Paper Kriya Analisis Produk Sendiri H
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
1
Analisis Produk Sendiri
Hubungannya dengan Art dan Craft
Elda Cipta Dwiliansyah
Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM)
Jl. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur Yogyakarta 55281
E-mail: elda.cipta@yahoo.com
Abstark – Pada hari Kamis, 6
Desember 2014, telah dilaksanakan
praktek dari mata kuliah apresiasi seni
kriya di daerah Kasongan, Bantul,
Yogyakarta. Praktek yang dilaksanakan
yaitu berupa kegiatan membentuk tanah
liat dari yang tidak berbentuk menjadi
tanah liat yang memiliki bentuk lain dan
dapat diperindah melalui proses pemutaran
dan pencetakan dari media yang telah
disediakan.
Tujuan dari praktek ini adalah
selain kita dapat membuat langsung
sebuah karya, kita juga dituntut untuk
memberikan apresiasi atau penilaian
sehingga dapat ditentukan apakah itu
termasuk ke dalam art atau craft.
Berdasarkan hasil praktek/kegiatan
membuat karya dari tanah liat tersebut,
kita dapat menentukan benda tersebut art
atau craft dengan melihat dari berbagai
faktor.
Kata kunci – Art, Craft, Tanah liat,
Ekonomis.
I.
PENDAHULUAN
Art merupakan karya seni yang
menitikberatkan pada nilai dan lebih
bersifat
abstark.
Sedangkan
Craft
merupakan
kerajinan
yang
menitikberatkan pada fungsi dan memiliki
sifat/kegunaan yang jelas. Ada artisan dan
ada craftman. Artisan adalah orang yang
bekerja memberikan karakter unik dan
ekspresif pada produknya. Sedangkan
craftman adalah orang yang melaukan
produksi atau keterampilan.
II.
DASAR TEORI
Arts and Craft muncul sebagai bentuk
ketidakpuasan terhadap Victorian yang
dianggap sudah terlalu tradisional dan
ketinggalan zaman. Selain itu Victorian
juga miskin nilai-nilai estetis karena sifatsifatnya yang natural dan apa adanya.
Maka Arts and Craft muncul dengan
pelopornya William Morris, mengusung
gaya ilustrasi yang kaya akan seni
decorative
yang
memiliki
nilai
craftmenship tinggi.
Arts and Craft muncul sebagai bentuk
ketidakpuasan terhadap Victorian yang
dianggap sudah terlalu tradisional dan
ketinggalan zaman. Selain itu Victorian
juga miskin nilai-nilai estetis karena sifatsifatnya yang natural dan apa adanya.
Maka Arts and Craft muncul dengan
pelopornya William Morris, mengusung
gaya ilustrasi yang kaya akan seni
decorative
yang
memiliki
nilai
craftmenship tinggi.
Ciri-ciri art dan craft, diantaranya:
Memiliki nilai estetis dan craftmenship
yang sangat tinggi; Border berupa seni
ornament yang mayoritas berupa sulursulur atau tetumbuhan yang padat dan
rumit; Dipengeruhi oleh gaya ilustrasi
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
Gothic; Bila dibandingkan dengan gaya
ilustrasi sebelmnya yaitu Victorian, Arts
and Crafts jauh terlihat lebih bagus dan
inovatif; Sudah memiliki prinsip proporsi
dan fungsi – fungsi bentukan.
III.
PROSES PEMBUATAN
1
tertarik keluar dan hasilnya tidak
berantakan.
Karya dipoles dengan menggunakan
sedikit air agar tetap lembab dan elastis
sehingga mudah untuk dibentuk dan
dirapikan. Jika kehilangan kadar air, maka
tanah akan mengeras dan susah dirapikan.
A. Penyediaan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipakai cukup
sederhana, diantaranya: tanah liat yang
tidak terlalu keras dan tidak terlalu
lembek, cetakan dengan berbagai macam
bentuk, air untuk memudahkan dalam
proses pembentukan dan tusuk gigi untuk
menorehkan motif pada benda/objek.
B. Teknik Pembuatan
Memotong tanah liat menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil dari sebelumnya
sesuai dengan kebutuhan. Sebelumnya,
tanah liat telah melalui proses kneeding
supaya udara yang berada di dalam adonan
dapat keluar. Sehingga pada waktu proses
pembakaran tidak akan pecah.
