BAB II DASAR TEORI - Rancang Bangun Band Pass Filter Dengan Metode Hairpin Menggunakan Saluran Mikrostrip Untuk Frekuensi 2,4-2,5 GHZ

BAB II DASAR TEORI

2.1 Filter

  Filter atau tapis didefinisikan sebagai rangkaian atau jaringan listrik yang

  dirancang untuk melewatkan atau meloloskan arus bolak-balik yang dibangkitkan pada frekuensi tertentu serta memblok atau memperlemah semua arus bolak-balik yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk mengontrol respon frekuensi suatu sistem RF/microwave dengan membiarkan pengiriman pada frekuensi dalam passband filter, dan redaman dalam stopband

  filter . Filter sendiri terdapat pada rangkaian pengirim ataupun penerima, yang berguna untuk menyeleksi frekuensi yang dibutuhkan pada sistem tersebut.

  Dari tiap kelompok filter yang dibuat, akan diacu parameter filter yaitu frekuensi kerja, impedansi input/output, frekuensi cut-off, kecuraman, lebar pita dan

  ripple . Filter secara umum dapat dijelaskan pada Gambar 2.1.

  FILTER Input Vi(t) Output Vo(t) H (s)

Gambar 2.1 Diagram blok filter secara umum

  Pada Gambar 2.1, Vi(t) merupakan sinyal dengan beberapa komponen yang frekuensinya berbeda-beda. Rangakaian pemilah frekuensi dalam hal ini memilih sinyal dengan frekuensi tertentu saja, sehingga Vo(t) merupakan tegangan dengan salah satu (daerah) frekuensi saja. Pemisahan frekuensi ini dinyatakan dalam apa yang dinamakan fungsi alih H(s) atau h(t), yang merupakan perbandingan tegangan sinyal keluaran dan tegangan sinyal masukan. Klasifikasi filter adalah sebagai berikut:

2.1.1 Daerah frekuensi

  Tujuan filter dirancang adalah untuk menyeleksi frekuensi sehingga yang dilewatkan hanya frekuensi yang dibutuhkan saja. Berdasakan daerah frekuensi kerja yang dilewatkan, filter dibagi menjadi 4 macam.

  2.1.1.1 Low Pass Filter (LPF) Low Pass Filter merupakan jenis filter yang melewatkan frekuensi di bawah

  frekuensi cut-off dan meredam frekuensi di atas frekuensi cut-off. Kurva low pass filter dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kurva low pass filter[3]

  2.1.1.2 High Pass Filter (HPF) High Pass Filter merupakan jenis filter yang melewatkan frekuensi di atas frekuensi cut-off dan meredam frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut-off.

  Kurva high pass filter dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kurva high pass filter[3]

2.1.1.3 Band Pass Filter (BPF)

  Band Pass Filter adalah jenis filter yang hanya melewatkan sinyal pada range frekuensi tersebut. BPF mempunyai dua frekuensi cut-off yaitu frekuensi cut- off 1 (f c1 ) dan frekuensi cut-off 2 (f c2 ). Range kedua frekuensi cut-off inilah yang

  akan dilewatkan oleh filter, diluar range tersebut maka sinyal akan diredam. BPF bisa merupakan gabungan dari filter jenis LPF dan HPF. BPF memiliki satu frekuensi tengah yang merupakan frekuensi resonansinya (f o ). Kurva band pass filter dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kurva band pass filter[3]

2.1.1.4 Band Stop Filter (BSF)

  Band Stop Filter adalah kebalikan dari BPF, sama-sama memiliki dua

  frekuensi cut-off. Akan tetapi, range kedua frekuensi cut-off pada BSF akan diredam dan di luar range frekuensi tersebut sinyal akan dilewatkan. BSF memiliki satu frekuensi tengah yang merupakan frekuensi resonansinya (f o ). Kurva band stop filter dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kurva band stop filter[3]

2.1.2 Respon Filter

  Berdasarkan respon passband-nya, filter bisa diklasifikasikan ke dalam empat macam. Bentuk respon frekuensi tergantung dari jumlah elemen atau orde

  filter . Semakin banyak jumlah elemen filter, maka bentuk respon semakin curam dan sebaliknya apabila jumlah elemen sedikit, bentuk respon menjadi landai.

