MAKALAH SHALAT Disusun Oleh SMK BINA SAT
MAKALAH
“SHALAT”
Disusun Oleh :
Dena Safitri
XI AP.2
SMK BINA SATRIA
MEDAN
SHALAT
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan,
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Shalat” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi makalah ini bisa
lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Medan, 22 April 2016
Penulis
SHALAT
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
...............2
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................ 3
BAB I.
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..........4
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................4
1.2. Tujuan . . .
....................................................
.....4
BAB II. PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................5
2.1 Defnisi Shalat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................5
2.2 Hukum Shalat
....................................................
..5
2.3 Rukun-rukun shalat
.................................................6
2.4 Shalat berjamaah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.5 Shalat dalam kondisi Khusus
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
SHALAT
Page 3
2.6 Shalat dalam alquran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.7 Sejarah shalat fardu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 12
BAB III.KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 14
3.1. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 14
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .14
DAFTAR
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan amal yang di hisap paling pertama di alam
kubur dan merupakan amal yang paling penting, sanggat pentingnya
shlat pada orang sakit pun harus melakukan shlat walupun dalam
keadaan apapun ataukah sedang sakit atau pun sedang sibuk. Pada
saat seorang sedang sakit seseorang harus shlat jika tidak bisa berdiri
duduk dan jika tidak bisa duduk berbaring jika masih tidak bisa
berbaring cukup dengan menedipkan mata. Betapa sangat pentingnya
shalat dalam kehidupan di dunia dan di akhera. Shalat juga sebagai
tiang agama yang dimana untuk membuat karakter akhlak kita untuk
lebih baik lagi dan tidak mudah terjerumus dalam lubang muslihat
ataupun menuju jalan yang haram.
SHALAT
Page 4
1.2 Tujuan
1.
2.
Untuk mengetahui tata cara shalat yang benar
Menambah wawasan dalam tata cara shalat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisn Shalat
Salat (Bahasa Arab: ;ةصلةاtransliterasi: Shalat), merujuk kepada
ritual ibadah pemelukagama Islam. Menurut syariat Islam, praktik
salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad,
sebagai fgur pengejawantah perintah Allah.[1i Umat muslim
diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah
Al-‘Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:
“
…dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya
SHALAT
Page 5
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45) ”
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki
arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian
kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengansalam.
2.2 Hukum Shalat
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan
peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib,
mereka akan dihukumi menjadi kafrdan mereka yang meninggalkan
salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
•
Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk
mengerjakannya. Salat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
•
Fardu Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf
langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan
ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti salat lima waktu, dan
salat Jumat (fardhu ‘ain untuk pria).
•
Fardu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada
mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu
menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya.
Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita
wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan.
Seperti salat jenazah.
•
Salat sunah (salat Naflah) adalah salat-salat yang dianjurkan
atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat naflah terbagi
lagi menjadi dua, yaitu
SHALAT
Page 6
•
Nafl Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan
penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari
raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
•
Nafl Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan
tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat
sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti
salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
2.3 Rukui-Rukui Salat
Salat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya
ditinggalkan, maka batallah salat tersebut. Berikut ini penjelasannya
secara terperinci tentang rukun-rukun salat.
1.
Berinat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan salat tertentu, hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya segala amal
perbuatan itu tergantung niatnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul
ihram dan mengangkat kedua tangan, namun, tidak mengapa
kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari keduanya.
1. Nnat ishalat.
Berangkat dari Hadits ini niat diatas, niat shalat menjadi bahan
diskusi diantara Ulama-ulama ahli fqih.
Al-Imam Asy-Syaf’i menyimpulkan bahwa semua amal, termasuk
shalat, tiada sah tanpa dengan niat. Sementara yang lain, seperti AlImam Malik, menyimpulkan bahwa semua amal tidak sempurna
(bukan tidak sah) tanpa dengan niat.
