BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepemilikan rumah dapat dijadikan tolak ukur terpenuhinya kebutuhan

  primer individu, bahkan rumah dipandang sebagai bentuk investasi yang sangat tinggi nilai ekonomis. Mengingat rumah merupakan kebutuhan yang tidak murah untuk dijangkau semua anggota masyarakat, maka kemudian kepemilikan rumah dapat ditempuh melalui proses kredit perumahan yang dikenal luas dengan singkatan Kredit Kepemilikan Rumah (selanjutnya KPR).

  Properti biasa dihubungkan dengan bangunan, ruko, rumah dan sejenisnya. Potensi pertumbuhan properti lebih disebabkan oleh adanya keinginan dari pada

  

  konsumen yang ingin membeli tempat tinggal di tengah kota. Bisnis properti semakin marak dan diminati oleh banyak kalangan belakangan ini, hal ini

  

  dikarenakan adanya kemanfaatan dari properti itu sendiri. Perkembangan sektor properti di Indonesia akhir-akhir ini kian pesat, sejalan dengan kondisi ekonomi makro yang terus tumbuh, sektor properti pun ikut berkembang. Jika program pengadaan perumahaan dapat direalisasikan, maka efeknya akan lebih menggigit untuk menggerakkan ekonomi nasional. Pemerintah sebenarnya punya alat untuk menggerakkan sektor properti, jika pemerintah dapat merealisasikan target 7,5 juta unit rumah untuk rakyat hingga tahun 2014 maka efeknya tentu akan luar 1

  www.http,Artikel Properti”, dalam (diunduh biasa. Demikian pula pihak swasta yang terus mengembangkan kota-kota baru di

   sekitar kota besar.

  Perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary

institution) memegang peranan penting dalam proses pembangunan nasional.

  Kegiatan usaha utama bank berupa menarik dana langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau pembiayaan membuatnya sarat akan pengaturan baik melalui peraturan perundang-undangan di bidang perbankan sendiri maupun perundang- undangan lain yang terkait. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) juga sangat terkait, khususnya dalam hal perlindungan hukum bagi nasabah bank selaku konsumen.

  Antara lain dengan adanya perjanjian kredit atau pembiayaan bank yang merupakan perjanjian standar (standard contract).

  Adapun ratio diundangkannya UUPK adalah dalam rangka menyeimbangkan daya tawar konsumen terhadap perilaku usaha dan mendorong pelaku usaha untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatannya. UUPK mengacu pada filosofi pembangunan nasional, yakni bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya berlandaskan pada falsafah kenegaraan Republik Indonesia, yaitu dasar negara Pancasila dan Konstitusi negara UUD 1945.

  Pengaturan melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang sangat terkait dengan perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen perbankan adalah ketentuan mengenai tata cara pencantuman klausula baku. Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

  Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 jo Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bankdengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pada aspek ini, momentum yuridis yang melatarbelakangi hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur adalah asas konsensualisme. Sejumlah prinsip atau asas hukum merupakan dasar bagi hukum kontrak.Dari sejumlah prinsip hukum tersebut perhatian dicurahkan kepada tiga prinsip atau asas utama. Prinsip-prinsip atau asas-asas utama dapat memberikan sebuah gambaran mengenai latar belakang cara berpikir yang menjadi dasar hukum kontrak.

  Prinsip-prinsip atau asas-asas fundamental yang menguasai hukum kontrak adalah: prinsip atau asas konsensualitas di mana persetujuan-persetujuan dapat terjadi karena persesuaian kehendak (konsensus) para pihak. Pada umumnya persetujuanpersetujuan itu dapat dibuat secara “bebas bentuk” dan dibuat tidaksecara formal melainkan konsensual.

  Asas konsensualitas dalam hukum perdata Indonesia dapat disimpulkan dari Pasal 1320 juncto Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Jadi pada dasarnya berdasarkan asas konsensualitas maka perjanjian dianggap sudah terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus) dari pihak-pihak.Perjanjian pada pokoknya dapat dibuat bebas tidak terikat bentuk dan tercapai tidak secara formil, tetapi cukup melalui konsensus belaka.

  Prinsip atau asas “kekuatan mengikat persetujuan” menegaskan bahwa para pihak harus memenuhi apa yang telah diperjanjikan sehingga merupakan ikatan para pihak satu sama lain.