  2.1.2.1 Respon Butterworth (Maximally Flat)

  Pada filter jenis ini tidak terdapat ripple pada respon passband-nya. Gambar 2.6 merupakan kurva respon butterworth.

Gambar 2.6 Kurva respon butterworth[3]

  2.1.2.2 Respon Chebyshev

  Respon chebyshev memiliki selektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan respon butterworth. Namun, pada filter ini terdapat ripple yang konstan pada daerah passband-nya. Gambar 2.7 merupakan kurva respon chebyshev.

Gambar 2.7 Kurva respon Chebyshev[3]

  2.1.2.3 Respon Elliptic Filter ini mempunyai ripple yang sama pada respon passband-nya maupun stopband -nya. Gambar 2.8 merupakan kurva respon elliptic.

Gambar 2.8 Kurva respon Elliptic[3]

  2.1.2.4 Respon Gaussian/Bessel (Maximally Flat Group-Delay)

  Respon Gaussian tidak mempunyai ripple pada respon passband-nya. Pada respon ini, terdapat delay pada setiap orde filter yang diberikan. Gambar 2.9 merupakan kurva respon Gaussian/Bessel.

Gambar 2.9 Kurva respon Gaussian/Bessel[3]

2.1.3 Parameter Filter

  Dalam perancangan filter, harus ditentukan terlebih dahulu spesifikasi yang diharapkan dari filter. Hasil rancangan dari filter harus sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan paling tidak mendekati [3]. Beberapa parameter penting yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari suatu filter antara lain:

2.1.3.1 Parameter S

  Parameter S adalah suatu konsep yang penting dalam desain gelombang mikro karena mudah diukur dan bekerja dangan baik pada frekuensi tinggi.

  Walaupun suatu rangkaian bisa memiliki banyak terminal, parameter rangkaian bisa dijelaskan dengan mudah dengan hanya dua terminal saja, yaitu terminal input dan output, seperti ditunjukkan Gambar 2.10.

Gambar 2.10 two port terminal[5]

  Rangkaian dua port (terminal) menunjukkan gelombang datang/incident (a1, a2) dan gelombang pantul (b1, b2). Persamaan linear yang menyatakan rangkaian dua terminal adalah: diterminasi dengan beban yang sama dengan impedansi system (Z 0), maka transfer daya maksimum, b2 akan total diserap dan membuat a2 sama dengan nol.

  Persamaan S-parameter dalam variabel gelombang dapat dituliskan dalam Persamaan 2.1 dan 2.2.

  1

  1

  (2.1) = | 2 = 0 = | 1 = 0

  11

  12

  1

  2

  2

  2

  (2.2) = | 2 = 0 = | 1 = 0

  21

  22

  1

  2 Parameter S 11 dan S 22 merupakan koefisien refleksi sedangkan S 12 dan S

  21

  disebut koefisien transmisi. Parameter scattering merupakan persamaan dengan bentuk kompleks dan dapat dijabarkan dalam amplitudo maupun fasanya. S- parameter juga biasanya ditulis dalam bentuk logaritmik yaitu dinyatakan dalam Persamaan 2.3.

  (2.3) 20 | | ( , = 1 2)

  Dalam analisa filter, terdapat parameter return loss dan insertion loss, Persamaan 2.4 dan 2.5 menyatakan kedua parameter tersebut dalam bentuk logaritmik S-parameter.

  (2.4) = −20 log|

  | . = 1,2( ≠ ) (2.5)

  = 20 log| | = 1,2

  

1+| |

  (2.6) =

  

1−| |

  Dimana L A menyatakan insertion loss antara port n dan port m dan L R menyatakan return loss pada port n.

2.1.3.2 Return loss

  Return loss adalah kehilangan sejumlah daya yang dipantulkan kembali ke sumber diakibatkan karena gangguan transmisi atau rangkaian yang tidak matching.

