Makalah Analisis Kebijakan Pembangunan P

Makalah Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan
“Perumusan Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sail Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat dan Kelestarian Lingkungan”

Oleh :
Unggul Fitrah Heriadi
1610247902

DOSEN PENANGGUNG JAWAB :
Dr. Victor Amrivo, S.Pi. M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KELAUTAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2017

I.

PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan perluasan lahan sebagai wadah

aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Apabila perkembangan tersebut tidak
dikendalikan dengan baik maka dapat terjadi konversi lahan untuk aktivitas yang tidak sesuai
dengan fungsi dan daya dukungnya yang akan berdampak pada penurunan daya dukung
lingkungan. Perubahan penggunaan lahan, utamanya di perkotaan, dari tahun ke tahun
semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan suatu kota.
Pada awalnya perubahan penggunaan lahan tersebut terjadi di pusat kota, lama kelamaan,
ketika pusat kota telah menjadi jenuh, mengarah ke pinggiran kota. Hal ini akan berakibat
semakin banyaknya lahan pertanian ataupun hutan yang berubah menjadi kawasan
permukiman, industri, perdagangan, jasa, dan lain sebagainya.
Pemanfaatan sumberdaya alam suatu daerah aliran sungai memerlukan pengelolaan
yang baik dan holistik. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik mengisyaratkan pengaturan
penggunaan ruang dengan mengarahkan pemanfaatan lahan sesuai dengan fungsi dan
kemampuan/kesesuaiannya, serta memperhatikan aspek-aspek kelestarian sumberdaya alam.
Perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi pemanfaatan lahan
akan memberi tekanan terhadap ekosistem sumberdaya alam yang ada. Apabila tekanan
tersebut melampaui daya dukung yang ada maka akan terjadi permasalahan degradasi
lingkungan, seperti terjadinya banjir, erosi, tanah longsor dan kerusakan lingkungan lainnya.
Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran penting
dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi
daerah disekitamya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang

dimiliki oleh lingkungan disekitamya.

Sungai Sail merupakan salah satu sungai yang berada di Kota Pekanbaru. Sungai Sail
mengalir melewati empat kecamatan yaitu Kecamatan Lima Puluh, Sail, Tenayan Raya dan
Bukit Raya. Luas wilayah dari empat kecamatan ini adalah 200,62 km 2 (31,68%) dari total
luas wilayah Pekanbaru sebesar 632,26 km2. Jumlah penduduk pada tahun 2010 untuk empat
kecamatan tersebut sebesar 277.840 jiwa (30,95%) dari jumlah total penduduk Pekanbaru
sebesar 897.768 jiwa (BPS Kota Pekanbaru, 2011).
Sungai Sail berada dalam wilayah pemukiman padat aktivitas, namun pengelolaan
dan pelestarian sungai dari tahun ke tahun belum seperti yang diharapkan. Sebelumnya,
Pemko Pekanbaru melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru melalui Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2000 tentang kebersihan, bahwa pemerintah akan menindak tegas dan memberikan
sanksi bagai siapa saja yang membuang limbah sembarangan ke sungai.
Meningkatnya

aktifitas

pembangunan


yang

dilakukan

di

Kota

Pekanbaru

menyebabkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang pada akhimya memacu
peningkatan aktifitas disegala bidang. Kondisi ini akan memicu pertambahan penduduk,
dimana saat ini Kota Pekanbaru tergolong kota sedang yang mempunyai jumlah penduduk
lebih dan 650.000 jiwa.
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung bukit dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut dialirkan melalui sungai
sungai kecil kemudian ke sungai utama (Asdak, 2002). DAS merupakan satuan pemantauan
tataguna lahan yang baik karena dalam suatu DAS terjadi siklus hidrologi yang dapat
menunjukkan adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu dan hilir. Aktivitas perubahan
penggunaan lahan yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberi dampak di daerah hilir
dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, transport sedimen serta material terlarut lainnya.


