggunakan instrumen trombone dan Horn bersamaan dengan perccusion. Kemudian untuk menciptakan suasana pertarungan antara anak tersebut dengan monster, penulis menggunakan leitmotife yang dimainkan oleh instrumen
Horn diimitasi oleh biola satu diikuti dengan bunyi pada semua section, menandakan bahwa sama-sama melakukan perlawanan sangat sengit.
Kemudian terjadi kemenangan namun dengan keadaan tak sadarkan diri. Penulis menciptakan suasana tegang dengan munculnya percussion bersamaan dengan instrumen trombone dan horn. Pada bagian ini, pada tengah komposisi terjadi modulasi dalam tonalitas Bes minor dan dinamika fortissimo (sangat keras) untuk menandakan peperangan sangat sengit dan kembali lagi dengan tonalitas G minor.
3. Bagian ketiga menceritakan tentang keberhasilan anak tersebut yang telah menemukan cara untuk mengendalikan kekuatannya namun masih ragu.
Untuk menciptakan suasana berhasil penulis mengawali dengan strings
2 section, untuk menciptakan keraguan penulis menggunakan Half kadens
yang menciptakan suasana ragu. Pada bagian ini penulis menggunakan tonalitas G mayor. Kemudian Bertemu dengan monster jahat, untuk menciptakan suasana mencekam penulis menggunakan tonalitas E minor dengan tangga nada E minor harmonis. Kemudian anak itu berhasil membunuh monster dan menemukan tujuan untuk melindungi dunia dari kekuatan jahat. Penulis menggunakan tonalitas G mayor dengan diakhiri dinamika fortissimo (sangat keras).
1 Spiccato adalah teknik menggesek pada instrumen gesek dengan memantulkan bow pada senar. Suara yang dihasilkan pendek.
2 Half Kadens terletak di akhir kalimat atau frase dalam komposisi musik, diakhiri dengan
dominan dari tonalitas yang digunakan. Contoh tonalitas C mayor diakhiri dengan G mayor pada
akhir kalimat atau frase.Kemudian dilanjutkan dengan pembuat gambar sekaligus editor video
parallax 2D , untuk mendukung komposisi musik agar dapat menjadi komposisi yang utuh dalam musik program yang disusun.
B. Analisis Komposisi
Berikut adalah analisis bagian dari komposisi musik “Pewaris Kekuatan Dewa” musik program untuk ansambel musik.
1. Bagian Pertama
Bagian pertama menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G mayor, dengan tempo 80 bpm dan didalamnya terdapat empat bagian yaitu A, B, C dan D. Bagian pertama di buka dengan introduction.
Notasi 3.1 Bagian Pertama Birama 1-8 introduction Pada bagian introduction birama 1-8 dibuka dengan strings section, melodi utama dimainkan oleh biola satu. Pada birama ini, menggunakan dinamika pianissimo (sangat lembut), diikuti dengan intensitas bunyi meningkat (crescendo). Pada birama 8 terjadi kadensial yaitu half kadens untuk menghantarkan ke Tema A. Dilanjutkan pada birama 9-16 masuk ke Tema A, menceritakan tentang kelahiran seorang anak dalam keluarga sederhana dan hidup dengan bahagia.
Notasi 3.2 Bagian Pertama Birama 9
- – 16
Notasi 3.3 Bagian Pertama Birama 9-16 Motif tanya jawab dimainkan pada biola satu 9-12 frase tanya dan 13- 16 frase jawab. Serta diiringi dengan semua sectional gesek, brass dan
percussion.
Notasi 3.4 Bagian Pertama Birama 17
- – 20 Kemudian muncul transisi dari birama 17
- – 20 untuk menghantarkan ke tema B.
- – 29 masuk pada Tema B menceritakan tentang seorang bayi mendapatkan anugerah kekuatan dari Dewa. Leitmotif dimainkan pada biola satu dengan iringan semua sectional.
Notasi 3.6 Bagian Pertama Birama 29
- – 36 Kamudian transisi pada birama 29
- – 36. Pada transisi ini menceritakan tentang tokoh ayah khawatir akan anaknya yang mempunyai kekuatan besar sehingga mengakibatkan kehancuran. Penulis menciptakan suasana mencekam penulis menggunakan tonalitas E minor dimainkan instrumen horn dan trombone diiringi dengan strings section.
- – 48 Kemudian pada birama 37
- – 48 masuk pada tema C yang menceritakan tentang seorang anak yang telah tumbuh menjadi dewasa sedang melakukan latihan di daerah pegunungan dan merasakan energi jahat. Penulis mengolah motif dengan cara continuo yaitu pola iringan pada seksi gesek yang diulang-ulang dari solo hingga penuh untuk menghasilkan efek menegangkan.
