Subjek Penelitian Jenis dan Sumber Data
PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI KESULITAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT BAGI SISWA
Arsaudi
Bimbingan dan Konseling, STKIP Andi Matappa email: arsaudi@yahoo.co.id
Abstrak. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui (1) bagaimanakah gambaran kesulitan mengemukakan pendapat siswa di SMP Negeri 1 Segeri?, (2) apakah faktor yang menyebabkan kesulitan mengemukakan pendapat pada siswa di SMP Negeri 1 Segeri? (3) bagaimanakah gambaran penerapan layanan konseling individu dalam membantu mnegatasi kesulitan mengemukakan pendapat pada siswa di SMP Negeri 1 Segeri?. Jenis penelitian studi kasus pada dua anak yang mengalami masalah sulit mengemukakan pendapat. Analisis datanya yaitu: Data reduction, Data display dan Conclusion Drawing/verification. Hasil Penelitian (1) Kesulitan mengemukakan pendapat pada siswa seperti; aspek kepribadian, aspek belajar, aspek sosial. (2) Faktor penyebab terdiri dari faktor internal seperti perasaan malu atau takut salah, kurangnya kemampuan berbicara, kurangnya persiapan, rasa rendah diri, kekurangan fisik, trauma, merasa tidak mampu mengemukakan pendapat, tidak menganggap penting kesempatan mengemukakan pendapat, dan perasaan takut yang berlebihan jika mengemukakan pendapat.; dan faktor eksternal seperti kurangnya dukungan sosial, kurangnya penghargaan dan perhatian, kurangnya sarana pendukung untuk mengemukakan pendapat, kurangnya motivasi dari keluarga dan lingkungan, dan tidak adanya kesempatan mengemukakan pendapat; (3) Hasil wawancara konseling individu yang menunjukkan perubahan dan perkembangan siswa AS dan AL dalam beberapa aspek seperti perubahan antusiasme siswa dalam mengikuti layananan konseling individu, keterbukaan siswa dalam menyampaikan masalah, perkembangan kemampuan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dalam upaya mengatasi masalahnya, dan perkembangan kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan mengemukakan pendapat yang dialami.
Kata kunci : Kesulitan mengemukakan pendapat, dan layanan konseling individu Abstract. The aim of the study is to determine (1) how the picture of the difficulties students
express their opinions in SMP Negeri 1 Segeri ?, (2) what factors cause difficulty expressing their opinions on students of SMP Negeri 1 Segeri? (3) how the picture of the implementation of individual counseling services to help mnegatasi difficulty expressing their opinions on students of SMP Negeri 1 Segeri ?. Case study in two children who experienced trouble expressing their opinions. Data analysis, namely: Data reduction, data display and Conclusion Drawing / verification. Results (1) difficulty expressing their opinions on students such as; aspects of personality, learning aspect, the social aspect. (2) The factors causing difficulty expressing their opinions consist of internal factors such as feelings of shame or fear of making mistakes, lack of speech, lack of preparation, low self- esteem, physical deficiencies, trauma, felt unable to express an opinion, do not consider important the opportunity to express opinions, and fear that is excessive if expression .; and external factors such as a lack of social support, lack of respect and attention, lack of means of support for freedom of expression, lack of motivation from the family and the environment, and the absence of an opportunity to express opinions; (3) Results of interview counseling individuals who demonstrate the changes and development of US students and AL in some aspects such as changes to the enthusiasm of students in participating layananan individual counseling, the openness of the students in presenting the issues, the development of the ability to identify weaknesses and strengths in an effort to solve this problem, and the development of students' abilities in overcoming difficulties experienced expression.
Keywords : Difficulty expressing opinions, and individual counseling services
Jurnal Konseling Andi Matappa
Volume 1 Nomor 1 Februari 2017. Hal 16 - 29 p-ISSN: 2549-1857; e-ISSN: 2549-4279 (Diterima : Januari-2017; di revisi: Januari-2017; dipublikasikan: Februari-2017)
17 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol 1 No 1 Februari 2017
PENDAHULUAN
Sehingga tidak semua siswa dapat berkembang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran
mencerdaskan kehidupan
Kemampuan seseorang mengungkapkan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
bangsa
dan
pendapat sangat berkaitan dengan kepribadian yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
dimana kepribadian seseorang kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi
individu,
dengan apa yang pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
berhubungan
ditangkap/direspon oleh orang lain berdasarkan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
karena apa yang diungkapkan amat sangat tanggung
menentukan tafsiran orang lain terhadap kebangsaan. Sesuai dengan yang diamanatkan
kepribadian seorang individu. Dalam suatu dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
diskusi pendapat yang baik dapat membentuk pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional, yang
saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, berbunyi:
memelihara kasih –sayang, menyebarluaskan Pendidikan adalah usaha sadar dan
pengetahuan. Tetapi, pendapat yang tidak baik terencana untuk mewujudkan belajar dan proses
menyuburkan perpecahan, pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dapat
juga
permusuhan, menanamkan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
menghidupkan
kemajuan, dan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
kebencian,
merintangi
menghambat pemikiran. Karena itu, kualitas diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
hidup kita, hubungan kita dengan sesama serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
manusia dapat ditingkatkan dengan memahami masyarakat, bangsa, dan negara.
dan memperbaiki komunikasi yang kita lakukan. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu,
Salah satu masalah yang banyak dihadapi siswa harus berkembang secara optimal dengan
oleh siswa dalam berkomunikasi adalah kemampuan
kecemasan mengungkapkan pendapat, yaitu bertanggung jawab, dan dapat memecahkan
kecemasan bila dihadapkan pada situasi yang masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan
mengungkapkan harus membantu bukan hanya mengembangkan
mengharuskan
siswa
pendapatnya di dalam kelas maupun dalam kemampuan
diskusi. Komunikasi memegang peranan dalam kemampuan
pemantapan pembelajaran dan perilaku yang ditemuinya
diharapkan, hubungan interpersonal guru lingkungan.
dengan siswa, dan penyampaian intruksi, Sekolah
termasuk di dalamnya bertanya, memuji, dan memberikan pengetahuan dalam kegiatan
umpan balik individu. Komunikasi di dalam belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat
kelas sangat menentukan efektifitas dan mutu mengembangkan keseluruan kepribadian anak.
pendidikan.
Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih
berbicara adalah dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang
Keterampilan
keterampilan mengungkapkan pendapat atau efektif. Untuk itu perlu adanya peningkatan
pikiran dan perasaan kepada seseorang atau tentang wawasan dan pemahaman tentang
kelompok secara lisan, baik secara berhadapan layanan dan konseling di sekolah.
ataupun dengan jarak jauh. Berbicara Dalam upaya mewujudkan kegiatan
merupakan salah satu keterampilan berbahasa pembelajaran yang efektif faktor utama yang
yang harus dikuasai oleh siswa. Salah satu harus dikembangkan adalah keaktifan siswa
keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah untuk mengeluarkan pendapat dalam mengikuti
keterampilan mengungkapkan pendapat di segala proses dalam kegiatan pembelajaran
dalam kelas maupun di dalam diskusi. Namun tersebut. Namun pada kenyatannya tidak semua
pada kenyataannya banyak siswa yang siswa mampu untuk mengemukakan pendapat di
mengalami kesulitan dalam mengemukakan hadapan guru dan teman-temannya di sekolah
pendapat.
secara langsung dan lugas. Kebanyakan siswa
pembelajaran lebih memilih untuk bersikap pasif dan enggan
Pelaksanaan
mengemukakan pendapat di sekolah sering mengemukakan pendapatnya sekalipun terdapat
diabaikan oleh guru, karena waktu yang hal yang tidak dipahami atau tidak disetujuinya
diperlukan cukup lama. Akibatnya, siswa tidak selama proses pembelajaran berlangsung.
dapat berbicara di depan teman-temannya
Arsaudi, Penerapan Layanan Konseling Individu.......
dengan lancar, karena kurang memiliki rasa dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan percaya diri, kesulitan dalam mengungkapkan
fokus penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah pendapat, sering berkata tidak bisa sebelum
gambaran kesulitan mengemukakan pendapat mencoba berpendapat, tidak percaya diri saat
siswa di SMP Negeri 1 Segeri?. Faktor apakah melakukan presentasi di depan kelas, dan
yang menyebabkan kesulitan mengemukakan merasa malu jika menjawab pertanyaan dari
pendapat pada siswa di SMP Negeri 1 Segeri?. guru, penggunaan bahasa Indonesia juga
Bagaimanakah gambaran penerapan layanan menjadi kacau, kurang paham dengan etika
konseling individu dalam membantu mnegatasi dalam berdiskusi, dan isi pembicaraan menjadi
kesulitan mengemukakan pendapat pada siswa tidak tepat. Dalam hal ini, peran diskusi sangat
di SMP Negeri 1 Segeri?
dominan. Tujuan dari penelitian yang ingin peneliti Berdasarkan pengamatan peneliti selama
capai antara lain adalah: Untuk mengetahui melaksanakan program Praktik Lapangan pada
gambaran kesulitan bulan Oktober tahun 2013 dan hasil wawancara
bagaimanakah
mengemukakan pendapat siswa di SMP Negeri dengan guru BK SMP Negeri 1 Segeri.
1 Segeri?, Untuk mengetahui faktor apakah yang Diperoleh informasi bahwa banyak siswa SMP
kesulitan mengemukakan terutama di kelas VII yang belum mampu
menyebabkan
pendapat pada siswa di SMP Negeri 1 Segeri? berpendapat secara formal di dalam kelas.
Dan Untuk mengetahui bagaimanakah gambaran Fenomena tersebut sering dijumpai saat guru
penerapan layanan konseling individu dalam mengajar dalam kegiatan belajar mengajar
membantu mnegatasi kesulitan mengemukakan (KBM) di kelas. Siswa cenderung pasif dan
pendapat pada siswa di SMP Negeri 1 Segeri? kurang berminat untuk mengemukakan pendapat tentang pelajaran yang disampaikan oleh guru
METODE PENELITIAN
baik dalam bentuk bertanya maupun menjawab Pendekatan dalam penelitian ini adalah pertanyaan.
Adapun menurut Kebanyakan usaha yang telah dilakukan
pendekatan
kualitatif.
Sugiyono (2013: 9), “Penelitian kualitatif adalah pihak sekolah terutama guru bimbingan
metode penelitian yang berlandaskan pada konseling
filsafat postpositivisme, digunakan untuk permasalahan mengemukakan pendapat belum
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, berjalan efektif. Karena usaha yang dilakukan
dimana peneliti adalah sebagai instrumen konselor hanya berupa pemberian nilai kepada
kunci”.
siswa yang mengajukan pertanyaan dan Jenis penelitian yang peneliti gunakan memberikan tanggapan, memanggil nama siswa
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut untuk berbicara, memberikan bimbingan dan
Depdikbud (1997: 2) menjelaskan bahwa “Studi nasihat. Namun nampaknya, upaya tersebut
kasus adalah suatu studi atau analisa yang belum efektif untuk meningkatkan kemampuan
komprehensif dengan menggunakan berbagai siswa dalam mengungkapkan pendapat.
teknik, bahan dan alat mengenai gejala atau ciri- Upaya untuk membantu siswa yang
ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau mengalami kesulitan mengemukakan pendapat
tingkah laku menyimpang baik individu maupun perlu diadakan layanan konseling terhadap siswa
kelompok”.
yang bersangkutan. Salah satu layanan
Subjek Penelitian Jenis dan Sumber Data
konseling yang dibutuhkan dalam hal ini adalah Dari informasi hasil wawancara dan konseling individu. Berdasarkan gejala-gejala
dokumentasi yang dilakukan oleh Guru atau fenomena yang telah disebutkan penulis
Bimbingan dan Konseling terdapat masalah tertarik ingin melakukan suatu penelitian ilmiah
kesulitan mengemukakan dengan judul “Penerapan Layanan Konseling
kecenderungan
pendapat yang cukup tinggi di kelas VII Individu
terutama di Kelas VII.B dan VII.C karena dilihat Mengemukakan Pendapat bagi Siswa di SMP
dari keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Negeri 1 Segeri”. Hal ini akan lebih dijelaskan
belajar mengajar di kelas.
pada rumusan masalah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Penelitian
Guru Bimbingan dan Konseling, Wali Kelas dan mengkaji masalah belajar terutama dalam
Guru mata pelajaran, ditetapkan masing-masing penanganan masalah kesulitan mengemukakan
1 orang siswa dari kelas VII.B dan VII.C yang pendapat bagi siswa di SMP Negeri 1 Segeri,
mengalami kesulitan mengemukakan pendapat, berdasarkan latar belakang masalah yang
karena jenis penelitian yang digunakan dalam
19 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol 1 No 1 Februari 2017
penelitian ini adalah studi kasus oleh sebab itu kepercayaan terhadap data hasil penelitian peneliti mengambil kedua orang siswa tersebut
kualitatif antara lain dilakukan dengan sebagai subjek penelitian yang dianggap paling
pengamatan, peningkatan membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah
perpanjangan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi kesulitan mengemukakan pendapat yang
dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dialami. Kedua orang siswa tersebut adalah AS
dan membercheck ”. Kemudian Dependability dari kelas VII.B dan AL dari kelas VII. C
(Ketergantungan) dan Konfirmabilitas (Tingkat dengan alasan bahwa AS dan AL dinilai
Keberhasilan)
memiliki masalah yang paling berat oleh Guru
Tahap-Tahap Penelitian
Bimbingan dan Konseling, Wali Kelas, dan Dalam penelitian ini, penulis melalui Guru Mata Pelajaran.
