ALTERNATIF MODEL PENANGGULANGAN PENDANAAN KEJAHATAN TERORISME DENGAN STOLEN ASSET RECOVERY

ALTERNATIF MODEL PENANGGULANGAN PENDANAAN KEJAHATAN TERORISME DENGAN STOLEN ASSET RECOVERY

Yasniar Rachmawati Madjid 1 Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono 169 Malang Email: yasniar@gmail. com

ABSTRAK

Tulisan ini membahas tentang penanggulangan pendanaan terorisme menggunakan Stolen Asset Recovery sebagai alternatif penanggulangan pendanaan terorisme. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kelebihan Stolen Asset Recovery dalam menanggulangi kejahatan pendanaan terorisme. Tulisan ini dianalisis menggunakan metode Yuridis Normatif dengan pendekatan Conceptual Approach dan Statute Approach. . Terdapat banyak kendala dalam penerapan FATF dalam penanggulangan pendanaan terorisme. Kendala yang pertama adalah FATF sebagai organisasi pengawas yang menentukan negara anggotanya yang mana yang harus menerapkan ketentuan yang terdapat dalam rekomendasi yang diberikan oleh FATF. Kendala yang kedua dalam rekomendasinya FATF mensyaratkan adanya pembekuan aset seketika (freezing without delay) terhadap pihak yang diduga sebagai pelaku kejahatan yang tidak sesuai diterapkan terhadap negara anggota yang menerapkan asas praduga tak bersalah. Oleh karena itu diperlukan alternatif model penanggulangan lain yang lebih baik yang dapat diterapkan dan tidak mengganggu kepentingan nasional negara anggotanya. Terdapat badan yang merupakan kerjasama antara World Bank dengan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) membuat suatu model penanggulangan untuk membantu peningkatan pembangunan suatu negara dari pencegahan pencurian dari aset-aset publik yang disebut Stolen Asset Recovery (StAR). StAR ini memiliki banyak kelebihan sehingga model penanggulangan terhadap pendanaan kejahatan dapat diadopsi untuk menanggulangi kejahatan terorisme. Kelebihan tersebut antara lain StAR Initiative dilakukan dengan dua cara NCB Asset Forfeiture dan Criminal Forfeiture yang dapat diterapkan dalam sistem-sistem hukum yang berbeda di tiap negara sehingga model ini masih menghargai kepentingan nasional dan mengutamakan kedaulatan negara. Yang kedua adalah StAR Initiative mempunyai program kerjasama agar negara-negara dapat mengambil aset kejahatan di wilayah negara lain melalui perjanjian khusus yang disebut Mutual Legal Assistance.

Kata kunci : pendanaan terorisme, stolen asset recovery

ABSTRACT

This article discuss about prevention of terrorism financing using Stolen Asset Recovery as the alternative model for the prevention. The aims of this aricle to analize excess of Stolen Asset Recovery to prevent financing of Terrorism. This article analyzed using normative juridical approach Statute Conceptual Approach and Approach. There are many obstacles in the implementation of the FATF in combating the financing of terrorism. The first obstacle is the FATF as a watchdog organization that determines which member states must implement the provisions contained in the recommendations given by the FATF. The second obstacle in

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

the FATF recommendation requires immediate asset freeze (freezing without delay) against the alleged perpetrators of crimes that are not appropriate to be applied to the member states to apply the presumption of innocence. Therefore we need an alternative model of another better countermeasures that can be applied and does not interfere with the national interests of member states. There is a body which is a collaboration between the World Bank and the United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) made a model of prevention to help increase a country's development of the prevention of theft of public assets called Stolen Asset Recovery (StAR). StAR has many advantages that the funding models for crime prevention can be adopted to combat terrorist crimes. The advantages include StAR Initiative is done in two ways NCB asset forfeiture and Criminal forfeiture that can be applied in the legal systems are different in each country so that the model is still appreciate the national interest and priority to the country's sovereignty. The second is the StAR Initiative has cooperated so that countries can take the assets of crime in the territory of other countries through specific agreements called Mutual Legal Assistance.

Key words: financing of terrorism, stolen asset recovery

Pokok Muatan

ALTERNATIF MODEL PENANGGULANGAN PENDANAAN KEJAHATAN TERORISME DENGAN STOLEN ASSET RECOVERY ................................................... 179

A. PENDAHULUAN........................................................................................................... 180

B. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 185

C. SIMPULAN .................................................................................................................... 194 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 194

A. PENDAHULUAN

narkotika dan obat bius, serta senjata- senjata konvensional dan strategis nuklir,

Terorisme sudah dikenal sejak tahun kimia, dan biologi, yang dikenal sebagai 1996 dan berkembang dengan pesatnya di

senjata perusak dan pemusnah massal Eropa dan di negara-negara Timur Tengah

of massive destruction ), dan Asia . Berbagai peristiwa pemboman

1 (weapons

menjadikan terorisme sebagai masalah dan korban massal sebagai akibat kegiatan

internasional, yang berimplikasi pada terorisme sudah terjadi terutama di belahan

terancamnya keamanan manusia (human utara daratan Asia dan dibelahan benua

security

) secara luas 3 .

Afrika dan dibeberapa negara Eropa Utara. Pasca perang dingin kegiatan terorisme

Berdasarkan kejadian yang terjadi beralih ke benua Asia dan ke beberapa

sudah ada semacam ikatan kerjasama

negara ASEAN termasuk Indonesia 2 .

antara Organized Crime dan Organisasi radikal yang melakukan kegiatan terorisme

Kejahatan terorisme ini tidak berdiri untuk menghancurkan suatu pemerintah. sendiri karena selalu ada hal yang terkait

Organized Crime disni berarti organisasi dengan kejahatan terorisme itu sendiri. hal

yang dilandasi oleh motif ekonomi seperti yang terkait dengan terorisme tersebut

perdagangan narkoba dalam hal ini antara lain masuknya penduduk lintas

digunakan untuk pendanaan kejahatan negara (migrasi) secara ilegal, perdagangan

terorisme, sedangkan organisasi radikal

disini adalah organisasi yang dilandasi

1 Kadish Standford ,Encyclopedia of Crime and

Justice,Volume 4, hlm. 1529. 2 3

Romli Atmasamita, Kapita Selekta Hukum Pidana Richard O.Spertzel, Iraq’s Faux Capitulation,The Internasional,Utomo, Bandung, 2004, hlm. 77.