Bagi pengikut madzhab (pendapat) Asy-Syaf’i, berangkat dari
pendapat bahwa niat adalah rukun, dimana shalat tidak sah tanpanya,
maka ditulislah teks panduan niat dalam kitab-kitab madzhab
SHALAT
Page 7
tersebut, dengan menyaratkan adanya Ta’yin (penentuan) komplit
dalam niat shalat, yaitu menentukan shalat “apa” dan berapa
raka’atnya, fardhu atau sunnah, melaksanakan kewajiban pada
waktunya atau qadha’. Misalnya untuk shalat zhuhur;
“Aku berniat shalat zhuhur empat raka’at, menghadap qiblat, untuk
melaksanakan kewajiban yang sekarang (bukan qadha’), karena Allah
ta’ala.”
Ke”komplit”an ini tidak lain adalah merupakan kepedulian ulama fqih
terhadap penjelasan tentang niat. Bahkan untuk itu mereka kemudian
menyusun suatu kalimat untuk dilafalkan ketika berniat, dengan
maksud sebagai usaha untuk memandu hati pada niat tersebut.
Bagi orang yang tidak mengerti maksud dan
tujuannya, talaffuzh (melafalkan niat) ini dianggap sebagai bid’ah
yang dibuat-buat oleh madzhab Asy-Syaf’i.
Namun tidak sedikit pula dari pengikut madzhab Asy-Syaf’i yang
kemudian, ternyata, memang salah faham dengan panduan niat ini,
mereka menganggap bahwa niat itu adalah menghadirkan ungkapan
sebagaimana lafal niat tersebut dan mengejanya kalimat demi kalimat
di dalam hati. Dan karena defnisi niat itu dalah..
قَصْ ُد َش ْي ٍء ُم ْقت َِرنا ً بِفِ ْعلِ ِه
“Menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya”
Maka proses penghadiran ungkapan niat itu di lakukan pada
awal takbiratul-ihram. Ironisnya, mereka yang salah faham (dengan
mengeja lafal niat didalam hati) itu kemudian salah faham lagi dengan
kalimat “muqtarinan bi-f’lihi” (bersamaan dengan perbuatannya)
yang ada dalam konteks defnisi niat itu. Mereka menganggap bahwa
proses pengungkapan niat harus rampung pada saat takbiratul-ihram,
sehingga mereka menyelesaikan bacaan takbir dalam waktu yang
cukup lama, karena menunggu selesainya pelafalan niat didalam hati,
bahkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian sering was-was
semasa takbir, merasa niatnya tidak sah karena belum sempurna
SHALAT
Page 8
terlafalkan didalam hatinya, dan akibatnya banyak yang sering
menggagalkan takbir dan mengulanginya kembali dengan niat ala
mereka.
Sungguh ini merupakan kesalahfahaman yang ironis, karena selain
hal ini dapat menyulitkan si peshalat, maka bagi pengkeritik madzhab
Asy-Syaf’i, hal ini akan dibuat sebagai alasan untuk menyalahkan
Ulama Asy-Syaf’iyah yang telah menyusun lafal niat.
Memang benar, niat itu harus rampung pada saat takbir, artinya
kesadaran dan kesengajaan untuk shalat itu harus sudah hadir
didalam hati sebelum takbir usai. Namun, sekali lagi, bukan
melafalkan niat pada saat takbir.
3. MembacaTakbnratulIhram
Yaitu dengan lafazh (ucapan): ” Allaahuakbar.”