  

Return loss atau RL biasa dinyatakan sebagai rasio dalam decibel. Rasio ini adalah

R

  bentuk logaritmik dari perbandingan daya yang dipantulkan (P ) dengan daya yang

  T

  dikirimkan dari sumber (P ). Nilai dari RL harus sekecil mungkin, jika dalam dB berarti harus bernilai negatif sebesar mungkin agar daya yang ditransfer maksimum.

  Return loss dinyatakan dalam Persamaan 2.7:

  2 −1

  (2.7) = 10 log = 10 log ( )

  10

  

10

  • 1

  2.1.3.3 Insertion Loss Insertion loss adalah rugi-rugi daya yang dihasilkan karena penyisipan

  karena penyisipan perangkat antara sumber dan beban. Daya yang dikirimkan dari sumber ke beban akan direfleksikan kembali ke sumber dan ada yang ditransfer ke beban, namun daya yang di transfer ke beban ini sebagian akan hilang karena komponen pada rangkaian, hilangnya daya inilah yang disebut insertion loss.

  Insertion loss ini merupakan perbandingan antara daya yang dikirim ke beban T

  sebelum insertion loss (P ) dengan daya yang diterima beban setelah insertion loss (P R ) dalam logaritmik decibel. Nilai insertion loss harus mendekati 1 atau 0 jika dalam dB, sehingga daya yang diterima beban sesuai dengan daya yang dikirimkan ke beban. Insertion loss dinyatakan pada Persamaan 2.8:

  (2.8) = 10 log = −20 log | |

  10

  10

  21

  2.1.3.4 Q Factor

  Faktor Q adalah faktor kualitas yang merupakan rasio dari frekuensi tengah rangkaian resonansi terhadap lebar bandwidth, dinyatakan dalam Persamaan 2.9: (2.9)

  =

  • 1

  2

  c

  1

  2

  dimana f adalah frekuensi tengah dan f dan f adalah frekuensi cutoff pertama dan kedua. Faktor Q digunakan untuk mengetahui selektivitas suatu filter. Semakin tinggi nilai faktor Q maka semakin tinggi selektivitas filter tersebut, dalam arti respon frekuensinya semakin tajam atau semakin curam.

2.1.3.5 VSWR

  VSWR atau voltage standing wave ratio adalah rasio perbandingan antara amplitudo tegangan maksimum terhadap amplitudo tegangan minimum gelombang berdiri. Tegangan maksimum dan tegangan minimum terjadi karena adanya superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul. Jika kedua gelombang ini sefasa akan terjadi tegangan maksimum dan bila berlawanan fasa akan terjadi tegangan minimum. Harga untuk koefisien pantul adalah 0≤│Г│≤1 dan untuk

  VSWR adalah 1 ≤ VSWR ≤ ~. Nilai VSWR yang baik adalah mendekati 2. VSWR dinyatakan dalam Persamaan 2.10 dan 2.11:

  | |+| | 1+|Γ|

  (2.10)

  = = = − +

  | 1−|Γ| | |−|

  dimana nilai koefisien pantul : (2.11)

  Γ = | |

2.2 Microstrip Line

  Microstrip line adalah media transmisi yang digunakan dalam rangkaian RF

  dan microwave. Pada saat ukuran mikrostrip dikurangi sehingga dimensinya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang, maka mikrostrip dapat digunakan sebagai elemen lumped. Parameter yang penting dalam merancang

  transmission line adalah karakteristik impedansi (Zo), effective dielectric constant, atenuasi (α), diskontinuiti reaktansi, frekuensi dispersi, eksitasi gelombang pada permukaan, dan radiasi.

  Mikrostrip adalah suatu saluran transmisi yang terdiri dari strip konduktor dan ground plane yang antara keduanya dipisahkan oleh dielektrik. Mikrostrip pada umumnya digunakan karena lebih mudah dalam pabrikasinya dan losses yang ditimbulkan relatif kecil dan jika dibandingkan pada rangkaian lumped. Bentuk geometri mikrostrip tampak seperti Gambar 2.11[2].

Gambar 2.11 Bentuk geometri saluran mikrostrip

  Untuk mendapatkan W(lebar saluran resonator) dapat digunakan persamaan 2.12 sampai 2.15[2].