Asian Wall Street Journal, 2002, hlm. 7.

180 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U Jurnal Hukum M ATARAM ]

NIVERSITAS

JATISWARA ]

motif politik seperti penguasaan suatu penyediaan dukungan keuangan untuk negara . Perkembangan kerjasama tersebut

terorisme baik bagi yang mendukung, menunjukkan bahwa semakin tipislah

merencanakan atau melakukan terorisme. perbedaan latar belakang politik dan non

Apa yang dimaksud dengan terorisme itu politik dalam pencapaian tujuan, dan

sendiri sampai saat ini belum berhasil bahkan semakin tidak relevan mem-

disepakati. Karena kesulitan yang ber- bedakan antara kedua latar belakang

kepanjangan/kegagalan untuk merumuskan tersebut terutama dalam konteks kebijakan

dalam berbagai dan langkah pencegahan dan pem-

definisi

terorisme

konferensi diplomatik internasional, maka berantasan kejahatan transnasional dan

telah ditempuh cara untuk mengatur kejahatan international pada umumnya dan

terlebih dahulu aspek-aspek tertentu dari kejahatan terorisme pada khususnya.

terorisme dalam berbagai perjanjian internasional secara sektoral seperti

Berdasarkan latarbelakang tujuan masalah pendanaan terorisme ini.

tersebut maka tidaklah heran jika organisasi terorisme internasional memiliki

Instrumen Internasional tentang karakteristik yang sangat terorganisasi,

terorisme terdiri dari 3 (tiga) konvensi dan tangguh, ekstrim, eksklusif, tertutup,

2 (dua) resolusi. Ketiga konvensi tersebut memiliki komitmen yang sangat tinggi,

ialah Konvensi tentang Pencegahan dan dan memiliki pasukan khusus serta di

Pemberantasann Terorisme (Convention dukung oleh keuangan dan dana yang

for the Prevention and Suppression of sangat besar 4 . Tidak hanya kejahatan

937, Konvensi terorisme yang tersebar di hampir seluruh

Terrorism )

tahun

tentang Pemberantasan bagian dunia tetapi juga pendanaan

Internasional

Pemboman oleh Teroris (International kejahatan terorisme yang juga berasal dari

Convention for the Suppression of Terorist hampir seluruh bagian dunia baik yang

Bombing ) tahun 1998, dan Konvensi berasal dari kejahatan maupun bukan

tentang Pemberantasan menjadi obyek yang penting dalam

Internasional

Pendanaan untuk Terorisme ( International penanggulangan

Convention for The Suppression of the internasional. 5 financing of Terrorism ) tahun 1999 .

kejahatan

terorisme

Kedua resolusi tentang terorisme pendanaan teroris telah tumbuh seiring

tersebut secara khusus ditujukan terhadap dengan maraknya aksi-aksi terorisme di

kegiatan taliban di Afghanistan yang seluruh dunia. Meskipun tindakan-tindakan

menjadi sponsor terorisme. Kedua resolusi yang

tersebut ialah Resolusi Dewan Keamanan pendanaan teroris banyak persamaannya

PBB no 1333 (2000) tanggal 19 Desember dengan

2000 tentang Pencegahan Suplai Senjata pemberantasan pencucian uang, namun

atau kapal terbang atau kelengkapan perlu diingat, bahwa pendanaan teroris

militer ke daerah Afghanistan dan secara dapat pula berasal dari sumber yang halal.

khusus tekanan kepada seluruh negara Dengan demikian sumber pendanaan

untuk melaksanakan pembekuan tanpa teroris dapat diperoleh secara halal maupun

ditunda-tunda seluruh aset dan dana Osama secara tidak halal, sedangkan sumber uang

Bin Laden dan Perorangan atau badan yang terkena pencucian senantiasa

hukum yang berhubungan dengannya. merupakan hasil tindak pidana. Pada

Resolusi kedua yaitu Resolusi Dewan intinya

Keamanan PBB no 1368 (2000) tanggal 12

Ibid ., hlm. 72. 5 Romli Atmasamita,Op.cit., al 15. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

September 2001 tentang pernyataan Pendanaan Teroris (The Financial Action Simpati PBB terhadap korban dari Tragedi

Task Force Special Recomendations on

11 September 2001 dan kesiapan untuk

Terrorist Financing ) 9 .

melakukan langkah-langkah yang diperlu- Rekomendasi tersebut merupakan

kan untuk merespon Serangan Teroris standar internasional yang baru. Tujuannya

tanggal 11 September 2001 sejalan dengan

adalah untuk menghalangi akses bagi para PBB . teroris dan pendukungnya untuk masuk ke

“International Convention for the sistem keuangan internasional. Rekomen- Suppression of the Financing of Terrorism,

dasi Khusus FATF mengenai pendanaan 1999” atau

terorisme tersebut merupakan reaksi mengenai Pemberantasan terhadap Pen-

Konvensi

Internasional

langsung terhadap kejadian tanggal 11 danaan Terorisme (selanjutnya disebut

September 2001.

Konvensi SFT) pada mulanya hanya Rekomendasi ini diluncurkan pada

diratifikasi oleh beberapa negara saja. bulan Oktober 2001. Rekomendasi tersebut

Namun setelah peristiwa tanggal 11 mencakup beberapa masalah tertentu

September 2001, semua negara anggota secara sangat rinci dibandingkan dengan PBB dihimbau untuk meratifikasi konvensi Konvensi SFT dan Resolusi 1373 (2001)

tersebut (sebagaimana tertuang dalam dari Dewan Keamanan Perserikatan

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor

7 Bangsa Bangsa. Rekomendasi-rekomen- 1372 (2001) . dasi tersebut telah menjadi standar yang

Menurut Konvensi ini, pendanaan disepakati secara universal. terorisme terjadi apabila seseorang dengan

9 cara apapun, baik secara langsung maupun

Adapun

substansi dari

Rekomendasi Khusus (special recom- secara tidak langsung, secara tidak sah dan

mendations ) FATF tersebut adalah sebagai dengan sengaja, menyediakan atau

berikut: 10

mengumpulkan dana dengan tujuan agar dana tersebut digunakan atau dengan sadar

negara untuk mengetahui bahwa dana tersebut akan

1. Meminta

semua

meratifikasi Konvensi SFT untuk digunakan baik seluruhnya atau sebagian

melaksanakan Resolusi PBB yang daripadanya, untuk menjalankan suatu

terkait pendanaan teroris tindakan teroris sebagaimana yang

negara untuk didefinisikan dalam Pasal 2 Konvensi .