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Kunci salat itu adalah
bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya
dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan
salat adalah salam.” (HR Abu Daud, At- Tirmidzi, dan lainnya: hadits
shahih)
Berdnrn (bagn yaig isaiggup ketnka melakisaiakai isalat wajnb)
Hal ini berdasarkan frman Allah saw,
“Pelnharalah isegala isalat(mu) dai (pelnharalah) isalat wuistha
(Aishar). Berdnrnlah kareia Allah (dalam isalatmu) deigai
khuisyu’.” (QS Al-Baqarah: 238)
Sabda Rasulullah saw kepada Imran bin Hushain, ” Salatlah kamu
dengan berdiri; apabila tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika
tidak mampu juga, maka salatlah dengan berbaring ke samping.” (HR
Al-Bukhari)
Membaca Surat Al- Fatnhah Tnap Rakaat Salat Fardu dai Salat
Suiah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Tidak sah salat seseorang
yang tidak membaca surat Al-Fatihah.” (HR.Bukhari)
4. Ruku’
Hal ini berdasarkan frman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Han oraig- oraig yaig bernmai, ruku’lah kamu, isujudlah
SHALAT
Page 9
kamu, isembahlah Rabbmu dai perbuatlah kebajnkai isupaya
kamu meidapat kemeiaigai.” (QS Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar
shalatnya:
” … kemudian ruku’lah kamu sampai kamu tuma’ninah dalam keadaan
ruku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
5. Baigknt darn Ruku’
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw terhadap seseorang yang
salah dalam salatnya:
” … kemudian bangkitlah (dari ruku’) sampai kamu tegak lurus
berdiri.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. I’tndal (berdnrn isetelah baigknt darn ruku’)
Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan
hadits lain yang berbunyi:
“Allah tidak akan melihat kepada salat seseorang yang tidak
menegakkan tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR
Ahmad, dengan isnad shahih)
7. Sujud
Hal ini berdasarkan frman Allah SWT yang telah disebutkan di atas
tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Kemudian sujudlah
kamu sampai kamu tuma’ninah dalam sujud.” (HR Bukhari dan
Muslim)
8.Baigknt darn Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tuma’ninah.”
(HR Bukhari dan Muslim)
9.Duduk dn aitara Dua Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak
menegakkan tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR
Ahmad, dengan isnad shahih)
SHALAT
Page 10
10. Tuma’iniah Ketnka Ruku’, Sujud, Berdnrn, dai Duduk
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada seseorang yang
salah dalam melaksanakan shalatnya:
“Sampai kamu merasakan tuma’ninah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tuma’ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku’,
sujud, dan duduk, sedangkan i’tidal pada saat berdiri. Hakikat
tuma’ninah itu ialah bahwa orang yang ruku’, sujud, duduk, atau
berdiri itu berdiam sejenak, sekadar waktu yang cukup untuk
membaca satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun
selebihnya dari itu adalah sunah hukumnya.
11. Membaca Taisyahud Akhnr Serta Duduk
Adapun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu
Mas’ud ra yang bunyinya:
“Dahulu kami membaca di dalam salat sebelum diwajibkan membaca
tasyahhud adalah, ‘Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas
malaikat Jibril dan Mikail.’
Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Janganlah kamu membaca itu,
karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu
sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca:
“Segala penghormatan, salawat dan kalimat yang baik bagi Allah.
Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan
kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada
kita dan hamba-hamba yang salih. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.” (HR An-Nasai, AdDaruquthni dan Al- Baihaqi, dengan sanad shahih)
“Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah- hud),
hendaklah dia mengucapkan: ‘Segala penghormatan, salawat dan
kalimat- kalimat yang baik bagi Allah’.” (HR Abu Daud, An- Nasai dan
yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam ”
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim”)
Adapun duduk untuk tasyahud itu termasuk rukun juga karena
tasyahhud akhir itu termasuk rukun.
12. Membaca Salam
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Pembuka salat itu adalah
bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya
dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan
SHALAT
Page 11
shalat adalah salam.” (HR Abu Daud, At- Tirmidzi dan lainnya, hadits
shahih)
13. Melakukai Rukui- Rukui Salat Secara Berurutai
Oleh karena itu, janganlah seseorang membaca surat Al- Fatihah
sebelum takbiratul ihram dan janganlah ia sujud sebelum ruku’. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Salatlah kalian sebagaimana
kalian melihatku salat.” (HR Bukhari)
Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun salat sebagaimana
yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah saw, seperti mendahulukan
yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah salatnya.
2.4 Shalat Berjamah
Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama
(berjamaah). Pada salat berjamaah seseorang yang dianggap paling
kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Salat, dan yang lain akan
berlaku sebagai Makmum.