Gambar. 2. Pemolesan oleh Sedikit Air
Karya dikeringkan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari selama
kurang lebih satu hari sehingga tanah dapat
mengeras dan karya menjadi sempurna.
Gambar. 1. Cetakan dan Tanah Liat yang Belum Dibilah
Memasukan tanah liat ke dalam
cetakan sedikit demi sedikit sampai
cetakan terisi penuh lalu meratakan bagian
alas objek/karya. Setelah dirasa padat dan
rapi, tanah dari dalam cetakan diambil
dengan cara menempelkan tanah juga
(tanah nempel dengan tanah) agar dapat
Gambar. 3. Karya Di Bawah Sinar Matahari
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
IV.
ANALISIS HASIL
Untuk
menganalisis
digunakan
aspek-aspek
diantaranya:
hasil/karya,
berikut,
A. Teknik pembuatan
Dilihat dari teknik yang digunakan,
teknik pembuatan menggunakan teknik
tradisional
atau
memakai
cetakan
tradisional. Cetakan yang telah disediakan
biasanya dipakai untuk mencetak secara
masal/banyak.
Dalam
pembuatan
karya
ini
menggunakan teknik sederhana, yang
artinya hanya ada satu bagian (minus)
dengan alas yang rata. Pada art, biasanya
lebih
lengkap,
misal
dengan
ditambahkannya kunci saling mengait
sehingga karya benar-benar terlihat 3
dimensi atau utuh.
B. Organisasi Kerja
Menyinggung
organisasi
kerja,
produksi benda-benda di daerah Kasongan
dilakukan oleh pengrajin bukan seniman
atau artisan, karena bila dikaitkan juga
dengan tujuannya, karya tersebut biasanya
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Kalau artisan, jika tidak ada pembeli
pun
akan
tetap
berkarya,
tidak
mengutamakan kebutuhan pasar. Biasanya,
seniman/artisan berangkat dar komunitas
yang tujuannya memang seni, bukan
rumah produksi. Pengrajin biasanya
learning by doing saat dia bekerja, skillnya didapat dari pengalaman, bukan
semata-mata dari pendidikan. Pengrajin di
Kasongan mengatakan bahwa dia bisa ahli
dalam membuat karya (yang berada di
Kasongan) karena dia sering melihat cara
orang-orang yang lebih tua darinya ketika
membuat karya. Dalam hal ini, bisa
dikatakan ada proses pembiasaan atau
turun temurun, diamana sifat turun
1
temurun ini merupakan bagian dari cir-ciri
craft.
C. Ideologi
Ketika membahas ideologi, pengrajin
biasanya menggunakan ideologi ekonomis
atau konsumsi, berkaitan dengan pasar dan
uang. Sedangkan artisan lebih ke
bagaimana artisan itu bisa menyampaiakn
pesan lewat karya kepada audience. Di
Kasongan, ideologi ekonomis dipakai oleh
para pengrajin. Karya-karyanya dijual
sehingga bisa menghasilkan uang.
Namun
tidak
semua
pengrajin
berorientasi pada pasar. Ada juga yang
memiliki idealisme melestarikan tradisi
meskipun
tidak
memiliki
prospek
ekonomis, hanya untuk melakukan tradisi
atau pelestarian kekayaan budaya.
Begitupun seniman, tidak melulu seni
hanya semata-mata seni, tapi ada juga
yang berorientasi pada sisi ekonomis.
D. Standar
Seniman atau artisan tidak memililiki
standar tertentu, inspirasinya tanpa batas.
Tapi craft, lebih ke perkembangan zaman,
lebih ke permintaan pasar, meski ada juga
pengrajin yang idealis/ mempertahankan
tradisi. Namun sekarang, kebanyakan
pengrajin standarnya adalah untuk
ekonomi, masalah penjualan. Meskipun
karya yang saya buat tidak saya jual
sekarang, tapi saya membuatnya tidak
benar-benar 100% sesuai dengan pikiran
saya, ide saya dan imajinasi saya. Cetakan
telah disediakan dan itu sudah sesuai
standar ukuran yang digunakan oleh
pengrajin di Kasongan. Standar ukuran
tersebut ada kaitannya dengan ekonomi
atau pasar.
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
E. Keterampilan
Dari segi keterampilan, kembali lagi ke
teknik. Seniman biasanya lebih sulit atau
perfectionist. Craftman biasanya membuat
produk-produknya dengan mengutamakan
quota, karena targetnya adalah pasar.