8 2. Meminta

semua

pendanaan teroris, Dalam konvensi ini terdapat konsep

memidanakan

tindakan teroris dan organisasi teroris tentang

3. Mengharuskan semua negara untuk kejahatan terorisme yang diadopsi dari

penanggulangan

pendanaan

dan melaksanakan konsep

mengadopsi

tindakan-tindakan, termasuk tindakan pencucian uang yaitu Financial Action

penanggulangan

kejahatan

yang memperbolehkan badan ber- Task Force on Money Laundering (FATF).

wenang untuk mengambil alih dan Sebagaimana diketahui, bahwa dalam

menyita harta yang merupakan hasil rangka memerangi pendanaan teroris,

dari, atau yang digunakan dalam, atau FATF

juga telah

mengeluarkan

Rekomendasi-Rekomendasi Khusus untuk

Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru,Tiga Putra Utama,Jakarta,2002, hlm. 8.

6 Bassiouni, International Criminal Law,Volume 1,New 10 Forum Dunia Hukum, 40 Rekomendasi dan 9 York, 1981. 7

(anti-money laundering), 8 Romli Atmasamita,Op.cit.,hlm. 23.

https://forumduniahukumblogku.wordpress.com/2012/08/12/40- Article 2,International Convention for the Suppression

rekomendasi-dan-9-rekomendasi-khusus-fatf-anti-money- of the Financing of Terrorism,1999.

laundering-dis/, diakses 27 Maret 2015 pukul 17.00 WIB.

182 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] Jurnal Hukum

JATISWARA ]

bertujuan atau dialokasikan untuk Dalam syarat-syarat yang telah penggunaan

diberikan oleh FATF kepada negara- terorisme,

dalam

pendanaan

tindakan teroris atau negara terdapat beberapa kelemahan yaitu organisasi teroris

FATF mesyaratkan bahwa setiap negara wajib

4. Mewajibkan semua lembaga keuangan menerapkan segala kebijakan dalam untuk segera melaporkan transaksi- konvensi tersebut yang berarti bahwa transaksi yang mencurigakan kepada setiap negara harus mensahkan aturan badan berwenang tersebut ke dalam peraturan nasional suatu

meratifikasi

konvensi dan

5. Menyatakan, bahwa setiap negara harus negara dan itu membutuhkan waktu yang memberikan kepada negara lain bantuan

tidak sebentar sedangkan pendanaan sebesar mungkin sehubungan dengan

terorisme terus berlangsung. Selain itu penyelidikan dan cara kerja mengenai

belum tentu kebijakan yang disyaratkan kriminil, pemberlakuan hukum perdata

oleh FATF sesuai dengan kondisi nasional dan

suatu negara dalam menghadapi kasus sehubungan

pendanaan terorisme.

terorisme, tindakan

teroris

dan

Kelemahan yang kedua adalah FATF organisasi teroris.

memfokuskan kebijakannya terhadap

pelanggaran yang dilakukan pelaku memastikan bahwa semua jasa transmisi

6. Meminta semua

negara

untuk

pendanaan terorisme dan meraka dapat uang dan nilai adalah berdasarkan

dihukum menurut kebijakan konvensi yang standar internasional khusus FATF

sudah disahkan dalam hukum nasional

negara. Masalah yang lebih penting dalam mengaplikasikan sebuah standar khusus

7. Meminta semua

negara

untuk

pendanaan terorisme sekarang ini adalah mengenai pengiriman uang secara

digunakan dalam telegrafis/elektronis yang tidak secara

dana-dana

yang

kejahatan terorisme internasional tersebar langsung dicerminkan dalam teks

dalam wilayah negara sehingga perlu Konvensi SFT dan resolusi Dewan

konsep yang dapat membekukan atau Keamanan

mengambil aset-aset tersebut.

Kelemahan ketiga adalah FATF memusatkan perhatian pada risiko

8. Meminta semua

negara

untuk

hanya memberikan pencegahan dan pelanggaran atau penyalahgunaan oleh

perlindungan terhadap aset-aset yang organisasi para teroris dan pendana

berada dalam suatu negara. Hal ini terbukti teroris terhadap badan atau lembaga

dalam rekomendasi konsep tersebut yang secara sah didirikan berdasarkan

mendelegasikan negara untuk membuat hukum nasional.

khusus untuk melakukan pengawasan dana-dana yang

lembaga

pengawas

9. Terkait dengan

mencurigakan yang masuk dalam negara. membawa uang tunai atau nilai

tindakan

Pembekuan dan pengambilan aset ini juga setaranya melintasi perbatasan nasional.

terkendala dengan konsep kedaulatan Berdasarkan Rekomendasi ini, semua

negara dan adanya beberapa bank yang negara ditentukan untuk memantau

kebijakan yang tidak transportasi uang tunai atau instrumen

mempunyai

memperbolehkan negara atau organisasi jual-beli atas nama, baik oleh

lain yang boleh untuk memeriksa dana perorangan atau melalui pos atau

yang disimpan di dalamnya meskipun dana angkutan

tersebut dianggap mencurigakan.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

Dari kelemahan-kelemahan tersebut kejahatan atau dana yang digunakan untuk perlu adanya pembaharuan pengaturan

kejahatan 12 .

tentang penanggulangan

pendanaan

Konsep ini dibuat oleh World Bank kejahatan khususnya dalam pembekuan

untuk dapat merampas aset-aset yang telah aset-aset yang terkait dengan pendanaan

dicuri dari negara melalui berbagai kejahatan terorisme baik yang berada

kejahatan seperti korupsi dan pencucian dalam suatu negara ataupun negara lain uang, selain itu dapat juga digunakan karena dana –dana tersebut tersebar di dalam pengambilan aset yang dihasilkan beberapa negara. dari kejahatan seperti penyebaran narkoba

Selain itu perlunya alternatif

di negara-negara.