  Asas kekuatan mengikat dapat ditemukan landasannya dalam ketentuan

  Pasal 1374 ayat (1) BW (lama) atau Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata:“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

  Di dalam Pasal 1339 KUH Perdata dimasukkan prinsip kekuatan mengikat ini: “Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.”prinsip atau asas kebebasan berkontrak yakni di mana para pihak diperkenankan membuat suatu persetujuan sesuai dengan pilihan bebas masing-masing dan setiap orang mempunyai kebebasan untuk membuat kontrak dengan siapa saja yang dikehendakinya, selain itu para pihak dapat menentukan sendiri isi maupun persyaratan-persyaratan suatu persetujuan dengan pembatasan bahwa persetujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan sebuah ketentuan undang-undang yang

   bersifat memaksa, kesusilaan, dan ketertiban umum.

  Pemberian kredit oleh bank merupakan salah satu upaya bank untuk memperoleh keuntungan, karena dengan pemberian kredit, bank dapat memperoleh bunga dari pemberian kredit. Pemberian kredit tersebut haruslah berdasarkan prosedur yang telah di tetapkan oleh pemerintah dan melalui analisis kredit yang ketat untuk mencegah resiko yang timbul dikemudian hari.

  Dalam perjanjian kredit, hubungan antara pihak bank dengan nasabah pemohon atau penerima kredit harus mengacu pada ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata, yakni perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

  Rumusan yang diberikan dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut menegaskan bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu orang atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditur). Masing-masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih orang, bahkan dalam perkembangannya pihak tersebut dapat juga terdiri dari satu atau lebih badan hukum.

  Perumahana Alamanda Indah merupakan salah satu developer real estatae yang beralamat di jalan Sakura Raya Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit

  

Perumahan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Pada

Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang).

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap perumahan Alamanda Indah

  Medan Selayang ditinjau dari KUHPerdata dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen? 2. Apakendala yang dihadapidalam pelaksanaan kredit pada perumahan

  Alamanda Indah Medan Selayang dan bagaimana solusinya? 3. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit

  Perumahan Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang.? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perumahan Alamanda

  Indah Medan Selayang ditinjau dari KUHPerdata dan Undang-Undang

  2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kredit pada perumahan Alamanda Indah Medan Selayang dan bagaimana solusinya

  3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan perjanjian kredit perumahan pada perumahan Alamanda Indah Medan Selayang

D. Manfaat Penelitian 1.

  Segi teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum yang berkaitan dengan Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

2. Dari segi praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Perlindungan hukum terhadap pengguna jasa kredit ditinjau dari Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen E.

   Keaslian Penulisan

  Sepanjang penelusuran di perpustakaan Fakultas hukum USU skripsi dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang), belum pernah diteliti dalam bentuk skripsi dari Departemen Hukum Perdata di Fakultas Hukum USU.

  Adapun judul-judul yang ada diperpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain:

1. Muhammad Zaki Nasution (2015) dengan judul Analisis Terhadap Klausula-Klausula Baku Dalam Perjanjian Dibidang Properti (Studi CV.

  Bahari Mandiri) adapun permasalahan Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian klausula baku dalam perjanjian dibidang properti pada CV.

  Bahari Mandiri? Bagaimanakah klausula baku yang bertentangan dengan perlindungan hak konsumen dibidang properti?Bagaimanakah penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jual- beli perumahan klausula baku? Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama dengan penulisan skripsi yang pernah ada, karena skripsi ini dibuat sendiri dengan menggunakan berbagai litelatur, sehingga penulisan skripsi ini masih asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

F. Metode Penelitian

  Diperlukan metodepenulisansebagai suatu tipe pemikiransecara sistematisyangdipergunakandalampenelitiandanpenilaianskripsiini,yang pada akhirnyabertujuanmencapaikeilmiahandaripenulisanskripsiini.Dalam penulisan skripsi ini, metodeyangdipakaiadalahsebagai berikut:

  1.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif.Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-

  

  undangan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam

   kaitannya dengan hukum.

  Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis.Penelitian yang bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,

  

  menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum. Dengan menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku

  

  (Statute Approach) terhadap aspek hukum penanganan kreditbermasalah serta data empiris lapangan yang terjadi pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang 2.

  Sumber data Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, antara lain; buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang merupakan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar 5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat , (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hal 1. 6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hal 87.

  penelitiannya, menggunakan data sekunder, yakni bahan-bahan yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya. Data sekunder yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas: a.