tahap-tahap sebagai berikut : Sumber data dari penelitian ini terdiri
1. Persiapan, dalam tahap ini penulis atas sumber data primer dan sekunder. Sumber
melakukan studi awal untuk mengecek data primer berasal dari hasil pengumpulan data
tidaknya permasalahan, melalui teknik pengumpulan data yaitu data
layak
pengecekan sumber data pendukung yang diperoleh langsung dari objek penelitian
penelitian, serta pembuatan instrumen melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
penelitan.
yang telah dilakukan.
2. Pelaksanaan, dalam tahap ini penulis Data sekunder adalah data yang
mulai mengadakan langkah penelitian diperoleh dari sumber lain tentang subjek
seperti pengumpulan data, pengolahan penelitian atau dengan kata lain membicarakan
dan pengujian keabsahan data sebelum siswa yang diteliti. Adapun sumber tersebut
penarikan kesimpulan penelitian. adalah Guru Bimbingan dan Konseling, Guru
3. Penarikan kesimpulan hasil penelitian. Mata Pelajaran, Orang tua siswa dan Teman siswa
Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah manusia sebagai instrumen kunci atau alat
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian. Dimana peneliti akan menjadi perencana,
Pada bagian ini peneliti akan membahas kemudian akhirnya menjadi pelapor hasil
secara rinci mengenai hasil penelitian yang telah penelitian. Adapun teknik pengumpulan data
diperoleh dan dianalisis secara kualitatif. Data- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data penerapan layanan konseling individu wawancara, daftar cek masalah, observasi dan
dalam mengatasi kesulitan mengemukakan dokumentasi serta Focus Group Discussion
pendapat dengan tujuan menemukan makna
Teknik Analisis Data
dibalik berbagai gejala/peristiwa yang tampak. Miles and Huberman (Sugiyono, 2013:
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam 246), mengemukaka n bahwa “Aktivitas dalam
penelitian ini menggunakan analisis taksonomi analisis data kualitatif dilakukan secara
yaitu teknik analisis terhadap keseluruhan data interaktif dan berlangsung secara terus menerus
berdasarkan domain sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.
yang
terkumpul
(ranah/wilayah) yang ditetapkan yaitu: Adapun aktivitas dalam analisis data yaitu:
Hasil Wawancara
Data reduction (reduksi data), Data display Pengumpulan data yang dilakukan (penyajian
melalui wawancara terhadap guru bimbingan Drawing/verification (penarikan kesimpulan dan
dan konseling, guru mata pelajaran, orang tua verifikasi). Kesimpulan awal yang dikemukakan
siswa dan teman siswa untuk mengetahui masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak
masalah kesulitan mengemukakan pendapat ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
yang dialami oleh subjek penelitian, diperoleh mendukung pada tahap pengumpulan data
data sebagai berikut:
berikutnya.
a. Hasil Wawancara Guru Bimbingan dan
Pengecekan Keabsahan Data
Konseling (lampiran 4) Dalam penelitian studi kasus ini
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengecekan keabsahan data dilakukan melalui
guru BK diperoleh informasi bahwa siswa yang tahap-tahap yaitu mulai dari Kredibilitas
mengalami kesulitan mengemukakan pendapat (Derajat Kepercayaan). Menurut Sugiyono
ditunjukkan dengan perilaku yang pendiam, (2013: 270- 276), “Uji kredibilitas data atau
acuh tak acuh dan kurangnya perhatian selama
Arsaudi, Penerapan Layanan Konseling Individu.......
mengikuti kegiatan belajar. Adapun faktor- yang rajin, penurut, pendiam serta tidak nakal. faktor yang biasa menyebabkan masalah
Berkaitan dengan kemampuan mengemukakan kesulitan mengemukakan pendapat antara lain
pendapat berdasarkan hasil wawancara orang tua faktor kesehatan, faktor kepribadian, faktor
AS tidak mengetahui bahwa AS mengalami fisik, faktor sosial dan faktor perkembangan
kesulitan mengemukakan pendapat. Tetapi intelektual.
berdasarkan informasi dari orang tuanya, AS Usaha yang bisa dilakukan untuk bisa
memang termasuk anak yang pendiam dan membantu mengatasi kesulitan mengemukakan
penurut serta jarang mengemukakan pendapat pendapat antara lain, pemberian motivasi,
selain itu AS juga terbiasa menggunakan bahasa pemberian layanan konseling dengan teknik
daerah (bugis) dalam berkomunikasi sehingga bermain peran, penugasan dan teknik assertif,
kurang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. serta kerjasama antara orang tua siswa, guru BK
Dalam keluarga AS juga tidak terbiasa untuk dan guru mata pelajaran.
melakukan kegiatan diskusi keluarga dengan Berdasarkan pendapat guru BK siswa AS
alasan kesibukan semua anggota keluarga. dan AL termasuk siswa yang mengalami
Menurut orang tuanya, penyebab AS masalah kesulitan mengemukakan pendapat,
jarang berbicara kemungkinan besar karena AS upaya yang dilakukan oleh guru BK baru sampai
masih belum bisa beradaptasi dengan pada tahap pemberian motivasi agar siswa
lingkungan baru, selain itu menurut orang merubah perilakunya dan untuk selanjutnya guru
tuanya, AS merasa lebih nyaman tinggal di BK merencanakan melakukan konseling
tempat tinggalnya yang lama daripada tempat individu pada siswa AS dan AL.
tinggalnya yang sekarang.
b. Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Orang tua AS mengharapkan agar AS (lampiran 6)
bisa sedikit merubah sikapnya yang pendiam Berdasarkan hasil wawancara dengan
sehingga AS dapat memiliki lebih banyak guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa
teman. Orang tua AS juga belum mengetahui yang mengalami kesulitan mengemukakan
ketidakmampuan AS dalam pendapat dapat dilihat dari perilakunya selama
pengaruh
mengemukakan pendapatnya terhadap masa mengikuti kegiatan belajar seperti jarang
depan AS.