•
Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain :
•
Salat Fardu
•
Salat Tarawih
•
Salat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain:
•
Salat Jumat
•
Salat Hari Raya (Ied)
•
Salat Istisqa’
2.5 Salat dalam koidnisn khuisuis
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi
keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada
dalam perjalanan (safar).
SHALAT
Page 12
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia
dibolehkan melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia
tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat dengan
berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan
tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan
menggabungkan (jama’) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak
salat berarti menggabungkan dua salat pada satu waktu yakni zuhur
dengan asar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti
meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2
rakaat.
2.6 Shalat dalam Al qurai
•
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman:
Hendaklah mereka mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki
yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terangterangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada
jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)14:31
•
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji (zinah) dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut : 45) 29:45
•
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam: 59)19:59
•
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (alMa’arij : 19-23)70:19
SHALAT
Page 13
2.7 Sejarah Salat Fardu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan
para pengikutnya adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya
Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama kemudian,
turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam
atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang
sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunah. Ibnu
Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya
berkata mengenai ayat 20 ini, “Sesungguhnya ayat ini menghapus
kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat
Islam.
SHALAT
Page 14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:
“
…dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45) ”
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan
peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib,
mereka akan dihukumi menjadi kafrdan mereka yang meninggalkan
SHALAT
Page 15
salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Dan rukun shalat pun sangat penting dalam melakukan ibadah shalat
maka dari itu kita harus benar dalam rukunnya tersebut.
3.2 Saran
Jangan lah meninggalkan shlat dalam keadaan apapun kecuali sedang
nifas untuk perempuan. Jika meninggalkan shalat maka hari kiamat
akan disandingkan bersama dengan orang-orang, seperti
Qarun,Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat (diunduh pada tanggal 22 April
2016
jam 19.00 Wib)
Tuntunan Shalat Menurut Al- Qur’an dan As-Sunnah, Syaikh Abdullah
bin Abdurrahman Al- Jibrin
SHALAT
Page 16
“SHALAT”
Disusun Oleh :
Dena Safitri
XI AP.2
SMK BINA SATRIA
MEDAN
SHALAT
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan,
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Shalat” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi makalah ini bisa
lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Medan, 22 April 2016
Penulis
SHALAT
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
...............2
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................ 3
BAB I.
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..........4
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................4
1.2. Tujuan . . .
....................................................
.....4
BAB II. PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................5
2.1 Defnisi Shalat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
................5
2.2 Hukum Shalat
....................................................
..5
2.3 Rukun-rukun shalat
.................................................6
2.4 Shalat berjamaah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.5 Shalat dalam kondisi Khusus
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
SHALAT
Page 3
2.6 Shalat dalam alquran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.7 Sejarah shalat fardu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 12
BAB III.KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 14
3.1. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 14
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .14
DAFTAR
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan amal yang di hisap paling pertama di alam
kubur dan merupakan amal yang paling penting, sanggat pentingnya
shlat pada orang sakit pun harus melakukan shlat walupun dalam
keadaan apapun ataukah sedang sakit atau pun sedang sibuk. Pada
saat seorang sedang sakit seseorang harus shlat jika tidak bisa berdiri
duduk dan jika tidak bisa duduk berbaring jika masih tidak bisa
berbaring cukup dengan menedipkan mata. Betapa sangat pentingnya
shalat dalam kehidupan di dunia dan di akhera. Shalat juga sebagai
tiang agama yang dimana untuk membuat karakter akhlak kita untuk
lebih baik lagi dan tidak mudah terjerumus dalam lubang muslihat
ataupun menuju jalan yang haram.
SHALAT
Page 4
1.2 Tujuan
1.
2.
Untuk mengetahui tata cara shalat yang benar
Menambah wawasan dalam tata cara shalat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisn Shalat
Salat (Bahasa Arab: ;ةصلةاtransliterasi: Shalat), merujuk kepada
ritual ibadah pemelukagama Islam. Menurut syariat Islam, praktik
salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad,
sebagai fgur pengejawantah perintah Allah.[1i Umat muslim
diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah
Al-‘Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:
“
…dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya
SHALAT
Page 5
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45) ”
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki
arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian
kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengansalam.