Secara hidrologis DAS memiliki karakteristik khusus yang berhubungan dengan
unsur utamanya yaitu jenis tanah, tataguna lahan, topografi, kemiringan dan panjang lereng.
Adanya keterkaitan antara input dan output pada suatu DAS dapat dijadikan dasar untuk
menganalisis dampak suatu tindakan atau aktivitas pembangunan di dalam DAS terhadap
lingkungan.
Daya dukung lingkungan suatu wilayah menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan agar proses pembangunan yang dilaksanakan dapat berkelanjutan dalam arti
mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang
dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu setiap upaya pemanfaatan sumberdaya alam
untuk kegiatan pembangunan haruslah berwawasan lingkungan (Soemarwoto, 1987). Salah
satu cara pemanfaatan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan adalah menggunakan
pendekatan satuan wilayah ekologis seperti Daerah Aliran Sungai (DAS).
Kebijakan pemerintah dalam membangun fasilitas publik sebagai upaya untuk
meningkatkan nilai tambah dalam pembangunan merupakan suatu rencana yang sangat
direspon baik bagi penggunanya. Pada prinsipnya tidak ada pembangunan yang tidak
menggunakan ruang, artinya semakin banyak kebijakan penggunaan lahan yang berguna
untuk pembangunan secara tidak langsung akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan
seperti hutan dan sungai-sungai yang berada di perkotaan.
Dalam dimensi tata ruang, lahan merupakan salah satu unsur sumberdaya alam yang

mempunyai fungsi penting untuk menampung segala aspek kehidupan manusia yang
tercermin dari penggunaan lahan yang ada untuk berbagai pemanfaatan/aktivitas. Lahan
sebagai sumberdaya luasnya relatif tetap, sementara pemakai lahan dalam hal ini penduduk
dari waktu ke waktu terus bertambah seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga akan menimbulkan benturan
kepentingan dan terjadinya kompetisi dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan

akan membawa perubahan tata ruang, apabila perubahan ini tidak terencana maka akan
menimbulkan perubahan tata ruang yang mengandung banyak permasalahan seperti
kerusakan lingkungan dan meningkatnya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam melebihi
batas ambang toleransi yang diperbolehkan.
Melihat dengan kondisi sungai sail kota pekanbaru saat ini secara visual ada beberapa
permasalahan yang sangat memprihatinkan antara lain pendangkalan ataupun berkurangnya
debit air yang semakin luas. Selain itu sulitnya permasalahan lingkungan yang berdampak
pada keberadaan organisme perairan yang semakin berkurang. Dengan melihat kondisi
sungai sail yang telah disebutkan diatas, maka penulis merasa perlu untuk dilakukan analisis
strategi pengelolaan DAS sungai Sail kota pekanbaru terhadap kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat disekitar sehingga sungai sail dapat dijadikan sebagai ikon kota
pekanbaru.
Dari permasalahan tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah

mengetahui penyebab terjadinya degradasi dan berkurangnya debit air dan kualitas perairan
sungai sail kota pekanbaru yang berdampak pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar sungai sail kota pekanbaru, menganalisis kebijakan dan strategi
pemerintah dalam pengelolaan DAS sail, dan menyusun strategi pengelolaan DAS sail.
Sedangkan manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat memberikan informasi, solusi dan
rekomendasi kepada masyarakat serta kepada pemerintah khususnya dinas terkait dalam
pengelolaan sungai sail kota pekanbaru. Dapat menambah ilmu pengetahuan seputar
permasalahan yang tengah dihadapi oleh masyarakat terhadap keadaan kualitas sungai sail
kota pekanbaru.

II. PEMBAHASAN

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. SWOT adalah singkatan dari
lingkungan internal Strength dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses).
Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT banyak dipakai di

dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi perusahaan (strategic planning)
sehingga literatur mengenai metode ini banyak berkaitan dengan aspek penerapan di dunia
bisnis meskipun pada beberapa analisa ditemukan pula penggunaan SWOT untuk
kepentingan public policy. Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey
yang melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa
perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke
belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model
yang dikembangkan di Harvard Business School. Namun pada saat pertama kali digunakan
terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat
deskripstif dan belum/tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa
dikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.
Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama yang
ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu institusi membutuhkan
penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang mempengaruhi proses
pencapaian tujuan institusi. Dengan analisa SWOT akan didapatkan karakteristik dari

kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan kelemahan
tambahan berdasarkan analisa lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan. Dari analisa
tersebut potensi dari suatu institusi untuk bisa maju dan berkembang dipengaruhi oleh :
bagaimana institusi memanfaatkan pengaruh dari luar sebagai kekuatan tambahan serta

pengaruh lokal dari dalam yang terdapat empat langkah utama yang harus dilakukan, yaitu :
1.

Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi sebelumnya.
Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun berdasarkan kebutuhan
institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan eskternal yang ada melainkan
merupakan strategi turunan yang telah ada sejak lama dipegang institusi.

2.

Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi dan
masih mungkin terjadi di masa mendatang.

3.

Membuat cross tabulation antara strategi yang ada saat ini dengan perubahan
lingkungan yang ada.

4.


Menentukan katagorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian apakah
strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan lingkungan di masa
mendatang : Jika masih sesuai strategi tersebut menjadi kekuatan/peluang, dan sudah
tidak sesuai merupakan kelemahan.
Walaupun terdapat beberapa metode penentuan faktor SWOT, secara umum terdapat

keseragaman bahwa penentuan tersebut akan tergantung dari faktor lingkungan yang berada
di luar institusi. Faktor lingkungan eksternal mendapatkan prioritas lebih dalam penentuan
strategi karena pada umumnya faktor-faktor ini berada di luar kendali institusi (exogen)
sementara faktor internal merupakan faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan.
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluang dan ancaman.
 Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi
yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth

(distinctive competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi
apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu
dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga
terdapat kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka
kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan
institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki

institusi harus dipaksa untuk dikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu
penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari
kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari
institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada
lingkungan sekitar.
 Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan dengan membandingkan
analisa internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisa
internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan peluang juga harus diranking
berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan
strategi institusi. Peluang dapat dikatagorikan dalam tiga tingkatan :
o Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga
kecil.
o Moderate : jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian
kecil atau sebaliknya.
o Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar.
 Ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend perkembangan (persaingan) dan
tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya
(serousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of occurance). Sehingga dapat
dikatagorikan :


o Ancaman utama (major threats), adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya tinggi dan
dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa contingency planning yang
harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
o Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknya kecil dan
kemungkinan terjadinya kecil
o Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan
terjadinya rendah dan sebaliknya.
 Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan bahwa :
o Suatu institusi dikatakan memiliki keunggulan jika memiliki major opportunity yang besar
dan major threats yang kecil
o Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada saat
yang sama
o Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan threat
o Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats.
Tujuan penetapan visi antara lain adalah :
(1) mencerminkan apa yang akan dicapai
(2) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
(3) menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik
(4) memiliki orientasi terhadap masa depan.
Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria diantaranya adalah :
a) Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi
b) Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi
c) Memungkinkan untuk dicapai
d) Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis
e) Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan zaman

f)

Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi.
Dari visi akan dituangkan cara yang digunakan institusi dalam mencapai visi. Secara

konseptual cara tersebut akan tertuang dalam misi dan secara aplikatif akan terlihat dalam
strategi.
Untuk mendapatkan informasi dari berbagai narasumber melalui analisis SWOT di
atas digunakan metode survey dengan frame sample pihak-pihak (stakeholders) yang bisa
memberikan penilaian aspek internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja suatu institusi
atau lembaga. Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan gambaran awal dari peta
permasalahan yang ada di institusi. FGD harus dilakukan dengan komprehensif artinya
melibatkan seluruh stakeholders sehingga peta yang terbentuk telah mewakili seluruh
kepentingan stakeholders. Karena sifatnya yang bersumber dari informasi kualitatif pemilihan
responden yang credible sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisa SWOT sehingga
hendaknya harus dilakukan dengan beberapa kualifikasi.
2. Pembuatan kuesioner SWOT berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan dalam FGD.
Secara umum kuesioner ini memiliki katagorisasi penilaian sebagai berkut:
 Penilaian faktor internal dan eksternal. Di sini responden memberikan preferensi opini
terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari institusi pada saat ini dan perkiraan di masa
mendatang.
 Penilaian urgensi. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor tersebut
untuk ditangani. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan pembangunan yang tercermin melalui faktor-faktor yang dinilai. Faktor
inilah yang kemudian terkatagori sebagai kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan
peluang atau ancaman (dari analisa eksternal).

 Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan dengan
meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang memiliki nilai maksimal 6 dan
minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas median (atau rata-rata dilihat dari
persebaran distribusi probabilitasnya) disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan
”peluang” pada analisa eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di
bawah median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa internal dan ”ancaman” pada analisa
eksternal.
 Membentuk suatu kuadran faktor pembangunan, yaitu suatu blok yang menjelaskan posisi
dari kombinasi faktor internal dan eksternal pembangunan, dengan kombinasi : kekuatanpeluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman
(W-T). Sebelum menentukan kuadran pembangunan, harus dilihat terlebih dahulu uji
konsistensi dari pengolahan kuesioner SWOT.
 Membuat pola strategi pembangunan berdasarkan Indeks Penilaian Kuadran. Prioritas
strategi pembangunan berdasarkan skenario ini ditetapkan dengan menjalankan kombinasi
kebijakan dengan indeks nilai paling kecil berurutan ke yang paling besar. Dengan kata lain,
daerah akan berusaha untuk mengatasi seluruh faktor yang paling lemah yang dimiliki untuk
kemudian beralih pada kombinasi strategi yang telah memiliki indeks baik/tinggi. Dari
contoh di atas strategi pembangunan yang dilakukan institusi akan bergerak dari WT_ ST_
WO_ SO.
Sebagai contoh penggunaan SWOT dalam kehidupan dan lingkungan sekitar kita
yaitu dengan menerapkan SWOT pada analisis pengelolaan DAS terhadap kelestarian
lingkungan.
Analisa ini merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat
positif, meminimalisirkan kelemahan yang ada serta menekan dampak ancaman yang timbul.
Berdasarkan hasil identifkasi sumberdaya dan lingkungan sekitar DAS, selanjutnya dilakukan

inventarisasi faktor internal dan eksternal. Deskripsi faktor-faktor dari unsur SWOT
diuraikan sebagaimana tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi faktor internal dan eksternal
No

Unsur SWOT

Deskripsi

Keterangan

1.

Kekuatan
(Strength)

2.

Kelemahan
(Weakness)

3.

Peluang
(Opportunity)

4.

Ancaman
(Teraths)

Kekuatan adalah segala hal yang ada dan
berkaitan dengan ekositem DAS dan
masyarakat yang berinteraksi dengannya yang
menguntungkan untuk mendukung kelestarian
DAS.
Kelemahan adalah segala hal yang ada dan
berkaitan
dengan
ekositem
DASdan
masyarakat yang berinteraksi dengannya, yang
merugikan
atau
tidak
mendukung
pemberdayaan dan kelestarian DAS.
Peluang adalah segala hal yang ada diluar
ekosistem DAS dan masyarakat yang
berinteraksi dengannya yang memberikan
keuntungan
atau
mendukung
bagi
pemberdayaan dan kelestarian DAS.
Ancaman adalah segala hal yang ada diluar
ekosistem DAS dan masyarakat yang
berinteraksi dengannya yang menghambat
keuntungan
atau
merugikan
bagi
pemberdayaan dan kelestarian DAS

S1
S2
S3
...
Sn
W1
W2
W3
....
Wn
O1
O2
O3
...
On
T1
T2
T3
...
Tn

Dari deskripsi yang disajikan tabel 1, variabel untuk semua unsur SWOT
ditabulasikan dalam tabel 2 berikut :
Tabel 2. Inventarisasi faktor internal dan eksternal.
No
1
2
3
n

Variabel
V1
V2
V3
vn

S

W

O

T

Evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal dilakukan dengan cara memberikan
skor atau bobot penilaian. Pemberian skor dilakukan dengan telaah mendalam terhadap tiga
aspek, yaitu (1) aspek nilai, berupa nilai kondisi faktor saat ini dibandingkan dengan kondisi
ideal bagi pengelolaan DAS, (2) aspek bobot, merupakan nilai kepentingan faktor terkait
kegiatan pelaksanaan pengelolaan DAS, dan (3) aspek rating, berupa nilai kemampuan
masyarakat dan pemerintah untuk merespon kondisi faktor tersebut. Pemberian nilai terhadap
aspek nilai, bobot dan rating diuraikan sebagaimana tabel 3.