bertanya, jarang menjawab pertanyaan guru dan
Orang Tua AL
kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Guru mata Berdasarkan hasil wawancara dengan pelajaran Bahasa Indonesia menilai Siswa AS
orang tua AL diperoleh informasi bahwa AL dan AL jarang berbicara. Hal ini dapat dilihat
memiliki perilaku yang cukup buruk yaitu nakal dari kebiasaan AS yang jarang berbicara di
dan sering bertengkar dengan kakaknya. Selain dalam kelas dan jika ingin bertanya AS diwakili
itu AL termasuk anak yang memiliki banyak oleh temannya. Sedangkan siswa AL lebih
teman di lingkungan tempat tinggalnya sehingga manunjukkan sikap yang acuh, jarang
AL terkesan lebih mementingkan pergaulannya memperhatikan dan lebih sering berbicara
daripada pelajaran.
dengan teman atau mengganngu temannya Orang tua AL tidak mengetahui keadaan dalam proses belajar.
AL yang kesulitan mengemukakan pendapat di Usaha yang dapat dilakukan untuk
sekolah. Menurut orang tuanya, AL memang mengatasi kesulitan mengemukakan pendapat
tidak mau bertanya atau menjawab pertanyaan yaitu memberikan tugas kepada siswa yang
guru di kelas karena menurut AL hal tersebut bersangkutan untuk mengikuti diskusi kelompok
tidak penting.
Dalam keluarga AL sering diadakan mengemukakan pendapat, selain itu juga perlu
agar dapat berlatih
berbicara
dan
diskusi keluarga, namun anak-anak seperti AL dilakukan pembiasaan dimana siswa dilatih
dan kakaknya tidak pernah diikutsertakan. untuk mampu mengemukakan pendapat baik di
Menurut orang tua AL penyebab AL tidak mau lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun
bertanya atau menjawab pertanyaan guru lingkungan pergaulannya.
kemungkinan karena malu atau takut salah. AL
c. Hasil Wawancara Orang Tua (lampiran 8) juga tidak pernah menceritakan masalah Orang Tua AS
pelajaran kepada orang tuanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Orang tua AL berharap agar AL tidak orang tua AS diperoleh informasi bahwa
nakal lagi dan lebih rajin belajar serta tidak perilaku AS di rumah tidak menunjukkan
sering bertengkar dengan kakaknya. Orang tua keadaan yang bermasalah, AS termasuk anak
AL
menyadari
pentingnya kemampuan
21 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol 1 No 1 Februari 2017
mengemukakan pendapat di sekolah dan
a. Siswa AS
pengaruhnya terhadap masa depan AL.
Aspek:
: 50%, Teman AS
d. Hasil Wawancara Teman (lampiran 10)
1) Kesehatan
kategori D (Kurang) Berdasarkan hasil wawancara dengan
2) Keadaan Penghidupan : 20%, teman sekelas AS diperoleh informasi bahwa
kategori C (Cukup Baik) AS termasuk siswa yang pendiam, jarang
3) Rekreasi dan Hobby : 30%, berbicara dan hanya berteman dengan teman
kategori D (Kurang) dekatnya saja. Saat guru menjelaskan di depan
4) Kehidupan Sosial dan : 55%, kelas AS termasuk siswa yang memperhatikan,
kategori E (Kurang Sekali) tetapi tidak pernah bertanya kepada guru AS
Keaktifan Berorganisasi lebih sering bertanya kepada teman dekatnya.
5) Hubungan Pribadi : 20%, AS jarang berbicara di dalam kelas dan
kategori C (Cukup Baik) AS lebih sering diwakili oleh teman dekatnya
: 10%, saat ingin berbicara namun AS termasuk anak
6) Muda-mudi
kategori B (Baik)
yang rajin mengerjakan tugas dan tidak pernah
7) Kehidupan Keluarga : 20%, dipanggil ke ruang BK. AS tidak memiliki
kategori C (Cukup Baik) banyak teman dan terlalu pendiam.
8) Agama dan Moral : 15%, Teman AL
kategori C (Cukup Baik) Berdasarkan hasil wawancara dengan
9) Penyesuaian Terhadap : 5%, kategori teman sekelas AL diperoleh informasi bahwa
B (Baik)
AL di sekolah termasuk anak yang nakal dan
Sekolah
memiliki teman yang sama-sama sering
10) Masa Depan dan Cita-cita : 0%, mengganggu teman lain di sekolah. Dalam
kategori A (Amat Baik) mengikuti kegiatan belajar di kelas AL kadang-
Pendidikan/Pekerjaan kadang memperhatikan namun terkadang juga
11) Penyesuaian Terhadap : 15%, kategori hanya berbicara dengan teman dekatnya. AL
C (Cukup)
kadang-kadang bertanya atau menjawab
Kurikulum
pertanyaan guru, namun AL selalu menyontek Dari hasil perolehan DCM diatas dapat pekerjaan temannya saat ada tugas yang
diketahui bahwa siswa AS mengalami masalah diberikan guru.
pada aspek Kesehatan dengan persentase 50% Kebanyakan teman yang dimiliki AL
kategori D (Kurang), Rekreasi dan Hobby adalah siswa kelas IX, sehingga membuat
dengan persentase 30% kategori D (Kurang), teman-teman sekelasnya takut dan tidak mau
dan aspek Kehidupan Sosial dan Keaktifan akrab dengan AL. AL lebih banyak berteman
Berorganisasi dengan persentase 55% kategori E dengan siswa yang tergolong nakal di sekolah
(Kurang Sekali).
sehingga teman-teman sekelas juga menganggap AL sebagai siswa yang nakal. Tindakan guru
b. Siswa AL
saat AL melakukan pelanggaran di kelas hanya
Aspek:
: 10%, kategori pernah dipanggil ke ruang BK.
sampai tindakan peneguran biasa dan AL tidak
1) Kesehatan
B (Baik)
2) Keadaan Penghidupan : 20%, kategori
Hasil Analisis Daftar Cek Masalah
C (Cukup Baik)
Analisis Daftar Cek Masalah (DCM)
3) Rekreasi dan Hobby
: 20%, kategori
Rumus: x 100%
C (Cukup Baik)
: 55%, kategori N = Jumlah item per aspek masalah
4) Kehidupan Sosial dan
E (Kurang Sekali)
NM = Jumlah item yang dicek per aspek Keaktifan Berorganisasi masalah
: 5%, kategori Kategori penilaian:
5) Hubungan Pribadi
B (Baik)
0% = A (Amat Baik)
: 0%, kategori 1% - 10%
6) Muda-mudi
= B (Baik)
A (Amat Baik)
11% - 25% = C (Cukup Baik)
: 5%, kategori 26% - 50%
7) Kehidupan Keluarga
= D (Kurang)
B (Baik)
51% - 100% = E (Kurang Sekali)
Arsaudi, Penerapan Layanan Konseling Individu.......