  ⁄ < 2 digunakan Persamaan 2.12 dan 2.13 Untuk ℎ

  8

  (2.12)

  = ( < 2) ∗ ℎ

  2 −2 ℎ

  0.5

  • +1 −1

  0.11

  (2.13)

  = { } {0.23 + }

  • Dengan

  60

2 +1

  ⁄ > 2 digunakan Persamaam 2.14 dan 2.15 Untuk ℎ

  2 −1

  0.61

  = {( − 1) − ln(2 − 1) + [ln( − 1) + 0.39 − ]} ∗ ℎ (2.14)

  2

  2

  60 Dengan (2.15) =

  √

  Impedansi karakteristik (Z c ) dapat dicari dengan Persamaan 2.16 dan 2.17[3]

  60

  2

  2

  (2.16)

  = ln [ ) ]

  • √1 + (

  ⁄ ⁄ ℎ ℎ √

  Dimana:

  0.7528 30.666

  (2.17) = 6 + (2 − 6) [− ( ) ]

  ℎ ⁄

  Kemudian untuk mendapatkan nilai L (panjang saluran resonator) dapat digunakan Persamaan 2.18 dan 2.19

  ( )( )

1800

  (2.18)

  = √

  2 Dengan (2.19)

  = Nilai maksimum error pada Persamaa 2.18 di atas kurang dari 1%, sehingga sangat bermanfaat untuk proses fabrikasi.

2.3 Filter Hairpin

  Filter ini mempunyai struktur yang tersusun rapi, mempunyai konsep yang

  ditentukan oleh lipatan-lipatan resonator parallel-coupled, half-wavelength

  resonator filter

  yang mempunyai bentuk “U”. Resonator bentuk “U” inilah yang disebut dengan hairpin resonator. Konsekuensinya, desain hairpin menggunakan persamaan dari parallel-coupled, half-wavelength resonator filters untuk merancangnya. Bagaimanapun untuk lipatan resonator, ini penting untuk mengambil perkiraan pengurangan dari panjang coupled line, yang mana mengurangi kopling antara resonator. Begitu juga, jika dua lengan hairpin resonator dihitung dengan teliti, akan berfungsi sebagai sepasang saluran terkopel[4]. Gambar 2.12 merupakan struktur dari hairpin filter.

Gambar 2.12 Transformasi edge coupled filter menjadi hairpin filter

  Metode hairpin merupakan pengembangan dari metode parallel coupled dimana saluran coupled line λ/4 dilipat sebesar L atau ((λ/4)-b) dengan b adalah panjang saluran yang tidak terkopel.

Gambar 2.12 memperlihatkan transformasi filter hairpin dari filter edge

  coupled . Pada Gambar 2.12.(a), panjang saluran terkopel pada resonator edge- coupled filter ad

  alah λ/4 (ditandai area). Kemudian pada Gambar 2.12.(b) resonator tersebut digeser sejauh b untuk memberikan panjang saluran yang tidak terkopel pada hairpin filter (slide factor area). Kemudian resonator tersebut dibengkokkan sehingga terbentuk filter seperti pada Gambar 2.12.(c).

2.3.1 Slide Factor

  Slide factor merupakan saluran yang tidak terkopel pada filter hairpin. Slide factor yang terlalu panjang akan mengakibatkan redaman filter bertambah, namun

  apabila slide factor terlalu pendek justru akan mengakibatkan adanya kopling diantara saluran resonator yang sama[3]. Untuk itu, panjang slide factor minimal adalah 1 sampai 3 kali dari lebar resonator atau 2 sampai 2,5 kali jarak antar resonator itu sendiri. Bagian slide factor pada resonator ditunjukkan pada Gambar 2.13 dengan lebar sebesar B.

  B

Gambar 2.13 Slide factor

  2.3.2 Saluran Input

  Terdapat dua metode pencatuan dalam mikrostrip hairpin yaitu dengan menggunakan feed-line dan tap. Feed-line ini merupakan saluran λ/4 yang memiliki impedansi yang sama dengan saluran resonator dan dihubungkan dengan saluran

  filter . Pemakaian jenis saluran input ini tergantung pada topologi filter yang yang digunakan.