penanggulangan pendanaan kejahatan Konsep ini digunakan oleh negara- terorisme secara khusus terutama yang negara yang terikat dengan ketentuan

berkaitan dengan pengambilan aset di United Nations Convention against suatu negara karena berkaitan dengan Corruption yang menerangkan tentang

kedaulatan negara yang mutlak yang diatur mekanisme untuk menanggulangikorupsi

dalam konvensi dan dapat dilakukan oleh dengan membekukan aset –aset yang negara atau organisasi khusus. terkait 13 . Konsep ini memudahkan negara-

negara yang sudah mensahkan aturannya merupakan salah satu bentuk dari tindak

Pendanaan kejahatan

terorisme

untuk dapat membekukan atau mengambil pidana ekonomi dan juga kejahatan

aset kejahatan ekonomi lintas negara. terorganisir (organized crime ) yang

Konsep ini juga memberikan jalan menghasilkan harta kekayaan dalam kepada negara-negara untuk dapat jumlah yang sangat besar guna membiayai melakukan penyelidikan terhadap dana- kejahatan terorisme. Kejahatan ini tidak dana yang diindikasi dihasilkan dari atau hanya dilakukan dalam suatu wilayah untuk kejahatan yang disimpan di negara negara tapi sudah jauh melintasinya. lain atau bank yang mempunyai aturan

Kejahatan ini selain menghasilkan yang tidak memperbolehkan suatu negara uang dalam jumlah besar juga melibatkan

atau instansi negara lain memeriksanya. dana yang banyak untuk membiayai

Apabila dikaitkan dengan kelemahan peralatan, sarana dan prasarana yang

pendanaan terhadap mendukung

kejahatan terorisme yang masih difokuskan kompleksitas seperti ini maka penanganan terhadap penghukuman terhadap pelaku kejahatan ini semakin sulit untuk ditangani

11 pendanaan terorisme dan kendala tentang oleh penegak hukum . pembekuan aset –aset kejahatan, maka

Dalam membantu penanggulangan konsep stolen asset recovery dapat kejahatan ekonomi dan pengurangan

diadopsi dalam menanggulangi setiap pencurian terhadap aset negara, World

kasus pendanaan kejahatan terorisme serta Bank berkerjasama dengan United Nation

memberikan peluang negara dan organisasi Office on Drugs and Crime ( UNODC ) mengeluarkan konsep the Stolen Asset

Recovery ( StAR ) untuk menanggulangi

Theodore S. Greenberg ,Stolen Asset Recovery, A

good Practice Guide for Non pengembalian aset yang didapat dari – Conviction Based Asset

Forfeiture, The International Bank for Reconstruction and Development/ The World Bank; Washington DC, 2009 , hlm. 10.

13 The text of UNCAC, Along With A List Countries Pusat pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan

Or Ratified It, (PPATK),Naskah

http://www.unodc.org/unodc/en/treaties/CAC/index.html ., Perampasan aset tindak pidana, 2012 , hlm. 1.

diakses 25 Maret 2015 pukul 20.30 am.

184 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U Jurnal Hukum M ATARAM ]

NIVERSITAS

JATISWARA ]

internasional untuk memberantas kejahatan

internasional yangberdiri terorisme internasional.

organisasi

dengan tujuan untuk menerapkan standar internasional dan promosi langkah-langkah

B. PEMBAHASAN

mengatasi kejahatan Terorisme telah menjadi keprihatinan

efektif dalam

keuangan. FATF merupakan badan antar bagi banyak negara dan tentunya

pemerintah yang berfungsi sebagai masyarakat internasional. Terorisme terus

pembuat kebijakan, dan produk yang telah menjadi ancaman serius bukan hanya

dihasilkan ialah 40 rekomendasi terkait terhadap perdamaian dan keamanan

anti money laundering dan 9 rekomendasi internasional, namun juga berdampak

khusus terkait countering financing kepada perkembangan sosial dan ekonomi

terrorism.

negara-negara di berbagai kawasan. Selain Terkait dengan tindakan membawa itu, tindakan terorisme dipandang sebagai uang tunai atau nilai setaranya melintasi kejahatan kriminal luar biasa dan

nasional. Berdasarkan pelanggaran berat terhadap HAM dan Rekomendasi ini, semua negara ditentukan kebebasan mendasar manusia, serta dapat untuk memantau transportasi uang tunai menimpa siapa saja tanpa memandang atau instrumen jual-beli atas nama, baik usia, jenis kelamin, ras dan agama. oleh perorangan atau melalui pos atau

perbatasan

Ruang lingkup penanggulangan angkutanNegara pihak dalam FATF dalam kejahatan terorisme khususnya terorisme

menerapkan rekomendasi tersebut banyak internasional tidak hanya berkaitan dengan

menemui kendala berkaitan dengan dampak fisik yang dihasilkan seperti

kepentingan nasional negaranya. kerusakan dan korban yang jatuh akibat

Ketentuan yang tercantum dalam kejahatan tersebut, akan tetapi juga rekomendasi FATF harus diratifikasi oleh berkaitan dengan terlaksananya kejahatan seluruh anggotanya. Konsekuensi dirati- tersebut seperti pendanaan kegiatan fikasinya pedoman tersebut adalah negara terorisme. harus menerapkan semua aturan tersebut

Pendanaan terorisme ini menjadi disesuaikan dengan segala aturan nasional penting untuk juga ditanggulangi karena

yang berkaitan dengan aturan tersebut. merupakan syarat yang paling utama

Banyak kendala yang timbul karena terlaksananya kegiatan terorisme. Selain

adanya penerapan aturan-aturan FATF di itu sumber dana kegiatan terorisme ini

suatu negara.

berasal dari berbagai kegiatan baik berasal Kendala yang pertama adalah FATF dari kegiatan yang baik atau berasal dari sebagai organisasi pengawas yang kejahatan yang lain. Selain itu dana yang menentukan negara anggotanya yang mana digunakan dalam kejahatan terorisme yang harus menerapkan ketentuan yang tersebar di berbagai wilayah negara di

rekomendasi yang dunia. dengan tersebarnya dana- dana diberikan oleh FATF. Ketentuan tersebut tersebut maka untuk menanggulanginya berarti negara harus menunggu perintah butuh kerjasama antar negara atau sistem dari FATF untuk dapat melaksanakan yang secara khusus mengatur tentang hal ketentuan yang mana yang harus tersebut.

terdapat

dalam

penanggulangan Dalam penanggulangan pendanaan

diterapkan

dalam

kejahatan terorisme. Selain itu negara terorisme terdapat sistem khusus yang

dapat menjalankan digunakan oleh negara yaitu Financial

anggota

tidak

kedaulatannya secara penuh dalam Action Task Force ( FATF ). Financial

penanggulangan kejahatan terorisme. Action Task Force (FATF) merupakan

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

Selain hal tersebut FATF juga yang tersebut adalah pelaku kejahatan terorisme. menentukan negara mana dari negara