Notasi 3.8 Bagian Pertama Birama 48-58 Kemudian pada birama 48 ketukan ke empat
- – birama 58 menceritakan tokoh utama berubah menjadi monster karena pengaruh energi jahat. Untuk menggambarkan tokoh tersebut penulis menggunakan
leitmotif yang dimainkan oleh biola satu menggunakan tangga nada E
minor harmonis dengan iringan strings section.Notasi 3.9 Bagian Pertama Birama 59-66 Pada birama 59-66 penulis menggunakan solo piano sebagai transisi untuk menciptakan efek hening dalam keadaan pingsan pada tokoh utama tersebut. Leitmotif pada piano diulang-ulang sepanjang 8 birama.
Notasi 3.10 Bagian Pertama Birama 66-74 Kemudian pada birama 67-74 masuk pada bagian D yang menceritakan tentang tokoh utama terkejut melihat kehancuran desa. Penulis menciptakan suasana tersebut dengan mengambil motif utama dari bagian tansisi C solo piano dikembangkan namun diiringi dengan strings
section yaitu biola dua, biola alto, cello, dan contrabass.
Notasi 3.11 Bagian Pertama Birama 75-84 Kemudian pada bagian penutup birama 75-84 menceritakan tentang tokoh utama sedih dan kaget melihat kedua orang tuanya meninggal. Untuk menggambarkan hal tersebut penulis menggunakan motif yang sama pada piano namun hanya sebagai pengiring bersamaan dengan
strings section dan motif baru muncul pada biola satu diakhiri dengan deceptive kadens (pergerakan akord dari V-VI).
2. Bagian Kedua
Bagian kedua menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G minor, dengan tempo 130 bpm dan didalamnya hanya terdapat satu tema, sub tema dan coda yaitu tema A, A’, A” dan Coda. Bagian kedua dimulai dengan introduction yang dimainkan oleh instrumen perkusi yaitu floor
drum untuk menciptakan suasana tegang.
Notasi 3.12 Bagian Kedua Birama 1-4
Notasi 3.13 Bagian Kedua Birama 5-6 Kemudian diikuti dengan instrumen gesek dan pengolahan motif menggunakan teknik continuo, yaitu pola iringan pada strings section yang diulang-ulang dari solo hingga penuh, untuk menghasilkan efek dendam sesuai dengan cerita tersebut yaitu tokoh utama diusir dari desa karena telah menghancurkan desa dan meresahkan penduduk. Motif ini diolah dari birama 5-20.
Gambar 3.1 VST Action StrikesPada birama 20-21 penulis menggunakan VST Action Strikes yang didalamnya ada macam-macam bank. Penulis menggunakan SFX Mega
Saw Drop sebagai transisi. Kemudian diikuti dengan strings section dan
percussion pada birama 23-26.Notasi 3.14 Bagian Kedua Birama 23-26 Kemudian masuk pada sub tema A’ dari birama 26 ketukan 4 – 30 menceritakan tentang tokoh utama bertemu dengan monster jahat dan saling bertatap untuk melakukan perlawanan. Penulis menciptakan
leitmotif untuk monster jahat yang dimainkan oleh instrumen horn
Notasi 3.15 Bagian Kedua Birama 26-30 Kemudian ditirukan oleh biola satu untuk menggambarkan tokoh utama sama-sama saling ingin menyerang dari birama 31-34 dengan diiringi strings section.
Notasi 3.16 Bagian Kedua Birama 35-38 Pada birama 35-42 menceritakan tentang tokoh utama berperang dengan monster jahat. Peperangan tersebut sangat sengit dan menegangkan, untuk menggambarkan efek menegangkan penulis menggunakan teknik unisono pada instrumen strings section. Kemudian pada birama 39-42 penulis menggunakan teknik spiccato pada string section dengan motif hampir sama dengan motif tema A.
Pada birama 43-46 menceritakan tentang kekalahan dalam pertarungan dengan monster. Penulis menggunakan transisi dalam birama tersebut dengan menggunakan VST Damage dan floor drum.
Gambar 3.2 Bagian Kedua VST DamageKemudian pada birama 47-78 masuk kebagian sub tema A” yang menceritakan perubahan wujud tokoh utama menjadi monster yang tak terkendalikan. Peperanganpun kembali berlangsung dengan sangat sengit.
Penulis menggunakan leitmotif pada instrumen piano diiringi dengan strings section , brass section, dan percussion.
Notasi 3.17 Bagian Kedua Birama 47-54 Leitmotif tersebut muncul kembali dari birama 48-62 namun dengan sedikit dikembangkan. Leitmotif diiringi dengan strings section, brass
section , dan percussion.
Kemudian pada birama 63-78 leitmotif muncul pada biola satu dan biola dua secara unisone dengan jarak oktaf.
Notasi 3.18 Bagian Kedua Birama 63-70 Pada birama tersebut menceritakan tentang pembalasan dendam tokoh utama terhadap monster jahat dengan perubahan monster yang sangat kuat dan tidak terkendalikan. Pada birama 70-78 leitmotif sedikit berbeda namun masih menggambil dari motif birama 63-70.