2.2 Hukum Shalat
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan
peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib,
mereka akan dihukumi menjadi kafrdan mereka yang meninggalkan
salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
•
Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk
mengerjakannya. Salat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
•
Fardu Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf
langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan
ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti salat lima waktu, dan
salat Jumat (fardhu ‘ain untuk pria).
•
Fardu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada
mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu
menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya.
Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita
wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan.
Seperti salat jenazah.
•
Salat sunah (salat Naflah) adalah salat-salat yang dianjurkan
atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat naflah terbagi
lagi menjadi dua, yaitu
SHALAT
Page 6
•
Nafl Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan
penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari
raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
•
Nafl Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan
tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat
sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti
salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
2.3 Rukui-Rukui Salat
Salat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya
ditinggalkan, maka batallah salat tersebut. Berikut ini penjelasannya
secara terperinci tentang rukun-rukun salat.
1.
Berinat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan salat tertentu, hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya segala amal
perbuatan itu tergantung niatnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul
ihram dan mengangkat kedua tangan, namun, tidak mengapa
kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari keduanya.
1. Nnat ishalat.
Berangkat dari Hadits ini niat diatas, niat shalat menjadi bahan
diskusi diantara Ulama-ulama ahli fqih.
Al-Imam Asy-Syaf’i menyimpulkan bahwa semua amal, termasuk
shalat, tiada sah tanpa dengan niat. Sementara yang lain, seperti AlImam Malik, menyimpulkan bahwa semua amal tidak sempurna
(bukan tidak sah) tanpa dengan niat.
Bagi pengikut madzhab (pendapat) Asy-Syaf’i, berangkat dari
pendapat bahwa niat adalah rukun, dimana shalat tidak sah tanpanya,
maka ditulislah teks panduan niat dalam kitab-kitab madzhab
SHALAT
Page 7
tersebut, dengan menyaratkan adanya Ta’yin (penentuan) komplit
dalam niat shalat, yaitu menentukan shalat “apa” dan berapa
raka’atnya, fardhu atau sunnah, melaksanakan kewajiban pada
waktunya atau qadha’. Misalnya untuk shalat zhuhur;
“Aku berniat shalat zhuhur empat raka’at, menghadap qiblat, untuk
melaksanakan kewajiban yang sekarang (bukan qadha’), karena Allah
ta’ala.”
Ke”komplit”an ini tidak lain adalah merupakan kepedulian ulama fqih
terhadap penjelasan tentang niat. Bahkan untuk itu mereka kemudian
menyusun suatu kalimat untuk dilafalkan ketika berniat, dengan
maksud sebagai usaha untuk memandu hati pada niat tersebut.
Bagi orang yang tidak mengerti maksud dan
tujuannya, talaffuzh (melafalkan niat) ini dianggap sebagai bid’ah
yang dibuat-buat oleh madzhab Asy-Syaf’i.
Namun tidak sedikit pula dari pengikut madzhab Asy-Syaf’i yang
kemudian, ternyata, memang salah faham dengan panduan niat ini,
mereka menganggap bahwa niat itu adalah menghadirkan ungkapan
sebagaimana lafal niat tersebut dan mengejanya kalimat demi kalimat
di dalam hati. Dan karena defnisi niat itu dalah..