Ketentuan pembekuan aset juga anggotanya yang dianggap tidak serius

mendapat kendala karena tersebarnya dana dalam menjalankan rekomendasinya. Hal

terorisme yang ini berarti negara tidak secara bebas untuk

untuk

kejahatan

dimungkinkan disimpan di berbagai mengambil cara terbaik yang sesuai

wilayah negara. Dalam ketentuan FATF dengan rekomendasi yang sudah disepakati

dirumuskan tentang cara oleh negara ketika menjadi anggota FATF.

belum

pembekuan aset yang berada dalam Salah satu contoh dari hal ini adalah

wilayah negara lain. Sehingga dibutuhkan ditetapkannya Indonesia bersama dengan

suatu rumusan aturan hukum yang secara delapan negara lain, yakni Algeria,

internasional dapat menangulangi pen- Ekuador, Ethiopia, Myanmar, Pakistan,

atau melakukan Syria, Turki, dan Yaman sebagai negara

danaan

kejahatan

pembekuan aset untuk kejahatan tersebut yang tidak mematuhi rekomendasi

di wilayah negara lain.

penanganan danpemberantasan pendanaan terorisme dalam sidang FATF pada tanggal

Dari banyaknya kendala dalam

14 Februari 2014 tahun lalu. penerapan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh FATF oleh karena itu

Kendala yang

kedua

dalam

diperlukan alternatif model lain yang untuk rekomendasinya FATF mensyaratkan

pendanaan kejahatan adanya pembekuan aset seketika (freezing

menanggulangi

terorisme terutama terhadap aset-aset without delay ) terhadap pihak yang diduga untuk kejahatan terorisme yang berada di sebagai pelaku kejahatan. Ketentuan ini negara lain. Selain itu pendanaan terorisme banyak kendala dalam penerapannya di dapat berasal dari usaha-usaha yang atau beberapa negara anggota FATF. Salah satu berasal dari kejahatan lain seperti negara yang mendapat kendala dalam pencucian uang atau korupsi, oleh karena penerapan ketentuan pembekuan aset itu perlu model penanggulangan yang lebih seketika adalah Indonesia. efektif yang dapat diterapkan dalam

Indonesia mempunyai aturan tentang penanggulangan pendanaan terorisme. asas praduga tidak bersalah yang artinya

Terdapat badan yang merupakan negara tidak bisa melakukan tindakan

kerjasama antara World Bank dengan hukum kepada seseorang yang masih

United Nations Office on Drugs and Crime diduga

membuat suatu model sedangkan ketentuan FATF menyebutkan

(UNODC)

penanggulangan untuk membantu pening- bahwa negara anggota harus melakukan

katan pembangunan suatu negara dari pembekuan aset seketika yang merupakan

pencegahan pencurian dari aset-aset publik salah satu bentuk tindakan hukum terhadap

yang disebut Stolen Asset Recovery (StAR) negara yang baru diduga sebagai pelaku pada september 2007. 14 kejahatan dan menyebabkan Indonesia

menjadi negara yang dianggap oleh FATF

bertujuan untuk sebagai negara anggota yang tidak dapat

Model

ini

meningkatkan kerjasama antara negara- menjalankan rekomendasi dengan baik.

negara maju dengan negara berkembang dan juga masyarakat internasional untuk

Ketentuan pembekuan aset tersebut memastikan bahwa aset-aset negara yang

memang sangat susah diterapkan negara diambil atau berasal dari kejahatan dapat

kepada seseorang sebelum ada keputusan dari badan pengadilan negara yang sah

14 Theodore S.Greenberg,Stolen Asset Recovery a good

yang menyatakan bahwa seseorang

Practices Guide for Non-Conviction Based Asset Forfeiture , World Bank ,Washington, 2009, hlm.10.

186 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U Jurnal Hukum M ATARAM ]

NIVERSITAS

JATISWARA ]

dikembalikan kepada pemilik yang negara untuk mengurangi hambatan dan sebenarnya. Rencana dibuatnya model

memulihkan aset-aset yang telah diambil penanggulangan ini ditujukan kepada

untuk kejahatan untuk membantu pem- negara-negara untuk menghadapi kejahatan

bangunan negara dan juga dapat korupsi, pencucian uang dan perdagangan

mengurangi pendanaan kejahatan yang narkoba.

berasal dari kejahatan.

StAR Initiative mendorong negara- Terdapat dua cara atau model dari negara untuk meratifikasi UNCAC (United

StAR Initiative yaitu pengembalian aset Nations Convention againts Corruption)

yang dapat diterapkan oleh negara dala dan menerapkannya untuk membantu

penanggulangan pendanaan kejahatan yaitu kebijakan nasional. StAR Initiative fokus

Non Conviction Based Forfeiture dan pada pengembalian aset international,

Criminal Forfeiture.

menurunkan hambatan negara dalam

Perbedaan Non Conviction memulihkan aset yang diambil untuk

Tabel 1.

Forfeiture dan kejahatan, membantu secara teknis dan

Based

Criminal Forfeiture 17 memfasilitasi negara korban kejahtan

tersebut dan yang paling utama untuk

Criminal

Differences NCB Assets

mengurangi pendanaan kejahatan dari hasil

Forfeiture

Forfeiture

kejahatan seperti korupsi. 15 Againts the

Action Againts the

ting (in rem) StAR Initiative akan membantu

persons (in

judicial action negara dengan tindakan-tindakan sebagai

personam)

part of the

field by

berikut: 16 criminal

government

1. generate and disseminate knowledge

charge

againts the ting

against

on assets recovery and advocate for the

person

implementation of measure that reduce

Imposed

as When does it Filed before

barriers to asset recovery part

of take place? during, or after

2. support national efforts to build

criminal institutional capacity for assets

sentences in

conviction or recovery, such as effective forfeiture

criminal case

even if there is regimes or the capacity to respond to

no criminal and file international mutual legal

charge against assistance request; and a person

Proving monitor the recovered funds if Criminal

Criminal

unlawful requested by national authorities conviction not

conviction

conduct required. Must Keuntungan dari cara atau model

required.