Tabel 3. Kriteria penilaian terhadap aspek nilai, bobot dan rating pada unsur SWOT.
No.
1.

Aspek
Nilai

Penilaian
1-4

2.

Bobot

0,01-0,20

3.

Rating

1-2

Klasifikasi
1 = tidak penting
2 = cukup penting
3 = penting
4 = sangat penting
0,01 – 0,05 = tidak penting
0,06 – 0,10 = cukup penting
0,11 – 0,15 = penting
0,16 – 0,20 = sangat penting
1 = respon rendah
2 = respon tinggi

keterangan

Aspek nilai bagi faktor kekuatan dan peluang berlaku semakin tinggi nilai akan
menunjukan semakin baiknya kondisi faktor tersebut. Sementara aspek nilai bagi faktor
kelemahan dan ancaman berlaku semakin tinggi nilai akan menunjukkan semakin buruknya
kondisi faktor tersebut. Tolak ukur tidak penting, cukup penting, penting ataupun sangat
penting dalam aspek bobotpada suatu parameter adalah dengan membandingkan dengan
parameter lainnya. Sementara pada aspek rating, penilaian pada faktor-faktor kekuatan dan
peluang diberikan nilai 2 untuk respon rendah. Sedangkan untuk faktor-faktor kelemahan dan
ancaman diberikan nilai 2 untuk respon rendah dan nilai 1 untuk respon tinggi.
Perhitungan nilai, bobot dan rating untuk kemudian diperoleh skor terhadap unsur
SWOT sebagaimana disajikan tabel 4.

Tabel 4. Penghitungan nilai, bobot dan rating pada unsur SWOT
Nilai
Bobot
Rating
No
Unsur SWOT
(1-4)
(0,01-0,20)
(1-2)
I
Kekuatan (S)
S1
S2
S3
Sn
II Kelemahan (W)
W1
W2
W3
Wn
III Peluang (O)
O1
O2
O3
On
IV Ancaman (T)
T1
T2
T3
Tn

Skor
(NxBxR)

Penilaian dilakukan oleh responden, responden yang ditunjuk adalah pihak-pihak
yang terkait dalam pengelolaan DAS.
No.

Nama

Pekerjaan/Jabatan

Instansi

1.`

Adapun cara untuk menentukan unsur SWOT yaitu dengan memakai rasional dan
logika yang didukung oleh teori-teori yang terkait serta menyaring informasi dari stake holder
(wawancara) (Rangkuti, 2011). Selanjutnya untuk perumusan strategi pengelolaan DAS sail
kota Pekanbaru dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT seperti yang disajikan pada
tabel 5.

Tabel 5. Matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi
Internal
Eksternal
OPPORTUNITIES (O)

THREATS (T)

STRENGTHS (S)

WEAKNESSES (W)

Strategi S-O

Strategi W-O

Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang

Meminimalkan
kelemahan dengan
memanfaatkan peluang

Strategi S-T

Strategi W-T

Menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman

Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman

Analisa SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan strategi alternatif yaitu :


Strategi Strenght – Oportunities (SO). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran pengelola, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.



Strategi Weaknesses – Opportunityies (WO). Strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.



Strategi Strenght – Threats (ST). Adalah strategi dalam menggunakan
kekuatan yang dimilik pengelola untuk mengatasi ancaman.



Strategi Weaknesses – Threats (WT). Strategi ini didasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.

Untuk mengetahui strategi mana yang harus diprioritraskan untuk dilaksanakan,
maka disusunlah alternatif strategi dalam strategi dalam analisis SWOT dengan cara
menjumlahkan skor penilaian yang terangkum dalam satu strategi pengelolaan DAS
sebagaimana yang disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Penyusunan skala prioritas rumusan strategi SWOT
No
I

II

III

IV

Alternatif
strategi
S–O
S – O1
S – O2
S – O3
.........
S – On
S–T
S – T1
S – T2
S – T3
.........
S – Tn
W–O
W – O1
W – O2
W – O3
.........
W – On
W–T
W – T1
W – T2
W – T3
.........
W – Tn