8) Agama dan Moral
: 15%, kategori
Pendidikan/Pekerjaan dengan persentase 35%
C (Cukup Baik) kategori D (Kurang), dan Penyesuian terhadap
9) Penyesuaian Terhadap
: 15%, kategori
Sekolah dengan persentase 35% kategori D
C (Cukup Baik)
(Kurang).
Sekolah
10) Masa Depan dan Cita-cita : 35%, kategori
Hasil Observasi
D (Kurang) Pendidikan/Pekerjaan
Rumus:
x 100% (Soli
11) Penyesuaian Terhadap
: 35%, kategori
D (Kurang)
Abimanyu, 1983: 24)
Kurikulum Kriteria untuk penentuan hasil observasi Dari hasil perolehan DCM diatas dapat
dibuat berdasarkan analisis persentase individual diketahui bahwa siswa AL mengalami kesulitan
yaitu nilai tertinggi 100% dan nilai terrendah pada aspek Kehidupan Sosial dan Keaktifan
adalah 0% sehingga diperoleh kriteria sebagai Berorganisasi dengan persentase 55% kategori E
berikut: (lampiran 13)
(Kurang Sekali), Masa Depan dan Cita-cita
Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Hasil Observasi
Sangat Baik
Sangat Kurang
(Soli Abimanyu, 1983: 48)
a. Sebelum penerapan layanan konseling waktu, aktif dan antusias dalam mengikuti individu
pelajaran, mengumpulkan tugas tepat waktu, Siswa AS
memperhatikan dengan seksama pelajaran yang Berdasarkan hasil observasi sebelum
sedang dijelaskan oleh guru, mengeluarkan penerapan layanan konseling individu, siswa AS
pendapat atau ide-ide yang bagus, mampu menunjukkan kategori sedang dengan hanya
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, memenuhi 5 aktifitas positif yaitu hadir tepat
membaca bahan bacaaan dengan seksama, dan waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu,
tertib selama proses belajar. memperhatikan dengan seksama pelajaran yang
Siswa AL
sedang dijelaskan oleh guru, membaca bahan Berdasarkan hasil observasi setelah bacaaan dengan seksama, dan tertib selama
penerapan layanan konseling individu, siswa proses belajar.
AL menunjukkan kategori sangat baik dengan Siswa AL
memenuhi 8 aktifitas positif yaitu hadir tepat Berdasarkan hasil observasi sebelum
waktu,aktif dan antusias dalam mengikuti penerapan layanan konseling individu, siswa
pelajaran, memperhatikan dengan seksama AL menunjukkan kategori rendah dengan hanya
pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru, memenuhi 3 aktifitas positif yaitu hadir tepat
mengeluarkan pendapat atau ide-ide yang bagus, waktu,
memperhatikan dengan seksama mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru, dan
oleh guru, membaca bahan bacaan dengan tertib selama proses belajar.
seksama dan tertib selama proses belajar.
b. Setelah penerapan layanan konseling individu
Penerapan Layanan Konseling Individual
Siswa AS
Kasus AS
kesulitan mengemukakan penerapan layanan konseling individu, siswa AS
Berdasarkan hasil observasi setelah
1) Gambaran
pendapat
menunjukkan kategori sangat baik dengan Gambaran kesulitan mengemukakan memenuhi 8 aktifitas positif yaitu hadir tepat
pendapat pada kasus AS dapat dilihat dari
23 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol 1 No 1 Februari 2017
kebiasaan yang dilakukan AS baik di rumah, di berbicara di depan orangbanyak, hanya sekolah, maupun di lingkungan pergaulannya,
berteman dengan teman tertentu dan harus hal ini dapat digambarkan dengan mengutip
diwakilkan jika ingin mengemukakan pendapat pernyataan HS, inisial guru BKnya yang
secara langsung.
menyatakan bahwa: “Tanda-tandanya biasanya
2) Faktor yang mempengaruhi kesulitan bisa dilihat dari tingkah laku nya di dalam kelas,
mengemukakan pendapat tingkah laku anak yang sulit mengemukakan
Kesulitan mengemukakan pendapat yang pendapat contohnya seperti bersifat pendiam,
dialami AS dapat disebabkan berbagai faktor acuh tak acuh terhadap pelajaran dan kurang
baik dari aspek psikologis, fisik maupun berminat atau kurang perhatian terhadap
kehidupan sosialnya. Faktor utama yang pelajarannya.”(wwcr01/16022015/ B20)
kesulitan mengemukakan Selanjutnya
menyebabkan
pendapat AS adalah kekurangan dari aspek fisik wawancara dengan orang tua AS berinisial MS
dan kehidupan sosialnya . Hal ini seperti yang yang menyatakan bahwa: “AS kalau di rumah
disampaikan oleh siswa AS sendiri bahwa: biasa saja, kalau ada PR dia kerjakan anaknya
“Teman-teman di sini beda Kak, saya tidak juga rajin, pendiam, penurut dan tidak nakal”.
punya banyak teman di sini tidak seperti di (wwcr03/28022015/B20)
kampung saya, disini saya masih malu untuk Hal yang sama juga disampaikan oleh
berteman, apalagi saya juga punya gannguan guru mata pelajaran AS, berinisial MN yang
pendengaran, ya mungkin karena itu juga saya menyatakan bahwa: “Kalau AS anaknya
malu di kelas”. memang pendiam malah lucunya kadang-
jadi
sering
(wwck01/02032015/B20).
kadang kalau mau bertanya temannya yang di Selain itu orang tua AS juga menyatakan suruh” (wwcr02/20022015/B20). Serta pendapat
bahwa: “Mungkin karena dia pemalu sama teman sekelas AS, berinisial MR yang
orang baru jadi jarang bicara di rumah saja dia menyatakan bahwa: “Pendiam, dia jarang bicara
orangnya pendiam, apalagi di rumah dia terbiasa dan cuma berteman sama teman dekatnya saja”
pake bahasa bugis, mungkin dia malu di sekolah (wwcr04/23022015/B20).
karena harus pake bahasa Indonesia” Hal lain yang dapat menggambarkan
(wwcr03/28022015/B20).