establish the pengembalian aset dengan StAR Initiative

Must

unlawful ini sangat besar karena dapat diasumsikan

establish

conduct on a bahwa dana-dana yang dikembalikan ke

criminal

balance of negara dari hasil kejahatan dapat mem-

activity

“beyond

a probabilities

standard bantu program-program sosial lain yang of proof

reasonable

dibutuhkan untuk pembangunan negara. ( doubt “ or

standard may Diluar manfaat tersebut, StAR Initiative

“intimate

vary ) program sangat efektif dalam membantu

conviction”

Object based Link between Object based

or

value proceeds and

15 Ibid .,hlm. 11.

16 StAR Initiative

Report

http://siteresources.worldbank.org/NEWS/Resources/Star-rep-

full.pdfhlm.11,diakses 25 September 2015 pukul 20.30. Theodore S. Greenberg; Op.cit.,hlm. 14. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

a criminal conviction in cases in conduct

which the offender cannot be

Forfeit

Forfeiture Forfeit

the

prosecuted by reason of death, flight

defendant’s

thing

itself,

or absence or in other appropriate

interest in

innocent owners

Dalam pasal tersebut dijelaskan

Varies

Jurisdiction Varies bahwa NCB Forfeiture tidak berfokus pada

(criminal or

(criminal

or

satu hukum saja atau pada hambatan ketika

civil)

civil)

adanya perbendaan antara pelaksanaan suatu sistem. Oleh karena itu Consider

Sumber: diolah dari buku Stolen Asset taking such measures as may be necessary Recovery, A good Practice Guide for Non – Conviction Based Asset Forfeiture, The to allow confiscation StAR Initiave

bentukan UNCAC dapat memberikan International Bank for Reconstruction and kebebasan negara untuk menjalankan Development/ The World Bankoleh kebijakan dari StAR Initiave disesuaikan Theodore S. Grenberg dengan sistem hukum dan kepentingan

Dilihat dari tabel diatas dapat

nasional negaranya.

dismpulkan NCB Asset Forfeiture dapat Terdapat persamaan dan perbedaan diartikan

sebagai

penanggulangan

terhadap penerapan NCB Forfeiture di pendanaan kejahatan oleh negara terhadap

negara yang menggunakan sistem civil law aset itu sendiri sedangkan Criminal

dan negara yang menggunakan sistem Forfeiture

adalah

penanggulangan

common law . Persamaan dan perbedaan pendanaan

tersebut dapat disimpulkan dalam tabel terhadapat pelaku kejahatan pendanaan

berikut:

tersebut.

Persamaan dan perbedaan Ketentuan –ketentuan yang ditawar- penggunaan NCB Forfeiture

Tabel 2.

kan oleh StAR Initiative lebih bersifat di Civil Law System dan fleksibel karena dapat diterapkan dalam Common Law System 19 sistem-sistem hukum yang dianut oleh

negara-negara di dunia. baik NCB Asset

Civil Law

Common Law

Forfeiture ataupun Criminal Forfeiture Similarities dapat diterapkan dalam sistem Civil Law

Action against the property ( in rem ) maupun Common Law sistem. Hal ini bisa

Conviction not required

Requires proof of unlawful conduct Each State Party, in order to provide

dilihat di article 54 (1) (c) UNCAC 18 :

Differences mutual legal assistance pursuant to

Standard of balance of article 55 of this Convention with

Beyond a

reasonable proof required probabilities or respect to property acquired through

for forfeiture preponderance or involved in the commission of an

doubt or

of the evidence offence established in accordance

intimately

conviced Criminal

Court of Civil with this Convention, shall, in Jurisdiction accordance with its domestic law:

Prosecutorial Broad (c) Consider taking such measures Direction

Limited

as may be necessary to allow confiscation of such property without

Sumber: diolah dari buku Stolen Asset

18 Article 54 (1)(c) UNCAC. 19 Theodore S. Greenberg,Op.cit., hlm. 17.

188 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U Jurnal Hukum M ATARAM ]

NIVERSITAS

JATISWARA ]

Recovery, A good Practice Guide for Non – internal dari negara-negara, maka bisa Conviction Based Asset Forfeiture, The

yurisdiksi pada International Bank for Reconstruction and

dikatakan

apabila

umumnya bersifat teritorial. Konsep Development/ The World Bankoleh

yurisdiksi secara domestik terkait erat Theodore S. Grenberg ketentuan yang terdapat dalam pasl 2 (7)

Piagam PBB yang berbunyi: 22 Dalam tabel tersebut terlihat

perbedaan penerapan NCB forfeiture hal Nothing contained in the present ini karena disesuaikan dengan sistem

Charter shall authorize the United hukum dan kepentingan nasional suatu

Nations to intervence in matters negara. Artinya segala kebijakan yang

which are essentially within the diberikan oleh UNCAC melalui StAR

domestic jurisdiction of any state or Initiative meskipun harus di ratifikasi oleh

shall require the Members to submit negara anggota tetap harus disesuaikan

such matters to settlement under the dengan kepentingan negara.

present Charter; but this principle shall not prejudice the application of

Apabila dibandingkan

dengan

penerapan FATF dalam penanggulangan enforcement measure under Chapter pendanaan kejahatan terorisme yang sering VII.

berbenturan dengan kepentingan atau Dari ketentuan pasal terrsebut dapat aturan nasional suatu negara, seperti

disimpulkan bahwa suatu negara berhak adanya aturan adanya pembekuan aset

menerapkan hukumnya dalam kejadian- terhadap seseorang yang masih diduga

kejadian yang berkaitan dengan wilayah sebagai pelaku kejahatan. Dengan aturan

atau kepentingan nasional negara tersebut. FATF itu banyak negara yang menerapkan

Hal ini berarti negara mempunyai ketentuan tentang praduga tak bersalah

kewenangan tertinggi di dalam wilayah dalam aturan nasionalnya sering tidak

kekuasaannya. Apabila dikaitkan dengan dapat melakukan aturan FATF, hal ini

penggunaan ketentuan internasional yang berakibat negara anggota FATF dianggap

sudah disepakatinya melalui perjanjian tidak melakukan pelanggaran oleh FATF.

internasional tetap harus disesuaikan dengan kepentingan negaranya tanpa ada

Aturan –aturan yang ditetapkan oleh campur tangan dari pihak lain baik itu

FATF secara tidak langsung sangat negara maupun organisasi internasional mempengaruhi kebijakan-kebijakan negara

lain.