Skoring

Total skor

Prioritas

S1+S2+...+Sn+O1+O2+...+On
S1+S2+...+Sn+O1+O2+...+On
S1+S2+...+Sn+O1+O2+...+On
............................................
S1+S2+...+Sn+O1+O2+...+On
S1+S2+...+Sn+T1+T2+...+Tn
S1+S2+...+Sn+T1+T2+...+Tn
S1+S2+...+Sn+T1+T2+...+Tn
............................................
S1+S2+...+Sn+T1+T2+...+Tn
W1+W2+...+Wn+O1+O2+...+On
W1+W2+...+Wn+O1+O2+...+On
W1+W2+...+Wn+O1+O2+...+On
.................................................
W1+W2+...+Wn+O1+O2+...+On
W1+W2+...+Wn+T1+T2+...+Tn
W1+W2+...+Wn+T1+T2+...+Tn
W1+W2+...+Wn+T1+T2+...+Tn
...............................................
W1+W2+...+Wn+T1+T2+...+Tn

Pengelolaan DAS pada dasarnya adalah semua kegiatan yang dilakukan baik upaya
perencanaan,

pelaksanaan,

pemantauan

dan

evaluasi

penyelenggaraan

konservasi,

pendayagunaan sumberdaya air dan daya rusak air. Pengelolaan ini juga harus
memperhatikan aspek-aspek sumberdaya alam yang saling berkaitan satu sama lain dalam
sistem DAS, baik vegetasi, tanah maupun air.
Dalam pengelolaan suatu sistem DAS diperlukan suatu rencana yang memperhatikan
sifat-sifat tanggapan terhadap sistem DAS. Contoh-contoh permasalah yang dihadapi dalam
pengelolaan DAS adalah (1) banjir (flood conditions), banjir adalah salah satu permasalahan
yang sering terjadi pada musim hujan dalam sistem DAS. Salah satu faktor penyebab banjir
adalah adanya perubahan tataguna lahan, yang akan merubah tanggapan terhadap sistem
DAS. Penggundulan hutan akan mengakibatkan banjir pada daerah bantaran sungai, karena
aliran permukaan yang semakin besar dan infiltrasi semakin kecil, sehingga aliran yang

sampai ke sistem sungai akan meningkatkan debit puncak banjir untuk curah hujan yang
relatif sama setiap tahunnya, dan (2) debit rendah (low flow), debit rendah atau bahkan
kekeringan adalah salah satu permasalahanyang dihadapi pada pengelolaan DAS. Pada debit
rendah tidak hanya terjadi pengurangan pada jumlah air yang ada untuk pemenuhan
kebutuhan tapi juga membawa pada penurunan kualitas air, seperti kemampuan pengenceran
dan reaerasi dari sungai berkurang, serta pengaruh terhadap degradasi estetika yang
mempunyai efek terhadap channel reach (Ward and Robinson, 1990), serta (3) Erosi dan
Sedimentasi, erosi pada daerah hulu sungai yang diakibatkan tergerusnya dasar sungai akibat
aliran, akan membawa sedimen ke hilir atau muara sungai dan akan menutup muara sungai.
Hal ini menyebabkan penampang sungai di hilir lebih kecil dari penampang sungai di hulu,
sehingga sungai tidak dapat meneruskan debit yang besar dari hulu dan menyebabkan banjir
di bagian hulu sungai. Ketiga permasalahan diatas merupakan masalah-masalah yang erat
kaitannya dalam pengelolaan sistem DAS.
Dalam ketiga permasalahan tersebut dapat diambil suatu keterkaitan mengenai
variabel masukan yang harus diperhitungkan dengan seksama dalam pengelolaan sistem DAS
yaitu tataguna lahan yang harus sesuai dengan peruntukannya. Perubahan tataguna lahan
tersebut tidak hanya mempengaruhi pada saat debit tinggi atau kondisi banjir tapi juga
memberikan kontribusi pada saan debit rendah atau bahkan kekeringan, sehingga masalah
kekeringan ini menjadi salah satu permasalahan yang juga sering dijumpai pada wilayahwilayah dengan intensitas perubahan tataguna lahan yang tinggi. Hal ini disebabkan
berkurangnya daerah resapan air, pada saat musim kemarau aliran dalam tanah akan
berkurang sehingga akan mempengaruhi aliran air yang masuk ke sistem sungai. Kejadian ini
terkait erat dengan perubahan tataguna lahan misalnya adanya perubahan kawasan hutan
sebagai daerah resapan air menjadi lahan pertanian, pemukiman, industri dan pertambangan.

Sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kegiatan
pembangunan dalam pemanfaatan sumberdaya alam.Salah satu upaya dalam pengelolaan
DAS adalah berupa pengaturan penggunaan lahan dan pelaksanaan usaha-usaha rehabilitasi
lahan dan konservasi tanah.Sasaran dari upaya tersebut adalah terwujudnya keadaan tata air
DAS yang optimal dalam aspek kuntitas dan kualitas (Waljiyanto, 1997).
Analisis Lingkungan Strategis (SWOT) Sub DAS Sail.
1.

Penilaian lingkungan eksternal.
Banjir yang melanda Kabupaten Pelalawan tidak saja merusak lahan perkebunan,

insfrastruktur seperti jalan, akan tetapi mengakibatkan Rumah Tangga Miskin (RTM)
bertambah banyak. Sebelum kejadian banjir, jumlah RTM hanya 2.537, namun pasca banjir
meningkat menjadi 2.767. disebabkan belum bisa digunakannya lahan perkebunan serta
berhentinya usaha pembuatan batu bata sementara di wilayah tersebut akibat banjir yang
melanda wilayah tersebut berbulan-bulan.
Penggunaan lahan adalah pemanfaatan lahan dan pengelolaan termasuk di dalamnya pola
kemampuan penggunaan lahan. Pengaturan fungsi penggunanaan lahan telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), namun pada kenyataannya
masih banyak masyarakat yang tidak mentaati dan bahkan ada kecenderungan mengabaikan,
misalnya pada lahan-lahan untuk peruntukan fungsi kawasan lindung digunakan untuk
pemukiman ataupun lainnya yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Demikian pula pada
pola tanam belum memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah.
2.

Penilaian lingkungan internal.
Berdasarkan identifikasi aspek lingkungan DAS Sail, pada wilayah hulu diperoleh data

bahwa kawasan hutan daerah hulu sungai sail yang masih asri hanya berkisar 25% dari total

seluruh wilayah hutannya. Sedangkan hampir 75% kawasan hutan menjadi wilayah hutan
kritis di hulu DAS.
Hasil yang dapat diambil dari analisis hidrologi yg telah dilakukan adalah bahwa banjir
yang terjadi di Kota Pekanbaru khususnya Kabupaten Pelalawan merupakan akibat dari
perubahan tataguna lahan yang cukup tinggi, dari pengurangan kawasan hutan menjadi
kawasan pemukiman dan pertambangan terbuka. Begitu juga dengan validitas pemetaan yang
ada, karena berdasarkan hasil tinjauan lapangan ditemukan ketidaksesuaian antara pemetaan
yang tersedia dengan kondisi tata guna lahan nyata. Lahan hutan pada kondisi sebenarnya
adalah ladang berpindah serta lahan bekas galian B dan C.
Hal ini mempunyai dampak yang sama besarnya dalam analisis debit banjir maupun
analisis ketersediaan air di sub DAS Sail yang memerlukan penanganan sesegera mungkin
untuk menghindarkan akibat banjir yang semakin besar.
Merumuskan isu-isu kunci.
Berdasarkan penilaian lingkungan eksternal dan internal didapat beberapa isu pokok,
yaitu: 1) Identifikasi hutan di DAS Sail yang hanya tersisa 25% kawasan hutan di wilayah
hulu DAS yang masih asri. 2) Peningkatan RTM di beberapa wilayah Kabupaten Pelalawan
khususnya Kota Pekanbaru. 3) Maraknya penebangan liar dan penambangan liar di bagian
hulu DAS. 4) Kurangnya penerapan tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya. 5) Pola
tanam masyarakat dalam pengolahan lahan pertaniannya yang tidak sesuai dengan kaidahkaidah konservasi tanah. 6) Adanya kerjasama yang baik antara instansi pemerintah dan
masyarakat dalam penanggulangan banjir. 7) Lemahnya pengawasan terhadap pengrusakan
kawasan hutan di wilayah hulu DAS Sail.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63