قَصْ ُد َش ْي ٍء ُم ْقت َِرنا ً بِفِ ْعلِ ِه
“Menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya”
Maka proses penghadiran ungkapan niat itu di lakukan pada
awal takbiratul-ihram. Ironisnya, mereka yang salah faham (dengan
mengeja lafal niat didalam hati) itu kemudian salah faham lagi dengan
kalimat “muqtarinan bi-f’lihi” (bersamaan dengan perbuatannya)
yang ada dalam konteks defnisi niat itu. Mereka menganggap bahwa
proses pengungkapan niat harus rampung pada saat takbiratul-ihram,
sehingga mereka menyelesaikan bacaan takbir dalam waktu yang
cukup lama, karena menunggu selesainya pelafalan niat didalam hati,
bahkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian sering was-was
semasa takbir, merasa niatnya tidak sah karena belum sempurna
SHALAT
Page 8
terlafalkan didalam hatinya, dan akibatnya banyak yang sering
menggagalkan takbir dan mengulanginya kembali dengan niat ala
mereka.
Sungguh ini merupakan kesalahfahaman yang ironis, karena selain
hal ini dapat menyulitkan si peshalat, maka bagi pengkeritik madzhab
Asy-Syaf’i, hal ini akan dibuat sebagai alasan untuk menyalahkan
Ulama Asy-Syaf’iyah yang telah menyusun lafal niat.
Memang benar, niat itu harus rampung pada saat takbir, artinya
kesadaran dan kesengajaan untuk shalat itu harus sudah hadir
didalam hati sebelum takbir usai. Namun, sekali lagi, bukan
melafalkan niat pada saat takbir.
3. MembacaTakbnratulIhram
Yaitu dengan lafazh (ucapan): ” Allaahuakbar.”
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Kunci salat itu adalah
bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya
dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan
salat adalah salam.” (HR Abu Daud, At- Tirmidzi, dan lainnya: hadits
shahih)
Berdnrn (bagn yaig isaiggup ketnka melakisaiakai isalat wajnb)
Hal ini berdasarkan frman Allah saw,
“Pelnharalah isegala isalat(mu) dai (pelnharalah) isalat wuistha
(Aishar). Berdnrnlah kareia Allah (dalam isalatmu) deigai
khuisyu’.” (QS Al-Baqarah: 238)
Sabda Rasulullah saw kepada Imran bin Hushain, ” Salatlah kamu
dengan berdiri; apabila tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika
tidak mampu juga, maka salatlah dengan berbaring ke samping.” (HR
Al-Bukhari)
Membaca Surat Al- Fatnhah Tnap Rakaat Salat Fardu dai Salat
Suiah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Tidak sah salat seseorang
yang tidak membaca surat Al-Fatihah.” (HR.Bukhari)
4. Ruku’
Hal ini berdasarkan frman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Han oraig- oraig yaig bernmai, ruku’lah kamu, isujudlah
SHALAT
Page 9
kamu, isembahlah Rabbmu dai perbuatlah kebajnkai isupaya
kamu meidapat kemeiaigai.” (QS Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar
shalatnya:
” … kemudian ruku’lah kamu sampai kamu tuma’ninah dalam keadaan
ruku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
5. Baigknt darn Ruku’
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw terhadap seseorang yang
salah dalam salatnya:
” … kemudian bangkitlah (dari ruku’) sampai kamu tegak lurus
berdiri.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. I’tndal (berdnrn isetelah baigknt darn ruku’)
Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan
hadits lain yang berbunyi:
“Allah tidak akan melihat kepada salat seseorang yang tidak
menegakkan tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR
Ahmad, dengan isnad shahih)
7. Sujud
Hal ini berdasarkan frman Allah SWT yang telah disebutkan di atas
tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Kemudian sujudlah
kamu sampai kamu tuma’ninah dalam sujud.” (HR Bukhari dan
Muslim)
8.Baigknt darn Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tuma’ninah.”
(HR Bukhari dan Muslim)
9.Duduk dn aitara Dua Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak
menegakkan tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR
Ahmad, dengan isnad shahih)
SHALAT
Page 10
10. Tuma’iniah Ketnka Ruku’, Sujud, Berdnrn, dai Duduk
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada seseorang yang
salah dalam melaksanakan shalatnya:
“Sampai kamu merasakan tuma’ninah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tuma’ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku’,
sujud, dan duduk, sedangkan i’tidal pada saat berdiri. Hakikat
tuma’ninah itu ialah bahwa orang yang ruku’, sujud, duduk, atau
berdiri itu berdiam sejenak, sekadar waktu yang cukup untuk
membaca satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun
selebihnya dari itu adalah sunah hukumnya.