sehingga negara tidak dapat menerapkan kedaulatannya dan yurisdiksinya secara

Dari beberapa pertimbangan tersebut utuh dalam penanggulangan kasus

bahwa dalam penanggulangan pendanaan pendanaan terorisme. Yurisdiksi menunjuk

terhadap kejahatan terorisme dapat pada pengertian aspek partikular dari

diberlakukan ketentuan NCB asset kompetensi hukum dari suatu negara yang

forfeiture yang diberikan oleh StAR sering disebut kedaulatan 20 .

initiative oleh UNCAC yang sebenarnya ditujukan untuk kejahatan korupsi akan

Yurisdiksi menunjuk pada aspek tetapi konsep ini masih sesuai bila

kedaulatan dari negara dalam kaitannya diterapkan terhadap pendanaan kejahatan dengan kompetensi judikatif, legislatif dan administrative. 21 Oleh karena persoalan terorisme.

yurisdiksi sangat terkait dengan persoalan Kendala kedua yang dihadapi negara

dalam

penerapan

FATF adalah

Jawahir Thontowo,Hukum

Internasional

pengembalian aset yang berasal dari

Kontemporer,Refika Adhitama, Bandung, 2006,hlm. 153.

21 Ian Brownlie,Principles of publics International

Law,Oxford, Clarendon Press, 1990, hlm. 298. Article 2 ( 7 ) United Nation Charter. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

kejahatan untuk pendanaan kejahatan yang independensi negara yang dicirikan oleh berada di wilayah negara lain. Hal ini

adanya kedudukan yang sama dalam masih menjadi kendala bagi negara-negara

interaksi internasional.

karena berkaitan dengan prinsip kedaulatan

kedaulatan secara negara dan penghormatan negara.

Pengertian

eksternal tersebut, memiliki beberapa Kedaulatan adalah hak eksklusif

implikasi. Pertama, setiap negara memiliki untuk

kedaulatan yang sama secara politik 29 . pemerintahan, masyarakat, atau diri

Namun dalam konteks praktisnya hal ini sendiri. 23 Konsep kedaulatan dalam

cukup meragukan, karena kemampuan hukum internasional berkaitan dengan

ekonomi dari setiap negara sangat pemerintahan yang memiliki kendali penuh

beragam. Kedua, setiap negara tidak bisa urusan dalam negerinya dalam suatu

melakukan campur tangan dalam persoalan wilayah atau batas teritorial dan dalam

negara lain. Ketiga, setiap negara masing- konteks tertentu, terkait dengan berbagai

masing diasumsikan memiliki kom- organisasi atau lembaga yang memiliki 30 petensi. Keempat setiap negara memiliki

yurisdiksi hukum sendiri.

yurisdiksi

wilayahnya secara eksklusif. Kelima, setiap negara hanya

atas

Kedaulatan negara dilihat dari dibebani kewajiban dalam hal negara

jangkauan pelaksanaanya, dibagi menjadi

memberika persetujuannya. dua jenis kedaulatan yaitu internal dan

tersebut

negara memiliki eksternal. Pengertian kedaulatan secara

Keenam,

setiap

kewenangan penuh untuk memutuskan internal adalah kekuasaan tertinggi dari berperang. 31 Ketujuh, hukum internasional

suatu negara di wilayahnya 24 . Pengertian

positif hanya dapat mengikat suatu negara kedaulatan atas wilayah ini adalah

apabila negara tersebut telah secara kewenangannya sebatas dalam wilayah- eksplisit dan sukarela untuk terikat 32 .

wilayah yang telah menjadi bagian dari Untuk dapat menjamin keberadaan

kekuasaannya. Kedaulatan internal sering kedaulatan eksternalnya tersebut, suatu disebut sebagai istilah supremasi negara negara harus memiliki: 25 33 atau kedaulatan dalam . Artinya dalam

tatanan demokrasi kontemporer, supremasi

yurisdiksi atas negara itu berada pada struktur hirarkis

1. sebuah

wilayahnya dan warga negaranya yang digunakan untuk menyelenggarakan

yang mendiaminya; otoritas Negara. 26 2. sebuah prinsip non intervention, yaitu kewajiban bagi negara lain

Kedaulatan secara eksternal adalah untuk tidak campur tangan atas

kemampuan negara untuk melakukan

27 persoalan yang terjadi di wilayah hubungan internasional. Dalam konteks

tersebut

ini setiap negara memiliki posisi yang

pengakuan dari negara-negara

sederajat dalam

kaitannya dengan

28 hubungan lain yang sederajat, karena internasional . Kedaulatan dengan pengakuan berarti negara

eksternal sering

disebut

dengan

tersebut berhasil meyakinkan

negara lain, bahwa kedaulatan

Dedi Supriyadi,Hukum Internasional (dari konsepsi sampai aplikaasi), Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 123. 24 Saru

29 Saru Arifin,Op.cit.,hlm. 33. Antarnegara,Sinar Grafika, Jakarta, 2014 , hlm. 32.

Arifin,Hukum

Perbatasan

darat

30 Antonio Cassese,International Criminal Law,Oxford 25 Ibid 26 .

University Press, New York, 2003, Bab 19 hlm. 348. 27 Jawahir,Op.cit., hlm. 37.

32 Saru Arifin,Log.cit.

28 Saru Arifin, Op.cit., hlm. 32. 33 Kurt Mills,Human Rights in the Emerging Global Kurt Mills,Op.cit., hlm. 13. Mirza Satria Buana,Hukum Internasional; Teori dan Order; A new Sovereignity; Mc Millan, London, 1998,hlm. 11.

Praktik,FH Unlam, Banjarmasin ,2007, hlm. 27.