Cetakan-cetakan yang saya lihat di
Kasonganjumlahnya sangat banyak, itu
artinya ada target quota disana.
F. Estetika
Namun dilihat dari bentuk dan estetika,
karya yang saya produksi lebih condong ke
art, karena dia benda seni yang
keperluannya hanya untuk seni. Dalam
arti, tidak ada fungsi khusus selain diambil
keindahannya. Meskipun ada juga di
Kasongan yang membuat dengan tujuan
mengutamakan fungsi, bukan estetika.
1
lain seperti teknik pembuatan, organisasi
kerja, ideologi, standar dan keterampilan
menyimpulkan bahwa karya yang dibuat di
Kasongan tersebut adalah craft. Dilihat
dari teknik pembuatan yang tradisional dan
sederhana, adanya quota, serta bukan
karena latar belakang yang semata-mata
untuk menyampaikan pesan kepada
audience.
Produsen pembuat karya di Kasongan
merupakan craftman atau pengrajin,
karena ada orientasi ekonomi dan ilmu
yang dipakai atau ketarmpilan yang
dipakai mereka dapatkan secara turun
temurun.
Hal yang harus elalu diingat, tidak
semua pengrajin berorientasi pada pasar.
Ada juga yang memiliki idealisme
melestarikan tradisi meskipun tidak
memiliki prospek ekonomis, hanya untuk
melakukan tradisi atau pelestarian
kekayaan budaya. Begitupun seniman,
tidak melulu seni hanya semata-mata seni,
tapi ada juga yang berorientasi pada sisi
ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cincinjempol's Blog, “Art and Craft
ovement”,
,
Desember, 2014
[2] Aneka Kerajinan, “ART AND CRAFT”
HTTP://BELAJARARTANDCRAFT.BLOGSPO
T.COM/, Desember, 2014
Gambar. 4. Karya yang Telah Jadi
G. KESIMPULAN
Karya yang telah diproduksi di
Kasongan pada tanggal 6 Desember 2014
merupakan craft. Meskipun secara estetika
lebih condong ke art, namun aspek-aspek
[3] Muchtar, Bud. “Daya Cipta di Bidang
Kriya”, dalam Jurnal Pengetahuan dan
Penciptaan Seni. B.P. ISI. Yogyakarta,
1991
1
Analisis Produk Sendiri
Hubungannya dengan Art dan Craft
Elda Cipta Dwiliansyah
Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM)
Jl. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur Yogyakarta 55281
E-mail: elda.cipta@yahoo.com
Abstark – Pada hari Kamis, 6
Desember 2014, telah dilaksanakan
praktek dari mata kuliah apresiasi seni
kriya di daerah Kasongan, Bantul,
Yogyakarta. Praktek yang dilaksanakan
yaitu berupa kegiatan membentuk tanah
liat dari yang tidak berbentuk menjadi
tanah liat yang memiliki bentuk lain dan
dapat diperindah melalui proses pemutaran
dan pencetakan dari media yang telah
disediakan.
Tujuan dari praktek ini adalah
selain kita dapat membuat langsung
sebuah karya, kita juga dituntut untuk
memberikan apresiasi atau penilaian
sehingga dapat ditentukan apakah itu
termasuk ke dalam art atau craft.
Berdasarkan hasil praktek/kegiatan
membuat karya dari tanah liat tersebut,
kita dapat menentukan benda tersebut art
atau craft dengan melihat dari berbagai
faktor.
Kata kunci – Art, Craft, Tanah liat,
Ekonomis.
I.
PENDAHULUAN
Art merupakan karya seni yang
menitikberatkan pada nilai dan lebih
bersifat
abstark.
Sedangkan
Craft
merupakan
kerajinan
yang
menitikberatkan pada fungsi dan memiliki
sifat/kegunaan yang jelas. Ada artisan dan
ada craftman. Artisan adalah orang yang
bekerja memberikan karakter unik dan
ekspresif pada produknya. Sedangkan
craftman adalah orang yang melaukan
produksi atau keterampilan.
II.
DASAR TEORI
Arts and Craft muncul sebagai bentuk
ketidakpuasan terhadap Victorian yang
dianggap sudah terlalu tradisional dan
ketinggalan zaman. Selain itu Victorian
juga miskin nilai-nilai estetis karena sifatsifatnya yang natural dan apa adanya.
Maka Arts and Craft muncul dengan
pelopornya William Morris, mengusung
gaya ilustrasi yang kaya akan seni
decorative
yang
memiliki
nilai
craftmenship tinggi.