11. Membaca Taisyahud Akhnr Serta Duduk
Adapun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu
Mas’ud ra yang bunyinya:
“Dahulu kami membaca di dalam salat sebelum diwajibkan membaca
tasyahhud adalah, ‘Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas
malaikat Jibril dan Mikail.’
Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Janganlah kamu membaca itu,
karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu
sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca:
“Segala penghormatan, salawat dan kalimat yang baik bagi Allah.
Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan
kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada
kita dan hamba-hamba yang salih. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.” (HR An-Nasai, AdDaruquthni dan Al- Baihaqi, dengan sanad shahih)
“Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah- hud),
hendaklah dia mengucapkan: ‘Segala penghormatan, salawat dan
kalimat- kalimat yang baik bagi Allah’.” (HR Abu Daud, An- Nasai dan
yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam ”
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim”)
Adapun duduk untuk tasyahud itu termasuk rukun juga karena
tasyahhud akhir itu termasuk rukun.
12. Membaca Salam
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Pembuka salat itu adalah
bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya
dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan
SHALAT
Page 11
shalat adalah salam.” (HR Abu Daud, At- Tirmidzi dan lainnya, hadits
shahih)
13. Melakukai Rukui- Rukui Salat Secara Berurutai
Oleh karena itu, janganlah seseorang membaca surat Al- Fatihah
sebelum takbiratul ihram dan janganlah ia sujud sebelum ruku’. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Salatlah kalian sebagaimana
kalian melihatku salat.” (HR Bukhari)
Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun salat sebagaimana
yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah saw, seperti mendahulukan
yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah salatnya.
2.4 Shalat Berjamah
Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama
(berjamaah). Pada salat berjamaah seseorang yang dianggap paling
kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Salat, dan yang lain akan
berlaku sebagai Makmum.
•
Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain :
•
Salat Fardu
•
Salat Tarawih
•
Salat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain:
•
Salat Jumat
•
Salat Hari Raya (Ied)
•
Salat Istisqa’
2.5 Salat dalam koidnisn khuisuis
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi
keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada
dalam perjalanan (safar).
SHALAT
Page 12
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia
dibolehkan melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia
tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat dengan
berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan
tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan
menggabungkan (jama’) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak
salat berarti menggabungkan dua salat pada satu waktu yakni zuhur
dengan asar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti
meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2
rakaat.
2.6 Shalat dalam Al qurai
•
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman:
Hendaklah mereka mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki
yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terangterangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada
jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)14:31
•
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji (zinah) dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut : 45) 29:45
•
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam: 59)19:59
•
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (alMa’arij : 19-23)70:19
SHALAT
Page 13
2.7 Sejarah Salat Fardu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan
para pengikutnya adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya
Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama kemudian,
turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam
atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang
sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunah. Ibnu
Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya
berkata mengenai ayat 20 ini, “Sesungguhnya ayat ini menghapus
kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat
Islam.
SHALAT
Page 14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:
“
…dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45) ”
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan
peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib,
mereka akan dihukumi menjadi kafrdan mereka yang meninggalkan
SHALAT
Page 15
salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun,Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Dan rukun shalat pun sangat penting dalam melakukan ibadah shalat
maka dari itu kita harus benar dalam rukunnya tersebut.
3.2 Saran
Jangan lah meninggalkan shlat dalam keadaan apapun kecuali sedang
nifas untuk perempuan. Jika meninggalkan shalat maka hari kiamat
akan disandingkan bersama dengan orang-orang, seperti
Qarun,Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat (diunduh pada tanggal 22 April
2016
jam 19.00 Wib)
Tuntunan Shalat Menurut Al- Qur’an dan As-Sunnah, Syaikh Abdullah
bin Abdurrahman Al- Jibrin
SHALAT
Page 16