kesulitan mengemukakan yang dialami AS Guru BK AS juga memiliki pendapat adalah pernyataan orang tuanya yang
tentang faktor yang mempengaruhi kesulitan menyatakan bahwa: “Pendapat yang bagaimana
mengemukakan pendapat yang dialami AS, dulu, kalau pendapat tentang keluarga tidak
yang menyatakan bahwa: “Faktor yang bisa pernah , tapi kalau ditanya masalah sekolah dia
menyebabkan antara lain adalah faktor bilang tidak ada masalah jadi sepertinya dia
kesehatan, faktor kepribadian, faktor fisik, jarang berpendapat” (wwcr03/28022015/B20).
faktor sosial, dan faktor perkembangan Hal senada juga disampaikan oleh teman
intelektual” (wwcr01/16022015/B20). sekelas AS yang m enyatakan bahwa: “Dia
Berbeda dengan pernyataan guru mata jarang bertanya atau menjawab pertanyaan guru
pelajaran yang tidak mengetahui faktor di kelas” (wwcr04/23022015/B20).
penyebab kesulitan mengemukakan pendapat Selain itu teman AS yang berinisial MR
yang dialami AS, beliau menyatakan bahwa: juga menyatakan bahwa: “Dia tidak pernah aktif
“Kalau secara serius sih tidak, apalagi kan kalau ada diskusi, paling kalau mau bicara
banyak siswa, saya tidak bisa fokus ke beberapa teman yang duduk di sebelahnya yang disuruh
siswa saja. Tapi sesekali saya pernah bertanya bicara” (wwcr04/23022015/B20).
tapi jawaban mereka paling-paling tidak kenapa- Gambaran kesulitan mengemukakan
kenapa jie” (wwcr02/28022015/B 20). pendapat juga dinyatakan langsung oleh siswa
Selanjutnya berkaitan dengan penyebab AS bahwa: “Saya malu Kak, saya malu kalau
kesulitan mengemukakan pendapat yang dialami disuruh bicara di depan orang banyak, saya takut
AS teman sekelasnya berpendapat bahwa: “Dia nanti ditertawakan, apalagi saya memiliki
tidak punya banyak teman, paling yang duduk masalah pendengaran!”
dekat tempat duduknya, saya tidak akrab sama (wwck01/02032015/B20)
terlalu pendiam Berdasarkan hasil wawancara di atas
dia,
dia
sih”.(wwcr04/23022015/B20) dapat disimpulkan bahwa gambaran kesulitan
Berdasarkan informasi yang diperoleh mengemukakan pendapat yang ditunjukkan oleh
dari beberapa narasumber maka, dapat siswa AS yaitu: sifat pendiam, penurut, malu
disimpulkan bahwa AS mengalami kesulitan
Arsaudi, Penerapan Layanan Konseling Individu.......
mengemukakan pendapat disebabkan oleh: dalam hal mengemukakan pendapat, seperti gangguan pendengaran, sifat pemalu, terlalu
yang dikutip dari hasil wawancara konseling pendiam, kurang dapat beradaptasi dan sulit
dengan AS yang menyatakan bahwa: “Masih bersosialisasi dan kurangnya keterampilan
Kak, tapi saya sudah tahu kalau itu salah, dan berrbicara dalam bahasa Indonesia.
saya mau berusaha untuk mengubahnya, tapi
3) Gambaran penerapan layanan konseling seperti yang saya bilang saya tidak tahu individu
bagaimana caranya!” (wwck02/09032015/B20). mengemukakan pendapat siswa.
Perkembangan terus terjadi pada siswa Upaya yang dilakukan untuk membantu
AS berkaitan dengan usahanya untuk mengatasi siswa
kesulitan mengemukakan pendapat yang mengemukakan pendapat adalah dengan
AS dalam
mengatasi
kesulitan
dialami, hal ini dapat dilihat dari pernyataan AS menerapkan layanan konseling individu dengan
bahwa: “Lumayan berhasil Kak. Saya jadi teknik latihan assertif. Dalam konseling tersebut
terbiasa dan mulai tidak takut salah lagi. AS berharap untuk dapat mengatasi kesulitan
Wa laupun memang masih agak malu” mengemukakan pendapat yang dialaminya,
(wwck03/16032015/B20). seperti dikutip dari wawancara konseling
Pada akhir tahap konseling bisa dilihat individu dengan AS, yang menyatakan bahwa:
perkembangan yang cukup baik dari siswa AS “Sebenarnya saya mau bisa aktif bertanya dan
berkaitan dengan kesulitan mengemukakan menjawab pertanyaan guru saat sedang belajar
pendapat yang dialami, hal ini dibuktikan dari di kelas, karena tadi Kakak bilang mau
hasil wawancara konseling individu dengan AS membantu, jadi saya harap Kakak bisa
yang menyatakan bahwa: “Awalnya saya malu, membantu saya untuk mengatasi kekurangan
tapi lama-lama saya jadi bisa bicara juga, Saya saya” (wwck01/02032015/B20)
mau dikonseling kalau caranya seperti ini, saya Hal ini senada dengan pendapat guru BK
bisa dibantu mengatasi masalah dan saya yang berinisial HS yang menyatakan bahwa:
sekalian bisa latihan bicara sama orang! “Untuk saat ini Kami baru sampai tahap
(wwck03/16032015/B20). pemberian motivasi agar siswa mau merubah
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, perilakunya dan belajar mengemukakan
dapat disimpulkan bahwa penerapan layanan pendapat, tapi saya juga telah merencanakan
konseling individu terhadap siswa AS tersebut untuk memberikan konseling dengan teknik
bertujuan untuk membantu AS mengatasi bermain peran atau pelatihan dengan diskusi
masalahnya dengan cara mengidentifikasi dengan
penyebab dan mengatur langkah pengentasan (wwcr01/16022015/B20).
masalah secara mandiri.