Arts and Craft muncul sebagai bentuk
ketidakpuasan terhadap Victorian yang
dianggap sudah terlalu tradisional dan
ketinggalan zaman. Selain itu Victorian
juga miskin nilai-nilai estetis karena sifatsifatnya yang natural dan apa adanya.
Maka Arts and Craft muncul dengan
pelopornya William Morris, mengusung
gaya ilustrasi yang kaya akan seni
decorative
yang
memiliki
nilai
craftmenship tinggi.
Ciri-ciri art dan craft, diantaranya:
Memiliki nilai estetis dan craftmenship
yang sangat tinggi; Border berupa seni
ornament yang mayoritas berupa sulursulur atau tetumbuhan yang padat dan
rumit; Dipengeruhi oleh gaya ilustrasi
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
Gothic; Bila dibandingkan dengan gaya
ilustrasi sebelmnya yaitu Victorian, Arts
and Crafts jauh terlihat lebih bagus dan
inovatif; Sudah memiliki prinsip proporsi
dan fungsi – fungsi bentukan.
III.
PROSES PEMBUATAN
1
tertarik keluar dan hasilnya tidak
berantakan.
Karya dipoles dengan menggunakan
sedikit air agar tetap lembab dan elastis
sehingga mudah untuk dibentuk dan
dirapikan. Jika kehilangan kadar air, maka
tanah akan mengeras dan susah dirapikan.
A. Penyediaan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipakai cukup
sederhana, diantaranya: tanah liat yang
tidak terlalu keras dan tidak terlalu
lembek, cetakan dengan berbagai macam
bentuk, air untuk memudahkan dalam
proses pembentukan dan tusuk gigi untuk
menorehkan motif pada benda/objek.
B. Teknik Pembuatan
Memotong tanah liat menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil dari sebelumnya
sesuai dengan kebutuhan. Sebelumnya,
tanah liat telah melalui proses kneeding
supaya udara yang berada di dalam adonan
dapat keluar. Sehingga pada waktu proses
pembakaran tidak akan pecah.
Gambar. 2. Pemolesan oleh Sedikit Air
Karya dikeringkan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari selama
kurang lebih satu hari sehingga tanah dapat
mengeras dan karya menjadi sempurna.
Gambar. 1. Cetakan dan Tanah Liat yang Belum Dibilah
Memasukan tanah liat ke dalam
cetakan sedikit demi sedikit sampai
cetakan terisi penuh lalu meratakan bagian
alas objek/karya. Setelah dirasa padat dan
rapi, tanah dari dalam cetakan diambil
dengan cara menempelkan tanah juga
(tanah nempel dengan tanah) agar dapat
Gambar. 3. Karya Di Bawah Sinar Matahari
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
IV.
ANALISIS HASIL
Untuk
menganalisis
digunakan
aspek-aspek
diantaranya:
hasil/karya,
berikut,
A. Teknik pembuatan
Dilihat dari teknik yang digunakan,
teknik pembuatan menggunakan teknik
tradisional
atau
memakai
cetakan
tradisional. Cetakan yang telah disediakan
biasanya dipakai untuk mencetak secara
masal/banyak.
Dalam
pembuatan
karya
ini
menggunakan teknik sederhana, yang
artinya hanya ada satu bagian (minus)
dengan alas yang rata. Pada art, biasanya
lebih
lengkap,
misal
dengan
ditambahkannya kunci saling mengait
sehingga karya benar-benar terlihat 3
dimensi atau utuh.
B. Organisasi Kerja
Menyinggung
organisasi
kerja,
produksi benda-benda di daerah Kasongan
dilakukan oleh pengrajin bukan seniman
atau artisan, karena bila dikaitkan juga
dengan tujuannya, karya tersebut biasanya
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Kalau artisan, jika tidak ada pembeli
pun
akan
tetap
berkarya,
tidak
mengutamakan kebutuhan pasar. Biasanya,
seniman/artisan berangkat dar komunitas
yang tujuannya memang seni, bukan
rumah produksi. Pengrajin biasanya
learning by doing saat dia bekerja, skillnya didapat dari pengalaman, bukan
semata-mata dari pendidikan. Pengrajin di
Kasongan mengatakan bahwa dia bisa ahli
dalam membuat karya (yang berada di
Kasongan) karena dia sering melihat cara
orang-orang yang lebih tua darinya ketika
membuat karya. Dalam hal ini, bisa
dikatakan ada proses pembiasaan atau
turun temurun, diamana sifat turun
1
temurun ini merupakan bagian dari cir-ciri
craft.