  Posisi pencatuan berpengaruh terhadap faktor kualitas yang dihasilkan, Persamaan 2.20 dapat digunakan untuk mendapatkan faktor kualitas yang diinginkan, kemudian dengan mengatur posisi pencatu akan didapat spesifikasi

  filter yang sesuai dengan yang diinginkan.

  1

  (2.20)

  =

  Dengan:

  

  FBW = Fractional Bandwidth = ( )

  

i g = elemen chebyshev untuk orde ke-i

  Komponen-komponen dalam perancangan filter hairpin yaitu: dimensi resonator, koefisien kopling, slide factor (saluran yang tidak terkopel), panjang, dan saluran pencatu.

  2.3.3 Koefisien Kopling

  Koefisien kopling digunakan untuk menentukan separation dari kopling resonator. Hubungan koefisien kopling dengan separation diperlihatkan dalam gambar 2.14.

1 Normalized Distance (d/h)

  0.75

  Persamaan 2.21 digunakan untuk mencari koefisien kopling

  Di dalam perancangan sebuah filter, dapat digunakan parameter lowpass filter sebagai parameter perencanaannya, yaitu dengan menyesuaikan karakteristik filter yang diinginkan ke dalam parameter lowpass filter. Dengan menggunakan

  gi = elemen chebyshev orde ke-i

  )

  

  = (

  (2.21) Dengan FBW = Fractional Bandwidth

  √ . +1

  , +1 =

  Dapat dilihat pada Gambar 2.14, jarak antara dua buah resonator dilambangkan dengan d. Semakin besar d, semakin kecil pengaruh koplingnya.

  1.5

Gambar 2.14. Kopling antara dua buah resonator Hairpin [3]

  C oup li ng ( k )

  0.1

  0.01

  6

  5.25

  4.5

  3.75

  3

  2.25

2.4 Perancangan Filter dengan Respon Chebyshev

  Persamaan 2.21, bisa didapatkan koefisien kopling dan faktor kualitas yang diinginkan, dimana variabel g i bisa didapatkan dari parameter lowpass filter sesuai dengan bentuk respon frekuensi dan orde yang diinginkan.

  0.4078 0.9703 1.2004 1.3049 1.3600 1.3924 1.4131 1.4271

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9 0.4489 0.6292 0.7129 0.7653 0.7814 0.7970 0.8073 0.8145

  0.9085 0.6292 1.3213 1.5773 1.6897 1.7481 1.7824 1.8044

  9

  1

  1 0.6476 1.3049 1.5350 1.6331 1.6833 1.7125

  0.9085 0.7563 1.4970 1.7481 1.8529 1.9058

  1

  1 0.7098 1.3924 1.6193 1.7125

  0,9085 0.7970 1.5555 1.8044

  1

  1 0.7334 1.4271

  2

  g

  Untuk respon chebyshev harga elemen-elemennya bisa dilihat pada Tabel 2.1. Dengan menentukan ukuran ripple dalam parameter S

  3

  21 dan jumlah ordenya, dapat dihitung karakteristik filter yang diinginkan.

Tabel 2.1 Elemen untuk chebyshev dengan ripple 0.01 dB[3]

  Orde g

  1

  g

  2

  g

  g

  8

  4

  g

  5

  g

  6

  g

  7

  g

  0.9085 0.8145

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kitin - Penggunaan Natrium Tripolifosfat Untuk Pembuatan Nanopartikel Kitosan Dari Cangkang Belangkas

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 Tentang kurikulum 2013 Sekolah menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Studi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan)

0 0 34

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko - Analisis Manajemen Risiko (Studi Kasus pada TELKOM, Kandatel Binjai)

1 15 30

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun Kabanjahe

0 1 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Agen Jasa Asuransi Pada PT. Prudential Life Assurance Medan

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Agen Jasa Asuransi Pada PT. Prudential Life Assurance Medan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Seimbang - Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle dan Gambar Animasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle dan Gambar Animasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan

0 0 8

1. Hasil sidik ragam tinggi semai S. alba - Respons Pertumbuhan Tanaman dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid terhadap Variasi Naungan dan Salinitas pada Mangrove Sonneratia alba Smith

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Bahan Pemutih Gigi

0 0 16