Kemudian bagian coda atau penutup birama 79-86 menceritakan tentang kemenangan tokoh utama melawan monster jahat, akan tetapi tokoh utama kehilangan kesadaran setelah mengeluarkan banyak energi. Pada bagian coda atau penutup motif mirip dengan tema A hanya dengan pengembangan pola ritme instrumentasi.
3. Bagian Ketiga
Bagian ketiga menggunakan sukat 4/4, ditulis dengan tonalitas G mayor, dengan tempo 130 bpm dan didalamnya terdapat beberapa tema yaitu tema A, A’, B, B’, dan C. Bagian ketika dimulai dengan strings section pada periode pertama birama 1-8.
Notasi 3.19 Bagian Ketiga Birama 1-8 Periode ini menceritakan tentang tokoh utama mulai membuka mata setelah tidak sadarkan diri, untuk menciptakan suasana dari hening menjadi terang penulis menggunakan dinamika sangat pelan perlahan meningkat hingga dinamika sedang.
Kemudian masuk pada periode kedua bagian A. Pada periode ini menceritakan tentang tokoh utama berada pada pangkuan makhluk yang telah menolong dirinya saat tidak sadarkan diri, untuk menciptakan efek tersebut penulis menggunakan leitmotif pada instrumen biola satu diikuti dengan brass section.
Notasi 3.20 Bagian Ketiga Birama 9-16 Kemudian pada periode ketiga secara motif sama hanya perbedaan pada instrumentasi. Periode ketiga bagian A menceritakan tentang perbincangan dan kebingungan tokoh utama mengapa dirinya bisa tertidur dan berada ditempat itu, untuk menciptakan efek bingung penulis menggunakan leitmotif yang dimainkan pada instrumen biola satu dengan iringan strings section.
Notasi 3.21 Bagian Ketiga Birama 17-24 Kemudian diikuti transisi pada birama 25-26 untuk menghantarkan ke bagian A’. Pada birama 27-34 potongan motif masih sama dengan birama
17-24, penulis mengakhiri frase tersebut dengan B mayor untuk menghantarkan ke tonalitas E minor.
Kemudian pada birama 27- 34 bagian tema A’ muncul motif baru yang dimainkan oleh biola satu dengan iringan strings section dan trombone. Pada birama tersebut menceritakan tentang setelah tokoh utama menemukan cara pengendalian kekuatan besar yang berada didalam dirinya, tokoh utama kembali menghampiri temannya didalam hutan, namun tokoh utama melihat temannya terkapar dengan kondisi berlumuran darah. Tokoh utama kaget melihat kondisi temannya dan datang sesosok monster jahat yang ternyata telah membunuh teman sang tokoh utama.
Notasi 3.22 Bagian Ketiga Birama 35-42 Kemudian pada birama 43-50 motif sama dengan birama 35-42 untuk menciptakan efek menegangkan penulis menggunakan tangga nada E minor harmonis.
Pada birama 51-64 menceritakan tentang tokoh utama sangat marah dan berubah wujud menjadi sosok monster sempurna dan tokoh utama telah berhasil mengendalikan kekuatan tersebut. Kemudian tokoh utama melawan dengan kekuatan yang telah ia kuasai, untuk menciptakan efek tersebut penulis menggunakan instrumen gesek dengan pengolahan motif dengan cara continuo yaitu pola iringan pada strings section yang diulang- ulang dari solo hingga penuh untuk menghasilkan efek menegangkan. Pada birama 61-64 reptisi dari birama 57-60 tanpa pengembangan dengan akhir dari bagian B.
Notasi 3.23 Bagian Ketiga Birama 51-60 Kemudian pada birama 65-68 repetisi dari birama 57-60 namun terjadi modulasi ke tonalitas G minor. Pada birama tersebut menceritakan tentang pertarungan yang sangat sengit dari tokoh utama dengan moster jahat. Pada birama 69-74 repetisi dari birama 57-60 dengan tonalitas E minor. Pada birama 75-76 penulis menggunakan transisi untuk menuju ke bagian C yang menceritakan tentang kemenangan tokoh utama dalam peperangan yang sangat sengit.
Kemudian pada birama 77-88 menceritakan tentang tokoh utama membawa mayat temannya untuk dimakamkan, untuk menciptakan efek kemenangan penulis menggunakan tonalitas G mayor dengan leitmotif pada biola satu.
Notasi 3.24 Bagian Ketiga Birama 77-88 Kemudian pada birama 89-102 repetisi dari birama 77-88 dengan sedikit pengembangan, diakhiri dengan otentik kadens, yang menceritakan tentang tokoh utama mengetahui tujuan hidup yaitu tokoh utama bertugas untuk menyeimbangkan bumi dari energi jahat.
Notasi 3.25 Bagian Ketiga Birama 99-102