C. Ideologi
Ketika membahas ideologi, pengrajin
biasanya menggunakan ideologi ekonomis
atau konsumsi, berkaitan dengan pasar dan
uang. Sedangkan artisan lebih ke
bagaimana artisan itu bisa menyampaiakn
pesan lewat karya kepada audience. Di
Kasongan, ideologi ekonomis dipakai oleh
para pengrajin. Karya-karyanya dijual
sehingga bisa menghasilkan uang.
Namun
tidak
semua
pengrajin
berorientasi pada pasar. Ada juga yang
memiliki idealisme melestarikan tradisi
meskipun
tidak
memiliki
prospek
ekonomis, hanya untuk melakukan tradisi
atau pelestarian kekayaan budaya.
Begitupun seniman, tidak melulu seni
hanya semata-mata seni, tapi ada juga
yang berorientasi pada sisi ekonomis.
D. Standar
Seniman atau artisan tidak memililiki
standar tertentu, inspirasinya tanpa batas.
Tapi craft, lebih ke perkembangan zaman,
lebih ke permintaan pasar, meski ada juga
pengrajin yang idealis/ mempertahankan
tradisi. Namun sekarang, kebanyakan
pengrajin standarnya adalah untuk
ekonomi, masalah penjualan. Meskipun
karya yang saya buat tidak saya jual
sekarang, tapi saya membuatnya tidak
benar-benar 100% sesuai dengan pikiran
saya, ide saya dan imajinasi saya. Cetakan
telah disediakan dan itu sudah sesuai
standar ukuran yang digunakan oleh
pengrajin di Kasongan. Standar ukuran
tersebut ada kaitannya dengan ekonomi
atau pasar.
PAPER UAS APRESIASI KRIYA (2014) 1-4
E. Keterampilan
Dari segi keterampilan, kembali lagi ke
teknik. Seniman biasanya lebih sulit atau
perfectionist. Craftman biasanya membuat
produk-produknya dengan mengutamakan
quota, karena targetnya adalah pasar.
Cetakan-cetakan yang saya lihat di
Kasonganjumlahnya sangat banyak, itu
artinya ada target quota disana.
F. Estetika
Namun dilihat dari bentuk dan estetika,
karya yang saya produksi lebih condong ke
art, karena dia benda seni yang
keperluannya hanya untuk seni. Dalam
arti, tidak ada fungsi khusus selain diambil
keindahannya. Meskipun ada juga di
Kasongan yang membuat dengan tujuan
mengutamakan fungsi, bukan estetika.
1
lain seperti teknik pembuatan, organisasi
kerja, ideologi, standar dan keterampilan
menyimpulkan bahwa karya yang dibuat di
Kasongan tersebut adalah craft. Dilihat
dari teknik pembuatan yang tradisional dan
sederhana, adanya quota, serta bukan
karena latar belakang yang semata-mata
untuk menyampaikan pesan kepada
audience.
Produsen pembuat karya di Kasongan
merupakan craftman atau pengrajin,
karena ada orientasi ekonomi dan ilmu
yang dipakai atau ketarmpilan yang
dipakai mereka dapatkan secara turun
temurun.
Hal yang harus elalu diingat, tidak
semua pengrajin berorientasi pada pasar.
Ada juga yang memiliki idealisme
melestarikan tradisi meskipun tidak
memiliki prospek ekonomis, hanya untuk
melakukan tradisi atau pelestarian
kekayaan budaya. Begitupun seniman,
tidak melulu seni hanya semata-mata seni,
tapi ada juga yang berorientasi pada sisi
ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cincinjempol's Blog, “Art and Craft
ovement”,
,
Desember, 2014
[2] Aneka Kerajinan, “ART AND CRAFT”
HTTP://BELAJARARTANDCRAFT.BLOGSPO
T.COM/, Desember, 2014
Gambar. 4. Karya yang Telah Jadi
G. KESIMPULAN
Karya yang telah diproduksi di
Kasongan pada tanggal 6 Desember 2014
merupakan craft. Meskipun secara estetika
lebih condong ke art, namun aspek-aspek
[3] Muchtar, Bud. “Daya Cipta di Bidang
Kriya”, dalam Jurnal Pengetahuan dan
Penciptaan Seni. B.P. ISI. Yogyakarta,
1991