Dengan penerapan konseling individu konselor dapat menggali faktor penyebab
Kasus AL
kesulitan mengemukakan pendapat yang dialami
kesulitan mengemukakan oleh siswa AS, sesuai dengan beberapa
1) Gambaran
pendapat
pernyataan dalam wawancara konseling yang Gambaran kesulitan mengemukakan menyatakan bahwa: “Saya malu Kak, saya malu
pendapat pada kasus AL dapat dilihat dari kalau disuruh bicara di depan orang banyak,
kebiasaan yang dilakukan AL baik di rumah, di saya takut nanti ditertawakan, apalagi saya
sekolah, maupun di lingkungan pergaulannya, memiliki masalah pendengaran!”, dan “Mungkin
hal ini dapat digambarkan dengan mengutip guru-guru ada yang tahu tapi tidak semua,
pernyataan HS, inisial guru BKnya yang sebenarnya tidak terlalu parah Kak, kalau di
menyatakan bahwa: “Tanda-tandanya biasanya kelas saat guru menjelaskan jarang saya tidak
bisa dilihat dari tingkah laku nya di dalam kelas, mendengar, tapi saya cuma malu bicara! ” serta
tingkah laku anak yang sulit mengemukakan “Teman-teman di sini beda Kak, saya tidak
pendapat contohnya seperti bersifat pendiam, punya banyak teman di sini tidak seperti di
acuh tak acuh terhadap pelajaran dan kurang kampung saya, disini saya masih malu untuk
berminat atau kurang perhatian terhadap berteman, apalagi saya juga punya gangguan
pelajarannya.”(wwcr01/16022015/B21). pendengaran, ya mungkin karena itu juga saya
sesuai dengan hasil jadi
Selanjutnya
wawancara dengan orang tua AL berinisial MS (wwck01/02032015/B20).
sering malu
di
kelas”
yang menyatakan bahwa: “Kalau di rumah biasa Selama proses konseling berlangsung
saja, tapi dia punya banyak teman di lingkungan siswa AS menunjukkan perubahan sikapnya
rumah, jadi dia sepertinya lebih mementingkan
25 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol 1 No 1 Februari 2017
pendapat . Hal ini seperti yang disampaikan oleh (wwcr03/28022015/B21).
pergaulan daripada
belajar”
siswa AL s endiri bahwa: “Maksudnya saya Hal yang sama juga disampaikan oleh
mengemukakan pendapat itu tidak terlalu guru mata pelajaran AL, berinisial MA yang
penting tapi saya juga tidak suka karena itu saya menyatakan bahwa: “Kalau AL dia sepertinya
tidak mengerti pelajaran, tidak diperhatikan dan termasuk anak yang tidak terlalu tertarik dengan
juga mempengaruhi nilai saya. Tapi banyak kok kegiatan belajar, dia lebih sering berbicara
teman-teman yang seperti saya jadi saya tidak dengan teman atau mengganggu teman lain saat
sebagai masalah.” saya sedang menjelaskan. Tapi kalau disuruh
merasa
itu
(wwck01/05032015/B21). AL juga menyatakan berbicara masalah pelajaran AL tidak bisa”
bahwa: “Iya Kak saya tahu tapi saya tidak tahu (wwc03/28022015/B21). Serta pendapat teman
caranya agar saya mampu mengemukakan sekelas AL, berinisial KH yang menyatakan
pendapat saya takut pendapat saya itu salah, bahwa: “Kadang-kadang dia mau bertanya atau
dimarahi kalau salah!” menjawab, kalau mau. Tapi kadang-kadang dia
saya
takut
(wwck/05032015/B21).
tidak mau bertanya walaupun di suruh” Selain itu orang tua AL juga menyatakan (wwc04/23022015/B21).
bahwa: “Mungkin karena malu atau takut salah” Hal lain yang dapat menggambarkan
(wwcr03/28022015/B21).
kesulitan mengemukakan yang dialami AL Guru BK AL juga memiliki pendapat adalah pernyataan orang tuanya yang
tentang faktor yang mempengaruhi kesulitan menyatakan bahwa: “Saya selalu bertanya dia
mengemukakan pendapat yang dialami AL, maunya apa . Tapi anaknya sendiri yang tidak
yang menyatakan bahwa: “faktor yang bisa mau bilang. Dia tidak pernah bilang kalau ada
menyebabkan antara lain adalah faktor yang tidak dia suka, pokoknya dia lebih suka
kesehatan, faktor kepribadian, faktor fisik, main sama temannya” (wwc03/28022015/B21).
faktor sosial, dan faktor perkembangan Hal senada juga disampaikan oleh teman
intelektual” (wwcr01/16022015/B21). sekelas AL yang menyatakan bahwa: “Dia kalau
Berbeda dengan pernyataan guru mata diskusi kadang-kadang saja aktifnya, lebih
pelajaran yang tidak mengetahui faktor sering
penyebab kesulitan mengemukakan pendapat (wwcr04/23022015/B21).
yang dialami AS, beliau menyatakan bahwa: Selain itu teman AL yang berinisial KH
“Kalau secara serius sih tidak, apalagi kan juga menyatakan bahwa: “AL kadang-kadang
banyak siswa, saya tidak bisa fokus ke beberapa memperhatikan tapi kadang-kadang juga bicara
siswa saja. Tapi sesekali saya pernah bertanya sama teman kalau guru menjelaskan”
tapi jawaban mereka paling-paling tidak kenapa- (wwcr04/23022015/B21).
kenapa jie” (wwcr02/28022015/B21). Gambaran kesulitan mengemukakan
Selanjutnya berkaitan dengan penyebab pendapat juga dinyatakan langsung oleh siswa
kesulitan mengemukakan pendapat yang dialami AL bahwa: “Dari dulu kak saat masih SD saya
AL teman sekelasnya berpendapat bahwa: “Dia jarang menjawab atau bertanya di dalam kelas
anaknya nakal, dan suka mengganggu teman, tapi dulu tidak dipermasalahkan seperti sekarang
dia juga tidak pintar” (wwcr04/23022015/B21) sama guru!” (wwck01/05032015/B21).
Berdasarkan informasi yang diperoleh Berdasarkan hasil wawancara di atas
dari beberapa narasumber maka, dapat dapat disimpulkan bahwa gambaran kesulitan
disimpulkan bahwa AL mengalami kesulitan mengemukakan pendapat yang ditunjukkan oleh
mengemukakan pendapat disebabkan oleh: siswa AL yaitu: sikap yang nakal, acuh tak acuh
sering diabaikan, tidak peduli dengan keharusan terhadap pelajaran, kurang memperhatikan
mengemukakan pendapat, malu dan takut salah, pelajaran, dan tidak aktif dalam berdiskusi .
rasa trauma, lebih tertarik dengan kegiatan
2) Faktor yang mempengaruhi kesulitan bermain, serta kurang fokus dalam belajar. mengemukakan pendapat
3) Gambaran penerapan layanan konseling Kesulitan mengemukakan pendapat yang
mengatasi kesulitan dialami AL dapat disebabkan berbagai faktor
individu
dalam
mengemukakan pendapat siswa. baik dari aspek psikologis, fisik maupun
Upaya yang dilakukan untuk membantu kehidupan sosialnya. Faktor utama yang
dalam mengatasi kesulitan menyebabkan
siswa
AL
mengemukakan pendapat adalah dengan pendapat AS adalah sikapnya yang acuh dan
kesulitan
mengemukakan
menerapkan layanan konseling individu dengan tidak tertarik dengan kegiatan mengemukakan
teknik bermain peran. Dalam konseling tersebut
Arsaudi, Penerapan Layanan Konseling Individu.......