  Bahan hukum primer Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, UUPK dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata), dalam penelitian semacam ini, hukum ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non-hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas dan peraturan

  

  lainnya. Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang menjadi bahan hukum primer yang

   membantu dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.

  b.

  Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut

   atas bahan hukum primer.

  c.

  Bahan hukum tersier

9 Ibid

  Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadapbahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia,

  

  dan lainnya. Pendekatan yuridis empiris yaitu melalui wawancara dengan Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang.

  3. Pengumpulan data Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai bahan dasar penelitian dikumpulkan dengan menggunakan studi dokumen (documents study)

  

  atau studi kepustakaan (library research) sebagai alat pengumpul data. Studi dokumen tersebut merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan hukum perbankan, khususnya mengenai analisis hukum atas timbulnya kredit macet pada perjanjian kredit perbankan ditinjau dari segi hukum jaminan.

  Selain studi dokumen, penulis juga menggunakan studi lapangan (field

  

research ) melalui alat wawancara sebagai alat pengumpul data guna mendapat

  data primer sehingga mampu untuk mendukung dan menguatkan bahan hukum primer yang telah dipedomani sebelumnya.

  4. Analisis data Analisa data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian pustaka maupun penelitian lapangan.Data primer yang didapat dari lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk diklarifikasi serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan melakukan analisis.Data primer inipun terlebih dahulu diedit untuk menyeleksi data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih serta dihimpun secara sistematis sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis.Dari hasil data penelitian baik pustaka maupun lapangan ini dilakukan pembahasan secara deskriptif analisis.Deskriptif adalah pemaparan hasil penelitian dengan tujuan agar diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematik terutama mengenai fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini.Analisis artinya gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis secara cermat sehingga dapat diketahui tentang tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu membuktikan permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan permasalahan yang ada pada latar belakang penulisan skripsi. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yaitu analisis dilakukan dengan metode kualitatif komparatif yaitu penguraian dengan membandingkan hasil penelitian pustaka (data sekunder) dengan hasil penelitian lapangan (data primer) sehingga dapat dibuktikan bahwa perjanjian baku jual-beli perumahan adalah tidak sah ditinjau dari hukum perjanjian serta dapat pula dibuktikan bahwa perjanjian baku yang mengandung klausula-klausula baku dalam perjanjian dibidang properti dibuat oleh pengembang secara sepihak adalah melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana di atur dalam Pasal 18 UUPK. Adapun hasil dari membandingkan tersebut akan menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini sehingga dapat dibuktikan tujuan dari penelitian.

  G.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

  BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan

  BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KREDIT Bab ini menguraikan pengertian dan syarat-syarat sahnya, perjanjian, asas-asas dalam hukum perjanjian, jenis-jenis Perjanjian, perjanjian kredit dan fungsi kredit dan Syarat Sahnya Perjanjian Kredit dan Bentuk-bentuk Perjanjian Kredit

  BAB III PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN ALAMANDA INDAH MEDAN SELAYANG Bab ini berisikan isi perjanjian kredit perumahan alamanda indah medan selayang, hak dan kewajiban pemberi dan penerima Kredit Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang dan Fasilitas yang di Berikan oleh Pihak Pemberi Kredit Kepada Pihak serta Penerima Kredit Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang

  BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA KREDIT PERUMAHAN ALAMANDA INDAH MEDAN SELAYANG Bab ini berisikan mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang ditinjau dari

  KUHPerdata dan UU Perlindungan Konsumen dan Kendala Upaya Mengatasinya Dalam Pelaksanaan Kredit Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang serta Penyelesaian Sengketa Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Perumahan Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini.Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya guna.

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Pada Perumahan Alamanda Indah Medan Selayang)

1 35 87

Aspek Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Jual-Beli Perumahan Properti Dengan BP.Group Medan Ditinjau Dari UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

2 90 91

Perlindungan Konsumen Perumahan Terhadap Developer Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Study Kasus : Zona Property Medan)

0 57 94

Perlindungan Konsumen Perumahan Terhadap Developer Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Study Kasus : Zona Property Medan)

4 84 94

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Waralaba Apabila Terjadi Sengketa Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Indonesia

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Terkait Adanya Sengketa-Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Putusan Nomor 56/Pdt.G/2011/Pn Tegal)

0 0 19

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian dan Syarat-syarat Sahnya Perjanjian 3. Pengertian Perjanjian - Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Kredit Perumahan Menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi Pada Perumahan Alamanda Indah Medan

0 0 29