190 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U Jurnal Hukum M ATARAM ]

NIVERSITAS

JATISWARA ]

yang dimilikinya merupakan mempunyai kewenangan terhadap negara sesuatu yang sah, walaupun

Di satu sisi pendanaan untuk internasional

kontemporer,

kejahatan terorisme kemungkinan besar pengakuan

bukanlah

syarat

berada di luar wilayah negara tempat mutlak dari suatu negara sebagai terorisme terjadi, sehingga negara yang subyek hukum internasional.

atas pendanaan tersebut Dalam syarat keberadaan kedaulatan

dirugikan

kesulitan untuk mengembalikan dana yang dalam suatu negara tersebut dapat diartikan

digunakan guna kepentingan penyelidikan bahwa terdapat yurisdiksi yang dimiliki

atau untuk mengembalikan aset negara oleh

karena terbentur dengan kedaulatan dan kedaulatannya. Yurisdiksi atau wewenang

negara dalam

menerapkan

yurisdiksi negara lain yang memang benda suatu negara untuk menerapkan hukumnya

atau dana tersebut berada di wilayah meliputi :

negara lain dan

negara tersebut menyatakan bahwa benda tersebut berada

1. Hak, kekuasaan dan kewenangan

dalam yurisdiksinya.

untuk mengatur

sebagai aturan untuk atas obyek yang diatur

2. Hak, kekuasaan dan kewenangan

FATF

menanggulangi

pendanaan kejahatan

3. Hak, kekuasaan dan kewenangan terorisme belum memiliki aturan tentang berdasarkan ruang dan tempat

pengembalian aset dari satu wilayah negara dari obyek masalah

ke negara yang dirugikan oleh pendanaan terorisme. Hal ini menjadi penting untuk

Dari salah satu bentuk yurisdiksi negara tempat terjadinya terorisme karena

yang diberikan kepada negara yang sekarang ini pelaku pendanaan telah

berdaulat oleh hukum internasional adalah menempatkan dananya di luar wilayah

kewenangan negara berdasarkan obyek negara agar tidak dapat diambil kembali yang diatur yang berkaitan juga dengan oleh negara tempat terjadinya terorisme. dimana obyek itu berada (yurisdiksi ruang

dan tempat). Yurisdiksi berdasarkan obyek Untuk mengatasi hal tersebut yang diatur itu meliputi yurisdiksi

terdapat aturan yang ditetapkan StAR personal, yurisdiksi kebendaan, yurisdiksi

Initiative untuk penanggulangan kejahatan kriminal, yurisdiksi civil dan yurisdiksi

korupsi yang dapat diadopsi karena ada eksklusif.

persamaan konsep penanggulangan. Dalam StAR Initiative melalui NCB Asset

Ketentuan tentang yurisdiksi negara Forfeiture untuk pengembalian aset

berdasarkan tempat apabila dikaitkan diwilayah negara lain ada pengaturan

dengan penanggulangan

pendanaan

kerjasama yang disebut Mutual Legal kejahatan terorisme adalah berkaitan

dengan yurisdiksi berdasarkan yurisdiksi Assistence. kebendaan. Yurisdiksi kebendaan adalah

Menurut Siswanto Sunarso, Mutual penetuan hukum negara yang berhak

Legal Assistance , yakni suatu perjanjian mengatur atas benda yang berada dalam

yang bertumpu pada permintaan bantuan

yang berkaitan dengan penyelidikan, hukum mana yang berhak mengatur

suatu wilayah negara 34 . Dalam penentuan

penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di terhadap keberadaan benda dalam suatu

depan sidang pengadilan, dan lain-lain, negara sering menimbulkan kendala karena

dari Negara Diminta dengan Negara negara-negar yang berkaitan mengklaim

Dedi Supriyadi,Op.cit.,hlm. 156. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ Jurnal Hukum

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ] 35 Peminta .

berguna dikarenakan banyaknya aset curiantersebut yang berada di luar negeri

Mutual Legal Assistance (MLA) atau yang seringkali mempunyai sistemhukum

perjanjian saling bantuan hukum adalah atau politik yang sangat berbeda antara

perjanjian antara dua negara asing untuk negara tempat terjadinya kejahatan

tujuan informasi dan bertukar informasi

36 terorisme dengan negara tempat dana itu dalam upaya menegakkan hukum pidana .

berada.

Bantuan ini dapat berlangsung Penerapan MLA ini dilakukan

berupa memeriksa dan mengidentifikasi dengan adanya perjanjian khusus antar

orang, tempat dan sesuatu, transfer kustodi, negara pihak dalam StAR Initiative.

dan memberikan

bantuan

dengan

immobilization Terdapat beberapa negara yang sudah

dari alat-alat kegiatan mempunyai perjanjian mengenai MLA ini kriminal. Bantuan mungkin ditolak oleh salah satunya adalah negara yang dianggap salah satu negara (sesuai dengan perjanjian paling aman untuk menyimpan dana yaitu rincian) untuk politik atau alasan Switzerland yang akhir-akhir ini banyak keamanan, atau jika pelanggaran pidana dana dari hasil kejahatan yang disimpan di dalam pertanyaan tidak dihukum sama di bank negara tersebut. Terdapat ketentuan- kedua negara. Beberapa perjanjian dapat ketentuan khusus yang diterapkan oleh mendorong bantuan dengan bantuan negara Switzerland dalam aturan MLA nya hukum bagi warga negara di negara-negara

yang dapat diadopsi oleh negara- negara lain .

yaitu negara dapat mengambil aset di Pelaksanaan

negara tersebut kecuali 40 : pencarian barang bukti dan penyitaan,

victims reside in hasil kejahatan, mengusahakan persetujuan Switzerland and assets have to

The

pencarian, pembekuan, dan penyitaan aset

be returned to the victims orang

kesaksian atau membantu penyidikan di An authority assets rights over

yang bersedia

memberikan

negara peminta bantuan MLA 38 the assets .

3. A person not involved in the Mutual Legal Assistence dalam

offense and whose claims are penerapan NCB Asset Forfeiture dilakukan

guaranteed by the dan diatur dalam Federal Act on

not

requesting state convincingly International Mutual Legal Assistance in

shows that he or she has

acquired rights over the assets merupakanpermintaan bantuan dalam

Criminal Matters (IMAC) 39 . MLA

in good faith in Swiss or, if he masalah pidana berkenaan dengan

or she reside in Swiss, in a penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

foreign country, or di sidang pengadilan sesuai dengan

4. The object or assets are ketentuanperaturan perundang-undangan

necessary for pending criminal negara diminta. MLA ini pula menjadi

proceeding in Swiss land or suatuinstrumen hukum yang sangat

likely, because of their nature,

to be subject to forfeiture in

Siswanto Sunarso, Ekstradisi dan Bantuan Timbal balik dalam Masalah Pidana: Instrumen Penegakan Hukum

Swiss land.

Pidana Internasional, Rineka Cipta, Jakarta,2009, hlm. 133. 36 S. Rahmi , “Perbandingan Ekstradisi dan MLA”,

http.mekar-sinurat.blogspot.com, diakses 17 Oktober 2015pukul 21.00WIB. 37