AL berharap untuk dapat mengatasi kesulitan pendapat yang dialami, hal ini dibuktikan dari mengemukakan pendapat yang dialaminya,
hasil wawancara konseling individu dengan AL seperti dikutip dari wawancara konseling
yang menyatakan bahwa: “Awalnya saya takut, individu dengan AL, yang menyatakan bahwa:
tapi lama-lama tidak juga, saya suka karena “Saya sebenarnya juga mau pintar bicara seperti
Kakak tidak pernah marah sama Saya dan saya teman- teman
bisa tahu bagaimana caranya berbicara di dalam (wwck01/05032015/B21).
yang
lain!”
kelas”(wwck03/19032015/B21). Hal ini senada dengan pendapat guru BK
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, yang berinisial HS yang menyatakan bahwa:
dapat disimpulkan bahwa penerapan layanan “Untuk saat ini Kami baru sampai tahap
konseling individu terhadap siswa AL tersebut pemberian motivasi agar siswa mau merubah
bertujuan untuk membantu AL mengatasi perilakunya dan belajar mengemukakan
masalahnya dengan cara mengidentifikasi pendapat, tapi saya juga telah merencanakan
penyebab, mengubah pola pikir yang kurang untuk memberikan konseling dengan teknik
tepat dan mengatur langkah pengentasan bermain peran atau pelatihan dengan diskusi
masalah secara mandiri.
dengan temannya
(wwcr01/16022015/B21).
Pembahasan
Dengan penerapan konseling individu konselor dapat menggali faktor penyebab
Kesulitan mengemukakan pendapat kesulitan mengemukakan pendapat yang dialami
terdiri atas tiga kata, yaitu kesulitan, oleh siswa AL, sesuai dengan beberapa
mengemukakan, dan pendapat. Kesulitan artinya pernyataan dalam wawancara konseling yang
ketidakberdayaan, menyatakan bahwa: “Ya begitu Kak saya sering
kesukaran
atau
mengemukakan artinya menyampaikan atau diabaikan juga tidak terlalu diperhatikan sama
mengutarakan, dan pendapat artinya pikiran atau guru karena sepertinya guru-guru hanya suka
buah pemikiran, jadi kesulitan mengemukakan dengan siswa yang cerewet yang sering bertanya
pendapat dapat diartikan sebagai kesukaran yang yang pintar menjawab pertanyaan tapi saya tidak
dialami oleh seseorang dalam menyampaikan peduli”, dan “Saya mau tapi tidak tahu
pikirannya kepada orang lain. bagaimana caranya, saya malu dan takut salah,
Sesuai dengan fokus penelitian yang bagaimana nanti kalau saya berbicara dan
gambaran kesulitan ditertawakan
membahas
tentang
mengemukakan pendapat, faktor-faktor yang “Sebenarnya bukan karena bicara tapi karena
oleh
teman- teman.”serta
kesulitan mengemukakan saya nakal, waktu SD saya sering dimarahi tidak
mempengaruhi
pendapat dan gambaran penerapan layanan hanya sama guru tapi sama orang tua dan Kakak
konseling individu dalam menangani kesulitan saya” (wwck01/05032015/B21).
mengemukakan pendapat, diperoleh hasil Selama proses konseling berlangsung
penelitian bahwa:
siswa AL menunjukkan perubahan sikapnya Berdasarkan hasil wawancara dengan dalam hal mengemukakan pendapat, seperti
guru BK, Guru mata pelajaran Bahasa yang dikutip dari hasil wawancara konseling
Indonesia, Orang tua siswa dan teman siswa dengan AL yang menyatakan bahwa: “Masih
diperoleh informasi bahwa siswa AS dan AL Kak, tapi saya sudah tahu kalau itu salah, dan
termasuk anak yang jarang mengemukakan saya mau berusaha untuk mengubahnya, tapi
pendapat baik di lingkungan rumah, lingkungan seperti yang saya bilang saya tidak tahu
sekolah maupun lingkungan pergaulan. bagaimana caranya!” (wwck02/12032015/B21).
Gambaran kesulitan mengemukakan Perkembangan terus terjadi pada siswa
pendapat yang ditunjukkan siswa AS AS berkaitan dengan usahanya untuk mengatasi
berdasarkan informasi dari beberapa narasumber kesulitan mengemukakan pendapat yang
tersebut adalah: sifat pendiam, penurut, malu dialami, hal ini dapat dilihat dari pernyataan AS
berbicara di depan orangbanyak, hanya bahwa: “Hmm. Lumayan Kak saya sudah mau
berteman dengan teman tertentu dan harus berbicara kalau ditanya sama guru terus saya
diwakilkan jika ingin mengemukakan pendapat juga sering latihan dan belajar sama teman yang
secara langsung. Hal ini didukung dengan hasil pintar” (wwck03/19032015/B21).
observasi sebelum penerapan layanan konseling Pada akhir tahap konseling bisa dilihat
yang menunjukkan siswa AS tidak memenuhi perkembangan yang cukup baik dari siswa AL
aktifitas positif aktif dan antusias dalam berkaitan dengan kesulitan mengemukakan
mengikuti pelajaran, mengeluarkan pendapat
27 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol 1 No 1 Februari 2017
atau ide-ide yang bagus, mempertahankan
models from which pendapat dengan mantap, bertanya jika ada hal
d. Poor
role
communication was learned (sedikitnya yang tidak dimengerti dan menjawab pertanyaan
model komunikasi yang dipelajari) yang diajukan oleh guru (lampiran 15.a)
e. Genetic component such as sociability Sedangkan faktor penyebab kesulitan
physical appearance, body shape, and mengemukakan pendapat yang dialami siswa
coordination and motor abilities (komponen AS adalah: gangguan pendengaran, sifat pemalu,
genetik, seperti kemampuan bersosialisasi, terlalu pendiam, kurang dapat beradaptasi dan
penampilan fisik, bentuk badan, dan sulit bersosialisasi. Hal tersebut juga didukung
kemampuan motorik dan koordinasi) oleh hasil analisis DCM (Daftar Cek Masalah)
f. Cultural preperences in regards to speaking yang menunjukkan kategori kurang pada aspek